profil potensi investasi provinsi gorontalo 2009

18
PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI GORONTALO 1 Profil Potensi Investasi Provinsi Gorontalo 1. Geografi, Administrasi dan Demografi Provinsi Gorontalo berada pada 0.19 – 1.15 o LU dan 121,23 – 123.43 o BT. Posisi provinsi ini berada di bagian utara Pulau Sulawesi, ibukota provinsi adalah Gorontalo dengan batas-batas administrasi sebelah timur Provinsi Sulawesi Utara, sebelah barat berbatasan dengan Sulawesi Tengah, sedangkan sebelah utara berhadapan langsung dengan Laut Sulawesi dan Teluk Tomini di sebelah selatan. Luas wilayah Provinsi Gorontalo adalah 12.215,44 km2. Jika dibandingkan terhadap wilayah Indonesia, luas wilayah provinsi ini hanya sebesar 0.64 %. Secara administrasi, Provinsi Gorontalo terdiri dari empat kabupaten dan satu kota, yaitu: Kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo. Jumlah penduduk di provinsi ini sebanyak 896.004 jiwa (BPS, 2008). Tingkat pertumbuhan penduduk di Gorontalo berkisar pada nilai 1.93. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya migrasi masuk dalam rangka pemenuhan kebutuhan sumberdaya manusia (SDM), terutama penempatan pegawai pemerintah baik dari pusat maupun dari provinsi lain. Di samping itu sebagai provinsi baru, Gorontalo merupakan daerah tujuan tenaga kerja untuk berusaha 2. Infrastruktur Untuk transportasi laut, Provinsi Gorontalo memiliki dua pelabuhan utama, yakni Pelabuhan Gorontalo dan Pelabuhan Anggrek Kwandang, Kabupaten Gorontalo. KM Umsini, secara regular menyinggahi Pelabuhan Anggrek, Kwandang, Kabupaten Gorontalo (dua minggu sekali (Kamis, Jumat) Secara regular kapal penumpang yang menyinggahi Pelabuhan Anggrek, Kwandang, adalah KM Umsini dan KM Kambuna.

Upload: ade-c-setyawan

Post on 29-Dec-2015

34 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Profil Potensi Investasi Provinsi Gorontalo 2009

PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI GORONTALO 1

Profil Potensi Investasi

Provinsi Gorontalo 1. Geografi, Administrasi dan Demografi

Provinsi Gorontalo berada pada 0.19 – 1.15o LU dan 121,23 – 123.43o BT. Posisi provinsi ini berada di bagian utara Pulau Sulawesi, ibukota provinsi adalah Gorontalo dengan batas-batas administrasi sebelah timur Provinsi Sulawesi Utara, sebelah barat berbatasan dengan Sulawesi Tengah, sedangkan sebelah utara berhadapan langsung dengan Laut Sulawesi dan Teluk Tomini di sebelah selatan. Luas wilayah Provinsi Gorontalo adalah 12.215,44 km2. Jika dibandingkan terhadap wilayah Indonesia, luas wilayah provinsi ini hanya sebesar 0.64 %. Secara administrasi, Provinsi Gorontalo terdiri dari empat kabupaten dan satu kota, yaitu: Kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo. Jumlah penduduk di provinsi ini sebanyak 896.004 jiwa (BPS, 2008). Tingkat pertumbuhan penduduk di Gorontalo berkisar pada nilai 1.93. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya migrasi masuk dalam rangka pemenuhan kebutuhan sumberdaya manusia (SDM), terutama penempatan pegawai pemerintah baik dari pusat maupun dari provinsi lain. Di samping itu sebagai provinsi baru, Gorontalo merupakan daerah tujuan tenaga kerja untuk berusaha

2. Infrastruktur

Untuk transportasi laut, Provinsi Gorontalo memiliki dua pelabuhan utama, yakni Pelabuhan Gorontalo dan Pelabuhan Anggrek Kwandang, Kabupaten Gorontalo. KM Umsini, secara regular menyinggahi Pelabuhan Anggrek, Kwandang, Kabupaten Gorontalo (dua minggu sekali (Kamis, Jumat) Secara regular kapal penumpang yang menyinggahi Pelabuhan Anggrek, Kwandang, adalah KM Umsini dan KM Kambuna.

Page 2: Profil Potensi Investasi Provinsi Gorontalo 2009

PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI GORONTALO 2

Sedangkan Pelabuhan Gorontalo secara periodik disinggahi kapal penumpang KM Tilongkabila yang menggantikan KM Awu. Untuk transportasi udara Provinsi Gorontalo memiliki satu bandara, yakni Bandar Udara Djalaluddin, terletak di Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo, kira-kira 35 km dari Kota Gorontalo.Bandara ini memiliki landasan pacu dengan panjang 1.850 m dan lebar 30 m, dan hanya dapat didarati pesawat berbadan kecil jenis Cassa dan F-27. Pada pertengahan 2002 Bandara Djalaluddin akan mengalami peningkatan dan penambahan panjang landasan pacu kira-kira 200 meter serta fasilitas lain berupa pembangunan bandara khusus kargo. Pembangunan bandara khusus kargo ini dimaksudkan untuk mendukung ekspor langsung dari Provinsi Gorontalo ke mancanegara, yakni Filipina, Taiwan, dan Jepang. Jarak tempuh dari Gorontalo ke Filipina sekitar 1 jam, Taiwan 3 jam, dan ke Jepang 4 jam. Panjang jalan di wilayah Provinsi Gorontalo mencapai 2,170.6 km yang terdiri dari 634.73 km jalan negara, 449.92 km jalan provinsi. 1,050.19 km jalan kabupaten dan 35.76 jalan kota. Jaringan telekomunikasi yang dikelola oleh PT. Telkom telah melayani seluruh wilayah. Jaringan ini didukung dengan kapasitas sentral/terpasang sebesar 16,730 dan kapasitas terpakai sebanyak 16,113. Jaringan selular telah juga dapat melayani seluruh wilayah dengan dukungan tiga operator yaitu Telkomsel, Indosat dan Exelcomindo. Kantor pos dan warnet juga telah tersedia terutama di kota Gorontalo. Hotel dan Restoran Jumlah hotel yang ada di Provinsi ini sebanyak 46 buah dan salah satunya merupakan hotel berbintang. Kapasitas kamar yang tersedia sebanyak 724 kamar. Sebagian hotel berada di Kota Gorontalo. Restoran dan rumah makan yang ada di provinsi ini sebanyak 104 buah. Total produksi listrik di provinsi ini adalah 118,073,889 kwh. Persoalan infrastruktur yang utama di Provinsi Gorontalo adalah kelistrikan. Hal ini karena (1) Pembangkit listrik di Gorontalo semuanya disel dan berbahan baker solar. (2) Pembangkit listrik yang ada saat ini sudah tua sehingga tidak efisien lagi. (3) Presentasi pertumbuhan konsumsi

Page 3: Profil Potensi Investasi Provinsi Gorontalo 2009

PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI GORONTALO 3

listrik sekitar 12 persen pertahun lebih cepat dari pertumbuhan ekonomi masyarakat. (4) Pertumbuhan ppresentasi tersebut tidak diimbangi dengan penambahan pembangkit listrik. (5) Jaringan listrik yang ada belum terkoneksi secara menyeluruh. Kondisi kelistrikan di Gorontalo saat ini mengalami krisis sehingga dilakukan pemadaman secara bergiliran selama 4 jam setiap 3 hari karena itu Wagub berbagai usaha dilakukan diantaranya dengan membantu PLN Gorontalo dengan menyewa mesin genset 3 MW milik swasta dan meyediakan mesin genset 3.6 MW melalui BUMD Provinsi Gorontalo serta bekerjasama dengan Ditjen LPE dalam pemanfaatan dan pengembangan potensi energi terbarukan khususnya pembangunan PLTMH di berbagai lokasi di Gorontalo.

3. Perekonomian Wilayah Selama tiga tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo memperlihatkan perkembangan yang pesat. Pertumbuhan ekonomi di Provinsi ini pada tahun 2007 sebesar 6.90 % dan pada tahun 2008 sebesar 7.90 %.

4. Komoditas Potensial

4.1. Industri Kelapa Terpadu

o Prospek Pasar Industri Kelapa Terpadu adalah industri pengolahan kelapa yang menghasilkan antara lain: Tepung Kelapa, Santan Kelapa, Serat Kelapa (Coco Fiber), Arang Briket, dan Nata de Coco. Neraca perdagangan tepung kelapa sebagai produk utama dari industri pengolahan kelapa terpadu menunjukkan rata-rata surplus yang besar setiap tahunnya (28,904,421 USD). Hal tersebut menunjukkan pasar luar negeri yang cukup baik untuk komoditas ini yang trend ekspornya terus meningkat.

Disamping tepung kelapa, Serat Kelapa sebagai salah satu hasil pengolahan kelapa terpadu memiliki prospek pasar

Page 4: Profil Potensi Investasi Provinsi Gorontalo 2009

PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI GORONTALO 4

dalam negeri yang baik. Hal ini ditunjukkan oleh neraca perdagangan serat kelapa selama lima tahun (2004 – 2008) yang terlihat negatif, dengan nilai rata-rata selama lima tahun sebesar 13,229,883 USD. Dengan demikian, komoditas Coco Fiber cukup potensial untuk dikembangkan karena memiliki prospek pasar dalam negeri yang baik.

o Ketersediaan Bahan Baku Potensial Produksi kelapa Provinsi Gorontalo sebesar 67,261 ton/tahun (Provinsi Gorontalo dalam Angka, 2008 , diolah). Satu unit industri kelapa terpadu memiliki kapasitas bahan baku sebesar 2,057 ton/ tahun. Saat ini di Provinsi Gorontalo terdapat 4 unit industri kelapa terpadu, yang menyerap bahan baku sebanyak 8,226. Karena itu, jumlah bahan baku potensial yang tersedia sebanyak 59,033 ton/tahun.

o Lokasi Pengembangan

Page 5: Profil Potensi Investasi Provinsi Gorontalo 2009

PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI GORONTALO 5

Lokasi pengembangan ditetapkan berdasarkan sentra produksi bahan baku dari industri yang akan dikembangkan. Berdasarkan hal ini, Industri Kelapa terpadu di Gorontalo dapat dikembangkan di Kabupaten Gorontalo, Pahuwato, dan Boalemo dengan produksi bahan baku masing-masing sebesar 31,985 ton/tahun; 21,765; dan 7,752 ton/tahun.

o Kebutuhan dan Ketersediaan Tenaga Kerja

Industri Kelapa Terpadu membutuhkan tenaga kerja sebanyak 700 orang/unit industri. Sementara itu jumlah pencari kerja terdaftar di Gorontalo tahun 2008 sebanyak 23,851 orang (Depnakertrans, 2008). Dengan demikian kebutuhan tenaga kerja untuk mengembangan industri ini cukup tersedia.

o Nilai Investasi dan Kelayakan Finansial

Secara umum untuk membangun satu unit industri kelapa terpadu diperlukan investasi sebesar Rp. 6,211,463,500,- atau 621,146.3 USD.

o Pelaku Usaha

Berdasarkan data Departemen Perindustrian (2008), di Provinsi Gorontalo terdapat 4 perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan komponen kelapa.

4.2. Industri Pengalengan Ikan

o Peluang Pasar Komoditas Pengalengan Ikan memiliki prospek pasar yang baik. Selama lima tahun (2004 – 2008) neraca perdagangannya terlihat positif, dengan nilai rata-rata sebesar 104,159,180 USD. Hal ini menunjukkan peluang pasar luar negeri (ekspor) yang masih terbuka luas. Dengan demikian, Komoditas Pengalengan Ikan masih sangat potensial untuk dikembangkan.

Page 6: Profil Potensi Investasi Provinsi Gorontalo 2009

PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI GORONTALO 6

o Ketersediaan Bahan Baku Potensial

Produksi ikan Provinsi Gorontalo sebesar 36,919.30 ton/tahun (Provinsi Gorontalo dalam Angka, 2008, diolah). Satu unit industri pengalengan ikan memiliki kapasitas bahan baku sebesar 3,000 ton/tahun. Saat ini di Provinsi Gorontalo terdapat 1 industri pengalengan ikan dan terdapat 7 unit industri ikan beku yang menggunakan bahan baku ikan. Karena itu, jumlah bahan baku potensial yang tersedia sebanyak 12,917 ton/ tahun.

o Lokasi Pengembangan Lokasi pengembangan ditetapkan berdasarkan sentra produksi bahan baku dari industri yang akan dikembangkan. Berdasarkan hal ini, Industri Pengalengan Ikan di Gorontalo dapat dikembangkan di Kabupaten Gorontalo, Boalemo, dan kota Gorontalo dengan produksi bahan baku masing-masing sebesar 8,965; 7,427; dan 10,984 ton/tahun;

o Kebutuhan dan Ketersediaan Tenaga Kerja

Industri Pengalengan Ikan membutuhkan tenaga kerja sebanyak 125 orang/unit industri. Sementara itu jumlah pencari kerja terdaftar di Gorontalo tahun 2008 sebanyak 23,851 orang (Depnakertrans, 2008). Dengan demikian kebutuhan tenaga kerja untuk mengembangan industri ini cukup tersedia.

Page 7: Profil Potensi Investasi Provinsi Gorontalo 2009

PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI GORONTALO 7

o Nilai Investasi dan Kelayakan Finansial Secara umum untuk membangun satu unit industri pengalengan ikan diperlukan investasi sebesar Rp. 98,964,256,000.- atau 9,896,425. USD.

o Pelaku Usaha Berdasarkan data Departemen Perindustrian (2008), di Provinsi Gorontalo terdapat 1 perusahaan yang bergerak di bidang industri pengalengan ikan dan 7 industri lain berbahan baku ikan

4.3. Industri Pakan Ternak

Komoditas pakan ternak memiliki prospek pasar yang baik. Selama lima tahun (2004 – 2008) neraca perdagangannya terlihat negatif. Rata-rata selama lima tahun, neraca perdagangan devisit sebesar -154,639,558 USD. Hal ini menunjukkan peluang pasar dalam negeri yang masih terbuka luas. Dengan demikian, komoditas pakan ternak masih sangat potensial untuk dikembangkan karena memiliki prospek pasar dalam negeri yang masih besar.

o Ketersediaan Bahan Baku Potensial

Produksi jagung Provinsi Gorontalo sebesar 399,883.2 ton/tahun (Provinsi Gorontalo dalam Angka, 2008, diolah). Satu unit industri pakan ternak memiliki kapasitas bahan baku sebesar 96,000 ton/tahun. Saat ini di Provinsi Gorontalo tidak terdapat industri pakan ternak. Karena itu, jumlah bahan baku potensial yang tersedia sebanyak 399,883.2 ton/ tahun.

o Lokasi Pengembangan

Lokasi pengembangan ditetapkan berdasarkan sentra produksi bahan baku dari industri yang akan dikembangkan. Berdasarkan hal ini, Industri pakan ternak di Gorontalo dapat dikembangkan di Kabupaten Gorontalo,

Page 8: Profil Potensi Investasi Provinsi Gorontalo 2009

PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI GORONTALO 8

Pahuwato, dan Boalemo dengan potensi bahan baku masing-masing sebesar 121,565; 161,190; dan 108,664 ton/tahun.

o Kebutuhan dan Ketersediaan Tenaga Kerja

Industri pakan ternak membutuhkan tenaga kerja sebanyak 260 orang/unit industri. Sementara itu jumlah pencari kerja terdaftar di Gorontalo tahun 2008 sebanyak 23,851 orang (Depnakertrans, 2008). Dengan demikian kebutuhan tenaga kerja untuk mengembangan industri ini cukup tersedia.

o Nilai Investasi dan Kelayakan Finansial

Secara umum untuk membangun satu unit industri pakan ternak diperlukan investasi sebesar Rp. 98,964,256,000.- atau 9,896,425.6 USD.

o Pelaku Usaha

Berdasarkan data departemen perindustrian (2008), di Provinsi Gorontalo tidak terdapat perusahaan yang bergerakdi bidang industri pakan ternak. Dengandemikian industri ini tidak memiliki pesaing di provinsi ini.

4.4. Industri Pengolahan Daging Sapi

o Prospek Pasar Komoditas daging sapi olahan memiliki prospek pasar dalam negeri yang cukup baik. Selama lima tahun (2004 – 2008) neraca perdagangannya terlihat negatif. Rata-rata selama lima tahun, neraca perdagangan negatif sebesar 25,966,281 USD. Dengan demikian, komoditas Daging Sapi Olahan cukup potensial untuk dikembangkan.

o Ketersediaan Bahan Baku Potensial

Produksi daging Provinsi Gorontalo sebesar 1,648.8 ton/tahun (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov

Page 9: Profil Potensi Investasi Provinsi Gorontalo 2009

PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI GORONTALO 9

Gorontalo, 2008, diolah). Satu unit industri pengolahan daging sapi memiliki kapasitas bahan baku sebesar 4,000 ton/tahun.Saat ini di Provinsi Gorontalo tidak terdapat industri pengolahan daging sapi. Karena itu, jumlah bahan baku potensial yang tersedia sebanyak 16,488 ton/ tahun.

o Lokasi Pengembangan Lokasi pengembangan ditetapkan berdasarkan sentra produksi bahan baku dari industri yang akan dikembangkan. Berdasarkan hal ini, Industri pengolahan daging sapi di Provinsi Gorontalo dapat dikembangkan di Kabupaten Gorontalo dengan produksi bahan baku sebesar 16,488 ton/tahun.

o Kebutuhan dan Ketersediaan Tenaga Kerja

Industri pengolahan daging sapi membutuhkan tenaga kerja sebanyak 40 orang/unit industri. Sementara itu jumlah pencari kerja terdaftar di Gorontalo tahun 2008 sebanyak 23.851 orang (Depnakertrans, 2008). Dengan demikian kebutuhan tenaga kerja untuk mengembangan industri ini cukup tersedia.

o Nilai Investasi dan Keuntungan Finansial

Secara umum untuk membangun satu unit industri pengolahan daging sapi diperlukan investasi sebesar Rp. 3,548,000,000.- atau 354,800 USD.

o Pelaku Usaha

Berdasarkan data departemen perindustrian (2005), di Provinsi Gorontalo tidak terdapat perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan daging sapi. Dengan demikian industri ini tidak memiliki pesaing di provinsi ini.

Page 10: Profil Potensi Investasi Provinsi Gorontalo 2009

PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI GORONTALO 10

4.5. Industri Ikan Beku

o Prospek Pasar Komoditas ikan beku memiliki prospek pasar yang baik. Selama lima tahun (2004 – 2008) neraca perdagangannya terlihat positif, dengan nilai rata-rata selama sebesar 411,017,281 USD. Hal ini menunjukkan peluang pasar luar negeri (ekspor) yang masih terbuka luas. Dengan demikian, Komoditas ikan beku masih sangat potensial untuk dikembangkan karena memiliki prospek pasar global yang masih besar.

o Ketersediaan Bahan Baku Potensial

Produksi ikan di Provinsi Gorontalo sebesar 36,919 ton/tahun (Provinsi Gorontalo dalam Angka, 2008, diolah). Sementara ini, di Provinsi Gorontalo dijumpai 7 unit industri ikan beku dan 1 unit pengalengan ikan. Apabila tiap unit industri ikan beku menyerap bahan baku sebesar 3,000 ton/tahun, maka jumlah bahan baku yang terserap sebanyak 24,000 ton/tahun. Dengan demikian jumlah bahan baku potensial yang tersedia sebanyak 12,919 ton/tahun.

o Lokasi Pengembangan

Lokasi pengembangan ditetapkan berdasarkan Kota/Kabupaten sentra produksi bahan baku dari industri yang akan dikembangkan. Berdasarkan hal ini, Industri ikan beku di Provinsi Gorontalo dapat dikembangkan di Kabupaaten Gorontalo, Boalemo, dan Kota Gorontalo dengan produksi bahan baku masingmasing sebesar 8,965; 7,427; dan 10,984 ton/tahun.

o Kebutuhan dan Ketersediaan Tenaga Kerja

Industri ikan beku membutuhkan tenaga kerja sebanyak 78 orang/unit industri. Sementara itu jumlah pencari kerja terdaftar di Sulawesi Utara tahun 2008 sebanyak 23,851

Page 11: Profil Potensi Investasi Provinsi Gorontalo 2009

PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI GORONTALO 11

orang (Depnakertrans, 2008). Dengan demikian kebutuhan tenaga kerja untuk mengembangan industri ini cukup tersedia.

o Nilai Investasi dan Kelayakan Finansial

Secara umum untuk membangun satu unit industri ikan beku diperlukan investasi sebesar Rp. 35,567,458,000,- atau 3,556,745.8 USD.

o Pelaku Usaha Berdasarkan data Departemen Perindustrian (2008), di Provinsi Gorontalo terdapat 3 perusahaan yang bergerak di bidang industri ikan beku.

4.6 Industri Gula

o Prospek Pasar Komoditas Gula memiliki prospek pasar dalam negeri yang baik. Selama lima tahun (2004 – 2008) neraca perdagangannya terlihat negatif, dengan nilai rata rata sebesar 306,846,743.40 USD. Hal ini menunjukkan peluang pasar dalam negeri yang cukup prospektif. Dengan demikian, komoditas Gula potensial untuk dikembangkan.

o Ketersediaan Bahan Baku Potensial

Produksi tebu di Provinsi Gorontalo sebesar 35,631 ton/tahun (Provinsi Gorontalo dalam Angka, 2008, diolah). Sementara itu, di provinsi ini dijumpai satu unit Industri Gula. Apabila tiap unit industri gula menyerap bahan baku sebesar 10,000 ton/tahun, maka jumlah bahan baku yang terserap sebanyak 10,000 ton/ tahun. Dengan demikian jumlah bahan baku potensial yang tersedia sebanyak 25,631 ton/tahun.

Page 12: Profil Potensi Investasi Provinsi Gorontalo 2009

PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI GORONTALO 12

o Lokasi Pengembangan

Lokasi pengembangan ditetapkan berdasarkan Kota/Kabupaten sentra produksi bahan baku dari industri yang akan dikembangkan. Berdasarkan hal ini, Industri gula di Provinsi Gorontalo dapat dikembangkan di Kota Gorontalo dengan potensi bahan baku sebesar 32,392 ton/ Tahun.

o Kebutuhan dan Ketersediaan Tenaga Kerja Industri gula membutuhkan tenaga kerja sebanyak 60 orang/unit industri. Sementara itu jumlah pencari kerja terdaftar di Sulawesi Utara tahun 2008 sebanyak 23,851 orang (Depnakertrans, 2008). Dengan demikian kebutuhan tenaga kerja untuk mengembangan industri ini cukup tersedia.

o Nilai Investasi dan Kelayakan Finansial

Secara umum untuk membangun satu unit industri gula diperlukan investasi sebesar Rp. 18,500,000,000,- atau 1,850,000 USD..

o Pelaku Usaha

Berdasarkan data departemen perindustrian (2008), di Provinsi Gorontalo terdapat satu perusahaan yang bergerak di bidang industri gula.

4.7. Industri Pati dan Minyak Jagung

o Prospek Pasar

Komoditas Pati dan Minyak Jagung memiliki prospek pasar dalam negeri yang baik. Selama lima tahun (2004 – 2008) neraca perdagangan Pati Jagung terlihat defisit rata-rata

Page 13: Profil Potensi Investasi Provinsi Gorontalo 2009

PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI GORONTALO 13

4,346,737 USD dan Minyak Jagung defisit rata-rata 819,536 USD. Hal ini menunjukkan peluang pasar dalam negeri yang cukup prospektif. Dengan demikian, komoditas Pati dan Minyak Jagung cukup potensial untuk dikembangkan karena memiliki prospek pasar dalam negeri yang besar.

o Ketersediaan Bahan Baku Potensial

Produksi jagung di Provinsi Gorontalo sebesar 400,046 Ton/Tahun (Provinsi Gorontalo dalam Angka, 2008, diolah). Sementara itu, di provinsi ini tidak dijumpai industri pati dan minyak jagung. Dengan demikian jumlah bahan baku potensial yang tersedia sebanyak 400,046 Ton/ Tahun.

o Lokasi Pengembangan

Lokasi pengembangan ditetapkan berdasarkan Kota/Kabupaten sentra produksi bahan baku dari industri yang akan dikembangkan. Berdasarkan hal ini, Industri pati dan minyak jagung di Provinsi Gorontalo dapat dikembangkan di Kabupaten Gorontalo, Pohuwato, dan Kota Gorontalo dengan potensi bahan baku masing-masing sebesar 121,565; 161,190; dan 108,664 tonjagung per tahun,

o Kebutuhan dan Ketersediaan Tenaga Kerja

Industri pati dan minyak jagung membutuhkan tenaga kerja sebanyak 134 orang/unit industri. Sementara itu jumlah pencari kerja terdaftar di Sulawesi Utara tahun 2008 sebanyak 23,851 orang (Depnakertrans, 2008). Dengan demikian kebutuhan tenaga kerja untuk mengembangan industri ini cukup tersedia.

o Nilai Investasi dan Kelayakan Finansial

Secara umum untuk membangun satu unit industri pati dan minyak jagung diperlukan investasi sebesar Rp. 7,867,000,000.- atau 786,700 USD.

Page 14: Profil Potensi Investasi Provinsi Gorontalo 2009

PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI GORONTALO 14

o Pelaku Usaha

Berdasarkan data Departemen Perindustrian (2008), sampai saat ini tidak terdapat industri pati dan minyak jagung di provinsi Gorontalo. Dengan demikian industri ini tidak memiliki pesaing di provinsi ini.

4.8. Industri Furniture Rotan

o Prospek Pasar Komoditas furniture rotan memiliki prospek pasar yang baik. Selama lima tahun (2004 – 2008) neraca perdagangannya terlihat positif dengan nilai rata-rata sebesar 114,927,993 USD. Hal ini menunjukkan peluang pasar luar negeri (ekspor) yang masih terbuka luas. Dengan demikian, komoditas furniture rotan masih sangat potensial untuk dikembangkan.

o Ketersediaan Bahan Baku Potensial

Produksi rotan di Provinsi Gorontalo sebesar 4,124 Ton/Tahun (Provinsi Gorontalo dalam Angka, 2008, diolah). Sementara itu, di provinsi ini dijumpai dua industri pengolahan rotan. Untuk satu unit industri pengolahan rotan diperlukan bahan baku rotan sebanyak 200 ton/ tahun, sehingga jumlah bahan baku potensial yang tersedia sebanyak 3,724 Ton/Tahun.

o Lokasi Pengembangan

Lokasi pengembangan ditetapkan berdasarkan sentra produksi bahan baku dari industri yang akan dikembangkan. Berdasarkan hal ini, Industri pati dan minyak jagung di Provinsi Gorontalo dapat dikembangkan di Kabupaten Gorontalo, Pohuwato, dan Boalemo dengan produksi bahan baku masing-masing sebesar 1,500; 900; dan 1,300 ton per tahun.

o Kebutuhan dan Ketersediaan Tenaga Kerja

Page 15: Profil Potensi Investasi Provinsi Gorontalo 2009

PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI GORONTALO 15

Industri pati dan minyak jagung membutuhkan tenaga kerja sebanyak 64 orang/unit industri. Sementara itu jumlah pencari kerja terdaftar di Sulawesi Utara tahun 2005 sebanyak 23,851 orang (Depnakertrans, 2008). Dengan demikian kebutuhan tenaga kerja untuk mengembangan industri ini cukup tersedia.

o Nilai Investasi dan Keuntungan Finansial

Secara umum untuk membangun satu unit industri pati dan minyak jagung diperlukan investasi sebesar Rp. 5,660,000,000.- atau 566,000 USD

o Pelaku Usaha Berdasarkan data dari Departemen Industri (2008), sampai saat ini dijumpai dua unit industri pengolahan rotan di provinsi Gorontalo.

4.9. Pengolahan Kakao

Semasa krisis melanda negeri ini pada 1997, kakao telah terbukti mampu menjadi tumpuan ekonomi bagi sekitar satu juta lebih masyarakat tani di pedesaan. Harga kakao dunia yang terus melambung saat itu, hingga pada kisaran Rp20 ribu per kilogram di level petani, membuat mereka tersenyum manis menengguk untung besar. Hingga Tahun 2008 total kapasitas terpasang industri pengolahan nasional yang mencapai 300 ribu ton, pemanfaatan kapasitas produksinya baru 50 persen saja, atau sekitar 150 ribu ton. Pemicunya, pabrik kakao sulit mendapatkan bahan baku biji berfermentasi dari petani. Padahal, produksi kakao nasional tahun lalu telah mencapai 600 ribu ton yang dihasilkan dari 992.446 hektare total areal kakao. Dari nilai itu, 70 persen diekspor dalam keadaan mentah.

Page 16: Profil Potensi Investasi Provinsi Gorontalo 2009

PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI GORONTALO 16

Kondisi di dalam negeri ini, tentu begitu kontradiktif dengan apa yang terjadi di Malaysia. Negara Jiran itu, telah mampu mengolah kakao 250 ribu ton hanya dengan produksi 30 ribu ton per tahun saja. Pengembangan industry pengolahan kakao erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah. Sebelum tahun 2000, Indonesia memiliki tak kurang dari 30 industri pengolahan kakao. Namun jumlah itu kian menyusut. Hingga Tahun 2008 kini tersisa 15 industri saja dengan kapasitas terpasang 314 ribu ton per tahun, tetapi realisasi produksinya baru 165.500 ton per tahun. Peluang pengembangan industry pengelahan kakao masih terbuka. Sebab, selama ini produktivitas kebun kakao petani hanya rata-rata 600 kilogram per hektare per tahun. Apalagi, harus disadari pasar masih sangat terbuka luas. Konsumsi cokelat global kini juga terus naik sebesar 2-4 persen, atau 60-120 ribu ton per tahun. Selain itu, pertumbuhan permintaan biji kakao juga naik 2,6 persen per tahun Sedangkan, pasokan hanya tumbuh 2,3 persen per tahun sehingga memicu kenaikan harga yang relatif cepat. Tentunya, kondisi ini merupakan peluang bagus bagi Indonesia untuk mengisi kekosongan pasar tersebut, mengingat ketersediaan lahan masih cukup luas.

Page 17: Profil Potensi Investasi Provinsi Gorontalo 2009

PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI GORONTALO 17

.

Analisis Usaha Pengolahan Kakao Net Present Value : Rp. 49.334.000.000 Internal Rate Return : 20,22% Laba bersih rata-rata : Rp. 34.987.000 Benefit Cost Ratio : 2,31 Pay Back Period : 7,1 tahun PI : 1,19 ICOR : 3,88 ILOR : 13,92 Discount Rate : 10 % (selama 25 tahun) ROI : 34,17 Dari analisis diatas terlihat bahwa usaha pengolahan kakao layak dilakukan pada tingkat suku bunga komersial (15 %), dimana terlihat nilai NPV nya positif, nilai B/C rationya 2,31 artinya investasi ini mempunyai manfaat sebesar 2,31 terhadap pendapatan yang diperoleh, nilai IRR 20,22 % artinya kegiatan investasi/usaha pengolahan kakao masih layak dilakukan sampai dengan suku bunga 20,22 %. Nilai Payback Period sebesar 7,1 artinya seluruh

Page 18: Profil Potensi Investasi Provinsi Gorontalo 2009

PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI GORONTALO 18

biaya kegiatan investasi dapat dikembalikan dalam jangka waktu 7,1 tahun . Sedangkan ICOR 3,88 mengindikasikan bahwa Misalnya target pertumbuhan ekonomi yang ingin dicapai 6 persen, dengan ICOR 3,88 berarti kebutuhan tingkat investasi dalam persentase terhadap PDB yang dibutuhkan untuk mencapai target pertumbuhan 6 persen adalah 23,28 persen dari PDB. Nilai ICOR suatu sektor bila berada di bawah 4 mengindikasikan investasi pada sektor tersebut akan cukup efisien, Nilai Indeks ILOR sangat tergantung pada kebijakan ekonomi pemerintah berkaitan dengan aspek ketenaga kerjaan. Hal ini berkaitan dengan pilihan kebijakan apakah industri yang akan dikembangkan bersifat padat karya (labor intensive) atau padat modal (capital intensive). Semakin tinggi nilai ILOR maka kebutuhan tenaga kerja semakin besar Sedangkan nilai ROI (return on investment) yaitu prosentase (%) dari manfaat atas perbandingan dari biaya yang akan dikeluarkan. Dengan nilai 34,17 maka kegiatan pengolahan kakao tersebut sangat layak.