profil_kesehatan_2009 pkm kesugihan ii

Download Profil_Kesehatan_2009 PKM Kesugihan II

If you can't read please download the document

Upload: noor-hadi

Post on 28-Oct-2015

162 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

pkm kesugihan

TRANSCRIPT

BAB III2Profil UPT PUSKESMAS KESUGIHAN IIBAB IPENDAHULUANDalam rangka memenuhi kebutuhan data dan informasi yang akurat, cepat dan tepat serta pesatnya kemajuan di bidang informasi dan teknologinya, maka Sistem Informasi Kesehatan perlu diselaraskan, dimantapkan dan dikembangkan guna menunjang pelaksanan manajemen kesehatan. Profil Kesehatan sebagai salah satu bentuk penyajian data dan informasi kesehatan yang memberikan gambaran situasi status kesehatan di upt Puskesmas Kesugihan II serta menyajikan data pendukung lainnya yang berhubungan dengan program kesehatan seperti data kependudukan dan keluarga berencana, data anggaran pembangunan kesehatan, dan lain-lain.Masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan di UPT Puskesmas Kesugihan II pada tahun 2009 antara lain adalah keadaan geografis yakni luasnya wilayah UPT Puskesmas Kesugihan II serta distribusi penduduk yang tidak merata, tingkat pendidikan yang masih rendah dan masih tingginya angka kemiskinan.Pola penyakit rawat jalan yang menonjol adalah Infeksi akut lain pada saluran pernafasan, Penyakit Myalgia, Penyakit Gastritis, Penyakit Gusi Jaringan Periodental, Penyakit Kulit alergi,Penyakit kuit infeksi,Penyakit hipertensi , Peny. Konjungtivitis,Diare (temasuk tersangka kolera)peny. Suspek tipoid.Gambaran tentang kondisi kesehatan lebih rinci dapat dilihat dalam buku Profil Kesehatan UPT Puskesmas Kesugihan II 2009 beserta lampirannya.BAB IIGAMBARAN UMUMKEADAAN UMUM DAN LINGKUNGAN. KEADAAN GEOGRAFIS.Puskesmas Kesugihan II memiliki daerah yang cukup luas terletak di Kecamatan Kesugihan UPT Puskesmas Kesugihan II dengan batas-batas :Sebelah Barat: Puskesmas Cilacap Utara I.dan Puskesmas Jeruklegi ISebelah Utara: Puskesmas Kesugihan I.Sebelah Timur: Puskesmas Adipala.Sebelah Selatan: Samudra Indonesia.Terletak di antara 108o 4 30 109o 30 30 garis bujur timur dan 7o 30 7o 45 20 garis lintang selatan, dengan luas wilayah 35,62 km2 dan terbagi dalam 7 Desa. Desa dengan permukaan tanah paling tinggi adalah Desa Jangrana dan Desa terendah adalah Desa Karangkandri dari permukaan laut. Adapun jarak terjauh adalah desa Jangrana.KEPENDUDUKAN.Pertumbuhan Penduduk.Jumlah penduduk di Wilayah UPT Puskesmas Kesugihan II tahun 2009 sebanyak 60.960 jiwa dengan perincian Laki-laki 30.518 jiwa dan Perempuan 30.442 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 15.008. (Lampiran table 2 ). Pada tahun 2008 jumlah penduduk di Wilayah UPT Puskesmas Kesugihan II sebanyak 60.060 jiwa dengan perincian Laki-. laki 29.703 jiwa dan Perempuan 30.060 jiwa, sedangkan tahun 2007 jumlah penduduk di Wilayah UPT Puskesmas Kesugihan II sebanyak 59.199 jiwa yang terdiri dari laik-laki 29.633 jiwa dan perempuan 29.566 jiwa, dengan pertumbuhan penduduk per tahun 1.47 Tingkat Pendidikan.Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Di Wilayah UPT Puskesmas Kesugihan II jumlah penduduk yang berusia di atas 5 tahun sebanyak 56.277 jiwa, sebagian penduduk mempunyai tingkat pendidikan paling banyak adalah berpendidikan SD sederajat sebanyak 20.916 jiwa, sedangkan urutan ke dua adalah berpendidikan tamat SLTP/MTs sebanyak 14.159 jiwa dan urutan terakhir adalah berpendidikan Universitas sejumlah 323 jiwa ( Tabel 4).Kapadatan Penduduk.Kepadatan Penduduk tahun 2009 sebesar 1.711 jiwa/km2. Kepadatan Penduduk tahun 2008 sebesar 1.722 jiwa/km2. Sedangkan Kepadatan Penduduk Tahun 2007 sebesar 1.637 jiwa/km2. Jumlah penduduk tahun 2009, yang terpadat terdapat di Desa Kuripan yaitu 2211 jiwa/km2 sedangkan pada tahun 2009, penduduk yang terpadat berada di Desa Kuripan yaitu sebesar 2205 jiwa/km2.Jumlah Penduduk tahun 2009 yang tingkat kepadatannya terendah, adalah Desa Slarang yaitu sebesar 1204 jiwa/km2. (Tabel 1).KEADAAN SOSIAL EKONOMI.Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio).Angka beban tanggungan merupakan alat untuk mengukur beban tanggungan perekonomian di suatu wilayah, dependency ratio penduduk di WILAYAH UPT Puskesmas Kesugihan II tahun 2009 sebesar 501 % , tertinggi terdapat di Desa Selarang sebesar 63.3 %, dan angka ketergantungan terendah di Desa Kuripan Kidul sebesar 38.1 %.Pertumbuhan Ekonomi.Di UPT Puskesmas Kesugihan II pada tahun 2009 terdapat industri, baik industri besar sedang dan kecil dan sarana peribadatan . Adapun rincian industri tersebut adalah Srbagai berikut :Industri Besar antara lain :PLTU di Desa KarangkandriIndustri sedang :Es batu.Mie Industri Kecil :Makanan dan Minuman. Antara lain :Rumah Makan 5 buahWarung makan 58 buahJumlah industri makanan dan minuman 217 buah Sarana Peribadatan dan sarana lainnya sebagai berikut :a.Tempat Ibadah : 334 buah b. Sarana Pendidikan : 82 buah c. Sarana Kesehatan : 47 buah d.. Lingkungan kerja : 9 buah e. Sarana ekonomi dan sosial : 66 buah SARANA PENDIDIKANTediri dari : TK : 11 BuahSD: 26 BuahMI: 7 BuahSMP: 5 BuahMTs: 2 BuahSMU: 2 BuahMA: 1 BuahTPQ : 21 BuahPostren : 7 BuahJumlah : 82 BuahBAB IIISITUASI DERAJAT KESEHATANDalam rangka mendukung terwujudnya INDONESIA SEHAT 2009, UPT PUSKESMAS KESUGIHAN II telah menyusun Perencanaan Strategis Pembangunan Kesehatan yang di dalamnya menetapkan Visi Pembangunan Kesehatan di UPT Puskesmas Kesugihan II yaitu Masyarakat yag mandiri, berbudaya, sejahtera untuk hidup sehat. Visi tersebut merupakan suatu keadaan masa depan yang dicita-citakan, dan merupakan komitmen bersama dalam pencapaian pembangunan di bidang kesehatan,yaitu masyarakat UPT Puskesmas Kesugihan II sudah akan hidup dalam kemandirian, sehingga akan terbentuk suatu tatanan masyarakat yang berbudaya, dan sejahtera, dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan, guna terpenuhinya masyarakat hidup sehat.Kemandirian masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan tidak terlepas dari unsur prilaku, yakni budaya hidup bersih dan sehat, dengan didukung kondisi lingkungan yang sehat, dan masyarakat dapat mengakses serta memilih pelayanan kesehatan yang bermutu.INDIKATOR DERAJAT KESEHATAN YANG OPTIMAL.Derajat kesehatan yang optimal akan dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur-unsur mortalitas dan yang mempengaruhinya. Target masing-masing indikator tersebut dengan mengacu pada pencapaian Indonesia Sehat 2009 adalah sebagai berikut :MORTALITAS.20092009Angka Harapan Hidup Waktu Lahir (Lo) 67,9-Angka Kematian Bayi (AKB) per-1.000 Kelahiran Hidup 4014,Angka Kematian Balita per-1.000 Kelahiran Hidup 58 8Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) per-100.000 Kelahiran Hidup 1500MORBIDITAS.Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per-100.000 Penduduk 20,02Angka Kesakitan Malaria per-1.000 Penduduk 50Persentase Kesembuhan TB Paru BTA (+) 8583,3Persentase Penderita HIV/AIDS Terhadap Penduduk Berisiko 0,90Angka "Acute Flaccid Paralysis" (AFP) Pada Anak Usia 65 tahun,Mengantisipasi adanya peningkatan kejadian penyakit di masyarakat maka tindakan yang perlu diperhatikan adalah : Peningkatan mutu Manajemen pelayanan pengobatan dini di Puskesmas.Pelatihan Quality Assurance (QA) petugas pelaksana pengobatan dasar Puskesmas.Bimbingan teknis pengobatan rasional pada Puskesmas.Penggalangan kerjasama lintas program dan lintas sektor dalam upaya pencegahan kejadian penyakit.KEGIATAN PELAYANAN GIGI.Kegiatan pelayanan kesehatan gigi di UPT Puskesmas Kesugihan II dilakukan baik di BP gigi Puskesmas maupun melalui program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Hasil kegiatan kesehatan gigi secara terperinci terdapat pada tabel 1.8 dibawah ini. Tabel 1.8Rekapitulasi Kegiatan Pelayanan Medik Dasar Gigi Puskesmas UPT PUSKESMAS KESUGIHAN II Tahun 2009.NoJenis KegiatanJumlahPersentaseKeteranganA.1.2.3.PELAYANAN DASAR GIGITumpatan gigi tetapPencabutan gigi tetapRasio Tambal/Cabut151197151/19743.3956.60151/19776.64JUMLAHB.1.2.3.4.UKGS.Murid SDMurid SD diperiksaMurid SD perlu perawatanMurid SD mendapat perawatan76512.281120121029.8115.692,74Sumber : SIMPUS 2009.Berdasarkan tabel 1.8 diatas diketahui bahwa pelayanan medik dasar pengobatan gigi di BP Puskesmas dengan persentase terbesar (56.60%) adalah pelayanan Pencabutan gigi tetap dan pelayanan tumpatan gigi tetap dengan persentase (43.39%) dengan rasio tambal/cabut 76.64. Pada pelayanan program SD UKGS dari 7651 murid SD, yang baru diperiksa sebanyak 2281 murid (29.81%), yang memerlukan perawatan sebanyak 1201 murid ( 15.69%) sedangkan yang mendapat perawatan sebanyak 210 murid (2.74%). Pelayanan medik dasar gigi merupakan upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi bagi masyarakat yang erat hubungan dengan perilaku dalam personal hygiene gigi. Memperhatikan pada hasil kegiatan pelayanan medik dasar tersebut yang perlu mendapat perhatian adalah : Pengadaan fasilitas fisik dan kelengkapan peralatan pelayanan medik dasar gigi Puskesmas.Pengadaan pelatihan dan peningkatan kertampilan tenaga pelayanan medik dasar gigi bagi petugas yang bukan berlatar belakang perawat gigiPelatihan konseling personal Hygiene bagi petugas pelayanan medik dasar gigi Puskesmas.Pengadaan Kader kesehatan gigi bagi masyarakat.Pelatihan Dokter kecil bagi murid SDPENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN.PENYAKIT MENULAR.DIARE.Penyakit Diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Terutama pada balita. Kasus Diare balita tahun 2009 sebanyak 5.869 kasus (35,04%), dari jumlah penderita diare pada balita 100% telah ditangani. Rasio penderita diare mencapai 9,68 per 1000 penduduk, atau sebanyak 16.751 kasus yang ditemukan dan dilaporkan Puskesmas dan Kader. Lampiran Tabel 10.TB PARU.Penyakit Tuberculosis di Indonesia termasuk penyumbang penderita TB Paru terbesar ke tiga di dunia dan TB Paru merupakan penyebab kematian ke tiga. Tahun 2009 ditemukan 40 penderita Positif dan Case Detection Rate (CDR) / Angka Penemuan Penderita 59 %. Ini menunjukan masih banyaknya penderita TB Paru dimasyarakat yang belum ditemukan. Lampiran Tabel 9.PNEUMONIA.Kejadian Pneumonia balita tahun 2009 ditemukan sebanyak 463 kasus, mengalami penurunan bila dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai kasus. Namun demikian target cakupan penemuan kasus Pneumonia ini cukup tinggi yaitu (99,50 % dari target 602 kasus). Pneumonia dikelompokan menjadi dua jenis yaitu Pneumonia dan Pneumonia berat. Lampiran Tabel 9.MALARIA.Vektor penyakit malaria yang berperan di UPT Puskesmas Kesugihan II adalah Anopheles sundaicus yang mempunyai Breeding Places pada perairan (bekas tambak atau sawah) yang terlantar dan terinfiltrasi air laut (Kadar garam 12 18 per mil) di Wilayah Kampung Laut dan Kecamatan Nusawungu. Penyakit malaria termasuk klinis, ditemukan 3.421 kasus, terjadi penurunan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (5.314) yang mencapai 1.793 kasus. Tahun 2009 terdapat kecenderungan kasus yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun demikian keseluruhan kasus yang ada bukanlah merupakan kasus indigenous (penularan setempat), tapi merupakan kasus import yang berasal dari Kalimantan, Papua, Sumatra dll. Mereka sebagian besar adalah merupakan pekerja informal di sektor perkayuan yang bekerja di hutan-hutan yang merupakan daerah dengan masalah malaria. Tabel 11DEMAM BERDARAH DENGUE.Angka kesakitan Demam Berdarah tahun 2009 sebesar 14,56 /100.000 penduduk atau sejumlah 39 kasus. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 19,87 /100.000 penduduk (342 kasus) terjadi penurunan. Sedangkan Angka Kematian / CFR sebesar Seluruh kematian ini disebabkan karena keterlambatan pertolongan dan adanya komplikasi dengan penyakit lain.Sebagian besar (70 %) kasus DBD yang terjadi di UPT Puskesmas Kesugihan II adalah kasus import yang berasal dari beberapa daerah endemis seperti Jakarta, Bandung dan Yogyakarta. Penyebaran kasus tersebar di beberapa wilayah antara lain Kecamatan Cilacap Selatan, Cilacap Tengah, Cilacap Utara, Kroya, Adipala, Majenang, Cipari, Gandrungmangu, Bantarsari, Jeruklegi, Kesugihan, Maos, Cimanggu,dan Sidareja. Kasus tertinggi berada pada Kecamatan Cilacap Selatan (133 kasus) dan Cilacap Tengah (61 kasus) yang memang merupakan daerah endemis, yaitu 0.17% dari jumlah penduduk Cilacap Selatan, dan dan 0,07dari jumlah penduduk Cilacap Tengah. Tabel 11.AFP.Kasus AFP (Acute Flaccid Paralysis) tahun 2009 ditemukan 12 kasus yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Binangun, Nusawungu, Adipala, Patimuan,Maos, cilacap selatan dan wilayah kerja Puskesmas Cilacap Utara. Tabel 9.KUSTA.Target yang ditetapkan program eliminasi kusta tahun 2000 adalah bahwa Prevalensi Kusta kurang dari 1 per 10.000 penduduk. UPT Puskesmas Kesugihan II tahun 2009 terdapat 0 kasus baru, mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 44 kasus. Terdapat 12 Puskesmas (33,33 %) yang mempunyai masalah kesehatan masyarakat berupa penyakit kusta. Kasus tertinggi ditemukan di Wilayah Kerja Puskesmas Sampang dengan jumlah penderita sebanyak 0 kasus. Lampiran Tabel 12.PENYAKIT TIDAK MENULAR.Kasus PTM (Penyakit Tidak Menular) tahun 2009 berasal dari laporan Puskesmas (SPTP 2009) sebanyak 1352 kasus, dan merupakan kasus rawat jalan. Dari 36 Puskesmas yang ada melaporkan kasus PTM tahun 2009 mempunyai kasus yang bervariasi, kasus tertinggi yaitu penyakit hipertensi sebanyak 4.931 kasus sedangkan berikutnya adalah asma sebanyak 3.538 kasus. Seperti tergambar pada tabel berikut :Tabel : 8 LAPORAN PENYAKIT TIDAK MENULARRAWAT JALAN UPT PUSKESMAS KESUGIHAN IIKasusAngina PektorisIMADekomp. KordisHipertensi EsensialHipertensi LainStroke HemoragiStroke Non HemoragiDM Tergantung InsulinDM Tidak Tergantung InsulinCa Bronkus & ParuCa PayudaraCa Servik UteriPPOMAsma BronkialeK L LPsikosisJumlah 1352 TotalBL11B654281459-731835324980L1511870834396910372BLSumber SPTP 2009IMMUNISASI.Indikator pencapaian Immunisasi Campak digunakan sebagai penafsiran bahwa untuk kelompok bayi (0 12 bulan) telah mendapatkan immunisasi dasar lengkap. Desa dikatagorikan telah mencapai UCI apabila pencapaian immunisasi Campak 90 %. Tahun 2009 di UPT Puskesmas Kesugihan II seluruh desa ( 7 desa ) atau 100 % telah mencapai target, demikian juga pada tahun sebelumnya telah mencapai target UCI Desa ( 7 desa ). . Lampiran Tabel 22BCG.Penilaian terhadap cakupan immunisasi ini bertujuan untuk menilai jangkauan program, immunisasi khususnya pada bayi.Cakupan UPT Puskesmas Kesugihan II tahun 2009 mencapai 97.32 % yang ditetapkan yaitu 95 %, bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (96,50%) terjadi kenaikan sebesar yang mencapai 0,85 %.Seluruh desa ( 7 desa ) cakupan imunisasi BCG telah mencapai target.Desa pencapaian imunisasi BCG masing- masing desa sbb Desa Menganti ( 97.00% ), desa Karangkandri( 967.64% ), desa Slarang ( 97.14 % ), desa Kalisabuk ( 97.53 % ), desa Kuripan Kidul ( 96,85 %), desa Kuripan ( 97.85 % ), dan Desa Jangrana ( 97.65% ). Lampiran Tabel 23.DPT 1.Penilaian terhadap cakupan immunisasi DPT 1, ini bertujuan untuk menilai jangkauan program immunisasi pada bayi. Cakupan UPT Puskesmas Kesugihan II tahun 2009 mencapai (97.54 % )diatas target yang ditetapkan yaitu 95 %, pencapaian tersebut naik ( 1.01 %) bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang telah mencapai 96,53 %.Seluruh desa ( 7 desa ) telah mencapai target, data pencapaian imunisasi DPT HB .1 dari masing masing desa srbagai berikut : Desa Menganti ( 97.50% ) desa karangkandri ( 97,64% ) desa slarang ( 97,71 %) desa Kalisabuk ( 97,53 %) desa Kuripan kidul ( 96,82 ) desa Kuripan ( 97,86 %) dan desa Jangrana ( 97,65 %)Polio 4.Pencapaian cakupan imunisasi Polio 4 UPT Puskesmas Kesugihan II tahun 2009, mencapai 94,32 %),Sudah memenuhi target yang telah ditentukan yaitu 90 %. Pencapaian pada tahun sebelumnya adalah 92,28 %, mengalami kenaikan sebesar 2,04%, seluruh desa ( 7 desa ) telah mencapai target. Pencapaian imunisasi polio 4 dari masing- masing desa sebagai berikut : Desa Menganti, 94,00%, desa karangkandri, 94,49%, desa slarang 94,28 %, dan desa kaliabuk ( 94,58%) desa kuripan Kidul 93,65%, desa Kuripan 94,28 % ) dan desa jangrana 95,29% . Lampiran Tabel 23DPT 3.Pencapaian imunisasi DPT- HB 3 , pada tahun 2009 ini bertujuan untuk menilai cakupan program immnisasi pada bayi. Cakupan UPT Puskesmas Kesugihan II tahun 2009 mencapai 94.32 % dan sudah memenuhi target yang ditentutan yaitu sebesar 90 %, namun bila dibandingkan tahun sebelumnya (92,78% ) terjadi kenaikan sebesar 1,54 %. Seluruh desa ( 7 desa ) yang telah mencapai target. Pencapaian Imunisasi DPT-HB 3 dari masing-masing desa sbb : desa Menganti ( 94,00%), desa Karangkandri, ( 94,49 % ) esa karangkandri ( 93,65% ) , desa Selarang ( 94,28% ), desa Kaliabuk ( 94,58% ) desa kuripan kidul ( 93,65% ), desa kuripan ( 94,28% ) dan dsa Jangrana ( 95,29% ) . . Lampiran 23.Campak.Cakupan Imunisasi Campak UPT Puskesmas Kesugihan II tahun 2009 baru mencapai 94,51% diatas target yang ditetapkan sebesar 90 %, dan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 92,68%, terjadi kenaikan sebesar 1,83% .Seluruh desa (7desa ) telah mencapai target, Pencapaian imunisasi campak dari masing-masing desa sbb: desa Menganti (94,50%)desa karangkandri ( 94,49% ) desa slarang ( 94,86%) desa Kalisabuk ( 94,58% ) desa Kuripan kidul ( 93,65%) desa Kuripan ( 94,28% ) dan desa Jangrana ( 95,29% ). PENYEHATAN LINGKUNGAN.Penyelenggaraan program Kesehatan Lingkungan bertujuan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat. Hal ini sejalan dengan penerapan paradigma sehat dimana dalam pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada upaya promotif preventif. Kesehatan Lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan permukiman, lingkungan kerja dan angkatan umum. Secara rinci hasil kegiatan program Penyehatan Lingkungan tahun 2009 adalah sebagai berikut :Penyediaan dan pengawasan air bersih.Kegiatan ini meliputi pengawasan dan perbaikan kualitas air bersih. Selama tahun 2009 telah dilaksanakan pengawasan kualitas air bersih yang ada di UPT Puskesmas Kesugihan II melalui kegiatan pendataan, inspeksi sanitasi dan perbaikan kualitas air bersih terhadap Sarana Air Bersih yang ada baik berupa sumur gali, sumur pompa tangan, penampungan air hujan dan sarana perpipaan baik yang berasal dari PDAM maupun non PDAM. Akses Air Bersih terbesar masih didominasi oleh Sumur Gali sebesar 70,31% sedangkan terkecil oleh sumur pompa tangan sebesar 2,44 % dan terbanyak adalah di wilayah desa Kuripan Kidul. Secara lengkap hasil kegiatan ini terlihat pada tabel 48. Peningkatan Kesehatan Lingkungan Permukiman.Peningkatan Kesehatan Lingkungan Permukiman bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penduduk dalam mewujudkan permukiman yang sehat menuju derajat kesehatan yang optimal. Pelaksanaan kegiatan ini melalui :Penyehatan perumahan dan lingkungan.Penyehatan perumshsn dan lingkungan, merupakan upaya pelayanan kesehatan dengan pendekatan promotif dan preventif dan kuratif yang difokuskan pada penduduk beresiko tinggi untuk mengatasi masalah penyakit berbasis lingkungan. Sebagai sasaran pemeriksaan perumahan dan permukiman adalah sarana keluarga dan Saluran Pembuangan Air Limbah, sarana air bersih, dan sarana pembuangan sampah, sebagai indikator rumah sehat. Gambaran peruamahan dan permukiman di UPT Puskesmas Kesugihan II tahun 2009, dari hasil pendataan, adalah untuk jumlah rumah sebanyak 14.105 buah dari 15.008 KK ( 93.98%), terdiri dari rumah permanen sebanyak 3131 buah, semi permanen 4.554 buah, dan non permanen sejumlah 6417 buah rumah, dengankretaria rumah sehat sebanyak 10021 buah (71.04%) dan sisanya sebanyak 4084(28.69% ) . Dari jumlah rumah yang ada, kepemilikan terhadap sarana dasar sanitasi perumahan untuk jamban keluarga sebanyak 10276 buah, dengan jenis jamban leher angsa sebanyak 10276 , dan sebanyak 10 buah jamban dengan jenis non leher angsa. Sarana sanitasi untuk pembuangan limbah rumah tangga (SPAL) yang terdata pada tahun 2009 nihil, dengan demikian diasumsikan sama dengan keadaan tahun sebanyak saluran Pembuangan Air Limbah (43.41 %). Lampiran tabel 49.Pengawasan kualitas makanan dan minuman.Pengawasan kualitas makanan dan minuman dilaksanakan melalui kegiatan pendataan, pemeriksaan (inspeksi sanitasi) dan pelaporan terhadap Tempat Pengelolaan Makanan Minuman (TPM) yang ada di UPT Puskesmas Kesugihan II, meliputi : Rumah Makan / Restaurant.Warung Makan.Industri Rumah Tangga.Desa Pengrajin Makanan.Kawasan Makanan Jajanan.Hasil pemeriksaan Hygiene Sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan Minuman yang memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2009 sebanyak 72 TPM, atau sebesar 19,78 % dari jumlah yang ada (364 buah). Lampiran tabel 50.Pengawasan kualitas lingkungan Tempat-Tempat Umum dan IndustriDari hasil pendataan diketahui bahwa Tempat Tempat Umum (TTU) yang ada di UPT Puskesmas Kesugihan II terdiri dari :Sarana Wisata (, Salon / Pangkas rambut, Usaha Rekreasi, Hiburan Umum ).Sarana Ibadah (Masjid, Gereja)).Sarana Transportasi (, Stasiun).Sarana Ekonomi dan Social (Pasar, Pusat Perbelanjaan, Apotek, Sarana / Panti Sosial, Sarana Pendidikan dan Sarana Kesehatan).Rumah Sakit.Cakupan pengawasan Higiene dan Sanitasi Tempat-Tempat Umum pada tahun 2009 adalah 9 %, dari jumlah keseluruhan sebanyak 586 buah TTU, sarana tempat-tempat umum yang terbanyak adalah tempat ibadah yaitu sebanyak 313, seperti tercantum dalam lampiran tabel 51.KESEHATAN KELUARGAKESEHATAN REPRODUKSI.Kesehatan Ibu dan Anak. .Kelahiran.Angka kelahiran di UPT Puskesmas Kesugihan II tahun 2009 adalah sebanyak 1098 dari jumlah penduduk 61340 pasangan usia subur atau 1,790 Dari angka kelahiran tersebut, jumlah lahir mati sebanyak 10 kasus atau 8,96 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan jumlah kematian bayi sebesar 16 kasus atau 12,53 per 1.000 kelahiran hidup.Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 6.Kematian Ibu.Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan di UPT Puskesmas Kesugihan II untuk tahun 2009 sebanyak 1 kasus dari 1081 jumlah kelahiran atau 159,36 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu tersebut di dapat dari kematian ibu hamil sebanyak 0 kasus, kematian ibu bersalin sebanyak 0 kasus dan kematian ibu nifas sebanyak 0 kasus. Kasus kematian ibu sangat dipangaruhi adanya kesadaran masyarakat dalam melakukan pemeliharaan dan pemeriksaan kehamilannya sesuai dengan standar kualitas yaitu melalui pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali (K4) dengan pencapaian sebesar 92,43 % dari target yang ditentukan sebesar 90 %, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 93,23% dari target 90 %. Dengan melihat hasil cakupan kunjungan K4 tadi dapat diambil kesimpulan bahwa dengan semakin baik kesadaran masyarakat akan pemeriksaan kehamilan maka akan menurunkan kasus-kasus kematian ibu.Neonatal Resiko Tinggi / KomplikasiBerdasarkan hasil laporan SPTP tahun 2009, jumlah neonatal resiko tinggi atau komplikasi yang datang, dan atau di temukan di wilayah kerja Puskesmas Kesugihan II sebanyak 22 kasus dimana yang mendapatkan penanganan penatalaksanaan neonatus sebesar 22 kasus ( 100 %). Sedangkan secara keseluruhan neonatal dengan resiko inggi atau komplikasi, baik di sarana pelayanan kesehatan dasar maupun di sarana pelayanan rujukan sebesar 8 kasus, dan mendapatkan penanganan sebanyak 22 kasus ( 50 %), Lampiran Tabel 28..Pemeriksaan Kesehatan Anak SekolahBersumber dari tabel 18, dapat dilihat bahwa cakupan deteksi tumbuh kembang anak balita dan anak pra sekolah di wilayah UPT Puskesmas Kesugihan II sebanyak 4815, dari jumlah anak pra sekolah sebanyak 4,889, atau sebesar 98,49 %. Sedangkan proporsi pemeriksaan kesehatan secara berkala pada anak TK sebanyak 400, dari sejumlah 412, atau sebesar 97,087%, Siswa SD/MI yang mendapatkan pemeriksaaan kesehatan secara berkala sebesar 33,04%, dan untuk siswa SMP/SMU mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 34,04 dari sejumlah siswa SMP/SMU 3404 atau sebesar 97,4062%. Kunjungan Neontus dan bayi.Dari hasil pencapaian tahun 2009 yang tergambar pada tabel 2 diketahui bahwa kunjungan neonatus di wilayah UPT Puskesmas Kesugihan II sebesar 1,005 neonatus dari jumlah 1005kelahiran hidup atau sebesar 100,28 %. Untuk tahun 2009, dari jumlah kelahiran hidup, sebanyak 28 bayi merupakan kelahiran dengan Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2500 gram) atau sebesar 2,50%, dan dari bayi dengan BBLR tersebut, semua mendapat penanganan penatalaksanaan bayi sakit. Sedangkan untuk kunjungan bayi, tahun 2009 sejumlah 1005 atau sebesar 104,33%, Lampiran Tabel 15Keluarga Berencana.Pencapaian peserta KB aktif pada tahun 2009 sebanyak 8.519. orang dari Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 11.270. orang. Sedangkan pencapaian peserta KB baru menurut metode kontrasepsi dapat dirinci sebagai berikut :IUD: 739 orang.MOW / MOP: 196/152 orang.Kondom: 224 orang.Implant: 1222 orang.Suntik: 3095 orang.Pil: 2891 orang.Peserta KB baru yang dapat dibina sampai akhir tahun 2009 sebanyak 695 orang dari PUS sebesar orang, dengan perincian sebagai berikut :IUD: 11 orang.MOW / MOP: 3 orang.Kondom: 6 orang.Implant: 33 orang.Suntik: 608 orang.Pil: 34 orang. GIZI.Masalah gizi masih menjadi masalah utama di Indonesia. Selain 4 masalah gizi utama yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB) dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) temyata dewasa ini berkembang adanya masalah gizi lebih. Masalah gizi ini banyak diderita pada masyarakat yang tergolong kelompok rawan seperti ibu hamil, bayi, balita dan kelompok rawan lainnya. Untuk penanganan masalah gizi, di UPT Puskesmas Kesugihan II dilaksanakan 4 Program yaitu Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) dan Upaya Perbaikan Gizi Institusi (UPGI). Berdasarkan program-program tersebut, secara garis besar diperoleh hasil kegiatan sebagai berikut : CAKUPAN BAYI, BALITA, IBU HAMIL, DAN IBU NIFAS YANG MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN Salah satu peran Puskesmas di masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dengan upaya preventif diantaranya berupa pelayanan kesehatan terhadap bayi, balita, dan ibu hamil. Adapun bentuk pelayanan tersebut adalah distribusi vitamin A (Kapsul biru) pada sasaran bayi umur 6 - 11 bulan sebanyak 1 x, Vitamin A (kapsul merah) pada balita 1 - 5 tahun mendapat vitamin A 2 x, ibu hamil dapat Fe 90 tablet dan ibu nifas mendapat Vitamin A 1 x. Upaya tersebut dalam rangka penurunan AKI dan AKB serta peningkatan status gizi di UPT Puskesmas Kesugihan II khususnya pada kasus-kasus gizi seperti Xeropthalmia dan Anemia. Pemberian Vitamin A pada kelompok bayi (6 - 11 bulan) mendapatkan Vitamin A dengan dosis 100.000 IU (kapsul biru), sedangkan untuk Balita dan Ibu Nifas diberikan dosis 200.000 IU (kapsul merah). Cakupan pemberian Vitamin A tahun 2009 pada bayi mencapai 100 %, yaitu dari jumlah sasaran sebanyak 525, yang mendapatkan vitamin A pada bayi usia 6 11 tahun sebanyak 444 dan cakupan pada Balita sebesar 100 %, dari jumlah sasaran balita sebanyak 3794 , yang mendapatkan vitamin A sebanyak 3794 .(Lampiran tabel 24). Pemberian vitamin A untuk ibu nifas 100%, dari jumlah sasaran sebanyak 1033 ibu nifas, dan yang mendapatkan vitamin A sebanyak 1033 bufas. Pencapaian ini sudah mencapai target yang sebesar 100 %,hal ini dikarenakan masyarakat sudah menyadari pentingnya pemberian Vitamin A pada masa pertumbuhan juga pada masa-masa pemulihan, serta belum optimalnya pelaksanaan sweeping terhadap sasaran ibu nifas. Lampiran Tabel 25 Jumlah penderita gizi buruk pada tabun 2009 mencapai 2 anak, (0,371 %), dari jumlah balita sebanyak 3794 balita yang berasal dari 7 Desa, kasus terbanyak di wilayah Desa Slrang 2 kasus. Dari jumlah kasus yang ada mendapat makanan pendamping. Lampiran tabel 24Jumlah Keluarga Sadar Gizi Keluarga sadar gizi adalah keluarga yang seluruh anggota keluarganya melakukan perilaku gizi seimbang yang mencakup 5 indikator yaitu : Keluarga biasa mengkonsumsi aneka ragam makanan.Keluarga selalu memantau kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarganya, khususnya balita dan ibu hamil. Keluarga hanya menggunakan garam beryodium untuk memasak makanannya. Keluarga memberi dukungan pada ibu melahirkan untuk memberikan ASI ekslusif. Keluarga mengkonsumsi suplemen gizi hila diperlukan. Untuk tahun 2009 pelaksanaan Survei Dampak Program Gizi, tidak dilaksanakan, dengan demikian data pencapaian Hasil Survei Dampak Program Gizi Tahun 2009 mengacu pada hasil kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2006. Yakni cakupan keluarga sadar gizi di UPT Puskesmas Kesugihan II sebesar 0 %. Hasil ini masih di bawah target yang diharapkan (80 %) melihat kondisi di masyarakat terutama indikator ASI eksklusif belum dapat memenuhi 5 indikator itu. Faktor sosial budaya di pedesaan dalam pemberian Asi Eksklusif dan MP ASI, faktor pekerjaan pada masyarakat perkotaan serta kebijakan yang kurang mendukung pemberian ASI Ekslusif. Lampiran tabel 65.Persentase Desa/Kelurahan Dengan Garam Beryodium Yang Baik Survei tentang tingkat konsumsi garam beryodium di masyarakat dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesadaran masyarakat sebagai produsen dan konsumen dalam hal pemakaian garam beryodium guna mencapai pemanfatan Garam Beryodium untuk Semua Tahun 2009.Pemantauan Garam Yang Beredar di Tingkat Masyarakat Tahun 2009 Melalui Siswa SD dilakukan dengan jumlah sampel sebanyak 3 desa yang ada di 7 wilayah Desa, setiap 1 desa diwakili oleh 1 Sekolah Dasar (SD) dengan responden diambil 21 anak yang berasal dari siswa kelas 3, 4 dan 5 untuk pemeriksanan garam beryodium dilakukan dengan cara tiap siswa membawa garam yang biasa dikonsumsi di rumah masing-masing. Jika dari hasil pemeriksaan di desa tersebut menunjukkan 20 atau 21 sampel menggunakan garam dengan kadar yodium cukup, maka desa tersebut termasuk dalam kategori Desa Baik, sedangkan jika hasil yang pemeriksaan terhadap garam tersebut kurang dari 20 sampel menggunakan garam dengan kadar yodium kurang atau tidak ada, maka desa tersebut termasuk dalam kategori Desa Tidak Baik. Dari hasil pemantauan tersebut, dari 3 desa, yang dijadikan lokasi pemantauan hanya 3 desa , dan seluruh sampel desa termasuk dalam kategori desa baik (100%), adapun desa yang digunakan sebagia sampel seperti tersebut dalam lampiran Tabel 33.Secara keseluruhan Pemantauan garam beryodium untuk tahun 2009 sulit untuk dilakukan analisa, karena sampel yang diambil kurang mewakili jika dibandingkan dengan jumlah desa di UPT Puskesmas Kesugihan II yang berjumlah 7 desa, Pemantauan ataupun hasil survai akan terwakili apabila dalam penentuan sampel minimal sebesar 30 % dari populasi, atau minimal melakukan pemantuan terhadap sampel desa sejumlah 7 desa.Jika diambil suatu kesimpulan dari hasil pemantauan dengan jumlah sampel yang ada, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat telah menggunakan garam beryodium dengan baik, dan peredaran garam di desa sampel telah mengandung yodium.Namun demikian jika mengacu pada hasil pemantauan tahun 2006, dengan jumlah sampel sebanyak 43,31%, atau sejumlah 7 desa dengan hasil desa pemanfaatan garam beryodium katagori baik sebanyak 3 desa, maka dapat digambarkan bahwa di UPT Puskesmas Kesugihan II 74,80 % masyarakatnya telah mengkonsumsi garam beryodium, dan 25,20 % belum menggunakan garam beryodium. Masih terdapatnya penggunaan garam dengan kadar yodium kurang atau tidak mengandung yodium oleh masyarakat, ini menunjukan ada sebagian masyarakat yang masih belum memahami akan manfaat garam beryodium dalam pencegahan GAKY, berupa penyakit gondok. kreatin atau pertumbuhan yang terhambat yang dapat menyebabkan gangguan terhadap mental bagi penderita. Melihat kondisi tersebut perlu adanya upaya sosial enforcement maupun low enforcement atau penegakan hukum terhadap penggunaan garam konsumsi yang tidak memenuhi syarat yang beredar dipasaran. Cakupan Ibu Hamil yang Mendapatkan Pelayanan Fe 1 dan Fe3 (Tabel 25). Pemberian tablet tambah darah dalam bentuk tablet Fe pada ibu hamil adalah bertujuan untuk mencegah anemia, dimana anemia merupakan salah satu kontribusi terhadap kematian ibu dan bayi. Berdasarkan laporan SPTP pada tahun 2009 terhadap ibu hamil yang diperiksa HB sebanyak 1174 orang menunjukan bahwa ibu hamil yang menderita anemia sebanyak 32, atau sebesar 10,76 %. Keadaan ini tidak segera ditanggulangi dapat berdampak terhadap janin yang dikandung maupun membahayakan jiwa ibu dalam menghadapi persalinan yang pada akhimya dapat meningkatkan kematian ibu dan bayi. Berkaitan hal tersebut maka diharapkan ibu hamil dapat mengkonsumsi tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilannya. Adapun pencapaian ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe 1 (30 tablet) pada tahun 2009 sebesar 11.74 %/ 100.95 dan Fe 3 ( 90 tablet ) sebesar 92.42 %. Sedangkan terget Kabupaten untuk Fe 1 dan Fe 3 adalah 95 %. Jumlah puskesmas dengan pencapaian Fe 1 yang memenuhi target ada 23 Puskesmas dan yang belum memenuhi target 13 Puskesmas, dengan pencapaian terendah di wilayah Tengah sebesar 65,81 %. Untuk pencapaian cakupan Fe 3, wilayah Puskesmas yang telah memenuhi target ada 11 puskesmas dan yang belum terpenuhi target pemberian Fe 3 pada ibu hamil ada 25 wilayah Puskesmas, dengan pencapaian target terendah terjadi pada wilayah kerja Puskesmas Cilacap Tengah sebesar 60,01 %. Selengkapnya terdapat dalam table 25.Dilihat dari data pencapaian hasil untuk pemberian tablet besi pada ibu hamil, masih banyak wilayah Puskesmas yang belum mencapai target, hal ini dikarenakan oleh banyak faktor yang antara lain : sistem pencatatan/ pelaporan yang belum terkoordinir dengan baik antara Puskesmas dengan RS KIA, RS Pemerintah / Swasta, Bidan Praktek Swasta dan pemberian tablet Fe masih ada yang belum sesuai aturan (30 tablet). Selain itu juga faktor kepatuhan sasaran masih kurang dengan alasan efek mual sehingga hasil cakupan menjadi rendah.Asi Ekslusif (Tabel 22).Pemberian ASI Eksklusif bagi bayi, merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan SDM sejak dini, karena sejak usia dini bayi mendapatkan makanan yang paling sehat dan tepat, serta memberikan rasa nyaman dan aman bagi bayi yang berdampak positif bagi tumbuh kembang bayi selanjutnya. Standar pelayanan minimal metapkan 80 % Ibu dapat memberikan ASI secara Ekslusif, dan semua pelayanan kesehatan melaksanakan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui serta bebas dari promosi susu formula. Rekap SPTP selama tahun 2009 di ketahui, pencapaiannya ASI Eksklusif di UPT Puskesmas Kesugihan II masih dibawah target yakni sebesar 1,71 %, terjadi penurunan target pencapaian bila dibanding taun 2006 yang sebesar 20,02 %, dengan 7 desa dengan pencapaian cukup baik dan Desa Kuripan 7, Desa Jangrana 1, sedangkan pencapaian tahun 2009, tidak ada Desa yang mencapai target diatas 50 %, pencapaian tertinggi terjadi di wilayah kerja Puskesmas 48,54%, hal ini masih sangat jauh dari standart minimal pelayanan 80%. Banyak faktor yang mempengaruhi penyebab terjadinya ASI Eksklusif di UPT Puskesmas Kesugihan II pencaianya rendah, antara lain rendahnya Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP) ibu tentang ASI Eksklusif, Sosial budaya yang sulit dirubah (perubahan perilaku), kesibukan ibu khususnya bagi wanita pekeja, gencarnya promosi susu formula di masyarakat melalui media elektronik maupun Bidan Praktek Swasta, sulitnya petugas kesehatan maupun kader posyandu dalam pencatatan dan pelaporan, serta pemantauan terhadap pemberian ASI Eksklusif serta belum tersediannya Pajak ASI di tempat-tempat umum seperti terminal, super market, pasar dan sebagainya. Cakupan Wanita Usia Subur Mendapat Kapsul YodiumMulai tahun 2005 UPT Puskesmas Kesugihan II dalam penanggulangan GAKY tidak dilakukan pendistribusian kapsul minyak beryodium, karena tidak ditemukan kecamatan endemis berat. Sedangkan fokus penanggulangan GAKY melalui perbaikan konsumsi garam beryodium yang beredar di masyarakat.Demikian juga untuk tahun 2009, pemberian apsul yodium tidak dilakukan terhadap wanita usia subur.MANAJEMEN KESEHATAN.SUMBER DAYA KESEHATAN.Dalam pencapaian program pembangunan kesehatan yang optimal diperlukan adanya pelaksanaan manajemen sumber daya manusia yang baik, sebagai pelaksana program kesehatan, baik secara kualitas maupun kuantitas. Beberapa aspek yang memerlukan perhatian di bidang kesehatan adalah aspek perencanaan tenaga, aspek pengadaan dan aspek pemanfaatan tenaga. Hal-hal yang menyangkut sumber daya kesehatan tercantum dalam Undang-Undang Nomor. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan meliputi : Tenaga Kesehatan, Sarana Kesehatan, Perbekalan Kesehatan, Pembiayaan Kesehatan, Pengelolaan Kesehatan serta Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Persebaran keberadaan sumber daya kesehatan di UPT Puskesmas Kesugihan II perlu diupayakan dalam jarak jangkauan yang cukup efisien dengan permasalahan kesehatan masyarakat yang dilayani. Gambaran keadaan sumber daya kesehatan di UPT Puskesmas Kesugihan II Tahun 2009 adalah sebagai berikut :Rasio tenaga dokter per 100.000 penduduk.Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan pemerataan pelayanan kesehatan diperlukan tenaga dokter yang cukup. Di UPT Puskesmas Kesugihan II tahun 2009 jumlah tenaga dokter yang bekerja di Puskesmas, dan sarana kesehatan lain adalah 7 orang . Target Rasio tenaga dokter per 100.000 penduduk sampai dengan Tahun 2009 adalah 40. Dengan demikian keberadaan dokter umum di UPT Puskesmas Kesugihan II masih jauh dari yang diharapkan.Rasio tenaga dokter gigi per 100.000 penduduk.Di UPT Puskesmas Kesugihan II tahun 2009 jumlah tenaga dokter gigi yang bekerja di Puskesmas, dan sarana kesehatan lain adalah 2 orang , . Target Rasio tenaga dokter gigi per 100.000 penduduk sampai dengan Tahun 2009 adalah 11.Ratio Dokter Puskesmas per PuskesmasUpaya untuk meningkatkan mutu pelayanan dan pemerataan pelayanan kesehatan dititik beratkan kepada pelayanan kesehatan dasar yang diselenggarakan melalui Puskesmas. Jumlah tenaga dokter di puskesmas UPT Puskesmas Kesugihan II Tahun 2009 sebanyak 1 orang Ratio Dokter Gigi Puskesmas per PuskesmasJumlah tenaga dokter gigi di puskesmas UPT Puskesmas Kesugihan II Tahun 2009 sebanyak 1 orang tahun 2007, juga masih 1 orang,Jumlah dan Ratio Dokter Spesialis Dengan makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan sehingga makin meningkat pula kebutuhan untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik. Pemenuhan tenaga dokter ahli di Rumah Sakit sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan untuk meningkatkan pelayanan prima. Jumlah dokter spesialis di UPT Puskesmas Kesugihan II tahun 2009 adalah 1 orang atau Rasio dokter spesialis per 100.000 penduduk . Target Ratio Dokter Spesialis per 100.000 penduduk sampai dengan Tahun 2009 adalah 6. Penyebaran dokter spesialis belum menjangkau Pelayanan di tingkat Puskesmas, namun demikian telah diupayakan adanya program kunjungan dokter spesialis dalam rangka pelayanan kesehatan di tingkat Puskesmas.Jumlah dan Rasio Tenaga Apoteker per 100.000 penduduk.Jumlah tenaga Apoteker di UPT Puskesmas Kesugihan II Tahun 2009 adalah 0orang.. Penyebaran tenaga apoteker belum merata sampai ke Tingkat Puskesmas,Target Rasio Tenaga Apoteker per 100.000 penduduk sampai dengan Tahun 2009 adalah 10.Lampiran tabel 53.Jumlah Bidan dan Rasio Bidan per 100.000 penduduk.Dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi, serta meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak, maka program Pemerintah menempatkan bidan sampai ke desa-desa yang dikenal dengan Bidan Desa. Jumlah bidan yang ada di Puskesmas, RS, dan Sarana Kesehatan lain Tahun 2009 sebanyak 16 orang yang terdiri dari tingkat pendidikan D III Kebidanan sebanyak 11 , dan lulusan D I Kebidanan sebanyak 5..Jumlah Perawat dan Rasio Perawat per 100.000 penduduk.Tenaga perawat kesehatan memegang peranan yang sangat penting, karena pada umumnya tenaga perawat memberikan pelayanan langsung, baik kuratif maupun preventif. Jumlah tenaga perawat kesehatan di UPT Puskesmas Kesugihan II tahun 2009, sebanyak 13 diPuskesmas Kesugihan II , D III keperawatan sejumlah 3 orang, dan SPK sejumlah 4 orang.SI Keperawatannya sejumlah 6 Lampiran tabel 57.Jumlah Ahli Gizi dan Rasio Ahli Gizi per 100.000 penduduk.Tenaga Ahli Gizi di UPT Puskesmas Kesugihan II tahun 2009, baik di Puskesmas, RS, dan Sarana Kesehatan Lain sebanyak 0 orang dengan ratio jumlah Ahli Gizi per 100.000 penduduk sebesar 0. Target Rasio Ahli Gizi per 100.000 penduduk sampai dengan Tahun 2009 adalah 22. Lampiran tabel 56.Jumlah Ahli Sanitasi dan Rasio Ahli Sanitasi per 100.000 penduduk.Tenaga Ahli Sanitasi di UPT Puskesmas Kesugihan II tahun 2009, baik di Puskesmas, RS, dan Sarana Kesehatan lain sebanyak 2 Orang dengan pendidikan DIII Sanitasi.. Lampiran Tabel 58.Jumlah Ahli Kesehatan Masyarakat dan Rasio Ahli Kesehatan Masyarakat per 100.000 penduduk.Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat di UPT Puskesmas Kesugihan II tahun 2009, sebanyak 1 orang.PEMBIAYAAN KESEHATAN Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan suatu wujud pertanggung jawaban dalam mencapai Visi, Misi dan Tujuan Instansi Pemerintah, serta dalam rangka perwujudan Good Governance. Laporan ini dapat dicapai secara baik, melalui pengembangan dua manajemen, yaitu Manajemen Strategis dan Manajemen Kinerja. Sesuai Tugas Pokok dan Fungsinya, UPT Puskesmas Kesugihan II , telah menyusun Rencana Strategis ( RENSTRA ) yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau mungkin timbul. Rencana Strategia UPT Puskesmas Kesugihan II , yang mencakup Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran serta Strategi pencapaian sasaran berikut program dan kegiatan pendukungnya, Dalam mencapai tujuan tersebut UPT Puskesmas Kesugihan II mempunyai misi dan visi, yakni Visi dibidang kesehatan adalah Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat, Dengan mengedepankan upaya Promotif, preventif,didukung Tenaga Kesehatan yang profesional yang merupakan kondisi masa depan yang dicita citakan dan merupakan komitmen bersama tanpa ada paksaan, sedangkan Misi UPT PUSKESMAS KESUGIHAN II adalah :Pertama : Memberikan pelayanan tingkat dasar yang primasesuai standar pelayanan yang adaKedua : Memberikan kesempatan kepada tenaga kesehatan yang ada di UPT Puskesmas Kesugihan II, untuk menambah ilmu dibidang masing masing sesuai dengan profesinyaKetiga : Meningkatkan upaya promotif dengan menggalakan penyuluhan kesehatan disetiap kesempatan yang memungkinkan dimana banyak massa berkumpul : Rapat PKK Desa, pertemuan aparat desa, pertemuan kader sehat, pelaksanaan posyandu dll.Keempat : Mendukung pelaksanaan program kesehatan lingkungan di masyarakat, misal Jum`at bersih, atau Minggu bersih. Kelima : Memasyarakatkan PHBS dan Mengevaluasinya.Keenam : Menumbuhkan peran Masyarakat dalam rangka sehat mandiri, dengan mendirikan bimbingan pemanfaatan sebagian lahan pekarangannya, sebagai ladang tanaman obat keluarga dan pemanfaatannya.Ketujuh : Membuka klinik Sanitasi Tujuan dari UPT PUSKESMAS KESUGIHAN II ditetapkan dari analisis internal dan eksternal adalah sebagai berikut :Menjadikan Puskesmas sebagai tempat Pelayanan Kesehatan tingkat Dasar dengan pelayanan prima.Mengedepankan Promotiv dan PreventivMenurunkan angka mordibitas dan mortalitas.Dalam pelaksanaan kegiatan program kesehatan dan pencapaian tujuan sebagai mana tersebut di atas, maka ditentukan sasaran terhadap kegiatan program yang merupakan penjabaran dari tujuan, yaitu sesuatu yang akan dicapai/ dihasilkan oleh Instansi pemerintah dalam jangka waktu tertentu.Terwujudnya masyarakat berbudaya bersih, sehat, berperan aktif dalam pembangunan kesehatan.Terwujudnya Sistem Informasi Kesehatan ( SIK ) yang cepat, tepat dan akurat.Tercapainya peningkatan pelayanan kesehatan melalui penyediaan sarana prasarana kesehatan sesuai kebutuhan.Terselenggaranya pengelolaan obat secara optimal serta pelayanan perijinan kesehatan swasta.Teratasinya masalah-masalah kesehatan keluarga dan gizi masyarakatTerkendalinya kejadian penyakit menular, endemik dan terwujudnya lingkungan sehat.Terlaksananya pelayanan pemeriksaan Laboratorium pada masyarakat secara lengkap dan baikTersedianya perangkat hukum yang mendasari Pelayanan KesehatanTerwujudnya kemampuan petugas kesehatan.Untuk mecapai tujuan dengan sasaran yang telah ditetapkan, perlu disusun suatu kebijakan,sebagai landasan penyusunan program dan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain :Peningkatan partisipasi masyarakat berperilaku sehatPeningkatan fungsi sarana prasarana kesehatanPeningkatan Sumber Daya Manusia ( SDM ) kesehatanPeningkatan SIK dan kewaspadaan / deteksi dini kasus-kasus penyakit menular dan endemik.Peningkatan Kesehatan keluarga dan Gizi masyarakatPeningkatan Perencanaan Pembangunan berwawasan kesehatanPenyuluhan Kesehatan Masyarakat Pembangunan dan Peningkatan sarana dan prasarana kesehatan8. Pengawasan produksi obat tradisionalPenanganan kasus kasus penyakit menular dan endemikPembangunan Manajemen Kesehatan.Dalam upaya mencapai tujuan, diperlukan adanya penetapan program sebagai rencana kinerja atau Renja yang dijabarkan lebih lanjut ke dalam sejumlah program, Didalam setiap program terkumpul sejumlah kegiatan yang memiliki kesamaan perspektif yang terkait dengan maksud, tujuan dan karakteristik.Penetapan program pada penyusunan kegiatan dan pengalokasian sumber daya organisasi dituangkan kedalam rencana kerja anggaran tahunan dalam bentuk tabel form RKT yang disusun setiap awal tahun anggaran.Untuk menentukan suatu keberhasilan kegiatan program kesehatan yang telah tersusun dalam bentuk rencana kerja tahunan (RKT), ditentukan indikator kinerja dengan pengukuran kinerja yang mencakup penetapan indikator kinerja dan penetapan capaian indikator kinerja.Setiap indikator terdiri dari 3 elemen, yaitu : Input, Output, Outcome.Indikator Input, menunjukan sumberdaya dan dana yang digunakan dalam melakukan kegiatan, seperti Dana, SDM atau peralatan kantor.Indikator Output, menunjukan keluaran yang langsung dihasilkan dari kegiata, sedangkan Indikator Outcome menunjukan hasil yang diperoleh dari berfungsinya keluaran, indikator outcome mencerminkan sasaran atau tujuan yang dikehendaki dari setiap kegiatan yang dilakukan.Sedangkan penetapan capaian indiktor kinerja adalah perbandingan antara rencana, relisasi, capaian indikator kinerja, bobot indikator kinerja, dan nilai capaian indikator kinerja. Untuk membuat kesimpulan hasil evaluasi digunakan dengan pengukuran keinerja. Skala pengukuran kinerja dimaksud dibuat berdasarkan pertimbangan masing-masing instansi, antara lain dengan skala pengukuran interval seperti : 86 - > 100 sangat baik. 71 70 kurang baik, < 54 buruk / gagal, kemudian masing-masing program, sasaran dan kegiatan dapat dievaluasi berdasarkan pengukuran kinerja. Dalam indikator kinerja yang dicantumkan adalah Rencana Kinerja Tahunan (RKT). Pengukuran kinerja kegiatan (Form.PKK) dan pengukuran pencapaian sasaran (Form.PPS), CAPAIAN KINERJAHasil pengukuran capaian kinerja program, maupun sasaran pada UPT PUSKESMAS KESUGIHAN II, Tahun 2009 adalah Sebagai berikut :Program Obat Program Upaya kesehatan MasyarakatProgram Pengawasan obat dan makananProgram Pengembangan obat asli Indonesia Program Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat Program Perbaikan Gizi Masyarakat Program Pengembangan Lingkungan Sehat Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Program standarisasi Pelayanan Kesehatan Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin Program kemitraan peningkatan dan pelayanan kesehatan lansiaProgram pengawasan dan pengendalian kesehatan makananProgram peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anakSedangkan capaian kinerja sasaran adalah sebagai berikut :Terwujudnya Masyarakat Berbudaya bersih sehat berperan aktif dalam pembangunan kesehatan 100%.Terujudnya Sistem Informasi Kesehatan yang cepat dan akurat 100%.Tercapainya peningktan pelayanan melalui penyediaan srana dan prasarana kesehatan 100%.Terselenggarnya pengelolaan obat secara optimal serta pelayana perijinan kesehatan swasta 100%.Teratasinya masalah-masalah kesehatan keluarga dan permasalahan gizi masyarakat 100%.Terkendalinya kejadian penyakit menular, endemik dan terwujudnya lingkungan sehat 97,33 %.Terlaksananya pelayanan laboratorim terhadap masyarakat secara lengkap dan baik 100%.Terwujudnya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehatan 100%Tersedianya perangakt hukum yang mendasari pelayanan kesehatan 100%Hasil pengukuran capaian kinerja UPT PUSKESMAS KESUGIHAN II, Tahun 2009, lebih lengkap .EVALUASI DAN ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJAKinerja UPT PUSKESMAS KESUGIHAN II, tahun 2009 tercermin dalam pencapaian sasaran yang dilaksanakan melalui berbagai program dan kegiatan.Pencapaian kinerja seluruh sasaran tahun 2009 adalah sebagai berikut :Program dan kegiatan di isi RKA 2009Total realisasi anggaran Rp.81.492.038,- .Keberhasilan / kegagalanDari capaian kinerja program kesehatan yang tercantum dalam permendagri no. 13 tahun 2006 tentang pengelolaan keuangan Daerah nampak bahwa dari 17 program kesehatan sudah terakomodir 10 program yaitu ; Program Obat dan perbekalan kesehatan dengan sasaran kegiatan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan, program Upaya kesehatan Masyarakat dengan sasaran kegiatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan (penyuluhan kesehatan masalah flu burung), Pengadaaan, peningkatan dan perbaikan sarpras Puskesmas dan jaringannya, Pelayanan kefarmasian, Pembinaan BP, RB, RSIA swasta, Peningkatan pelayanan kesehatanbagi pengungsi korban bencana alam, pengadaan peralatanan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generuik esensial, Program pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya dengan sasaran peningkatanan pengawasan keamanan pangan dan berbahaya, Program Promosi Kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dengan sasaran kegiatanya penyuluhan masyarakat pola hidup sehat, peningkatanan pendidikan tenaga penyuluh kesehatan, monitoring evaluasi dan pelaporan, Program Perbaikan gizi masyarakat dengan sasaran kegiatannya penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY) kurang Vit. A dan kekurangan zat gizi mikro lainnya, pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi, Program Pengembangan Lingkungan sehat dengan sasaran kegiatanya Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah, pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular, peningkatanan imunisasi (bayi & TT WUS), peningkatanan Syrveylance, epidemiologi dan penanggulangan wabah. Program Standarisasi pelayanan kesehatan dengan sasaran kegiatannya pembangunan dan pemutahiran data dasar stnadart pelayanan kesehatan, program pengadaan peningkatan dan perbaikan sarana prasarana Puskesmas Pustu dan jaringannya dengan sasaran kegiatan pembangunan Puskesmas, Puskesmas pembantu dan jaringannya serta pengadaan sarana dan prasarana Puskesmas peningkatan sistem informasi manajemen Puskesmas (SIMPUS), pengadaan alat kesehatan medis dan non medis, program kemitraan peningkatanan pelayanan kesehatan dengan sasaran kegiatan monitoring evaluasi dan pelaporan (rapat koordinasi Lintas batas Kab/ Prop) dan monitoring evaluasi dan pelaporan (refresing P2KT petugas Puskesmas).Program-program tersebut diatas dengan capaian kegiatan sebesar 90% di UPT PUSKESMAS KESUGIHAN II sehingga dapat memacu kegiatan program yang strategis melalui indikator kesehatan yang sebagai daya ungkit keberhasilan program pembangunan kesehatan UPT Puskesmas Kesugihan II yaitu : Menurunkan angka kesakitan malaria s/d 0 %Angka kesakitan Penyakit Flu burung 0%Meningkatnya kesadaran masyarakat dengan dimotori Pemerintah Daerah, Dinas / Instansi dan LSM untuk pencegahan penyakit HIV/AIDSMenurunya angka kematian Ibu ( 19 kasus/Th), Bayi (150 kasus/Th) dan Balita ( 12 kasus/Th) rata-rata masih dibawah angka Nasional maupun Provinsi.Menurunya kasus gizi buruk (dari 180 kasus menjadi 83 kasus ) dengan penanganan dan tindak lanjut memberikan susu, bubur dan makanan tambahan lainya selama 90 hari kepada 97 anak gizi burukOperasi gratis bagi penderita bibir sumbing ( 0 kasus) dan penderita Hydrocephalus ( 0.Kasus)Hambatan / kendalaWilayah UPT Puskesmas Kesugihan II dibagi menjadi 7 Desa , dengan jumlah penduduk 60.60.000 jiwa, tidak ada desa terpencil yang sulit dijangkau dengan kendaraan semua terjangkau Cuma ada 1 dusun yang sulit terjangkau terutama pada musim hujan, yaitu dusun Karangandul desa Jangrana. PermasalahanKeterbatasan Tenaga, Dana dan Sarana PrasaranaKesadaran masyarakat tentang PHBS masih rendahMasih kurangnya koordinasi dengan Lintas program maupun sektor terkait Banyaknya kegiatan yang akan dijangkau.Langkah-langkah antisipatif Untuk mengatasi hambatan diatas, telah direncanakan langkah-langkah sebagai berikut :Meminimalisir keterbatasan anggaran dengan cara bertahap melengkapi sarana prasarana yang diperlukanMeningkatkan Koordinasi dengan LP, LS terkaitMemprioritaskan kegiatan yang mendesak untuk dilaksanakan Meningkatkan Promosi Kesehatan oleh petugas di lingkungannyaBAB VP E N U T U PBuku Profil Kesehatan UPT Puskesmas Kesugihan II merupakan gambaran dari hasil kegiatan pembangunan kesehatan yang menyeluruh di 7 Desa, Puskesmas selama satu tahun dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna. Upaya peningkatan dan perbaikan terhadap derajat kesehatan masyarakat, upaya pelayanan kesehatan, sarana kesehatan dan sumber daya kesehatan yang merupakan bagian dari pelaksanaan pembangunan kesehatan menuju Cilacap Sehat 2009, saat ini telah menunjukkan hasil yang cukup memuaskan, namun masih ada beberapa program kesehatan yang belum tercapai secara optimal. Hal tersebut menunjukkan masih perlunya perhatian dan penanganan yang lebih serius karena pembangunan kesehatan tetap merupakan kebutuhan masyarakat yang perlu ditingkatkan secara terus menerus sesuai dengan perkembangan pembangunan nasional. Penyusunan Buku Profil Kesehatan UPT Puskesmas Kesugihan II Tahun 2009 telah diupayakan untuk lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, baik dalam segi kualitas data maupun analisanya. Namun disadari pula bahwa dalam penyusunan Buku Profil Kesehatan Cilacap tahun 2009 ini masih ditemui hambatan, antara lain :Keterlambatan dalam pengumpulan dan analisa data, sehingga memperlambat secara keseluruhan penyusunan data Profil Kesehatan UPT Puskesmas Kesugihan II tahun 2009. Kurangnya kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia pengumpul data baik di Dinas Kesehatan Kabupaten, Puskesmas dan Institusi Pelayanan Kesehatan yang lain sehingga menyebabkan data menjadi kurang valid, terlambat dan tidak informatif.Pengetahuan, sikap dan ketrampilan para pengumpul dan pengelola data dalam mendiagnosa / mencermati dan interpretasi data juga perlu untuk selalu mendapatkan bimbingan. Untuk selanjutnya diharapkan dapat ditingkatkan karena hal tersebut merupakan muara dari kualitas data.Belum memahaminya Institusi Pelayanan Kesehatan pendukung data Profil sehingga colecting data di tingkat Kabupaten menjadi tersendat-sendat yang menyebabkan terlambatnya kegiatan validasi data di tingkat kabupaten.Akhirnya kami berharap semoga Buku Profil Kesehatan UPT Puskesmas Kesugihan II Tahun 2009 dapat bermanfaat, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan Buku Profil Kesehatan pada tahun mendatang.