profesi pendidikan

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pendidikan adalah hal mutlak yang ada dalam kehidupan. Tanpa pendidikan maka masyarakat dan individu akan terus terbelenggu dalam kebodohan dan kevakuman sehingga sulit untuk berbuat sesuatu yang berguna demi meningkatkan kualitas diri. Pendidikan bisa dilakukan oleh lembaga formal dan informal. Lembaga formal penyelenggara pendidikan meliputi lembaga-lembaga pendidikan yang terdaftar. Lembaga informal dimulai dari pendidikan orang tua dan lainnya diluar pendidikan formal. Pendidikan formal akan sangat berperan penting dalam membentuk kepribadian dan kualitas individu. Seorang tenaga pendidik yang melatih dan mendidik individu harus benar-benar terlatih. Dengan kata lain seorang pendidik harus profesional. Guru sebagai profesi menjadi tenaga pendidik yang diharuskan memiliki kompetensi-kompetensi tertentu seperti kompetensi paedagogik, kompetensi profesional, kompetensi personal dan kompetensi sosial. Semua kompetensi itu berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas dan keprofesionalan guru. Mendidik bukanlah hal yang mudah terutama dilembaga formal. Perlu cara khusus untuk menangani masing-masing perbedaan karakteristik setiap peserta didik. Oleh karena itu., perlu dilakukan upaya untuk peningkatan mutu tenaga kependidikan, karena pendidikan disuatu negara akan menentukan kualiatas dari negara tersebut. Di Indonesia sendiri banyak melakukan program Diklat bagi tenaga kependidikan untuk

Upload: morang

Post on 15-Jan-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Profesi adalah suatu bidang pekerjaan untuk menghasilkan nafkah hidup yang membutuhkan pelatihan, penguasaan, dan pendidikan terhadap keahlian atau keterampilan tertentu serta pekerjaan tersebut memiliki komitmen/janji yang harus dipenuhi.

TRANSCRIPT

Page 1: profesi pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pendidikan adalah hal mutlak yang ada dalam kehidupan. Tanpa pendidikan

maka masyarakat dan individu akan terus terbelenggu dalam kebodohan dan kevakuman

sehingga sulit untuk berbuat sesuatu yang berguna demi meningkatkan kualitas diri.

Pendidikan bisa dilakukan oleh lembaga formal dan informal. Lembaga formal

penyelenggara pendidikan meliputi lembaga-lembaga pendidikan yang terdaftar. Lembaga

informal dimulai dari pendidikan orang tua dan lainnya diluar pendidikan formal. Pendidikan

formal akan sangat berperan penting dalam membentuk kepribadian dan kualitas individu.

Seorang tenaga pendidik yang melatih dan mendidik individu harus benar-benar terlatih.

Dengan kata lain seorang pendidik harus profesional. Guru sebagai profesi menjadi tenaga

pendidik yang diharuskan memiliki kompetensi-kompetensi tertentu seperti kompetensi

paedagogik, kompetensi profesional, kompetensi personal dan kompetensi sosial. Semua

kompetensi itu berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas dan keprofesionalan guru.

Mendidik bukanlah hal yang mudah terutama dilembaga formal. Perlu cara

khusus untuk menangani masing-masing perbedaan karakteristik setiap peserta didik. Oleh

karena itu., perlu dilakukan upaya untuk peningkatan mutu tenaga kependidikan, karena

pendidikan disuatu negara akan menentukan kualiatas dari negara tersebut. Di Indonesia

sendiri banyak melakukan program Diklat bagi tenaga kependidikan untuk menunjang

keberhasilan dalam mendidik peserta didik. Dan hal mutlak yang harus dipikirkan adalah

bahwasanya tenaga pendidik harus mendapat perlindungan dan jaminan hukum dari

pemerintah yang pada teorinya sudah terdapat dalam UU tentang guru dan dosen, terlepas

dari realisasinya yang masih diragukan.

Sekarang ini profesi guru diperhatikan sekali oleh pemerintah karena kita sadar kalau

profesi gurulah yang dapat menentukan masa depan bangsa ini. Guru yang baik dan

berkualitas akan menghasilkan bangsa yang berkualitas juga begitu pun sebaliknya jika

gurunya tidak berkualitas maka bangsa ini akan semakin tertinggal oleh bangsa lain, ini

dikarenakan guru adalah pendidik untuk generasi muda kita yang akan melanjutkan

pembangunan bangsa ini di masa depan.

 Sampai sekarang ini peran guru dalam pengajaran tidak bisa digantikan oleh apapun

termasuk mesin pengajaran seperti tape recorder, komputer dan berbagai alat pengajaran yang

diciptakan manusia. Karena alat tersebut tidak dapat menggantikan peranan guru yang

Page 2: profesi pendidikan

berhubungan dengan unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, kebiasaan

dan unsur-unsur lain yang ingin dicapai. Oleh karena itu sampai hari ini lembaga-lembaga

pendidikan guru masih terus menerima mahasiswa calon guru untuk di didik menjadi guru

yang betul-betul menyadari akan tugasnya sebagai seorang guru. Dalam hal gaji dan

tunjangan guru sekarang ini sudah lebih diperhatikan oleh pemerintah daripada pada zaman

orde baru dulu. Sehingga sekarang orang berlomba-lomba untuk menjadi guru.

 Namun sekarang banyak oknum guru yang masih belum sadar akan tugas dan

tanggung jawabnya yang tentu saja membuat citra guru semakin rusak. Masih banyak kasus

guru dalam mengajar di kelas masih menggunakan kekerasan dalam mengajar, masih banyak

guru yang mengharuskan untuk membeli buku-buku pelajaran tertentu untuk dijadikan bahan

acuan, masih banyak guru dalam masuk kelas sering terlambat sehingga jam belajar siswa

menjadi berkurang dan masih banyak lagi kasus-kasus lain yang tidak bisa kami sebutkan

satu persatu. Guru yang seharusnya dituntut selalu berbuat baik di mata siswa malah banyak

melakukan pelanggaran, tentu saja ini akan menjadi contoh yang kurang baik bagi anak

didiknya.

Sebenarnya pada tahun 1973 tepatnya tanggal 21 s/d 25 November kongres XIII

PGRI telah membuat kesepakatan tentang kode etik guru. Dalam isi kode etik tersebut

memuat dua unsur pokok yaitu sebagai landasan moral dan sebagai pedoman tingkah laku.

Kode etik ini dibuat  karena pekerjaan guru juga termasuk profesi seperti pekerjaan lainnya

seperti profesi dokter, jurnalis, dan lain-lain. Dalam UU Guru dan Dosen yakni UU RI No 14

Tahun 2005 dimasukkan juga sebuah dictum yang penting sebagai salah satu persyaratan

sebuah profesi, yaitu kode etik yang akan menjadi kerangka acuan etika dan moral dalam

menjalankan profesinya. Profesi sendiri berarti pekerjaan yang menuntut keahlian tertentu

serta memiliki etika khusus untuk pekerjaan tersebut. Sehingga diharapkan dengan adanya

kode etik guru bisa membuat guru-guru sadar akan tugas dan tanggung jawabnya dalam

mencerdaskan anak bangsa.

Tapi dalam pelaksanaannya ternyata masih banyak oknum guru yang melanggar isi

kode etik tersebut. Padahal pemerintah juga telah membuat pasal-pasal yang mengatur

tentang sanksi apabila melanggar kode etik guru tapi tetap saja tidak bisa membuat oknum

guru tersebut jera dalam melakukan pelanggaran. Maka lembaga-lembaga pendidikan

penghasil calon guru harus mengajarkan kode etik guru dalam salah satu mata kuliahnya.

Agar nantinya kode etik guru tersebut dapat diketahui sedini mungkin.

Page 3: profesi pendidikan

Sehingga dalam makalah ini kami akan menjelaskan tentang “Kode Etik Guru” lebih secara

mendetail agar nantinya kita bisa lebih mengenal apa itu kode etik guru.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami dapat merumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Apa yang melatarbelakangi pentingnya profesi kependidikan?

2. Bagaimana profesionalisasi guru?

3. Mengapa pentingnya perlindungan profesi bagi guru?

4. Apa pengertian dan tujuan kode etik?

5. Apa isi kode etik guru Indonesia?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini antara

lain :

1. Mengetahui latarbelakang pentingnya profesi kependidikan

2. Mengetahui bagaimana profesionalisasi guru

3. Mengetahui dan memaknai perlindungan profesi bagi guru

4. Mengetahui pengertian dan tujuan kode etik

5. Mengetahui apa isi kode etik guru Indonesia

Page 4: profesi pendidikan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Latar Belakang Pentingnya Profesi Kependidikan

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan. Sifatnya mutlak dalam kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga,

maupun bangsa dan negara. Maju-mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju

mundurnya pendidikan bangsa itu. Mengingat sangat pentingnya bagi kehidupan, maka

pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan.

Untuk melaksanakan pendidikan harus dimulai dengan pengadaan tenaga pendidikan sampai

pada usaha peningkatan mutu tenaga kependidikan. Kemarnpuan guru sebagai tenaga

kependidikan, baik secara personal, sosial, maupun profesional, harus benar-benar dipikirkan

karena pada dasarnya guru sebagai tenaga kependidikan merupakan tenaga lapangan yang

langsung melaksanakan kependidikan dan sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan.

Untuk itu, ilmu pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan merupakan ilmu

yang mempersiapkan tenaga ke pendidikan yang profesional, sebab kemampuan profesional

bagi guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar merupakan syarat utama. Ilmu

pendidikan merupakan salah satu bidang pengajaran yang harus ditempuh para siswa

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam rangka mempersiapkan tenaga

guru dan tenaga ahli kependidikan lainnya yang profesional. Seorang guru memerlukan

pengetahuan tentang ilmu pendidikan secara general. Itu sebabnya dalam perkembangan

kurikulurn terakhir untuk IKIP/FKIP /STKIP, ilmu pendidikan merupakan suatu bidang

pengajaran yang pokok-pokoknya meliputi kurikulum, program pengajaran, metodologi

pengajaran, media pendidikan, pengelolaan kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi

pendidikan.

Jabatan guru dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan tenaga guru. Kebutuhan ini meningkat

dengan adanya lembaga pendidikan yang menghasilkan calon guru untuk menghasilkan guru

yang profesional. Pada masa sekarang ini LPTK menjadi satu-satunya lembaga yang

menghasilkan guru. Walaupun jabatan profesi guru belum dikatakan penuh, namun kondisi

ini semakin membaik dengan peningkatan penghasilan guru, pengakuan profesi guru,

organisasi profesi yang semakin baik, dan lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga

guru sehingga ada sertifikasi guru melalui Akta Mengajar. Organisasi profesi berfungsi untuk

menyatukan gerak langkah anggota profesi dan untuk meningkatkan profesionalitas para

Page 5: profesi pendidikan

anggotanya. Setelah PGRI yang menjadi satu-satunya organisasi profesi guru di Indonesia,

kemudian berkembang pula organisasi guru sejenis.

2.2.Profesionalisasi Guru

Profesionalisme seorang guru secara garis besar ditentukan oleh tiga faktor, yakni: (1) faktor

internal dari guru itu sendiri, (2) kondisi lingkungan tempat kerja, dan (3) kebijakan

pemerintah. Oleh sebab itu profesionalisasi (upaya meningkatkan profesionalisme) guru agar

menjadi guru profesional harus dilakukan secara sinergis melalui tiga jalur dimaksud. Berikut

adalah penjelasan masing-masing faktor:

(1) Faktor internal guru

Faktor internal guru, yakni kemauan guru untuk menjadi seorang guru yang profesional

memegang peranan sangat penting. Faktor internal ini justru yang mempercepat proses

terwujudnya guru-guru yang profesional. Dengan kata lain, profesionalisasi guru profesional

tidak akan terwujud apabila tidak dimulai dari faktor internal ini. Jadi, upaya yang dilakukan

dalam profesionalisasi guru perlu diarahkan pada terbentuknya kesadaran pada diri setiap

guru agar mereka secara sukarela meningkatkan profesionalismenya sehingga menjadi guru

profesional.

(2) Kondisi lingkungan tempat kerja

Kondisi lingkungan tempat kerja juga sangat menentukan keberhasilan profesionalisasi guru

profesional. Sebab, meskipun sudah dilakukan profesionalisasi agar guru menjadi

profesional, namun apabila lingkungan tempat kerja tidak kondusif–apalagi tidak

memberikan penghargaan kepada guru profesional–maka upaya profesionalisasi tadi juga

akan menemui jalan buntu. Akibatnya, guru yang semula memiliki semangat juang yang

tinggi dalam mengemban profesinya menjadi tak berdaya dan acuh tak acuh dengan

profesinya itu. Hasilnya, guru tidak lagi menjadi profesional, apalagi berusaha untuk menjadi

profesional.

(3) Kebijakan pemerintah

Kebijakan pemerintah dalam profesionalisasi guru profesional ini terutama terkait dengan

award and punishment. Award diberikan kepada para guru profesional (yang telah

menunjukkan kinerja dengan profesionalisme tinggi), sekaligus diberikan kepada mereka

yang selalu berusaha untuk meningkatkan keprofesionalannya. Punishment diberikan kepada

Page 6: profesi pendidikan

guru yang tidak bekerja secara profesional. Apabila kebijakan pemerintah ini dijalankan,

maka profesionalisasi guru profesional akan semakin mudah mencapai sasaran.

2.3.Perlindungan Profesi

Perlindungan hukum bagi guru merupakan bagian integral dari upaya untuk memenuhi

hak-hak guru, sesuai dengan amanat pasal 14 UU Guru dan Dosen, yaitu:

a. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan minimum dan jaminan kesejahteraan sosial.

b. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja

c. Memperoleh perlindungan dalam melalksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual

d. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi pembelajaran untuk

memperlancar tugas keprofesionalan

e. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana.

f. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan,

penghargaan dan atau sanksi kepada peserta didik

g. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas

h. Memiliki kebebasan berserikat dolorn organisasi profesi

i. Memiliki kesempatan dalam berperan dalam menentukan kebijakan pendidikan

j. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi

akademik/kompetensi.

Jaminan Perlindungan Profesi Guru Menurut Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005

a. Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan/atau satuan

pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam pelaksanaan tugas.

b. Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perlindungan hukum,

perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.

c. Perlindungan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup perlindungan

hukum terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau

perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat,

birokrasi, atau pihak lain.

d. Perlindungan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup perlindungan

terhadap pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-

undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam menyampaikan

Page 7: profesi pendidikan

pandangan, pelecehan terhadap profesi, dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat

menghambat guru dalam melaksanakan tugas.

e. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

mencakup perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja,

kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko

lain.

Beberapa kenyataan yang dihadapi guru, sebagai bukti bahwa mereka belum

sepenuhnya memperoleh perlindungan profesi yang wajar:

a. Penugasan guru yang tidak sesuai dengan bidang keahliannya

b. Pengangkatan guru, khususnya guru bukan PNS untuk sebagian besar belum didasari atas

perjanjian kerja atau kesepakatan kerjasama.

c. Pembinaan dan pengembangan profesi serta pembinaan dan pengembangan karir guru

yang belum sepenuhnya terjamin.

d. Adanya pembatasan dan penyumbatan atas aspirasi guru untuk memperjuangkan

kemajuan pendidikan secara akademik dan profesional.

e. Pembayaran gaji atau honorariurn guru yang tidak wajar.

f. Arogansi oknum pemerintahan, masyarakat, orang tua, dan siswa terhadap guru.

g. Mutasi guru secara tidak adil dan atau sermena-mena.

h. Pengenaan tindakan disiplin terhadap guru karena berbeda pandangan dengan kepala

sekolahnya.

i. Guru yang menjadi korban karena bertugas di wilayah konflik atau di tempat (sekolah)

yang rusak.

Berdasarkan permasalahan guru yang terjadi, Direktorat Profesi Pendidik bekerjasama

dengan LKBH-PGRI Pusat dan Cabang LKBH-PGRI melakukan beberapa upaya untuk

keperluan sosialisasi, konsultasi, advokasi, mediasi, dan/atau bantuan hukum kepada guru.

Dengan adanya Subsidi Perlindungan Hukum bagi Guru/Blockgrant untuk LKBH PGRI

diharapkan:

a. Bertindak aktif memberikan perlindungan hukum bagi guru, baik diminta maupun tidak

diminta.

b. Melaksanakan tugas perlindunqan hukum sesuai dengan akad kerjasama.

c. Menyebarluaskan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak dan

kewajiban guru.

Page 8: profesi pendidikan

d. Memberi nasihat kepada guru yang membutuhkan.

e. Bekerjasama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan perlindungan guru.

f. Membantu guru dalam memperjuangkan haknya termasuk menerima keluhan atau

pengaduan guru.

2.4. Kode Etik

2.4.1. Pegertian Kode Etik

Kode Etik Dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan

suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai

pedoman berperilaku.

Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata cara atau aturan

yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai-

nilai professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standaart perilaku anggotanya.

Nilai professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian kepada

masyarakat.

Nilai professional dapat disebut juga dengan istilah asas etis.(Chung, 1981

mengemukakan empat asas etis, yaitu : (1). Menghargai harkat dan martabat (2). Peduli dan

bertanggung jawab (3). Integritas dalam hubungan (4). Tanggung jawab terhadap masyarakat.

Kode etik dijadikan standart aktvitas anggota profesi, kode etik tersebut sekaligus

sebagai pedoman (guidelines). Masyarakat pun menjadikan sebagai perdoman dengan tujuan

mengantisipasi terjadinya bias interaksi antara anggota profesi. Bias interaksi merupakan

monopoli profesi., yaitu memanfaatkan kekuasan dan hak-hak istimewa yang melindungi

kepentingan pribadi yang betentangan dengan masyarakat. Oteng/ Sutisna (1986: 364)

mendefisikan bahwa kode etik sebagai pedoman yang memaksa perilaku etis anggota profesi.

Konvensi nasional IPBI ke-1 mendefinisikan kode etik sebagai pola ketentuan, aturan,

tata cara yang menjadi pedoman dalam menjalankan aktifitas maupun tugas suatu profesi.

Bahsannya setiap orang harus menjalankan serta mejiwai akan Pola, Ketentuan, aturan karena

pada dasarnya suatu tindakan yang tidak menggunakan kode etik akan berhadapan dengan

sanksi.

Page 9: profesi pendidikan

2.4.2. Tujuan Kode Etik

Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk

kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan

mengadakan kode etik adalah sebagai berikut:

1. Menjunjung tinggi martabat profesi

Kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan pihak luar atau masyarakat,

agar mereka tidak memandang rendah terhadap profesi yang bersangkutan. Oleh karena

itu setiap kode etik suatu profesi akan melarang bernagai bentuk tindak tanduk atau

kelakuan anggotanya yang dapat mencemarkan nama baik profesi. 

2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya

Kesejahteraan mencakup lahir (material) maupun batin (spiritual, emosional,

dan mental). Kode etik umumnya memuat larangan-larangan untuk melakukan

perbuatan-perbuatan yang merugikan kesejahteraan para anggotanya. Misalnya dalam

menetapkan tariff-tarif minimum bagi honorarium anggota profesi dalam melaksanakan

tugasnya, sehingga siapa saja yang mengadakan tariff di bawah minimum akan dianggap

tercela dan merugikan teman seprofesi. Dalam hal kesejahteraan batin kode etik

umumnya member petunjuk-petunjuk kepada anggotanya untuk melaksanakan

profesinya.

3. Pedoman berperilaku

Kode etik mengandung peraturan yang membatasi tingkah laku yang tidak

pantas dan tidak jujur bagi para anggota profesi dalam berinteraksi dengan sesame rekan

anggotaprofesi.

4. Untuk meningkatkan pengabdian anggota profesi

Kode etik berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian profesi,

sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung

jawab pengabdianya dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik

merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi dalam

menjalankan tugasnya.

5. Untuk meningkatkan mutu profesi

Kode etik memuat norma-norma dan anjuran agar para anggota profesi selalu

berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.

Page 10: profesi pendidikan

6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.

Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus

meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat. Jabatan mengjar adalah

jabatan yang mempunyai nilai social yang tinggi, tidak perlu diragukan lagi. Guru yang baik

akan sangat berperan dalam mempengaruhi kehidupan yang lebih baik dari warga negara

masa depan.

7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

Semua profesi yang dikanal mampunyai organisasi professional yang kuat

untuk dapat mewadahi tujuan bersama dan melindungi anggotanya. Dalam

beberapa hal, jabatan guru telah memenuhi kriteria ini dan dalam hal

lain belum dapat dicapai. Di Indonesia relah ada Persatuan Guru

Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan wadah seluruh guru mulai dari

guru taman kanak-kanak sampai guru sekolah lanjutan atas, dan ada pula

Ikatan Sarjana Pendidikan Indonasia (ISPI) yang mewadahi seluruh

sajana pendidikan. Di samsing itu, juga telah ada kelompok guru mata

pelajaran sejenis, baik pada tingkat daerah maupun nasional., namun

belun terkait secara baik dengan PGRI. Harus dicarikan usaha yang

sungguh-sungguh agar kelompok-kelompok guru mata pelajaran sejenis itu

tidak dihilangkan, tetapi dirungkul ke dalam pengakuan PGRI sehingga

merupakan jalinan yang amat rapi dari suatu profesi yang baik.

8. Menentukan baku standarnya sendiri.

Karena jabatan guru menyangkut hajat orang banyak, maka baku untuk

jabatan guru ini sering tidak diciptakan oleh angota profesi sendiri,

terutama di Negara kita. Baku jabatan guru masih sangat banyak diatur

oleh pihak pemerintah, atau pihak lain yang menggunakan tenaga guru

tersebut seperti yayasan pendidikan swasta.

B. penetapan kode etik

 Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku dan mengikat

para anggotanya, lazimnya dilakukan dalam suatu kongres organisasi profesi.Dengan

demikian, penetapan kode etik tidak boleh dilakukan secara perorangan, tetapi harus

Page 11: profesi pendidikan

dilakukan oleh organisasi, sehingga orang-orang yang tidak menjadi anggota profesi tidak

dapat dikenakan. Kode etik hanya akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan

disiplin ditangan profesi tersebut, jika semua orang yang menjalankan profesi tersebut

bergabung dalam profesi yang bersangkutan. Jika setiap orang yang menjalankan suatu

profesi secara otomatis bergabung dalam suatu organisasi, maka ada jaminan bahwa profesi

tersebut dapat dijalankan secara murni dan baik, karena setiap anggota profesi yang

melakukan pelanggaran serius tyerhadap kode etik dapat dikenakan sanksi.

C. sanksi pelanggaran kode etik

 Seringkali Negara mencampuri urusan profesi, sehingga hal-hal yang semula hanya

merupakan kode etik suatu profesi tertentu dapat meningkat dan menjadi peraturan hukum

atau undang-undang. Dengan demikian maka aturan yang mulanya sebagai landasan moral

dan pedoman tingkah laku meningkat menjadi aturan yang memberikan sanksi-sanksi yang

sifatnya memaksa, baik berupa sanksi perdata maupun pidana. Sebagai contoh dalam hal ini

jika seorang anggota profesi bersaing secara tidak jujur atau curang dengan sesame anggota

profesinya, dan jika dianggap kecurangan itu serius, maka dituntut dipengadilan.

Pada umumnya karena kode merupakan landasan moral pedoman sikap, tingkah laku, dan

perbuatan sanksi terhadap pelanggaran kode etik adalah sanksi moral. Barang siapa

melanggar kode etik, akan mendapat cela dari rekan-rekannya, sedfangkan sanksi yang

dianggap terberat adalah pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi tersebut. Kesimpulan

Kode etik keprofesian pada hakikatnya merupakan suatu system peraturan atau perangkat

prinsip-prinsip keprilakuan yang telah diterima oleh kelompok orang-orang yang tergabung

dalam himpunan organisasi keprofesian tertentu.

Adapun maksud dan tujuan pokok diadakanya kode etik ialah untuk menjamin agar tugas

pekerjaan keprofesian itu terwujud sebagaimana mestinya dan kepentingan semua pihak

terlindungi sebagaimana layaknya. Pihak penerima layanan keprofesian diharapkan dapat

terjamin haknya untuk memperoleh jasa pelayanan yang berkualitas sesuai dengan

kewajibanya untuk memberikan imbalanya, baik yang bersifat financial, maupun secara

sosial, moral, kultur dan lainya. Pihak pengemban tugas pelayan keprofesian juga diharapkan

terjamin martabat, wibawa, dan kredibilitas pribadi dan keprofesianya serta hak atas imbalan

yang layak sesuai dengan kewajiban jasa pelayananya.

Sedangkan profesi, pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa

seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa,

karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. Profesional, merujuk

pada penampilan seseorang yang sesuai dengan tuntutan yang seharusnya dan menunjuk pada

Page 12: profesi pendidikan

orangnya.

Profesionalisasi, proses menjadikan seseorang sebagai professional melalui inservice,

training, dan atau preservice training. Profesionalisme, merujuk pada derajat penampilan

seseorang sebagai professional dan penampilan suatu pekerjaan sebagai suatu profesi, dan

juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar

yang tinggi dank ode etik profesinya. Etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosofis

yang sangat diperlukan dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan memutuskan

pola-pola perilaku yang sebaik-baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku.

Kode etik guru di Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-norma

profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematik dalam suatu system yang utuh.

Kode etik guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan sikap

professional para anggota profesi keguruan. Tujuan suatu profesi menyusun kode etik adalah

untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para

anggota, meningkatkan pengabdian profesi, dan meningkatkan mutu profesi, dan mutu

organisasi profesi. Penetapan kode etik tidak boleh dilakukan secara perorangan, tetapi harus

dilakukan oleh organisasi yang berwenang sesuai dengan profesinya

2.5. Kode Etik Guru

2.5.1. Pengertian  Kode Etik Guru

Kode Etik Dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam

melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara

sebagai pedoman berperilaku. Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan

tata cara atau aturan yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik

menggambarkan nilai-nilai professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standaart

perilaku anggotanya. Nilai professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan

pengabdian kepada masyarakat.

            Berikut beberapa pengertian kode etik :

Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Pasal 28

menyatakan bahwa "Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap,

tingkah laku perbuatan di dalam dan di luar kedinasan". Dalam Penjelasan Undang-undang

tersebut dinyatakan dengan adanya Kode Etik ini, Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur

negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku, dan

perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan hidup sehari-hari. Selanjutnya

dalam Kode Etik Pegawai Negeri Sipil itu digariskan pula prinsip-prinsip pokok tentang

Page 13: profesi pendidikan

pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pegawai negeri. Dari uraian ini dapat di simpulkan,

bahwa kode etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan di dalam

melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari- hari.

Kongres PGRI ke XIII, Basuni sebagai Ketua Umum PGRI menyatakan bahwa Kode

Etik Guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI

dalam melaksanakan panggilan pengabdiaan bekerja sebagai guru (PGRI, 1973). Dari

pendapat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam Kode Etik Guru Indonesia terdapat dua

unsur pokok yakni: (1) sebagai landasan moral, dan (2) sebagai pedoman tingkah laku.

2.5.3 Hakikat Kode Etik Guru

            Pada dasarnya guru adalah tenaga professional di bidang kependidikan yang memiliki

tugas mengajar, mendidik, dan membimbing anak didik agar menjadi manusia yang

berpribadi (pancasila).Dengan demikian, guru memiliki kedudukan yang sangat penting dan

tanggung jawab yang sangat besar dalam menangani berhasil atau tidaknya program

pendidikan.Kalau boleh dikatakan sedikit secara ideal, baik atar buruknya suatu bangsa di

masa mendatang banyak terletak di tangan guru.

            Sehubungan dengan itu guru sebagai tenaga professional memerlukan pedoman atau

kode etik guru agar terhidar dari segala bentuk penyimpangan. Kode etik menjadi pedoman

baginya untuk tetap professional (sesuai dengan tuntutan dan persyaratan profesi).Setiap guru

yang memegang keprofesionalannya sebagai pendidik akan selalu berpegang epada kode etik

guru. Sebab kode etik guru ini sebagai salah satu ciri yang harus ada pada profesi itu sendiri.

            Kode etik yang memedomani setiap tingkah laku guru senantiasa sangat diperlukan.

Karena dengan itu penampilan guru akan terarah dengan baik, bahkan akan terus bertambah

baik. Ia akan terus menerus memperhatikan dan mengembangkan profesi keguruannya. Kalau

kode etik yang merupakan pedoman atau pegangan itu tidak dihiraukan berarti akan

kehilangan pola umum sebagai guru. Jadi postur kepribadian guru akan dapat dilihat

bagaimana pemanfaatan dan pelaksanaan dari kode etik yang sudah disepakati bersama

tersebut. Dalam hubungan ini jabatan guru yang betul-betul professional selalu dituntut

adanya kejujuran professional. Sebab kalau tidak ia akan kehilangan pamornya sebagai guru

atau boleh dikatakan hidup diluar lingkup keguruan.

2.5.4  Tujuan Kode Etik Guru

Pada dasarnya tujuan merumuskankode etik dalam suatu profesi adalah untuk

kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan

mengadakan kode etik adalah sebagai berikut:

Page 14: profesi pendidikan

1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi

            Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau

masyarakat, agar mereka jangan sampai memandang rendah atau remes terhadap profesi akan

melarang. Oleh karenya, setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak-

tanduk atauk kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap

dunia luar. Dari segin ini, kode etik juga sering kali disebut kode kehormatan.

2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya

            Yang dimaksud kesejahteraan di sini meliputi baik kesejahteraan lahir (atau material)

maupun kesejahteraan batin (spiritual atau mental). Dalam hal kesejahteraan lahir para

anggota profesi, kode etik umumnya memuat larangan-larangan kepada para anggotanya

untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang merupakan kesejahteraan para anggotanya.

            Misalnya dengan menetapkan tarif-tarif minimum bagi honorium anggota profesi

dalam melaksanakan tugasnya, sehingga siapa-siapa yang mengadakan tarif di bawah

minimum akan dianggap tercela dan merugikan rekan-rekan seprofesi. Dalam hal

kesejahteraan batin para anggota profesi, kode etik umumnya memberi petunjuk-petunjuk

para anggotanya untuk melaksanakan profesinya.

Kode etik juga sering mengandung peraturan-peraturan yang bertujuan membatasi

tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota profesi dalam berinteraksi

dengan sesama rekan anggota profesi.

3. Untuk meningkatkan pengabadian para anggota profesi

            Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabian

profesi, sehingga bagi anggota profesi daapat dengan mudah megnetahui tugas dan tanggung

jawab pengabdian dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan

ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.

4. Untuk meningkatkan mutu profesi

            Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-norma dan anjuran

agar para anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para

anggotanya.

5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi

            Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap anggota

untuk secara aktif berpartispasi dalam membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan

yang dirancang organisasi.

Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan suatu profesi menyusun

kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan memelihara

Page 15: profesi pendidikan

kesejateraan para anggota, meningkatkan pengabdian anggota profesi, dan meningkatkan

mutu profesi dan mutu organisasi profesi.

2.5.5. Fungsi  Kode Etik Guru

Pada dasarnya kode etik berfungsi sebagai, perlindungan dan pengembangan bagi

profesi itu, dan sebagai pelindung bagi masyarakat pengguna jasa pelayanan suatu profesi.

Gibson and Mitchel (1995;449), sebagai pedoman pelaksanaan tugas profesional anggota

suatu profesi dan pedoman bagi masyarakat pengguna suatu profesi dalam meminta

pertanggungjawaban jika anggota profesi yang bertindak di luar kewajaaran.

Secara umum, fungsi kode etik guru adalah sebagai berikut:

- Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya, sehingga

terhindar dari penyimpangan profesi.

- Agar guru bertanggungjawab atas profesinya.

- Agar profesi guru terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal.

- Agar guru dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan.

- Agar profesi ini membantu memecahkan masalah dan mengembangkan diri.

- Agar profesi ini terhindar dari campur tangan profesi lain dan pemerintah.

2.6. Isi Kode Etik GuruAdapun rumusan kode etik guru yang merupakan kerangka pedoman guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya itu sesuai dengan hasil kongres PGRI XIII, yang terdiri dari Sembilan item berikut:

1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila.

2. Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing

3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.

4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.

5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.

6. Guru secara sendiri dan/atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya.

7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antarsesama guru baik berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.

8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu organisasi guru professional sebagai sarana pengabdiannya.

Page 16: profesi pendidikan

9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Page 17: profesi pendidikan

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Profesi adalah suatu bidang pekerjaan untuk menghasilkan nafkah hidup yang

membutuhkan pelatihan, penguasaan, dan pendidikan terhadap keahlian atau keterampilan

tertentu serta pekerjaan tersebut memiliki komitmen/janji yang harus dipenuhi.

Profesionalisme adalah komitmen para profesional terhadap profesinya yang

ditunjukkan dengan adanya kebanggaan dirinya sebagai tenaga profesional disertai dengan

usahanya yang secara terus menerus mengembangkan kemampuan profesionalnya, untuk

mencapai mutu atau kualitas sebagai arah dan tujuan serta keahlian dibidangnya yang

menjadi sumber penghasilan.

Profesionalisasi adalah proses pendidikan atau pelatihan untuk menuju kepada perwujudan

dan peningkatan profesi dalam mencapai suatu kriteria yang telah ditetapkan sehingga

membuat seseorang menjadi semakin profesional.

Seorang guru yang profesional dituntut untuk memiliki empat syarat kompetensi yaitu

kompetensi paedagogik, kompetensi profesional, kompetensi personal dan kompetensi sosial.

Beberapa syarat guru profesional yaitu harus memiliki komitmen tinggi, memiliki tanggung

jawab, mampu berpikir sistematis, mampu menguasai materi, serta mampu menjadi bagian

masyarakat profesional.

Tenaga pendidikan di Indonesia diklasifikasikan kedalam tiga jenis yaitu tenaga struktural,

tenaga fungsionalis dan tenaga tekhnis yang didalamnya mencakup guru, dosen, konselor,

pamong belajar, widyaiswara, tutor, instructor, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan

kekhususannya.

Profesionalisasi (upaya meningkatkan profesionalisme) guru agar menjadi guru profesional

harus dilakukan secara sinergis melalui tiga jalur yaitu dari faktor internal guru dengan

membentuk kesadaran pada diri sendiri untuk meningkatkan profesionalisme, dari kondisi

lingkungan tempat bekerja dengan meningkatkan dan melakukan sesuatu agar tempat bekerja

guru menjadi kondusif dan nyaman, kemudian dari kebijakan pemerintah yaitu dengan

pemberlakuan awards (penghargaan) dan punishment (hukuman).

Profesi guru tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan baik dari internal maupun

eksternal. Oleh karena itu, pemerintah membuat jaminan perlindungan hukum bagi guru yang

tertuang pada Pasal 39 UU tentang guru dan dosen Nomor 14 Tahun 2005, yaitu:

Page 18: profesi pendidikan

a.       Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan/atau satuan

pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam pelaksanaan tugas.

b.      Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perlindungan hukum,

perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.

c.       Perlindungan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup perlindungan

hukum terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau

perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi,

atau pihak lain.

d.      Perlindungan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup perlindungan

terhadap pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-

undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam menyampaikan

pandangan, pelecehan terhadap profesi, dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat

menghambat guru dalam melaksanakan tugas.

e.       Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

mencakup perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja,

kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko lain.

3.2. Saran

Guru sebagai suatu profesi adalah suatu hal yang membanggakan. Sudah selayaknya

seorang guru mampu memprofesionalkan dirinya dengan mengikuti berbagai pendidikan dan

pelatihan agar semakin mampu memperluas wawasan dan pengetahuan yang semakin

mendalam. Dalam hal ini pemerintah harus mempersiapkan berbagai macam rencana dan

fasilitas untuk mendukung pelatihan dan pendidikan guru sehingga akan lebih mudah bagi

guru untuk meningkatkan kinerjanya.

Sebagai bagian integral dari masyarakat dan termasuk pelajar, sudah seyogianya kita

menghormati tenaga pendidik/guru. Menghargai setiap pengorbanan mereka dalam mendidik,

melatih, membimbing dan mengarahkan kita agar menjadi insan yang berguna bagi bangsa

dan negara.

DAFTAR PUSTAKA

Buku “Profesi Keguruan” Djaman Satori. Dkk

http://desyapriyani.blogspot.com/2011/02/profesi-dan-profesionalisasi-guru.html

http://fikriauliafikri.wordpress.com/2011/04/12/konsep-profesionalisasi/

Page 19: profesi pendidikan

http://id.wikipedia.org/wiki/Profesi

http://ilmuwanmuda.wordpress.com/profesi-keguruan/

http://pakarcomputer.blogspot.com/2012/02/pengertian-profesi-menurut-para-pakar.html

http://rivaisriva.blogspot.com/2012/03/pengertian-profesi-profesionalisme-dan.html

http://wiwikyulihaningsih.wordpress.com/2011/04/13/konsep-dasar-profesionalisme/

http://www.gurusukses.com/profesionalisasi-guru-profesional

http://yunifitriyah.wordpress.com/2011/04/20/latar-belakang-pentingnya-profesi-

kependidikan/