profil kelapa final
TRANSCRIPT
C. PROFIL INVESTASI BIOFUEL DARI KELAPA
1. Teknik Budidaya Tanaman Kelapa A. Pengenalan Tanaman Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera) merupakan salah satu anggota tanaman palma yang
paling dikenal dan banyak tersebar di daerah tropis. Pohon kelapa merupakan jenis
tanaman berumah satu dengan batang tanaman tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang.
Tinggi pohon kelapa dapat mencapai 10 - 14 meter lebih, daunnya berpelepah dengan
panjang dapat mencapai 3 - 4 meter lebih dengan sirip-sirip lidi yang menopang tiap
helaian.
Dalam taksonomi tumbuh-tumbuhan, tanaman kelapa dimasukkan ke dalam
klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub-divisio : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledonae (Biji berkeping satu)
Ordo : Palmales
Familia : Palmae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera L
Di Indonesia terdapat dua jenis varietas kelapa yaitu kelapa genjah (dwarf
coconut) dan kelapa dalam (tall coconut). Disamping kedua kultivar tersebut dikenal
kelapa hibrida yang merupakan hasil persilangan kedua varietas tersebut.
Kelapa memiliki berbagai nama. Orang Inggris menyebutnya coconut, orang
Perancis menyebut cocotier, orang Belanda menyebutnya kokosnoot, dan di Indonesia
dikenal dengan kelapa dan nyiur, sedangkan di Jawa disebut kambil, kerambil, klapa.
Morfologi Tanaman Kelapa
Pohon kelapa memiliki bagian-bagian tanaman yaitu akar, batang, daun, bunga
dan buah. Pohon kelapa memiliki perakaran yang kuat dengan jenis akar serabut
sebagaimana tanaman monokotil lainnya. Akar berfungsi untuk penyerapan air dan
134
unsur-unsur hara lain dari dalam tanah serta untuk menunjang berdirinya batang kelapa
agar tetap tegak. Batang kelapa tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang, kecuali
penanaman di daerah tepi sungai, tebing dan lain-lain dimana batang kelapa akan tumbuh
melengkung menyesuaikan arah sinar matahari. Pada umumnya tinggi batang kelapa
dapat mencapai 30 m dengan garis tengah batang antara 20-30 cm. Pertumbuhan batang
kelapa ini sangat dipengaruhi oleh iklim, tanah dan keadaan lahan. Gambar 36
menunjukkan tanaman kelapa yang sedang berbuah.
Gambar 36. Tananaman kelapa yang sudah berbuah
Daun kelapa bersirip genap dan bertulang sejajar. Daun memiliki pelepah daun
dimana terdapat anak-anak daun pada sisi kiri dan kanannya. Tajuk daun terdiri atas 20-
30 buah pelepah. Pada pohon yang sudah dewasa, panjang pelepah berkisar antara 5-8 m,
dengan berat rata-rata 15 kg dan jumlah anak daun 100-130 lembar (50-65 pasang). Anak
daun berukuran panjang antara 1-1,5 m dengan tulang daun yang cukup keras di tengah-
tengahnya yang biasa disebut dengan lidi.
Waktu pembungaan tanaman kelapa tergantung pada varietas kelapa. Tanaman
kelapa genjah mulai berbunga pada umur antara 3-4 tahun, sedangkan kelapa dalam pada
umur 4-8 tahun. Karangan bunga selalu tumbuh dari ketiak daun yang pada bagian
luarnya diselubungi oleh seludang atau mancung yang berfungsi sebagai pelindung calon
bunga. Bunga kelapa merupakan bunga berkarang yang dikenal dengan istilah manggar
atau mayang. Mayang memiliki induk tangkai dan bercabang-cabang sebanyak 30-40
135
helai. Pada pangkal cabang akan terletak bunga betina disusul bunga-bunga jantan ke
arah ujung cabang.
Buah kelapa merupakan hasil pertumbuhan bunga betina yang telah dibuahi
sekitar 3-4 minggu setelah manggar terbuka. Namun demikian tidak semua buah yang
terbentuk akan tumbuh menjadi buah yang bisa dipetik. ½-2/3 buah muda (bluluk) akan
berguguran sedangkan sisanya akan terus tumbuh. Pertumbuhan buah kelapa terjadi
melalui tiga fase, yaitu fase pertama berupa fase pembesaran sabut, tempurung dan
lubang embrio, fase kedua yaitu fase penebalan tempurung tetapi belum terjadi
pengerasan tempurung sedangkan fase yang ketiga yaitu fase pembentukan putih lembaga
(endosperma) dimulai pada bagian pangkal buah menuju ke ujung. Kemudian pada
bagian pangkal buah mulai terbentuk lembaga (embrio). Tempurung berangsur-angsur
mengeras yang disertai perubahan warna. Gambar bunga kelapa disajikan pada Gambar
37, sedangkan Gambar 38 menunjukkan perbedaan buah kelapa muda dan kelapa tua.
Gambar 37. Pembungaan Tanaman Kelapa
Gambar 38. Perbedaan buah kelapa muda (kiri) dengan buah kelapa tua (kanan)
136
B. Teknik Budidaya Kelapa
a. Syarat Tumbuh
Tanaman kelapa dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan sempurna jika
ditanam di tempat yang sesuai dengan syarat tumbuhnya. Walaupun beberapa syarat
tumbuh dipenuhi, akan tetapi jika masih terdapat syarat lain yang tidak terpenuhi,
akan cukup sulit untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Secara garis besar, faktor
yang paling menentukan keberhasilan budidaya kelapa adalah faktor iklim dan tanah.
Dari faktor iklim, pertumbuhan tanaman kelapa dipengaruhi oleh curah hujan,
intensitas sinar matahari, suhu, kelembaban, keadaan angin dan ketinggian tempat.
Kelapa tumbuh baik pada daerah dengan curah hujan antara 1300-2300 mm/tahun,
bahkan sampai 3800 mm atau lebih, sepanjang tanah mempunyai drainase yang baik.
Keadaan angin berperan penting pada penyerbukan bunga (untuk penyerbukannya
bersilang) dan transpirasi tanaman. Selain itu angin yang kencang juga dapat
membahayakan tanaman kelapa.
Kelapa menyukai sinar matahari dengan lama penyinaran minimum 120
jam/bulan sebagai sumber energi fotosintesis. Dengan intensitas penyinaran yang
cukup, tanaman kelapa dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Kisaran suhu
yang baik untuk pertumbuhan kelapa adalah ±27o C. Pada masa pertumbuhan
vegetatif, tanaman kelapa menghendaki suhu minimal 21oC, dimana dibawah suhu
tersebut pertumbuhan tanaman kelapa menjadi tidak baik.
Pada umumnya, tanaman kelapa membutuhkan iklim yang panas dan lembab.
Walaupun demikian kelembaban udara yang terlalu tinggi akan berpengaruh buruk
bagi tanaman, begitu juga dengan kelembaban yang terlalu rendah. Kelapa akan
tumbuh dengan baik pada kelembaban bulanan rata-rata 70-80%, dengan kelembaban
minimal 65%. Bila kelembaban udara sangat rendah, evapotranspirasi tinggi, tanaman
kekeringan, buah jatuh lebih awal (sebelum masak), tetapi bila kelembaban udara
terlalu tinggi menimbulkan hama dan penyakit.
Dari faktor tanah sebagai media tanam, jenis tanah, pH, ketersediaan air, serta
kemiringan lahan mempengaruhi pertumbuhannya. Karena tanaman kelapa memiliki
137
jenis akar serabut, maka jenis tanah yang paling sesuai untuk pertumbuhannya adalah
tanah yang gembur (berpasir) supaya peresapan air serta tata udara berlangsung
dengan baik. Selain itu tanaman kelapa juga memerlukan jenis tanah yang subur yang
banyak mengandung unsur hara. Beberapa jenis tanah yang cocok untuk perkebunan
kelapa antara lain tanah aluvial, laterit, vulkanis, berpasir, tanah liat, ataupun tanah
berbatu.
Beberapa persyaratan sifat fisik tanah yang cocok/dikehendaki oleh tanaman
kelapa adalah sebagai berikut :
a. Struktur tanah baik (granuler atau remah) dengan tata udara yang baik.
b. Peresapan air baik.
c. Permukaan air tanah cukup dalam sehingga dapat memenuhi kebutuhan bagi
perakaran tanaman kelapa, tapi tidak menimbulkan hambatan bagi aerasi udara
dalam tanah.
d. Keadaan air tanah selalu bergerak (tidak menggenang)
e. Tekstur tanah berpasir paling cocok bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman kelapa.
f. Solum (tubuh) tanah dalam sehingga dapat memberikan kesempatan pada akar
untuk tumbuh dengan bebas.
g. Tidak terdapat lapisan padas yang menghalangi pertumbuhan akar
h. Tanah memiliki kandungan bahan organik dalam jumlah yang cukup
Rentang pH yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa adalah pH 5-8,
adapun pH optimumnya adalah pH 5.5-6,5. Pada tanah dengan pH diatas 7.5 dan
tidak terdapat keseimbangan unsur hara, dan sering menunjukkan gejala-gejala
defisiensi besi dan mangan. Tanaman kelapa membutuhkan lahan yang datar (0-3%).
Pada lahan yang tingkat kemiringan tinggi (3-50%) harus dibuat teras untuk
mencegah kerusakan tanah akibat erosi, mempertahankan kesuburan tanah dan
memperbaiki tanah yang mengalami erosi.
138
b. Lokasi Penanaman
Lokasi budidaya tanaman kelapa dapat berupa tanah pekarangan, tanah
rejuvenasi, tanah konversi, tanah asal hutan, maupun tanah bekas alang-alang. Kelima
lokasi tanah tersebut pada prinsipnya hanya terdiri atas dua jenis lahan, yaitu tanah
bukaan baru dan tanah bukaan kembali kebun-kebun yang sudah tua umurnya. Hal-
hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kebun kelapa baik kebun bukaan baru
maupun kebun bukaan kembali antara lain ketersediaan humus dalam tanah, keadaan
air tanah, kebersihan lahan, serta perencanaan tata letak kebun.
Persediaan humus harus diusahakan agar tidak berkurang, air tanah diatur
dengan membuat saluran air (drainase), permukaan lahan dibersihkan hingga benar-
benar bersih, bebas dari sisa-sisa tunggul dan bagian tanaman agar tidak menjadi
sarang rayap. Perencanaan mengenai letak-letak bagian kebun, jalan pengangkutan
dan pabrik harus dilakukan sebaik-baiknya sehingga efisiensi pekerjaan di kebun
dapat tercapai.
c. Perbanyakan Tanaman
Perbanyakan tanaman kelapa dapat menggunakan dua cara, yaitu secara
konvensional (cara biasa) maupun dengan rekayasa genetika berupa perbanyakan
bibit menggunakan kultur jaringan. Perbanyakan bibit secara konvensional
merupakan cara yang umum dipakai, lebih mudah dilakukan dan biaya tidak begitu
mahal.
Pemilihan Bahan Tanam
Perbanyakan tanaman secara konvensional harus menggunakan bahan tanam
berupa benih yang baik, karena akan menghasilkan buah yang baik juga. Benih
tersebut dipilih dari pohon induk terpilih yang dipilih menurut kondisi lapangan yang
umum. Pohon induk yang digunakan sebagai benih dipilih dengan sifat-sifat sebagai
berikut : Umur pohon 10-20 tahun, produksi tinggi (80-120 butir/pohon/tahun) terus
menerus dengan kadar kopra tinggi (25 kg/pohon/tahun), batangnya kuat dan lurus
dengan mahkota berbentuk sperical (berbentuk bola) atau semisperical, daun dan
tangkainya kuat, bebas dari gangguan hama dan penyakit.
139
Adapun ciri buah yang matang untuk benih, yaitu umur ± 12 bulan, 4/5 bagian
kulit berwarna coklat, bentuk bulat dan agak lonjong, sabut tidak luka, tidak
mengandung hama penyakit, panjang buah 22-25 cm, lebar buah 17-22 cm, buah licin
dan mulus, air buah cukup, apabila digoncang terdengar suara nyaring.
Benih yang telah terseleksi diistirahatkan selama ± 1 bulan dalam gudang
dengan kondisi udara segar dan kering, tidak bocor, tidak langsung terkena sinar
matahari, suhu udara dalam gudang 25-27oC dengan sirkulasi udara yang cukup.
Tujuan pengistirahatan ini adalah agar benih dapat tumbuh dengan baik karena
mengalami proses pemasakan yang sempurna.
Penyemaian Benih
Sebelum ditanam di kebun, benih kelapa disemaikan terlebih dahulu untuk
menghasilkan bibit yang kelapa yang baik. Terdapat beberapa cara penyemaian,
antara lain penyemaian sistem hamparan, penyemaian gantung, penyemaian dalam
bedengan dan penyemaian dalam polybag. Penyemaian sistem gantung dilakukan jika
jumlah bibit kelapa yang diperlukan relative sedikit. Penyemaian sistem hamparan
merupakan cara tradisional dan sangat sederhana yaitu dengan cara menghamparkan
benih kelapa begitu saja di lantai rumah, kolong tempat tidur maupun di kamar mandi
terbuka. Sama dengan penyemaian gantung, metode ini hanya cocok untuk
penyemaian skala kecil.
Penyemaian dalam bedengan merupakan teknik penyemaian yang banyak
dilakukan untuk perkebunan kelapa skala besar. Metode ini memiliki keunggulan
yaitu mempermudah seleksi bibit kelapa, menghemat pembelian polibag dan dapat
menyediakan bibit dalam jumlah yang besar dengan biaya yang relatif murah.
Penyemaian dalam bedengan sebaiknya dilakukan pada musim penghujan untuk
menghemat biaya penyiraman dan diusahakan dekat dengan sumber air atau sungai
dan akan lebih baik lagi jika berdekatan dengan kebun yang akan ditanami.
Langkah-langkah penyemaian dalam bedengan adalah sebagai berikut :
a. Pembersihan lahan persemaian dari tunggul, tonggak kayu, dan sisa tanaman
lainnya.
b. Pengolahan tanah sedalam 30-40 cm
140
c. Penambahan pupuk kandang untuk menambah kesuburan (dosis 10-20 ton/ha)
d. Pembuatan bedengan dan saluran drainase.
e. Penyemaian benih kelapa dengan jarak sesuai dengan lama pembibitan.
Penyemaian dilakukan dengan membenamkan ke dalam tanah dengan 2/3 bagian
benih masuk ke dalam tanah dan 1/3 bagian yang lain berada di atas permukaan
tanah bedengan. Sebelum disemai sabut dapat dicelupkan dalam larutan
insektisida untuk mencegah serangan rayap.
f. Pemberian naungan jika diperlukan yaitu jika keadaan udara terlalu panas.
g. Pemeliharaan bibit berupa penyiraman/pengairan, penyiangan rumput/gulma,
pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan satu hari
sekali atau dua hari sekali tergantung pada keadaan dengan menggunakan gembor
untuk mencegah kerusakaan tunas.
Pemeliharaan bibit dilakukan selama 32 minggu (8 bulan) yaitu hingga
diperoleh bibit dengan jumlah daun 4 lembar dan siap dipindahkan ke kebun.
Maksimal umur bibit untuk ditanam adalah 1 tahun setelah penyemaian. Jika bibit
terlalu tua, maka pertumbuhan tanaman akan lambat. Sebelum dipindahkan ke kebun,
bibit diseleksi terlebih dahulu untuk memisahkan bibit yang baik dengan bibit yang
jelek (afkir). Karena adanya bibit afkir tersebut, maka jumlah benih yang disemai
harus memperhitungkan bibit cadangan dan bibit yang akan diafkir yaitu sekitar 20%.
Penyemain dalam polibag atau kantong plastik biasa dilakukan di perkebunan-
perkebunan kelapa yang membutuhkan bibit dalam jumlah yang besar. Keunggulan
teknik persemaian ini yaitu dapat dilakukan setiap saat tanpa menunggu datangnya
musim hujan, memudahkan pengangkutan, tidak merusak akar tanaman,
memudahkan perawatan dan pengamatan serta menghemat tempat. Meskipun
demikian penyemaian dengan teknik ini memerlukan biaya tambahan yaitu untuk
pembelian polibag. Gambar persemaian dalam bedengan dan polibag disajikan pada
Gambar 39.
141
Gambar 39. Penyemaian buah kelapa, dalam bedengan (kiri) dan dalam polybag (kanan)
d. Penanaman bibit di kebun
Bibit kelapa yang siap tanam selanjutnya dipindahkan ke kebun untuk ditanam.
Penanaman ini sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sehingga tanah benar-
benar lembab dan baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa. Hal-hal yang perlu
diperhatikan sebelum penanaman bibit adalah jarak tanam yang akan digunakan,
pembuatan lubang tanam, pemindahan bibit ke kebun dan penanaman tanaman
penutup tanah.
Tanaman kelapa memerlukan jarak tanam yang tepat, yaitu jarak tanam yang
memungkinkan daun-daun dari dua tanaman kelapa dewasa yang tumbuh
berdampingan tidak bersentuhan serta jarak tanam yang cukup lebar. Karena jarak
tanam cukup lebar maka pengolahan tanah dapat dilakukan sesudah penanaman.
Jarak tanam yang optimal untuk tanaman kelapa genjah adalah 7 m, sedangkan
untuk kelapa dalam adalah 9 m. Para petani dapat menggunakan beberapa bentuk
jarak tanam, antara lain bentuk segitiga sama sisi, empat persegi panjang dan bentuk
bujur sangkar. Model segitiga sama sisi adalah model yang paling banyak digunakan,
karena menghasilkan tanaman dengan jumlah 15% lebih banyak (penggunaan tanah
lebih efisien). Model-model jarak tanam tanaman kelapa disajikan pada Gambar 40
berikut.
142
Gambar 40. Model Jarak tanam kelapa (a) segitiga sama sisi, (b) empat persegi panjang, c (bujur sangkar).
Setelah ditentukan jarak tanam yang digunakan, selanjutnya dilakukan
pembuatan lubang tanam dimana sebelumnya dilakukan pemasangan ajir berdasarkan
bentuk jarak tanam. Pembuatan lubang tanam untuk tanaman kelapa dilakukan satu
atau dua bulan sebelum bibit ditanam, dengan membuat lubang tepat di tengah-tengah
ajir. Ukuran lubang tanam untuk kelapa berkisar antara 60 cm x 60 cm sampai 100
cm x 100 cm, tergantung pada jenis tanah. Contoh ukuran lubang tanam adalah 60 cm
x 60 cm x 60 cm (panjang x lebar x kedalaman). Populasi Dengan jarak tersebut
dalam, dalam 1 ha akan terdapat 143 pohon.
Dengan jarak tanam yang lebar, pada kebun kelapa dimungkinkan dilakukan
inter cropping, yaitu dengan menanam tanaman-tanaman tertentu di sela-sela jarak
tanam (tanaman sela). Tanaman yang dipilih untuk tanaman sela harus merupakan
tanaman yang cepat memberikan hasil, tanaman sela tidak menyaingi atau merintangi
pentumbuhan tanaman utama (kelapa), bahkan dicari tanaman yang dapat melindungi
dan membantu tanaman kelapa muda. Beberapa jenis tanaman yang dapat digunakan
sebagai tanaman sela adalah jenis kacang-kacangan seperti kacang tanah, kacang
tunggak, kacang hijau, kacang kedelai, tanaman buah seperti pisang, nanas maupun
tanaman sayuran seperti petsai dan bayam.
Dengan inter cropping dapat diperoleh manfaat ganda, yaitu selain
mendapatkan hasil panen dari tanaman sela, bagi kebun kelapa sendiri mendatangkan
beberapa manfaat yaitu dapat melindungi tanah dari pengaruh sinar matahari maupun
hujan yang lebat, mencegah terjadinya pengikisan tanah, menyuburkan tanah lapisan
atas, mempertahankan dan memperbaiki struktur tanah, menekan pertumbuhan
tanaman pengganggu dan gulma, serta menjamin kelembaban tanah.
143
7 m x 7 m 7 m x 8 m 7 m x 7 ma b c
Gambar 41. Aplikasi penanaman teknik inter cropping pada kebun kelapa
e. Pemeliharaan Tanaman
Sampai berumur 3 tahun, tanaman kelapa genjah memerlukan pemeliharaan
yang intensif, yang terdiri dari kegiatan penyulaman, penyiraman, pengolahan tanah,
pemeliharaan drainase dan jalan kebun, pemberian mulsa, pemupukan dan
pembersihan mahkota daun.
Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang tumbuh kerdil, terserang hama
dan penyakit berat dan tanaman yang mati. Penyulaman pertama dilakukan pada awal
musim hujan dan penyulaman berikutnya pada akhir musim hujan. Agar pertumbuhan
tanaman hasil sulaman tidak terlalu ketinggalan dengan tanaman kelapa yang bukan
sulaman, diperlukan perawatan yang intensif terhadap pohon sulaman.
Kegiatan penyiraman dilakukan untuk menghindari kematian bibit akibat
kekeringan pada musim kemarau. Penyiraman sebaiknya dilakukan pada sore hari
dan dilakukan hingga tanaman berumur tiga tahun. Pengolahan tanah berupa
pembumbunan atau pencangkulan tanah bertujuan untuk mengurangi penguapan air
tanah pada musim kemarau, memperbaiki sirkulasi udara pada musim kemarau,
meningkatkan pembentukan akar-akar muda dan membasmi hama tanaman kelapa
yang terdapat di sekitar batang bawah tanaman.
Pembersihan saluran drainase perlu dilakukan terutama pada musim hujan untuk
menjaga drainase tanah. Sedangkan pemeliharaan jalan dilakukan untuk
144
memperlancar aktivitas-aktivitas di kebun seperti pengangkutan hasil panen dan
aktivitas lainnya. Pemberian mulsa perlu dilakukan untuk mempertahankan
kelembaban permukaan tanah, mengurangi penguapan air tanah, mencegah agar tanah
tidak lekas menjadi padat, menekan pertumbuhan rumput pengganggu dan gulma
serta dapat menambah bahan organik dalam tanah.
Pemupukan diperlukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Pemupukan
tanaman kelapa dilakukan dengan sistem rorakan, yaitu ditaburkan melingkari batang
tanaman dengan jarak 1-1.5 m dari batang., kemudian ditutup dengan tanah agar
pupuk tidak hilang/menguap baik oleh air hujan maupun matahari. Dosis pupuk yang
diberikan berbeda-beda menurut daerah penanaman, umur tanaman maupun tingkat
kesuburan tanah. Pedoman dosis pemupukan kelapa genjah disajikan pada Tabel 42.
Tabel 42. Dosis pemupukan pada budidaya kelapa
Umur tanaman Dosis pupuk (g/pohon/tahun)Urea SP-36 KCl Pupuk kandang
1 bulan 100 100 1006 bulan 150 150 1501 tahun 200 200 200 + pupuk kandang1,5 tahun 500 500 -2 tahun 750 750 - + pupuk kandang3 tahun 1000 1000 - + pupuk kandang4 tahun 1250 1250 -5 tahun ke atas 1500 1500 -
Pembersihan mahkota kelapa perlu dilakukan pada tanaman kelapa dewasa
(sudah berbuah). Kegiatan ini bertujuan untuk menambah intensitas cahaya matahari
ke dalam mahkota atau daun muda agar aktivitas asimilasi dan aktivitas lain
meningkat. Kegiatan pembersihan ini biasanya dilakukan bersamaan dengan proses
pemanenan, yaitu dengan membuang pelepah-pelepah daun yang sudah mengering,
seludang-seludang, tapas, epifit dan kotoran-kotoran lain yang terdapat pada mahkota
daun.
f. Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa
Hama dan penyakit merupakan faktor pembatas dalam budidaya kelapa yang
dapat mengurangi produktivitas bahkan menggagalkan panen. Pengetahun tentang
145
hama dan penyakit perlu dimiliki dengan demikian dapat dilakukan langkah-langkah
pengendalian yang tepat. Jenis-jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman
kelapa dapat dikelompokkan menjadi hama perusak pucuk, hama perusak daun, hama
perusak bunga, hama perusak buah, hama perusak bibit, penyakit menyerang bibit,
menyerang tanaman muda, menyerang tanaman menghasilkan dan serangan gulma.
Beberapa hama yang banyak ditemukan pada pohon kelapa antara lain kumbang
badak atau kwangwung, kumbang sagu, kumbang brontispa, ulat artona, kumbang
tanduk kelapa, belalang sexava, ngengat bunga kelapa, ulat daun kelapa, kumbang
bibit kelapa, belalang bibit kelapa, ulat siput, kutu kapuk daun kelapa, kutu daun
kelapa, anai-anai randu, belalang tahun, udang tanah, babi hutan, bajing atau tupai
kelapa, tikus pohon, maupun binatang hutan seperti rusa dan beruang. Adapun
penyakit yang sering ditemui pada tanaman kelapa antara lain penyakit kuning,
penyakit pucuk busuk, penyakit bercak daun, penyakit busuk akar, penyakit rontok
buah dan penyakit layu natuna.
Pengendalian hama dan penyakit tersebut dapat dilakukan dengan
mengaplikasikan beberapa teknis pengendalian seperti sanitasi (pembersihan lahan
dan tanaman), cara mekanis (penghilangan hama/penyakit dengan pemangkasan
bagian tanaman yang diserang), cara kimiawi (pemakaian insektisida atau bahan
kimia lain) maupun cara biologi (penggunaan cendawan, parasit, atau predator hama).
Adapun gulma yang banyak tumbuh di kebun kelapa antara lain Lalang, Teki,
Lampuyangan, Pahitan, Sembung rambat, Tahi ayam/Lantana camara, Kipahit, eter
maupun berbentuk belukar. Cara pemberantasan gulma dapat dilakukan secara
mekanis yaitu dengan penyiangan maupun secara kimiawi dengan menggunakan
herbisida dan bahan-bahan kimia lain. Kerusakan tanaman maupun buah kelapa
disajikan pada Gambar 42.
146
Gambar 42. Kerusakan akibat hama dan penyakit pada kelapa
g. Panen dan pasca panen
Pemanenan
Pada umumnya tanaman kelapa mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 tahun
(varietas genjah). Semakin tua umurnya jumlah buah berangsur-angsur semakin lebat.
Pembuahan yang maksimal dan tetap tercapai pada umur 10-18 tahun. Untuk varietas
dalam, kelapa mulai menghasilkan buah pada umur 6-8 tahun. Semakin tua umurnya
jumlah buah berangsur-angsur semakin lebat dan mencapai pembuahan yang
maksimal pada umur 15-20 tahun.
Pemanenan buah kelapa dilakukan terhadap buah kelapa yang sudah masak di
pohon (sudah tua). Buah kelapa tua (masak) ditandai dengan penampakan sabut mulai
mengering, tempurung sudah berwarna hitam, air kelapa mulai berkurang, berat buah
menurun (rata-rata perbuah berat kelapa genjah tinggal 1,5 kg dan kelapa dalam 2
kg), pembentukan putih lembaga sempurna (padat) dan jika tidak dipetik buah yang
masak akan jatuh dengan sendirinya.
147
Pemanenan buah kelapa dilakukan terhadap buah yang berumur 11-12 bulan.
Buah yang tidak dipanen pada umur tersebut akan jatuh dengan sendirinya,
sedangkan jika panen dilakukan lebih awal buah akan sukar dilepas dari tangkainya.
Rotasi Pemanenan
Pemanenan buah kelapa biasanya dilakukan dengan interval waktu antara 1-2
bulan. Rotasi pemanenan yang dilakukan harus mempertimbangkan tenaga
kerja/biaya yang tersedia. Di daerah dengan jumlah tenaga kerja banyak dan ongkos
yang murah dapat melakukan pemanenan 1 bulan sekali. Sedangkan daerah dengan
tenaga kerja sedikit dan upah yang tinggi dapat melakukan panen 2 bulan sekali. Jika
rotasi pemanenan dilakukan lebih dari 2 bulan, kemungkinan besar sudah banyak
buah kelapa yang jatuh ke tanah dan pembersihan tajuk akan terlambat. Sebaliknya
jika rotasi pemetikan dilakukan kurang dari satu bulan, efisiensi tenaga kerja
berkurang karena buah kelapa yang benar-benar masak baru sedikit.
Teknik Pemanenan
Teknik pemanenan dapat menggunakan tiga metode, pertama adalah buah
kelapa dibiarkan jatuh, sedangkan cara yang banyak digunakan adalah dengan cara
dipanjat. Teknik pertama (buah dibiarkan jatuh) memiliki kekurangan yaitu buah
yang jatuh sudah lewat masak, sehingga tidak sesuai untuk bahan baku kopra atau
bahan baku kelapa parutan kelapa kering (desiccated coconut).
Pemanenan kelapa dengan dipanjat banyak dilakukan pada musim kemarau.
Dengan memanjat pohon kelapa, dapat dipilih buah kelapa yang siap panen (kriteria
panen) sekaligus dilakukan pembersihan mahkota daun. Adapun kelemahannya yaitu
merusak pohon dengan membuat tataran untuk berpijak. Selain tenaga manusia,
pemetikan dapat menggunakan bantuan binatang (kera/beruk). Kecepatan pemetikan
oleh beruk 400 butir sehari dengan masa istirahat 1 jam. Akan tetapi beruk tidak
dapat membersihkan mahkota daun dan selektivitasnya kurang. Metode panen lain
adalah pemanenan dengan galah. Pemanenan ini dilakukan menggunakan bambu
yang disambung dan ujungnya dipasang pisau tajam berbentuk pengait. Dengan
teknik ini kemampuan pemetikan rata-rata adalah 100 pohon/orang/hari.
148
Gambar 42. Pemanenan buah kelapa
Produksi Buah
Kuantitas hasil panen buah kelapa dipengaruhi oleh varietas tanaman kelapa,
teknik budidaya yang dilakukan, keadaan tanah dan iklim, keadaan air tanah,
serangan hama dan penyakit serta umur tanaman. Kelapa jenis genjah dapat
menghasilkan buah antara 9.000-11.000 butir/ha/tahun atau setara dengan 1,5-2 ton
kopra. Kelapa jenis dalam dapat menghasilkan buah sekitar 4.000-5.000
butir/ha/tahun atau setara dengan 1-1,25 ton kopra. Produktivitas kelapa dapat
ditingkatkan dengan pemeliharaan yang intensif.
PascaPanen
Kegiatan pascapanen buah yang telah dipetik meliputi kegiatan penyortiran dan
penggolongan, penyimpanan dan pengolahan awal. Buah yang disortir adalah buah
yang kosong tidak berair, bunyi tidak nyaring bila diguncang, rusak/luka terkena
hama, busuk dan kecil juga terhadap kelapa butiran pecah, berkecambah atau kelapa
kurang masak.
Penyimpanan sementara buah kelapa memberikan beberapa keuntungan antara
lain : memudahkan upaya pelepasan sabut; menambah kemasakan buah sehingga
mutu kelapa dan hasil kopra lebih tinggi; memudahkan pelepasan daging buah kelapa
dari tempurungnya; meningkatkan ketebalan daging buah; meningkatkan kadar
minyak yang dihasilkan; menurunkan kandungan air dan meningkatkan kualitas arang
tempurung dan sabut kelapa yang dihasilkan. Penyimpanan buah kelapa dilakukan
dengan menumpuk buah dengan tinggi tumpukan maksimal 1 meter. Tumpukan yang
149
dibuat berbentuk piramidal dan longgar dan dilakukan pengamatan secara rutin di
gudang penyimpanan. Adapun syarat-syarat gudang penyimpanan adalah sebagai
berikut :
a) udara segar dan kering
b) tidak kebocoran dan kehujanan
c) tidak langsung kena sinar matahari
d) suhu udara dalam gudang 25-27 derajat C.
150
2. Teknik Produksi Biofuel Dari KelapaA. Minyak kelapa
Minyak kelapa dapat dihasilkan dari daging buah kelapa segar atau dari kopra.
Minyak kelapa berwarna kuning muda kecoklatan, bening, membeku pada suhu 18-20oC
dan pada suhu ruang berwujud cair. Berdasarkan kandungan asam lemak nya, minyak
kelapa digolongkan ke dalam minyak asam laurat, karena komposisi asam laurat paling
besar jika dibandingkan dengan asam lemak lainnya. Komposisi asam lemak minyak
kelapa disajikan pada Tabel 43.
Dengan adanya asam lemak jenuh yang cukup tinggi pada minyak kelapa
menyebabkan minyak ini memiliki nilai kesehatan yang lebih rendah, sedangkan
kandungan asam lemak tidak jenuh menyebabkan minyak mudah teroksidasi. Oksidasi
tersebut yang menyebabkan minyak kelapa menjadi getir atau tengik selama
penyimpanan.
Sifat fisiko kimia minyak kelapa meliputi kandungan air, kandungan asam lemak
bebas, warna, bilangan penyabunan, bilangan iod, bilangan peroksida, dan warna.
Beberapa sifat fisiko kimia minyak kelapa dapat dilihat pada Tabel 44.
Potensi kelapa di Indonesia sangat besar. Produksi kelapa dalam negeri dari tahun
ke tahun memperlihatkan peningkatan. Pengolahan minyak kelapa menjadi biodiesel
merupakan salah satu alternatif dalam memanfaatkan minyak kelapa. Sebagai bahan baku
151
Tabel 43. Komposisi asam lemak minyak kelapa
Sifat Crude Cochin RBD
Kandungan air dan kotoran 1 0,1 0,03
Kadar asam lemak bebas 3 0,07 0,04
Warna (Lovibond) R/Y max. 12/75 1/10 1/10
Bilangan penyabunan 250 – 264 250 – 264
Bilangan iod 7 – 12 7 – 12
Bilangan peroksida 2,0 0,5 0,5
Melting point (oC) 24 – 26 24 – 26
Indeks refraksi (40 oC) 1,448 – 1,450 1,448 – 1,450
Sumber : Hui (1996)
biodiesel, minyak kelapa memiliki kelebihan yaitu dapat langsung digunakan pada proses
pembuatan biodiesel tanpa melalui proses pemurnian.
Tabel 44. Sifat fisiko kimia minyak kelapa
B. Ekstraksi Minyak Kelapa
Ekstraksi minyak kelapa dapat dilakukan dari daging buah kelapa segar ataupun
dari kopra yaitu daging buah kelapa yang sudah dikeringkan. Ekstraksi dari daging buah
kelapa segar banyak dilakukan oleh rakyat dalam skala kecil, sedangkan ekstraksi dari
kopra dilakukan dalam skala pabrik.
Pembuatan minyak kelapa secara tradisional atau dikenal dengan wet process
(proses basah) dilakukan dengan memarut daging buah kelapa segar dan meremas-
remasnya dengan air untuk diambil santannya. Santan yang diperoleh direbus hingga
seluruh kandungan airnya menguap dan tertinggal minyak dan endapan yang disebut
dengan blondo/ketis. Minyak yang dihasilkan didinginkan kemudian dikemas, sedangkan
blondo akan dipres hingga dihasilkan ketak. Diagram alir proses pengolahan minyak
kelapa dengan cara basah disajikan pada Gambar 43.
Pada skala besar, produk olahan kelapa berupa kopra yang mengandung minyak
yang tinggi (65-68%) diekstraksi secara mekanis. Proses produksi minyak diawali dengan
pengecilan ukuran kopra dimana sebelumnya dilakukan pencucian (jika diperlukan).
Pengecilan ukuran kopra dilakukan dengan mencacah ataupun menggilingnya hingga
hancur. Kopra yang telah hancur selanjutnya masuk ke dalam mesin yang disebut
152
disintegrator tipe pemukul, yang akan mengubah hancuran kopra menjadi serbuk. Serbuk
kopra kemudian dipanaskan dan dipres untuk menghasilkan minyak.
Gambar 43. Diagram alir proses pengolahan minyak kelapa dengan cara basah
Pemanasan gilingan kopra berfungsi untuk memudahkan minyak keluar dari sel,
mematikan enzim serta mikroorganisme tertentu (sterilisasi), menguapkan air, menaikkan
keenceran minyak, menggumpalkan protein sehingga memudahkan pemisahan lebih
lanjut serta dapat mengendapkan beberapa pengotor minyak seperti fosfatida yang tidak
diinginkan. Proses pemanasan dilakukan secara hati-hati menggunakan suhu 70-80oC
selama 15-30 menit menggunakan uap air. Pemasanan yang terlalu tinggi akan
menyebabkan serbuk menjadi hangus, minyak yang dihasilkan sedikit, berwarna dan
berbau hangus. Sebaliknya jika kurang panas menyebabkan rendemen minyak rendah
karena banyak tertinggal dalam bungkil.
Proses pengepresan dapat menggunakan beberapa tipe alat pengepres, seperti tipe
expeller, roller pengepres maupun pres hidroulik. Untuk mengefektifkan proses
pengepresan, tipe-tipe pengepresan tersebut diaplikasikan secara bersamaan. Tipe
153
Daging buah kelapa
Pemarutan
Santan
Penambahan air
Peremasan
Ampas
Pemanasan
Ketak
Minyak kelapa
Blondo
Pengepresan
expeller digunakan sebagai pengepresan pendahuluan, karena tidak semua minyak dapat
teresktrak dari bahan. Bungkil sisa pengepresan tipe expeller yang masih mengandung
minyak kemudian diumpankan pada mesin pres tipe hidoulik untuk pengepresan ulang.
Semua minyak yang dihasilkan kemudian disaring untuk menghilangkan kotoran
maupun bahan padatan yang terikut. Alat penyaring pada umumnya adalah tipe filter
press. Beberapa mesin pengolah kopra menjadi minyak kelapa disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10. Mesin pengolah kopra menjadi minyak kelapa
C. Pengolahan kelapa menjadi kopra
Kopra dihasilkan dari daging buah kelapa yang dikeringkan. Daging buah kelapa
tua segar mempunyai kandungan air 50% dan lemak 30%. Setelah diolah menjadi kopra
kandungan lemaknya menjadi 60-65% dan kadar air turun menjadi 5-7%. Pengolahan
kelapa menjadi kopra memberikan beberapa keuntungan. Kadar air yang rendah
berfungsi sebagai pengawetan yang akan mencegah tumbuhnya jamur, serangga dan
bakteri yang dapat memakan daging dan merusak minyak kelapa. Keuntungan lainnya
154
Filter press machine
adalah mengurangi berat sehingga mengurangi biaya pengangkutan dan penanganan dan
dapat mengkonsentrasikan minyak (kadar minyak dalam kopra sekitar 65-68%).
Terdapat beberapa 3 jenis kopra yang diperdagangkan yang dibedakan
berdasarkan proses pengeringan yang dilakukan, yaitu kopra rakyat, kopra FMS (Fair
Merchantable Sundried) dan Kopra FM (Fair Merchantable). Pengeringan pada kopra
rakyat menggunakan sinar matahari dan jika terpaksa (cuaca mendung) dapat
menggunakan panas buatan (pengeringan di atas api). Kopra FMS dikeringkan dengan
dengan cara pengeringan sundried yaitu proses pengeringan yang banyak menggunakan
sinar matahari dan sedikit panas buatan (bara api) yang menggunakan bahan bakar yang
tidak mengeluarkan asap seperti arang kayu atau arang tempurung. Sedangkan pada
kopra FM, pengeringan yang dilakukan murni menggunakan panas buatan menggunakan
rumah pengeringan.
Secara umum pembuatan kopra terdiri dari proses pengupasan sabut, pembelahan
kelapa, pengeringan pendahuluan, pelepasan daging buah, dan pengeringan lanjutan.
Pembelahan buah kelapa dan pelepasan daging buah dilakukan secara hati-hati agar
daging buah tidak hancur. Diagram alir proses pembuatan kopra disajikan pada Gambar
44.
155
Pengupasan sabutPembelahan buah kelapa Pengeringan awal
Batok kelapaPemisahan
Pengeringan lanjutan
Gambar 44. Diagram alir pembuatan kopra
Daging buah kelapa
Kopra yang berkualitas baik diperoleh dari buah kelapa yang telah benar-benar masak,
dan telah berumur 11-12 bulan dari saat penyerbukan.
D. Pembuatan Biodiesel Kelapa
Bahan yang diperlukan dalam pembuatan biodiesel kelapa adalah minyak kelapa,
metanol sebagai pereaksi utama, katalis asam (asam sulfat/HCl) untuk reaksi esterifikasi
dan katalis basa (KOH/NaOH) untuk reaksi transesterifikasi. Sebagai bahan baku
biodiesel dapat digunakan minyak kelapa kasar (Crude Coconut Oil) maupun
menggunakan minyak kelapa yang telah dimurnikan. Ketersediaan minyak kelapa
sebanding dengan ketersediaan kelapa maupun kopra. Indonesia sebagai negara tropis
cukup melimpah dengan kelapa yang tersebar di beberapa daerah. Produksi kelapa
beberapa propinsi di Indonesia disajikan pada Tabel 45 berikut. Berdasarkan data Oil
World (2006), produksi kelapa Indonesia pada tahun 2005 mencapai 880 ribu ton. Data
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 46.
Tabel 45. Produksi kelapa Indonesia berdasarkan propinsi
Propinsi Tahun Luas lahan (ha) Produksi (ton)Banten 2005 103.056 52.035Maluku Utara 2006 209.792 218.301Jawa Timur 2005 283.685 223.737Kalimantan Barat 2005 109.551 -Sulawesi Utara 2005 250.922 175.185
Tabel 46. Prospek kelapa Indonesia
Tahun Produksi Kelapa (1000 ton)2001 8332002 7902003 8372004 8352005 880
sumber : Oil World (Agustus, 2006)
Alkohol merupakan pereaksi utama dalam proses esterifikasi maupun
transesterifikasi, dimana alkohol akan menggantikan gugus alkohol pada ester dengan
alkohol lain dengan dibantu katalis. Jenis alkohol yang lebih umum digunakan untuk
proses esterifikasi/transesterifikasi adalah metanol karena harganya lebih murah dan lebih
156
mudah untuk direkoveri, walaupun tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan
jenis alkohol lainnya seperti etanol, isopropanol dan butanol. Alkohol yang digunakan
merupakan alkohol teknis yang dapat dibeli di toko bahan kimia. Meskipun demikian
tidak menutup kemungkinan digunakannya bioetanol dengan memanfaatkan sumber daya
lokal sebagai alternatif bahan baku seperti singkong, sagu, aren dan juga air kelapa.
Proses produksi biodiesel memerlukan katalis untuk memperoleh kecepatan
konversi yang layak. Katalis yang digunakan dapat diklasifikasikan sebagai katalis basa,
katalis asam dan katalis enzim. Katalis basa yang sering digunakan adalah KOH
(potasium hidroksida) dan NaOH (sodium hidroksida). NaOH dikenal juga dengan
kaustik soda atau soda api. Katalis asam yang dapat digunakan adalah asam sulfat
(H2SO4) dan HCl (asam klorida). Selain bahan-bahan kimia tersebut yang dapat diperoleh
diperoleh di toko-toko bahan kimia, dapat juga digunakan alternatif katalis untuk
produksi biodiesel seperti abu tandan kosong kelapa sawit, maupun katalis enzim yang
memang terbukti dapat dimanfaatkan sebagai katalis pada pembuatan biodiesel.
Teknologi Proses
Sebagaimana proses pembuatan biodiesel dari minyak nabati lainnya, proses
pembuatan biodiesel kelapa juga melalui proses transesterifikasi dan esterifikasi yang
berfungsi untuk mengubah trigliserida/asam lemak bebas dalam minyak menjadi metil
ester. Kandungan asam lemak bebas (FFA) minyak kelapa merupakan penentu tahapan
proses yang digunakan. Minyak kelapa yang memiliki kadar asam lemak bebas (free fatty
acid) rendah (<2%) seperti minyak kelapa murni bisa langsung diproses dengan metode
transesterifikasi. Namun bila kadar asam lemak bebas minyak tersebut masih tinggi
(>2%) seperti minyak kelapa kasar, maka sebelumnya perlu dilakukan proses esterifikasi
terhadap minyak tersebut dengan menentukan terlebih dahulu harga bilangan asam/kadar
FFA nya (acid value/mgKOH/g-minyak). Perbedaan proses transesterifikasi dan
esterifikasi terletak pada jenis katalis yang digunakan.
Minyak kelapa kasar memiliki nilai FFA >2%, sedangkan minyak yang telah
mengalami pemurnian berupa degumming dan netralisasi memiliki nilai FFA <1%.
Dengan demikian, untuk mendapatkan biodiesel dari minyak kelapa kasar memerlukan
beberapa tahapan proses yaitu degumming, esterifikasi, transesterifikasi dan pemurnian.
157
Sedangkan untuk mendapatkan biodiesel dari minyak kelapa murni, hanya melalui proses
transesterifikasi dan pemurnian. Diagram alir pembuatan biodiesel satu tahap disajikan
pada Gambar 45., sedangkan pembuatan biodiesel dua tahap disajikan pada Gambar 46.
Metanol yang digunakan pada proses pembuatan biodisel tidak semuanya habis bereaksi
sehingga perlu dilakukan proses rekoveri. Rekoveri metanol sangat menguntungkan
untuk dilakukan karena metanol hasil rekoveri dapat digunakan ulang untuk proses
pembuatan biodiesel sehingga dapat mengurangi biaya produksi biodiesel.
158
KOHMinyak kelapa FFA <2%
Pemanasan
Metanol
Pencampuran
Transesterifikasi
Separasi
Crude Biodiesel kasar
Purifikasi
Gliserol
RecoveryMetanol
Biodiesel
Gambar 45. Diagram alir proses pembuatan biodiesel satu tahap (Transesterifikasi)
Purifikasi
Refined Gliserol
Sludge
Recovery Metanol
Degumming merupakan proses tambahan yang diperlukan untuk kesempurnaan
pembuatan biodiesel. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan zat-zat yang terlarut atau
bersifat koloidal seperti resin, gum, protein, dan senyawa fosfat yang ada dalam minyak
kasar. Pemisahan pengotor-pengotor tersebut dari minyak dilakukan dengan
penggumpalan (flokulasi) menggunakan asam. Esterifikasi bertujuan untuk menurunkan
kadar asam lemak bebas dalam minyak dengan mengubahnya menjadi FAME/biodiesel
(Fatty Acid Methyl Ester). Dengan proses esterifikasi ini akan mengurangi resiko
kegagalan pembuatan biodiesel pada tahap transesterifikasi karena jika tanpa melalui
proses esterifikasi ini, kadar FFA yang tinggi pada minyak dapat mendeaktivasi katalis
basa, sehingga konversi trigliserida menjadi biodiesel tidak akan optimal.
Biodiesel yang dihasilkan dari proses transesterifikasi merupakan biodiesel kasar
sehingga memerlukan proses pemurnian terlebih dahulu sebelum diaplikasikan sebagai
159
Gambar 46. Diagram alir proses pembuatan biodiesel dua tahap
H2SO
4
Minyak kelapa kadar FFA >2%
Pemanasan
Metanol
Pencampuran
Esterifikasi
Separasi
Transesterifikasi Metanol
RecoveryMetanol
KOH Metanol
Pencampuran
Separasi
Crude Biodiesel
Purifikasi
Gliserol
Biodiesel
Refined Gliserol
Sludge
Recovery Metanol
Purifikasi
bahan bakar. Teknik pemurnian biodisel dengan water washing (pencucian dengan air)
merupakan teknik pemurnian yang paling umum dan banyak digunakan. Proses
pencucian bertujuan untuk menghilangkan sisa gliserol, metanol yang tidak bereaksi,
katalis, serta sabun yang terbentuk selama proses pembentukan metil ester yang dapat
larut dalam air.
Proses purifikasi dengan metode dry washing menggunakan cleaning agent
merupakan salah satu solusi teknologi pemurnian yang dapat menggantikan metode
pemurnian dengan pencucian. Teknik pemurnian dengan water washing (pencucian
dengan air) dianggap memiliki beberapa kelemahan antara lain membutuhkan waktu
proses yang lama (dapat mencapai 2,5 jam), membutuhkan air dalam jumlah besar dan
menghasilkan limbah berupa emulsi sabun, gliserol, metanol yang tidak bereaksi, dan
katalis dalam jumlah besar yang tidak dapat dibuang begitu saja ke lingkungan.
Disamping itu, pada metode ini harus dilanjutkan dengan proses drying untuk
menguapkan air sisa pencucian yang terkandung di dalam biodiesel.
Metode dry washing menggunakan cleaning agent dapat mengadsorb bahan-
bahan pengotor yang terkandung di dalam crude biodiesel. Keberhasilan teknologi
purifikasi biodiesel dengan memanfaatkan cleaning agent memiliki peluang yang besar
untuk dimanfaatkan di industri. Pengembangan metode dry washing memiliki kelebihan
dibandingkan dengan metode water washing diantaranya adalah mengurangi jumlah
penggunaan air, memperpendek proses pemurnian biodiesel, mengurangi terbentuknya
limbah cair dalam jumlah besar dan biaya operasional yang lebih kecil dibandingkan
dengan metode water washing. Selain itu juga metode dry washing dapat menurunkan
biaya investasi karena mengurangi kebutuhan reaktor pencucian, tangki pengeringan, dan
tangki penampungan limbah cair. Penghematan yang lain adalah berkurangnya
penggunaan energi yang dibutuhkan baik energi yang digunakan untuk pemanasan air
pencucian, pada proses pencucian, maupun energi yang digunakan untuk pengeringan
biodiesel.
160
Gambar 47. Diagram pengolahan minyak nabati menjadi biodiesel
161
3. Analisis Ekonomi Investasi Bioenergi dari Kelapa
Industri biofuel kelapa yang terdiri dari kegiatan usaha budidaya kelapa sebagai
bahan baku maupun pengolahan biofuel dapat dilakukan pada skala besar, menegah
maupun skala kecil. Penentuan skala usaha tersebut terutama berkaitan dengan modal
usaha yang tersedia. Analisis finansial merupakan analisa yang sangat diperlukan
sebelum memulai suatu usaha karena dengan analisa ini akan terlihat kemungkinan
keuntungan dari usaha yang akan dilakukan. Analisis finansial menitikberatkan kepada
aspek keuangan berupa lalu lintas uang (cash flow) yang terjadi selama usaha dijalankan.
Beberapa indikator kelayakan yang dapat digunakan pada analisis finansial antara lain
NPV (net present value), BEP (break Event point), PBP (Pay back Period/jangka waktu
pengembalian modal, net B/C, IRR (internal Rate Return), serta ROI (Return of
Investment)
A. Analisis finansial budidaya kelapa
Budidaya kelapa melibatkan beberapa kegiatan antara lain persiapan lahan
penanaman, pembibitan untuk menyediakan bibit, penanaman, pemeliharaan serta
pemanenan. Dalam analisis finasialnya, semua perhitungan berhubungan dengan
kegiatan-kegiatan tersebut. Asumsi-asumsi yang digunakan pada analisis finansial ini
adalah :
• Luas lahan budidaya adalah 336 ha, dengan populasi kebun 134 pohon/ha
• Suku bunga yang digunakan adalah 15%
• Biaya tenaga kerja per hari Rp.20.000,-
• Kebutuhan bibit siap tanam 48.000
• Jumlah bibit cadangan 20% dari total kebutuhan bibit
• Produktivitas lahan adalah 10.000 butir kelapa/ha/tahun
• Kelapa mulai berproduksi pada tahun ke 4 dengan sebesar 30% dari produktivitas
maksimal dan mengalami peningkatan hingga tahun ke 10. Mulai tahun 11-19
produktivitas lahan maksimal dan mulai mengalami penurunan pada tahun ke 20.
• Harga jual kelapa Rp.900,-/butir, harga jual sabut Rp.30/buah kelapa.
162
BIAYA
Kebun kelapa seluas 336 ha dilengkapi dengan sarana-sarana penunjang berupa
kantor dan gudang penyimpanan hasil panen. Biaya yang dikeluarkan berupa biaya
investasi yang terdiri dari biaya pembelian peralatan sebesar Rp. 105,275,000,- dan biaya
pengadaan sarana penunjang sebesar Rp. 1,971,850,000,- termasuk di dalamnya lahan,
bangunan dan peralatan kantor serta sarana transportasi. Investasi untuk peralatan
dilakukan setiap tahun dengan nilai investasi yang berbeda-beda. Komponen biaya
investasi awal pendirian kebun budidaya kelapa 336 ha disajikan pada Tabel 47. Secara
rinci, biaya investasi disajikan pada Lampiran 7.
Tabel 47. Kebutuhan investasi kebun budidaya kelapa 336 ha
Uraian Investasi Total Biaya (Rp)A Fasilitas penunjang
1. Kantor dan gudang 1,250,000,0002. Kendaraan 705,000,0003. Fasilitas penunjang kantor 16,850,000
B Peralatan budidaya 105,275,000Total Investasi 2,077,125,000
Biaya operasional untuk tahun pertama adalah sebesar Rp. 1,187,986,400,- yang terdiri
dari biaya tenaga kerja dan bahan baik untuk pembibitan maupun penanaman. Rincian
biaya operasional disajikan pada Tabel 48.
Tabel 48. Rincian biaya operasional tahun pertama
Tenaga Kerja Biaya (Rp)I Persiapan Lahan
1 Pembersihan lahan 67,200,0002 Pengolahan tanah 100,800,0003 Pengajiran 40,320,0004 Pembuatan lubang tanam 100,800,000
II Persemaian dan Pembibitan1 Pengolahan tanah dan pembuatan bedengan 691,2002 Pendederan 60,0003 Pemeliharaan 560,000
III Penanaman2 Pemberian pupuk 53,760,0003 Penanaman 100,800,000
IV Pemeliharaan1 Pemeliharaan blok 53,760,0002 Pemeliharaan tanaman
Penyulaman 6,720,000
163
Pembumbunan 67,200,000 Pemupukan 53,760,000 Pemantauan hama dan penyakit 80,640,000
V Pengamanan 172,800,000Total Biaya Tenaga Kerja 899,871,200BAHAN Total
1 Ajir 14,400,0002 Pupuk pd pembibitan
Urea 806,400 SP-36 921,600 KCL 1,267,200
3 Pemupukan pd penanaman Urea 30,240,000 SP-36 34,560,000 KCl 47,520,000 pupuk kandang 33,600,000
4 Pestisida 67,200,0005 buah kelapa 57,600,000
Total biaya pembelian bahan 288,115,200
PENDAPATAN
Pendapatan dihasilkan dari penjualan butir kelapa dan sabut kelapa. Dengan
produktivitas optimum, kebun kelapa diasumsikan menghasilkan 10.000 butir
kelapa/ha/tahun. Dengan luas lahan 336 ha, pada tahun keempat (awal tanaman berbuah)
dimana produksi kelapa baru 30% dari produktivitas optimal dihasilkan 1,008,000 butir
kelapa. Dengan harga jual kelapa Rp.900,- /butir dan harga sabut kelapa Rp.30,- per/buah
kelapa maka akan dihasilkan pendapatan sebesar Rp. 937,440,000,- yang merupakan
hasil penjualan kelapa Rp. 907,200,000,- dan penjualan sabut Rp. 30,240,000,-.
Pendapatan tersebut akan berbeda jika dilakukan teknik penanaman intercroping dengan
tanaman sela.
PROYEKSI ARUS KAS DAN KRITERIA KELAYAKAN USAHA
Kelayakan usaha budidaya kelapa dianalisis menggunakan proyeksi arus kas dan
perhitungan kriteria kelayakan yang terdiri dari NPV, IRR, Net B/C serta PBP. Usaha
dikatakan layak jika dapat memenuhi kewajiban finansial serta dapat mendatangkan
keuntungan bagi perusahaan. Proyeksi arus kas secara lengkap disajikan pada Lampiran
8, adapun hasil perhitungan kriteria kelayakan disajikan pada Tabel 49.
Tabel 49. Kriteria kelayakan usaha budidaya kelapa 336 ha
164
Kriteria Kelayakan NilaiNPV 1,787,740,573 IRR 23%B/C Ratio 10.93PBP 7.77
Dari perhitungan kriteria tersebut, terlihat bahwa usaha pendirian kebun budidaya
kelapa layak dilakukan dan menguntungkan secara finansial. Dengan umur proyek 25
tahun, nilai NPV adalah positif, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank (23%
> 15%), B/C ratio lebih besar dari 1 dan modal yang dikeluarkan dapat kembali pada
tahun ke 7,77.
B. Analisis Finansial biodiesel kelapa
Dalam perhitungan analisis finansial biodiesel kelapa digunakan beberapa asumsi
yaitu umur proyek 15 tahun, kapasitas produksi 6 ton minyak/hari serta beberapa
parameter lainnya yang disajikan pada Tabel 50. Asumsi yang digunakan secara lengkap
disajikan pada Lampiran 9.
Tabel 50. Asumsi perhitungan finansial industri biodiesel kelapa
Asumsi Nilai/jumlah satuan1 Periode Proyek 15 tahun
Bulan kerja per tahun 12 bulanHari kerja perbulan 25 hari
2 Kapasitas produksi 6 Ton minyak/hari3 Parameter teknis
Rendemen kopra-minyak 65%Rendemen biodiesel-minyak 90%
4 Harga bahanKopra 2.000.000 Rp/tonAlkohol/metanol 2.760 Rp/literKatalis asam (asm sulfat) 1.380 Rp/literKatalis basa (KOH) 7.360 Rp/kg
5 Harga ProdukBiodiesel kelapa 6.000 Rp/literGliserol 1.500 Rp/kgAmpas bungkil 750 Rp/kg
6 Discount Rate 12%
Harga kopra yang digunakan adalah Rp. 2000 /kg, dengan pertimbangan harga kopra
sedang. (Pada saat harga tinggi, 1 kg kopra dapat mencapai Rp.3.400, dan jika harga
165
anjlok kopra dapat mencapai Rp.1.700 /kg nya. Harga bahan kimia yang digunakan
merupakan harga untuk pembelian partai besar.
Investasi
Biaya investasi untuk pendirian pabrik biodiesel kelapa terdiri dari biaya proyek,
modal kerja dan biaya finansial yang besarnya adalah 3% dari total investasi yang lain.
Biaya proyek merupakan seluruh modal awal yang diperlukan untuk pengadaan tanah,
bangunan dan peralatan juga biaya IDC (Interest during construction). IDC adalah biaya
bunga yang dihasilkan selama pendirian pabrik (perhitungan disajikan pada Lampiran
10). Sedangkan modal kerja adalah modal yang dikeluarkan untuk keperluan pengadaan
bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja dan biaya operasional untuk menjalankan
usaha.
Total investasi yang diperlukan sebesar Rp. 3,710,627,786,- dimana modal
tersebut diperoleh dari pinjaman dan modal sendiri dengan Debt Equity Ratio (70:30).
Rincian biaya investasi disajikan pada Tabel 51.
Tabel 51. Investasi pendirian pabrik biodiesel kelapa
1 Biaya Investasi OSBL ISBL TOTALPengeluaran pra-proyek LS 40,000,000 0 40,000,000Lahan+bangunan LS 500,000,000 0 500,000,000Pengolahan air LS 200,000,000 0 200,000,000Power plant LS 300,000,000 0 300,000,000Pengolah kopra LS 0 200,000,000 200,000,000Pabrik LS 0 1,500,000,000 1,500,000,000Pajak PPn 10% & Pajak lain 104,000,000 170,000,000 274,000,000Biaya Proyek 1,144,000,000 1,870,000,000 3,014,000,000
2 IDC 263,186,579Total Biaya Proyek 3,277,186,579
3 Modal kerja 325,364,6704 Biaya finansial 3% 108,076,537
Total Investasi 3,710,627,786
Modal kerja terdiri dari biaya variabel yang jumlahnya tergantung pada jumlah
biodiesel yang dihasilkan dan biaya tetap yang nilainya tidak dipengaruhi oleh kapasitas
produksi. Modal kerja yang digunakan adalah modal kerja pada tahun ke 3 dimana pabrik
sudah berjalan dengan kapasitas maksimal (100%) yaitu sebesar Rp.325.364.670,-. Biaya
tersebut merupakan biaya operasional selama 30 hari.
166
Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku dan bahan tambahan, utilitas dan
konsumsi serta transportasi produk. Rincian biaya operasional dengan kapasitas pabrik
maksimal disajikan pada Tabel 52.
Tabel 52. Biaya Operasional Pabrik Biodiesel kapasitas 6 ton minyakI. Biaya VariabelBahan baku/kimia
Gambaran konsumsi Unit Harga per unitKopra 2,769 ton/tahun 2,000,000 5,538,461,538Metanol 218 liter/ton minyak 2,760 1,083,024,000KOH 10 kg/ton minyak 7,360 132,480,000H2SO4 3 liter/ton minyak 1,380 6,210,000
Sub Total 6,760,175,538
Utilitas dan KonsumsiGambaran konsumsi Unit Harga per unit
Uap 5 bar 0.67 Ton/Ton B-D 200,000 217,080,000Listrik 67.15 kWh/Ton B-D 1,200 130,539,600Air pendingin 1.68 m3/Ton B-D 200,000 544,320,000Air untuk proses 0.17 m3/Ton B-D 500,000 137,700,000Nitrogen cair 0.84 kg/Ton B-D 2,760 3,755,808Lain-lain 2.1 Rp/Ton B-D 20,000 68,040,000
Sub Total 1,101,435,408
Transportasi Gambaran konsumsi
Transportasi Bio Diesel 1620 Rp/Ton B-D 250,000 405000000Transportasi Gliserol 1620 Rp/Ton B-D 150,000 27000000
Sub Total 432000000Total Biaya Variabel 8,293,610,946
II. Biaya Tetap
Orang/tenaga kerja 1 Rp/Tahun 86,400,000 86,400,000Pengawasan dan over head 1 Rp/Tahun 12,000,000 12,000,000Perawatan 1 Rp/Tahun 60,000,000 60,000,000Asuransi 1 Rp/Tahun 65,543,732 65,543,732Lab/Quality control 1 Rp/Tahun 48,000,000 48,000,000Biaya pemasaran 1 Rp/Tahun 36,000,000 36,000,000Lain-lain 1 Rp/Tahun 25,000,000 25,000,000
DepresiasiTahun (Straight
line) 327,718,658Bunga Rp/Tahun 236,995,048Total Biaya Tetap 897,657,438
Total Biaya Produksi 9,191,268,384
Produksi dan Pendapatan Usaha
Dengan kapasitas produksi 6 ton per hari, maka akan dihasilkan 5.4 ton biodiesel
per hari. Dengan harga jual Rp.6.000,- per liter menghasilkan pendapatan sebesar Rp.
32.400.000 per hari atau Rp.810.000.000,- per bulan. Dalam satu tahun dihasilkan
167
biodiesel 1.620 ton dengan pendapatan Rp. 9.720.000.000,-. Selain pendapatan dari
penjualan biodiesel, hasil samping proses pengepresan berupa ampas bungkil yang bisa
dimanfaatkan untuk pakan ternak serta gliserol dari proses biodiesel dapat menjadi
pendapatan tambahan bagi pabrik. Secara lengkap produksi dan pendapatan usaha
biodiesel disajikan pada Lampiran 11.
Arus kas dan kriteria kelayakan usaha
Kelayakan industri biodiesel kelapa dianalisis menggunakan proyeksi arus kas
dan perhitungan kriteria kelayakan yang terdiri dari NPV dan IRR. Usaha dikatakan
layak jika dapat memenuhi kewajiban finansial serta dapat mendatangkan keuntungan
bagi perusahaan. Proyeksi arus kas secara lengkap disajikan pada Lampiran 12. Adapun
hasil perhitungan kriteria kelayakan disajikan pada Tabel 53.
Tabel 53. Kriteria Investasi
Kriteria Investasi NilaiIRR 24.72%NPV 3,740,852,965
Dari perhitungan kriteria tersebut, terlihat bahwa usaha pendirian industri biodiesel
kelapa layak dilakukan dan menguntungkan secara finansial. Dengan umur proyek 15
tahun, nilai NPV positif dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank (24.72% >
12%).
168