profil limbah dan tanah

44
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pencemaran lingkungan semakin hari semakin meningkat seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk.Berdasarkan tingkat kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk, limbah domestik dapat menjadi ancaman yang cukup serius terhadap pencemaran lingkungan terutama lingkungan perairan bila tidak segera diuraikan. Jika didefinisikan limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik dari proses industri maupun domestik (limbah rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis atau bersifat merugikan. Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik, air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan pemukiman (real estate), rumah makan (restaurant), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Salah satu contoh limbah domestic yaitu limbah bekas cucian piring yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga.Limbah yang dihasilkan dari bekas cucian piring umumnya secara langsung dibuang ke lingkungan tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu, sehingga hal ini akan berdampak negative bagi lingkungan kita. 1

Upload: dwi-karyani

Post on 12-Apr-2017

96 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Profil limbah dan tanah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini pencemaran lingkungan semakin hari semakin meningkat seiring

dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk.Berdasarkan tingkat kepadatan

dan laju pertumbuhan penduduk, limbah domestik dapat menjadi ancaman yang

cukup serius terhadap pencemaran lingkungan terutama lingkungan perairan bila

tidak segera diuraikan. Jika didefinisikan limbah adalah buangan yang dihasilkan

dari suatu proses produksi, baik dari proses industri maupun domestik (limbah rumah

tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan

tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis

atau bersifat merugikan. Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor 112 Tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik, air limbah domestik

adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan pemukiman (real estate),

rumah makan (restaurant), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Salah satu

contoh limbah domestic yaitu limbah bekas cucian piring yang dihasilkan dari

aktivitas rumah tangga.Limbah yang dihasilkan dari bekas cucian piring umumnya

secara langsung dibuang ke lingkungan tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu,

sehingga hal ini akan berdampak negative bagi lingkungan kita.

Sebenarnya lingkungan itu sendiri memiliki kemampuan untuk mendegradasi

senyawa-senyawa pencemar yang masuk ke dalamnya melalui proses biologis dan

kimiawi. Namun, sering kali beban pencemaran di lingkungan lebih besar

dibandingkan dengan kecepatan proses degradasi zat pencemar tersebut secara

alami.Oleh karenanya, sebelum dibuang ke lingkungan sebaikanya limbah tersebut

dianalisis terlebih dahulu apakah limbah tersebut dapat dibuang langsung ke

lingkungan atau perlu diolah terlebih dahulu.Selain dapat mencemari lingkungan

perairan, limbah cair rumah tangga juga dapat mencemari tanah.

Seperti yang telah diketahui, tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang

secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang

tegak tumbuhnya tanaman danmenyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi

berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan

anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn,

Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi  berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang

1

Page 2: Profil limbah dan tanah

berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu

tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang

produktivitas tanah untuk menghasilkan biomassa dan produksi baik tanaman

pangan, tanaman obat-obatan,industri perkebunan.

Tanah mempunyai ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda-beda antara tanah di

suatu tempat dengan tempat yang lain. Sifat-sifat tanah itu meliputi fisika dan sifat

kimia. Beberapa sifat fisika tanah antara lain tekstur, struktur dan kadar lengas tanah.

Untuk sifat kimia menunjukkan sifat yang dipengaruhi oleh adanya unsur maupun

senyawa yang terdapat di dalam tanah tersebut.Pada percobaan ini, jenis tanah yang

dianalisis adalah tanah perkebunan wortel di Daerah Pancasari.

Seperti yang telah diketahui, tanah – tanah yang berada di daerah perkotaan

telah mengalami degradasi kesuburan. Hal ini disebabkan oleh tingginya produksi

limbah yang dihasilkan dari aktivitas manusia maupun industry. Degradasi kesuburan

tanah dicirikan oleh kehilangan bahan organik yang mengakibatkan daya dukung

tanah semakin menurun. Oleh karenanya, pada praktikum ini penulis tertarik untuk

menganalisis sifat kimia tanah perkebunan wortel, meskipun secara teori disebutkan

bahwa tanah perkebunan wortel memiliki tingkat kesuburan yang tinggi, tetapi perlu

dianalisis kembali.

Berdasarkan latar belakang di atas, untuk mengetahui secara rinci karakteristik

limbah cair rumah tangga dan karakteristik tanah perkebunan wortel perlu dilakukan

analisis dengan parameter tertentu. Pada analisis limbah cair rumah tangga,

parameter yang diuji adalah bahan organic, kadar klorida, kadar sulfat, dan

kesadahan. Sedangkan pada analisis sifat kimia tanah perkebunan, parameter yang

dianalisis adalah pH tanah, kandungan bahan organic serta kapasitas tukar kation

(KTK).Dari profil ini maka dapat diketahui karakteristik limbah cair rumah tangga

serta kualitas tanah perkebunan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah karakteristik limbah cair rumah tangga ditinjau dari parameter

bahan organic, kadar klorida, kadar sulfat, dan kesadahan?

2. Bagaimana karakteristik kimia tanah perkebunan wortel ditinjau dari parameter

derajat keasaman, bahan organic serta kapasitas tukar kationnya?

2

Page 3: Profil limbah dan tanah

1.3 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan

tentang:

1. Karakteristik limbah cair rumah tangga ditinjau dari parameter bahan organic,

kadar klorida, kadar sulfat, dan kesadahan.

2. Karakteristik kimia tanah perkebunan wortel ditinjau dari parameter derajat

keasaman, bahan organic serta kapasitas tukar kationnya.

1.4 Manfaat

Dari percobaan ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

karakteristik limbah cair rumah tangga dan karakteristik tanah perkebunan wortel.

Disamping itu, dengan adanya percobaan ini diharapkan masyarakat menyadari

pentingnya menjaga lingkungan dan tidak lagi membuang limbah secara

sembarangan.

3

Page 4: Profil limbah dan tanah

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Limbah

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik dari

proses industri maupun domestik (limbah rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai

sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki

lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis atau bersifat merugikan. Menurut

kamus besar bahasa Indonesia limbah memiliki beberapa pengertian yakni :

limbah adalah sisa proses produksi,

limbah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai/tidak berharga untuk

maksud biasa atau utama dalam pembuatan/pemakaian,

limbah adalah barang cacat atau rusak dalam proses produksi.

2.2 Limbah Domestik

Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau

kegiatan permukiman (real estate), rumah makan (restauran), perkantoran,

perniagaan, apartemen dan asrama (Kepmen 112, 2003).Salah satu contoh limbah

domestic adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga contonya limbah

bekas cucian piring.Limbah cair rumah tangga merupakan sisa dari suatu hasil usaha

atau kegiatan yang berwujud cair yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat

menurunkan kualitas lingkungan. Limbah cair rumah tangga yang dalam hal ini

limbah bekas cucian piring termasuk ke dalam limbah cair domestic yang

dikarakterisasikan ke dalam darkgrey water (Nur’arif,2008).

2.3 Karakteristik Limbah Cair Rumah Tangga

Limbah domestic khususnya limbah rumah tangga bekas cucian piring umumnya

mengandung bahan organic yang tinggi, kadar klorida, sulfat, kesadahan serta COD.

a. Kandungan Organik Pada Limbah Rumah Tangga

Pada umumnya, limbah cair rumah tangga khususnya bekas cucian piring

mengandung bahan organic yang cukup tinggi.Bahan – bahan organic tersebut seperti

karbohidrat, minyak dan lemak serta protein tentunya berasal dari sisa makanan yang

terdapat pada air bekas cucian piring.Adapun komposisi limbah cair rumah tangga

yaitu sebagai berikut:

4

Page 5: Profil limbah dan tanah

Tabel 01. Kandungan bahan organic, anorganik dan sulfat pada limbah rumah

tangga

No Kandungan Total

1 Air 99%

2 Organik 70%

3 Protein 65%

4 Karbohidrat 25%

5 Lemak 10%

6 Anorganik 30%

(Rahmi,2010)

b. Kandungan Klorida Pada Limbah Rumah Tangga

Limbah cair rumah tangga selain mengandung bahan organic, juga diduga

mengandung klorida. Ion klorida pada dasarnya mempunyai pengaruh kecil terhadap

sifat – sifat kimia dan biologi perairan.Kation dari garam – garam klorida dalam air

terdapat dalam keadaan mudah larut, sehingga kelebihan garam klorida dapat

menyebabkan penurunan kualitas air. Oleh karena itu sangat penting dilakukan

analisis terhadap klorida, karena kelebihan klorida dalam air menyebabkan

pembentukan noda berwarna putih di pinggiran badan air (Rahmi,2010). Adapun

kandungan klorida dalam limbah domestic dapat dilihat pada table karakteristik air

limbah di bawah ini:

Table 02. Karakteristik Air Limbah Domestik

Parameter Konsentrasi

Kisaran Rata – rata

Padatan:

Terlarut

Tersuspensi

BOD

COD

TOC

250-850

100-350

110-400

250-1000

80-290

500

220

220

500

160

Nitrogen:

Organic 8-35 15

5

Page 6: Profil limbah dan tanah

NH3 12-50 25

Phospor:

Organic

Anorganik

1-5

3-10

3

5

Klorida

Minyak dan Lemak

Alkalinitas

30-100

50-150

50-200

50

100

100

c. Kandungan Sulfat Pada Limbah Rumah Tangga

Limbah cair rumah tangga selain mengandung bahan organic, dan juga klorida,

limbah ini diduga mengandung sulfat.Sulfat dapat dihasilkan dari oksida senyawa

sulfida oleh bakteri.Sulfat didalam lingkungan (air) dapat berada secara ilmiah dan

atau dari aktivitas manusia, misalnya dari limbah industry dan limbah laboratorium.

Secara ilmiah sulfat biasanya berasal dari pelarutan mineral yang mengandung S,

misalnya gips (CaSO4.2H2O) dan kalsium sulfat anhidrat ( CaSO4). Konsentrasi sulfat

dapat mencapai 1.000 mg/L pada perairan yang menjadi tempat pembuangan limbah

industri (UNESCO/WHO/UNEP dalam Effendi, 2003).Air dikatakan tercemar sulfat

apabila kandungannya melebihi 400 mg/L. Hal ini sesuai dengan Peraturan

Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air.

d. Kesadahan Pada Limbah Rumah Tangga

Limbah rumah tangga diduga mengandung ion – ion seperti Ca2+, Mg2+ dan

beberapa ion lainnya yang menyebabkan kesadahan. Jika kesadahan air terlalu tinggi

maka akan menyebabkan berbagai kerugian baik itu pada kesehatan maupun

lingkungan. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010

tentang standar baku kualitas air bersih sebagai berikut:

6

Page 7: Profil limbah dan tanah

Tabel 03. Baku mutu kualitas air bersih

Nomor Parameter Kimiawi Satuan Kadar

1 Aluminium mg/L 0,2

2 Besi mg/L 0,3

3 Kesadahan (CaCO3) mg/L 500

4 Klorida mg/L 250

5 Mangan mg/L 0,4

6 pH - 6,5-8,5

2.4 Parameter Yang di Uji Pada Limbah Rumah Tangga

Untuk mengetahui kandungan bahanr organic, klorida, sulfat yang terkandung pada

limbah rumah tangga, COD, serta kesadahan total pada limbah rumah tangga maka dapat

dilakukan experiment dengan menggunakan metode sebagai berikut ini;

Penentuan Bahan Organik Pada Limbah Rumah Tangga Dengan Metode

Titrimetri Menggunakan Titrasi Permanganometri

Untuk mengetahui kadar organic pada limbah rumah tangga, maka analisis bahan

organic ini dapat dilakukan secara titrimetric dengan menggunakan titrasi

permanganometri. Titrasi permanganometri adalah titrasi oksidasimetri yang

menggunakan larutan standar kalium permanganat (KMnO4). Prinsip dari titrasi

permanganometri adalah dalam reaksi redoks KMnO4 sebagai oksidator akan mengalami

reaksi reduksi. Reaksi-reaksi reduksi yang dialami oleh ion MnO4- adalah sebagai

berikut:

MnO4-(aq) + 8H+

(aq) + 5e Mn2+(aq) + 4H2O(l)

Permanganat adalah agen unsur pengoksidasi yang cukup kuat untuk

mengoksidasi Mn (II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan (Selamat,dkk,2004).

3Mn2+(aq) + 2MnO4

-(aq) + 2H2O(l) 5 MnO2(s) + 4H+

(aq)

Kalium permanganat yang telah distandarisasi dapat dipakai untuk menentukan

konsentrasi reduktor, misalnya ion ferro. Reaksi redoks yang terjadi adalah sebagai

berikut:

2 MnO4-(aq) + 16H+ + 5C2O4 (aq) 2 Mn2+

(aq) + 8H2O(l) +10CO2(g)

MnO4-(aq) + 8H+ + 5Fe2+

(aq) Mn2+(aq) + 5Fe3+

(aq) + 4H2O(l)

7

Page 8: Profil limbah dan tanah

Lebih jauh, dalam anilisis kadar bahan organic dalam sample (limbah bekas cucian

piring) terdapat istilah angka permanganate atau nilai permanganate. Dimana zat organik

sebagai angka permanganat merupakan banyaknya mg/l KMnO4 yang dibutuhkan untuk

mengoksidasi zat organik dalam satu liter sampel air dalam keadaan mendidih.

Penentuan Kadar Klorida Pada Limbah Rumah Tangga Dengan Titrasi

Argentometri Yaitu Dengan Metode Mohr

Untuk mengetahui kadar klorida pada limbah rumah tangga dapat ditentukan

dengan cara titrasi argentometri cara Mohr. Titrasi argentometri cara Mohr menggunakan

ion-ion kromat (CrO42-) sebagai indikator. Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan

endapan yang tidak mudah larut antara titran dengan analit, sebagai contoh yang banyak

dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan

ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.

AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl(s)(putih) + NaNO3(aq)

Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya endapan merah kecoklatan dari

Ag2CrO4. Apabila ke dalam larutan yang mengandung ion klorida ditambahkan indikator

K2CrO4 dan selanjutnya dititrasi dengan larutan standar AgNO3 maka akan terjadi

pengendapan bertingkat berikut:

1. Cl- + Ag+ ↔ AgCl Ksp = 1,2 x 10-10

2. CrO42- + 2Ag+ ↔ Ag2CrO4 Ksp = 1,7 x 10-12

Tirasi Argentometri cara Mohr harus dilakukan dalam suasana yang relatif netral.

Pada kondisi pH terlalu tinggi, menyebabkan terbentuknya endapan AgOH dan lebih

lanjut terurai menjadi Ag2O sehingga titran yang diperlukan menjadi lebih banyak.

2Ag+ + 2OH- ↔ 2 AgOH(s) ↔ Ag2O(s) + H2O

Penentuan Kadar Sulfat Pada Limbah Rumah Tangga Dengan Metode

Turbidimetri Menggunakan Alat Spektrofotometri

Untuk mengetahui kadar sulfat pada limbah rumah tangga dapat dilakukan

metode turbidimetri dengan alat spektrofotometri. Analisis secara

turbidimetri merupakan analisis berdasarkan pengukuran turbiditas (S) atau kekeruhan

dari suatu suspensi.Prinsip dasar dari analisis ini adalah dengan mereaksikan ion sulfat

yang ada di dalam sampel air dengan larutan BaCl2, sehingga terbentuk suspensi

BaSO4.Kekeruhan yang dihasilkan diukur dengan spektrofotometri pada panjang

gelombang 420 nm (Hariyadi, 1991).

8

Page 9: Profil limbah dan tanah

Penentuan Kesadahan Total Pada Limbah Rumah Tangga Dengan Titrasi

Kompleksometri

Untuk mengetahui kesadahan total pada limbah rumah tangga dapat dilakukan

dengan metode titrimetri. Secara prinsip penentuan kesadahan total pada limbah ini

samadengan titrasi komplesometri. Titrasi kompleksometri dikenal sebagai titrasi yang

menghasilkan reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul

netral yang terdisosiasi dalam larutan. Dalam titrasi ini digunakan EDTA sebagai titran,

karena EDTA merupakan chelating agents dan membentuk ion kompleks yang stabil

dengan Ca2+, Mg2+, dan ion divalen lain yang menyebabkan kesadahan seperti pada

persamaan berikut :

M2+ + EDTA [M . EDTA]compleks

Salah satu indicator yang tepat untuk digunakan adalah Eriochrome Black T

(EBT). EBT jika dilarutkan akan membentuk warna biru kehijauan. Jika sampel yang

akan diuji mengandung ion seperti Ca2+ atau Mg2+, maka reaksinya sebagai berikut:

Mg2+ + EBT → MgEBT + H+

Biru merah anggurKemudian jika sampel dititrasi dengan EDTA, maka ion-ion kalsium dan

magnesium akan membentuk senyawa kompleks (MgEDTA/CaEDTA), molekul

indicator (EBT) terlepas kembali, dan pada titik akhir titrasi larutan akan berubah warna

dari merah keunguan menjadi biru (BSN,2004). Reaksinya dapat dilihat sebagai berikut:

MgEBT + EDTA→MgEDTA + EBT + H+

Merah keunguan Biru.

2.5 Tanah Perkebunan Wortel

Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat

tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan

menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan

penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur

esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi  berfungsi

sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut

dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman. Sifat-sifat tanah itu meliputi

fisika dan sifat kimia. Beberapa sifat fisika tanah antara lain tekstur, struktur dan kadar

9

Page 10: Profil limbah dan tanah

lengas tanah. Untuk sifat kimia menunjukkan sifat yang dipengaruhi oleh adanya unsur

maupun senyawa yang terdapat di dalam tanah tersebut.

Tanah perkebunan wortel biasanya memiliki tekstur tanah yang baik. Jenis tanah

yang cocok untuk membudidayakan wortel yaitu jenis tanah alluvial, andosol, tanah

latosol, tanah regosol yang pada umumnya banyak tersebar di daerah berdataran tinggi.

Derajat keasaman tanah (pH) tanah yang direkomendasikan supaya tumbuh dengan baik

yaitu pH dengan kisaran 5,5-6,5. Tanah dengan topografi kurang dari 30% dapat dianggap

layak untuk budidaya tanaman wortel.

2.6 Karakteristik Tanah Perkebunan wortel

Adapun salah satu karakteristik tanah perkebunan wortel meliputi; mengandung C

organic yang tinggi, mempunyai pH (derajat keasaman) tinggi, serta kapasitas tukar kation

yang tinggi.

a. Kandungan C Organik Pada Tanah Perkebunan wortel

Menurut Stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik

yang terdapat di dalam tanah, termasuk bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme,

bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Bahan

organik dalam tanah berasal dari proses dekomposisi/ residu tumbuhan dan binatang yang

telah mati. Tanah perkebunan wortel umumnya mengandung C organic yang tinggi.

Adapun komposisi dan kandungan unsur-unsur yang terdapat pada tanah perkebunan

khususnya perkebunan wortel adalah sebagai berikut:

Tabel 05. Komposisi unsur-unsur yang terkandung pada tanah perkebunan

wortel

Unsur Parameter Nilai (%)

Kadar air 24,21

Nitrogen 1,11

Karbon organic 18,76

C/N ratio 16,90

Fosfor 1,62

Kalium 7,26

b. Derajat Keasaman (pH)

10

Page 11: Profil limbah dan tanah

Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat penting sebab terdapat hubungan pH

dengan ketersediaan unsur hara juga terdapat beberapa hubungan antara pH dan semua

pembentukkan serta sifat-sifat tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah

unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah,

air hujan dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi

sesuai dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan

komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah

(Kemas, 2005).

c. Kapasitas Tukar Kation Tanah Peternakan

 Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan

kesuburan tanah. Besarnya KTK tanah tergantung pada tekstur tanah, tipe mineral liat

tanah, dan kandungan bahan organic. Semakin tinggi kadar liat atau tekstur semakin halus

maka KTK tanah akan semakin besar. Demikian pula pada kandungan bahan organic

tanah, semakin tinggi bahan oerganik tanah maka KTK tanah akan semakin tinggi

(Mukhlis, 2007). Beberapa sifat kimia tanah disajikan pada table di bawah ini:

Table 06. Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia Sangatrendah

Rendah Sedang Tinggi Sangattinggi

C-organik(%) <1 1-2 2,01-3 3,01-5 >5

N-total (%) < 0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 0,51-0,75 >0,75

C/N < 5 5-10 11-15 16-25 >25P2O5 HCL (me/100g) <10 10-20 21-40 41-60 >60

P2O5 Bray 1 (ppm) <10 10-20 21-40 41-60 >60

K2O HCl 25% (me/100g) <10 10-20 21-40 41-60 >60

KTK (me/100 g) <5 5-16 17-24 25-40 >40

K (me/100g) <0,1 0,1-0,2 0,3-0,5 0,6-1,0 >1,0

Na (me/100g) <0,1 0,1-0,3 0,44-0,7 0,8-1,0 >1,0

Mg (me/100g) <0,4 0,4-1,0 1,1-2,0 2,1-8,0 >8,0

Ca (me/100g) <2 2-5 6-10 11-20 >20

11

Page 12: Profil limbah dan tanah

KB (%) <20 20-35 36-50 51-70 >70

Kejenuhan Al <10 10-20 21-30 31-60 >60

pH H2OSangatmasam Masam Agak

masam Netral Agakbasa

Kuantitatif pH H2O

<4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5

Sumber: Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno (2003)

2.7 Parameter Yang di Uji Pada Tanah Perkebunan

Untuk mengetahui kandungan C organic, kualitas pH, serta kapasitas tukar kation pada

tanah perkebunan makan dapat dilakukan dengan sebagai berikut;

Penentuan Kandungan C Organik Pada Tanah Perkebunan

Untuk mengetahui kandungan C organic pada sampel tanah perkebunan maka

dilakukan analisis kandungan zat organic pada tanah dengan menggunakan metode

Walkley and Black. Tahapan yang dilakukan dalam metode ini adalah tahapan antara,

yang artinya kandungan  bahan organik ditentukan oleh besarnya C-organik hasil titrasi

kemudian dikalikan dengan konstanta tertentu. Prinsip-prinsip yang penting dalam

penetapan kandungan bahan organik tanah adalah sebagai berikut.Pertama, bahan organik

diorganisasi, baik dengan K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat, maupun melalui pembakaran.

Selanjutnya, kehilangan bahan organik setelah dioksidasi ditetapkan, misalnya dengan

menghitung kelebihan K2Cr2O7 yang tidak tereduksi oleh bahan organik dengan cara titrasi

sampel dengan menggunakan larutan FeSO4 gelap atau dengan menetapkan jumlah gas

CO2 hasil pembakaran. Adapun reaksi yang terjadi adalah:

(organic) + 2K2Cr2O7 +8H2SO42Cr2(SO4)3 +2K2SO4 + 8H2O+ CO2

Penentuan Derajat Keasaman (pH) Pada Tanah Perkebunan Wortel

Pada penentuan derajat keasaman (pH) pada tanah perkebunan dapat diukur

menggunakan pH meter. Dimana Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5-10 atau

lebih. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah

mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono,

2003).

Penentuan Kapasitas Tukar Kation Pada Tanah Peternakan

Besarnya KTK tanah tergantung pada tekstur tanah, tipe mineral liat tanah, dan

kandungan bahan organic. Semakin tinggi kadar liat atau tekstur dan semakin halus maka

12

Page 13: Profil limbah dan tanah

KTK tanah akan semakin besar. Demikian pula pada kandungan bahan organic tanah,

semakin tinggi bahan oerganik tanah maka KTK tanah akan semakin tinggi (Mukhlis,

2007). Pada prinsipnya, dalam penentuan kapasitas tukar kation dalam tanah perkebunan

yang diukur adalah pembebasan sejumlah ion amonium yang digunakan pada pengekstrak

basa dengan menggunakan KCl 0,1 N.

13

Page 14: Profil limbah dan tanah

Tahap persiapan

Tahap Pelaksanaan

Pengambilan dan preparasi Sampel limbah

rumah tangga

Penentuan Karakteristik Limbah Cair Rumah Tangga

Bahan organik Kadar klorida Kadar sulfat Kesadahan Kadar oksigen kimia (KOK)

Pelaporan

Persiapan alat dan bahan

BAB III

METODE

3.1 Jenis PercobaanPada praktikum ini dilakukan dua tahap analisis yaitu analisis limbah cair rumah

tangga dan analisis tanah khususnya yaitu tanah peternakan. Pada analisis limbah parameter

yang diukur adalah kadar bahan organik, klorida, sulfat, kesadahan dan kadar oksigen kimia

(KOK) sedangkan pada analisis tanah yang dianalisis adalah karakteristik tanah yang

meliputi pH tanah, bahan organik tanah dan kapasitas tukar kation (KTK). Secara garis besar

tahapan penelitian ini dapat disajikan dalam rancangan penelitian pada gambar dibawah ini:

14

Page 15: Profil limbah dan tanah

Persiapan alat dan bahan

Tahap persiapan

Tahap pelaksanaan

Pengambilan dan preparasi Sampel tanah

Penentuan karakteristik tanah

Penentuan pH tanah

Penetuan KTK tanah

Penentuan Bahan Organik

Pelaporan

Diagram 1. Alur Kerja Analisis Limbah Cair Rumah Tangga

Diagram 2. Alur Kerja Analisis Karakteristik Tanah

3.2 Lokasi PercobaanPenelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Pendidikan Kimia,

Fakultas MIPA Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Adapun sampel limbah rumah

tangga yang diteliti adalah sampel limbah rumah tangga yang diambil daerah Singaraja

sedangkan sampel tanah perkebunan yang dianalisis adalah tanah perkebunan yang diambil di

daerah Pancasari.

15

Page 16: Profil limbah dan tanah

3.3 Subjek dan Objek PercobaanSubjek dalam penelitian ini adalah limbah cair rumah tangga bekas cucian piring dan

tanah perkebunan di Daerah Pancasari. Sedangkan objek penelitian adalah kualitas data

kuantitatif berupa kadar dari spesi/fraksi dari masing – masing parameter kualitas limbah dan

karakteristik kimia tanah.

3.4 Teknik Pengumpulan dataPenelitian dalam mengalisis bahan organik, klorida, sulfat, dan kesadahan pada

limbah cair rumah tangga bekas cucian piring ini dibagi dalam dua tahap, yaitu tahap

persiapan meliputi: persiapan alat dan bahan dan tahap pelaksanaan penelitian meliputi:

penentuan sampel limbah cair rumah tangga, preparasi sampel limbah cair rumah tangga, dan

analisis kandungan bahan organik, klorida, sulfat, dan kesadahan pada limbah cair rumah

tangga bekas cucian piring.

Penelitian dalam menganalisis kandungan C organik, derajat keasaman (pH), serta

kapasitas tukar kation pada sampel tanah perkebunan ini dibagi dalam dua tahap, yaitu tahap

persiapan meliputi : persiapan alat dan bahan, dan tahap pelaksanaan penelitian meliputi:

penentuan sampel tanah, preparasi sampel tanah, penetuan karakteristik tanah, analisis

kandungan C organik, derajat keasaman (pH) serta kapasitas tukar kation pada sampel tanah

peternakan.

3.4.1 Penyediaan Alat dan Bahan

1. Penentuan Karakteristik Limbah Cair Rumah Tangga Bekas Cucian Piring

Dalam pengujian ini adapun alat yang digunakan dalam penentuan bahan organic,

klorida, sulfat, kesadahan total serta COD pada limbah domestic khususnya limbah rumah

tangga bekas cucian piring adalah gelas kimia, erlenmeyer, buret, statif dan klem, batang

pengaduk, corong, gelas beaker, labu ukur, pipet tetes, neraca analitik, spatula, kaca

arloji, pipet volum, pipet ukur, spektronik 20+, pH meter, pengaduk magnet, pemanas,

kaca arloji, labu dasar bulat, tabung refluks. Bahan-bahan yang digunakan selama

praktikum yaitu sampel limbah cair rumah tangga bekas cucian piring, aquades, AgNO3,

K2CrO4, NaCl, BaCl2.2H2O, Kalium sulfat anhidrat, Asam klorida, HCl, Ag2SO4, H2SO4,

HgSO4, Indikator feroin, K2Cr2O7, Ferro ammonium sulfat, EBT, EDTA, NaOH, H2C2O4,

KMnO4, H2SO4 dan kertas saring

2. Penentuan Karakteristik Tanah Perkebunan Wortel

Dalam pengujian tanah perkebunan adapun alat yang digunakan selama praktikum

yaitu Labu Erlenmeyer, gelas kimia, buret, statif dan klem, pipet tetes, pipet volum, gelas

16

Page 17: Profil limbah dan tanah

ukur, Labu ukur, kaca arloji, spatula, saringan, batang pengaduk, corong, neraca analitik,

alat shaker, mantel pemanas, labu bulat, labu kondensor. Bahan-bahan yang digunkaan

selama praktikum yaitu sampel tanah peternakan, larutan K2Cr2O7, larutan H2SO4, larutan

H3PO4, larutan FeSO4, larutan NaOH, etanol, indikator penantrolin, indikator Conway,

aquades.

3.4.2 Tahap Pelaksanaan PercobaanPenentuan Karakteristik Limbah Cair Rumah Tangga Bekas Cucian Piring

Adapun tahap pelaksanaan dalam penelitian penentuan bahan organic, klorida,

sulfat, kesadahan total serta COD pada limbah domestic khususnya limbah rumah

tangga bekas cucian piring adalah;

1. Penentuan Sampel Limbah Cair Rumah Tangga Bekas Cucian Piring

Lokasi pengambilan sampel limbah cair rumah tangga untuk keperluan analisis

bahan organic, klorida, sulfat, kesadahan total serta COD adalah di daerah Singaraja.

Sampel limbah cair rumah tangga diambil dari salah satu aktivitas rumah tangga yang

menghasilkan limbah yaitu bekas cucian piring.

2. Preparasi Sampel Limbah Cair Rumah Tangga Bekas Cucian Piring

Sampel limbah cair dibersihkan dari pengotor secara manual.Sampel limbah

cair disaring dengan kertas saring kemudian disimpan dalam lemari pendingin.

3. Penentuan Karakteristik Limbah Cair

Penentuan Bahan Organik Pada Limbah Rumah Tangga Dengan Metode

Titrimetrik Menggunakan Titrasi Permanganometri

Penentuan bahan organic pada limbah rumah tangga dilakukan dengan cara

sampel limbah rumah tangga disaring menggunakan kertas saring, sampel limbah rumah

tangga yang sudah disaring diencerkan sebanyak10 mL (pengenceran dilakukan untuk

menghindari penggunaan KMnO4 dengan jumlah terlalu banyak). Kemudia dipepet

sebanyak 10 mL larutan sample yang telah diencerkan dan sebanyak 0,5 mL H2SO4 pekat

ditambahkan ke dalam labu erlenmeyer yang berisi sampel limbah rumah tangga. Larutan

dipanaskan hingga suhunya mencapai +/- 70oC. Selanjutnya dititrasi dengan larutan

KMnO4 yang telah distandarisasi sampai tetesan terakhir KMnO4 memberikan warna

ungu muda yang bertahan selama 30 detik. Dicatat volume titran yang digunakan. Dalam

hal ini, untuk menentukan kadar zat organic pada limbah rumah tangga yang berasal dari

sisa makanan dan minuman yaitu dengan menggunakan rumus ;

17

Page 18: Profil limbah dan tanah

V1M1 = V2M2

Penentuan Kadar Klorida Pada Limbah Rumah Tangga Dengan Titrasi

Argentometri Yaitu Dengan Metode Mohr

Penentuan kadar klorida pada limbah rumah tangga dilakukan dengan cara, pertama

dilakukan persiapan sampel limbah rumah tangga, limbah rumah tangga yang sudah

disiapkan disaring menggunakan kertas saring, sebanyak 3mL suspense Al(OH)3

ditambahkan ke dalam sampel limbah yang telah disaring dan diaduk, biarkan sampai

terbentuk endapan. Kemudian sebanyak 1mL H2O2 30% ditambahkan kedalam limbah

yang telah disaring, limbah disaring menggunakan kertas saring, pH sampel limbah dicek

hingga kisaran 7 sampai dengan 10.Kemudian sebanyak 10 mL contoh uji limbah rumah

tangga yang sudah disaring diencerkan dengan menjadi 100 mL. Kemudian sebanyak 100

mL contoh uji digunakan secara duplo, limbah rumah tangga dan larutan blanko

ditambahkan dengan 1 mL larutan indikator K2CrO4 5%, kemudian dititrasi dengan

larutan baku AgNO3 sampai titik akhir titrasi yang ditandai dengan terbentuknya endapan

berwarna merah kecoklatan dari Ag2CrO4. Catat volume AgNO3 yang digunakan dan

titrasi diulang sebanyak tiga kali.Dicatat volume titran yang digunakan. Untuk

menentukan kadar klorida dalam limbah bekas cucian rumah tangga, dapat dihitung

dengan menggunakan rumus berikut ini:

Kadar Cl- (mg/L) = ( A−B ) X N X 35,450

V

Penentuan Kadar Sulfat Pada Limbah Rumah Tangga Dengan Metode

Turbidimetri Menggunakan Alat Spektrofotometri

Pada penentuan kadar sulfat pada sampel limbah rumah tangga dilakukan dengan cara

pembuatan kurva kalibrasi. Pembuatan kurva kalibrasi pada sampel limbah rumah tangga

dilakukan dengan cara; limbah rumah tangga bekas cucian piring disaring menggunakan

kertas saring ( penyaringan dilakukan 3 kali untuk mendapatkan limbah yang bening).

Dipipet sebanyak 25mL larutan sampel limbah yang telah disaring. Kemudian pH limbah

rumah tangga dicek menggunakan pH meter hingga pH limbah dalam keadaan asam.

Sebanyak 0.15 gram padatan BaCl2 ditambahkan ke dalam sampel limbah rumah tangga

dan diaduk selama 3 menit, dan dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer pada

panjang gelombang 420nm. Analisis data yang didapat dari penentuan kadar sulfat pada

18

Page 19: Profil limbah dan tanah

limbah rumah tangga dengan menggunakan alat spektrofotometer dilakukan dengan

membuat kurva kalibrasi, sehingga didapat persamaan garis lurus y = ax + b.

Penentuan Kesadahan Total Pada Limbah Rumah Tangga Dengan Titrasi

Komplesometri

Penentuan kesadahan total pada limbah rumah tangga dilakukan dengan cara;

limbah rumah tangga bekas cucian piring disaring menggunakan kertas saring, dipipet

sebanyak 25mL larutan sampel limbah yang telah disaring. Kemudian pH sampel limbah

rumah tangga dicek menggunakan pH meter hingga sampel limbah rumah tangga dalam

keadaan basa yaitu dengan pH 10, sebanyak 50mL larutan EDTA dituangkan ke dalam

buret sebagai titran. Setelah itu sebanyak 10mL sampel limbah rumah tangga yang telah

disaring dipipet, kemudian sebanyak 10 mL sampel limbah rumah tangga ditambahkan

dengan sedikit indicator EBT, dan larutan sampel limbah yang sudah ditambahkan

indicator EBT kemudian dititrasi dengan larutan EDTA, titrasi dihentikan sampai warna

larutan sampel limbah berubah warna menjadi biru kehijauan. Dicatat volume titran yang

digunakan.Kesadahan dalam sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut

ini:

Kesadahan total (mg CaCO3/L) = 1000V C .u

x VEDTA(a) x MEDTA X 100

3. Penentuan Karakteristik Tanah Peternakan

A.Penentuan Sampel Tanah

Lokasi pengambilan sampel tanah untuk keperluan analisis karakteristik tanah

adalah areal perkebunan yang terdapat di daerah Denpasar. Metode penarikan sampel

acak berstrata (sratified random sampling) dan pengambilan sampel tanah yang tidak

ternganggu ( undisturbed soil sampling).

B. Preparasi Sampel Tanah

Sampel tanah dibersihkan dari pengotor seperti batu, akar dan daun serta pengotor

lainnya secara manual.Sampel tanah dikeringkan dengan bantuan sinar matahari.

C. Penentuan Karakteristik Tanah

Penentuan C- Organik Pada Tanah Perkebunan dengan Metode Walkley and

Black

Penentuan kadar C-organik pada sampel tanah perkebunan dilakukan dengan cara;

sampel tanah yang akan diuji sebelumnya dihaluskan dan diayak hingga didapat tanah

yang benar – benar halus, kemudian sebanyak 0,5 gram sampel tanah ditimbang dengan

19

Page 20: Profil limbah dan tanah

menggunakan neraca elektrik, sebanyak 10 mL larutan dikromat ditambahkan ke dalam

sampel tanah. Kemudian sampel tanah yang telah ditambahkan dengan 10 mL larutan

dikromat dikocok hingga tercampur merata.Setelah itu sebanyak 20 mL asam sulfat pekat

ditambahkan secara perlahan lahan ke dalam sampel tanah yang telah dicampur dengan

larutan dikromat.Larutan didiamkan beberapa menit hingga suhu larutan tidak panas

lagi.Setelah suhu larutan tidak panas lagi, ditambahkan 200 mL aquades ke dalam larutan

di atas.Kemudian dilanjutkan dengan penambahan asam fosfat (H3PO4) 85% sebanyak 20

mL, dan larutan dikocok dengan menggunakan shaker selama 10 – 20 menit. Setelah

larutan dikocok selama 20 menit, larutan sampel diambil sebanyak 10 mL, kemudian

diencerkan menjadi 50mL, selanjutnya sebanyak 10 mL larutan sampel yang telah

diencerkan dipipet dan ditempatkan pada labu erlenmeyer, selanjutnya sebanyak 2 tetes

indicator penoltrolin ditambahkan pada sampel tanah yang akan dititrasi dan telah ditetesi

indicator kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan FeSO4 sampai warna larutan

berubah menjadi hijau. untuk menghitung kandungan bahan organic sesuai dengan

metode Walkley and Black, dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

%C = Volume blanko−Volume titrasiVolume blanko x berat sampel x 3

% bahan organic (BO) = % C x 1,729

Catatan: 1,729 diasumsikan dalam bahan organic tanah pada 58%.

Penentuan Derajat Keasaman (pH) Pada Tanah Perkebunan

Penentuan derajat keasaman (pH) pada sampel tanah perkebunan dilakukan dengan cara;

sebanyak 5 gram sampel tanah halus ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam botol plastik

ukuran 100 mL. Selanjutnya 10 mL aquades ditambahkan kemudian dikocok dengan

pengocok elektrik selama 60 menit dan dibiarkan semalam. Setelah pendiaman selama satu

malam, campuran dikocok selama 1 jam. Selanjutnya pH suspensi tanah tersebut diukur

menggunakan pH meter yang sudah dikalibrasi dengan larutan buffer pH 7 dan pH 4.

Sebanyak 0,5844 gram NaCl p.a. yang telah dikeringkan pada 1050C selama 2 jam ditimbang.

Dimasukkan ke dalam labu ukur 1 liter, kemudian ditambahkan aquades hingga volumenya

menjadi 100 mL. Nilai DHL ditentukan dari larutan baku NaCl. Sebanyak 10 gram sampel

tanah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam botol kocok, dan ditambahkan 50 mL

aquades. Dikocok dengan pengocok elektrik selama 30 menit. DHL suspensi tanah diukur

dengan konduktometer yang telah dikalibrasi menggunakan larutan baku NaCl dan baca

20

Page 21: Profil limbah dan tanah

setelah angka mantap. Nilai DHL diukur dalam satuan dS m-1 menggunakan 3 desimal (1 dS

m-1 = 1 mS cm-1 = 1 mmhos cm-1 = 1000 μS cm-1 = 1000 μmhos cm-1). Nilai DHL dapat dicari

dengan rumus sebagai berikut.

DHL suspensi tanahDHLlarutan baku NaC l = X

1413 μs

Penentuan Kapasitas Tukar Kation Pada Tanah Perkebunan

Penentuan kapasitas tukar kation pada tanah perkebunan dilakukan dengan cara;

sebanyak 1 gram sampel tanah perkebunan ditimbang menggunakan neraca analitik dan

ditempat kan pada Erlenmeyer 100mL, kemudian sebanyak 10 mL NH-4OAc dengan pH 7

ditambahkan pada sampel tanah perkebunan kemudian di shaker selama 60 menit, dan

disaring menggunakan kertas saring. Proses penambahan NH-4OAc dengan pH 7 pada

sampel tanah serta proses pengadukan (shaker) diulang sebanyak 4 kali. Setelah itu

sebanyak 10mL etanol ditambahkan pada larutan sampel tanah dan dishaker selama 10

menit, proses ini dilakukan sebanyak 4 kali pengulangan.Setelah itu sampel tanah

perkebunan disaring, dan ditambahkan 10 mL aquades. Selanjutnya larutan sampel tanah

yang telah ditambhakan 10mL aquades dimasukan ke dalam labu destilasi dan

ditambahkan 50 mL aquades, 20 mL NaOH 40 % lalu didestilasi. Hasil destilasi

ditampung menggunakan Erlenmeyer 100mL yang berisi 15 mL H2SO4 0,1 N yang

ditambahkan 3 tetes indikator Conway. Hasil destilasi larutan sampel tanah diencerkan

menjadi 200mL dan sampel tanah yang telah diencerkan dititrasi menggunakan NaOH

yang sudah di standarisasi.Kemudian, KTK tanah dihitung dengan rumus :

KTK(me /100 gram) =

( Vol Blanko - Vol Sampel) x N NaOH x 100Berat Sampel

3.5 Analisis Data

Data kuantitatif berupa karateristik tanah ( pH tanah, bahan organik, kapasitas

tukar kation (KTK)) dan karakteristik limbah cair (kadar sulfat, klorida, bahan organik,

dan kesadahan) Data tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif.

21

Page 22: Profil limbah dan tanah

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Hasil percobaan yang diperoleh dalam analisis limbah cair rumah tangga pada masing

– masing parameter dikelompokkan menjadi lima, yaitu dilihat dari kadar bahan organic,

kadar kandungan sulfat, kadar klorida, dan kesadahan. Sedangkan hasil percobaan yang

diperoleh pada analisis karakteristik tanah perkebunan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu

derajat keasaman (pH) tanah, bahan organic dan kapasitas tukar kation (KTK). Secara

ringkas, hasil percobaan pada masing – masing uji disajikan pada table berikut:

Table 08. Karakteristik Limbah Cair Rumah Tangga

No Parameter Kadar

1 Bahan organic N

2 Klorida mg/L

3 Sulfat mg/L

4 Kesadahan mg/L

Table 09. Sifat Kimia Tanah Perkebunan

No Sifat Kimia (Karakteristik) Kadar

1 Derajat Keasaman (pH) pH 4 dalam H2O diperoleh pH 6,05, dalam

NaCl diperoleh pH 4,74

2 Bahan organic

3 Kapasitas tukar kation (KTK) me/100 gram

22

Page 23: Profil limbah dan tanah

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis Limbah Cair Rumah Tangga

1. Bahan Organik

Dalam penentuan bahan organic dalam limbah rumah tangga yang berasal dari

bekas cucian piring dapat dilakukan dengan cara titrasi permanganometri. Titrasi

permanganometri adalah titrasi oksidasimetri yang menggunakan larutan standar

kalium permanganat (KMnO4). Dalam reaksi redoks KMnO4 sebagai oksidator akan

mengalami reaksi reduksi.

Prinsip dari penentuan bahan organik dengan titrasi permanganometri adalah

zat organic dapat dioksidasi dengan KMnO4 dalam suasana asam dengan

pemanasan.Sisa KMnO4 direduksi dengan asam oksalat berlebih.Kelebihan asam

oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4.Titrasi pada praktikum kali ini dilakukan

sebanyak tiga kali untuk mendapatkan data yang lebih akurat sehingga didapat

volume rata – rata kalium permanganate yang dihabiskan untuk mentitrasi sampel

adalah sebanyak 0,00117mL. lebih lanjut setelah dilakukan perhitungan, dapat

diketahui kadar bahan organic dalam sampel sebagai angka permangnat yaitu

sebesar 0,0117 N.

2. Kadar Klorida

Analisis kadar klorida dalam sampel limbah rumah tangga dilakukan dengan

menggunakan titrasi argentometri secara Mohr. Pada prinsipnya senyawa klorida

dalam sampel limbah cair dapat dititrasi dengan larutan perak nitrat dalam suasana

netral atau sedikit basa (pH 7 sampai dengan pH 10), menggunakan larutan

indikator kalium kromat.Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya endapan

merah kecoklatan dari Ag2CrO4. Apabila ke dalam larutan yang mengandung ion

klorida ditambahkan indikator K2CrO4 dan selanjutnya dititrasi dengan larutan

standar AgNO3 maka akan terjadi pengendapan bertingkat berikut:

Cl- + Ag+ ↔ AgCl Ksp = 1 x 10-10

CrO42- + 2Ag+ ↔ Ag2CrO4 Ksp = 2 x 10-12

23

Page 24: Profil limbah dan tanah

(Selamat, 2002)

Kemudian pada praktikum kali kadar klorida dalam limbah cair rumah tangga

adalah sebesar 0.90 mg/L. Kadar klorida dalam limbah cair rumah tangga yang

didapat pada praktikum ini tergolong rendah, karena jika dibandingkan dengan teori

kadar klorida pada limbah cair domestic adalah sebesar 50 mg/L.

3. Kadar Sulfat

Penentuan kadar sulfat dalam sampel limbah cair bekas cucian piring dapat

dilakukan dengan metode turbidimetri dengan menggunakan alat spektronic 20+.

Prinsip kerja dari metode ini bahwa ion sulfat dapat ditentukan kadarnya dengan

cara membentuk endapan BaSO4 dengan adanya penambahan BaCl2 dalam suasana

asam. Dalam hal ini semakin tinggi konsentrasi sulfat dalam sampel yang akan

diuji, maka warna sampelnya akan semakin keruh. Kekeruhan yang terjadi dapat

diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm. Setelah

dilakukan pengukuran turbiditas dengan instrument spektrofotometri, maka kadar

sulfat dapat ditentukan dari persamaan yang diperoleh melalui kurva kalibrasi

hubungan absorbansi terhadap konsentrasi sulfat standar.

Pada praktikum kali ini, kadar sulfat yang teridentifikasi dalam limbah cair

bekas cucian piring rumah tangga adalah sebesar 27,22 mg/L. Kadar sulfat dalam

limbah bekas cucian air piring rumah tangga tergolong cukup rendah dan memenuhi

syarat menurut Peraturan Pemerintah RI PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, bahwa nilai ambang batas yang

diperbolehkan adalah 400 mg/L.

4. Kesadahan

Penentuan kesadahan total dalam air limbah secara prinsip sama dengan

titrasi kompleksometri. Dimana digunakan garam dinatrium etilen diamin tetra

asetat (EDTA) sebagai titran dan sampel limbah cucian piring rumah tangga

digunakan sebagai titrat. Garam dinatrium etilen diamin tetra asetat (EDTA) akan

bereaksi dengan kation logam tertentu membentuk senyawa kompleks kelat yang

larut. Pada pH 10,0 + 0,1, ion-ion kalsium dan magnesium dalam sampel limbah

cair bekas cucian piring rumah tangga akan bereaksi dengan indikator Eriochrome

Black T (EBT), dan membentuk larutan berwarna merah keunguan. Jika Na2EDTA

ditambahkan sebagai titran, maka ion-ion kalsium dan magnesium akan membentuk

24

Page 25: Profil limbah dan tanah

senyawa kompleks, molekul indikator terlepas kembali, dan pada titik akhir titrasi

larutan akan berubah warna dari merah keunguan menjadi biru. Dari cara ini akan

didapat kesadahan total (Ca + Mg).

Berdasarkan hasil percobaan, didapat kesadahan total limbah cair bekas

cucian piring rumah tangga adalah sebesar 53 mg/L. Nilai tersebut masih tergolong

rendah jika dibandingkan dengan kesadahan total yang diijinkan oleh Peraturan

Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang standar baku

kualitas air bersih yaitu sebesar 500 mg/L. Kemudian, jika dilihat dari tingkat

kesadahannya sampel yang diuji merupakan air limbah yang tergolong lunak (soft

water) karena nilai kesadahannya berada pada rentang 0 – 75 mg/L.

4.2.2 Analisis Sifat Tanah

1. Bahan organic

Pada praktikum analisis penentuan kandungan bahan organik pada tanah

perkebunan dilakukan berdasarkan jumlah C-organik yang terdapat dalam tanah

tersebut dengan menggunakan metode Walkey and Black. Prinsip dari metode

tersebut adalah C-organik dalam tanah terlebih dahulu dioksidasikan dengan kalium

dikromat, kemudian  didesktruksi dengan asam sulfat pekat dan asam fosfat.

Besarnya C yang hilang karena teroksidasi merupakan kadar C-organik dalam

tanah. Dengan adanya penambahan larutan dikromat ke dalam sampel tanah, maka

bahan organic yang terkandung di dalam sampel tanah mereduksi Cr2O7- dalam

larutan dikromat, dimana Cr6+ direduksi menjadi Cr3+. Seperti yang ditunjukkan

pada reaksi berikut:

C-organik + 2K2Cr2O7 + 8H2SO42Cr2(SO4)3 + 2K2SO4 + 8H2O + CO2

Penambahan larutan dikromat dan asam sulfat pekat menyebabkan warna larutan

menjadi coklat kemerahan. Kemudian kelebihan kromat yang tidak dapat tereduksi

oleh bahan organic dalam sampel ditentukan dengan cara titrasi. Titrasi dilakukan

sebanyak tiga kali pengulangan dengan menggunakan larutan FeSO4.Setelah

mendapat data hasil titrasi, maka kandungan bahan organic dalam tanah perkebunan

dapat dihitung. Setelah dilakukan perhitungan, kandungan bahan organic yang

diperoleh adalah sebesar 12,45%. Angka tersebut tergolong cukup tinggi, karena

secara teori disebutkan bahwa kandungan bahan organic dalam tanah secara umum

yaitu sebesar 2-5 %.Tingginya bahan organic pada tanah perkebunan disebabkan

25

Page 26: Profil limbah dan tanah

oleh vegetasi dan rumput yang ada pada lahan perkebunan tersebut.Selain vegetasi

dan rumput, selanjutnya adalah suasana aerob dan anaerob, yang mana pada tanah

perkebunan terjadi dalam kondisi aerob.Pada kondisi aerob pelapukan bahan

organik lebih mudah terjadi sehingga aerasinya lebih baik dibandingkan dengan

tanah yang tergenang (anerob). Disamping itu, tingginya bahan organic disebabkan

oleh kadar liat tanah pada tanah perkebunan yang cukup tinggi, sehingga

kandungan bahan organiknya juga tinggi.

2. Derajat keasaman (pH)

Pada praktikum kali ini dilakukan uji sifat kimia tanah yaitu derajat keasaman

(pH) pada tanah perkebunan wortel. Dimana sampel tanah yang akan diuji telah

didiamkan selama 24 jam setelah dilakukan pengocokan. Penentuan nilai pH pada

tanah perkebunan ini dilakukan dengan menggunakan pH meter yang telah

dikalibrasi dengan menggunakan buffer pH 4,00 dan pH 7,00. Pada praktikum kali

ini diperoleh hasil pengukuran buffer yaitu sebesar 3,46, sehingga diperoleh factor

koreksi pH meter sebesar 0,54.

Nilai pH dari sampel tanah perkebunan ini menunjukkan bahwa jenis tanah tersebut

tergolong ke dalam yang bersifat agak asam karena berada dalam rentang pH 4,5-

6,5. Seperti yang telah disebutkan dalam teori, keasaman tanah merupakan salah

satu sifat penting sebab terdapat hubungan pH dengan ketersediaan unsur hara juga

terdapat beberapa hubungan antara pH dan semua pembentukkan serta sifat-sifat

tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang

terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah, air hujan

dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai

dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan

komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah

(Kemas, 2005). Jadi nilai pH yang diperoleh pada praktikum kali ini kemungkinan

mengandung ion H+ lebih banyak daripada ion OH-.

3. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas Tukar Kation (KTK) atau Cation Exchange capacity (CEC)

merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid

yang bermuatan negative. Besarnya KTK tanah tergantung pada tekstur tanah, tipe

26

Page 27: Profil limbah dan tanah

mineral liat tanah, dan kandungan bahan organic. Semakin tinggi kadar liat atau

tekstur semakin halus maka KTK tanah akan semakin besar. Demikian pula pada

kandungan bahan organic tanah, semakin tinggi bahan oerganik tanah maka KTK

tanah akan semakin tinggi (Mukhlis, 2007). Pada percobaan kali ini kapasitas tukar

kation yang diperoleh adalah sebesar 29,95me/100 gram. Jika dibandingkan dengan

teori kadar tersebut tergolong tinggi karena berada dalam kisaran 25 – 40 me/100

gram.

Tingginya nilai KTK yang diperoleh pada tanah perkebunan ini kemungkinan

berkaitan dengan pH tanah, kandungan bahan organic tanah dan juga tekstur tanah

itu sendiri. Seperti yang telah dipaparkan pada teori, jika pH tanah tinggi maka

kapasitas tukar kationnya akan tinggi. Hal ini terbukti karena pada percobaan

sebelumnya pada pengukuran pH menunjukkan bahwa pH tanah perkebunan adalah

sebesar 8,34. Tekstur tanah juga mempengaruhi KTK tanah. Semakin halusnya

tekstur pada tanah maka akan meningkatkan KTK karena tanah lebih mampu dalam

menahan air dan unsur hara. Hal ini dapat memudahkan dalam pertukaran kation di

dalam tanah, terutama pada kation yang monovalentPengaruh bahan organik tidak

dapat disangkal terhadap kesuburan tanah.Telah dikemukakan bahwa organik

mempunyai daya jerap kation yang lebih besar daripada koloid liat.Berarti semakin

tinggi kandungan bahan organik suatu tanah makin tinggi pula lah KTKnya.

27

Page 28: Profil limbah dan tanah

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal

sebagai berikut:

1. Karakteristik limbah cair rumah tangga ditinjau dari parameter bahan organiknya

adalah sebesar 0,0177 N. Kadar klorida dalam sampel limbah cair rumah tangga

tergolong rendah, yaitu sebesar 0.90 mg/L. Kadar sulfat dalam sampel limbah cair

juga tergolong rendah yaitu sebesar 27,22 mg/L. Kesadahan limbah cair rumah

tangga juga tergolong rendah, yaitu sebesar 53 mg/L. Kebutuhan Oksigen Kimia

(KOK) pada limbah rumah tangga cukup tinggi, yaitu sebesar 432 mg/L O2

bahkan melebihi ambang batas baku mutu air.

2. Karakteristik atau sifat kimia tanah perkebunan dilihat dari kandungan bahan

organiknya tergolong tinggi, yaitu sebesar 12,45%. Derajat keasaman (pH) dari

tanah perkebunan termasuk ke dalam golongan agak alkalis, yaitu sebesar 8,34.

Sedangkan nilai kapasitas tukar kation (KTK) dari tanah perkebunan juga

tergolong sangat tinggi, sebesar 29,95me/100 gram.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang karakteristik limbah cair rumah

tangga pada parameter selain yang telah dianalisis pada praktikum kali ini, agar

hasil yang didapat lebih rinci lagi

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang karakteristik tanah peternakan,

parameter yang diukur tidak hanya sifat kimia saja melainkan sifat fisika dari

tanah tersebut juga perlu dianalisis.

28

Page 29: Profil limbah dan tanah

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, H. 2003.Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.Kanisius.Yogyakarta. Hal: 278.

Hardjowigeno, H. Sarwono., 2002. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, JakartaHariyadi, S., Suryadiputra dan Bambang W., 1991, Limnologi: Metoda Analisa Kualitas Air.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Hal: 124.

Karunia Cahaya Fajar. 2012. Analisis COD (Chemical Oxygen Demand).http://karuniacahayafajar.blogspot.com/2012/11/cod.html. diakses tanggal 10 Mei 2015. 09:38.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, Tersedia :http://hukum.unsrat.ac.id/men/menlh_112_2003.pdf, diakses tanggal : 23 Maret 2015

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, Tersedia :http://hukum.unsrat.ac.id/men/menlh_112_2003.pdf, diakses tanggal : 23 Maret 2015

Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tanggal 14 Desember Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

Metcalf and Eddy. 1979. Wastewater Engineering; Collection, Treatment, Disposal. McGraw Hill Inc. New delhi

Muklis.2007. Analisis Tanah dan Tanaman. Universitas Sumatera Utara Press, Medan.Nur’arif, Muhamad. 2008. Pengelolaan Air Limbah

Domestik.Tesis.Tersedia :http://eprints.undip.ac.id/17344, diakses tanggal : 24 Maret 2015

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang standar baku kualitas air

Rahmi, Puji. 2010. Laporan Penelitian. Tersedia :https://ml.scribd.com/doc/88576354/Laporan-Penlit-Puji-Rahm, diakses tanggal : 24 Maret 2015

Selamat, I Nyoman, I Gusti Lanang Wiratma. 2004. Penuntun Praktikum Kimia Analitik. Singaraja : Jurdik Kimia, IKIP N Singaraja.

29