profil kependudukan papua tahun 2015

80

Upload: daldukpapua

Post on 21-Apr-2017

7.363 views

Category:

Government & Nonprofit


2 download

TRANSCRIPT

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

PROFIL KEPENDUDUKAN PROVINSI PAPUA 2015 I

KATA PENGANTAR

Puji Syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,

karena atas izin-Nya sehingga penyusunan Profil Kependudukan Provinsi Papua ini

dapat terlaksana dengan lancar, walaupun masih banyak kekurangannya.

Penyusunan Profil Kependudukan Provinsi Papua ini dimaksudkan sebagai bentuk

pertanggungjawaban Perwakilan BKKBN Provinsi Papua dalam pelaksanaan Program

kegiatan Kependudukan dan KB Nasional, serta bahan informasi tentang

Kependudukan Papua, dan sekaligus sebagai dokumen Kependudukan.

Dengan terbangunnya database kependudukan Provinsi Papua yang

bersumber dari database kependudukan Kabupaten/Kota di Papua, maka database

kependudukan tersebut harus dimanfaatkan untuk kepentingan perumusan

kebijakan di bidang pemerintahan dan pembangunan, sesuai dengan amanat

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan,

diharapkan Profil Kependudukan yang disusun ini dapat sebagai bahan masukan

bagi Pemerintah maupun pihak lain dalam penentuan kebijakan, perencanaan

pembangunan, dan evaluasi hasil-hasil pembanguan.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Profil

Kependudukan ini hingga selesai, kami mengucapkan terima kasih, kami menyadari

bahwa Penyusunan Profil Kependudukan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

sebab itu saran, masukan secara konstruktif untuk perbaikan laporan ini sangat kami

harapkan, dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk

mendukung pelaksanaan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana demi

tercapainya Kualitas Manusia dan kesejahteraan masyarakat khususnya di Provinsi

Papua.

Jayapura, Juni 2015

Kepala,

Drs. NERIUS AUPARAY, M.Si NIP.19640822 199203 1 001.

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................... ii

DAFTAR TABEL ...................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR .................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................... 1

1.1. Latar Belakang ........................................................ 1

1.2. Tujuan .................................................................... 3

1.3. Kerangka Pikir ......................................................... 3

1.4. Sumber Data ........................................................... 4

1.5. Landasan Hukum ..................................................... 4

1.6. Konsep dan Definisi ................................................. 5

BAB II DINAMIKA PENDUDUK ..……………………………………… 9

2.1. Kuantitas Penduduk ................................................ 9

2.1.1. Jumlah & Laju Pertumbuhan Penduduk ............. 9

2.1.2. Perubahan Struktur Umur & Jenis Kelamin ......... 12

2.1.3. Persebaran Penduduk ....................................... 20

2.2. Fertilitas & Faktor yang Mempengaruhinya ................ 24

2.2.1. Kecenderungan dan Pola Fertilitas ..................... 24

2.2.2. Pola Perkawinan ............................................... 28

2.2.2.1. Umur Kawin Pertama Perempuan ................. 28

2.2.2.2. Median Usia Kawin Pertama ......................... 29

2.2.3. Kesertaan ber-KB ............................................. 30

2.2.3.1. Pasangan Usia Subur ................................... 30

2.2.3.2. CPR & Mix Kontrasepsi ................................ 31

2.2.3.3. Kebutuhan Pelayanan Kontrasepsi ................ 34

2.3. Mortalitas & Faktor Yang Mempengaruhi .................. 35

2.3.1. Kecenderungan dan Pola Mortalitas .................... 35

2.3.2. Penyebab Kematian ........................................... 38

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

iii

2.4. Migrasi .................................................................. 39

2.4.1. Migrasi Neto ..................................................... 40

2.4.2. Migrasi Seumur Hidup ....................................... 43

BAB III PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN 46

3.1. Pencapaian Pembangunan Manusia ......................... 47

3.2. Pembangunan Gender............................................. 48

3.3. Penduduk Rentan ............................................... 49

3.4. Ketersediaan Pelayanan .......................................... 51

3.4.1. Kesehatan ..................................................... 51

3.4.2. Pelayanan Pendidikan ..................................... 55

3.5. Pendidikan ............................................................ 57

3.5.1. Angka Melek Huruf ........................................... 57

3.5.2. Penduduk Menurut Ijazah yang dimiliki .............. 58

3.5.3. Angka Partisipasi Sekolah ................................... 59

3.5.4. Angka Partisipasi Murni ...................................... 60

3.6. Ketenagakerjaan..................................................... 61

3.6.1. Tingkat Partisipasi Angkata Kerja ........................ 61

3.6.2. Penduduk yang Bekerja ……………………………… 63

3.6.3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ................ 64

3.7. Perekonomian ....................................................... 65

3.7.1. PDRB Provinsi Papua ....................................... 65

3.7.2. PDRB Menurut Kabupaten/Kota ......................... 68

BAB IVPENUTUP ................................................................... 70

BAHAN PUSTAKA .................................................................. 71

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan Kabupaten/ Kota Tahun 2010 ........... 10

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan Kabupaten/ Kota Tahun 2014 ........... 12

Tabel 3. Jumlah Penduduk Provinsi Papua Menurut Umur

dan Jenis Kelamin Hasil SP 2010 .......................... 13

Tabel 4. Proyeksi Jumlah Penduduk Provinsi Papua dan

Rasio Ketergantungan Tahun 2010, 2015, 2020,

2025, 2030 dan 2035 .......................................... 15

Tabel 5. Rasio Ketergantungan di Provinsi Papua Menurut

Kab/ Kota Tahun 2014 ........................................ 17

Tabel 6. Rasio Jenis Kelamin di Provinsi Papua Menurut

Kab/ Kota Tahun 2014 ....................................... 19

Tabel 7. Kepadatan Penduduk di Provinsi Papua Menurut

Kab/ Kota Tahun 2014 ....................................... 23

Tabel 8. Angka Fertilitas Menurut Kelompok Umur dan

Fertilitas Komulatif, Angka Fertilitas Umum, dan

Angka Kelahiran Kasar Menurut Tempat Tinggal

Provinsi Papua Tahun 2012 ................................. 26

Tabel 9. Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur Tahun

2012 ................................................................. 35

Tabel 10. Angka Kematian Ibu di Papua ............................. 37

Tabel 11. Migrasi Masuk dan Migrasi Keluar, Migrasi Neto

2010 ................................................................ 40

Tabel 12. Migrasi Risen Menurut Kabupaten Tahun 2010 .... 42

Tabel 13. Migrasi Semasa Hidup ........................................ 44

Tabel 14. Sikap Terhadap Pemukulan Istri: Pria Persentase

dari semua pria umur 15-54 tahun yang

menyetujui tindakan suami memukul istrinya

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

v

karena alasan tertentu di Papua dan Indonesia

Tahun 2012 ........................................................ 49

Tabel 15. Jumlah Klinik Pelayanan KB di Provinsi Papua

Menurut Kab/ Kota Tahun 2013 ........................... 54

Tabel 16. TPAK Penduduk Menurut Kab/ Kota dan Jenis

Kelamin di Provinsi Papua Tahun 2010 ................. 62

Tabel 17. Penduduk Umur 15 Tahun ke atas Menurut

Kegiatan Utama Tahun 2012 - 2013 ................... 63

Tabel 18. Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja

menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin

Provinsi Papua 2013 …………………………………… 64

Tabel 19. Perkiraan Tingkat Pengangguran Terbuka

Menurut Jenis Kelamin Prov. Papua Tahun 2012 -

2016 .................................................................. 65

Tabel 20 PDRB Provinsi Papua Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2013

(Milyar Rp) .......................................................... 66

Tabel 21 PDRB Provinsi Papua Atas Dasar Harga Konstan

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 – 2013

(Milyar Rp) .......................................................... 67

Tabel 22 PDRB Atas Dasar Harga Konstan menurut

Kabuapten/Kota Tahun 2011-2013 ........................ 69

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Jumlah Penduduk dan Tren Laju Pertumbuhan

Penduduk 29 Kab/Kota di Provinsi Papua

Tahun 2010 .................................................... 11

Gambar 2. Piramida Penduduk Provinsi Papua Tahun 2010 14

Gambar 3. Rasio Ketergantungan 29 Kab/Kota di Provinsi

Papua Tahun 2010 .......................................... 16

Gambar 4. Rasio Jenis Kelamin 29 Kab/Kota di Provinsi

Papua Tahun 2010 ......................................... 18

Gambar 5. Persebaran penduduk di Provinsi Papua Tahun

2010 .............................................................. 20

Gambar 6. Jumlah Penduduk Perkotaan dan Perdesaan 29

Kab/Kota Tahun 2010 ..................................... 21

Gambar 7. Kepadatan Penduduk di Provinsi Papua Tahun

2010 ............................................................. 22

Gambar 8. Estimasi Angka Kelahiran Kasar (CBR) 29

Kab/Kota di Provinsi Papua Tahun 2010 .......... 25

Gambar 9. Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur ........ 26

Gambar 10. Total Fertilitas Provinsi Papua Tahun 2007 &

2012 .......................................................... 27

Gambar 11. Umur Kawin Pertama perempuan Tahun 2013 . 28

Gambar 12. Median Usia Kawin Pertama 14 Kab/Kota di

Prov. Papua Tahun 2013 ................................. 29

Gambar 13. Jumlah Pasangan Usia Subur 29 Kab/Kota di

Provinsi Papua Tahun 2010, 2011, 2012, 2013 . 30

Gambar 14. Distribusi Persentase Wanita Usia Subur

Menurut Alat/Cara KB ...................................... 31

Gambar 15. Distribusi Persentase Wanita Usia Subur

Menurut Metode Kontrasepsi 14 Kab/Kota di

Provinsi Papua Tahun 2013 ............................. 32

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

vii

Gambar 16. Distribusi Persentase Peserta KB Menurut

Tempat dan Cara Memperoleh Pelayanan KB

14 Kab/Kota di Provinsi Papua tahun 2013 ....... 33

Gambar 17. Distribusi Persentase Wanita Pasangan Usia

Subur (PUS) Menurut Unmeet Need 14

Kab/Kota di Provinsi Papua 2013 ...................... 34

Gambar 18. Angka Kematian Bayi Papua ............................ 36

Gambar 19. Angka Kematian Bayi, Anak dan Balita Hasil

SDKI 2012 ...................................................... 36

Gambar 20.Angka Kematian Ibu Indonesia SDKI 2007 dan

2012 ......................................................... 37

Gambar 21. Angka Harapan Hidup Papua ........................... 38

Gambar 22.Jenis Penyakit dan Penyebab Kematian Prov.

Papua Tahun 2012 .......................................... 39

Gambar 23. Migrasi Risen 29 Kab/Kota di Provinsi Papua

Tahun 2010 .................................................... 43

Gambar 24. Migrasi Seumur Hidup 29 Kab/Kota di Provinsi

Papua Tahun 2010 .......................................... 45

Gambar 25. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua

Tahun 2005 - 2013 ......................................... 76

Gambar 26. Indeks Pembangunan Gender (IPG) Prov.

Papua Tahun 2005 - 2011 ............................... 48

Gambar 27. Sikap Terhadap Pemukulan Istri: Pria Tahun

2012 ......................................................... 49

Gambar 28.Penduduk Rentan Karena Kesulitan Fungsional

di Provinsi Papua Tahun 2010 .......................... 50

Gambar 29.Rasio SDM Kesehatan per 100.00 Penduduk di

29 Kab/Kota Prov. Papua Tahun 2011 .............. 52

Gambar 30. Jumlah Sarana Layanan Kesehatan (Puskesmas

& Rumah Sakit) di 29 Kab/Kota Prov. Papua

Tahun 2011 .................................................... 53

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

viii

Gambar 31. Jumlah Klinik Pelayanan KB di 29 Kab/Kota

Provinsi Papua Tahun 2013 ............................. 55

Gambar 32.Jumlah Sarana Pendidikan (Sekolah) di Provinsi

Papua Tahun 2011 & 2012 .............................. 56

Gambar 33.Jumlah Tenaga Guru di Provinsi Papua Tahun

2011 & 2012 ................................................... 56

Gambar 34. Angka Melek Huruf di 29 Kab/Kota Provinsi

Papua Tahun 2010-2012 ................................. 57

Gambar 35. Penduduk Umur 15 Tahun Ke Atas Menurut

Ijazah/STTB Tertinggi Yang Dimiliki di 29

Kabupaten/Kota Provinsi PapuaTahun 2012 ..... 59

Gambar 36. Angka Partisipasi Sekolah (APS) di 29 Kab/Kota

Prov. Papua tahun 2012 .................................. 59

Gambar 37. Angka Partisipas Murni (APM) di 29 Kab/Kota

Provinsi Papua Tahun 2012 ............................ 60

Gambar 38.PDRB Provinsi Papua Atas Dasar Harga Berlaku

dan Atas Dasar Harga Konstan .......................... 68

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Adanya Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan telah memperkokoh

upaya pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana

dalam mendukung pembangunan nasional jangka panjang menuju penduduk

tumbuh seimbang tahun 2015, dan mewujudkan keluarga kecil bahagia dan

sejahtera. Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 juga memberikan

gambaran bahwa aspek-aspek kependudukan secara fungsional membentuk

satukesatuan ekosistem. Dengan demikian arah kebijakan pemerintah dalam

menyelenggarakan pembangunan senantiasa memperhatikan aspek

kependudukan atau sering dikenal dengan sebutan ”pembangunan

berwawasan kependudukan dan berkelanjutan”, yang mana kebijakan ini

perlu didukung dengan kebijakan yang menyangkut pengendalian penduduk.

Pada saat ini di harapkan terjadi pergeseran paradigma yang

mengedepankan pola pembangunan yang berwawasan kependudukan.

Pembanguna nyang demikian mengandung dua makna, pertama:

pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan kondisi penduduk yang

ada; kedua: pembangunan sumber daya manusia, yaitu pembangunan

yang lebih menekankan kualitas sumberdaya manusia dibandingkan

peningkatan infrastruktur semata. Kedepan perencanaan pembangunan

maupun implementasinya tidak dapat lagi mengabaikan peran penduduk

sebagai objek maupun subjek atau agen pembangunan.

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan terencana di segala

bidang untuk menciptakan perbandingan ideal antara perkembangan

kependudukan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta

memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengurangi

kemampuan dan kebutuhan generasi mendatang, sehingga menunjang

kehidupan bangsa.

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

2

Undang-undang no. 52 tahun 2009 memberi tanggungjawab

pengendalian penduduk kepada BKKBN, dengan menetapkan visi “Penduduk

Tumbuh Seimbang Tahun 2015”. Visi tersebut mengacu pada Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025. Kondisi

penduduk tumbuh seimbang ditandai dengan angka fertilitas total (TFR)

sebesar 2,1 anak per wanita atau angka reproduksi neto (NRR) sebesar 1.

Misi dari BKKBN adalah mewujudkan pembangunan berwawasan

kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera. Visi dan

misi tersebut akan diwujudkan melalui pengendalian angka kelahiran dan

penurunan angka kematian, pengarahan mobilitas penduduk, serta

pengembangan kualitas penduduk pada seluruh dimensinya. Upaya ini

merupakan bagian dari upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

Dalam Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 diatur pula kewenangan dan

tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota untuk mewujudkan pertumbuhan

penduduk yang seimbang dan keluarga berkualitas.

Sejalan dengan paradigma pembangunan berkelanjutan, perencanaan

pembangunan harus disusun berdasarkan data dan informasi kependudukan.

Perencanaan pembangunan berbasis data kependudukan merupakan strategi

yang penting dalam rangka meningkatkan relevansi, efektivitas serta efisiensi

kebijakan dan program pembangunan di Indonesia.

Penggunaan data yang akurat dalam proses perencanaan telah diatur

dalam peraturan perundangan. Pada Pasal 31 Undang-undang Nomor

25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diatur bahwa

“Perencanaan pembangunan didasarkan pada data dan informasi yang akurat

dan dapat dipertanggungjawabkan”. Ketentuan tersebut ditekankan kembali

pada Pasal 152 Uundang-undang Nomor 32/2004 tentang Pemerintah

Daerah yang menyebutkan “Perencanaan pembangunanan daerah didasarkan

pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Secara rinci, pada Pasal 49 Undang-undang Nomor 52/2009 diatur bahwa: 1)

“Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengumpulkan, mengolah, dan

menyajikan data dan informasi mengenai kependudukan dan keluarga”; 2)

Upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui sensus,

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

3

survei, dan pendataan keluarga; dan 3) Data dan informasi kependudukan

dan keluarga wajib digunakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah

sebagai dasar penetapan kebijakan, penyelenggaraan, dan pembangunan.

1.2. TUJUAN

Publikasi ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi

tentang kondisi kependudukan di Provinsi Papua yang diamati dari berbagai

aspek, diantaranya: dinamika kependudukan, kelahiran, kematian, migrasi,

usia kawin, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan dan Keluarga

Berencana.

1.3. KERANGKA PIKIR

Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan

yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia

secara berkelanjutan, dengan cara menyerasikan aktivitas manusia sesuai

dengan kemampuan sumber alam yang mendukungnya dalam suatu ruang

wilayah daratan, lautan, dan udara sebagai satu kesatuan. Dengan demikian,

pembangunan berkelanjutan tidak bisa dilepaskan dengan pemanfaatan

ruang wilayah beserta potensi sumber daya yang ada bagi tujuan

pembangunan manusia atau masyarakatnya itu sendiri. Agenda utama

pembangunan berkelanjutan adalah upaya untuk memadukan,

mengintegrasikan, dan memberi bobot yang sama bagi tiga pilar utama

pembangunan, yaitu ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan hidup.

Penduduk merupakan titik sentral dalam proses pembangunan berkelanjutan

karena penduduk merupakan pelaku sekaligus penerima manfaat

pembangunan. Konsep ini diterjemahkan lebih lanjut dalam konsep

“pembangunan berwawasan kependudukan”.

Pembangunan berwawasan kependudukan, yaitu pembangunan yang

berpusat pada penduduk (people-centered development), adalah

pembangunan yang direncanakan dengan memperhatikan kondisi dan

dinamika penduduk. Semua perencanaan pembangunan harus ‘population

responsive’, yaitu memperhatikan dan mempertimbangkan data dan informasi

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

4

kependudukan secara lengkap, mulai dari jumlah, pertumbuhan, struktur

umur, persebaran, maupun kualitas penduduk. Di sisi lain, pemerintah juga

harus mampu merumuskan kebijakan pengelolaan kependudukan agar

tercapai kondisi kependudukan yang kita harapkan (population-influencing

policies).

1.4. SUMBER DATA

Data yang digunakan untuk menyusun Profil Kependudukan di Papua

dikumpulkan dari berbagai sumber yang telah dipublikasikan, seperti: Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia, Sensus Penduduk, Profil Kesehatan

Indonesia, Profil Anak Indonesia, Statistik Kesejahteraan Rakyat, Susenas,

Indek Pembangunan Manusia Provinsi Papua, Mini Survey, Provinsi Dalam

Angka, Kabupaten Dalam Angka, Hasil Pendataan Keluarga Sejahtera,

Laporan Pelayanan Kontrasepsi. Disamping itu beberapa data yang disajikan

juga merupakan data yang diperoleh dari SKPD Mitra Kerja baik ditingkat

Provinsi maupun Kabupaten/Kota Terkait.

1.5. LANDASANHUKUM

Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan

K ependudukan dan Pembangunan Keluarga;

Perpres No. 62 tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional;

Perka BKKBN No. 72 tahun 2011 tentang truktur Kelembagaan Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional;

Perka BKKBN No. 82 tahun 2011 tentang Struktur Kelembagaan

Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Provinsi;

Panduan Profil Kependudukan dan Pembangunan pada Tingkat Provinsi,

dari BKKBN.

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

5

1.6. KONSEP DAN DEFINISI 1. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan orang Asing yang bertempat

tinggal di Indonesia (Undang-Undang RI No. 52 Tahun 2009);

2. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur,

pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, dan kondisi

kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial budaya, agama

serta lingkungan penduduk setempat. (Undang-Undang RI No. 52 Tahun

2009);

3. Perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah

upaya terencana untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan

mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi penduduk.

(Undang-Undang RI No. 52 Tahun 2009);

4. Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang berhubungan

dengan perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan

dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan berkelanjutan. (Undang-

Undang RI No. 52 Tahun 2009);

5. Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan

nonfisik yang eliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan,

produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan,sebagai

ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati

kehidupan sebagaimanusia yang bertakwa, berbudaya, berkepribadian,

berkebangsaan dan hidup layak. (Undang-Undang RI No. 52 Tahun 2009);

6. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami

istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan

anaknya.(Undang-Undang RI No. 52 Tahun 2009);

7. Pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga

berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat.(Undang-Undang RI

No. 52 Tahun 2009);

8. Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan

usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

6

perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hakreproduksi untuk

mewujudkan keluarga yang berkualitas.(Undang-Undang RI No. 52 Tahun

2009);

9. Keluarga berkualitas adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan

perkawinan yang sah dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri,

memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung

jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. (Undang-

Undang RI No. 52 Tahun 2009);

10. Kematian atau mortalitas menurut WHO adalah suatu peristiwa

menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yang bias

terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (Biro Pusat statistik);

11. Ratio Jenis Kelamin adalah suatu angka yang menunjukan

perbandingan jenis kelamin antara banyaknya penduduk laki-laki dan

penduduk perempuan disuatu daerah pada waktu tertentu;

12. Mobilitas penduduk permanen (migrasi) adalah perpindahan

penduduk dengan tujuan untuk nenetap dari suatu tempat ke tempat lain

melewati batas administrative (migrasi in-ternal) atau batas politik/negara

(migrasi internasional);

13. Mobilitas penduduk non permanen (circucaltion/sirkuler)

adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk tidak menetap dari

suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif . Mobilitas

penduduk non permanen dibagi menjadi dua yaitu ulang alik nglaju

(commuting) dan menginap/mondok.

14. Penduduk musiman merupakan salah satu jenis obilitas penduduk

non permanen yang bekerja tidak pada daerah domisilinya dan menetap

dalam kurun waktu lebih dari satu hari tetapi kurang dari satu tahun dan

dilakukan secara berulang;

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

7

15. Migrasi semasa hidup (life time migration) adalah bentuk

migrasi dimana pada waktu diadakan pendataan tempat tinggal sekarang

berbeda dengan tempat kelahirannya;

16. Migrasi risen (rencent migration) adalah bentuk migrasi melewati

batas wilayah administratsi (desa/kec/kab/provinsi) dimana pada waktu

diadakan pendataan bertempat tinggal d idaerah yang berbeda dengan

tempat tinggal lima tahun yang lalu.

17. Urbanisasi adalah suatu proses bertambahnya konsentrasi penduduk

di perkotaan dan atau proses perubahan suatu daerah perdesaan menjadi

perkotaan, baik secara fisik maupun ukuran-ukuran spasial dan/atau

bertambahnya fasilitas perkotaan, serta lembaga-lembaga sosial, maupun

perilaku masyarakatnya.

18. Penduduk Usia Kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun

sampai dengan 64 tahun.

19. Angka Partisipasi Angkatan Kerja adalah proporsi angkatan kerja

terhadap penduduk usia kerja.

20. Bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh

atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan

lamanya berkerja paling sedikit 1 jam secara terus menerus dalam satu

minggu yang lalu.

21. Pengangguran adalah Orang yang termasuk angkatan kerja, namun

pada saat pendataan/ survey atau sensus tidak berkerja dan sedang

mei;cari kerja.

22. Angka Pengangguran adalah proporsi jumlah pengangguran

terhadap angkatan kerja.

23. Bukan Angkatan Kerja adalah penduduk usia 15 tahun kebawah

dan penduduk berusia 64 tahun keatas.

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

8

24. Penduduk rentan adalah penduduk yang dalam berbagai matranya

tidak atau kurang kesempatan untuk mengembangkan potensinya

sebagai akibat dari keadaan fisik dan/atau non fisiknya (Undang-Undang

RI No 52, 2009

25. Lahir hidup adalah suatu kelahiran bayi tanpa memperhitungkan

lamanya didalam kan-dungan, dimana si bayi menunjukan tanda-tanda

kehidupan pada saat dilahirkan, misatnya ada nafas, ada denyut jantung

atau denyut tali pusar atau gerakan otot .

26. Lahir mati adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang

berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukan tanda-tanda

kehidupan pada saat ditahirkan.

27. Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR) adalah rata-rata

banyaknya anak yang akan dimiliki oleh seorang vvanita pada masa

reproduksinya jika is mengikuti pola fertilitas pada saat TFR dihitung,

28. Angka Kematian Bayi Baru Lahir adalah banyaknya kematian baru

lahir, usia ku-rang dari satu bulan (0-28) hari pada suatu periode per

1.000 kelahiran hidup pada pertengahan periode yang sama.

29. Angka Kematian Bayi Lepas Baru Lahir adalah Banyaknya

kematian bayi lepas baru lahir (usia 1- 11 bulan) pada suatu periode per

1.000 kelahiran hidup pada pertengahan periode yang sama.

30. Angka Kematian Bayi/IMR adalah banyaknya kematian bayi usia

kurang dari satu tahun (9-11 butan) pada suatu periode per 1.000

kelahiran hidup pada pertengahan perode yang sama.

31. Angka Kematian , Ibu/MMR adalah banyaknya kematian ibu pada

waktu hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan per 100.000

kelahiran hidup, tanpa memandang lama dan tempat kelahiran yang

disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya.

32. Angka Kematian Kasar adalah banyaknya kematian yang terjadi

pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk.

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

9

BAB II DINAMIKA PENDUDUK

2.1 Kuantitas Penduduk

2.1.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)

Jumlah penduduk Papua terus bertambah dari tahun ke tahun, dan dari

hasil Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990 dan tahun 2000, dan 2010 berturut –

turut menunjukkan jumlah penduduk Provinsi Papua (Irian Barat, Irian Jaya)

sebanyak 923.440 orang, 1.173,875 orang, 1.648.708 orang, 2.233.530 orang

kemudian meningkat menjadi 2.833.381 orang pada tahun 2010.

Tabel 1 menunjukkan jumlah penduduk Provinsi Papua menyebar di 29

kabuapten/kota. Kota Jayapura memiliki jumlah penduduk 256.705 orang (9,06

persen)terbanyak diantara 29 kabupaten/kota. Kemudian di ikuti Kabupaten

Jayawijaya 196.085 orang (6,92 persen), Kabupaten Merauke 195.716 orang (6,91

persen), Kabupaten Mimika 182.001 orang (6,42 persen). Sedangkan 25 kabupaten

lainnya jumlah penduduknya lebih rendah atau kurang dari 6 persen, bahkan secara

persentase beberapa kabupaten jumlah penduduknya kurang dari satu persen yaitu

kabupaten Supiori 15.874 orang (0,56 persen), Kabupaten Memberamo Raya

18.365 (0,65 persen) dan Kabuapten Waropen 24.639 (0,87 persen).

Jumlah penduduk Papua akan terus bertambah karena pertambahan

disebabkan faktor alami yaitu kelahiran lebih besar dari pada kematian dan

pengaruh migrasi masuk ke Papua. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010 migrasi

masuk ke Papua positif, artinya migrasi masuk lebih banyak dari pada migrasi keluar

dari Papua.

Gambar 1 menunjukkan jumlah penduduk Provinsi Papua yang terbanyak

Kota Jayapura, tetapi angka pertumbuhan penduduknya hanya sebesar 3,29 persen,

sedangkan laju pertumbuhan penduduk tertinggi atas dasar Sensus Penduduk 2010

adalah Kabupaten Tolikara (12,59 persen).

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

10

Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Berdasarkan Kabupaten/Kota

Tahun 2010

No Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Total Persen

1 Merauke 103.078 92.638 195.716 6,91

2 Jayawijaya 101.217 94.868 196.085 6,92

3 Jayapura 59.527 52.416 111.943 3,95

4 Nabire 69.369 60.524 129.893 4,58

5 Kep. Yapen Waropen 42.965 39.986 82.951 2,93

6 Biak Numfor 65.600 61.198 126.798 4,48

7 Paniai 80.437 72.995 153.432 5,42

8 Puncak Jaya 54.779 46.369 101.148 3,57

9 Mimika 103.027 78.974 182.001 6,42

10 Boven Digoel 30.408 25.376 55.784 1,97

11 Mappi 42.765 38.893 81.658 2,88

12 Asmat 40.220 36.357 76.577 2,70

13 Yahukimo 86.735 77.777 164.512 5,81

14 Pegunungan Bintang 35.305 30.129 65.434 2,31

15 Tolikara 61.801 52.626 114.427 4,04

16 Sarmi 18.257 14.714 32.971 1,16

17 Keerom 26.526 22.010 48.536 1,71

18 Waropen 13.137 11.502 24.639 0,87

19 Supriori 8.342 7.532 15.874 0,56

20 Memberamo Raya 9.763 8.602 18.365 0,65

21 Nduga 43.097 35.956 79.053 2,79

22 Lanny Jaya 79.691 68.831 148.522 5,24

23 Memberamo Tengah 21.327 18.210 39.537 1,40

24 Yalimo 26.985 23.778 50.763 1,79

25 Puncak 49.260 43.958 93.218 3,29

26 Dogiyai 42.542 41.688 84.230 2,97

27 Intan Jaya 20.745 19.745 40.490 1,43

28 Deiyai 32.391 29.728 62.119 2,19

29 Kota Jayapura 136.587 120.118 256.705 9,06

PAPUA 1.505.883 1.327.498 2.833.381 100

Sumber data : Sensus Penduduk Tahun 2010

Laju pertumbuhan penduduk tertinggi berikutnya yaitu Kabupaten Intan Jaya 10,19

persen , kemudian disusul Kabupaten Paniai 10,05 persen. Laju pertumbuhan

penduduk 26 kabupaten/kota lainnya kurang dari 10 persen, dan laju pertumbuhan

penduduk terendah Kabuapten Pegunungan Bintang sebesar 2,48 persen.

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

11

Gambar 1. Jumlahpenduduk dan tren laju pertumbuhan penduduk 29 Kab/Kota di Provinsi Papua tahun 2010

Sumber data : SP 2010

Jumlah penduduk Provinsi Papua tahun 2014 menurut kabupaten/kota

sebanyak 3.091.047 orang, yang terdiri dari laki-laki 1.631.306 orang dan

perempuan 1.459.741 orang.Jadi selama kurun waktu 4 tahun, dari tahun 2010

sampai dengan tahun 2014 jumlah penduduk Papua betambah sebanyak 257.288

orang. Ini berarti setiap tahun bertambah sebanyak 64.416 orang atau tumbuh 2,27

persen. Pernambahan penduduk Papua dipengaruhi faktor alami yaitu selisih antara

kelahiran dan kematian dan migrasi masuk ke Papua lebih banyak dari pada migrasi

keluar. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan migrasi masuk lebih banyak dari

pada migrasi keluar atau migrasi positif, artinya pada tahun 2010 setiap satu orang

per 1000 penduduk . Hasil SensusPenduduk tahun 2010 TFR sebesar 2,87 dan hasil

SDKI 2012 TFR di Papua naik menjadi 3,50.

Pada tahun 2014 jumlah penduduk menurut kabupaten/kota, jumlah

terbanyak tetap Kota Jayapura yaitu 275.694 orang (8,92 persen), kemudian jumlah

penduduk terendah tetap Kabupaten Supiori sebanyak 17.288 orang atau 0,57

persen dari jumlah penduduk Provinsi Papua.

195.716

196.085

111.943

129.893

82.951

126.798

153.432

101.148

182.001

55.784

81.65876.577

164.512

65.434

114.427

32.971

48.536

24.63915.87418.365

79.053

148.522

39.53750.763

93.21884.230

40.490

62.119

256.705

3,80

8,97

2,693,313,52

2,68

10,05

7,006,11

6,97

3,343,243,472,48

12,59

3,873,39

3,81

2,72

3,92

9,479,03

8,168,57

7,06

3,46

10,199,57

3,29

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

0

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000M

era

uke

Jaya

wija

ya

Jaya

pu

ra

Nab

ire

Ke

p. Y

apen

War

op

en

Bia

k N

um

for

Pan

iai

Pu

nca

k Ja

ya

Mim

ika

Bo

ven

Dig

oel

Map

pi

Asm

at

Yah

uki

mo

Pe

gun

un

gan

Bin

tan

g

Tolik

ara

Sarm

i

Ke

ero

m

War

op

en

Sup

rio

ri

Me

mb

era

mo

Ray

a

Nd

uga

Lan

ny

Jaya

Me

mb

era

mo

Ten

gah

Yalim

o

Pu

nca

k

Do

giya

i

Inta

n J

aya

Dei

yai

Ko

ta J

ayap

ura

Jumlah Penduduk LPP

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

12

Tabel 2

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014

NO Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Total

1 MERAUKE 111,987 101,497 213,484

2 JAYAWIJAYA 103,482 100,630 204,112

3 JAYAPURA 62,996 56,387 119,383

4 NABIRE 73,185 64,591 137,776

5 KEP. YAPEN 46,104 43,890 89,994

6 BIAK NUMFOR 69,908 65,923 135,831

7 PANIAI 84,315 78,174 162,489

8 PUNCAK JAYA 61,656 51,624 113,280

9 MIMIKA 112,218 87,093 199,311

10 BOVEN DIGOEL 33,225 28,058 61,283

11 MAPPI 46,406 43,384 89,790

12 ASMAT 45,074 41,540 86,614

13 YAHUKIMO 93,492 84,701 178,193

14 PEG. BINTANG 37,607 33,090 70,697

15 TOLIKARA 69,297 58,229 127,526

16 SARMI 19,536 16,251 35,787

17 KEEROM 28,827 24,175 53,002

18 WAROPEN 14,597 13,126 27,723

19 SUPIORI 9,040 8,248 17,288

20 MAMB. RAYA 10,757 9,757 20,514

21 NDUGA 50,184 42,346 92,530

22 LANNY JAYA 91,394 79,195 170,589

23 MAMB. TENGAH 24,279 21,119 45,398

24 YALIMO 30,496 27,089 57,585

25 PUNCAK 52,984 48,531 101,515

26 DOGIYAI 45,502 45,320 90,822

27 INTAN JAYA 22,610 22,202 44,812

28 DEIYAI 35,008 33,017 68,025

29 JAYAPURA 145,140 130,554 275,694

PAPUA 1,631,306 1,459,741 3,091,047

Sumber data :BPS Provinsi Papua 2015

2.1.2 Perubahan struktur umur dan jenis kelamin penduduk

Tabel 3 menunjukkan jumlah penduduk Papua menurut umur dan jenis

kelamin tahun 2010 sebanyak 2.833.381 orang, yang terdiri dari 1.505.883 orang

laki-laki (53,15 persen) dan 1.327.498 orang perempuan (46,85 persen). Atas dasar

struktur umur, terlihat jumlah penduduk di kelompok umur produktif mendominasi,

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

13

namun penduduk umur di bawah 14 tahun memiliki jumlah yang tidak kalah

banyaknya. Kelompok umur 0-4, 5-9, dan 10 – 14 tahun masing-masing di atas 10

persen. Kelompok ini akan memasuki usia pendidikan baik di Paud, SD, SLTP dan

SLTA. Berkaitan data tersebut perlu disiapkan sarana dan prasarana pendidikan

yang cukup, sehingga semua penduduk usia sekolah dapat sekolah, dengan

demikian secara berangsur-angsur lama sekolah atau jenjang pendidikan penduduk

di Papua meningkat secara bertahap. Meningkatnya lama pendidikan akan

membawa perubahan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia. Hal ini karena

lama pendidikan merupakan salah satu komponen variabel untuk menentukan IPM.

Demikian juga usia kerja yang terus bertambah dibutuhkan tambahan

kesempatan kerja agar jumlah pengangguran dapat diturunkan. Jika tidak

diperhatikan dengan baik jumlah penganggurann terbuka naik, dan akhirnya akan

menambah masalah sosial ekonomi semakin komplek.

Tabel 3

Jumlah Penduduk Provinsi Papua Menurut Umur dan Jenis Kelamin Hasil Sensus PendudukTahun 2010

Kelompok Jenis Kelamin Jumlah Persen

Umur Laki-Laki Perempuan

0-4 165.184 148.211 313.395 11,06

5-9 185.795 161.573 347.368 12,26

10-14 182.143 150.913 333.056 11,75

15-19 148.198 127.822 276.020 9,74

20-24 129.635 129.564 259.199 9,15

25-29 135.313 142.647 277.960 9,81

30-34 138.186 135.431 273.617 9,66

35-39 126.304 116.332 242.636 8,56

40-44 107.826 83.557 191.383 6,75

45-49 78.679 56.840 135.519 4,78

50-54 48.883 33.079 81.962 2,89

55-59 27.577 18.792 46.369 1,64

60-64 16.498 11.209 27.707 0,98

65-69 8.178 5.638 13.816 0,49

70-74 4.199 3.145 7.344 0,28

75-79 1.962 1.573 3.535 0,12

80-84 792 670 1.462 0,05

85+ 531 502 1.033 0,04

Total 1.505.883 1.327.498 2.833.381 100

Sumber: BPS, Hasil Sensus Penduduk 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

14

Piramida Penduduk

Piramida penduduk di bawah menggambarkan komposisi penduduk menurut

kelompok umur di Provinsi Papua. Terlihat jumlah penduduk di kelompok umur

produktif mendominasi, namun penduduk di bawah 14 tahun memiliki jumlah yang

tidak kalah banyaknya.

Gambar2. Piramida Penduduk Provinsi Papua Tahun 2010

Sumber data : Proyeksi Penduduk Indonesia 2010- 2035

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

15

Kelompok Umur

Tabel 4 menunjukkan hasil proyeksi penduduk Provinsi Papua terus

bertambah.Pada tahun 2020 jumlah penduduk diproyeksikan sebanyak3.435.400

orang, kemudian tahun 2025 sebanyak 3.701.700 orang , tahun 2030 bertambah

menjadi 3.939.400 orangdan tahun 2035 meingkat menjadi 4.144.600 orang.

Walaupun secara absolud penduduk terus bertambah, tetapi angka pertumbuhan

penduduk di Papua diproyeksikan secara bertahap mengalami penurunan.

Berdasarkan proyeksi kelompok umur, angka beban ketergantungan secara

bertahap menurun, walupun terjadi fluktuasi. Jika angka total rasio ketergantungan

Provinsi Papua hasil Sensus Penduduk 2010 sebesar 56,37 persen, maka

diproyeksikan pada tahun 2015 angka beban ketergantungan turun menjadi 47,5

persen dan tahun 2035 diproyeksikan beban ketergantungan menjadi 42,2

persen.Menurut proyeksi rasio ketergantungan di Papua mulai tahun 2015 kurang

dari 50 persen, yang berarti secara bertahap Papua mulai memasuki bonus

demografi.

Tabel 4. Proyeksi Jumlah penduduk ProvinsiPapua dan rasio ketergantungan tahun 2010, 2015, 2020,

2025,2030 dan 2035

Tahun Jumlah kelompok

umur produktif

(15-64)

Jumlah kelompok

umur lansia

(65+)

Jumlah kelompok

umur anak (0-14)

Jumlah Rasio Ketergantungan

2010* 1.811.919 27.192 994.270 2.833.381 56,37

2015 2.134.900 47.200 967.300 3.149.400 47,5

2020 2.389.800 65.000 980.600 3.435.400 43,7

2025 2.608.300 102.400 991.000 3.701.700 42,0

2030 2.781.300 164.000 994.100 3.939.400 41,6

2035 2.910.800 245.800 988.000 4.144.600 42,2

Sumber data : SP 2010 dan Proyeksi Bappenas dkk 2010-2035

Atas dasar proyeksipenduduk yang dilakukan oleh Bappenas dkk, jumlah

penduduk di Provinsi Papua pada tahun 2035 nantimemiliki penduduk usia produktif

2.910.800 orang, sedangkan penduduk non produktif 1.233.800 orang. Berarti di

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

16

Papua jumlahpenduduk yang produktif pada tahun 2035 lebih banyak dibanding

usia non produktif.

Rasio Ketergantungan menurut kabupaten/kota

Rasio ketergantungan menurut kabupaten/kota menunjukkan Kabupaten

Supiori dan Membramo Raya adalah memiliki rasio ketergantungan tinggi di Provinsi

Papua, masing-masing 80,32 persen dan yaitu 80,12 persen. SedangkanKabupaten

Puncak Jaya dan Kota Jayapura memiliki rasio ketergantungan rendah, masing-

masing 44,49 persen dan 44,89 persen, sedangka rasio ketergantungan Provinsi

Papua sebesar 59,97 persen. Rasio ketergantungan Provinsi Papua masih di atas

tingkat nasional, hal ini karena pada Sensus Penduduk tahun 2010 rasio

ketergantungan tingkat nasional (Indonesia) 51,31 persen.

Gambar 3.Rasio Ketergantungan 29 Kab/Kota di Prov Papua tahun 2010

Sumber data : SP 2010

Rasio ketergantunganpenduduk menurut kabupaten/kota pada tahun 2014

menunjukkan rasio ketergantungan tinggi di Provinsi Papua Kabupaten Asmat dan

Kabupaten Kabupaten Memberamo Raya masing-masing 80,31 persen dan75,35

persen. Sedangkan Kabupaten Jayawijaya dan Kota Jayapura memiliki rasio

ketergantungan rendah, masing-masing 35,90 persen dan 43,28 persen. Jika

dibandingkan rasio ketergantungan tahun 2010 baik yang tertinggi maupun yang

terendah mengalami pergeseran, yang semula tertinggi Kabupaten Supiori,

56,87

45,73

55,66

51,92

67,0664,01

55,94

44,4949,67

59,73

75,1075,66

59,2660,51

56,81

57,00

54,59

65,06

80,32

80,12

70,12

58,70

58,73

51,26

58,16

65,34

55,4861,17

44,89

59,97

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Me

rau

ke

Jaya

wija

ya

Jaya

pu

ra

Nab

ire

Ke

p. Y

apen

War

op

en

Bia

k N

um

for

Pan

iai

Pu

nca

k Ja

ya

Mim

ika

Bo

ven

Dig

oel

Map

pi

Asm

at

Yah

uki

mo

Pe

gun

un

gan

Bin

tan

g

Tolik

ara

Sarm

i

Ke

ero

m

War

op

en

Sup

rio

ri

Me

mb

era

mo

Ray

a

Nd

uga

Lan

ny

Jaya

Me

mb

era

mo

Ten

gah

Yalim

o

Pu

nca

k

Do

giya

i

Inta

n J

aya

Dei

yai

Ko

ta J

ayap

ura

PA

PU

A

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

17

bergesar Kabupaten Asamat, sedangkan tertinggi kedua tetap Kabupaten

Memberamo Raya. Rasio kertergantungan terendah Kabuapten Puncak Jaya

bergesar Kabuapten Jayawijaya. Tetapi urutan tertinggi kedua dan terendah kedua

tidak mengalami pergeseran. Rasio ketergantungan provinsi Papua pada tahun 2014

sebesar 50,45 persen, yang berarti mengalami penurunan jika dibandingkan tahun

2010. Hal ini memberikan gambaran secara bertahap penduduk Papua akan menuju

bonus demografi.

Tabel 5.

Rasio Ketergantungan di Provinsi Papua Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014

NO Kabupaten/Kota Rasio Ketergantungan

1 MERAUKE 53.63

2 JAYAWIJAYA 35.90

3 JAYAPURA 51.91

4 NABIRE 48.35

5 KEP. YAPEN 60.06

6 BIAK NUMFOR 59.02

7 PANIAI 43.41

8 PUNCAK JAYA 48.69

9 MIMIKA 50.29

10 BOVEN DIGOEL 62.17

11 MAPPI 71.86

12 ASMAT 80.31

13 YAHUKIMO 48.68

14 PEG. BINTANG 48.68

15 TOLIKARA 48.68

16 SARMI 57.38

17 KEEROM 51.57

18 WAROPEN 64.96

19 SUPIORI 74.57

20 MAMB. RAYA 75.35

21 NDUGA 48.72

22 LANNY JAYA 48.72

23 MAMB. TENGAH 48.68

24 YALIMO 48.75

25 PUNCAK 51.17

26 DOGIYAI 48.64

27 INTAN JAYA 48.64

28 DEIYAI 48.66

29 JAYAPURA 43.28

PAPUA 50.45

Sumber: BPS Provinsi Papua 2014

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

18

Rasio Jenis Kelamin (sex ratio)

Gambar 4 menunjukan bahwa jumlah penduduk laki-laki di semua kab/kota

di Provinsi Papua lebih banyak dari jumlah penduduk perempuan, hal ini dibuktikan

dengan setiap kabupaten/kota memiliki rasio jenis kelamin di atas 100

perempuan. Besarnya rasio jenis kelamin Provinsi Papua pada tahun 2010 sebesar

113, rasio ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan Indonesia, hasil Sensus

Penduduk tahun 2010 rasio jenis kelamin Indonesia sebesar 101. Jadi kalau di

Papua 113 laki-laki untuk setiap 100 perempuan, sedangkan Indonesia 101 laki-

laki untuk 100 perempuan.

Gambar 4.Rasio jenis kelamin (sex ratio)29 Kab/Kota di Provinsi Papua tahun 2010

Sumber data : SP 2010

Mimika merupakan kabupaten dengan rasio jenis kelamin terbesar, yaitu

130. Tinggingginya rasio jenis kelamin di Kabupaten Mimikaselain faktor alami,

dipengaruhi migrasi masuk ke kabupaten ini lebih banyak dari pada migrasi keluar.

Adanya perusahaan tambang PT Free Port Indonesia yang melakukan

penambangan sumberdaya alam berupa tembaga dan emas membutuhkan banyak

sumber tenaga laki-laki dibanding perempuan, sehingga mempengaruhi migrasi

masuk laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Sedangkan Kabupaten Dogiyai

adalah kabupaten dengan seks rasio terendah, yaitu 102.

111

107114

115

107

107110

118130

120110

111112

117117

124121

114

111113

120

116117

113112

102105

109114

113

0

20

40

60

80

100

120

140

Me

rau

ke

Jaya

wija

ya

Jaya

pu

ra

Nab

ire

Ke

p. Y

apen

War

op

en

Bia

k N

um

for

Pan

iai

Pu

nca

k Ja

ya

Mim

ika

Bo

ven

Dig

oel

Map

pi

Asm

at

Yah

uki

mo

Pe

gun

un

gan

Bin

tan

g

Tolik

ara

Sarm

i

Ke

ero

m

War

op

en

Sup

rio

ri

Me

mb

era

mo

Ray

a

Nd

uga

Lan

ny

Jaya

Me

mb

era

mo

Ten

gah

Yalim

o

Pu

nca

k

Do

giya

i

Inta

n J

aya

Dei

yai

Ko

ta J

ayap

ura

PA

PU

A

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

19

Tabel 6 Rasio Jenis Kelamin di Provinsi Papua

Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014

NO Kabupaten/Kota Rasio Jenis Kelmin

1 MERAUKE 110.34

2 JAYAWIJAYA 102.83

3 JAYAPURA 111.72

4 NABIRE 113.31

5 KEP. YAPEN 105.04

6 BIAK NUMFOR 106.04

7 PANIAI 107.86

8 PUNCAK JAYA 119.43

9 MIMIKA 128.85

10 BOVEN DIGOEL 118.42

11 MAPPI 106.97

12 ASMAT 108.51

13 YAHUKIMO 110.38

14 PEG. BINTANG 113.65

15 TOLIKARA 119.01

16 SARMI 120.21

17 KEEROM 119.24

18 WAROPEN 111.21

19 SUPIORI 109.60

20 MAMB. RAYA 110.25

21 NDUGA 118.51

22 LANNY JAYA 115.40

23 MAMB. TENGAH 114.96

24 YALIMO 112.58

25 PUNCAK 109.18

26 DOGIYAI 100.40

27 INTAN JAYA 101.84

28 DEIYAI 106.03

29 JAYAPURA 111.17

PAPUA 111.75

Sumber: BPS Provinsi Papua 2015

Tabel 6 menunjukkan rasio jenis kelamin Provinsi Papua mengalami trend

penurunan jika dibandingkan tahun 2010. Jika tahun 2010 rasio jenis kellamin

113.maka pada tahun 2014 turun menjadi 111,75. Walaupun rasio jenis kelamin

mengalami penurunan, kabupaten Mimika memiliki rasio jenis kelamin tertinggi di

papua yaitu 128, sedangkan terendah tetap Kabupaten Dogiyai 100,40

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

20

2.1.3 Persebaran Penduduk

Persebaran Penduduk

Dari gambar 5 dapat dilihat persentase persebaran penduduk di Provinsi

Papua. Sebanyak 9 persen penduduk Provinsi Papua bertempat tinggal di Kota

Jayapura yang merupakan persentase terbesar persebaran penduduk di Provinsi

Papua, sedangkan Intan Jaya, Membramo Tengah, Membramo Raya, Supiori,

Waropen, dan Sarmi adalah kabupaten dengan persentase persebaran penduduk

terkecil di Provinsi Papua, yaitu 1 persen.

Gambar 5. Persebaran Penduduk di Provinsi Papuatahun 2010

Sumber data : SP 2010

Tabel 4 menemberikan gambaran adanya perubahan jumlah penduduk

Provinsi Papua. Walaupun demikian jumlah penduduk terbanyak menurut

kabupaten/kota, persentase terbanyak tetap Kota Jayapura 275.694 orang

(8,92 persen), kemudian Merauke 213.484 (6,9 persen), Jayawijaya 204.112

orang (6,6 persen), sedangkan kabupaten yang lainnya jumlahnya lebih kecil

dan beberapa kabuapten jumlahnya kurang dari satu persen.

Merauke7% Jayawijaya

7%

Jayapura4%

Nabire5%

Kep. Yapen Waropen3%

Biak Numfor4%

Paniai5%

Puncak Jaya4%

Mimika6%Boven Digoel

2%Mappi

3%

Asmat3%

Yahukimo6%

Pegunungan Bintang2%

Tolikara4%

Sarmi1%

Keerom2%

Waropen1%

Supriori1%

Memberamo Raya1%

Nduga3%

Lanny Jaya5%

Memberamo Tengah1%

Yalimo2%

Puncak3%

Dogiyai3%

Intan Jaya1%

Deiyai2%

Kota Jayapura9%

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

21

Jumlah Penduduk Perkotaan dan Perdesaan

Gambar 6 Jumlah Penduduk Perkotaan dan Perdesaan 29 Kab/Kota di Prov. Papua tahun 2010

Sumber data : SP 2010

Kota Jayapura memiliki penduduk perkotaan terbesar di Provinsi Papua,

yaitu 233.859 jiwa (91,10 persen), sedangkan penduduk perdesaannya hanya

22.846 jiwa (8,90 persen), kemudian disusul Kabupaten Mimika penduduk

perkotaan 123.425 orang (67,82 persen) dan perdesaan 58576 orang (32,18

persen). Selain kedua kabupaten/Kota ini, kabupaten lainnya jumlah penduduk

perdesaan jumlahnya lebih banyak, seperti di Kabupaten Yahukimo memiliki

penduduk perdesaan terbanyak, yaitu 160.829 orang (97,76 persen), sedangkan

penduduk perkotaannya hanya 3.688 orang (2,24 persen).

86.782

39.44648.887

61.696

37.512

58.700

0 0

123.425

12.5929.136

12.095

3.683 0 06.354

01.048

414 0 0 0 0 0 0 0 0 0

233.859

108.934

156.639

63.05668.197

45.439

68.098

153.432

101.148

58.576

43.192

72.522

64.482

160.829

65.434

114.427

26.617

48.536

23.59115.460

18.365

79.053

148.522

39.53750.763

93.218

84.230

40.490

62.119

22.846

0

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000M

era

uke

Jaya

wija

ya

Jaya

pu

ra

Nab

ire

Ke

pu

lau

an Y

ape

n

Bia

k N

um

for

Pan

iai

Pu

nca

k Ja

ya

Mim

ika

Bo

ven

Dig

oel

Map

pi

Asm

at

Yah

uki

mo

Pe

gun

un

gan

Bin

tan

g

Tolik

ara

Sarm

i

Ke

ero

m

War

op

en

Sup

iori

Mam

ber

amo

Ray

a

Nd

uga

Lan

ny

Jaya

Mam

ber

amo

Ten

gah

Yalim

o

Pu

nca

k

Do

giya

i

Inta

n J

aya

Dei

yai

Ko

ta J

ayap

ura

Perkotaan Perdesaan

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

22

Kepadatan Penduduk

Gambar 7. Kepadatan Penduduk di Provinsi Papua tahun 2010

Sumber data : SP 2010

Kepadatan jumlah penduduk Papua terus meningkat. Pada tahun 2000

kepadatan penduduk Papua 5 orang per Km2, kemudian Sensus Penduduk tahun

2010 meningkat menjadi 9 orang per Km2. Dari 29 kabupaten/kota, jumlah

penduduk terbanyak adalah Kota Jayapura dan juga merupakan kota terpadat di

Provinsi Papua, yaitu 274 orang per Km2. Kabupaten-kabupaten yang lainnya

kepadatan penduduk lebih rendah, dan bahkan Kabupaten Membramo Raya hanya

memiliki kepadatan jumlah penduduk 1 orang per Km2. Atas dasar data tersebut

di Papua terjadi ketimpangan kepadatan penduduk antara Kota Jayapura dengan

kabupaten – kabupaten yang lain di Provinsi Papua.

4

28

10 12

4049

24 208 2 3 2

10 420

2 6 2

23

1

36

66

3141

1220

10

116

274

0

50

100

150

200

250

300

Me

rau

ke

Jaya

wija

ya

Jaya

pu

ra

Nab

ire

Ke

p. Y

apen

War

op

en

Bia

k N

um

for

Pan

iai

Pu

nca

k Ja

ya

Mim

ika

Bo

ven

Dig

oel

Map

pi

Asm

at

Yah

uki

mo

Pe

gun

un

gan

Bin

tan

g

Tolik

ara

Sarm

i

Ke

ero

m

War

op

en

Sup

rio

ri

Me

mb

era

mo

Ray

a

Nd

uga

Lan

ny

Jaya

Me

mb

era

mo

Ten

gah

Yalim

o

Pu

nca

k

Do

giya

i

Inta

n J

aya

Dei

yai

Ko

ta J

ayap

ura

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

23

Tabel 7 Kepadatan Penduduk di Provinsi Papua

Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014

NO Kabupaten/Kota 2014

1 MERAUKE 4.50

2 JAYAWIJAYA 87.56

3 JAYAPURA 8.30

4 NABIRE 30.28

5 KEP. YAPEN 18.23

6 BIAK NUMFOR 10.43

7 PANIAI 7.85

8 PUNCAK JAYA 46.30

9 MIMIKA 86.64

10 BOVEN DIGOEL 2.48

11 MAPPI 3.87

12 ASMAT 3.51

13 YAHUKIMO 11.83

14 PEG. BINTANG 4.82

15 TOLIKARA 20.74

16 SARMI 2.56

17 KEEROM 5.88

18 WAROPEN 5.15

19 SUPIORI 27.26

20 MAMB. RAYA 0.73

21 NDUGA 15.88

22 LANNY JAYA 49.59

23 MAMB. TENGAH 13.41

24 YALIMO 15.74

25 PUNCAK 18.07

26 DOGIYAI 20.08

27 INTAN JAYA 19.27

28 DEIYAI 7.29

29 JAYAPURA 290.09

PAPUA 9.76

Sumber: BPS Provinsi Papua 2014

Tabel 7 meunjukkan kepadatan penduduk Provinsi Papua terus bertambah.

Jika hasil Sensus Penduduk tahun 2010 kepadatan penduduk Papua 9 orang per

Km2, pada tahun 2014 bertambah menjadi 9,76 orang per Km2. Demikian juga Kota

Jaya Pura kepadatan penduduknya meningkat dari 274 orang per Km2, menjadi

290,09 orang per Km2. Kabupaten-kabupaten yang lainnya kepadatan penduduknya

juga bertambah, tetapi kepadatan penduduknya masih jauh lebih rendah dibanding

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

24

Kota Jayapura, dan bahkan Kabupaten Mamberamo Raya kepadatanya masih o,73

jiwa per Km2.

2.2 Fertilitas dan Faktor yang Mempengaruhi

2.2.1 Kecenderungan dan Pola Fertilitas

Seorang perempuan yang secara biologis subur dan merupakan pasangan

usia subur tidak selalu melahirkan anak yang banyak, hal ini karena wanita tersebut

mengatur kelahiran dengan menggunakan alat kontrasepsi atau abstinensi. Karena

itu tinggi rendahnya jumlah kelahiran antara provinsi sata atau atau antara

kabupaten/kota, provinsi satu dengan yang lainnya berbeda beda.

Pengukuran kelahiran lebih kompleks dibanding kematian, hal ini karena

seorang perempuan bisa melahirkan bayi tidak hanya sekali. Pengukuran kelahiran

dari sensus penduduk maupun dari survai, di Indonesia, tingkat fertilitas atau

mortalitas di estimasikan menggunakan metode tidak langsung berdasakan anak

yang dilahirkan hidup dan jumlah anak yang masih hidup. Tetapi dari survai SDKI

2007 disebutkan menghitung fertilitas dihitung secara langsung dari riwayat

kelahiran (SDKI, 2007).

Beberapa ukuran kelahiran yang dibahas yaituangka kelahiran kasar,

kelahiran menurut kelompok umur dan kelahiran total.

Angka Kelahiran Kasar

Jika dilihat dari estimasi angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate) Provinsi

Papua dari hasil SDKI 2012, angka kelahiran kasar (CBR) menunjukkan sebesar

29,4. Angka ini menujukkan di Provinsi Papua setiap 1000 penduduk terdapat

29kelahiran bayi. Angaka kelahiran kasar Provinsi Papua lebih tinggi jika

dibandingkan angka kelahiran kasar Indonesia dari hasil SP tahun 2010 sebesar 17,9

kelahiran per 1000 penduduk. Angka kelahiran kasar di Papua tahun 2015

diproyeksikan menurun menjadi 22,9, sedangkan Indonesia sebesar 19, 2 kelahiran

bayi per 1000 penduduk.

Bila dilihat angka kelahiran kasar di Provinsi Papua menurut kabupaten/kota,

Kabupaten Asmat adalah kabupaten dengan angka kelahiran kasar terbesar yaitu

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

25

32,47per 1000 penduduk, sedangkan Kabupaten Puncak Jaya adalah kabupaten

dengan angka kelahiran kasar terendah yaitu 8,00 kelahiran per 1000 penduduk.

Gambar 8. Estimasi Angka Kelahiran Kasar (CBR)29 Kab/Kota di Prov. Papua tahun 2010

Sumber data : SP 2010

Angak fertilitas menurut kelompok umur

Angaka fertilitas menurut umur(ASFR) menggambarkan kurve, dan mulai

umur 20 – 24 jumlah kelahiran meningkat dan mulai umur 35 – 39 tahun jumlah

kelahiran mulai menurun. Tabel 8 menunjukkan angka kelahiran menurut kelompok

umur, angka tertinggi kelompok umur 20 – 24 tahun sebanyak 193 dan terendah

kelompok umur 45 – 49 sebanyak 26. Untuk lebih jelas kelahiran menurut kelompok

umur lihat gambar 9. Jika dibandingkan dengan SDKI 2012 tidak jauh beda, angka

kelahiran tertinggi juga pada kelompok umur 20-24 tahun.

Kurva angka kelahiran menurut kelompok umur mempunyai pola condong

kekiri, hal ini mengindikasikan bahwa jumlah kelahiran masih tinggi pada kelompok

umur muda. Angka kelahiran menurut kelompok umur yang mayoritas tinggi pada

wanita yang potensial untuk reproduksi, akan mempengaruhi program KB berkaitan

dengan kelahiran. Berkenaan tersebut strategi penundaan usia kawin pada usia

22,33

12,43

22,72

18,89

21,3622,60

9,828,00

23,94

29,26

26,37

32,47

9,00

13,1811,40

24,2122,47

20,57

28,2826,97

21,47

11,42

11,63

10,42

15,13

23,23

12,99

16,14

20,94

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

Me

rau

ke

Jaya

wija

ya

Jaya

pu

ra

Nab

ire

Ke

p. Y

apen

War

op

en

Bia

k N

um

for

Pan

iai

Pu

nca

k Ja

ya

Mim

ika

Bo

ven

Dig

oel

Map

pi

Asm

at

Yah

uki

mo

Pe

gun

un

gan

Bin

tan

g

Tolik

ara

Sarm

i

Ke

ero

m

War

op

en

Sup

rio

ri

Me

mb

era

mo

Ray

a

Nd

uga

Lan

ny

Jaya

Me

mb

era

mo

Ten

gah

Yalim

o

Pu

nca

k

Do

giya

i

Inta

n J

aya

Dei

yai

Ko

ta J

ayap

ura

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

26

remaja dan penggarapan program KB terhadap pasangan usia subur (PUS) pada

kelompok umur 15 – 19, 20 – 24 , dan 25-29 tahun terus diintensifkan guna

mengendalikan kelahiran.

Pada tabel 8 juga tergambaran hasil SDKI 2012 angka kelahiran umum (GFR)

sebesar 123. Artinya menggambarkan banyaknya kelahiran per seribu wanita umur

15 – 49 tahun. Seperti kita ketahui, fertilitas merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk di suatu daerah.

Tabel 8 Angka Fertilitas Menurut Umur

Angkafertilitasmenurutkelompokumurdanfertilitaskumulatif, angkafertilitasumum, danangkakelahirankasar, menurutdaerahtempattinggal, Provinsi Papua 2012

Tempa tinggal Kelompok umur Perkotaan Perdesaan Jumlah 15-19 8 64 51 20-24 118 220 193 25-29 178 130 143 30-34 123 141 136 35-39 115 116 116 40-44 19 54 44 45-49 17 29 26 TFR(15-49) 2.9 3.8 3.5 GFR 102.0 130.0 123.0 CBR 25.9 30.4 29.4

Sumber SDK 2012

51

193

143136

116

44

26

15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49

Gambar 9. Angka kelahiran menurut kelompok Umur

SDKI 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

27

Total Fertility Rate (Angka Fertilitas Total)

Berdasarkan data SDKI tahun 2007 dan 2012, angka Total Fertility Rate

(TFR) di Provinsi Papua naik 0,6 dari 2,9 menjadi 3,5. Menurut proyeksi yang dibuat

Bappenas dkk, TFR Papua tahun 2015 mencapai 2, 59. Angka kelahiran kasar, angka

kelahiran umum, angka kelahiran total antara perdesaan dan perkotaan

menunjukkan di perkotaan lebih rendah. Hal ini tidak terlepas dari tingkat

pendidikan di kota lebih baik, akses informasi berkaitan kelahiran lebih mudah di

peroleh, demikian juga akses pelayanan kesehatan.

Gambar 10. Angka Total Fertilitas Provinsi Papua tahun 2007 & 2012

Sumber data : SDKI 2007 dan 2012

Seperti kita ketahui, fertilitas merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk di suatu daerah. Jika angka

kelahiran tinggi maka jumlah penduduk akan bertambah lebih cepat.

Pertambahan penduduk yang cepat apakah juga pertambahan kebutuhan

pokok sudah seimbang dengan pertambahan penduduk. Jika tidak maka

pertambahan penduduk yang besar dan tidak berkualitas hanya menambah

beban pembangunan. Akhirnya upaya untuk meningkatkan kesejahteraan

penduduk jauh dari harapan.

2,9

3,5

2

2,2

2,4

2,6

2,8

3

3,2

3,4

3,6

2007 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

28

2.2.2 Pola Perkawinan

2.2.2.1 Umur Kawin Pertama Perempuan

Gambar 11 di bawah menunjukan rata-rata umur kawin pertama perempuan 14

kab/kota di Provinsi Papua berdasarkan Mini Survey yang dilakukan BKKBN tahun

2013, menunjukkan Kabupaten Pegunungan Bintang adalah kabupaten dengan usia

kawin pertama perempuan terendah yaitu 16,5 tahun.

Gambar 11.Umur Kawin Pertama Perempuan tahun 2013

Sumber data :Mini survey 2013

Sedangkan kabupaten/kota yang memiliki rata-rata umur kawin pertama

perempuan sesuai anjuran BKKBN yaitu di atas 21 tahun untuk perempuan adalah

Kabupaten Mimika (21,30 tahun), Kabupaten Waropen (21,10 tahun), Kabupaten

Supiori (21,60 tahun), dan Kota Jayapura (21,10 tahun). Atas hasil tersebut

memberikan gambaran masih banyak perempuan di Papua yang kawin umur muda

yaitu di bawah umur 21 tahun. Hal ini akan mempengaruhi jumlah perempuan di

Papua untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kita ketahui

bahwa rata-rata lama sekolah di Papua tahun 2013 baru mencapai 6,87 tahun,

yang berarti masih jauh dari ideal (15 tahun).

19,50

22,70

20,30 19,8020,80 20,70 21,30

20,20

16,50

20,7019,70

21,10 21,60 21,10

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

29

2.2.2.2 Median Usia Kawin Pertama

Berdasarkan hasil SDKI 2007 secara umum perempuan diperkotaan Papua menikah

tiga tahun lebih lambatdibandingkan dengan perempuan di perdesaan (23,3 tahun

dibanding dengan 19,2 tahun). Demikian juga hasil SDKI 2007 menunjukkan umur

kawin pertama meningkat sesuai dengan meningkatnya jenjang pendidikan dan

kesejahteraannya.

Gambar 12. Median UsiaKawin Pertama 14 Kab/Kota di Prov. Papua tahun 2013

Sumber data : Mini survey 2013

Dari hasil Survey Mini tahun 2013 di 14 kabupate/kota, pada gambar

12 memberikan gambaran Kabupaten Pegunungan Bintang adalah

kebupaten dengan median usia kawin pertama terendah yaitu 16 tahun.

Sedangkan Kabupaten Jayawijaya adalah kabupaten dengan median usia

kawin pertama tertinggi di Provinsi Papua, yaitu 22 tahun.

19

22

2019

20 20 2019

16

20 20 2021 21

0

5

10

15

20

25

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

30

2.2.3 Kesertaan ber-KB

2.2.3.1 Pasangan usia subur

Kita ketahui bahwa penduduk yang memiliki resiko hamil adalah perempuan

yang usia reproduktif yaitu umur 15 -49 tahun. Berkenaan tersebut pasangan usia

subur perempuan usianya antara 15 – 49 tahun.

Jumlah Pasangan Usia Subur

Jumlah pasangan usia subur (PUS) menurut hasil pendataan keluarga pada

tahun 2010 sebanyak 283.116, kemudian meningkat menjadi 476.705 pada tahun

2013.Berarti selama empat tahun jumlah pasangan usia subur di Papua bertambah

sebanyak 193.589. Jika dihitung dengan menggunakan rumus geometrik, maka

rata-rata pertumbuhan pasangan subur setiap tahun sebesar 13,91 persen. Hal ini

tidak terlepas dari jumlah penduduk Papua yang terus meningkat jumlahnya, karena

kelahiran dan juga adanya migrasi masuk.

Gambar 13 Jumlah Pasangan UsiaSubur 29 Kabupaten/Kota di Provinsi Papua

Tahun 2010, 2011, 2012, 2013

Sumber data : Profil Hasil Pendataan Keluarga 2010, 2011, 2012, 2013

Jika dilihat menurut kabupaten/kota di Provinsi Papua, jumlah pasangan

subur terbanyak pada tahun 2013 adalah Kabupaten Merauke yaitu sebanyak

49.240 (10,33 persen). Sedangkan kabupaten/kota lainnya jumlahnya lebih

49.240

59.424

24.03620.62018.00523.194

6.93914.056

36.277

10.18116.33113.002

35.975

12.272

24.133

9.94011.7525.2461.95102.138

36.649

9.89413.07218.886

12.2577.62611.326

31.46627.173

36.122

22.93229.152

18.42920.720

2.3541.487

72.132

1043.0641.7834623321.6518.6139.430

2.2952.498321.793216136148224

10.004

350320

34.225

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

Me

rau

ke

Jaya

wija

ya

Jaya

pu

ra

Nab

ire

Ke

p. Y

apen

War

op

en

Bia

k N

um

for

Pan

iai

Pu

nca

k Ja

ya

Mim

ika

Bo

ven

Dig

oel

Map

pi

Asm

at

Yah

uki

mo

Pe

gun

un

gan

Bin

tan

g

Tolik

ara

Sarm

i

Ke

ero

m

War

op

en

Sup

rio

ri

Me

mb

era

mo

Ray

a

Nd

uga

Lan

ny

Jaya

Me

mb

era

mo

Ten

gah

Yalim

o

Pu

nca

k

Do

giya

i

Inta

n J

aya

Dei

yai

Ko

ta J

ayap

ura

Jumlah PUS 2010 Jumlah PUS 2011 Jumlah PUS 2012 Jumlah PUS 2013

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

31

rendah, sedangkan jumlah pasangan usia subur paling sedikit Kabupaten Nduga

yaitu sebanyak 2138 (0,45 persen).

2.2.3.2 Contraceptive Prevalence Rate dan mix kontrasepsi

Penggunaan alat KB atau kontrasepsi dapat mempengaruhi peluang

sesorang perempuan untuk hamil dan penundaan kehamilan, penjarangan

kehamilan dan bahkan menutup kehamilan. Demikian juga pilihan penggunaan

kontrasepsi saat ber KB juga sangat berpengaruh, karena efektifitas kontrasepsi

juga dipengaruhi oleh jenis kontrasepsi, serta perilaku cara penggunaannya.

Distribusi Persentase Wanita Usia Subur Menurut Alat/Cara KB

Gambar 14. Distribusi Persentase Wanita Usia Subur Menurut Alat/Cara KB

Sumber data : Mini Survey 2013

Gambar 14 di atas adalah distribusi persentase wanita usia subur

menurut alat/cara ber-KB. Jika dilihat dari gambar di atas perbedaan antara

persentase wanita PUS yang menggunakan cara modern maupun dengan

semua cara (termasuk tradisional) tidak memiliki perbedaan yang besar,

bahkan di beberapa kabupaten/kota seperti Jayawijaya, Kabupaten. Jayapura,

Biak Numfor, Mimika, Yahukimo, Pegunungan Bintang, Keerom, dan Waropen

66,1

3,0

33,6

51,646,1 46,1

34,3 33,326,5

58,7

44,4

60,0

22,0

56,0

65,6

3,0

33,6

51,045,0 46,1

34,3 33,326,5

50,9 44,4

60,0

21,3

55,1

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

Semua Cara Semua Cara Modern

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

32

jumlah perbandingan yang menggunakan cara modern dan semua cara

adalah sama. Artinya adalah di beberapa kabupaten/kota tadi telah

menggunakan cara modern sebagai metode kontrasepsinya.

Distribusi Persentase Wanita Usia Subur Menurut Metode

Kontrasepsi

Ganbar 15.Distribusi Persentase Wanita Usia Subur menurut metode kontrasepsi 14 Kab/Kota di

Provinsi Papua 2013

Sumber data : Mini Survey 2013

Dilihat dari gambar di atas, penggunaan MKJP tertinggi ada di

Kabupaten Biak Numfor. Jika diperhatikan gambar maka penggunaan MKJP

adalah 23,5 persen yang terdiri dari 0,3 persen IUD, 4,3 persen MOW, 2,8

persen MOP, 16,1 persen Implant. Sedangkan Kabupaten Merauke adalah

kabupaten dengan penggunaan non MKJP terbesar yaitu 21,9 persen, yang

terdiri dari 19,6 persen PIL, 1,7 persen Kondom, 0,3 persen pantang berkala,

0,3 persen jamu. Penggunaan MKJP dapat menurunkan angka DO peserta KB

dan sebaliknya penggunaan non MJPK dapat meningkatkan risiko DO peserta

KB.

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

MKJP IUD/ Spiral MOW MOP

Implat/ Susuk PIL Kondom MAL

Pantang Berkala Sanggama Terputus Jamu/ Pijat Lainnya

Tidak Pakai

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

33

Distribusi Persentase Peserta KB Menurut Tempat dan Cara

Memperoleh Pelayanan KB

Gambar 16 Distribusi Persentase Peserta KB Menurut Tempat dan Cara Memperoleh

Pelayanan KB 14 Kab/Kota di Prov. Papua tahun 2013

Sumber data : Mini Survey 2013

Gambar 16 di atas menunjukan distribusi persentase peserta KB

menurut tempat dan cara memperoleh pelayanan KB di Provinsi Papua

menurut Mini Survey 2013, Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten

Pegunungan Bintang memiliki persentase 100 persen untuk pelayanan KB

melalui jalur pemerintah dan gratis, artinya semua pelayanan KB di kedua

kabupaten tersebut dilayani oleh pemerintah dan gratis. Sedangkan

Kabupaten Yahukimo merupakan kabupaten dengan pelayanan KB jalur

swasta terbesar yaitu 46,2 persen.

0

20

40

60

80

100

120

Pemerintah Gratis Pemerintah Bayar Swasta Gratis Swasta Bayar Lainnya Gratis Lainnya Bayar

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

34

2.2.3.3 Kebutuhan Pelayanan Kontrasepsi Yang Tidak Terpenuhi

Gambar 17. Distribusi Persentase Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) Menurut Unmeet Need 14

Kab/Kota di Prov. Papua 2013

Sumber data : Mini Survey 2013

Gambar 17 di atas menunjukan keinginan ber-KB tapi tidak mendapat

pelayanan (Unmeet Need) di 14 kabupaten/kota berdasarkan Mini Survey

2013. Kabupaten Yahukimo merupakan kabupaten dengan persentase

Unmeet Need untuk penjarangan tertinggi, yaitu 20,5 persen, Kabupaten

Jayawijaya merupakan kabupaten dengan persentase Unmeet Need

pembatasan tertinggi, yaitu 23,8 persen dan juga merupakan kabupaten

Jayawijaya dengan Unmeet Need tertinggi, yaitu 34,8 persen.

5,2

11 10,4

6,6

2,14 5,2

20,518,4

7,84,2 4

18

6,46,9

23,8

9,312,3

15,2

5,3

10,9

2,6

8,26,7

9,78

16

9,612,1

34,8

19,8 18,917,3

9,3

16,1

23,126,5

14,5 13,912

34

16

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Unmet Need Penjarangaan Unmet Need Pembatasan Unmet Need Total

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

35

2.3 Mortalitas dan Faktor Yang Mempengaruhi

2.3.1 Kecenderungan dan Pola Mortalitas

Kebijakan penurunan angka kematian berupa pemberian prioritas pada:

(a) penurunan angka kemtian ibu waktu hamil ; (b) ibu melahirkan; (c) pasca

persalinan ; (d) bayi serta anak ( Undang-Undan RI, no 52, 2009). Angka kematian

bayi, anak dan ibu sangat penting, karena mencerminkan keadaan sosial ekonomi

penduduk. Manusia hidup tidak hanya terpengaruh kebutuhan pokok sandang,

pangan dan papan, tetapi juga kebutuhan lainnya yang pada saat ini juga sudah

menjadi kebutuhan pokok yaitu kesehatan dan pendidikan. Selain itu angka

kematian bayi, anak dan ibu juga untuk mengevaluasi program kesehatan.

Komponen mortalitas kiranya lebih mudah diturunkan melalui usaha-usaha

medis dan non medis karena hal ini tidak berakar dalam sistem nilai budaya. Disini

pada dasarnya setiap keluarga menghendaki setiap kelahiran adalah hidup.

Demikian angka kematian menurun lebih cepat dari pada kelahiran sehingga

pertumbuhan penduduk akibat selisih antara kelahiran dan kematian menjadi tinggi.

Tabel 9 Angka Kematian Bayi Papua

Tahun 1980, 1990, 2000, 2007 dan 2012

Tahun Kematian Bayi

1980*) 105

1990*) 80

2000*) 57

2007** 47

2012** 54

Sumber: *)Sensus Penduduk 1980, 1990 dan 2000

**)SDKI 2007 dan 2012

Dari hasil sensus penduduk Papua, memberikan gambaran angka kematian

bayi di Papua menunjukkan angka penurunan. Estimasi kematian bayi dari hasil

Sensus Penduduk 1980 sebesar 105 per 1000 kelahiran, kemudian tahun 1990

angka kematian bayi turun menjadi 80 per 1000 kelahiran dan hasil Sensus

Penduduk tahun 2000 angka kematian bayi turun lagi menjadi 57 per 1000

kelahiran. Hasil SDKI 2007 angka kematian bayi turun menjadi 47 dan SDKI 2012

naik menjadi 54. Data kematian bayi menunjukkan fluktuasi, hal ini karena adanya

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

36

pengaruh dari luar, dan untuk mengetahui mengapa terjadi kenaikan diperlukan

studi mencari penyebanya.

Angaka kematian anak menurut hasil SDKI tahun 2012 di Papua masih

sebesar 64, angak ini lebih tinggi dari angka Indonesia sebesar 10. Sedangkan

angka kematian balita di Papua juga jauh lebih tinggi dari pada Indonesia ( masing-

masing 115 dan 43), gambar 19 di bawah.

SP1980 SP 1990 SP 2000 SDKI 2007 SDI 2012

IMR 105 80 57 47 54

0

20

40

60

80

100

120

Gambar 18 Angka Kematian Bayi Papua

IMR

Papua Indonesia

Kamatian Bayi 54 34

Kematian Anak 64 10

Kematian Balita 115 43

0

20

40

60

80

100

120

140Gambar 19 Angka Kematian Bayi, Anak dan Balita Hasil SDKI 2012

Kamatian Bayi

Kematian Anak

Kematian Balita

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

37

Angka kematian ibu didefinikan kematian wanita pada waktu hamil atau

selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tampa memandang lama dan tempat

kelahiran, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan

sebab lain misal kecelakaan. Angka kemtian ibu merefleksikan besarnya resiko mati

ibu selama kehamilan dan saat melahirkan. Angka ini secara umum dipengaruhi oleh

kondisi sosial ekonomi seperti gizi dan sanitasi serta pelayanan kesehatan ibu. Angka

sering dinyatakan dengan jumlah kematian maternal per 100.000 kelahiran.

Tabel: 10

Angka Kematian Ibu Papua

Institusi Tahun

1991 2001 2007

BPS (MDGs) 390 362

Dinkes 396

Sumber: BPS, Bagas Susilo, 2012 dalam Suntono

Angka kematian ibu di Papua tahun 1991 sebesar 390, kemudian tahun 2001

sebesar 396 dan tahun 2007 menurun menjadi 362. Menurut MDGs ditargetkan

Indonesia tahun 2025 angka kematian ibu bisa turun menjadi 102 (lihat tabel 10 dan

gambar 20).

228

359

0

50

100

150

200

250

300

350

400

SDKI 2007 SDK 2012

Gambar 20. Angka Kematian Ibu IndonesiaSDKI 2007 dan 2012

MMR

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

38

Angka Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup (AHH) di Provinsi Papua berdasarkan data BPS tahun

2010 terus mengalami kenaikan dari tahun 2002 sampai 2009. AHH di tahun 2002

adalah 65,2 tahun , tahun 2009 naik menjadi 68,2 tahun dan tahun 2013 angka

harapan hidup telah mencapai 69,13 tahun. Angka tersebut menunjukkan angka

harapan hidup penduduk Papua terus mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan

adanya kemajuan terus pembangunan kesehatan, sosial dan ekonomi sehingga

mempengaruhi peningkatan harapan hidup penduduk Papua. Angka harapan hidup

Indonesia tahun 2013 sudah mencapai 70,07 tahun yang berarti selih angka

harapan hidup dengan Papua terpaut 0,94 tahun.

Sumber data :Data BPS tahun 2010, 2013

2.3.2 Penyebab Kematian

Resiko kematian berbeda antara kelompok penduduk satu dengan lainnya,

demikian juga terdapat perbedaan kematian menurut kelompok umur penduduk.

Pola kematian berbeda dengan pola fertilitas, jika fertilitas pola kelahiran berbentuk

kurve, sedangkan kematian berbentuk kurve terbalik atau “U”. Memperhatikan pola

kematian menurut umur tergambarkan bahwa kematian pada umur 0-4 tahun

(balita) angka kematian sangat tinggi, terlebih pada umur kurang dari satu tahun

(bayi). Kemudian menurun angka kematian pada usia dewasa dan meningkat

kembali pada usia tua. Kematian bayi dan anak lebih banyak ditentukan oleh

65,2

67,9 68,1 68,269,13

63

64

65

66

67

68

69

70

Th 2002 Th 2007 Th 2008 Th 2009 Tahun 2013

Gambar 21. Angka Harapan Hidup Papua

Angka Harapan Hidup

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

39

kemampuan orangtua dalam memberikan perawatan dan pemiliharaan bayi dan

anak. Semakin bertambah umurnya kematian bayi dan anak lebih banyak

dipengaruhi oleh faktor eksogen atau lingkungan luar. Sedangkan untuk orang yang

sudah berusia lanjut lebih banyak bertanggung jawab sendiri.

Dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua tahun 2011, jumlah penderita yang

dilaporkan 258.092 jenis penyakit, terbanyak jenis penyakit malaria ( malaria

tropika, malaria teritiana, malaria mix dan malaria klenis) sebanyak 71,18 persen,

kemudian diare termasuk tersangka kolera (24,81 persen), tubercoluse 1,46 persen,

, sedangkan jenis penyakit lainnya jumlah lebih sedikit.

Menurut data dari Profil Kesehatan Provinsi Papua tahun 2012, terdapat

63.956 penderita Diare, 291 penderita Campak, 1174 penderita DBD. Sedangkan

jumlah kematian berdasarkan jenis penyakit yaitu 9 orang meninggal karena

campak dan 8 orang meninggal karena DBD.

Gambar 22JenisPenyakit dan Penyebab Kematian Prov. Papua tahun 2012

Sumber data : Profil Kesehatan Provinsi Papua 2012

2.4 Migrasi

Mobilitas horizontal atau mobilitas geografi adalah gerak (movement)

penduduk yang melintas batas wilayah menuju ke wilayah yang lain dalam periode

waktu tertentu. Batas wilayah umumnya digunakan batas administratif, seperti

provinsi, kabupaten, distrik kelurahan/kampung. Jika dilihat dari niatan untuk

menetap di daerah tujuan, mobilitas penduduk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

mobilitas penduduk permanen atau migrasi dan mobilitas penduduk non-permanen.

0 0

63956

0 0 0 291 9 0 0 0 0 1174 8 0 00

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

Pneumonia DiareTetanus NeonatorumCampak Difteri Flu Burung DBD Leptospirosis

PAPUA

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

40

Jenis jenis migrasi bermacam-macam, pada bagian ini migrasi yang

dipaparkan adalah jenis migrasi neto, risen dan migrasi semasa hidup. Migrasi Risen

adalah migrasi yang tempat tinggal sekarang berbeda dengan tempat tinggal 5 tahun

lalu. Migrasi semasa hidup adalah mereka yang pada waktu pencacahan sensus

bertempat tinggal di daerah yang berbeda dengan daerah tempat kelahirannya.

2.4.1 Migrasi Neto

Tabel 11 Migrasi Masuk dan Migrasi Keluar, Migrasi Neto Tahun 2010

No Kabupaten/Kota Migrasi Masuk

Migrasi Keluar

Angka Migrasi Neto

1 Merauke 8.602 16.025 -43,13

2 Jayawijaya 4.579 5.522 -5,14

3 Jayapura 7.875 19.636 -119,42

4 Nabire 9.554 8.946 5,29

5 Kep. Yapen Waropen 2.891 2.730 2.23

6 Biak Numfor 4.527 5.985 -13,15

7 Paniai 2,081 1.939 1,02

8 Puncak Jaya 5.467 5.999 -0,507

9 Mimika 14.175 6.619 47,50

10 Boven Digoel 5.762 374 113,17

11 Mappi 1.912 940 14,05

12 Asmat 2.353 701 25,90

13 Yahukimo 2.208 1.150 6,98

14 Pegunungan Bintang 852 476 6,67

15 Tolikara 8.58 712 1,39

16 Sarmi 4.146 992 110,31

17 Keerom 2.988 661 54,6

18 Waropen 1.593 627 45,27

19 Supriori 726 120 45,13

20 Memberamo Raya 1.204 173 66,51

21 Nduga 596 378 3,04

22 Lanny Jaya 324 1.121 -5,82

23 Memberamo Tengah 249 350 -2,79

24 Yalimo 840 512 6,98

25 Puncak 4.634 841 45,85

26 Dogiyai 2.882 669 30,40

27 Intan Jaya 338 361 -0,65

28 Deiyai 1.464 1.224 4,47

29 Kota Jayapura 29.515 11.660 77,80

PAPUA 66.562 38.803 11,02

Sumber: BPS, Sensus Penduduk 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

41

Hasil SP 2010 migrasi masuk ke Papua sebesar 66.562 orang dan migrasi

keluar sebanyak 38.803 orang. Atas dasar migrasi masuk dan keluar Papua diperoleh

angka migrasi neto positif sebesar 11,02 per 1000 penduduk. Dari tabel 11

menunjukkan sebanyak 21 kabupaten/kota migrasi positif, sedangkan jumlah migrasi

neto terbesar Kota Jayapura (77,80), sedangkan Kabupaten Memberamo Raya

(66,51), Kabupaten Keerom ( 54,6), 18 kabupaten lainnya migrasi netonya kurang

dari 50.

Sedangkan delapan kabupaten yang migrasi netonya negatif yaitu Kabupaten

Jayapura (119,42), Kabupaten Merauke (-43,13),Kabupaten Biak Numfor (13,15), ,

Kabupaten Lany Jaya (-5,82), Kabupaten Jayawijaya (-5,14), kabupaten Memberamo

Tengah (2,79), Kabupaten Intan Jaya (0,65) dan Kabupaten Puncak Jaya (-0,57).

Tabel 12 menunjukan migrasi risen di Provinsi Papua menurut Sensus

Penduduk 2010 menunjukkan migrasi risenterbanyak adalah Kota Jayapura 29.515

orang (23,57 persen), kemudian Kabupaten Mimika 14.175 orang (11,32 persen,

Kabupaten Nabire 9.554 orang (7,63 persen). Sedangkan migrasi risen paling sedikit

jumlanya adalah Kabupaten Membramo Tengah 249 orang (0,20 persen).

Tingginya migrasi risen ke Kota Jaypura karena Kota Jayapura mempunyai

banyak daya tarik, seperti sebagai pusat pemerintahan Provinsi Papua, pusat

pendidikan, pelayanan kesehatan lebih lengkap, pusat kegiatan ekonomi dan

sebagainya sehingga menarik penduduk dari daerah lain datang ke Kota

jayapura.Sedangkan di Kabupaten Mimika tertinggi kedua migrasi risennya, karena

di Kabupaten ini terdapat kegiatan pertambangan besar yang bayak menyerap

banyak menyerap banyak tenaga kerja dari daerah lain. Gambaran lebih jelasnya

tentang persebaran migrasi risen menurut kabupaten kota dapat dilihat gambar 23.

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

42

Tabel 12 Migrasi Risen Menurut Kabupaten

Tahun 2010

No Kabupaten/Kota Non Migran Migran

1 Merauke 162.674 8.602

2 Jayawijaya 175.119 4.597

3 Jayapura 89.691 7.875

4 Nabire 104.680 9.554

5 Kep. Yapen Waropen 68.369 2.891

6 Biak Numfor 106.018 4.527

7 Paniai 124.368 2.081

8 Puncak Jaya 86.656 5.467

9 Mimika 131.751 14.175

10 Boven Digoel 40.930 5.762

11 Mappi 67.060 1.912

12 Asmat 61.259 2.353

13 Yahukimo 147.803 2.208

14 Pegunungan Bintang 55.559 852

15 Tolikara 104.056 858

16 Sarmi 24.074 4.146

17 Keerom 38.693 2.988

18 Waropen 16.382 1.593

19 Supriori 12.682 726

20 Memberamo Raya 14.298 1.204

21 Nduga 71.171 596

22 Lanny Jaya 136.614 324

23 Memberamo Tengah 35.986 249

24 Yalimo 46.171 840

25 Puncak 78.099 4.634

26 Dogiyai 69.910 2.882

27 Intan Jaya 35.218 338

28 Deiyai 43.092 1.464

29 Kota Jayapura 198.809 29.515

Papua 2.347.192 125.213

Sumber: BPS, Hasil SP 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

43

Gambar 23.Migrasi Risen 29 Kab/Kota di Provinsi Papua tahun 2010

Sumber data : SP 2010

2.4.2 Migrasi Seumur Hidup

Tabel 13 menunjukkan jumlah migrasi semasa hidup di Papua menurut hasil

Sensus Penduduk 2010 sebanyak 600.709 orang 23,42 persen), Kabupaten Mimika

108.973 orang (18,14 persen), Kabupaten Merauke 76.443 orang (12,73 persen),

kabupaten lainnya jumlah migran semasa hidup lebih sedikit, dan bahkan Kabupaten

Memberamo Tengan hanya sebanyak 267 orang (0,04 persen) dati total migran

semasa hidup ke Papua.

162674

175119

89691

104680

68369

106018

124368

86656

131751

40930

6706061259

147803

55559

104056

24074

38693

163821268214298

71171

136614

35986

46171

7809969910

3521843092

198809

86024597 7875 9554 2891 4527

2081 546714175

5762 19122353

2208852 858

4146 2988 1593 7261204 596 324 249 840

4634 2882338

1464

29515

850 411 934 736 931 322

12333

0

13143

919 225 177

1508

0 96 371

1046 3362 190 0 0 0 0 0 0 0

91281070

0

50000

100000

150000

200000

250000

Me

rau

ke

Jaya

wija

ya

Jaya

pu

ra

Nab

ire

Ke

p. Y

apen

War

op

en

Bia

k N

um

for

Pan

iai

Pu

nca

k Ja

ya

Mim

ika

Bo

ven

Dig

oel

Map

pi

Asm

at

Yah

uki

mo

Pe

gun

un

gan

Bin

tan

g

Tolik

ara

Sarm

i

Ke

ero

m

War

op

en

Sup

rio

ri

Me

mb

era

mo

Ray

a

Nd

uga

Lan

ny

Jaya

Me

mb

era

mo

Ten

gah

Yalim

o

Pu

nca

k

Do

giya

i

Inta

n J

aya

Dei

yai

Ko

ta J

ayap

ura

Total Non Migran Total Migran Total Tidak Dinyatakan

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

44

Tabel 13 Migrasi Semasa Hidup

No Kabupaten/Kota Non Migran Migran Total

1 Merauke 118.773 76.943 195.716

2 Jayawijaya 175.804 20.281 196.085

3 Jayapura 76.078 35.865 111.943

4 Nabire 63.450 66.443 129.893

5 Kep. Yapen Waropen

66.619 16.332 82.951

6 Biak Numfor 100.699 26.099 126.798

7 Paniai 147.851 5.581 153.432

8 Puncak Jaya 93.763 7.385 101.148

9 Mimika 73.028 108.973 182.001

10 Boven Digoel 37.727 18.057 55.784

11 Mappi 74.962 6.696 81.658

12 Asmat 69.722 6.855 76.577

13 Yahukimo 161.016 3.496 164.512

14 Pegunungan Bintang 63.097 2.337 65.434

15 Tolikara 113.034 1.393 114.427

16 Sarmi 22.487 10.484 32.971

17 Keerom 22.411 26.125 48.536

18 Waropen 18.958 5.681 24.639

19 Supriori 13.506 2.368 15.874

20 Memberamo Raya 16.892 1.473 18.365

21 Nduga 78.293 760 79.053

22 Lanny Jaya 147.898 624 148.522

23 Memberamo Tengah

39.270 267 39.537

24 Yalimo 49.866 897 50.763

25 Puncak 87.676 5.542 93.218

26 Dogiyai 83.512 718 84.230

27 Intan Jaya 40.152 338 40.490

28 Deiyai 60.128 1.991 62.119

29 Kota Jayapura 116.000 140.705 256.705

Papua 2.232.672 600.709 2.833.381

Sumber: BPS, Hasil SP 2010

Untuk memperoleh gambaran persebaran migran semasa hidup ke Provinsi Papua

dapat dilihat pada gambar 24

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

45

Gambar 24. Migrasi Seumur Hidup 29 Kab/Kota di Provinsi Papua tahun 2010

Sumber data : SP 2010

118773

175804

76078

63450 66619

100699

147851

93763

73028

37727

7496269722

161016

63097

113034

22487 22411 1895813506 16892

78293

147898

3927049866

87676 83512

40152

60128

116000

76943

20281

35865

66443

1633226099

5581 7385

108973

180576696 6855 3496 2337 1393

10484

26125

5681 2368 1473 760 624 267 897 5542 718 338 1991

140705

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

020000400006000080000

100000120000140000160000180000200000

Me

rau

ke

Jaya

wija

ya

Jaya

pu

ra

Nab

ire

Ke

p. Y

apen

War

op

en

Bia

k N

um

for

Pan

iai

Pu

nca

k Ja

ya

Mim

ika

Bo

ven

Dig

oel

Map

pi

Asm

at

Yah

uki

mo

Pe

gun

un

gan

Bin

tan

g

Tolik

ara

Sarm

i

Ke

ero

m

War

op

en

Sup

rio

ri

Me

mb

era

mo

Ray

a

Nd

uga

Lan

ny

Jaya

Me

mb

era

mo

Ten

gah

Yalim

o

Pu

nca

k

Do

giya

i

Inta

n J

aya

Dei

yai

Ko

ta J

ayap

ura

Total Non Migran Total Migran Total Tidak Dinyatakan

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

46

BAB III

PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN

Pembangunan berwawasan kependudukan mengandung dua makna yaitu

:pertama pembangunan berwawasan kependudukan adalah pembangunan yang

disesuaikan dengan potensi dan kondisi penduduk yang ada. Dalam hal ini

penduduk dijadikan titik sentral dalam proses pembangunan. Penduduk harus

dijadikan subyek dan obyek pembangunan. Pembangunan adalah oleh penduduk

dan untuk penduduk. Kedua Pembangunan berwawasan kependudukan adalah

pembangunan sumber daya manusia. Pembangunan lebih menekankan kualitas

sumber daya manusia dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur semata-

mata (Prijono Tjiptoherijanto, 2000).

Pandangan pembangunan berwawasan kependudukan ini telah lama

berkembang, tetapi dalam pelaksanaanya masih mengalami banyak hambatan.

Sudah lama disebutkan tentang pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

pembangunan segenap rakyat Indonesia, penduduk sebagai subyek dan obyek

pembangunan. Sehubungan hal tersebut maka kedepan indiator keberhasilan

ekonomi perlu dirubah dari GNP atau GNP per kapita atau PDRB per kapita menjadi

aspek kesejahteraan. United Nations Development Programme (UNDP)

menggunakan Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index

(HDI),Human Poverty Index (HPI) dan sebagainya.

Lebih lanjut Prijono (2000) mengemukakan strategi pembangunan

berwawasan kependudukan untuk suatu pembangunan ekonomi akan

memperlambat tingkat pertumbuhan ekonomi. Namun pembangunan berwawasan

kependudukan ada suatu jaminan bahwa perkembangan ekonomi yang dicapai

akan lebih berkesinambungan (sustainable). Sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang

tinggi hanya akan membawa pada peningkatan ketimpangan pendapatan.

Industrialisasi dan liberalisasi yang terlalu cepat akan meningkatkan efesiensi dan

produktivitas, tetapi sekaligus meningkatkan jumlah pengangguran dan setengah

pengangguran.

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

47

3.1 Pencapaian Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mulai diperkenalkan UNDP pada

tahun 1990. UNDP (1990) mendefinisikan pembangunan manusia sebagai proses

untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Menurut definisi ini bahwa fokus

pembangunan adalah tujuan akhir dari pembangunan yang merupakan sarana untuk

mencapai tujuan itu. Sebagai paradigma pembangunan yang holistik, maka

pembangunan manusia mencakup program pembangunan yang dirancang harus

bercirikan tentang untuk dan oleh penduduk.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Papua terus mengalami

kenaikan dari tahun 2005 sampai 2013. Di tahun 2005 IPM Provinsi Papua ada di

angka 62,1, tujuh tahun kemudian mengalami kenaikan 4,15 menjadi 66,25.

Berdasarkan kategori indek IPM Papua telah melebihi indeks IPM 66, berarti sudah

mulai masuk ketegori menegah atas. Tetapi secara nasional Papua pada tahun 2013

pencapaian IPM masih peringkat 34 diantara 34 provinsi. Walaupun IPM Papua

terus mengalami kenaikan tetapi indeknya masih di bawah tingkat nasional

(Indonesia) yang telah mencapai 73,81. Walaupun demikian IPM Kota Jayapura

sebagai ibukota Provinsi Papua telah mencapai 77,12. Artinya Kota Jayapura

indeknya telah melampui indek yang dicapai Indonesia.

Sumber: Sumber data : Data BPS 2015 - 2013

62,1

62,75

63,41

6464,53

64,9465,36

65,8666,25

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Gambar 25 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua Tahun 2005 - 2013

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

48

3.2 Pembangunan Gender

Menurut data Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Provinsi Papua, IPG di Provinsi Papua dari tahun 2005 terus mengalami kenaikan

hingga tahun 2011. Tahun 2005 IPG Provinsi Papua tercatat 58,6, sedangkan pada

tahun 2011 IPG Provinsi Papua naik hingga berada di angka 62,69.

Gambar 26 Indeks Pembangunan Gender (IPG) Prov. Papua tahun 2005 – 2011

Sumber data : Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak Prov. Papua

Jika dibandingkan antara laki-laki dan perempuan dalam aktivitasnya dalam

politik maupun di lembaga pemerintah persentasenya masih jauh lebih rendah dari

pada laki-laki. Sebagai gambaran jumlah perempuan yang aktif atau menjadi

anggota DPRD Papua tahun 2004 – 2009 sebesar 16,7 persen, tahun 2009-2014

sebanyak 7,14 persen. Pada lembaga pemerintah pada tahun 2010 yang menduduki

eselon tiga 9,2 presen, dan eselon empat sebanyak 21,7 persen dari jumlah eselon

pada waktu itu.

Hasil SDKI 2012 menunjukan persentase sikap terhadap pemukulan istri

dari semua pria 15 -54 tahun menyetujui tindakan suami memukul istrinya karena

alasan tertentu. Persentase yang setuju dengan paling tidak satu alasan tertentu 41

persen, angka ini jauh lebih tinggi jika dibanding angka Indonesia 17,3 persen.

Demikian juga angka kekerasan yang sebab-sebab lainnya seperti dipukuli karena

gosong memasak (3,1 persen), membantah suami (19,4 persen), pergi tampa pamit

58,6

59,3

61,161,4

61,89 61,98

62,69

56

57

58

59

60

61

62

63

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

49

(31,7 persen), dan menelantarkan anak (31,5) kemudian menolak hubungan intim

(41 persen), untuk lebih jelas lihat tabel 14 dan gambar 27.

Tabel 14

Sikap Terhadap Pemukulan Istri: Pria Persentase dari semua pria umur 15 -54 tahun yang menyetujui tindakan suami

memukul istrinya karena alasan tertentu di Papua dan Indonesia

Tahun 2012 Wialayah Suami dibenarkan memukul istrinya apabila: Jmlah

Gosong dalam memasak

Membantah suami

Pergi tampa pamit

Menelantarkan anak

Menolak berhungan intim

Persentase yang setuju dengan paling tidak

satu alan tertentu

Papua 3,1 19,4 31,7 31,5 9,5 41 120

Indonesia 0,8 3,4 11,8 11,9 3,1 17,3 9.306

Sumber: SDKI, 2012

.

3.3 Penduduk Rentan

Penduduk rentan adalah penduduk yang dalam berbagai matranya tidak

atau kurang kesempatan untukmengembangkan potensinya sebagai akibat

darikeadaan fisik dan/atau non fisiknya (Undang-Undang RI No 52, 2009). Menurut

BPS Provinsi Papua tahun 2010, penduduk rentan kesulitan fungsional meliputi

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

PapuaIndonesia

3,1

0,8

19,4

3,4

31,7

11,8

31,5

11,99,5

3,1

41

17,3

Gambar 27 Sikap Terhadap Pemukulan Istri: Pria Tahun 2012

Gosong dlm memasak

Membantah suami

Pergi tampa pamit

Menelantarkan anak

Menolak berhubungan intim

setuju dengan paling tidaksatu alasan

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

50

kesulitan melihat, kesulitan mendengar, kesulitan berjalan atau naik tangga,

kesulitan mengingat/berkonsentrasi/berkumunikasi, dan kesulitan mengurus diri

sendiri. jumlah Penduduk rentan kesulitan fungsional pada tahun 2010 sebanyak

87.046 orang, dari jumlah ini yang termasuk kategori kesulitan fungsional rigan

sebanyak 48.572 orang (85,15 persen), dan kesulitan fungsional kategori berat

sebanyak 8.474 orang (14,85 persen).

Gambar 28. Penduduk Rentan Karena Kesulitan Fungsional di Provinsi Papua Tahun 2010

Sumberdata : Data Pusat Statistik tahun 2012

Kesulitan fungsional terbanyak di Provinsiadalah kesulitan melihat

23.442 orang (41,06 persen). Dari jumlah ini kesulitan funsional melihat ringan

21.496 orang (91,70 persen), dan kesulitan melihat kategori berat 1.946 orang (8,30

persen). Jumlah penduduk yang termasuk rentan kesulitan berjalan atau naik

tangga jumlahnya paling sedikit (14,52 persen). Gambar 28 menunjukan data

tentang penduduk rentan karena kesulitan fungsional di Provinsi Papua. Dari

gambar tersebut sebagian besar kesulitan fungsional melihat dan jumlah yang

paling sedikit rentan kesulitan fungsional berjalan atau naiktangga.

21496

1946

6588

1278

6591

1690

7009

1751

6888

1809

0

5000

10000

15000

20000

25000

Sedikit Parah Sedikit Parah Sedikit Parah Sedikit Parah Sedikit Parah

Berkomunikasi

Naik Tangga Berkosentrasi/ Diri Sendiri

KesulitanMelihat

KesulitanMendengar

KesulitanBerjalan atau

KesulitanMengingat/

KesulitanMengurus

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

51

3.4 Ketersediaan Pelayanan

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dadar manusia untuk dapat

hidup sehat dan layak, sehingga mereka dapat melakukan kegiatan produktif lainnya

untuk memenuhi kebutuhan hidup yang terus meningkatkan dan kembang. Pada

saat ini ilmu dan teknologi bidang kesehatan terus berkembang dengan pesat untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan semakin baik. Demikian juga jumlah dan

tenaga ahli bidang kesehatan terus bertambah seiring bertambahnya jumlah

penduduk. Tetapi jumlah tenaga kesehatan persebarannya belum merata, satu

daerah jumlah tenaga kesehatan banyak, diderah lain jumlahn tenaga kesehatan

sedikit atau sangat kurang. Dampaknya jika kekurangan tenaga kesehatan maka

pelayanan kesehatan lambat atau tidak dapat dilayanan dengan baik.

Perbandingan jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk dan

persebarannya tenaga kesehtan sangat penting. Jumlah tenga kesehatan yang

cukup, diharapkan pelayanan semakin baik, sehingga kesehatan penduduk semakin

baik, karena penduduk dapat dan mudah memperoleh pelayanan kesehatan.

Pelayanan kesehatan selain dipengaruhi jumlah tenaga kesehatan, faktor-faktor

lainnya yang juga berpengaruh seperti jarak, tarif, pelayanan kesehatan dan juga

persepsi masyarakat tentang sakit.

3.4.1 Kesehatan

Sumber daya manusia (SDM) kesehatan yang dilaporkan adalah tenaga

dokter dan bidan menurut kabupaten/kota di Provinsi Papua. Menurut Profil

Kesehatan Provinsi Papua tahun 2011, jumlah dokter sebanyak 682 orang, dan

jumlah bidan 1.706 orang. Dari jumlah tersebut sebagian besar dokter di Kota

Jayapura 167 orang (24,49 persen), sisanya tersebar di 25 kabupaten, sedangkan

Kabupaten Dogiyai, Intan Jaya dan Deiyai belum ada dokter. Tenaga kesehatan

bidan tersebar di 29 kabupaten/kota, jumlah bidan terbanyak di Kabupaten Merauke

251 orang (14,71 persen).

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

52

Gambar 29 menunjukan rasio SDM kesehatan per 100.000 penduduk di 29

kab/kota di Provinsi Papua. Rasio dokter terbanyak ada di Kota Jayapura(63,30),

kemudian Kabupaten Supiori (54,74), sedangkan kabupaten lainnya rasio dokter

lebih kecil dan bahkan untuk Kabupaten Dogiyai, Intan Jaya dan Deiyai masih nol.

Rasio bidan terbanyak ada di Kabupaten Supiori (164,22), sedangkan 28

kabupaten/kot lebih kecil rasionya, dan yang terkecil Kabupaten Yalimo rasio bidan

baru 15,07.

Gambar 29.Rasio SDM Kesehatan per 100.000 penduduk di 29 Kab/Kota Prov Papua tahun 2011

Sumber data : Profil Kesehatan Provinsi Papua tahun 2011

0

50

100

150

200

250

300

Me

rau

ke

Jaya

wija

ya

Jaya

pu

ra

Nab

ire

Ke

p. Y

apen

War

op

en

Bia

k N

um

for

Pan

iai

Pu

nca

k Ja

ya

Mim

ika

Bo

ven

Dig

oel

Map

pi

Asm

at

Yah

uki

mo

Pe

gun

un

gan

Bin

tan

g

Tolik

ara

Sarm

i

Ke

ero

m

War

op

en

Sup

rio

ri

Me

mb

era

mo

Ray

a

Nd

uga

Lan

ny

Jaya

Me

mb

era

mo

Ten

gah

Yalim

o

Pu

nca

k

Do

giya

i

Inta

n J

aya

Dei

yai

Ko

ta J

ayap

ura

Jumlah Dokter Jumlah Bidan Rasio Dokter Rasio Bidan

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

53

Jumlah Sarana Layanan Kesehatan

Gambar 30. Jumlah Sarana Layanan Kesehatan (Puskesmas & Rumah Sakit) di 29 Kab/Kota Prov.

Papua tahun 2011

Sumber data : Profil Kesehatan Provinsi Papua tahun 2011

Menurut profil kesehatan tahun 2011, jumlah sarana kesehatan Provinsi

Papua yang tersebar di 29 kab/kota, puskemas 334, dan rumah sakit33. Jumlah

puskesmas terbanyak Kabupaten Tolikara (27 buah), dan di Kabupaten Membaramo

Tengah jumlah puskesmas paling sedikit (4 buah). sedangkan Kota Jayapura

merupakan kota dengan jumlah rumah sakit terbanyak (7 buah), dan masih ada

sebanyak 12 kabupaten belum memiliki rumah sakit.

Jumlah Klinik Pelayanan KB

Untuk meningkatkan pelayanan peserta KB, keberadaan klinik KB sangat

penting. Hal ini karena dengan adanya klinik KB dapat meningkatkan pelayanan

pemakaian alat/kontrasepsi modern. Hasil SDKI 2007 menunjukkan sebagian besar

pelayanan KB modern (68 persen) dari pemerintah. Atas dasar tabel 15 menujukkan

jumlah klinik KB sebanyak 363, dari jumlah ini sebanyak 324 (89,26 persen) klinik

KB pemerintah, dan 39 (10,74 persen) klinik KB swasta.Jumlah klinik KB terbanyak

di Kabupaten Biak Numfor (12,67 persen), sedangkan jumlah klinik KB paling sedikit

Kabupaten Memberamo Tengah dan Kabupaten Lany Jaya masing-masing satu klinik

KB. Jumlah klinik KB pemerintah terbanyak di Kabupaten Biak Numfor (10,19

17

12

1720

10

1714

8

13

17

11 11

1815

27

68

10

58 8

10

4 58 8

69

12

42 1 1 1

31 2

41 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

7

0

5

10

15

20

25

30

Me

rau

ke

Jaya

wija

ya

Jaya

pu

ra

Nab

ire

Ke

p. Y

apen

War

op

en

Bia

k N

um

for

Pan

iai

Pu

nca

k Ja

ya

Mim

ika

Bo

ven

Dig

oel

Map

pi

Asm

at

Yah

uki

mo

Pe

gun

un

gan

Bin

tan

g

Tolik

ara

Sarm

i

Ke

ero

m

War

op

en

Sup

rio

ri

Me

mb

era

mo

Ray

a

Nd

uga

Lan

ny

Jaya

Me

mb

era

mo

Ten

gah

Yalim

o

Pu

nca

k

Do

giya

i

Inta

n J

aya

Dei

yai

Ko

ta J

ayap

ura

Puskesmas Rumah Sakit

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

54

persen), sedangkan klinik KB swasta terbanyak di Kabupaten Biak Numfor dan

Mimika masing-masing 33,33 persen. Untuk memperoleh gambaran jumlah dan

persebaran klinik KB di Provinsi Papua dapat dilihat gambar 31.

Tabel15

Jumlah Klinik Pelayanan KB di Provinsi Papua Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2013

No Kabupaten/Kota

Klinik KB Klinik KB Swasta

Jumlah Pemerintah

1 Merauke 18 0 18

2 Jayawijaya 13 0 13

3 Jayapura 23 1 24

4 Nabire 22 1 23

5 Kep. Yapen Waropen 25 1 26

6 Biak Numfor 33 13 46

7 Paniai 6 0 6

8 Puncak Jaya 8 1 9

9 Mimika 16 13 29

10 Boven Digoel 18 0 18

11 Mappi 12 0 12

12 Asmat 9 0 9

13 Yahukimo 12 1 13

14 Pegunungan Bintang 5 0 5

15 Tolikara 3 0 3

16 Sarmi 6 0 6

17 Keerom 10 1 11

18 Waropen 21 2 23

19 Supriori 7 0 7

20 Memberamo Raya 3 0 3

21 Nduga 4 0 4

22 Lanny Jaya 1 0 1

23 Memberamo Tengah 1 0 1

24 Yalimo 2 0 2

25 Puncak 8 0 8

26 Dogiyai 10 0 10

27 Intan Jaya 4 0 4

28 Deiyai 3 0 3

29 Kota Jayapura 21 5 26

PAPUA 324 39 363

Sumber data : Laporan Pelayanan Kontrasepsi, BKKBN Keterangan : Data sampai dengan bulan terakhir

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

55

Gambar 31.Jumlah Klinik Pelayanan KB di 29 Kab/Kota Provinsi Papua Tahun 2013

Sumber data : Laporan Pelayanan Kontrasepsi, BKKBN

3.4.2 Pelayanan Pendidikan

Sarana Pendidikan

Gambar 32 menunjukan jumlah sarana pendidikan (sekolah) menurut BPS

tahun 2011 dan 2012. Jumlah TK di tahun 2012 mengalami penambahan 31 TK dari

tahun sebelumnya menjadi 442, jumlah SD di tahun 2012 mengalami penambahan

45 SD menjadi 2179, jumlah SMP di tahun 2012 mengalami penambahan16 SMP

dari tahun sebelumnya, menjadi 495.

Berbeda dengan sarana pendidikan yang lain, Sekolah Menengah Atas

(SMA) di Provinsi Papua mengalami penurunan jumlah dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Di tahun 2011 jumlah SMA sebanyak 170 sekolah,sedangkan di tahun

2012 jumlah SMA sebanyak 162. Jika dilihat menurut Kabupaten/Kota, jumlah TK,

SD, SMP terbanyak di Kabupaten Merauke masing-masing (16,06 persen, 8,17

persen, 9,90 persen), sedangkan SMA terbanyak di Kota Jayapura 20 sekolah

(12,35 persen).

0

5

10

15

20

25

30

35

Me

rau

ke

Jaya

wija

ya

Jaya

pu

ra

Nab

ire

Ke

p. Y

apen

War

op

en

Bia

k N

um

for

Pan

iai

Pu

nca

k Ja

ya

Mim

ika

Bo

ven

Dig

oel

Map

pi

Asm

at

Yah

uki

mo

Pe

gun

un

gan

Bin

tan

g

Tolik

ara

Sarm

i

Ke

ero

m

War

op

en

Sup

rio

ri

Me

mb

era

mo

Ray

a

Nd

uga

Lan

ny

Jaya

Me

mb

era

mo

Ten

gah

Yalim

o

Pu

nca

k

Do

giya

i

Inta

n J

aya

Dei

yai

Ko

ta J

ayap

ura

Klinik KB Pemerintah Klinik KB Swasta

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

56

Gambar 32.Jumlah Sarana Pendidikan (Sekolah) di Provinsi Papua tahun 2011 & 2012

Sumber data : Data BPS, 2012

Tenaga Pengajar

Gambar 33. Jumlah Tanaga Guru di Provinsi Papua Tahun 2011 & 2012

Sumber data : Data BPS 2012

Gambar 33 menunjukan jumlah tenaga pendidikan (guru) tahun 2011 dan

2012. Jumlah guru TK di tahun 2012 mengalami penurunan sebanyak 181 guru TK

dari tahun sebelumnya, sehingga jumlah tinggal 1221, jumlah guru SD di tahun

411

2134

479

170

442

2179

495

162

0

500

1000

1500

2000

2500

Pertama Atas Pertama Atas

Dasar Menengah Menengah Dasar Menengah Menengah

TK Sekolah Sekolah Sekolah TK Sekolah Sekolah Sekolah

Jenis Sekolah 2010/2011 Jenis Sekolah 2012/2013

1221

12665

4429

2387

1040

12424

4517

2651

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

Pertama Atas Pertama Atas

Dasar Menengah Menengah Dasar Menengah Menengah

TK Sekolah Sekolah Sekolah TK Sekolah Sekolah Sekolah

Jenis Sekolah 2010/2011 Jenis Sekolah 2012/2013

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

57

2012 mengalami penurunan 241 guru SD dari tahun sebelumnya sehingga

jumlahnya menjadi 12.665, jumlah guru SMP di tahun 2012 mengalami

penambahan 88 guru SMP dari tahun sebelumnya, sehingga menjadi 4429, dan

guru Sekolah Menengah Atas di Provinsi Papua mengalami penambahan jumlah

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Di tahun 2011 jumlah guru SMA sebanyak

2.387 sekolah, kemudian tahun 2012 jumlah guru SMA meningkat menjadi 2.651

orang.

3.5 Pendidikan

3.5.1 Angka Melek Huruf

Jumlah penduduk Provinsi Papua umur 15 tahun ke atas pada tahun 2010

yang melek huruf sebanyak 1.201707 orang, terdiri dari laki-laki sebanyak 664.346

orang (55,28 persen), dan perempuan sebanyak 537.361 orang (44,72 persen).

Kemudian pada tahun 2012 penduduk usia 15 tahun ke atas yang melek huruf

bertambah menjadi 1.284.421 orang, terdiri dari laki-laki 741.060 orang (57,70

persen) dan perempuan 543.361 orang (42,30 persen). Atas dasar jumlah penduduk

melek huruf tahun 2010 dan 2012, maka angka pertumbuhan penduduk melek huruf

di Papua antara tahun 2010-2012 sebesar 3,38 persen (Dinas Pendidkan Provinsi

Papua, 2010-2012)

Gambar 34. Angka Melek Huruf di 29 Kab/Kota Provinsi Papua tahun 2010-2012

Sumber data : Buku Publikasi Dinas Pendidikan Prov. Papua tahun 2010, 2011 & 2012

020.00040.00060.00080.000

100.000120.000140.000160.000180.000200.000

Me

rau

ke

Jaya

wija

ya

Jaya

pu

ra

Nab

ire

Ke

p. Y

apen

War

op

en

Bia

k N

um

for

Pan

iai

Pu

nca

k Ja

ya

Mim

ika

Bo

ven

Dig

oel

Map

pi

Asm

at

Yah

uki

mo

Pe

gun

un

gan

Bin

tan

g

Tolik

ara

Sarm

i

Ke

ero

m

War

op

en

Sup

rio

ri

Me

mb

era

mo

Ray

a

Nd

uga

Lan

ny

Jaya

Me

mb

era

mo

Ten

gah

Yalim

o

Pu

nca

k

Do

giya

i

Inta

n J

aya

Dei

yai

Ko

ta J

ayap

ura

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

58

Dilihat dai gambar di atas secara keseluruhan angka melek huruf di 29

kabupaten/kota di Provinsi Papua mengalami kenaikan, namun ada beberapa

kabupaten/kota yang mengalami penurunan angka melek huruf seperti

Kabupaten Asmat, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Nduga,

Kabupaten Lanny Jaya, Membramo Tengah dan Kabupaten Yalimo. Jumlah

penduduk melek huruf tertinggi dan terbanyak diantara 29 kabupaten/kota

adalah Kota Jayapura, hal ini sesui dengan jumlah penduduk terbanyak

diantara 29 kabupaten/kota adalah Kota Jayapura. Maka jumlah penduduk

melek huruf terbanyak di Kota Jayapura, tahun 2012 sebanyak 186.580

orang (14,53 persen).

3.5.2 Penduduk Umur 15 Tahun Ke Atas Menurut Ijazah/STTB Tertinggi

YangDimiliki

Berdasarkan publikasi Dinas Pendidikan Provinsi Papua pada tahun 2012,

penduduk umur 15 tahun ke atas yang tersebar di 29 kabupaten/kota sebanyak 16

kabupaten, 50 persen lebih penduduknya tidak memiliki ijazah. Kabupaten

kabupaten tersebut yaitu Jayawijaya, Paniai, Puncak Jaya, Mappi, Asmat, Yahukimo,

Pegunungan Bintang, Tolikara, Memberamo Raya, Nduga, Lany Jaya, Memberamo

Tengah, Yahukimo, Puncak, Intan Jaya dan Deiyai lebih dari 50 persen penduduknya

yang berusia 15 tahun ke atas tidak memiliki ijazah.

Dari data tersebut di Provinsi Papua masih banyak penduduk penduduk

umur 15 tahun ke atas tidak memiliki ijazah. Kabupaten Nduga adalah kabupaten

dengan persentase terbanyak penduduk yang tidak memiliki ijazah, yaitu 94,78

persen. Sedangkan Kota Jayapura merupakan kota dengan persentase penduduk

dengan ijazah S1/S2/S3 terbanyak, yaitu 9,84 persen (lihat gambar 35).

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

59

Gambar 35.Penduduk Umur 15 Tahun Ke Atas Menurut Ijazah/STTB Tertinggi Yang Dimiliki

di29 Kabupaten/Kota Provinsi PapuaTahun 2012

Sumber data : Buku Publikasi Dinas Pendidikan Prov. Papua 2012

3.5.3 Angka PartisipasiSekolah

Diagram 36. Angka Partisipasi Sekolah (APS) di 29 Kab/Kota Prov. Papua tahun 2012

Sumber data : Buku Publikasi Dinas Pendidikan Prov. Papua tahun 2012

Dari gambar 36 menunjukan Angka Partisipasi Sekolah (APS) di 29

kabupaten/kota di Provinsin Papua tahun 2012. Terlihat secara keseluruhan angka

partisipasi sekolah di semua kabupaten usia 7-12 tinggi. Usia 7-12 tahun

merupakan usia pendidikan sekolah dasar, dengan demikian penduduk usia tersebut

mengikuti pendidikan SD. Pada usia 19-24 tahun merupakan usia penduduk

0102030405060708090

100

Me

rau

ke

Jaya

wija

ya

Jaya

pu

ra

Nab

ire

Ke

p. Y

apen

War

op

en

Bia

k N

um

for

Pan

iai

Pu

nca

k Ja

ya

Mim

ika

Bo

ven

Dig

oel

Map

pi

Asm

at

Yah

uki

mo

Pe

gun

un

gan

Bin

tan

g

Tolik

ara

Sarm

i

Ke

ero

m

War

op

en

Sup

rio

ri

Me

mb

era

mo

Ray

a

Nd

uga

Lan

ny

Jaya

Me

mb

era

mo

Ten

gah

Yalim

o

Pu

nca

k

Do

giya

i

Inta

n J

aya

Dei

yai

kota

Jay

apu

ra

Tidak Mempunyai Ijazah SD/MI SLTP/MTs SMU/MA Diploma I-III Universitas/ S1-S3

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

Me

rau

ke

Jaya

wija

ya

Jaya

pu

ra

Nab

ire

Ke

p. Y

apen

War

op

en

Bia

k N

um

for

Pan

iai

Pu

nca

k Ja

ya

Mim

ika

Bo

ven

Dig

oel

Map

pi

Asm

at

Yah

uki

mo

Pe

gun

un

gan

Bin

tan

g

Tolik

ara

Sarm

i

Ke

ero

m

War

op

en

Sup

rio

ri

Me

mb

era

mo

Ray

a

Nd

uga

Lan

ny

Jaya

Me

mb

era

mo

Ten

gah

Yalim

o

Pu

nca

k

Do

giya

i

Inta

n J

aya

Dei

yai

Ko

ta J

ayap

ura

7 - 12 13-15 16-18 19-24

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

60

mengikuti pendidikan di perguruan tinggi, maka di Kota Jayapura tertinggi, hal ini

karena Kota Jayapura pusat pendidikan, banyak perguruan tinggi baik negeri

maupun swasta. Karena itu menjadi penarik mahasiswa dari luar Kota Jayapura

datang dan kuliah di Kota Jayapura. Sedangkan pada usiapenduduk 13-15 dan 16-

18 APS-nya relatif rendah.

3.5.4 Angka Partisipasi Murni

Gambar 37.Angka Partisipas Murni (APM) di 29 Kab/Kota Provinsi Papua Tahun 2012

Sumber data : Buku Publikasi Dinas Pendidikan Prov. Papua tahun 2012

Gambar 37 menunjukkan Angka Partisipasi Murni menurut Dinas

Pendidikan Provinsi Papua tahun 2012. Secara keseluruhan terlihat bahwa

APM tertinggi ada di jenjang Sekolah Dasar, sedangkan di jenjang SMP dan

SMA mengalami penurunan. Angka ini terkait dengan rata-rata lama sekolah

di Provinsi Papua, yaitubaru 6,69 tahun, artinya banyak anak-anak yang tidak

melanjutkan pendidikan setelah lulus dari Sekolah Dasar. Dengan demikian

wajib belajar sembilan tahun di Provinsi Papua masih belum bisa tercapai.

Karena itu perlunya peningkatan sosialisasi pentingnya pendidikan untuk

meningkatkan kualitas penduduk. Selain itu peningkatan bantuan biaya atau

pembebasan biaya pendidik dasar sangat penting, dan dilanjutkan

peningkatan bantuan ke jenjang pendidikan menengah atas.

32.689

21.04219.256

21.850

16.038

22.640

12.272

4.629

32.663

10.888

19.225

15.814

22.772

8.951

16.057

6.770

9.390

4.5843.666

6.448

3.286

14.169

5.119

9.566

4.058

13.949

4.880

9.764

33.710

10.183

6.4817.774

6.8505.509

8.095

2.9111.059

8.353

2.2073.645

1.5183.233

1.4652.523 1.885 2.564

1.378 1.219 1.466361

6.309

7802.155

3881.812

6722.124

13.959

8.1696.494 6.049

7.558

4.4346.399

1.388 828

5.838

1.356 1.501370 934 718 898 988 1.733

741 809 382 451.531

201 467 340 193 63 858

13.861

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

Me

rau

ke

Jaya

wija

ya

Jaya

pu

ra

Nab

ire

Ke

p. Y

apen

War

op

en

Bia

k N

um

for

Pan

iai

Pu

nca

k Ja

ya

Mim

ika

Bo

ven

Dig

oel

Map

pi

Asm

at

Yah

uki

mo

Pe

gun

un

gan

Bin

tan

g

Tolik

ara

Sarm

i

Ke

ero

m

War

op

en

Sup

rio

ri

Me

mb

era

mo

Ray

a

Nd

uga

Lan

ny

Jaya

Me

mb

era

mo

Ten

gah

Yalim

o

Pu

nca

k

Do

giya

i

Inta

n J

aya

Dei

yai

Ko

ta J

ayap

ura

SD SMP SMU

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

61

3.6 Ketenagakerjaan

Dalam istilah ketenagakerjaan penduduk dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

penduduk Usia Kerja dan Bukan Usia Kerja. Konsep dan definisi yang digunakan

BPS, maupun International Labor Organization (ILO) dan sebagian besar negara

lainnya, membatasi penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun

keatas. Penduduk berusia di bawah 15 tahun digolongkan sebagai penduduk bukan

usia kerja.

Penduduk usia kerja dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu angkatan kerja

dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja mewakili penduduk yang aktif secara

ekonomi, yang termasuk kelompok ini adalah penduduk yang bekerja dan

pengangguran. Sedangkan kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk

yang sekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya.

Konsep ini mengandung kelemahan, karena keadaan sosial budaya yang ada

di Indonesia dan Papua khususnya masih jauh dari kondisi ideal, dimana masih

banyak ditemukan adanya pekerja anak (berusia di bawah 15 tahun). Meskipun

mereka aktif secara ekonomi, namun mereka tidak digolongkan sebagai angkatan

kerja karena mereka tidak termasuk penduduk usia kerja. Hal tersebut sesuai

dengan kaidah statistik yaitu untuk menjaga keterbandingan data. Pembahasan

ketenagakerjaan pada laporan ini meliputi tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)

dan tingkat pengangguran terbuka.

3.6.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengindikasikan besarnya

penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu wilayah. TPAK diukur

sebagai persentase jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja.

Bila ditilik menurut jenis kelamin, TPAK laki-laki jauh lebih besar dibanding

perempuan. TPAK laki-laki Provinsi Papua tahun 2010 adalah 88,56 persen

sementara TPAK perempuan adalah 72,72 persen. Secara keseluruhan TPAK Papua

adalah 80,99 persen. Selain karena kewajiban mencari nafkah ada di pihak laki-laki

juga disebabkan jumlah penduduk laki-laki di Papua lebih banyak dibanding

perempuan.

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

62

Tabel 16 TPAK Penduduk Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin

di Provinsi Papua Tahun 2010

Kabupaten/Kota

TPAK

TPAK Kab/Kota Laki-Laki

Perempuan

(1) (2) (3) (4)

Merauke 83.68 50.77 68.09

Jayawijaya 97.81 96.46 97.14

Jayapura 82.18 64.85 74.06

Nabire 83.11 69.26 76.68

Kep. Yapen 84.33 61.75 73.25

Biak Numfor 70.89 42.73 57.19

Paniai 88.14 92.66 90.36

Puncak jaya 94.2 82.54 88.66

Mimika 83.81 26.07 56.93

Boven Digoel 89.9 75.06 83.35

Mappi 87.28 72.09 79.92

Asmat 94.38 74.58 84.86

Yahukimo 98.96 98.62 98.8

Peg. Bintang 93.77 92.82 93.33

Tolikara 94.4 92.6 93.55

Sarmi 80.29 48.43 66.13

Keerom 87.1 58.74 74.2

Waropen 83.99 45.65 65.82

Supiori 77.13 47.02 62.92

Mamberamo Raya 76.49 49.57 63.35

Nduga 99.09 98.5 98.81

Lanny Jaya 98.96 97.11 98.08

Mamberamo Tengah 97.19 97.85 97.51

Yalimo 96.05 98.83 97.37

Puncak 96.53 81.18 89.12

Dogiyai 92.31 89.13 90.69

Intan Jaya 84.01 62.4 73.39

Deiyai 80.22 90.24 85.18

Kota Jayapura 80.43 47.58 65.15

PAPUA 88.56 72.72 80.99

Sumber: Sakernas Agustus 2010

Dari seluruh kabupaten/kota di Papua, yang memiliki angka TPAK terbesar

adalah kabupaten Nduga dan terendah kabupaten Biak Numfor. Umumnya

kabupaten di wilayah pegunungan memiliki TPAK yang tinggi sedangkan kabupaten

yang lebih maju memiliki TPAK yang lebih rendah. Salah satu penyebabnya adalah

semakin tingginya partisipasi sekolah di daerah maju.

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

63

Tabel 17

Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama

2012-2013

No Jenis Kegiatan Utama Tahun

2012 2013

1 Angakatan Kerja 1,585,434 1,688,876

a. Bekerja 1,527,933 1,634,332

b. Penganggur 57,501 54,544

2 Bukan Angakatan nKerja (sekolah,

mengurus rumah tangga dan lainnya

423,711 476,194

Jumlah 2.009.145 2.165.070

Tingkat Partisipasi Angkatan nKerja (TPAK) persen

78,91 78.01

Tingkat PenganggurannTerbuka 3,63 3,23

Sumber: BPS Provinsi Papua, 2014

Tabel 17 menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia produktif 15 tahun ke

atas tahun 2012 sebanyak 2.009.145 orang kemudian bertambah menjadi

2.165.070 orang pada tahun 2013. Demikian juga jumlah angkatan kerja naik dari

1.585.434 orang pada tahun 2012 menjadi 1.634.332 orang pada tahun 2013.

Karena jumlah penduduk usia kerja mengalami perubahan, demikian juga jumlah

angkatan kerja maka TPAK tahun 2012 sebesar 78,91 turun menjadi 78,01, berati

terjadi penurunan TPAK sebesar 0,90.

Semakin baik tingkat pendidikan diharapkan semakin meningkatkan TPAK,

demikian juga semakin meningkatnya kesadaran tentang gender maka TPAK

perempuan juga meningkat. Pada tahun 2010 TPAK Provinsi Papua sebesar 80,99

persen. Pada tahun 2015 TPAK diproyeksikan naik menjadi sebesar 83,44 persen

(Pusat Tenaga Kerja, 2011).

3.6.2 Penduduk yang Bekerja

Bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau

membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya berkerja

paling sedikit 1 jam secara terus menerus dalam satu minggu yang lalu. Hasil

Sakernas Agustus 2010 penduduk bekerja di Provinsi Papua sebanyak 1.456.545

orang. Dari jumlah tersebut sebagian besar penduduk Provinsi Papua bekerja di

sektor pertanian (77,85 persen).

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

64

Pada Agustus tahun 2013 jumlah penduduk yang bekerja di Provinsi Papua

bertambah menjadi 1.634.332 orang. Bertambahnya jumlah penduduk yang bekerja

karena jumlah penduduk usia kerja dan angkatan kerja bertambah. Jika dihitung

antara tahun 2010 – 2013 laju pertumbuhan penduduk yang bekerja sebesar 3,91

persen per tahun.

Tabel 18 menunjukkan pada tahun 2013 sebagian besar penduduk Provinsi

Papua masih bekerja di sektor pertanian (72,90 persen). Jika dibandingkan

penduduk yang bekerja di sektor pertanian tahun 2010 dengan tahun 2013 maka

terjadi penurunan persentasenya sebesar 4,95 persen, tetapi di sektor lainnya ada

pertambahan persentase. Lapangan usaha atau sektor menyerap teaega kerja

berikutnya yaitu sektor jasa-jasa (10,11 persen), sektor perdagangan, hotel dan

restoran (7,27 persen), sedangkan sektor lainnya persentasenya lebih kecil.

Tabel 18 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja

menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin Provinsi Papua

Tahun 2013 Lapangan Usaha Laki-laki Perempuan Laki-laki +

Perempuan

01.Pertanian 02.Pertambangan dan Penggalian

03.Industri dan Pengolahan 04.Listrik, Gas dan Air Bersih 05.Bangunan

06.Perdagangan, Hotel dan Restoran 07.Pengangkutan dan Komunikasi

08.Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 09.Jasa-jasa

650.514 23.733

18.156 1.167 33.222

54.478 54.918

12.621 113.314

540.842 1.973

4.282 77

1.440

64.090 993

6.338 51.904

1.191.356 25.706

22.438 1.244 34.662

118.838 55.911

18.959 165.218

Jumlah 962.393 671.939 1.634.332

Sumber: BPS Provinsi Papua, Papua Dalam Angka 2014

3.6.3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Menurut Pusat Perencanaan Tenaga Kerja yang dimaksud penganggur

terbuka adalah mereka yang mencari pekerjaan, yang mempersiapkan usaha, yang

tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan

dan yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Tabel 17

menunjukkan tahun 2012 jumlah angkatan kerja sebanyak 1.585.434 dan jumlah

penganggur 57.501 orang. Maka tingkat pengangguran terbuka Provinsi Papua

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

65

tahun 2012 sebesar 3,63 persen. Pada tahun 2013 jumlah angkatan kerja di Provinsi

Papua bertambah menjadi 1.688.876, sedangkan jumlah penganggur menurun

menjadi 54.544 orang, maka tingkat pengangguran terbuka turun menjadi 3,23

persen pada tahun 2013.

Perkiraan tingkat pengangguran terbuka menurut jens kelamin perempuan

lebih tinggi dari pada laki-laki. Hal ini tidak terlepas bahwa laki- laki bisa masuk pada

kesempatan kerja apapun, dimanapun, sedang perempuan memiliki berbagai

keterbatasan, apalagi perempuan bukan sebagai kepala rumah tangga yang harus

bertanggung jawab mencari nafkah, tetapi lebih bersifat membantu keapala rumah

tangga. Tabel 19 menunjukkan perkiraan tingkat penganggur terbuka di Provinsi

Papua. Pada tahun 2012 tingkat penganggur terbuka sebesar 4,05 persen, laki-laki

sebesar 3,82 persen dan perempuan 4,36 persen. Diperkirakan terjadi kenaikan

tingkat penganggur walapun persentasenya kecil. Pada pada tahun 2016

diperkirakan tingkat penganggur meningkat menjadi 4,84 persen, yang terdiri laki-

laki sebanyak 4,21 persen dan perempuan naik menjadi 5,75 persen.

Tabel 19

Perkiraan Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin

Provinsi Papua, Tahun 2012 - 2016

Jenis Kelamin 2012 2013 2014 2015 2016

Laki-laki 3.82 3.96 4.05 4.14 4.21

Perempuan 4.36 4.76 5.10 5.43 5.75

Jumlah 4.05 4.30 4.49 4.68 4.84

Sumber: Pusat Perencanaan Tenaga Kerja RI, 2011

3.7 Perekonomian

3.7.1 PDRB Provinsi Papua

Produk Domistik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Papua atas dasar harga

berlaku menurut Lapangan Usaha pada tahun 2011 sebesar Rp 76.501,34

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

66

milyar, meningkat menjadi Rp 77.396,09 milyar pada tahun 2013, kemudian

meningkat lagi menjadi Rp 93.136,60 milyar, berarti terdapat peningkatan nilai

tambah dari tahun 2011 – 2013 sebesar 21,75 persen. Nilai Tambah Bruto

(NTB) terbesar disumbangkan oleh sektor pertambangan dan penggalian

sebesar Rp 5.200,24 milyar. Walaupun PDRB sektor pertambangan jauh lebih

besar dibanding sektor lainnya, tetapi jumlah tenaga kerja sangat sedikit

dibandingkan dengan seluruh sektor perekonomian.

Meskipun sebagian besar (72,90 persen) penduduk Provinsi Papua

bekerja di sektor pertanian tetapi PDRB di sektor ini hanya Rp 11.170,55 milyar

(11,99 persen). Urutan ketiga kontribusi terhadap PDRB Provinsi Papua adalah

sektor bangunan yaitu Rp 11.080,66 milyar (11,90 persen), sektor lainnya lebih

kecil, lihat tabel 20

Tabel 20 PDRB Provinsi Papua Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2011-2013 (Milyar Rp). Lapangan Usaha 2011 2012* 2013**

01.Pertanian

1. Tanaman Bahan Makanan 2. Tanaman Perkebunan

3. Peternakan 4. Kehutanan 5. Perikanan

02.Pertambangan dan Penggalian 03.Industri dan Pengolahan 04.Listrik, Gas dan Air Bersih

05.Bangunan 06.Perdagangan, Hotel dan Restoran

07.Pengangkutan dan Komunikasi 08.Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

09.Jasa-jasa

8.963,15

4.035,25 429,91

548,75 1.162,01 2.274,23

40.249,05 1.389,92 129,43

8.104,25 4.538,79 4.397,80

2.092,98 6.635,96

9.932,67

4.353,18 578,34

639,28 1.223,61 3.138,28

36.174,61 1.489,04 141,53

9.528,26 5.280,46 5.032,50

2.339,02 7.478,00

11.170,55

5.027,97 707,14

715,14 1.395,42 3.324,88

45.449,29 1.577,83 162,38

11.080,66 6.108,22 5.766,51

2.846,31 8.974,86

PDRB 76.501,34 77.396,09 93.136,60

Sumber: BPS Provinsi Papua, Papua Dalam Angka 2014

Keterangan:

*) Angka yang diperbaiki **) Angka sementara

PDRB atas dasar harga konstan Provinsi Papua tahun 2011 sebesar Rp

21.207,82 milyar, kemudian tahun 2012 meningkat menjadi Rp 21.436,28

milyar dan pada tahun 2013 meningkat lagi menjadi Rp 24.616,65 milyar, yang

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

67

berarti dari 20122 – 2013 terjadi penambahan sebesar 16,07 persen atau Rp

3.400,83 milyar.

Produktivitas ekonomi suatu daerah terlihat dari pertumbuhan

ekonominya yang diperoleh dari PDRB atas dasar harga konstan. Selama empat

tahun terakhir, Provinsi Papua mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup

berfluktuasi. Setelah mengalami perlambatan pada tahun 2010 pertumbuhan

negatif -3,19 persen , kemudian pertumbuhan negatif lagi tahun 2011 sebesar -

5,32 persen, kemudian pertumbuhan ekonomi Papua mengalami pertumbuhan

positif pada tahun 2012 yaitu sebesar 1,08 persen dan meningkat lagi pada

tahun 2013 tumbuh sebesar 14,84 persen.

Tabel 21 PDRB Provinsi Papua Atas Dasar Harga Konstan

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2013 (Milyar).

Lapangan Usaha 2011 2012* 2013**

01.Pertanian 1. Tanaman Bahan Makanan 2. Tanaman Perkebunan

3. Peternakan 4. Kehutanan

5. Perikanan 02.Pertambangan dan Penggalian 03.Industri dan Pengolahan

04.Listrik, Gas dan Air Bersih 05.Bangunan 06.Perdagangan, Hotel dan Restoran

07.Pengangkutan dan Telekomunikasi

08.Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 09.Jasa-jasa

3.850,08 1.880,01 197,23

281,83 510,89

980,13 7.089,38 588,77

54,16 2.378,49 1.840,84

1.910,11 858,34 2.637,64

4.070,08 1.986,56 215,92

304,92 506,73

1.073,96 6.079,38 602,63

57,95 2.712,62 2.031,32

2.092,47 915,16

2.874,56

4.277,86 2.103,44 232,77

316,28 541,90

1.083,47 7.889,21 616,32

62,64 2.910,00 2.239,58

2,272,60 1.070,45 3.277,98

PDRB 21.207,82 21.436,17 24.616,65

Sumber: BPS Provinsi Papua, Papua Dalam Angka 2014

Keterangan: *) Angka yang diperbaiki

**) Angka sementara

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

68

3.7.2 PDRB menurut Kabupaten/Kota

Atas dasar tabel 22 menunjukkan PDRB Provinsi Papua atas dasar harga

konstan menurut kabupaten/kota pada tahun 2011, 2012 dan 2013 terbanyak

adalah Kabupaten Mimika, beturut turut Rp 8.304,74 milyar, Rp 7.056,93

milyar, Rp 8.636,75 milyar. Tingginya PDRB di Kabupaten Mimika adalah

adanya sumbangan yang besar dari sektor pertambangan dan penggalian.

Terbanyak kedua yaitu Kota Jayapura tahun 2011,2012, dan tahun 2013

masing-masing sebesar Rp 3.740,64 milyar, Rp 4.180,34 milyar dan 4.693,62

milyar. Jika Kabupaten Mimika sumbangan terbesar dari sektor pertambangan

dan galian, maka untuk Kota Jayapura sumbangan PDRB terbesar dari sektor

bangunan.

PDRB terendah dari 29 kabupaten/kota di Provinsi Papua adalah

Kabupaten Yalimo. Pada tahun 2011, tahun 2012 dan tahun 2013 berturut turut

besarnya PDRB Kabupaten Yalimo adalah Rp 83,99 milyar, Rp 98,43 milyar, dan

110,46 milyar.

ADHBerlaku

ADHKonstan

2011 76501,34 21207,82

2012 77396,09 21436,17

2013 93136,6 24616,65

0100002000030000400005000060000700008000090000

100000

Gambar 38. PDRB Provinsi Papua Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2011, 2012 dan 2013

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

69

Tabel 22

PDRB Provinsi Papua Atas Dasar Harga Konstan

Menurut Kabupaten/Kota 2011-2013 (Milyar Rp)

NO Kabupaten/Kota 2011 2012* 2013**

1 MERAUKE 1.607,89 1.725,05 1.901,78

2 JAYAWIJAYA 567,90 610,55 660,23 3 JAYAPURA 985,59 1.091,32 1.201,47

4 NABIRE 932,74 1.002,54 1.008,70

5 KEP. YAPEN 385,00 401,93 422,52

6 BIAK NUMFOR 922,50 989,58 1.045,68

7 PANIAI 194,31 204,97 212,88

8 PUNCAK JAYA 237,14 241,16 248,52

9 MIMIKA 8.304,74 7.056,93 8.636,75

10 BOVEN DIGOEL 521,85 552,78 583,73

11 MAPPI 325,37 359,88 402,47

12 ASMAT 266,75 296,24 315,82

13 YAHUKIMO 193,27 209,48 221,11

14 PEG. BINTANG 279,29 302,63 328,27

15 TOLIKARA 219,01 226,25 235,36

16 SARMI 263,82 287,08 313,78

17 KEEROM 387,31 418,67 450,72

18 WAROPEN 156,65 176,84 194,81

19 SUPIORI 131,45 138,45 145,00

20 MAMBERAMO RAYA 143,81 176,24 191,86

21

MAMBERAMO

TENGAH 87,69 105,12 116,68

22 YALIMO 83,99 98,43 110,46

23 LANNY JAYA 206,94 247,08 265,27

24 NDUGA 90,86 110,45 124,46

25 PUNCAK 213,49 241,56 272,01

26 DOGIYAI 270,82 287,34 306,50

27 DEIYAI 131,95 140,48 147,32

28 INTAN JAYA 104,82 116,54 125,38

29 KOTA JAYAPURA 3.740,64 4.180,34 4.693,62

Sumber: BPS Provinsi Papua, Papua Dalam Angka 2014 Keterangan: *) Angka yang diperbaiki

**) Angka sementara

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

70

BAB IV PENUTUP

Profil Kependudukan Provinsi Papua Tahun 2015 ini diharapkan dapat

memberikan gambaran sebagian kecil situasi kependudukan di Papua. Telaah

lebih mendalam dari Profil ini bermanfaat dalam memotret lebih tajam dan

detil situasi kependudukan di Papua.

Tujuan dari penyusunan buku Profil Kependudukan ini, agar dapat

memberikan masukan kepada komponen maupun bidang teknis tentang

permasalahan kependudukan di Papua berdasarkan tren kecenderungan data

yang dapat ditampilkan.

Akhir kata, kritik dan saran membangun terhadap penyusunan buku

Profil Kependudukan Provinsi Papua ini sangat diperlukan, demi

menyempurnakan isi dan relevansi data profil ini terhadap situasi

kependudukan di Papua, dalam upaya mengidentifikasi masalah

kependudukan, serta merumuskan alternatif solusi pemecahannya dimasa

yang akan datang.

PROFIL KEPENDUDUKAN PAPUA 2015

71

BAHAN PUSTAKA

BAPPENAS, BPS, UNFPA, 2013. Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035,

Jakarta.

BAPPENAS, Kingdom of the Netherlands, UNDP, 2012. Laporan Pembangunan Manusia Berbasis Gender Provinsi Papua.

Badan Pusat Statistik, 2014. Indeks Pembangunan Manusia 2013. Jakarta.

BadanKependudukan dan Keluarga BerencanaNasional. 2011.Pendidikan Kependudukan. Jakarta: Direktorat Kerjasama Pendidikan Kependudukan.

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua, Papua Dalam Angka 2009,2010,2011,2012, 2013;2014.

BadanKependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Profil Hasil Pendataan

Keluarga Tahun2010-2013.Jakarta: Direktorat Pelaporan dan Statistik.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana, 2011.Jakarta, Direktorat Tehnologi dan Dokumentasi.

Badan Pusat Statistik, 2010. Sensus Penduduk 2010. diakses melalui

http://sp2010.bps.go.id/

BKKBN Papua, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Provinsi Papua tahun, 2007, 2012, Perwakilan BKKBN Provinsi Papua,

Jayapura, 2014.

LDFE, UI, 1981. Dasar-Dasar Demografi, Jakarta.

Marsum, 2002. Aspek-aspek Pembangunan Kependudukan di Provinsi papua Dalam Era

Otonomi Khusus. Makalah disampaikan pada Temu Konsultasi Dinas

Kependudukan dan Permukiman Provinsi Papua 24 – 25 September 2002.

Prijono Tjiptoherijanto, 2000. Populasi, Buletin Penelitian Kebijaksanaan Kependudukan

Volume 11 No 1.

Tim, 2011. Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Papua 20012-2016. Pemerintah Provinsi Papua, Jayapura.