profesi pendidikan

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, pendidikan merupakan upaya untuk membimbing dan membina manusia muda atau belum memiliki pengalaman apapun agar menjadi manusia yang berperilaku seperti manusia pada umumnya serta pengembangan dirinya yang berguna ketika berinteraksi dengan manusia lainnya. Hal ini dapat diamati dari proses interaksi antara seorang pendidik/guru dengan peserta didiknya (siswa), yaitu si pendidik memberikan pengaruh kepada peserta didiknya kearah positif. Selain itu, tujuan pendidikan itu sendiri yaitu membentuk para peserta didik pada perubahan tingkah laku dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan, kacakapan, kemampuan (competencies), keterampilan (skills), pengembangan sikap (attitude) dan nilai-nilai dalam rangka pengembangan dirinya. Pengembangan tersebut dibutuhkan oleh peserta didik dalam menghadapi tugas-tugasnya didalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebagai siswa, anggota masyarakat, warga negara, dan sebagainya. Ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini semakin maju, menuntut para pendidik untuk dapat menyesuaikan diri Profesi Pendidikan Page 1

Upload: aisaisyah

Post on 20-Jun-2015

1.693 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: profesi pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakikatnya, pendidikan merupakan upaya untuk membimbing dan membina

manusia muda atau belum memiliki pengalaman apapun agar menjadi manusia yang

berperilaku seperti manusia pada umumnya serta pengembangan dirinya yang berguna

ketika berinteraksi dengan manusia lainnya. Hal ini dapat diamati dari proses interaksi

antara seorang pendidik/guru dengan peserta didiknya (siswa), yaitu si pendidik

memberikan pengaruh kepada peserta didiknya kearah positif. Selain itu, tujuan

pendidikan itu sendiri yaitu membentuk para peserta didik pada perubahan tingkah laku

dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan, kacakapan, kemampuan (competencies),

keterampilan (skills), pengembangan sikap (attitude) dan nilai-nilai dalam rangka

pengembangan dirinya. Pengembangan tersebut dibutuhkan oleh peserta didik dalam

menghadapi tugas-tugasnya didalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

sebagai siswa, anggota masyarakat, warga negara, dan sebagainya.

Ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini semakin maju, menuntut para

pendidik untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan saat ini. Hal inipun turut

dirasakan oleh para pemuda atau peserta didik saat ini, yang merupakan orang pertama

yang menjadi sasaran perkembangan teknologi. Namun, tidak semua kemajuan teknologi

pada saat ini membawa para pemuda bergerak menuju pada hal positif. Bahkan pada saat

ini banyak para pemuda atau peserta didik melakukan berbagai tindakan yang tidak sesuai

dengan norma-norma yang berlaku pada kehidupan masyarakat serta tidak mencirikan

etika bangsa dan agama. Tindakan negatif yang dilakukan oleh para pemuda tersebut

seperti tawuran antar kelompok/sekolah, mengkonsumsi narkoba, premanisme, dan

sebagainya, bahkan tidak sedikit diantara meraka melakukan tindakan asusila. Hal ini jika

Profesi Pendidikan Page 1

Page 2: profesi pendidikan

terus dibiarkan terjadi, maka lambat laun akan merusak moral bangsa dan para pemuda

tidak akan menghargai budaya bangsanya sendiri.

Pada akhirnya, semua permasalahan ini akan menyalahkan sistem pendidikan saat

ini, terutama kepada guru sebagai tenaga pendidik. Guru sebagai orang tua kedua di

lingkungan pendidikan atau sekolah dituntut untuk dapat membentuk etika, moral, dan

akhlak atau perilaku para peserta didiknya (siswa) agar sesuai dengan norma-norma yang

berlaku di kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Namun, tidak semua para

pendidik atau guru melaksanakan tugasnya dengan baik. Tidak sedikit dari para pendidik

atau guru yang belum mengerti tugasnya secara professional. Hal ini dapat dilihat seperti

si pendidik atau guru hanya memberikan materi yang dikuasainya, serta tidak menutup

kemungkinan mereka belum mampu menciptakan suasana belajar yang baik bagi peserta

didiknya.

Banyaknya peristiwa yang terjadi pada saat ini terutama oleh para pemuda atau

peserta didik sabagai penerus bangsa, agen perubahan dan calon pemimpin masa depan

adalah mengacu pada sistem pembelajaran yang dilakukan oleh para pendidik atau guru.

Tidak sedikit diantara mereka yang menyadari akan pentingnya pembentukan etika,

moral, dan akhlak atau perilaku peserta didiknya menuju kearah positif. Hal itu perlu

adanya kerjasama antara pendidik atau guru, orang tua, dan pemerintah. Oleh karena itu

penulis menyusun sebuah makalah dengan tema “PENGINTEGRASIAN PEMBINAAN

ETIKA, MORAL, DAN AKHLAK SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI

SEKOLAH SEBAGAI TUNTUTAN KOMPETENSI MORAL GURU

PROFESIONAL”.

Profesi Pendidikan Page 2

Page 3: profesi pendidikan

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa arti penting kompetensi moral guru?

2. Bagaimana peran kompetensi moral guru dalam lingkungan pendidikan?

3. Apa yang menyebabkan menurunnya moral, etika dan akhlak peserta didik pada

saat ini?

1.3 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengintegrasian pembinaan etika, moral dan akhlak siswa dalam

proses pembelajaran.

2. Untuk mengetahui peranan kompetensi moral seorang guru.

1.4 Tujuan Umum

1.Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Profesi Kependidikan.

2. Untuk memahami pentingnya peningkatan profesionalisme guru dan peranan

kompetensi profesional guru sebagai tuntutan kompetensi moral.

3. Untuk menambah wawasan antara penulis dan pembaca tentang kompetensi sosial

guru yang ada di sekolah dan masayarakat.

4. Memberikan penyuluhan kepada para pendidik atau guru maupun calon pendidik

tentang pentingnya pembinaan etika, moral,dan akhlak atau perilaku kepada para

peserta didik atau siswa.

5. Mengetahui proses pembinaan etika, moral, dan akhlak atau perilaku kepada

peserta didik atau siswa melalui proses pembelajaran.

1.5 Manfaat Penulisan Makalah

1.Sebagai sumber informasi bagi pembaca mengenai figur keteladan guru profesional.

2. Sebagai suatu pembelajaran kepada calon pendidik atau guru agar kendala-kendala

yang dialami oleh guru saat ini agar tidak diulangi oleh mereka.

Profesi Pendidikan Page 3

Page 4: profesi pendidikan

3. Menambah pengetahuan mengenai pembinaan etika, moral, dan akhlak atau

perilaku yang dilaksanakan oleh pendidik atau guru kepada peserta didik atau

siswanya.

4. Para pendidik atau guru, khususnya calon pendidik mampu merealisasikan

pembinaan etika, moral, dan akhlak atau perilaku didalam proses pembelajaran di

kelas.

5. Para peserta didik atau siswa selain mendapatkan ilmu pengetahuan yang

diperolehnya dari lingkungan sekolah, meraka dibekali etika, moral, dan akhlak

yang harus dimilikinya dalam berinteraksi pada kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.

1.6 Sistematika Penulisan Makalah

Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang1.2 Rumusan masalah1.3 Tujuan khusus1.4 Tujuan umum1.5 Manfaat penulisan makalah1.6 Sistematika penulisan makalah

BAB II KAJIAN TEORITIS

2.1 Pengertian guru2.2 Pengertian professional2.3 Pengertian kompetensi 2.4 Pengertian etika, moral dan akhlak 2.5 Fungsi Kompetensi Moral Guru

Profesi Pendidikan Page 4

Page 5: profesi pendidikan

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Peranan social guru dalam masyarakat3.2. Figur keteladanan guru profesional

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan4.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Profesi Pendidikan Page 5

Page 6: profesi pendidikan

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Pengertian guru

Menurut: (Greta G. Morine-Dershimer 2009, 43) guru adalah pekerjaan profesional

yang membutuhkan kemampuan khusus hasil proses pendidikan yang dilaksanakan oleh

lembaga pendidikan keguruan.

Hasan Alwy (2009, 65) guru adalah orang yang pekerjaannya sehari-hari (mata pencahariannya, profesinya mengajar). Guru terbagi menjadi 2 guru formal tugasnya di sekolah dan tutor (guru) non formal yang tugasnya dalam proses belajar mengajar di PKBM, kursus dan berbagai pelatihan lainnya. Masih ada istilah selain tutor, seperti inspektur, fasilitator dll.

Menurut kami pengertian guru diatas lebih setuju pendapat dari Hasan Alwy bahwa

guru adalah seseorang yang profesional yang tugasnya bukan hanya sekedar mengajar di

tempat formal (disekolah) saja tetapi di tempat non formal (tempat kursus dan berbagai

pelatihan).

2.2 Pengertian profesional

Hasan Alwy (2002; 897) profesional adalah bidang pekerjaan yang dimiliki

seseorang, dalam sudut pandang lain merupakan kepandaian (keterampilan) khusus

seseorang dalam menjalankan tugasnya....”. 

Hassan Shadily (1984; 2774) profesional adalah orang yang mengerjakan sesuatu karena jabatan atau profesinya, bukan hanya untuk kesenangan saja, tetapi merupakan suatu mata pencaharian dalam mencari nafkah...”. Termasuk juga mereka yang mengemban jabatan fungsional guru, PPL, PLKB, Tutor, Instruktur, dll.

Menurut kelompok kami bahwa Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya

suatu bidang pekerjaan yang ingin atau ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan

sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan

keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif.

Profesi Pendidikan Page 6

Page 7: profesi pendidikan

2.3 Pengertian kompetensi

Banyak pakar membicarakan tentang kompetensi yang pada prinsipna merujuk pada

pengertian yang sama. Dalam makna yang lebih luas kompetensi memiliki arti yang sebagai

kecakapan, kebiasaan, keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam kehidupannya

(Syaodih,2004 : 29) baik sebagai pribadi ,warga masyarakat, siswa dan termasuk juga guru.

Kata-kata tersebut sebenarnya memiliki makna khusus, tetapi secara umum dapat diartiakan

sama, yaitu sebagai perilaku atau perpormansi yang diperlihatkan sesorang dalam

beraktivitas,melaksanakan tugas, menyelesaikan pekerjaan, memecahkan masalah dan

sebagainya.(Syaodih,2002 : 32 ). Sejalan dengan itu, Muhibin (1997 : 229 ) menjelaskan bahwa

“kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan Sedangkan Broke dan Stone ( Wijaya &

Rusyan, 1994 : 7 ) menjelaskan bahwa “kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari

perilaku pendidik aau tenaga kependidikan yang tampak sangat berarti.

Menurut Barlow ( Dalam Muhibibin, 1997 : 229 )Bahwa kompetensi guru adalah the ability of a

teacher to responsibility perform his or her duites appropriately, yang berarti bahwa kompetensi

guru merupakan kemampuan dalam melaksanakan kewajiban – kewajiban secara bertanggung

jawab dan layak. Sependapat dengankutipan diatas, dalam hal ini kepputusan menteri pendidikan

nasional numer 045/U/2002, memberikan batasan tentang kompetensi sebagai seperangkat

tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimilki seseorng sebagai syarat untuk dianggap

mampu ( Kompeten oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang tertentu. Lebih

lanjut VITT ( 1992 : 23 ) mengemukakan terdapat lima dimensi kompetensi, yaitu (1) Motif ; )

Sifat; (3) Konsep diri ; (4) pengetahuan ; dan (5) keterampilan .Sementara itu dalam UU RI

NO.14 2005 tetang guru dan dosen dijelaskan bahwa “Kompentensi adalah seperangkat

pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan

dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya “.

Betapa esensinya kompetensi bagi individu, terutama pada seseorang yang terlibat dalam

menekuni suatu pekerjaan ( profesi), maka kompetensi merupakan suatu hal yang mendasar bagi

Profesi Pendidikan Page 7

Page 8: profesi pendidikan

terciptanya kualitas kerja yang dihasilakan, sejalan dengan itu Spencer dan Spencer ( 1993 :

104 ) memberikan definisi bahwa kompetensi adalah ….an underliying characteristic of an

individual that is causally related ti criterion referenced effective and/or superios performance in

job or situation. Menurut definisi tersebut,kompetensi merupakan kar kter dasar individu yang

mempengaruhi efektivitas cara berfikir dan bertindak, serta membentuk kinerja tinggi dalam

melaksanakan pekerjaan.

2.4 Pengertian etika, moral dan akhlak

1. Pengertian Etika

Etika dalam islam disebut akhlak. Berasal dari bahasa Arab al-akhlak yang

merupakan bentukjamakdari al-khuluq yang berartibudipekerti, tabiat atau watak yang

tercantum dalam al-qur’an sebagai konsideran. (Pertimbangan yg menjadi dasar penetapan

keputusan, peraturan)

“ Sesungguhnya engkau Muhammad berada di atas budi pekerti yang agung” ( Q.S Al-

Qalam: 4 )

Etika merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan

yang di lakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk, dengan kata lain aturan atau pola

tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.

Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani ethos , yang berarti adat kebiasaan.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas – asas

akhlak. Ahmad Amin menegaskan etika ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,

menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.

Etika secara terminologis, menurut Ahmad Amin etika ialah ilmu yang menjelaskan arti baik

dan buruk yang seharusnya dilakukan oleh manusia.

Profesi Pendidikan Page 8

Page 9: profesi pendidikan

Etika dalam Encyclopedia Britania dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi tentang sifat

dasar dari konsep baik dan buruk, harus, benar dan salah ( Zubair 1980)

Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat

tertentu, Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu yang menjadi

standar baik dan buruk itu adalah akal manusia. Etika bersifat relative yakni dapat berubah-

ubah sesuai dengan tuntutan zaman.

2. Pengertian Moral

Secara etimologis istilah moral berasal dari bahasa latin “mos” (Moris), yang berarti

adat, kebiasaan, peraturan, nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Dewasa ini orang cenderung

untuk memakai moralitas atau moral untuk menunjukkan tingkah laku itu sendiri. Dapat

dikatakan moral adalah ukuran baik buruk seseorang, baik sebagai pribadi maupun sebagai

warga masyarakat, dan warga negara. Selain itu moral juga memiliki dua pengertian yaitu :

a.       Serangkaian tentang nilai tentang baik buruk yang diterima umum mengenai

perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti dan susila.

b.       Kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah dan

berdisiplin sebagaimana terungkap dalam perbuatan (Nata, 2003: 90).

Kemudian menurut C Asri Budiningsih (2004: 24) mengartikan moral yang dikutip

dari pendapat Franz Magnis Soeseno, moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia

sebagai manusia sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi

kebaikan manusia. Definisi lain dikemukakan oleh Piaget, L Kohlberg, B Graham dan

Barbara Leers dalam Ahmad Kosasih Djahiri (1986: 76) yang menyatakan bahwa moral

adalah segala hal yang menyangkut, membatasi, dan menentukan serta harus dianut,

dijalankan, karena hal tersebut dianut, diyakini, dilaksanakan, atau diharapkan dalam

Profesi Pendidikan Page 9

Page 10: profesi pendidikan

kehidupan dimana kita berada. Moral ada di dalam kehidupan serta menuntut dianut,

diyakini, akan menjadi moralitas sendiri.

Manusia menurut kodratnya selain dikaruniai akal juga dikaruniai hawa nafsu. Selain

itu apda dasarnya manusia itu “kosong” menerima segala bentuk tingkah laku, oleh karena itu

pendidikan moral sangat penting. Pendidikan moral adalah pendidikan untuk menjadikan

anak manusia bermoral baik dan manusiawi. Tanpa pendidikan moral, akhlak terpuji dan

mulia tidak akan menjadi bagian yang menyatu dengan kepribadaian seseorang dan manusia

akan terbiasa dengan moral yang tercela karena hanya dilandasi nafsu. Ada beberapa pakar

yang mengembangkan pembelajaran nilai moral, dengan tujuan membentuk watak atau

karakterstik anak. Pakar-pakar tersebut di antaranya Newman, Simon, Howe, dan Lickona.

Dari beberapa pakar tersebut, pendapat Lickona-lah yang lebih cocok diterapkan untuk

membentuk watak/karakter anak. Pandangan Lickona (1992) tersebut dikenal dengan

educating for character atau pendidikan karakter/watak untuk membangun karakter atau

watak anak. Dalam hal ini, Lickona mengacu pada pemikiran filosof Michael Novak yang

berpendapat bahwa watak atau karakter seseorang dibentuk melalui tiga aspek yaitu, moral

knowing, moral feeling, dan moral behavior, yang mana satu sama lain saling  berhubungan

dan terkait. Lickona menggarisbawahi pemikiran Novak. Ia berpendapat bahwa pembentukan

karakter atau watak anak dapat dilakukan melalui tiga kerangka pikir, yaitu konsep moral

(moral knowing), sikap moral (moral feeling), dan perilaku moral (moral behavior). Dengan

demikian, hasil pembentukan sikap karakter anak pun dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu

konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral.

3. Pengertiann akhlak

Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu

keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan

Profesi Pendidikan Page 10

Page 11: profesi pendidikan

bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku,

atau tabiat

2.5 Fungsi Kompetensi Moral Guru

Setiap subjek mempunyai pribadi yang unik, masing-masing mempunyai ciri dan sifat

bawaan serta latar belakang kehidupan. Banyak masalah psikologis yangdihadapi peserta

didik, banyak pula minat, kemampuan, motivasi dan kebutuhannya. Semua memerlukan

bimbingan guru yang berkepribadian dapat bertindak sebagai pembimbing, penyuluh dan

dapat menoling peserta didik agar mampu menolong dirinya sendiri. Disinilah letak

kompetensi kepribadian guru sebagai pembimbing dan suri teladan. Guru adalah sebagai

panutan yang harus digugu dan ditiru dan sebagai contoh pula bagi kehidupan dan pribadi

peserta didiknya. Dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro dalam sistem Amongnya yaitu guru

harus:

1. Ing ngarso sungtulodo

2. Ing madyo mangun karso

3. Tut wuri hindayani

Artinya bahwa guru harus menjadi contoh dan teladan, membangkitkan motif belajar siswa

serta mendorong/memberikan motivasi dari belakang. Dalam arti Anda sebagai seorang guru

dituntut melalui sikap dan perbuatan menjadikan dirinya pola panutan dan ikutan orang-orang

yang di pimpinnya. Dalam hal ini siswa-siswa di sekolahnya, juga sebagai seorang guru

dituntut harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang

yang dibimbingnya serta harus mampu mendorong orang-orang yang di asuhnya agar berani

berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.

Berdasarkan uraian diatas, fungsi kompetensi kepribadian guru adalah memberikan

bimbingan dan suri teladan, secara bersama-sama mengembangkan kreativitas dan

membangkitkan motif belajar serta dorongan untuk maju kepada anak didik.

Profesi Pendidikan Page 11

Page 12: profesi pendidikan

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Arti Penting Kompetensi Moral Guru

Penguasaan kompetensi moral guru memiliki arti penting, baik bagi guru yang

bersangkutan, sekolah dan terutama bagi siswa.  Berikut ini disajikan beberapa arti

penting  penguasaan kompetensi moral guru:

1. Ungkapan klasik mengatakan bahwa “segala sesuatunya bergantung pada

pribadi masing-masing”. Dalam konteks tugas guru, kompetensi pedagogik,

profesional dan sosial yang dimiliki seorang guru pada dasarnya akan bersumber

dan bergantung pada pribadi guru itu sendiri. Dalam melaksanakan proses

pembelajaran dan berinteraksi dengan siswa akan banyak ditentukan oleh

karakteristik kepribadian guru yang bersangkutan. Memiliki kepribadian yang

sehat dan utuh, dengan kerakteristik sebagaimana diisyaratkan dalam rumusan

kompetensi kepribadian di atas dapat dipandang sebagai titik tolak bagi seseorang

untuk menjadi guru yang sukses.

2. Guru adalah pendidik profesional yang bertugas untuk mengembangkan

kepribadian siswa atau sekarang lebih dikenal dengan karakter siswa. Penguasaan

kompetensi kepribadian yang memadai dari seorang guru akan sangat membantu

upaya pengembangan karakter siswa. Dengan menampilkan sebagai sosok yang

bisa di-gugu (dipercaya) dan ditiru, secara psikologis anak cenderung akan

merasa yakin dengan apa yang sedang dibelajarkan gurunya. Misalkan, ketika

guru hendak membelajarkan tentang kasih sayang kepada siswanya, tetapi di sisi

lain secara disadari atau biasanya tanpa disadari, gurunya sendiri malah

cenderung bersikap tidak senonoh, mudah marah dan sering bertindak kasar,

Profesi Pendidikan Page 12

Page 13: profesi pendidikan

maka yang akan melekat pada siswanya bukanlah sikap kasih sayang,  melainkan 

sikap tidak senonoh itulah yang lebih berkesan dan tertanam dalam sistem pikiran

dan keyakinan siswanya.

3. Di masyarakat, moral guru masih dianggap hal sensitif dibandingkan dengan

kompetensi pedagogik atau profesional. Apabila ada seorang guru melakukan

tindakan tercela, atau pelanggaran norma-norma yang berlaku di masyarakat,

pada umumnya masyarakat cenderung akan cepat mereaksi. Hal ini tentu dapat

berakibat terhadap merosotnya wibawa guru yang bersangkutan dan kepercayaan

masyarakat terhadap institusi sekolah, tempat dia bekerja.

4. Bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa kompetensi moral guru berpengaruh

terhadap perkembangan belajar dan kepribadian siswa. Studi kuantitatif yang

dilakukan Pangky Irawan (2010) membuktikan bahwa kompetensi kepribadian

guru memiliki hubungan erat dan signifikan dengan motivasi berprestasi siswa.

Sementara studi kualitatif yang dilakukan Sri Rahayu (2008) menunjukkan bahwa

kompetensi kepribadian guru memiliki kontribusi terhadap kondisi moral siswa.

Hasil studi lain  membuktikan tampilan kepribadian guru akan lebih banyak

mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran (Iis Holidah, 2010)

Dari uraian singkat di atas, tampak terang bahwa begitu pentingnya penguasaan

kompetensi kepribadian bagi seorang guru.

3.2 Peran Kompetensi Moral Guru

Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil sangat besar terhdap

keberhasilan sebuah pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu

perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidup secara optimal.

Profesi Pendidikan Page 13

Page 14: profesi pendidikan

Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam

perekembangannya senantiasa membutuhkanorang lain sejak lahir, bahkan pada saat

meninggal dunia. Demikan juga dengan peserta didik sejak orang tuannya

mendaftarkannya di sekolah.

Minat, bakat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan

berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru harus

memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara satu peserta didik

dengan yang lainnya memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Memahami realitas

dilapangan tentang peranan dan eksistensi guru betapa besar jasa guru dalam

membantu pertumbungan dan perkembangan para peserta didik. Eksistensi dalam

pembentukan kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya

manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan bangsa dan negara.

Pada sisi lain guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan

kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya

secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan

dengan memposisikan diri sebagai berikut:

1.      Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.

2.      Teman, tempat mengadu dan mengutarakan perasaan bagi peserta didik.

3.      Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik

sesuai minat, kemampuan dan bakatnya.

4.      Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui

permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.

5.      Memupuk rasa percaya diri, berani dan tanggung jawab.

6.      Membiasakan peserta didik untuk saling bersilaturrahmi dengan orang lain secara

wajar.

Profesi Pendidikan Page 14

Page 15: profesi pendidikan

7.      Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antara peserta didik, orang lain dan

lingkungannya.

8.      Mengembangkan kreativitas.

9.      Menjadi pembantu ketika diperlukan.

Untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru harus mampu memaknai pembelajaran, serta

menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan

kualitas pribadi peserta didik.

3.3 Penyebab Menurunya Moral, Etika dan Akhlak

Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah

maupun masyarakat. Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak

berjalan menurut semsetinya atau yang sebiasanya. Pembinaan moral dirumah tangga

misalnya harus dilakukan dari sejak anak masih kecil, sesuai dengan kemampuan dan

umurnya. Karena setiap anak lahir, belum mengerti mana yang benar dan mana yang

salah, dan belum tahu batas-batas dan ketentuan moral yang tidak berlaku dalam

lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap baik untuk

manumbuhkan moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu. Pembinaan

moral pada anak dirumah tangga bukan dengan cara menyuruh anak menghapalkan

rumusan tentang baik dan buruk, melainkan harus dibiasakan. Zakiah Darajat mangatakan,

moral bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai dengan mempelajari saja, tanpa

membiasakan hidup bermoral dari sejak keci. Moral itu tumbuh dari tindakan kepada

pengertian dan tidak sebaliknya. Seperti halnya rumah tangga, sekolahpun dapat

mengambil peranan yang penting dalam pembinaan moral anak didik. Hendaknya dapat

diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik bagi pertumuhan dan perkembangan

mental dan moral anak didik. Di samping tempat pemberian pengetahuan, pengembangan

bakat dan kecerdasan. Dengan kata lain, supaya sekolah merupakan lapangan sosial bagi

anak-anak, dimana pertumbuhan mantal, moral dan sosial serta segala aspek kepribadian

berjalan dengan baik. Untuk menumbuhkan sikap moral yang demikian itu, pendidikan

agama diabaikan di sekolah, maka didikan agama yang diterima dirumah tidak akan

berkembang, bahkan mungkin terhalang. Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil

peranan dalam pembinaan moral. Masyarakat yanglebih rusak moralnya perelu segera

Profesi Pendidikan Page 15

Page 16: profesi pendidikan

diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat dengan kita.

Karena kerusakan masyarakat itu sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moral anak-

anak. Terjadinya kerusakan moral dikalangan pelajar dan generasi muda sebagaimana

disebutakan diatas, karena tidak efektifnnya keluarga, sekolah dan masyarakat dalam

pembinaan moral. Bahkan ketiga lembaga tersebut satu dan lainnya saling bertolak

belakang, tidak seirama, dan tidak kondusif bagi pembinaan moral.

Profesi Pendidikan Page 16

Page 17: profesi pendidikan

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dalam menjalankan tugasnya secara profesional, hal yang pertama yang harus

dilakukan oleh guru sebagai tenaga pendidik adalah menjadi teladan bagi siswanya.

Hal ini dikarenakan si peserta didik akan melihat moral dan perilaku kita sebagai

teladannya. Maka, hal pertama yang harus dilakukan oleh si pendidik adalah

memberikan contoh yang baik bagi peserta didiknya.

4.2 Saran

1.Saran untuk pemerintah

Pemerintah harus mampu menyiapkan guru yang memiliki kompetensi moral yang

baik untuk melahirkan para peserta didik yang diharapkan sesuai dengan tujuan

pendidikan nasional.

2.Saran untuk sekolah

Hendaknya sekolah di tuntut untuk menyiapkan guru berkompetensi untuk dapat

mengikatkan moral kepada para peserta didiknya.

3.Saran untuk seorang pendidik atau guru

Selayaknya seorang guru memiliki kompetesi moral yang baik yang dapat menjadi

teladan yang baik bagi para peserta didiknya.

4. Saran untuk masyarakat

Masyarakat turut berperan dalam meningkatkan kompetensi moral agar kompetensi

moral yang di harapkan tercapai secara maksimal.

5. Saran untuk mahasiswa keguruan

Sebagai mahasiswa harus mampu menumbuhkan pentingnya kompetensi moral yang

baik dan dapat mengaplikasikannya khususnya bagi diri sendiri dan masyarakat.

Profesi Pendidikan Page 17

Page 18: profesi pendidikan

Profesi Pendidikan Page 18