profil kesehatan kota semarang 2012
TRANSCRIPT
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
1/105
1
Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012
Jl. Pandanaran 79 SemarangTelp. 024- 8415269 – 8318070 fax. 024- 8318771
www.dinkes-kotasemarang.go.id
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
2/105
i
Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala, atassegala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, penyusunan Buku “ Profil KesehatanKota Semarang Tahun 2012 “ ini telah dapat kami selesaikan sebagai rangkaian dari
penyajian data / informasi kegiatan yang telah di laksanakan mulai tahun 2012.
Profil Kesehatan Kota Semarang merupakan salah satu media yang dapatberperan dalam pemantauan dan evaluasi pencapaian hasil pembangunankesehatan dan hasil kinerja penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal KotaSemarang. Profil Kesehatan Kota Semarang juga merupakan penyajian yang relativekomprehensif terdiri dari data derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumberdayakesehatan dan data umum serta lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan.Dengan demikian kebutuhan terhadap data yang berkualitas menjadi sangat krusial.
Data yang digunakan dalam proses penyusunan Buku Profil Kesehatan inibersumber dari berbagai unit kerja baik di dalam maupun di luar sektor kesehatan. Agar data yang diperoleh relevan dan akurat, maka terhadap data yang berasal dariunit pelaksana teknis (Puskesmas, Instalasi Farmasi) maupun dari Rumah Sakityang bersumber dari Sistem Pelaporan Rumah Sakit, telah dilakukan uji silang datadengan para pemegang program melalui mekanisme pemutakhiran data di tingkatKota dan tingkat Provinsi termasuk melibatkan pula lintas sektoral yaitu Badan PusatStatistik, Bapermas & KB, Polrestabes Semarang, dan lain-lain.
Dengan konsistensi penyusunan profil kesehatan yang dilaksanakan setiaptahun, maka berbagai perkembangan indikator yang digunakan dalam pembangunankesehatan baik indikator masukan, proses maupun indikator keluaran, manfaat danindikator dampak dapat diikuti secara cermat. Fakta ini merupakan bahan yangsangat berguna untuk melakukan analisa kecenderungan dalam konteks penentustrategi dan kebijakan kesehatan di masa yang akan datang.
Profil Kesehatan Kota Semarang ini disajikan dalam bentuk cetakan, dansoftcopy serta juga dapat diunduh di website www.dinkes-kotasemarang.go.id sehingga memudahkan para pengguna (masyarakat) untuk mendapatkan publikasi
ini.Untuk meningkatkan mutu Profil Kesehatan Kota Semarang berikutnya
diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari semua pihakkhususnya dalam upaya mendapatkan data / informasi yang relevan, akurat, tepatwaktu dan sesuai dengan kebutuhan. Kepada semua pihak yang telahmenyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan KotaSemarang, kami mengucapkan terima kasih.
Semarang, Juni 2013
Kepala Dinas Kesehatan
Ttd
dr. Widoyono, M.PHNIP. 19630809 198801 1 001
KATA PENGANTAR
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
3/105
ii
Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012
Halaman
KATA PENGANTARDAFTAR ISIDAFAR LAMPIRAN TABELDAFTAR TABEL
iiiiiiv
BAB I PENDAHULUAN 1 A.B.C.
Latar BelakangDasarVisi dan Misi
113
BAB II
D. TujuanE. Sistematika Penulisan
GAMBARAN UMUM & PERILAKU PENDUDUK
67
8 A.B.C.D.
E.
Keadaan GeografisKependudukanSarana dan Prasarana KesehatanKeadaan Kesehatan Lingkungan
Keadaan Perilaku Masyarakat
881314
18
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN 20 A.B.C.
Mortalitas / KematianStatus Gizi Bayi & BalitaMorbiditas
202425
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN 74 A. Pelayanan Kesehatan Dasar 74B. Pelayanan Kesehatan Rujukan 81C. Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat 84D. Perbaikan Gizi MasyarakatE. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
F. Pelayanan Kesehatan PekerjaG. Pelayanan Kesehatan Khusus
8688
8889
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 90 A.B.C.
D.
Sarana KesehatanTenaga KesehatanPerbekalan Kesehatan
Pembiayaan Kesehatan
909193
94
BAB VI KESIMPULAN 96
DAFTAR ISI
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
4/105
iii
Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012
DAFTAR LAMPIRAN TABEL
Tabel Nama Tabel
1 Luas wilayah, jumlah kelurahan, jumlah & kepadatan penduduk, jumlah rumah tangga
2 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, umur, dan rasio beban tanggungan
3 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, dan kelompok umur
6 Jumlah kelahiran menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas
7 Jumlah kematian bayi & balita menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas
8 Jumlah kematian ibu menurut kelompok umur, kecamatan dan puskesmas
9 Jumlah kasus AFP dan AFP Rate menurut kecamatan dan puskesmas
10 Jumlah kasus baru TB Paru dan kematian akibat TB menurut jenis kelamin, kecamatan
11 Jumlah kasus dan angka penemuan TB Paru BTA + menurut jenis kelamin, kecamatan
12 Jumlah kasus dan kesembuhan TB Paru BTA + menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
13 Penemuan kasus pneumonia balita menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
14 Jumlah kasus baru HIV, AIDS dan IMS lain menurut jenis kelamin, kecamatan & Puskemas
15 Persentase donor darah diskrining terhadap HIV/AIDS16 Kasus diare yang ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
17 Jumlah kasus baru kusta menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
18 Kasus baru kusta 0-14 tahun dan cacat tingkat 2 menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
19 Jumlah kasus dan angka prevalensi kusta menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
20 Persentase penderita kusta selesai berobat menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
21 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) : difteri, pertusis, tetanus
22 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) : campak, polio, hepatitis B
23 Jumlah kasus DBD menurut jenis kelamin, kecamatan & puskemas
24 Kesakitan dan kematian malaria menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
25 Penderita filariasis ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
26 Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) menurut jenis kelamin, kecamatan & puskemas
27 Status gizi balita menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
28 Cakupan kunjungan ibu hamil, persalinan ditolong tenaga kesehatan, pelayanan ibu nifas
29 Persentase cakupan imunisasi TT pada ibu hamil menurut kecamatan & puskesmas
30 Jumlah ibu hamil yang dapat tablet Fe 1 dan Fe 3 menurut kecamatan & puskemas
31 Jumlah & persentase ibu hamil dan neonatal resiko tinggi/komplikasi ditangani
32 Cakupan pemberian vitamin A pada bayi, anak balita dan ibu nifas menurut kecamatan
33 Proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi, per kecamatan & puskesmas
34 Proporsi peserta KB baru menurut jenis kontrasepsi per kecamatan & puskesmas
35 Jumlah peserta KB baru dan KB aktif menurut kecamatan & puskesmas
36 Cakupan kunjungan neonatus (KN) menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas37 Cakupan kunjungan bayi menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
38 Cakupan desa/kelurahan UCI menurut kecamatan & puskesmas
39 Cakupan imunisasi DPT, HB, dan campak pada bayi menurut kecamatan & puskesmas
40 Cakupan imunisasi BCG, Polio pada bayi menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
41 Jumlah bayi yang diberi ASI Ekslusif menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
42 Pemberian makanan pendamping (MP) ASI anak usia 6-23 bulan keluarga miskin
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
5/105
iv
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
43 Cakupan pelayanan anak balita menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
44 Jumlah balita ditimbang menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
45 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
46 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD & setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan
47 Cakupan pelayanan kesehatan siswa SD & setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan
48 Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
49 Persentase sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat level 1
50 Jumlah penderita & kematian pada KLB menurut jenis KLB
51 Desa/kelurahan terkena KLB yang ditangani
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
6/105
1
Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012
Hzzuiyhb nt niuujrf r
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu komponen utama dalam Index
Pembangunan Manusia (IPM) yang dapat mendukung terciptanya SDM yang sehat,
cerdas, terampil dan ahli menuju keberhasilan pembangunan kesehatan.
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu hak dasar masyarakat yaitu hak
untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan
pembangunan kesehatan telah dilakukan perubahan cara pandang (mindset) dari
paradigma sakit menuju paradigma sehat sejalan dengan Visi Indonesia Sehat.
Seiring dengan visi tersebut, maka Visi Pembangunan Kesehatan di Ko ta
Semarang adalah “Terwujudnya Masyarakat Kota Semarang yang Mandiri unt uk
Hidup Sehat”
B. Dasar
Dasar pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan pokok
yang menjadi landasan untuk berfikir dan bertindak dalam penyelenggaraanpembangunan kesehatan. Dasar-dasar berikut ini merupakan landasan dalam
penyusunan visi, misi dan strategi serta sebagai petunjuk pokok pelaksanaan
pembangunan kesehatan:
1. Perikemanusiaan
Setiap kegiatan proyek, program kesehatan harus berlandaskan
perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pemberdayaan dan Kemandirian
Individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya bukan saja sebagai
obyek namun sekaligus pula subyek kegiatan, proyek, program kesehatan. Segenap
komponen bangsa bertangggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya. Setiap kegiatan,
BAB
IPENDAHULUAN
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
7/105
2
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
proyek, program kesehatan harus mampu membangkitkan peran serta individu,
keluarga dan masyarakat sedemikian rupa sehingga setiap individu, keluarga dan
masyarakat dapat menolong dirinya sendiri.
Dengan dasar ini, setiap individu, keluarga dan masyarakat melalui kegiatan,
proyek, program kesehatan difasilitasi agar mampu mengambil keputusan yang tepat
ketika membutuhkan pelayanan kesehatan. Warga masyarakat harus mau bahu
membahu menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan agar dapat
menjangkau fasilitas kesehatan yang sesuai kebutuhan dalam waktu yang sesingkat
mungkin. Di lain pihak, fasilitas pelayanan kesehatan yang ada perlu terus
diberdayakan agar mampu memberikan pertolongan kesehatan yang berkualitas,
terjangkau, sesuai dengan norma sosial budaya setempat serta tepat waktu.
3. Adil dan Merata
Setiap individu, keluarga dan masyarakat mempunyai kesempatan yang
sama untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan sehingga dapat
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kesempatan untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau dan tepat waktu,
tidak boleh memandang perbedaan ras, golongan, agama, dan status sosial individu,
keluarga dan masyarakat.
Pembangunan kesehatan yang cenderung urban-based harus terus
diimbangi dengan upaya-upaya kesehatan yang bersifat rujukan, bersifat luar
gedung maupun yang bersifat satelit pelayanan. Dengan demikian pembangunan
kesehatan dapat menjangkau kantong-kantong penduduk beresiko tinggi yang
merupakan penyumbang terbesar kejadian sakit dan kematian. Kelompok-kelompok
penduduk inilah yang sesungguhnya lebih membutuhkan pertolongan karena selain
lebih rentan terhadap penyakit, kemampuan membayar mereka jauh lebih sedikit.
4. Pengutamaan dan Manfaat
Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kedokteran dan atau
kesehatan dalam kegiatan, proyek, program kesehatan harus mengutamakan
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Kegiatan, proyek dan program
kesehatan diselenggarakan agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
peningkatan deajat kesehatan masyarakat. Kegiatan, proyek dan program kesehatan
diselenggarakan dengan penuh tanggung jawab, sesuai dengan standar profesi dan
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
8/105
3
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
peraturan perundang-undangan yang berlaku serta mempertimbangkan dengan
sungguh-sungguh kebutuhan dan kondisi spesif ik daerah.
C. Visi dan Misi
1. Visi
Dalam mewujudkan gambaran masyarakat Kota Semarang di masa depan
maka Dinas Kesehatan Kota memiliki Visi “Terwujudnya Masyarakat Kota
Semarang yang Mandiri unt uk Hidup Sehat ”
Visi tersebut mengandung filosofi pokok yang akan dilaksanakan
perwujudannya, yaitu kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
Kesehatan adalah tanggungjawab bersama dari setiap individu, masyarakat,
pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa
kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan
mereka, hanya sedikit hasil yang akan dapat dicapai. Perilaku masyarakat kota
Semarang yang mandiri untuk hidup sehat diharapkan adalah yang bersifat proaktif
untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Disamping itu semua
lapisan masyarakat di Kota Semarang juga mempunyai akses dan mampu
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu.
2. Misi
Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran organisasi
kesehatan di seluruh wilayah Kota Semarang, yang bertanggung jawab secara
teknisterhadap pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan Kota
Semarang. Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan misi yang diemban oleh
seluruh jajaran petugas kesehatan di masing-masing jenjang administarsi
pemerintahan, yaitu :
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkua litas,
2. Memberdayakan masyarakat untuk memiliki kemauan dan kemampuan hidup
sehat
3. Tujuan
a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat dan perorangan yang
efektif dan efisien. (Misi 1)
b. Meningkatkan kesiapan dan ketersediaan sumberdaya kesehatan dalam
mendukung proses pelayanan kesehatan. (Misi 1)
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
9/105
4
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
c. Mengembangkan kebijakan dan manajemen yang efektif dan efisien dalam
pengelolaan pelayanan dan sumber daya kesehatan. (Misi 1)
d. Meningkatkan pelayanan kefarmasian serta penyediaan obat perbekalan
kesehatan yang memenuhi persyaratan mutu. (Misi 1)
e. Meningkatkan perilaku dan peran aktif individu, keluarga dan masyarakat
untuk memlihara dan melindungi kesehatan dan lingkungannya sendiri. (Misi
2)
4. Sasaran
a. Menurunnya angka kesakitan, kematian dan mencegah kecacatan akibat
penyakit..
b. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan penunjangnya.
c. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan keluarga.
d. Meningkatnya pelayanan gizi masyarakat serta kemandirian keluarga dalam
upaya perbaikan gizi.
e. Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan.
f. Meningkatnya ketersediaan, kemampuan dan ketrampilan sumberdaya
manusia kesehatan sehingga mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
yang optimal.
g. Meningkatnya kualitas pengelolaan administrasi keuangan, ketatalaksanaan
tugas umum dan rumah tangga.
h. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana prasarana pelayanan kesehatan
i. Meningkatnya fungsi perencanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian
pelaksanaan kegiatan serta tersedianya berbagai kebijakan kesehatan guna
menjamin tercapainya kinerja secara efektif dan efisien.
j. Mengembangkan system informasi kesehatan yang komprehensif,
berhasilguna dan berdaya guna
k. Meningkatkan ketersediaan dan mutu pengelolaan obat pelayanan kesehatan
l. Meningkatnya kualitas makanan minuman produksi industri tumah tangga
yang memnuhi syarat kesehatan
m. Meningkatnya perilaku hidup bersih sehat dan berkembangnya upaya
kesehatan bersumberdata masyarakat.
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
10/105
5
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
5. Strategi Kebijakan
Program yang telah disusun dan ditetapkan sebagai strategi kebijakan Dinas
Kesehatan Kota Semarang terdiri dari 12 (dua belas ) alternative startegi yang
ditetapkan, antara lain
1. Mengoptimalkan pelayanan kesehatan pada masyarakat miskin di seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan dasar
2. Memanfaatkan secara optimal jejaring kerja yang ada
3. Menggerakkan sumber daya kesehatan secara efektif dengan melibatkan peran
aktif masyarakat
4. Meningkatkan advokasi pembiayaan kesehatan pada pemegang kebijakan
5. Meningkatkan keterpaduan pelaksanaan program
6. Meningkatkan pengelolaan data dan informasi kesehatan berbasis teknologi
informasi
7. Mengintensifkan promosi kesehatan melalui pemanfaatan teknologi informasi
khususnya pada kelompok beresiko
8. Mengalokasikan sumber daya kesehatan yang ada pada kegiatan bersasarn
masyarakat miskin dan renta
9. Meningkatkan cakupan pemanfaatan pelayanan kesehatan
10. Mengembangkan dan memantapkan program jaminan mutu pada semua
pelayanan
11. Meningkatkan kualitas manajemen kesehatan menuju pelayanan kesehatan yang
akuntable, transparan dan berkinerja tinggi.
12. Meningkatkan jumlah tenaga kesehatan sesuai kompetensinya.
Dalam rangka memberikan gambaran situasi kesehatan di Kota Semarang
Tahun 2012 perlu diterbitkan Buku Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012.
Media Profil Kesehatan Kota Semarang merupakan salah satu sarana untuk menilai
pencapaian kinerja pembangunan kesehatan dalam rangka mewujudkan Kota
Semarang Sehat 2013.
Profil Kesehatan menyajikan berbagai data dan informasi diantaranya
meliputi data kependudukan, fasilitas kesehatan, pencapaian program – program
kesehatan, masalah kesehatan dan lain-lain. Tersusunnya Buku Profil Kesehatan
Kota Semarang Tahun 2012 didukung oleh pengelola data dan informasi Dinas
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
11/105
6
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
Kesehatan Kota Semarang, Puskesmas, Instalasi Farmasi, berbagai sarana
pelayanan kesehatan, juga lintas sektor terkait (Badan Pusat Statistik, ASKES,
JAMSOSTEK, Bapermas & KB, POLRESTABES Semarang, dll).
D. Tujuan
1. Umum
Tujuan disusunnya Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012 adalah
tersedianya data / informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan
dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan secara
berhasilguna dan berdayaguna sebagai upaya menuju Kota Semarang yang Sehat.
2. Khusus
Secara khusus tujuan penyusunan Profil Kesehatan adalah :
a. Diperolehnya Data / informasi umum dan lingkungan yang meliputi lingkungan
fisik dan biologi, perilaku masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat, data kependudukan dan sosial ekonomi;
b. Diperolehnya Data / informasi tentang status kesehatan masyarakat yang meliputi
angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat;
c. Diperolehnya Data / informasi tentang upaya kesehatan, yang meliputi cakupan
kegiatan dan sumber daya kesehatan.
d. Diperolehnya Data / informasi untuk bahan penyusunan perencanaan kegiatan
program kesehatan;
e. Tersedianya alat untuk pemantauan dan evaluasi tahunan program – program
kesehatan;
f. Tersedianya wadah integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan oleh berbagai
sistem pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas, Rumah Sakit maupun
Unit-Unit Kesehatan lainnya;
g. Tersedianya alat untuk memacu penyempurnaan sistem pencatatan dan
pelaporan kesehatan.
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
12/105
7
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
E. Sistematika Penulisan
Untuk lebih menggambarkan situasi derajat kesehatan, peningkatan upaya
kesehatan dan sumber daya kesehatan di Kota Semarang pada Tahun 2012, maka
diterbitkanlah Buku Profil Kesehatan Kota Semarang yang disusun dengan
sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II GAMBARAN UMUM & PERILAKU PENDUDUK KOTA
SEMARANG
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN DAERAH
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
BAB VI KESIMPULAN
LAMPIRAN
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
13/105
8
Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012
BAB II
A. Keadaan Geografis
1. Letak
Kota Semarang terletak antara garis 6º50’ - 7º10’ Lintang Selatan dan garis
109º35’ - 110º50’ Bujur Timur. Dibatasi sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal,
sebelah Timur dengan Kabupaten Demak, sebelah Selatan dengan Kabupaten
Semarang, dan sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai
meliputi 13,6 Km. Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 sampai dengan
348,00 di atas garis pantai.
2. Luas Wilayah Ko ta Semarang
Dengan luas wilayah sebesar 373,67 km2, dan
merupakan 1,15% dari total luas daratan
Provinsi Jawa Tengah. Kota Semarang
terbagi dalam 16 kecamatan dan 177
kelurahan. Dari 16 kecamatan yang ada,
kecamatan Mijen (57,55 km2) dan Kecamatan
Gunungpati (54,11 km2), dimana sebagian
besar wilayahnya berupa persawahan dan perkebunan. Sedangkan kecamatan
dengan luas terkecil adalah Semarang Selatan (5,93 km2) dan kecamatan Semarang
Tengah (6,14 km2), sebagian besar wilayahnya berupa pusat perekonomian dan
bisnis Kota Semarang, seperti bangunan toko/mall, pasar, perkantoran dan
sebagainya.
B. Kependudukan
1. Pertumbuhan Penduduk, Persebaran dan Kepadatan Penduduk, Komposisi
Penduduk, Kelahiran, Kematian dan Perpindahan
a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Kota Semarang menurut Profil Kependudukan Kota
Semarang oleh BPS sampai dengan akhir Desember tahun 2012 sebesar :
GAMBARAN UMUM & PERILAKU PENDUDUK
KOTA SEMARANG
BAB
II
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
14/105
9
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
1.628.590 jiwa, terdiri dari 798.467 jiwa penduduk laki-laki dan 830.123 jiwa
penduduk perempuan. Dengan jumlah sebesar itu Kota Semarang masih
termasuk dalam 5 besar Kabupaten/Kota yang mempunyai jumlah penduduk
terbesar di Jawa Tengah.
Tabel 1 : Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Tahun 2004 - 2011
Tahun Jumlah Penduduk T ingkat pertumbuhan
Setahun ( % )
2004
2005
2006
2007
2008
20092010
2011
2012
1.399.133
1.419.478
1.434.132
1.454.594
1.481.640
1.506.9241.527.433
1.544.358
1.628.590
1,52
1,45
1,02
1,43
1,86
1,531,41
1,11
Sumber data : Kantor BPS Kota Semarang – Semarang Dalam Angka
Perkembangan dan pertumbuhan penduduk selama 7 tahun terakhir
menunjukkan hasil yang bervariasi dengan tren semakin meningkat.
b. Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Penyebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat perhatian karena
berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang tidak seimbang. Secara
geografis wilayah Kota Semarang terbagi menjadi dua yaitu daerah dataran
rendah ( Kota Bawah ) dan daerah perbukitan (Kota Atas). Kota Bawah
merupakan pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan dan industri,
sedangkan Kota Atas lebih banyak dimanfaatkan untuk perkebunan,
persawahan, dan hutan.
Sedangkan ciri masyarakat Kota Semarang terbagi dua yaitu masyarakat
dengan karakteristik perkotaan dan masyarakat dengan karakteristik pedesaan.
Sebagai salah satu kota metropolitan, Semarang boleh dikatakan belum
terlalu padat. Pada tahun 2012 kepadatan penduduknya sebesar 4.358 jiwa per
km2. Bila dilihat menurut Kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk
paling kecil adalah Kecamatan Ngaliyan sebesar 806 jiwa per km2, diikuti
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
15/105
10
Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012
dengan Kecamatan Mi jen 1.056 jiwa per km2 dan Kecamatan Gunungpati 1.776
jiwa per km2. Ketiga Kecamatan tersebut merupakan daerah pertanian dan
perkebunan, sehingga sebagian wilayahnya masih banyak terdapat areal
persawahan dan perkebunan,
Namun sebaliknya untuk Kecamatan-Kecamatan yang terletak di pusat kota,
dimana luas wilayahnya tidak terlalu besar tetapi jumlah penduduknya sangat
banyak, kepadatan penduduknya sangat tinggi. Yang paling tinggi kepadatan
penduduknya adalah Kecamatan Gayamsari 12.144 jiwa/km2, kemudian
Kecamatan Semarang Selatan 11.883 jiwa/km2
, dan Kecamatan Candisari
11.724 jiwa/km2.
Bila dikaitkan dengan banyaknya keluarga atau rumah tangga, maka dapat
dilihat bahwa rata-rata setiap keluarga di Kota Semarang memiliki 4 (empat)
anggota keluarga, dan kondisi ini terjadi pada hampir seluruh Kecamatan yang
ada .
c. Komposisi Penduduk
Untuk dapat menggambarkan tentang keadaan penduduk secara khusus
dapat dilihat dari komposisinya, salah satunya adalah penduduk menurut jenis
kelamin. Dari 1.628.590 penduduk Kota Semarang pada tahun 2012 terdiri dari
798.467 jiwa penduduk laki-laki dan 830.123 penduduk perempuan.. Indikator dari
variabel jenis kelamin adalah rasio jenis kelamin yang merupakan angka
perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan.
Sumber data : BPS Kota Semarang
49%51%
Komposisi Penduduk Kota Semarang
menurut jenis kelamin 2012
Laki-Laki Perempuan
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
16/105
11
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
PIRAMIDA PENDUDUK KOTA SEMARANG TAHUN 2013
Sumber data : BPS Kota Semarang
d. Kelahiran, Kematian dan Perpindahan
Potensi permasalahan jumlah penduduk yang besar dipengaruhi oleh tingkat
pertumbuhan penduduk yang dimiliki. Bila jumlah penduduk yang besar
sedangkan tingkat pertumbuhannya tinggi, maka beban untuk mencukupi
kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya
menjadi sangat berat.
Tingkat pertumbuhan penduduk dibedakan atas tingkat pertumbuhan alamiah
dan tingkat pertumbuhan karena migrasi. Tingkat pertumbuhan alamiah secara
sederhana dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk yang lahir dan
mati. Pada periode waktu tertentu digambarkan dengan Angka Kelahiran Kasar
atau Crude Birth Rate ( CBR ) dan Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate
( CDR ) yang merupakan perbandingan antara jumlah kelahiran dan kematian
selama 1 tahun dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
Selama periode 5 tahun terakhir perkembangan kelahiran dan kematian
penduduk di Kota Semarang terlihat cukup berfluktuasi. Hal ini dilihat bahwa untuk
CBR periode 2004 – 2011. Dapat dilihat pada tabel berikut :
100000 50000 0 50000 100000
0 - 4
10 - 14
20 - 24
30 - 34
40 - 44
50 - 54
60 - 64
70 - 74
LAKI-LAKI perempuan
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
17/105
12
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
Tabel 2: Perkembangan Kelahiran dan K ematian Penduduk
Kota Semarang Periode 2004 – 2012
Tahun Jml Penduduk CBR(/1000 pddk)
CDR(/1000 pddk)
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
20112012
1.399.133
1.419.478
1.434.132
1.454.594
1.481.640
1.506.924
1.527.433
1.544.3581.628.590
12,64
15,23
15,46
16,06
16,25
16,60
5,27
6,41
7,56
7,04
6,98
6,79
Sumber data : BPS Kota Semarang
Umur Harapan Hidup Kota Semarang Tahun 2012 ini sekitar 72,20
tahun sedikit meningkat dari tahun 2011 yaitu 72,18 tahun.
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
18/105
13
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
C. SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN
Tabel Jumlah Sarana dan Prasarana di Kota Semarang
A. SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN 2011 2012
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Rumah Sakit Umum :
a. Rumah Sakit Swasta
b. Rumah Sakit Umum Daerah
c. Rumah Sakit Umum Pusat
d. Rumah Sakit TNI / POLRI
e. Rumah Sakit Khusus, terdiri dari :
- RS Jiwa
- RS Bedah Plastik
- Rumah Sakit Ibu dan Anak ( RSIA )
- Rumah Sakit Bersalin ( RSB )
Rumah Bersalin ( RB ) / BKIA
Puskesmas , terdiri dari :
a. Puskesmas Perawatan
b. Puskesmas Non Perawatan
Puskesmas Pembantu
Puskesmas Keliling
Posyandu yang ada
Posyandu Aktif
Apotik
Laboratorium Kesehatan Swasta
Klinik Spesialis / Klinik Utama
Optik
Klinik 24 Jam
Toko Obat
BP Umum
BP Gigi
PBDS
Dokter Umum Praktek Perorangan
Dokter Spesialis Praktek
Dokter gigi swasta
Bidan praktek swasta
10
2
1
3
9
1
1
3
36
37
13
24
35
37
1.533
1.055
14
95
13
20
139
24
23
1.327
681
328
10
2
1
3
9
1
1
3
36
37
12
25
35
37
1.556
1.150
403
30
31
9
12
72
25
4
1.512
691
358
Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan DKK Semarang
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
19/105
14
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
D. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu mendapat perhatian
khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor
perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan
indikator -indikator seperti: akses terhadap air bersih dan air minum berkualitas dan
akses terhadap sanitasi layak.
1. Sarana Air Bersih dan Akses Air Mimum Berkualitas
a. Ketersediaan Air Bersih
Air adalah salah satu sumber kehidupan, dan setiap manusia memerlukan air
bersih Oleh karena itu air bersih harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan
memenuhi syarat kesehatan (syarat fisik, kimiawi, dan bakteriologi). Tahun 2012
jumlah KK yang d iperiksa sumber air bersihnya adalah 316.001 KK atau 76,2% dari
414.725 KK yang ada. Adapun cakupan prosentase air bersih menurut jenis
sarananya adalah sebagai berikut:
Grafik Penggunaan Air Bersih Menurut Jenis Sarana
Sumber: Seksi PAL Bidang PKPKL
Dari data yang ada, suplai air bersih rumah tangga terbesar di Kota
Semarang berasal dari Ledeng 63,2%, diikuti oleh sumur Gali 19%.
Upaya peningkatan kualitas air bersih akan meningkat apabila diikuti upaya
perbaikan sanitasi (sarana pembuangan kotoran manusia, sampah, air limbah ).
Selain itu adanya peran serta dan kesadaran sektor swasta penyedia air bersih yang
meningkat berkenaan dengan kualitas air bersih.
63%
5%
19%
2%0%
11%LEDENG
SPT
SGL
MATA AIR
PAH
LAINNYA
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
20/105
15
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
b. Akses Air Minum
Tahun 2012 jumlah keluarga dengan akses air minum yang diperiksa adalah
316.001 KK. Dari jumlah tersebut jumlah KK dengan akses air minum terlindungi
sebesar 310.395 KK atau 98,2%.
Sumber: Seksi PAL Bidang PKPKL
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa sumber air minum keluarga yang
digunakan paling banyak berasal dari ledeng meteran dengan 203.701 KK (64,5%).
Data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 65.
2. Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar
a. Rumah Sehat
Rumah adalah kebutuhan dasar manusia, dan lingkungan yang sehat dapt
berawal dari rumah yang sehat. Rumah tidak hanya sebatas tempat berteduh
semata, rumah juga salah satu pembentuk karakter indifidu untuk berperilaku sehat.
di Kota Semarang pada tahun 2012, jumlah rumah yang diperiksa adalah 287.341
unit atau (82,1%). Dari jumlah tersebut diperoleh jumlah rumah yang sehat adalah
252.220 unit atau 87,8 %. Jika hasil cakupan ini dibandingkan dengan tahun 2011
yaitu 86,8%, maka terdapat sedikit peningkatan hasil/
Rumah juga merupakan salah satu tempat penularan penyakit, salah satunya
adalah penyakit demam berdarah (DBD) yang ditularkan oleh vektor nyamuk. Pada
tahun 2012, terdapat 288.995 (82,42%) unit yang diperiksa. Dari hasil pemeriksaan
terhadap bangunan bebas jentik diperoleh hasil 243.767 unit atau 84,35% adalah
Kemasan; 0,0
Ledeng; 63,2
SPT; 4,9
SGL; 19,0
Mata air; 1,9
PAH; 0,1Lain; 11,0
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
21/105
16
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
bangunan bebas jentik. Jika dibandingkan dengan cakupan tahun 2011 yang tercatat
85.04% bangunan bebas jentik nyamuk, maka masih sangat perlu peningkatan
partisipasi masyarakat damam penggerakan kegiatan pemberantasan nyamuk / PSN
di rumah dan lingkungannya mengingat Kota Semarang merupakan kota endemis
demam berdarah.
b. Keluarga dengan Jamban Sehat
Jamban Sehat adalah salah satu syarat rumah sehat. Pengelolaan sebuah
jamban yang memenuhi syarat kesehatan diperlukan sebagai upaya untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit. Berdasarkan laporan puskesmas, pada
tahun 2012 dari 316.001 KK diketahui bahwa 285.090 KK (90,2%) telah memiliki
jamban keluarga dan sebanyak 274.288 KK (96,2 %) diantaranya telah memenuhi
syarat jamban yang sehat. Faktor yang turut mendukung pencapaian target tersebutyaitu meningkatnya pembangunan dan pengembangan perumahan yang memenuhi
syarat kesehatan.
c. Pengolahan Air Limbah
Salah satu upaya mendukung terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat
adalah pengelolaan air limbah yang sesuai standar dan memenuhi syarat kesehatan.
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah suatu bangunan yang digunakan
untuk membuang air buangan kamar mandi, tempat cuci, dapur dan lain-lain bukan
dari jamban atau peturasan. SPAL yang sehat hendaknya memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
Tidak mencemari sumber air bersih (jarak dengan sumber air bersih minimal
10 meter
Tidak menimbulkan genangan air yang dapat dipergunakan untuk sarang
nyamuk (diberi tutup yang cukup rapat)
Tidak menimbulkan bau (diberi tutup yang cukup rapat)
Tidak menimbulkan becek atau pandangan yang tidak menyenangkan (tidak
bocor sampai meluap)Pada tahun 2012 jumlah pengelolaan air limbah di rumah tangga yang
diperiksa adalah 316.001 (76,2%) KK dan yang memiliki sarana tersebut sejumlah
285.013 KK (90,2%) sedangkan yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak
274.420 KK (96,3 %).
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
22/105
17
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
d. Tempat – Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan (TTU dan TUPM)
Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang
disediakan oleh badan – badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung
digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap, memiliki
fasilitas sanitasi (jamban, tempat pembuangan sampah dan limbah) untuk
kebersihan dan kesehatan di lingkungan. Tempat-tempat umum yang sehat
berpengaruh cukup besar di masyarakat karena masyarakat menggunakan fasilitas
umum tersebut untuk berbagai kepentingan.
Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujudkan kondisi
tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung
terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menjadi sarang
vektor penyakit yang dapat menimbulkan menyebabkan gangguan terhadap
kesehatan masyarakat di sekitarnya. Pengawasan sanitasi tempat umum meliputi
sarana wisata, sarana ibadah, sarana transportasi, sarana ekonomi dan sosial.
Jumlah TTU dan TPM di Kota Semarang tahun 2012 sejumlah 2.652 pengelolaan
makanan (TUPM) di Kota Semarang, dari jumlah tersebut TUPM yang diperiksa
sebanyak 1.950 unit, dan yang dinyatakan sehat sejumlah 1.762 unit atau 90,36%.
TUPM tersebut meliputi hotel, restoran/rumah makan dan pasar.
- Jumlah hotel : 100 unit, jumlah diperiksa 91 unit, jumlah sehat 91 unit
(100%)
- Jumlah pasar : 59 buah, jumlah diperiksa 52 unit, jumlah sehat 39 unit
(75%)
- Jumlah restoran/rumah makan: 845 unit, jumlah diperiksa 474 unit, jumlah
sehat 448 unit (94,51%)
- Jumlah TUPM lainnya : 1.639 unit, jumlah diperiksa 1.333 unit, jumlah
sehat 1.184 unit (88,82%)
e. Kesehatan Lingkungan Institusi
Upaya pembinaan kesehatan lingkungan pada tahun 2012 ini selain
dilakukan pada rumah tangga dan tempat-tempat umum, juga dilaksanakan pada
beberapa institusi/sarana seperti:
- sarana kesehatan sejumlah 784 tempat, dan yang telah dilakukan
pembinaan sebanyak 722 tempat atau 82,1 %.
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
23/105
18
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
- Instalasi Pengolahan Air Minum sejumlah 220 tempat, dan yang telah
dilakukan pembinaan sebanyak 164 tempat atau 74,5 %.
- sarana pendidikan sejumlah 1.439 tempat, dan yang telah dilakukan
pembinaan sebanyak 1.373 tempat atau 95,4 %.
- sarana ibadah sejumlah 1.644 tempat, dan yang telah dilakukan
pembinaan sebanyak 1.494 tempat atau 90,9 %.
- perkantoran sejumlah 415 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan
sebanyak 276 tempat atau 66,5 %.
- Dan sarana lain sejumlah 730 tempat, dan yang telah dibina sebanyak
660 tempat atau 90,4%.
Data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel nomer 68.
F. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT
1. Rumah Tangga Ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga merupakan
sekumpulan perilaku yang dipraktikan anggota rumah tangga atas dasar kesadaran
menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
meningkatkan derajad kesehatan masyarakat.
PHBS dalam rumah tangga di Kota Semarang diterjemahkan dalam 16
indikator PHBS yang mengacu pada 16 indikator PHBS di Provinsi Jawa Tengah.
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Kota semarang dilakukan oleh Dinas
Kesehatatan bermitra dengan Tim Penggerak PKK dan instansi terkait melalui
kegiatan penyuluhan, pengkajian strata, bahkan Lomba Pelaksana PHBS. Dengan
mengkaji PHBS melalui 16 indikator diharapkan masyarakat mampu mengetahui
jumlah rumah tangga yang ber-PHBS dan yang belum, serta prioritas masalah
perilaku yang berpotensi mempengarui derajad kesehatannya sehingga sesegera
mungkin dilakukan upaya mengatasinya.
Dari hasil pengkajian PHBS tahun 2012 yang dilakukan oleh Dinas kesehatan
bersama PKK, secara total populasi rumah tangga (total covered ) diperoleh jumlah
rumah tangga berPHBS (strata Utama dan paripurna) sebesar 90,02 % terdiri dari
strata utama 70,66% dan strata paripurna 19,35 % sementara jumlah rumah tangga
yang belum BerPHBS sebanyak 9,8 % terdiri dari strata pratama 1,06% dan madya
8,92%
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
24/105
19
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
2. Posyandu Pu rnama dan Mandiri
Sebagai salah satu bentuk upaya kesehatan yang bersumber daya
masyarakat, Posyandu memiliki peran yang sangat penting dalam sistem
penyelenggaraan pelayanan kebutuhan dasar dalam rangka meningkatkan kualitas
sumber daya manusia secara dini serta merupakan lini terdepan dari deteksi dini di
bidang kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat. Agar posyandu dapat melakukan
fungsi dasarnya, dimana posyandu mempunyai daya ungkit yang sangat besar
terhadap penurunan Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita dan Angka
Kematian Ibu, maka perlu adanya upaya untuk memantau dan mendorong tingkat
perkembangan posyandu.
Jumlah posyandu di Kota Semarang dari tahun ke tahun selalu meningkat,
pada tahun 2012 jumlah posyandu tercatat 1.556 buah dengan posyandu aktif
sejumlah 1.150 buah, secara keseluruhan meningkat 23 posyandu di banding tahun
2011 sejumlah 1.533 buah. Tingkat Perkembangan Posyandu Berdasarkan
penghitungan strata posyandu di tahun 2012 diperoleh jumlah posyandu berstrata
Purnama 559 buah (35,9 %) dan mandiri 591 (37,98 %), sementara jumlah
posyandu berstrata pratama dan madya mencapai 406 buah (26 %). Jumlah
posyandu berstrata pratama dan madya (26%) inilah yang perlu dilakukan upaya
yang lebih intensif lagi agar dapat meningkat stratanya menjadi purnama maupun
mandiri di tahun berikutnya. Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 72.
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
25/105
20
Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012
SITUASI DERAJAT KESEHATAN DAERAH
Untuk menilai derajat kesehatan masyarakat, digunakan beberapa indicator
yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi dan morbiditas
(kesakitan). Pada bagian ini, derajat kesehatan masyarakat di Indonesia
digambarkan melalui Angka Mortalitas; terdiri atas Angka Kematian Bayi (AKB),
Angka Kematian Balita (AKABA), dan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Morbiditas;
angka kesakitan beberapa penyakit serta Status Gizi pada balita dan dewasa.
A. MORTALITAS / KEMATIAN
Mortalitas dapat dijelaskan sebagai kejadian kematian pada suatu
masyarakat dari waktu ke waktu dan tempat tertentu yang dapat menggambarkan
status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi/ tingkat permasalahan
kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung. Selain itu
dapat pula digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan
kesehatan dan program pembangunan kesehatan
1. Kematian Bayi dan B alita
Pada tahun 2012, berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan
kesehatan, jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota Semarang sebanyak 118 dari
27.448 kelahiran hidup (laporan Puskesmas), sehingga didapatkan Angka KematianBayi (AKB) sebesar 9,0 per 1.000 KH. Berdasarkan pencapaian tersebut maka
terdapat penurunan dari tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan target MDGs
dimana tahun 2015 target AKB sebesar 23 per 1.000 KH, maka AKB Kota Semarang
telah dibawah target. Seperti diketahui bahwa angka kematian bayi adalah jumlah
penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam
1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang
rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian.
Angka Kematian Balita (AKBa) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum
mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup.
AKBa merepresentasikan risiko terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan
sebelum umur 5 tahun. Berdasarkan data kasus kematian Anak Balita di Kota
Semarang Tahun 2012 sebanyak 44 anak dari 27.448 kelahiran hidup (laporan
Puskesmas), sehingga diperoleh Angka Kematian Balita (AKBa) Kota Semarang
sebesar 1,6 per 1.000 KH. Jika dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi
SITUASI DERAJAT KESEHATANKOTA SEMARANG
BAB
III
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
26/105
21
Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012
penurunan.yakni 3,5 per 1.000 KH. Jika dibandingkan dengan target MDGs yang
menetapkan bahwa AKBa tahun 2015 sebesar 32 per 1.000 KH, maka AKBa Kota
Semarang telah dibawah target.
Grafik 3.1. Perkembangan AKB & AKBa Kota Semarang
Sumber: Seksi anak & remaja Bidang Kesga
Berbagai faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKB & AKBa, di
antaranya pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. Hal itu disebabkan
AKB & AKBa sangat sensitive terhadap perbaikan pelayanan kesehatan. Selain itu,
perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang
meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak positif
pada daya tahan bayi terhadap infeksi penyakit.
2. Kematian Ibu Maternal (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari
derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal
dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI juga dapat
digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini
dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama
kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan
kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.
2009 2010 2011 2012
18,616,8
12,110,7
4,93,5 2,7
1,6
AKB AKBa
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
27/105
22
Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012
Berdasarkan laporan Puskesmas jumlah kematian ibu maternal di Kota
Semarang pada tahun 2012 sebanyak 22 kasus dari 27.448 jumlah kelahiran hidup
atau sekitar 77,5 per 100.000 KH menurun jika dibandingkan dengan tahun 2011
yaitu 31 kasus dari 25.852 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 119,9 per 100.000
Sumber: Seksi Ibu & Lansia, Bidang Kesga
Sumber: Seksi Ibu & Lansia, Bidang Kesga
Sebanyak 11 kasus merupakan kematian ibu maternal pada masa nifas,
kemudian pada waktu persalinan sebanyak 5 kasus dan masa kehamilan 6 kasus.
0
50
100
150
2009 2010 2011 2012
85,4773,8
119,9
77,5
AKI
Grafik 3.2. Tren Angka Kematian Ibu Maternal
Grafik 3.3 Perkembangan Jumlah Kematian Ibu Maternal
Kota Semarang Tahun 2005 - 2012
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
28/105
23
Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012
Sumber: Seksi Ibu & Lansi Bidang Kesga
Sebagai upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), telah
dilaksanakan berbagai pelatihan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan
anak diantaranya Pelatihan Asuhan Persalihan Normal (APN) yang merupakan
standar pertolongan persalinan dan pendampingan persalinan dukun bayi oleh
tenaga kesehatan, Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan
Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) serta yang
lainnya.
Sumber: Seksi Ibu & Lansia Bidang Kesga
Grafik 3.4. Waktu Kejadian Kematian Ibu Maternal
Grafik 3.5. Jumlah Kematian Ibu Maternal Berdasarkan Kelompok
Umur Kota Semarang Tahun 2012
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
29/105
24
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
B. STATUS GIZI BAYI & BAL ITA
Perkembangan keadaan gizi masyarakat dapat dipantau melalui hasil
pencatatan dan pelaporan program perbaikan gizi masyarakat yang tercermin dalam
hasil penimbangan bayi dan balita setiap bulan di posyandu. Menurut laporan
puskesmas pada tahun 2012 di Kota Semarang menunjukkan jumlah Bayi Lahir
Hidup sebanyak 27.448 bayi dan jumlah Balita yang ada (S) sebesar 110.694 anak.
Untuk kasus bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada tahun
2012 yaitu sebanyak 165 bayi (0,6%) yang terdiri dari 71 bayi laki-laki dan 94 bayi
perempuan.
Sedangkan jumlah Balita yang datang dan ditimbang (D) di posyandu dari
seluruh balita yang ada yaitu sejumlah 86.904 balita dengan rincian jumlah balita
yang naik berat badannya sebanyak 69.210 anak (79,6%) dan Bawah Garis Merah
(BGM) sebanyak 1.261 anak (1,5%), data selengkapnya pada tabel 44.
Permasalahan gizi yang masih tetap ada dan jumlah cenderung bertambah
adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Kurang gizi sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan masyarakat yang kurang, keadaan sosial ekonomi dan kejadian
penyakit.
Sedangkan untuk kasus gizi buruk ditemukan sebanyak 39 kasus, mengalami
peningkatan dari tahun lalu yang berjumlah 26 kasus. Dari seluruh kasus gizi buruk
tersebut juga telah dilakukan intervensi khususnya upaya perbaikan gizi masyarakat
dalam bentuk kegiatan pemberian PMT pemulihan selama 180 hari, perawatan serta
pengobatan baik di puskesmas maupun di Rumah Sakit dengan bantuan dana
program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin)/JAMKESMAS dan
APBD II
Status Gizi Jumlah Balita
Gizi Lebih 1.618
Gizi baik 84.094
Gizi Kurang 1.091
Gizi Buruk 39
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
30/105
25
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
C. MORBIDITAS
Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insiden maupun
angka prevalens dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit
dalam uatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam
penilaian erhadap derajat kesehatan masyarakat.
1. Pola 10 Besar Penyakit Rumah Sakit
Sumber: bidang pelayanan kesehatan DKK
2. Pola 10 Besar Penyakit Pusk esmas
Sumber: bidang pelayanan kesehatan DKK
7.365
6.954
5.798
3.635
2.802
2.516
2.144
1.930
1.770
1.679
Diare & Gastroenteritis (A09)
Diabetes Melitus
Demam tifoid & paratifoid (A01)
Infeksi akut lain pd Saluran napas (J06.9)
Jantung (I21)
Hipertensi Essensial (I10)
Spondylosis (M47)
Vertigo (R42)
Myalgia (M87)
Varicella (B01.9)
Rumah Sakit (Kasus Rawat Inap)
9.155
8.671
7.001
6.979
4.870
4.683
4.042
3.595
3.201
2.639
Penyakit Jantung Hipertensi (I11)
Pneumonia (J12)
Infeksi akut lain pd Saluran napas (J06)
Reumatik (M79)
Penyakit Gusi & Jar. Periodental (K04)
Kencing Manis Lainnya (E13)
Dermatitis kontak alergik (L24)
Osteoporosis (J04)
Laringitis & Trachetis (M82)
Penyakit Pulpa & Jar. Peripekal (K02)
Jenis Penyakit di Puskesmas
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
31/105
26
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
Mijen
Ngaliyan
Gunung PatiRowosari
Sekaran
GenukMangkang
Karanganyar
Kedungmundu
BangetayuTambakaji
Pegandan
Srondol
Tlogosari Wetan
Ngesrep
Lebdosari
Pudak PayungKarangmalang
Bandarharjo
Krobokan
GayamsariBulu Lor
ManyaranTlogosari Kulon
Miroto
Karangdoro
Suspec Pusk.shp0 - 29 / kurang30 - 59 / sedang > 60 / baik
N
EW
S
Suspek TB Pusk 2012
3. Penyakit Menular
a. Tuberkulosis Paru
Kasus Penderita
Penemuan suspek tahun 2012 sebanyak 11.724 o rang mengalami penurunan
bila dibanding tahun 2011. Penemuan penderita TB Paru BTA positif sebanyak
1.132 orang (70 %), mengalami peningkatan 143 kasus (9 %) bila dibandingkan
tahun 2011(61%). Penemuan kasus TB anak sejumlah 359 kasus (13%) , sama
dengan dengan penemuan TB anak di tahun 2011 ( 13%) .
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
suspec 2220 3548 7449 10012 8437 8511 8003 110471500111724
Tar BTA (+) 1626 1579 1470 1517 1557 1585 1557 1612 1612 1612
BTA (+) 254 558 812 901 747 750 793 879 989 1132
BTA (-) 174 621 1242 1058 1592 1080 892 1051 1240 1034
TB EP 0 0 0 0 0 0 67 146 186 225
TB Anak 0 0 0 0 0 0 771 371 356 359
Target suspec 1625615798 14700151691557515854155671612016120 16120
02000400060008000
1000012000
140001600018000
Grafik penemuan kasus TB Kota Semarang
tahun 2003-2012
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
32/105
27
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
Prosentase Penemuan suspek tertinggi di Puskesmas Karangdoro (102 %)
397 dari target 290 suspek, ini merupakan hasil dari petugas yang aktif untuk
melakukan pencarian suspek TB. Penemuan Suspek TB pada 3 tahun terakhir
mengalami peningkatan, tahun 2009 ditemukan sebanyak 8.003 ( 51% ), tahun
2010 ditemukan sebanyak 10.977 ( 69% ) dan tahun 2011 ditemukan sebanyak
15.001 ( 93% ), tetapi pada tahun 2012 ini penemuan suspek mengalami penurunan
sebesar 20% ( dari 93% menjadi 73%).
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Penemuan suspek tertinggi di fasilitas pelayanan kesehatan RSUP Dr.
Kariadi sejumlah 1762 suspek ( 367%) diikuti RS Islam Sultan Agung sejumlah 305
suspek ( 179%) sedangkan RS yang menemukan suspek terendah adalah RS
Bhayangkara Akpol dan Klinik Asthma dr Priyadi, hal ini dikarenakan RS dan klinik
tersebut kurang aktif dalam kegiatan penjaringan suspek.
367
179 172 155 147 145 142 135 121 117
84 76 29 8 7 0 00
50100150
200250300350400
GRAFIK PENEMUAN SUSPEK
RS, PPTI, BKPM TAHUN 2012
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Realisasi 14,6 35,6 55,2 59 49 48 50 53 61 70
Target 35 35 55 59 49 48 50 50 55 60
0
10
20
3040
50
60
70
80
Grafikprosentase penemuan penderita TB Baru di Kota Semarang
tahun 2003-2012
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
33/105
28
Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012
Mijen
Ngaliyan
Gunung PatiRowosari
Sekaran
GenukMangkang
Karanganyar
Kedungmundu
BangetayuTambakaji
Pegandan
Srondol
Tlogosari Wetan
Ngesrep
Lebdosari
Pudak PayungKarangmalang
Bandarharjo
KrobokanGayamsariBulu Lor
ManyaranTlogosari Kulon
Miroto
Karangdoro
CDR Pusk.shp0 - 35/ Kurang36 - 69/ Sedang >70 / Sesuai target
N
EW
S
Peta CDR Pusk 2012
Prosentase penemuan penderita baru BTA Positif tahun 2012 mencapai 70%
mengalami peningkatan 9% bila dibandingkan tahun 2011 sebesar 61%. Hal ini
menunjukkan hasil dari kegiatan kontak serumah serta pencatatan dan pelaporan
yang lebih baik.
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Penderita TB BTA (+) tahun 2012 berjumlah 1132 kasus, jenis kelamin laki
– laki sebanyak 657 kasus (58% ) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 475
kasus (42%). Hal ini menunjukkan bahwa penderita laki-laki lebih banyak
dibandingkan dengan perempuan. Sedangkan menurut golongan umur Penderita TB
terbanyak pada golongan umur 25-34 th sebanyak 243 kasus ( 23%), kemudian
disusul pada golongan umur 45-54 th sebanyak 228 kasus (21%), golongan umur
35-44 th sebanyak 197 kasus (19%), golongan umur 55-65 tahun sebanyak 165
kasus (16%), golongan umur 15-24 th sebanyak 154 kasus (14%), golongan umur
>65% sebanyak 71 kasus (7%) dan golongan umur 5-14 th sebanyak 4 kasus , hal
ini menunjukkan bahwa penularan TB masih berlangsung disegala usia.
Sumber: Seksi P2ML bidang P2P
L
657
58%
P
475
42%
Grafik kasus TB BTA Positif
berdasarkan jenis kelamin Th
2012
5-14
4
0%
15-24
154
14%
25-
34
243
23%
35-44
197
19%
45-54
228
21%
55-65
165
16%
> 65
71
7%
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
34/105
29
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
Prosentase angka Penemuan Kasus baru BTA (+) tertinggi di capai o leh
Puskesmas Karangdoro (109%) target 22 kasus menemukan 24 kasus TB BTA
Positif, prosentase terendah di puskesmas Pudak payung ( 11%) target 19 kasus
dan menemukan 2 kasus BTA Positif. Hal ini disebabkan oleh karena kurang aktifnya
petugas dalam pemberdayaan masyarakat di wilayahnya.
Angka Konversi
Angka konversi d i tahun 2012 sampai tribulan 4 sebesar 72% (825 dari 1132
bta pos) mengalami penurunan sebesar 3% dibandingkan pada tahun 2011 (75%),
hal ini dikarenakan penderita yang diobati teratur minum obat dan pemeriksaan
follow up bulan ke dua belum dilaksanakan secara teratur. Untuk peta dan rangking
Konversi perpuskesmas disajikan dibawah ini.
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Ada puskesmas sudah mencapai angka konversi 100% hal itu bisa diartikan
bahwa pengobatan TB fase intensif sudah teratur dan evaluasi pengobatan sudah
dilaksanakan sesuai prosedur namun untuk angka konversi di Rumah sakit hanya 3
RS yang mengalami konversi lebih dari 80%, yaitu RS Banyumanik, RSPW dr. Cipto
dan PPTI, hal ini kemungkinan disebabkan penderita tidak datang saat follow up
karena pindah,,mangkir atau meninggal.
Angka kesembuhan (Cure Rate)
Angka kesembuhan tahun 2011 sebesar 63 % (650 kasus dinyatakan
sembuh dari total kasus 989 yang diobati). Angka kesembuhan th 2010 masih sama
dengan angka kesembuhan ditahun 2009,namun belum mencapai target nasional
Mijen
Ngaliyan
Gunung PatiRowosari
Sekaran
GenukMangkang
Karanganyar
Kedungmundu
BangetayuTambakaji
Pegandan
Srondol
Tlogosari Wetan
Ngesrep
Lebdosari
PudakPayung
Padangsari
Karangmalang
BandarharjoKrobokan
Gayamsari
Bulu Lor
Kagok
Manyaran Tlogosari Kulon
Poncol
Purwoyoso
Miroto
Pandanaran
Candi Lama
Karangayu
Karangdoro
Lamper Tengah
Bugangan
Ngemplak Simg
Keterangan.shp
0- 79/ Tdk sesuai Target
80 - 100/ Sesuai target
N
EW
S
Peta Konversi 2012
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
35/105
30
Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012
yang 85%, hal ini disebabkan masih ada follow up akhir pengobatan yang tidak
dilakukan oleh petugas kesehatan, yang sebagian besar adalah kasus TB yang
diobati di Rumah sakit.
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Angka kesembuhan di beberapa puskesmas sudah mencapai target namun
masih ada 3 puskesmas yang angka kesembuhannya masih sangat rendah /dibawah
50% yaitu puskesmas Pudak Payung, Ngemplak Simongan dan Karang Malang, hal
ini kemungkinan disebabkan karena penderita mangkir, pindah dan meninggal.
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
0
10
20
30
40
50
60
70
80
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
SEMBUH 41 67 77 70 67 75 63 66 66 63
LENGKAP 44 65 9 19 14 14 24 20 19 17DO 6 6 4 1 0 2 2 7 8 8
GAGAL 3 0 0 4 0 3 3 1 1 1
PINDAH 2 6 4 5 0 4 4 4 7 7
MENINGGAL 2 2 1 1 4 4 4 2 3 4
Grafik Evaluasi Hasil Pengobatan Penderita TB BTA Positif Tahun 2011
Mijen
Ngaliyan
Gunung PatiRowosari
Sekaran
GenukMangkang
Karanganyar
Kedungmundu
BangetayuTambakaj i
Pegandan
Srondol
Tlogosari Wetan
Ngesrep
Lebdosari
Pudak Payung
Padangsari
Karangmalang
BandarharjoKrobokan
Gayamsari
Bulu Lor
Kagok
Manyaran Tlogosari Kulon
Poncol
Purwoyoso
MirotoPandanaran
Candi Lama
Karangayu
Karangdoro
Lamper Tengah
Bugangan
Ngemplak Simg
Keterangan0 - 29 / Kurang
30 - 59 / Sedang
60 - 100 / Sesuai Target
N
EW
S
PETA KESEMBUHAN TAHUN 2011
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
36/105
31
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
Evaluasi hasil pengobatan penderita TB Paru BTA positif tahun 2010 sebesar
66%, masih sama dengan evaluasi hasil pengobatan tahun 2009. Pengobatan
lengkap 19% mengalami penurunan 1% dibanding 20% pada tahun 2009, penderita
meninggal naik 1% dari 2% ditahun 2009 menjadi 3% pada tahun 2010, angka
kegagalan masih sama pada th 2010 yaitu 1% sedangkan angka drop out 8%
mengalami peningkatan sejumlah 1% bila dibanding tahun 2009 sebesar 7%, hal ini
dikarenakan banyak kasus TB positif di Rumah sakit yang mangkir tidak mengambil
obat dan tidak dilacak oleh petugas.
b. HIV / AIDS
Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai
HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3
metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey,
dan survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).
Pada tahun 2012 estimasi populasi risti tertinggi dari kelompok pelanggan
WPS yaitu 63,8% dari estimasi seluruh populasi risti tertular HIV, sedangkan
estimasi populasi risti terendah adalah pasangan tetap waria sebesar 0,05%.
Dibandingkan dengan estimasi tahun 2011 terjadi peningkatan 2 kali lipat.
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Kasus HIV mengalami peningkatan yang signifikan pada dua (2) tahun
terakhir yaitu tahun 2011 sebesar 427 orang dan tahun 2012 sebesar 520 orang.
1 4 2 1 4 6 13 20 50179 19 5 199
323 287427
520
1 5 7 8 12 18 31 51101 280
475
674
997
1284
1711
2231
0
500
1000
1500
2000
2500
19 95 1 99 7 19 98 2 00 0 20 01 2 00 2 20 03 20 04 2 00 5 20 06 2 00 7 20 08 2 00 9 20 10 2 01 1 20 12
Kumulatif Kasus HIV Tahun 1995 - Desember 2012*(Laporan Klinik VCT) di Kota Semarang
Data Per Tahun
Data Kumulatif
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
37/105
32
Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012
Peningkatan kasus HIV pada tahun 2012 karena adanya peningkatan dalam upaya
penemuan kasus HIV, peningkatan pada penjangkauan populasi risti, meningkatnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum dan populasi risti.
Berdasarkan data diatas merupakan data kasus HIV yang ditemukan di Kota
Semarang dari laporan klinik VCT, sehingga bukan hanya warga Kota Semarang
namun juga luar wilayah Kota Semarang. Sedangkan data untuk kasus HIV tahun
2012 untuk Kota Semarang saja sebanyak 176 orang, dengan kondisi 104 orang
sudah pada stadium AIDS.
Grafik Kasus HIV Kota Semarang
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Berdasarkan grafik pie diatas terlihat bahwa selama tahun 1995 – 2012 kasus
HIV lebih banyak diderita oleh laki-laki yaitu sebesar 52% dibandingkan dengan
perempuan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena mobilitas laki-laki lebih tinggi
dibandingkan dengan perempuan sehingga resiko untuk terinfeksi HIV lebih besar
sedangkan untuk tahun 2012, antara laki-laki dan perempuan yang terinfeksi HIV
hamper sama yaitu dengan perbandingan 51% dan 49%. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena sudah banyak perempuan yang terinfeksi HIV dari pasangannya .
Sedangkan kasus HIV di Kota Semarang tahun 2012 sendiri lebih banyak laki-laki
sebesar 60% dibandingkan dengan perempuan sebesar 40%.
52%
48%
Kumulatif Kasus HIV
Tahun 1995 - Desember 2012*
(Laporan Klinik VCT)
di Kota SemarangBerdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
49%51%
Kasus HIV Tahun 2012
(Laporan Klinik VCT)
di Kota Semarang
Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
38/105
33
Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Berdasarkan data diatas dapat diketahui selama tahun 2010 – 2012
kelompok umur 25-49 tahun paling besar terinfeksi HIV dengan total sebanyak 831
kasus.
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui kumulatif kasus HIV Tahun 2007-
2012 tertinggi pada pelanggan pekerja seks yaitu sebesar 41% dan terkecil pada
LSL (Lelaki Seks dengan Lelaki) dan WBP (Warga Binaan Permasyarakatan)
masing-masing sebesar 1%.
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
39/105
34
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Berdasarkan gambar peta diatas dapat diketahui sebaran kasus HIV selama
tahun 2011-2012 di Kota Semarang sudah tersebar di seluruh kecamatan,
berdasarkan data Kecamatan tertinggi kasus HIV adalah Kecamatan Semarang
Utara yaitu sebanyak 27 kasus, sedangkan kasus terendah di Kecamatan Mijen yaitu
sebanyak 2 kasus.
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
40/105
35
Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012
Berdasarkan gambar peta diatas dapat diketahui sebaran kasus HIV di Kota
Semarang tahun 2012, kecamatan tertinggi jumlah kasus HIV adalah kecamatan
Semarang Utara sebanyak 21 kasus, sedangkan kecamatan dengan kasus terendah
yaitu Kecamatan Mijen sebanyak 2 kasus.
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui pada tahun 2012 jumlah kasus
AIDS di Kota Semarang yaitu sebanyak 104 kasus, meningkat dibandingkan tahun
2011 sebesar 59 kasus, dan meninggal sebanyak 12 orang. Dapat diketahui jumlah
kematian akibat AIDS pada tahun 2012 mengalami peningkatan yaitu 12 orang,
dibanding tahun 2011. Sedangkan kumulatif kasus AIDS dari tahun 1998 sampai
dengan tahun 2012 yaitu sebanyak 339 kasus.
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Total
Kasus AIDS 1 0 1 1 1 1 7 11 2 5 33 15 19 61 5 9 104 339
Kematian 0 0 0 0 0 1 1 3 9 5 4 2 5 10 12 52
Kumulatif 1 1 2 3 4 5 12 23 48 81 96 115 176 235 339
1 1 2 3 4 5 1223
4881 96
115
176
235
339
0
50
100
150
200
250
300
350
400 Kumulatif Kasus AIDS Tahun 1998 - Desember 2012*
di Kota Semarang
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
41/105
36
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Peta diatas menunjukkan penyebaran kasus AIDS DI Kota Semarang tahun
2012 sudah mencapai seluruh kecamatan di Kota Semarang, Kecamatan yang
mempunyai kasus rendah yaitu; Kecamatan Tugu, Kecamatan Ngaliyan, Kecamatan
Mijen, Kecamatan Gunungpati, Kecamatan Candisari, Kecamatan Semarang
Tengah, dan Kecamatan Gayamsari. Kecamatan yang mempunyai kasus sedang
yaitu; Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Tembalang, Kecamatan Pedurungan,
Kecamatan Genuk, Kecamatan Semarang Timur, Kecamatan Semarang Barat,
Kecamatan Semarang Selatan, dan Kecamatan Gajahmungkur, sedangkan
kecamatan yang memiliki kasus AIDS yang tinggi yaitu Kecamatan Utara.
Berbagai upaya penanganan terhadap kasus HIV / AIDS di kota semarang
telah dilakukan. Berkaitan dengan penanganan ODHA, jumlah kumulatif ODHA yang
memenuhi syarat ARV Tahun 2012 sebesar 1.775 orang. Sedangkan kumulatif
ODHA yang pernah diberi ARV di Kota Semarang sampai tahun 2012 sebanyak
1.650 orang.
Selanjutnya pada bulan September 2012, Dinas Kesehatan Kota Semarang
mengadakan pelatihan Layanan Komprehensif Berkesinambungan yang lebih sering
disingkat dengan LKB. Yang dimaksud dengan layanan komprehensif adalah upaya
yang meliputi upaya promotif preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang mencakup
semua bentuk layanan HIV dan IMS. Berikut ini bagan jenis layanan LKB :
Mijen
Tugu
Ngaliyan
Gunung Pati
Tembalang
GENUK
Banyumanik
Pedurungan
SEMARANG BARAT Gayamsari
SEMARANG UTARA
CANDISARI
GAJAH MUNGKUR
SEMARANG TIMUR
kss.AIDS Kec1 - 56 - 10
11 - 15
NKASUS PENDERITA AIDS PERKECAMATANKOTA SEMARANG TAHUN 2012
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
42/105
37
Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012
Dari 37 puskesmas yang ada di Kota Semarang, 5 puskesmas sudah dilatih
LKB, yaitu Puskesmas Lebdosari, Poncol, Halmahera, Ngaliyan dan Bandarharjo.
Sedangkan RS yang sudah dilatih LKB adalah RSUD Kota Semarang, RS Tugurejo,
dam RS Panti Wilasa Citarum.
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
43/105
38
Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012
c. Pneumonia
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Jumlah penderita pneumonia
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
44/105
39
Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012
Pada tahun 2012 kasus pneumonia balita banyak terjadi pada kelompok
umur 1 – 4 tahun sejumlah 3.394 kasus (73%), pada kelompok umur < 1 tahun
sejumlah 1.255 kasus ( 27%). Menurut jenis kelamin kasus Pneumonia Balita di Kota
Semarang tahun 2012 tampak bahwa kasus pneumonia balita pada perempuan
sebanding dengan kasus pneumonia balita pada laki – laki.
IR pneumonia dan pneumonia berat pada tahun 2012 sebesar 248 per
10.000 balita menurun dibanding tahun 2011. Penurunan IR pneumonia berarti
jumlah penderita pneumonia dan pneumonia berat yang ditemukan semakin
menurun, hal ini dipengaruhi oleh peran serta aktif masyarakat untuk mau membawa
balitanya berobat ke Puskesmas dan juga peran aktif petugas Puskesmas serta
kader kesehatan di masyarakat dalam rangka menemukan penderita pneumonia
balita di masyarakat. IR pneumonia per Puskesmas untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada peta berikut ini
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Dari peta diatas dapat kita ketahui bahwa Puskesmas yang mempunyai IR
Pneumonia melebihi target 300 per 10.000 balita ada 11 Puskesmas yaitu
puskesmas Candi lama (1257), Halmahera (1064), Mijen ( 620), Ngesrep (596),
Lamper tengah (531), Poncol (456), Bugangan (452), Karangayu (375), Karangdoro
(377), Bangetayu (313), Karanganyar ( 325).
Peta IR Pneumonia per Puskesmas Kota Semarang2012
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
45/105
40
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
Angka kematian (CFR) akibat pneumonia dan pneumonia berat di Kota
Semarang berdasarkan data dari RS tahun 2012 sebesar 0.40% (19/4649),
sedangkan di Puskesmas tidak ada kasus pnemonia maupun pneumonia berat yang
meninggal (CFR 0%).
Cakupan penemuan penderita pneumonia dan pneumonia berat yang
berobat ke Puskesmas di tahun 2012 sebesar 25% mengalami penurunan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dengan kualitas tata laksana penderita
pneumonia dan pneumonia berat adalah 100% dan tidak ada masalah dalam tata
laksananya.
d. Kus ta
Capaian kusta di Kota Semarang tahun 2012 sebagai daerah low endemik :Prevalensi : 0,15 ( target nasional : < 1 / 10.000 penduduk)
CDR : 2,34 ( target nasional : < 5 / 100.000 penduduk)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
PB 1 0 1 0 4 2 7 3 3 1 6 3
MB 6 11 10 8 16 12 27 17 24 16 35 41
Juml 7 11 11 8 20 14 34 20 27 17 41 44
GRAFIK PENEMUAN KUSTA KOTA SEMARANG
TAHUN 2001 – 2012
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Berdasarkan grafik di atas penemuan kusta di Kota Semarang tahun 2012
berjumlah 44 - meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2011- yang terdiri dari
kusta tipe PB 3 kasus (6,8 %), dan kusta tipe MB 41 kasus (93,2 %). Hal ini tidak
jauh berbeda dari tahun sebelumnya di mana prosentase kasus MB lebih besar dari
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
46/105
41
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
kasus PB. Adapun CDR kasus kusta tahun 2012 meningkat 0,15 dibanding tahun
2011, sebagaimana terlihat pada grafik di bawah.
GRAFIK CDR KASUS KUSTA
KOTA SEMARANG TAHUN 2008 - 2012
0
0,5
1
1,5
2
2,5
2008 2009 2010 2011 2012
1,35
1,8
0,86
2,19 2,34
Sumber: Seksi P2ML B idang P2P
GRAFIK KASUS KUSTA BERDASARKAN
JENIS KELAMIN TAHUN 2012
LAKI-LAKI70%
PEREMPUAN30%
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
47/105
42
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
KASUS KUSTA BERDASARKAN KELOMPOK UMUR
KOTA SEMARANG
TAHUN 2012
1 -15 TH
4%
16 - 49 TH
64%
> 50 TH
32%
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Berdasarkan jenis kelamin, kusta terdiri atas laki-laki ( 70 % ) dan perempuan
( 30 % ). Dominasi laki-laki, kemungkinan disebabkan karena angka mobilitas laki-
laki lebih tinggi, sebagaimana teori yang dijabarkan oleh Dr. Zulkifli, M.Si. pada
tulisannya, laki-laki lebih banyak dijangkiti kusta dibandingkan perempuan.
Berdasarkan umur kasus kusta di Kota Semarang tahun 2012 sebagai berikut :
tertinggi adalah kategori umur 16 – 49 tahun ( 64 % ), > 50 tahun ( 32 % ), 1 – 15
tahun ( 4 % ). Prosentase tertinggi terdapat pada usia produktif, hal ini dikarenakan
pada kelompok umur tersebut mobilitas tinggi, sehingga kemungkinan tertular
kuman Baccilus leprae juga tinggi.
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Bandarharjo
Karanganyar Lebdosa ri
Genuk
Bangetayu
Pegandan
Srondol
Ngesrep
Candi Lama
Kagok
Gayamsari
Ngemplak Simg
Poncol
Puskesmas Dg Kss KustaTdk ada KasusKasus : 1 - 2Kasus : 3 - 5Kasus : 6 - 11
PETA KASUS KUSTA BERDASARKAN PUSKESMASDI KOTA SEMARANG
TAHUN 2012
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
48/105
43
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
Berdasarkan laporan Puskesmas pada tahun 2012, kasus kusta di Kota
Semarang terdistribusi di 17 Puskesmas, dengan perincian sebagai berikut :
Bandarharjo (11 kasus), Gayamsari (6 kasus), Ngemplak Simongan (4 kasus),
Ngesrep (5 kasus), Lebdosari (3 kasus), Miroto (2 kasus), Poncol (2 kasus), Srondol
(1 kasus), Pegandan (2 kasus), Bululor (1 kasus), Candilama (1 kasus), Halmahera
(1 kasus), Kagok (1 kasus), Karang Anyar (1 kasus), Pandanaran (1 kasus), Genuk
(1 kasus), Bangetayu (1 kasus).
Berdasarkan kelurahan kasus kusta tahun 2012 , kasus terbanyak terdapat
di Kelurahan Tambakrejo (6 kasus), Bandarharjo (4 kasus), Ngemplak Simongan (4
kasus), Tanjungmas (4 kasus), Gisikdrono (2 kasus), Jangli (2 kasus), Pandean
Lamper (2 kasus).
Berdasarkan peta di atas cacat tingkat 2 terdapat di Puskesmas Bandarharjo
(3 kasus), Bululor (1 kasus), Gayamsari (3 kasus), Lebdosari (2 kasus), Miroto (1
kasus), Pandanaran (1 kasus), Ngesrep (1 kasus), Srondol (1 kasus). Cacat kusta
tingkat 2 di Kota Semarang sebanyak : 13 kasus ( 29,5 % ). Indikator nasional untuk
kecacatan kusta di bawah dari 5 % dari kasus yang ditemukan. Dengan demikian
kecacatan kusta tingkat 2 di Kota Semarang lebih besar dari indikator nasional.
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Bandarharjo
Gayamsari
Puskesmas dg Cacat Tk.1
Tdk adaCacat Tk1 (1 - 2 kss)
PETA KASUS KUSTA CACAT TINGKAT 1 BERDASARKAN PUSKESMAS
KOTA SEMARANGTAHUN 2012
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
49/105
44
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
Kasus Cacat tingkat 1 ditemukan di wilayah Puskesmas Bandarharjo (2 kasus) dan
Gayamsari (1 kasus).
RFT Rate MB Kusta semenjak tahun 2003 hingga tahun 2012, mengalami
fluktuatif. Tahun 2012 : 19,51% , karena pengobatan masih belum selesai,
berlanjut hingga tahun 2013.
PROSENTASE RFT RATE MB KUSTA KOTA SEMARANG
TH 2003 - 2012
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Prosentase 100 92 100 91 81 88 92 87 53 19,51
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah sebagian besar cacat fisik.
Sebagaimana tujuan utama terapi medik yaitu pengobatan dengan menggunakan
MDT sesuai tipe.Terjadinya cacat pada kusta disebabkan kerusakan fungsi saraf
tepi, baik karena kuman kusta maupun karena peradangan sewaktu keadaan reaksi.
RFT Rate Kusta tipe PB tahun 2012 sebesar 100 % .
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
50/105
45
Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012
e. Diare
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Penderita Diare dari tahun 2005 – 2011 terus meningkat namun pada tahun
2012 mengalami penurunan, hal ini disebabkan program cuci tangan pakai sabun
(CTPS) yang sudah di canangkan sudah diterapkan dalam kegiatan sehari hari.
Tahun 2012 kasus diare menurut golongan umur banyak ditemukan pada golongan
umur >5 tahun sebanyak 26.264 kasus (62 %) dan terendah pada kelompok umur
< 1 tahun sejumlah 4.870 kasus (11.5 % ).
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
< 1 th 3697 4144 4146 3776 3446 4402 6915 48701-4 th 7491 8242 8267 8625 7996 10194 12550 11215
>5 th 15509 16625 17530 19947 18991 19895 28586 26264
Total 26697 29011 29943 32338 30433 34491 48051 42349
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
A x i s T i t l e
GRAFIK PENDERITA DIARE MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN
2012
L
21.04950%
P
21.30050%
KASUS DIARE KOTA SEMARANG TAHUN 2012
MENURUT JENIS KELAMIN
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
51/105
46
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
Cakupan pelayanan penderita diare diketahui dengan menghitung jumlah
penderita baru dibagi jumlah penduduk dikalikan 1.000. Pada tahun 2012 IR
(Incidence Rate) sebesar 23 per 1.000 penduduk, hal ini berarti terjadi penurunan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Angka kematian (CFR) dihitung berdasarkan jumlah penderita yang
meninggal akibat penyakit diare yang berobat di Rumah Sakit sebesar 0,01 %
(5/42.349) dan berdasarkan data yang masuk dapat diketahui dari tahun 2005–2012
tidak ada laporan mengenai penderita diare yang meninggal di Puskesmas, berarti
penderita diare yang berobat ke Puskesmas dan yang ditolong kader tidak ada yang
meninggal. Untuk lebih jelasnya berikut ini peta IR diare per Puskesmas di Kota
Semarang tahun 2012.
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Dari peta diatas dapat kita ketahui bahwa dari 37 Puskesmas di Kota
Semarang yang IR nya sesuai dan melebihi target ( target IR 22/1000 penduduk)
ada 13 puskesmas yaitu puskesmas Mangkang(35), Ngemplaksimongan ( 33),
Gunungpati (30), Genuk (28), Karang anyar (28), Bandarharjo (27), Lamper tengah
(27),Karang malang (26), Ngesrep (25), Bugangan (23), Bangetayu (23),
Manyaran(22) dan Halmahera(21).
Puskesmas yang IR diarenya < 21 per 1.000 penduduk ( kurang dari target )
ada 24 Puskesmas yaitu puskesmas Padangsari, Mijen, Miroto, Kedungmundu,
Karangayu, Pudakpayung, Rowosari, Krobokan, Purwoyoso, Kagok, Sekaran,
Karanganyar
Lebdosari
Krobokan
Bulu Lor
BandarharjoGenukKarangdoro
Gayamsari
Halmahera
Poncol
Miroto
Pandanaran
Pegandan
Ngemplak Simg
Karangayu
ManyaranTlogosari Wetan
Kedungmundu
Candi Lama
Kagok
Rowosari
Padangsari
Ngesrep
Srondol
Pudak Payung
Sekaran
Tambakaji
Mijen
Karangmalang
Ngaliyan
Gunung Pati
Mangkang
Bangetayu
Krobokan
Gayamsari
Manyaran Tlogosari Kulon
Purwoyoso
MirotoHalmahera
Lamper Tengah
Bugangan
IR DIARERendahSedangTinggi
N
IR DIARE 2012
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
52/105
47
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
Pegandan, Pandanaran,Tlogosari wetan, Srondol, Gayamsari, Karangdoro, Poncol,
Tambak Aji, Candi Lama, Bulu Lor, Tlogosari Kulon, Ngalian dan Lebdosari.
Rangking IR Per Puskesmas dapat dilihat dibawah ini
Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Dari peta diatas dapat diketahui bahwa dari 17 kecamatan ada 6 kecamatan
yang IR nya rendah yaitu kecamatan Tugu, Candisari, Gajahmungkur, Semarang
Tengah, Gayamsari, Pedurungan.
Cakupan pelayanan penderita diare adalah jumlah penderita diare yangberobat ke tempat pelayanan kesehatan dibagi dengan jumlah sasaran. Cakupan
pelayanan penderita diare tahun 2012 sebesar 55% . Hal ini bisa diartikan kinerja
petugas Puskesmas lebih baik sehingga kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan puskesmas meningkat jumlah penderita diare yang berobat ke
Puskesmas menjadi semakin banyak jumlahnya. Kualitas tata laksana penderita
diare adalah jumlah penderita yang diberi oralit dibagi dengan jumlah penderita.
Kualitas tata laksana penderita diare pada tahun 2012 sudah 100%, berarti kinerja
petugas diare Puskesmas bisa dikatakan baik karena kualitas tata laksana dalam hal
ini adalah pelayanan pengobatan terhadap penderita diare ke Puskesmas terlayani
dengan baik dan mendapatkan pengobatan yang sesuai. Masalah tata laksana
penderita diare adalah jumlah penderita yang diberi infus dibagi jumlah penderita.
Masalah tata laksana penderita diare di Puskesmas tahun 2012 adalah 2 %, sama
dengan tahun sebelumnya. Hal ini berarti penanganan penderita diare yang berobat
Banyumanik
Tugu
Ngaliyan
Mijen
Smg. Barat
Sm,g. Utara
Smg. Timur
Gayamsari
Pedurungan
Smg. Tengah
Tembalang
CandisariGajamungkur
Gunung Pati
Genuk
IR.Kec.shp0 - 2728 - 5556 - 105
NIR DIARE PER KECAMATAN DI KOTA SEMARANG TAHUN 2012
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
53/105
48
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
ke Puskesmas ada yang sudah terjadi dehidrasi sehingga tetap memerlukan cairan
infus.
4. Penyakit PD3I
a. Tetanus
Tahun 2012 tidak ditemukan kasus Tetanus Neonatorum (TN) di kota
Semarang Meskipun Cakupan persalinan nakes dan Cakupan TT Bumil sudah
melebihi target, tetapi cakupan TT Bumil tahun 2012 mengalami penurunan yaitu
cakupan TT sebanyak 85%, sedangkan tahun 2011 sebanyak 92,3 %
Sumber: Seksi PP Bidang P2P
b. Difteri
Tahun 2012 kasus difteri Kota Semarang sebanyak 5 kasus sama dengan
tahun 2011 dan tidak ditemukan penderita meninggal dunia. Berdasarkan jeniskelamin, maka kasus ditemukan lebih banyak pada laki-laki, yaitu sebanyak 4
penderita ( 80 %,) dan perempuan sebanyak 1 penderita ( 20 % ). Berdasarkan
golongan umur kasus terbanyak ditemukan pada umur antara 5-14 tahun yaitu
sebanyak 60 %, hal ini berbeda dengan tahun 2011 dimana penderita terbanyak
adalah umur < 1 tahun yaitu sebanyak 75 %.
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Persalinan Nakes 95 ,27 90 ,17 92 ,15 96,7 93 ,19 96 ,08 98,2
Target Nas 85 85 90 90 95 93 90
Cak. TT Bumil 92 85 79 71,3 77,4 92,3 85
Targ et Nas. TT 80 80 80 80 85 85 85
0
20
40
60
80
100
120
J u m l a h
Grafik Cakupan Imu nisasi Bumi l dan Persalinan NakesTahun 2006-2012
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
54/105
49
Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012
Penderita difteri menurut tempat wilayah kerja Pukesmas yaitu Puskesmas
Tambak aji (Kelurahan tambak aji ), Puskesmas Lamper Tengah (kelurahan lamper),
Puskesmas Bandarharjo (Kelurahan Tanjung mas) , Puskesmas Bulu lor (Kelurahan
Panggung lor), dan Puskesmas Karangayu ( kelurahan Bojong Salaman )
Sumber: Seksi PP Bidang P2P
Sumber: Seksi PP Bidang P2P
99 Bandarharjo
Bangetayu
BuganganBulu Lor
Candi Lama
Gayamsari
Genuk
Gunung Pati
Halmahera
Kagok
Karanganyar
Karangayu
Karangdoro
Karangmalang
Kedungmundu
Krobokan
Lamper Tengah
Lebdosari
Mangkang
Manyaran
Mijen
Miroto
NgaliyanNgemplak Simg
Ngesrep
Padangsari
Pandanaran
Pegandan
Poncol
Pudak Payung
Purwoyoso
Rowosari
Sekaran
Srondol
Tambakaji
Tlogosari Kulon
Tlogosari Wetan
Sum2.shp
Tdk ada kasus Ada kasus
NPETA KASUS DIFTERI TH 2012
1
10
100
1 kali 3 kali > 3 kali
p r o s e n t a s e
GRAFIK KASUS DIFTERI BERDASARKAN
RIWAYAT IMUNISASI TAHUN 2012
-
8/15/2019 Profil Kesehatan Kota Semarang 2012
55/105
50
Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
c. Campak
Gambaran secara umum untuk kasus campak dari tahun 2006–2012 dari
hasil laporan mingguan (W2) puske