draft final - kementerian ppn/bappenas :: home · web viewsebagai substitusi minyak kelapa sawit,...

64
BAB VIII ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI, KELAUTAN DAN KEDIRGANTARAAN A. PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan wahana yang sangat strategis dalam rangka mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan sebagaimana terkandung dalam amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Sesuai dengan amanat GBHN 1993, pembangunan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam Repelita VI bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan lahir batin yang setinggi-tingginya bagi rakyat dengan menerapkan nilai-nilai iptek, dan mendorong pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan iptek secara seksama dan bertanggungjawab, dengan memperhatikan nilai-nilai agama, serta

Upload: lamthuy

Post on 07-Mar-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB VIII

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI,KELAUTAN DAN KEDIRGANTARAAN

A. PENDAHULUAN

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan wahana yang sangat strategis dalam rangka mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan sebagaimana terkandung dalam amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Sesuai dengan amanat GBHN 1993, pembangunan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam Repelita VI bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan lahir batin yang setinggi-tingginya bagi rakyat dengan menerapkan nilai-nilai iptek, dan mendorong pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan iptek secara seksama dan bertanggungjawab, dengan memperhatikan nilai-nilai agama, serta nilai-nilai luhur budaya bangsa.

VIII/3

Pembangunan iptek yang dilaksanakan sejak PJP I dan ditingkatkan lagi dalam Repelita VI telah menghasilkan kemajuan penting dalam pengembangan iptek di Indonesia dan banyak diantaranya telah diterapkan dan dimanfaatkan bagi pembangunan nasional. Sebagai salah satu bidang pembangunan, iptek juga memberikan sumbangannya dalam memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi bangsa, utamanya turut serta dalam memecahkan permasalahan krisis ekonomi. Untuk itu, sebagian program-program iptek telah direorientasikan untuk melaksanakan program yang langsung bermanfaat untuk mendukung memulihkan roda perekonomian nasional, dan memperkuat ketahanan pangan. Di sisi lain, para peneliti juga terus didorong untuk menerapkan kemampuannya dan menyebarluaskan hasil penelitian dan pengem-bangan agar dapat dimanfaatkan guna memecahkan permasalahan krisis.

Program-program baru di bidang iptek juga diarahkan untuk mendukung pelaksanaan jaring pengamanan sosial antara lain melalui penyediaan lapangan kerja sementara bagi pengangguran terdidik, termasuk pelibatan mahasiswa dalam kegiatan riset dan pengembangan iptek. Mahasiswa calon peneliti dan pengembang iptek yang diutamakan adalah yang mengalami kesulitan perekonomian, sehingga diupayakan terhindar dari drop-out. Program-program tersebut antara lain dilaksanakan dalam bentuk program Karya Bhakti peneliti dan program Iptek Daerah (iptekda) yang merupakan wujud penerapan iptek langsung ke dalam kegiatan ekonomi masyarakat, utamanya industri kecil dan menengah di berbagai daerah. Di sisi lain, secara mendasar iptek juga telah membantu penyediaan bahan pangan dan energi, antara lain melalui pelaksanaan hujan buatan guna mengisi beberapa waduk dan danau. Dengan demikian, pembangunan iptek juga turut serta berkontribusi sebagai salah satu bidang yang dapat diandalkan dalam menghadapi krisis ekonomi.

VIII/4

Salah satu bagian integral dari pembangunan iptek adalah pembangunan prasarana dan sarana penelitian. Untuk itu, dalam Repelita VI telah diselesaikan beberapa prasarana dan sarana penelitian yang penting, antara lain ditingkatkannya kapasitas reaktor penelitian BATAN di Bandung, dibangunnya laboratorium kelautan LIPI di Ambon, dan diselesaikannya pembangunan laboratorium Bioteknologi LIPI di Cibinong.

Sejalan dengan pembangunan iptek dalam bidang-bidang tersebut di atas, pembangunan kelautan telah ditingkatkan peranannya, sejajar dengan sektor-sektor lain. Dalam Repelita VI, pembangunan kelautan diarahkan pada pendayagunaan sumber daya laut dan dasar laut serta pemanfaatan fungsi wilayah laut nasional, termasuk Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), secara serasi dan seimbang dengan memperhatikan daya dukung kelautan dan kelestariannya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat serta memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja. Pembangunan wilayah laut nasional dilaksanakan untuk mendukung penegakan kedaulatan dan yurisdiksi nasional serta perwujudan Wawasan Nusantara.

Pembangunan kedirgantaraan dalam Repelita VI, seperti juga pembangunan kelautan, telah ditempatkan sebagai sektor pembangunan sejajar dengan sektor-sektor lainnya. Pembangunan kedirgantaraan diarahkan pada upaya perjuangan untuk memperoleh pengakuan internasional atas hak penggunaan wilayah dirgantara nasional. Pembangunan kedirgantaraan bertujuan untuk meningkatkan penguasaan iptek dalam rangka menghasilkan produk dan jasa kedirgantaraan. Upaya pokoknya meliputi pengembangan industri dirgantara, penyediaan jasa kedirgantaraan, pemanfaatan teknologi dirgantara dan pembinaan kedirgantaraan.

VIII/5

Di bidang kedirgantaraan upaya terus berlanjut untuk mewujudkan pengakuan dan tegaknya kedaulatan atas dirgantara nasional serta pengakuan internasional atas kepentingan Indonesia dalam pendayagunaan dirgantara secara menyeluruh. Upaya perjuangan tentang Geostationery Orbit (GSO) di forum internasional terus dilakukan untuk mendapatkan kepastian akan pemanfaatan wilayah dirgantara tersebut.

B. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Sesuai arahan GBHN 1993, sasaran pembangunan iptek dalam Repelita VI adalah meningkatnya kemampuan meman- faatkan, mengembangkan, dan menguasai iptek yang dilaksanakan dengan mengutamakan peningkatan kemampuan alih teknologi melalui perubahan dan pembaharuan teknologi yang didukung oleh pengembangan kemampuan SDM, prasarana dan sarana yang memadai, serta peningkatan mutu pendidikan sehingga mampu mendukung upaya penguatan, pendalaman, dan perluasan industri dalam rangka menunjang industrialisasi menuju terwujudnya bangsa Indonesia yang maju, mandiri, unggul, dan sejahtera.

Dalam rangka mewujudkan sasaran tersebut di atas, kebijaksanaan pembangunan bidang iptek dalam Repelita VI adalah (1) mengembangkan nilai-nilai iptek yang mampu mendorong peningkatan kemampuan iptek serta membentuk budaya iptek di masyarakat; (2) mendorong kemitraan riset dalam pengembangan iptek; (3) mempercepat proses alih teknologi melalui manufaktur progresif; (4) meningkatkan mutu produk dan proses produksi, produktivitas, efisiensi, dan inovasi; (5) meningkatkan kualitas dan

VIII/6

kuantitas serta menyelaraskan komposisi SDM iptek; dan (6) mengembangkan penataan dan pengelolaan kelembagaan iptek.

Kebijaksanaan pembangunan bidang iptek di atas dilaksanakan melalui program-program berikut: (1) teknik produksi, (2) teknologi, (3) ilmu pengetahuan terapan, (4) ilmu pengetahuan dasar, dan (5) pengembangan kelembagaan iptek.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan sampai dengan Tahun Keempat Repelita VI

a. Program Teknik Produksi

Program ini bertujuan untuk mempercepat penguasaan proses produksi, meningkatkan produktivitas , kemampuan dan keterampilan tenaga kerja dalam mendayagunakan teknologi bagi peningkatan proses pertambahan nilai barang dan jasa yang bermutu dan berdaya saing tinggi sehingga mampu memacu proses industrialisasi, meningkatkan efisiensi produksi, dan makin mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Dalam upaya turut serta dalam memecahkan krisis ekonomi telah dilaksanakan beberapa kegiatan teknik produksi yang mampu memulihkan kegiatan perekonomian masyarakat secara cepat melalui pengolahan sumber daya setempat. Untuk itu, telah dilaksanakan kegiatan penambangan dan pengolahan zeolit di Lampung Selatan, pembuatan tepung ikan dan pakan untuk unggas dengan bahan baku limbah tangkapan ikan di Indramayu, Lampung Selatan, dan Sulawesi Utara, budidaya jamur kayu dengan memanfaatkan limbah gergajian di Sukabumi, serta budidaya kedele di lahan kering di Gunung Kidul dan Wonogiri. Selain itu

VIII/7

juga dilaksanakan kegiatan produksi bibit kerang mutiara, optimalisasi areal tambak dengan kegiatan peternakan ayam dan penanaman pisang, penyebarluasan teknik peningkatan kualitas produk kopi, penyebarluasan teknik pembuatan Nata de Nira guna meningkatkan nilai tambah pohon lontar, serta penerapan teknologi pembenihan ikan patin di Tenggarong. Sebagai substitusi minyak kelapa sawit, juga terus dikaji teknik produksi minyak kelapa dengan fermentasi. Beberapa hasil penelitian lainnya di berbagai bidang dapat dikemukakan sebagai berikut.

Di bidang pertanian, penelitian di Indonesia sudah berjalan lama dan telah menghasilkan beragam iptek pertanian yang bermanfaat bagi pencapaian sasaran-sasaran pembangunan nasional. Salah satu hasil terpenting dari penelitian bidang pertanian adalah ditemukan dan dilepasnya bibit-bibit unggul baru tanaman pangan. Selama empat tahun Repelita VI jumlah varietas unggul baru padi yang dilepas menjadi 107 varietas, atau meningkat 12 varietas, sedangkan untuk varietas unggul baru palawija yang dilepas meningkat menjadi 113 varietas. (Tabel VIII-1).

Dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman industri telah dilepas beberapa varietas tanaman industri antara lain 2 (dua) varietas kapas Kanesia-1 dan Kanesia-6 yang mampu menghasilkan 1,5-3,0 ton kapas berbiji/ha, 4 (empat) varietas lada unggul yaitu Natar-1, Natar-2, Petaling-1 dan Petaling-2. Selanjutnya juga dilepas 1 (satu) varietas kelapa sawit, dan 2 (dua) varietas kenaf.

Dalam penelitian tanaman perkebunan selama empat tahun Repelita VI telah dihasilkan 13 varietas unggul tebu untuk lahan sawah, 13 varietas unggul tebu untuk tegalan, dan 4 (empat) varietas unggul tebu untuk lahan masam. Dalam upaya

VIII/8

meningkatkan produksi buah-buahan sejak tahun 1993 telah dilepas 13 varietas durian, 3 (tiga) varietas sukun, 4 (empat) varietas jeruk, dan 1 (satu) varietas markisa. Selain itu, dilepas juga 4 (empat) varietas mangga, 3 (tiga) varietas duku, 2 (dua) varietas nangka, 1 (satu) varietas manggis, 1 (satu) varietas pisang, 1 (satu) varietas rambutan, dan 1 (satu) varietas nanas.

Salah satu disiplin ilmu yang menentukan arah pembangunan pertanian di masa datang adalah bioteknologi yang titik berat risetnya diarahkan pada bidang prapanen dan pascapanen untuk berbagai komoditi pertanian. Untuk itu, pengembangan inokulan yang terdiri dari beberapa jenis mikroba efektif antara lain bradyrhyzobia, dan mikroba pelarut fosfat dari kompleks Ca-P dan Al-P telah menghasilkan pupuk hayati yang diberi nama “Rhizo-plus”.

Penelitian di bidang industri pertanian juga meliputi rekayasa alat dan mesin pertanian. Hasilnya antara lain adalah : (1) alat tebar benih langsung; (2) alat pembenam urea tablet; (3) alat tanam padi gogo; (4) alat panen; (5) pompa dengan mesin traktor roda dua untuk mengairi jagung, kedelai, kacang hijau dan sayuran; (6) pengering kakao dan pengering biji-bijian; dan (7) grader jeruk.

Dalam bidang penelitian tanah dan agroklimat telah dihasilkan antara lain: (1) peta sumber daya tanah dengan skala dari 1: 250.000 sampai 1:50.000; (2) peta kesesuaian lahan untuk berbagai komoditas pertanian; (3) peta arahan pengembangan pertanian; (4) peta kawasan budidaya pertanian; (5) teknologi pemupukan meliputi teknik perbaikan efisiensi dan dampak lingkungan, penggunaan pupuk nitrogen, teknik pemupukan fosfat dan kalium, serta teknik pengelolaan hara terpadu untuk lahan yang telah mengalami pelandaian produktivitas.

VIII/9

Dalam bidang peternakan telah dilakukan penelitian dalam bidang pakan ternak, yang diarahkan untuk menghasilkan pakan yang mampu mempercepat pertumbuhan. Untuk itu, telah berhasil dimodifikasi formula Urea Multinutrien Molases Block (UMMB) dengan menggunakan pollard dan tepung sebagai sumber karbohidrat pengganti dedak yang telah sukses diujicobakan pada kambing di Kendal dan Blora.

Dalam bidang kesehatan, selama Repelita VI telah berhasil didapatkan sertifikasi layak pakai formula semi otomatik diagnostik kit hematologi, dibuat rancangan produk kit biokimia darah sebanyak 10 macam, dan ditemukan 20 galur mikroba guna mengembangkan kit diagnostik cepat penyakit demam tifoid. Selain itu, telah dikuasai teknologi produksi Eritromisin sampai skala pilot plant, dan teknologi produksi Sefalosforin melalui proses fermentasi tahap laboratorium. Untuk menurunkan prevalensi penyakit Kaki Gajah telah berhasil diisolasi protein antigen dari klon Brugia malayi yang dapat merangsang terbentuknya antibodi protektif. Disamping itu, telah berhasil dibuat prototipe renograf yang bermanfaat untuk mengetahui kelainan fungsi ginjal dan telah berhasil diujicobakan dengan baik pada beberapa rumah sakit.

Dalam bidang energi, kegiatan iptek difokuskan untuk mendukung penyediaan energi dan distribusinya ke seluruh pelosok Nusantara. Kegiatan iptek dalam lima tahun terakhir ini telah menghasilkan proses pembuatan briket batubara, turbin uap berkapasitas 250-500 kVA untuk PLTU Mini, serta prototipe turbin air untuk PLTM dengan kapasitas 25 kVA. Di samping itu, telah dikuasai teknologi PLTS yang telah dimanfaatkan di berbagai propinsi. Selanjutnya untuk mengurangi dampak buangan PLTU telah dikuasai teknik produksi pemanfaatan abu batubara untuk bahan bakar.

VIII/10

Dalam bidang energi nuklir, telah berhasil dibuat elemen bakar EB U3O8-Al dan EB U3Si-Al. Selain itu, telah mampu diproduksi 10 jenis radioisotop antara lain Mo-99, I-131, Ir-192, dan Zn-65, serta 17 jenis radiofarmaka. Bahan radioisotop dan radiofarmaka tersebut telah dipergunakan untuk berbagai keperluan di industri dan kesehatan, bahkan telah pula diekspor ke berbagai negara antara lain Malaysia, Kanada, dan Republik Rakyat Cina. Di samping itu, telah pula dilepas vaksin Koksivet Supra 95 untuk menanggulangi dampak penyakit koksidiosis polivalen pada ternak ayam.

Dalam bidang pemetaan dasar dalam empat tahun Repelita VI telah dibangun sebanyak 216 buah stasiun jaring kontrol horizontal, 432 buah stasiun jaring kontrol sipat datar yang mencakup 1.995 km lari, 763 buah stasiun jaring kontrol gaya berat yang mencakup 3.236 km lari, 82 tugu batas, 102 buah stasiun survei geodinamika, dan 1.314 nlp (Tabel VIII-2).

b. Program Teknologi

Program Teknologi diarahkan untuk meningkatkan kemampuan teknologi dan rekayasa sebagai pemacu kemampuan melakukan inovasi dan percepatan pembangunan guna mewujudkan kesejahteraan rakyat. Beberapa k egiatan dalam penguasaan teknologi di berbagai bidang yang dilakukan selama Repelita VI adalah sebagai berikut.

Dalam bidang pertanian melalui penerapan iptek nuklir telah dihasilkan varietas padi Cilosari yang mempunyai kelebihan berumur pendek, tahan wereng dan berproduksi tinggi. Selain itu ditemukan galur kedelai 157/Psj yang berpotensi produksi tinggi dan tahan penyakit karat. Sementara itu, telah diuji coba

VIII/11

penggunaan urea tablet (45 kg N/ha) disertai penumbuhan Azolla yang menjadikan pemupukan padi lebih efisien serta mampu menghasilkan gabah kering 6 ton/ha.

Dalam bidang kesehatan, telah berhasil dikembangkan 5 (lima) bahan baku obat yaitu Tetrasiklin, Eritromisin, Penisilin, Sefalosforin, dan vitamin B12. Dalam bidang gizi telah berhasil dilaksanakan implantasi zat seng yang dapat menurunkan infeksi dan meningkatkan pertumbuhan balita, serta dibuat deskripsi 98 jenis makanan mentah dari berbagai daerah di Indonesia.

Dalam upaya menguasai teknologi manufaktur dikembangkan rancangan alat pendingin udara dan motor listrik, alat penyerap emisi NOx dan partikulat lainnya. Disamping itu, telah berhasil dikembangkan prototipe alat pantau struktur jalan raya dengan teknik tak merusak serta tanpa menghentikan laju arus lalu lintas.

Dalam upaya menguasai teknologi instrumentasi kenukliran telah berhasil dikembangkan komponen kamera gamma yang mencakup pengolah koreksi citra, telesurveymeter, dan sistem kontrol mekanik. Dalam pengembangan teknologi energi nuklir telah berhasil dikuasai teknologi fabrikasi, peletisasi dan perakitan elemen bakar reaktor riset. Dengan kemampuan ini maka ketergantungan terhadap pasokan bahan bakar nuklir dari luar negeri dapat dikurangi.

Dalam upaya diversifikasi sumber energi, telah dikaji pemanfaatan briket batu bara dalam pembuatan besi baja, uji coba pembuatan kokas dari batubara Ombilin sebagai sumber energi pada industri gula. Dalam bidang geologi telah berhasil diperoleh data sesar Sumatera, pegunungan Meratus, Karang Sambung, Banggai, Mentawai, dan Pegunungan Jayawijaya. Selain itu, telah

VIII/12

berhasil dibuat zonasi biostratigrafi pulau Jawa, Kalimantan, Natuna, dan sebagian Kawasan Timur Indonesia. Dalam upaya mitigasi bencana gempa bumi berikutnya, telah dipetakan arah gerakan tanah wilayah labil di Liwa, Lampung.

c. Program Ilmu Pengetahuan Terapan

Program ini bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terapan melalui pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dasar secara lebih meluas serta meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan baik di lingkungan perguruan tinggi maupun di masyarakat, termasuk dunia usaha. Kegiatan yang telah dilakukan dan hasil yang telah dicapai selama Repelita VI di berbagai bidang adalah sebagai berikut ini.

Di bidang kesehatan penelitian terus dipacu dan digalakkan untuk mendukung penanggulangan berbagai penyakit masyarakat di Indonesia. Untuk menanggulangi penyakit demam berdarah telah dapat diperoleh antibodi monoklonal Dengue-3, antigen virus Dengue-1, virus Dengue-3, virus Dengue-4, virus JE, dan virus Chikungnya. Penemuan ini membuka peluang untuk pengembangan produksi antibodi Dengue di masa depan.

Aplikasi bioteknologi dalam lima tahun terakhir melalui kultur jaringan telah berhasil membiakkan vanili, pisang, dan anggrek. Selain itu, telah pula dimanfaatkan teknik kultur terendam untuk membiakkan bakteri Bacillus thuringiensis yang dapat dimanfaatkan sebagai bioinsektisida terhadap hama Lepidoptera pada kubis dan sawi. Dalam bidang pupuk hayati telah berhasil ditemukan cendawan Vesicular arbuscular mycorrhiza yang berpotensi untuk menyuburkan lahan marjinal dan lahan bekas pertambangan.

VIII/13

d. Program Ilmu Pengetahuan Dasar

Program ilmu pengetahuan dasar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan baru yang berorientasi pada usaha pengembangan ilmu pengetahuan terapan dan teknologi. Kegiatan yang telah dilakukan selama Repelita VI di berbagai bidang penelitian adalah sebagai berikut.

Dalam bidang ilmu kedokteran telah berhasil diketahui manfaat ekstrak daun sirsak dan srikaya sebagai obat penyakit myasis, ekstrak tanaman lobak dan babadotan sebagai bakterisida, dan fraksi biji pepaya sebagai bahan anti penyakit cacing. Di bidang ilmu penyakit ternak telah berhasil dikenali daur hidup penyakit cacing pankreas pada kambing, ketahanan domba terhadap penyakit kudis, serta manfaat arang pada pakan ternak untuk mengurangi residu pestisida lindane di dalam daging dan hati.

Dalam bidang ilmu kebumian sampai dengan tahun keempat Repelita VI dalam upaya penemuan fakta dan fenomena geologi Indonesia, antara lain telah diketahui sebagian proses evolusi magma di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, serta evolusi tektonik di Sumatra Selatan dan Sulawesi Tenggara.

Dalam rangka pelestarian kekayaan flora Indonesia, sampai dengan tahun keempat Repelita VI telah berhasil ditambah 330 nomor koleksi tumbuhan dataran rendah basah, 92 nomor koleksi tumbuhan dataran tinggi basah, 80 nomor koleksi tumbuhan dataran rendah kering, 80 nomor koleksi tumbuhan dataran tinggi kering, serta data penyebaran 490 nomor tumbuhan berpotensi obat.

Di bidang ilmu-ilmu sosial, dalam rangka menemukan fenomena dinamika masyarakat, dilaksanakan penelitian masalah-

VIII/14

masalah strategis di bidang politik dan sosial budaya, studi kependudukan dan ketenagakerjaan, serta pengkajian dinamika sosial budaya dan proses industrialisasi. Pengkajian masalah-masalah strategis dalam perkembangan politik dan internasional antara lain telah menghasilkan pengetahuan tentang : peran sosial politik ABRI dalam Pembangunan Jangka Panjang II; persepsi masyarakat kelas menengah perkotaan Indonesia terhadap arah orientasi politik dan ekonomi; potensi kerjasama antar daerah di wilayah Indonesia; faktor-faktor yang mengancam integrasi nasional; masalah-masalah strategis untuk memahami perubahan regional dan internasional; potensi-potensi konflik dan integrasi di berbagai kawasan dunia; sikap umat terhadap perubahan di sekitarnya; serta orientasi politik dan budaya negara-negara di kawasan Pasifik Selatan baik dalam kerjasama regional dan internasional.

e. Pengembangan Kelembagaan Iptek

Dalam pelaksanaan pembangunan iptek dalam Repelita VI berbagai kelembagaan riset dan teknologi telah diperkuat dan berbagai lembaga penelitian dan pengembangan telah ditingkatkan kemampuannya, termasuk di dalamnya peningkatan kemampuan SDM iptek, sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan kegiatan riset dan pengembangan, dan pengembangan nilai-nilai iptek sebagai bagian integral pengembangan kelembagaan iptek.

1) Pengembangan Sumber Daya Manusia Iptek

Untuk memacu pembangunan iptek terus diupayakan penambahan jumlah SDM yang bermutu dan terampil melalui pendidikan dan pelatihan terutama dalam bidang-bidang yang sangat diperlukan bagi pembangunan. Upaya tersebut dilaksanakan

VIII/15

melalui pendidikan dan pelatihan baik di dalam maupun di luar negeri.

Pendidikan pascasarjana dalam rangka meningkatkan kemampuan para peneliti dilaksanakan baik di dalam maupun di luar negeri. Dalam tahun 1993/94 jumlah tenaga peneliti Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) Ristek (LIPI, LAPAN, BAKOSURTANAL, BATAN, dan BPPT) yang dididik di dalam negeri secara kumulatif tercatat sebanyak 266 doktor, 863 magister dan 2.474 sarjana, serta yang dididik di luar negeri sebanyak 294 doktor, 1.520 magister, dan 302 sarjana. Dalam empat tahun Repelita VI jumlah tersebut meningkat secara kumulatif menjadi 317 doktor, 984 magister, dan 3.300 sarjana yang dihasilkan dari pendidikan dalam negeri, serta 319 doktor, 1.597 magister, dan 626 sarjana yang dihasilkan melalui pendidikan di luar negeri (Tabel VIII-3).

Untuk lebih mengintegrasikan kegiatan pendidikan dengan kegiatan penelitian melalui peningkatan mutu penelitian di jenjang pasca sarjana, telah dilanjutkan pemberian bantuan penelitian yang dilakukan secara kompetitif. Pengembangan dan pemeliharaan kemampuan sumber daya manusia iptek tersebut antara lain ditempuh melalui penyelenggaraan paket-paket penelitian kompetitif yaitu hibah bersaing (HB), riset unggulan terpadu (RUT), dan riset unggulan kemitraan (RUK). Untuk menjamin mutu dan dayaguna hasil, maka setiap usulan diseleksi dan pelaksanaannya dipantau oleh pakar atau panel pakar yang ditunjuk oleh Dewan Riset Nasional. Pada tahun 1993/94 jumlah proposal yang lolos seleksi pada program HB dan RUT masing-masing 227 proposal dan 109 proposal. Pada tahun 1997/98 jumlah proposal penelitian yang lolos seleksi melalui program HB mencapai 688 judul dan program RUT mencapai 627 judul. Dengan demikian, dari tahun

VIII/16

1993/94 sampai dengan tahun 1997/98 jumlah proposal HB yang lolos seleksi meningkat 203 persen dan jumlah proposal RUT yang lolos seleksi meningkat sebesar 475 persen. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi peneliti dalam penelitian kompetitif makin meningkat, yang menunjukkan makin meningkatnya kualitas penelitian di Indonesia. Selanjutnya, program RUK yang dimulai tahun 1995/96 juga menunjukkan perkembangan yang berarti, yaitu jumlah proposal meningkat dari 13 proposal pada tahun 1995/96 menjadi 38 proposal pada tahun 1997/98 (Tabel VIII-4). Dengan demikian, walaupun masih terbatas, peranan dunia usaha dalam kegiatan riset telah meningkat.

2) Pembangunan Prasarana Penelitian

Untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kegiatan penelitian dan pengembangan iptek dalam Repelita VI diupayakan untuk meningkatkan jumlah, jenis, ragam dan kualitas prasarana dan sarana iptek secara bertahap dan sesuai dengan kebutuhan.

Di bidang penelitian nuklir, prasarana penelitian yang telah dioperasikan antara lain adalah laboratorium kultur sel darah dan laboratorium pencitraan guna mendukung penelitian iptek kedokteran nuklir; dan peningkatan kapasitas reaktor penelitian nuklir di Bandung. Prasarana dan sarana penelitian lainnya yang dibangun di PUSPIPTEK Serpong antara lain adalah laboratorium fisika terapan, kimia terapan, polimer, motor bakar, laboratorium metalurgi, laboratorium kalibrasi, instrumentasi, dan metrologi, laboratorium sumber daya energi, laboratorium aerogasdinamika dan getaran. Prasarana laboratorium bioteknologi industri yang berlokasi di PUSPIPTEK Serpong telah mulai beroperasi penuh sejak tahun 1996/97. Sarana ini antara lain mencakup fasilitas produksi skala laboratorium untuk Eritromisin dengan volume

VIII/17

fermentasi 2.000 liter, Penisilin dengan volume fermentasi 400 liter, Tetrasiklin dengan volume fermentasi 400 liter, dan Sefalosforin dengan volume fermentasi 50 liter.

Pembangunan fisik dan kelengkapan peralatan laboratorium biologi molekuler Eijkman yang berlokasi RSCM - Jakarta terus dilanjutkan. Selanjutnya, telah dibangun berbagai laboratorium di berbagai tempat seperti Bioteknologi di Cibinong; laboratorium kelautan di Ambon; rumah kaca di Kebun Raya Bogor, Purwodadi dan Bali; serta laboratorium proses kimia, rekayasa mekanik dan teknologi pangan di Lampung.

3) Penyebaran dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Penyebaran dan pemasyarakatan iptek bertujuan untuk membentuk budaya iptek, meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan penguasaan iptek, serta memberi kesempatan kepada masyarakat untuk memanfaatkan hasil-hasil penelitian dan pengembangan yang tersedia.

Untuk mendukung upaya penyebarluasan informasi iptek, dalam Repelita VI terus ditingkatkan kualitas dan jenis pelayanan jasa Pusat Data Informasi Ilmiah-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII-LIPI), antara lain dengan pengembangan simpul baru sistem dokumentasi dan informasi, pengembangan jasa penelusuran informasi melalui internet, konsultasi dan penyediaan informasi ilmiah berupa jurnal, majalah dan buku ilmiah. Selain itu, sedang dikembangkan berbagai jaringan informasi antara lain, Iptek Net, Jaringan Informasi Keanekaragaman Hayati, dan Jaringan Informasi Kelautan. Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan mendorong terciptanya iklim ilmiah dan budaya iptek dalam

VIII/18

masyarakat, dan meningkatnya akses masyarakat terhadap informasi iptek.

C. KELAUTAN DAN KEDIRGANTARAAN

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Berbagai sasaran pembangunan kelautan dalam PJP II secara bertahap dilaksanakan mulai dengan Repelita VI, dengan titik berat pada penguatan, pendalaman, peningkatan, perluasan, dan penyebaran industri dan usaha kelautan keseluruh wilayah Indonesia.

Atas dasar sasaran dan kebijaksanaan seperti dikemukakan di atas, maka program pembangunan kelautan dalam Repelita VI terdiri atas: (1) inventarisasi dan evaluasi potensi laut; (2) pengembangan industri kelautan; dan (3) pemanfaatan sumber daya kelautan.

Sasaran pembangunan kedirgantaraan pada Repelita VI dalam rangka penegakan kedaulatan adalah terwujudnya penyempurnaan kelembagaan kedirgantaraan nasional, tersusunnya konsepsi Kedirgantaraan nasional, tersusunnya peraturan perundang-undangan kedirgantaran nasional, berhasilnya perjuangan di forum internasional tentang GSO, dan diratifikasinya berbagai konvensi internasional.

Atas dasar sasaran tersebut, kebijaksanaan pembangunan kedirgantaraan dalam Repelita VI disusun untuk menegakkan kedaulatan atas wilayah dirgantara nasional; mengembangkan potensi industri dirgantara; mencukupi kebutuhan transportasi udara

VIII/19

dan menjamin keselamatan penerbangan serta kelestarian fungsi dirgantara. Berdasarkan sasaran dan kebijaksanaan pembangunan kedirgantaraan tersebut, program kedirgantaraan pada Repelita VI terdiri atas: (1) pengembangan industri dirgantara; (2) penyediaan jasa kedirgantaraan; (3) pemanfaatan teknologi dirgantara; dan (4) pembinaan kedirgantaraan.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Keempat Repelita VI

a. Kelautan

1) Program Inventarisasi dan Evaluasi Potensi Laut

Program inventarisasi dan evaluasi potensi laut bertujuan untuk memperoleh data dasar kelautan, pembuatan peta laut nasional, jumlah cadangan potensi sumber daya alam, serta untuk mengadakan evaluasi kemampuan daya dukung lingkungan laut.

Kegiatan survei dan pemetaan laut sejak tahun 1993/94 sampai dengan tahun 1997/98 telah menghasilkan 95 nlp lingkungan pantai Indonesia (LPI) dengan skala 1:50.000 dan 25 nlp LPI skala 1 : 250.000 untuk sebagian wilayah Sulawesi Utara, Sumatera Selatan, Maluku, Irian Jaya, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Selanjutnya, untuk mengetahui data tentang potensi sumber daya perikanan di wilayah pesisir, karakteristik ekosistem, tata guna lahan wilayah pesisir, informasi cuaca dan variasi iklim, serta geodinamika wilayah pesisir telah dilakukan survei terpadu di perairan-perairan Bangka, Madura-Kangean, Bali Timur, Lombok Barat, Samarinda-Sangkulirang, Manado-Karake Kupang, Majene-

VIII/20

Ujung Pandang, serta Biak. Hasil survei terpadu tersebut telah menghasilkan 55 nlp potensi perikanan skala 1:50.000, 4 nlp ekosistem pesisir skala 1:50.000, 60 nlp iklim wilayah pesisir skala 1:50.000, dan 95 nlp geodinamika wilayah pesisir skala 1:50.000, dan 98 nlp tata guna lahan wilayah pesisir skala 1:250.000. Peta-peta tematik tersebut menjadi dasar untuk penyusunan rencana fisik tata ruang wilayah pesisir dan laut di 10 propinsi. Selain itu, telah dilaksanakan survei datum bersama Indonesia dan Australia di celah Timor guna menentukan parameter transformasi antara datum Indonesia dan datum Australia.

Dalam upaya penetapan batas wilayah perairan Indonesia dan ZEE untuk diserahkan ke PBB sebagai acuan penegakan kedaulatan dan yurisdiksi nasional untuk pendayagunaan dan pemanfaatan fungsi wilayah laut nasional, telah dilaksanakan pembuatan peta garis pangkal, peta ZEE, dan peta landas kontinen. Sampai dengan tahun 1997/98, kegiatan ini telah berhasil menyelesaikan survei batimeri untuk wilayah laut terluar Selatan Jawa Barat; pemutakhiran titik-titik pangkal di Selatan Pulau Jawa, Barat Pulau Sumatera, dan Selat Malaka yang akan digunakan sebagai dasar penetapan garis pangkal. Untuk menunjang kegiatan ini telah selesai dibangun 6 (enam) stasiun pasang surut berlokasi di Lhokseumawe di Aceh, Sekupang di Riau, Bengkulu, Pelabuhan Ratu di Jawa Barat, Kalianget di Jawa Timur, dan Pentoloan di Sulawesi Tengah; serta telah beroperasi 6 (enam) stasiun Digital Global Positioning System (DGPS) yaitu di Medan, Jakarta, Denpasar, Menado, Kupang, dan Biak. Stasiun-stasiun tersebut telah meningkatkan keakuratan produk pemetaan nasional secara nyata.

Selanjutnya, telah dimulai pemetaan dijital 3 (tiga) Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I yang meliputi jalur Laut Cina Selatan – Selat Karimata - Selat Sunda – Samudera Hindia, dan

VIII/21

ALKI II dengan jalur Selat Makassar – Laut Jawa – Selat Lombok – Samudera Hindia. Terakhir, ALKI III yang terbagi menjadi tiga seksi yaitu ALKI IIIA dengan jalur Laut Maluku – Laut Banda – Barat Laut P. Timor – Samudera Hindia, ALKI IIIB dengan jalur Laut Maluku – Laut Banda – Timur P. Timor – Samudera Hindia, dan ALKI IIIC dengan jalur Laut Maluku – Laut Banda – Laut Arafuru. Dalam forum International Maritime Organization (IMO) di London, ketiga jalur ALKI tersebut telah disetujui. Jalur-jalur ALKI tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai pedoman bagi kapal asing dalam melintasi perairan Indonesia.

Dalam kegiatan survei dan pemetaan untuk menunjang pertambangan dan energi telah dilakukan pemetaan geologi dasar laut bersistem skala 1:250.000. Sampai dengan tahun 1997/98 telah berhasil diselesaikan 25 lembar peta berbagai lokasi antara lain perairan-perairan Selat Sunda, Selat Gaspar, Riau Kepulauan, Bangka Utara, Singkep, Selat Bangka, dan Tanjung Cina di Lampung.

Dalam rangka pengumpulan data tentang potensi kekayaan keragaman hayati laut, telah dilaksanakan inventarisasi ikan hias dan ekspedisi kelautan yang menghasilkan data sebaran jenis biota dan kondisi perairannya di P. Weh di Aceh, Pulau Nias di Sumatera Utara, Pulau Siberut di Sumatera Barat, Pulau Rinca di Flores, Pulau Derawan di Kalimantan Timur, perairan Riau Kepulauan, Bengkulu dan Lampung.

Dalam rangka pengembangan pariwisata bahari telah dilakukan penelitian kualitas dan sifat-sifat oseanologi yang meliputi fauna, flora serta kualitas air laut termasuk kondisi lingkungannya di perairan Togian, Kabupaten Poso di Propinsi Sulawesi Tengah, Kepulauan Riau, perairan Enggano di Bengkulu, Pulau Toroa dan Uhiwa di Tual, Maluku.

VIII/22

2) Program Pengembangan Industri Kelautan

Program pengembangan industri kelautan bertujuan untuk meningkatkan nilai ekspor hasil industri kelautan dan untuk memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja guna meningkatkan pendapatan masyarakat dan menunjang pertumbuhan sektor ekonomi lainnya.

Dalam bidang perikanan laut, tingkat produksi penangkapan dan budidaya perikanan laut pada tahun 1993 mencapai 2,9 juta ton. Pada tahun 1997 produksi perikanan laut meningkat menjadi 3,6 juta ton, melebihi sasaran Repelita VI sebesar 3,4 juta ton.

Dalam bidang pariwisata sejak tahun 1993/94 sampai dengan 1997/98 terjadi kunjungan wisatawan asing rata-rata sebanyak 4,7 juta orang per tahun. Sebagian besar wisatawan asing tersebut tertarik ke Indonesia karena kekayaan dan keindahan laut, kepulauan serta pantainya. Pada tahun 1996/97 jumlah wisatawan tersebut mencapai 5,067 juta orang, dan pada tahun 1997/98 diperkirakan juga sekitar 5 juta orang.

Untuk memenuhi kebutuhan industri perkapalan serta mempercepat proses alih teknologi di bidang kelautan, telah dikembangkan laboratorium hidrodinamika. Kegiatan yang telah dilakukan antara lain adalah pembuatan desain dan pengujian model bangunan kelautan seperti pengujian type fixed-offshore platform, pengujian model stabilizer kapal, dan pengujian berbagai tipe propeler. Industri penunjang maritim juga telah berkembang. Hasil produksi industri penunjang ini antara lain plat baja, cat kapal, propeler, pompa, peralatan dek, jangkar, rantai jangkar, main switch board, radio telekomunikasi, dan hatch cover.

VIII/23

Dalam bidang geologi kelautan, dari hasil survei diketahui bahwa di Indonesia masih terdapat 40 cekungan yang potensial mengandung minyak dan gas bumi. Dari jumlah cekungan ini, 10 cekungan telah diteliti dengan intensif, 11 cekungan baru diteliti sebagian, sedangkan sisanya belum diteliti. Dari jumlah cekungan itu, diperkirakan dapat menghasilkan 106,2 milyar barel, namun baru 16,7 milyar barel yang diketahui dengan pasti, dengan 7,5 milyar barel diantaranya telah dieksploitasi. Produksi minyak bumi yang berasal dari sumur lepas pantai mencapai sekitar 35% dari seluruh produksi nasional, sedangkan gas alam telah ditambang dari perairan pantai utara Jawa Barat, Arun di Aceh, Bontang di Kalimantan Timur, sekitar Madura dan laut utara pulau Bali dan Lombok.

3) Program Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan

Program pemanfaatan sumber daya kelautan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan nasional dalam mendayagunakan dan memanfaatkan potensi kekayaan laut Nusantara. Namun, keter-sediaan sumber daya laut khususnya ikan laut bukannya tanpa batas. Keseimbangan antara tingkat pemanfaatan dan jumlah potensi lestari harus terpenuhi sebagai dasar pembangunan kelautan yang berkelanjutan.

Dalam Repelita VI telah diselesaikan kegiatan pendugaan sediaan (stock assessment) yang telah memperbaharui penghitungan jumlah potensi optimum dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan laut. Dari hasil pendugaan sediaan tersebut, telah diketahui bahwa potensi sumber daya ikan laut di seluruh perairan Indonesia -tidak termasuk ikan hias- adalah sebesar 6,17 juta ton ikan konsumsi pertahun. Secara nasional, pemanfaatan potensi ikan laut Indonesia pada tahun 1997 baru mencapai 3,59 juta ton atau 58,19% dari

VIII/24

potensi yang ada. Selain ikan konsumsi tersebut, di perairan laut Indonesia terdapat ikan hias yang bernilai ekonomis tinggi dengan potensi 1,5 milyar ekor/tahun. Pencatatan potensi sumberdaya ikan laut tersebut dilaksanakan secara rinci untuk 7 (tujuh) kelompok, yaitu : (1) ikan pelagis besar; (2) ikan pelagis kecil; (3) ikan demersal; (4) ikan karang konsumsi; (5) udang penaid dan lobster; (6) cumi-cumi; dan (7) ikan hias. Ketujuh kelompok sumberdaya ikan tersebut masih berpeluang untuk dikembangkan tingkat pemanfaatannya kecuali kelompok udang penaid yang telah mencapai titik jenuh pemanfaatannya.

Untuk ekosistem mangrove, dilaksanakan survei penentuan status ekosistem mangrove dalam kawasan Suaka Margasatwa Sembilang di Sumatera Selatan, dan kawasan Teluk Bintuni di Irian Jaya, serta kawasan Suaka Margasatwa di Pulau Komodo. Sementara itu, untuk mengetahui peran ekosistem estuaria sebagai tempat asuhan bagi udang dan ikan, dilaksanakan survei di muara sungai Musi Banyuasin.

b. Kedirgantaraan

1) Program Pengembangan Industri Dirgantara

Program pengembangan industri dirgantara terdiri dari pengembangan industri dan pengembangan kemampuan kedirgantaraan. Pengembangan industri dirgantara dilakukan sekaligus sebagai wahana pembangunan sumber daya manusia dan pembangunan iptek dirgantara, yaitu melalui 4 (empat) tahapan penguasaan: pengenalan teknologi, integrasi teknologi, pengembangan teknologi, serta penelitian dasar dalam skala yang luas.

VIII/25

Dalam bidang industri pesawat terbang, sampai dengan tahun keempat Repelita VI telah mampu memproduksi pesawat sekelas 19-24 tempat duduk, helikopter sekelas 5, 15, 23 tempat duduk, komponen struktur pesawat berbadan besar serta pesawat militer. Selain itu telah dapat dihasilkan rancang bangun pesawat sekelas 33-34 tempat duduk, dan pengembangan pesawat high-subsonic berkapasitas 50-70 tempat duduk dengan teknologi pengendalian Fly-by-Wire yaitu N-250. Selanjutnya, masih dikaji pengembangan pesawat N-2130 berkecepatan transonik dengan kapasitas 130 tempat duduk.

Dalam industri manufaktur telekomunikasi, sampai dengan tahun 1997/98 telah mampu diproduksi peralatan stasiun bumi kecil, stasiun bumi mikro untuk transmisi gelombang mikro digital, sistem TVRO (television receive only) dengan antena parabola, serta berbagai komponen elektronika dan alat instrumentasi.

2) Program Penyediaan Jasa Kedirgantaraan

Program penyediaan jasa kedirgantaraan bertujuan untuk mendorong, menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan industri jasa kedirgantaraan dalam menghasilkan berbagai produk jasa kedirgantaraan. Penyediaan jasa kedirgantaraan tersebut mencakup jasa penerbangan, jasa telekomunikasi satelit, jasa inderaja, informasi geografi, survei dan pemetaan, serta jasa navigasi dan geodesi.

Dalam penyediaan jasa penginderaan jauh (inderaja) telah dioperasikan sistem stasiun bumi yang dapat menerima secara langsung data dari inderaja baik resolusi tinggi maupun rendah yang berada di Parepare (Sulawesi Selatan), Pekayon (Jakarta), serta Biak (Irian Jaya). Dari hasil pemanfaatan teknologi inderaja tersebut,

VIII/26

sampai tahun keempat Repelita VI telah dihasilkan peta rupa bumi berbagai skala, termasuk peta rupa bumi dijital, serta peta citra yang mencakup hampir seluruh wilayah Indonesia. Ketersediaan peta-peta tersebut telah membantu kelancaran pelaksanaan pembangunan di berbagai daerah.

Jasa pemotretan udara juga telah dipergunakan dalam rangka pemetaan rupabumi dijital untuk wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku Selatan. Selain itu juga telah dilakukan pemotretan udara di daerah aliran sungai (DAS) Memberamo di Irian Jaya dan Pulau Nias, serta pemotretan udara pada wilayah prioritas di Biak, Seram, dan Kalimantan Timur. Demikian pula telah dilakukan pemetaan dengan sistem Interferometric SAR (Synthetic Aperture Radar) untuk pembuatan peta wilayah yang diperlukan sebagai peta dasar Tata Ruang untuk wilayah Jawa Barat bagian Utara dan Jawa Timur bagian Utara seluas 3,25 juta Ha. Penggunaan teknologi Interferometric SAR sangat menolong dalam penyusunan Tata Ruang daerah yang sering tertutup awan.

Teknologi inderaja juga telah dimanfaatkan dalam pemantauan kekeringan, perkiraan datangnya musim hujan, pemantauan kebakaran hutan, pemantauan daerah rawan bencana banjir dan letusan gunung berapi, penyediaan informasi daerah penangkapan ikan laut, serta informasi tentang luas perkiraan produksi padi. Sedangkan jasa inderaja di bidang lingkungan telah dimanfaatkan untuk pemantauan awan di atas udara Indonesia yang menghasilkan informasi tentang prakiraan awal dan akhir musim kemarau di berbagai daerah di Indonesia. Saat ini juga telah dimulai integrasi dari seluruh komponen teknologi inderaja yang dimanfaatkan sebagai suatu sistem pemantauan kewilayahan terpadu (wide area surveilance). Sistem tersebut telah mulai dimanfaatkan untuk menangani kebakaran hutan, pemantauan areal padi.

VIII/27

3) Program Pemanfaatan Teknologi Dirgantara

Program pemanfaatan teknologi dirgantara bertujuan untuk dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat khususnya masyarakat di perdesaan dan daerah terpencil dengan menggunakan teknologi dirgantara yang dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh lapisan masyarakat. Kegiatan yang telah dilakukan sampai dengan tahun keempat Repelita VI meliputi pemanfaatan energi angin dan surya, prakiraan iklim dan cuaca, serta pengamatan media dirgantara dan pemanfaatan hujan buatan.

Dalam rangka pemanfaatan energi angin sebagai salah satu energi alternatif, terus dikembangkan berbagai prototipe kincir angin dan turbin angin baik untuk keperluan pembangkit listrik maupun pemompaan air di daerah perdesaan yang belum terjangkau aliran listrik. Selama Repelita VI telah dibangun beberapa desa angin percontohan di Jepara, Jawa Tengah dan Desa Selayar di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Energi angin yang dihasilkan dari percontohan tersebut adalah sebesar 45 Kw yang telah dapat dimanfaatkan oleh 257 kepala keluarga. Selain itu dalam meningkatkan pemanfaatan energi angin tersebut, telah dibuat peta potensi energi angin yang didasarkan pada pengukuran di 75 lokasi di seluruh wilayah Indonesia.

Sementara itu pemanfaatan dan pengembangan energi surya bagi berbagai kebutuhan, khususnya kebutuhan rumah tangga di daerah terpencil terus dikembangkan. Sampai dengan tahun keempat Repelita VI telah terpasang kurang lebih 36.400 unit pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk keperluan penerangan dan keperluan rumah tangga lainnya. Penggunaan PLTS ini juga sangat efektif untuk instalasi air bersih, catu daya televisi

VIII/28

repeater, dan instalasi pelayanan kesehatan masyarakat seperti penyimpan vaksin, serta keperluan radio komunikasi.

Dalam upaya pemanfatan jasa informasi prakiraan iklim dan cuaca, sampai dengan tahun keempat Repelita VI telah dilakukan pengamatan kondisi lingkungan atmosfer baik dengan memanfaat- kan sarana dan prasarana sistem perolehan data berbasis bumi maupun melalui data satelit. Juga telah dimanfaatkan roket sonda, balun stratosfer serta berbagai pos-pos pengamatan hujan, iklim dan cuaca untuk mendukung kemampuan dalam prakiraan iklim dan cuaca. Sementara itu terus dilakukan kegiatan hujan buatan terutama di saat musim kemarau untuk mempertahankan suplai air yang amat diperlukan untuk kesinambungan produksi listrik tenaga air, menjaga tingkat produksi padi, serta untuk pemadaman kebakaran lahan dan hutan. Kegiatan tersebut antara lain dilaksanakan untuk meningkatkan tinggi-duga muka air (DMA) Waduk Wadas Lintang, Sempor, dan Sermo. Kegiatan hujan buatan telah meningkatkan tinggi DMA di ketiga waduk tersebut sekaligus mengamankan suplai air yang diperlukan untuk musim tanam II dan III. Selain itu kegiatan hujan buatan di danau Matano, Mahalona, dan Towuti telah meningkatkan suplai listrik sebesar 172 MWH. Untuk memberikan dukungan yang memadai terhadap kegiatan hujan buatan, maka telah dikembangkan laboratorium hujan buatan di PUSPIPTEK Serpong.

4) Program Pembinaan Kedirgantaraan

Program pembinaan kedirgantaraan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan peran serta masyarakat melalui peningkatan keterpaduan pelaksanaan dan peningkatan pemanfaatan kawasan dirgantara. Kelembagaan kedirgantaraan terus disempurnakan menuju terwujudnya sistem pengelolaan yang

VIII/29

terpadu, serasi, efektif dan efisien agar sektor kedirgantaraan mampu memberikan pelayanan dan dorongan bagi berbagai kegiatan ekonomi.

Untuk memperoleh pengakuan internasional atas hak penggunaan wilayah antariksa dan penguasaan iptek, Indonesia telah ikut berperan serta dalam berbagai pertemuan internasional. Di wilayah Asia-Pasifik Indonesia telah berpartisipasi dalam program aplikasi antariksa regional untuk pembangunan berkelanjutan di Asia-Pasifik, serta pengembangan pusat pendidikan regional di bidang ilmu dan teknologi antariksa. Pusat pendidikan tersebut terutama adalah untuk menyelenggarakan pendidikan dan latihan bagi para pendidik dan ilmuwan di bidang aplikasi teknologi antariksa seperti penginderaan jauh, lingkungan dan atmosfer, serta komunikasi.

VIII/30

TABEL VIII – 1VARIETAS UNGGUL TANAMAN PANGAN YANG DILEPAS 1)

1993, 1994 – 1997(varietas)

1) Angka kumulatif2) Angka sampai akhir tahun 1997

VIII/31

TABEL VIII – 2HASIL PELAKSANAAN PROGRAM PEMETAAN DASAR 1)

1993/94, 1994/95 – 1997/98

1) Angka kumulatif2) Angka terakhir sampai dengan bulan Maret 1998

VIII/32

TABEL VIII – 3TINGKAT PENDIDIKAN TENAGA PENELITI 1)

1993/94, 1994/95 – 1997/98(orang)

1) Angka kumulatif2) Angka terakhir sampai dengan bulan Maret 19983) Dihentikan sejak tahun 1996/97.. = Kegiatan sudah selesai/tidak dilaksanakan lagi

VIII/33

TABEL VIII – 4PROPOSAL PENELITIAN YANG LOLOS SELEKSI

DALAM PAKET PENELITIAN KOMPETITIF 1)

1993/94, 1994/95 – 1997/98(Judul)

1) Angka kumulatif2) Angka terakhir sampai dengan bulan Maret 1998.. = Kegiatan sudah selesai/tidak dilaksanakan lagi

VIII/34