prior's editorial

6
PRIOR'S Editorial celezeot clout PeTtaafficado E4040.14: Pelambatan ekonomi yang terjadi sejak awal pemerintahan Joko Widodo, telah direspon dengan kebijakan publik berupa rangkaian paket kebijakan ekonomi. Respon ini pada dasarnya merupakan upaya sengaja menstimulasi terjadinya perubahan melalui kebijakan- kebijakan dalam bentuk peraturan perundang- undangan. Begitulah kodratnya hukum selain ditempatkan menjadi sarana perubahan (law as a tool of social enginering), juga sering kali berperan sebagai suporting bagi perkembangan peradaban masyarakat yang dibangun melalui kebiasaan-kebiasaan (living law) yang diformalkan melalui putusan pengadilan. Secara alamiah hukum selalu tertinggal oleh peristiwa-peristiwa utamanya peristiwa ekonomi. Demikian halnyakepesatan komunikasi dalam kehidupan yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, hukum kerapkali juga menemui kesulitan dalam mengantisipasinya. Bagi bidang keperdataan barangkali bukan merupakan persoalan yang terlampau rumit, mengingat hukum yang menjadi acuan adalah kebebasan yang dituangkan dalam kesepakatan (party autonomy), namun dalam skala yang makro party autonomy akan bergantung pada penegakan hukum secara keseluruhan. Pertanyaannya, cukup efektifkah paket kebijakan publik yang dikeluarkan pemerintah merespon terjadinya pelambatan ekonomi? Ada korelasi yang erat antara sistem penegakan hukum dengan pertumbuhan ekonomi, transaksi yang efisien di pasar ideal akan terjadi manakala didukung oleh rule of law yang dilaksanakan oleh sebuah pemerintahan dengan tata kelola yang baik. Stephan Hagggard mengemukakan empat komponen rule of law yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi antara lain: pertama, keamanan individu (Security of Person), yang bermakna para pelaku ekonomi harus bebas dari segala bentuk hambatan, gangguan, dan ancaman, baik yang bersifat fisik dan atau kejiwaan dari 1 Stephan Hagggard, The Rule Of Low and Economic Growth: Where are We ?,pg 4, Presentation at The University of Texas School Of Law, Comference on Measuring The Rule of Law, March 25-26, 2010. Jurnal Ilukum PRIORIS, Vol . 5 No. I, Tahun 2015 I

Upload: others

Post on 18-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PRIOR'S Editorial

PRIOR'S Editorial

celezeot clout PeTtaafficado E4040.14:

Pelambatan ekonomi yang terjadi sejak

awal pemerintahan Joko Widodo, telah direspon

dengan kebijakan publik berupa rangkaian paket

kebijakan ekonomi. Respon ini pada dasarnya

merupakan upaya sengaja menstimulasi

terjadinya perubahan melalui kebijakan-

kebijakan dalam bentuk peraturan perundang-

undangan. Begitulah kodratnya hukum selain

ditempatkan menjadi sarana perubahan (law as a tool of social enginering), juga

sering kali berperan sebagai suporting bagi perkembangan peradaban masyarakat

yang dibangun melalui kebiasaan-kebiasaan (living law) yang diformalkan melalui

putusan pengadilan. Secara alamiah hukum selalu tertinggal oleh peristiwa-peristiwa

utamanya peristiwa ekonomi. Demikian halnyakepesatan komunikasi dalam kehidupan

yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, hukum kerapkali juga

menemui kesulitan dalam mengantisipasinya.

Bagi bidang keperdataan barangkali bukan merupakan persoalan yang terlampau

rumit, mengingat hukum yang menjadi acuan adalah kebebasan yang dituangkan

dalam kesepakatan (party autonomy), namun dalam skala yang makro party autonomy

akan bergantung pada penegakan hukum secara keseluruhan. Pertanyaannya, cukup

efektifkah paket kebijakan publik yang dikeluarkan pemerintah merespon terjadinya

pelambatan ekonomi?

Ada korelasi yang erat antara sistem penegakan hukum dengan pertumbuhan

ekonomi, transaksi yang efisien di pasar ideal akan terjadi manakala didukung oleh

rule of law yang dilaksanakan oleh sebuah pemerintahan dengan tata kelola yang

baik. Stephan Hagggard mengemukakan empat komponen rule of law yang dapat

mendukung pertumbuhan ekonomi antara lain: pertama, keamanan individu (Security

of Person), yang bermakna para pelaku ekonomi harus bebas dari segala bentuk

hambatan, gangguan, dan ancaman, baik yang bersifat fisik dan atau kejiwaan dari

1 Stephan Hagggard, The Rule Of Low and Economic Growth: Where are We ?,pg 4, Presentation at The University of Texas School Of Law, Comference on Measuring The Rule of Law, March 25-26, 2010.

Jurnal Ilukum PRIORIS, Vol . 5 No. I, Tahun 2015 I

Page 2: PRIOR'S Editorial

Prioris Editorial

pihak mana pun dalam melakukan transaksi. Perlindungan hak atas kekayaan dan

kebebasan berkontrak yang mendasari transaksi di pasar akan sia-sia bila tidak

ada keamanan individu.Kedua, pengakuan dan penghargaan hak atas kekayaan

dan hak atas kebebasan berkontrak (Property and Contracting Rights). Dua hak

ini dapat memberi insentif bagi orang-orang berinvestasi dan berniaga. Dengan

begitu is akan mendorong pertumbuhan ekonomi asalkan negara melalui institusi

hukumnya mampu menghormati dan menegakkan hak-hak perdata tersebut. Hak

atas kekayaan dan hak atas kebebasan berkontrak adalah HAM yang termaktub

dalam UUD 1945. Namun, perlindungan dan pemajuannya oleh negara tampaknya

belum cukup meyakinkan pasar.

Ketiga, hadirnya lembaga politik dan hukum yang menjalankan fungsi

pengawasan dan keseimbangan (Checks on Government), seperti pemerintah,

parlemen, dan pengadilan yang independen. Fungsi check and balance ini

memungkinkan pencegahan dan pengendalian berbagai bentuk penyalahgunaan

kekuasaan, baik dari institusi politik maupun hukum penghambat pertumbuhan

ekonomi. Keempat, konsistensi tindakan pencegahan dan pemberantasan

korupsi(Corruption and the Rule of Law).Berbagai studi tentang korupsi dan

pertumbuhan ekonomi menunjukkan tingginya korupsi sebagaimana diukur oleh

berbagai survei para investor dikaitkan dengan rendahnya investasi dan pertumbuhan.

Berbagai studi macro berkenaan dengan pengalaman nyata para investor berinteraksi

dengan aparat negara menegaskan korupsi sebagai penyebab lesunya investasi

dan rendahnya pertumbuhan ekonomi.

Empat komponen yang diuraikan Haggard tersebut saling bergantung dan

melengkapi satu sama lain membentuk sistem kompleks rule of law sebagai salah

satu penentu (determinan) pertumbuhan ekonomi nasional. Di Republik ini, kita

menjumpai empat komponen itu, tetapi belum membentuk kompleks rule of law

yang bagian-bagiannya menyadari sifat komplementer dan saling bergantung satu

sama lain dalam koordinasi dan orkestrasi demi pertumbuhan dan pemerataan

kesejahteraan. Kita semua bertanggung jawab mewujudkan orkestrasi itu, karena

keberhasilan mengelola dan mengendalikan empat komponen tersebut akan

melahirkan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi nasional sebagai

prasyarat pemerataan kesejarteraan bangsa.

Jurnal hukum Prioris Fakultas Hukum Universitas Trisakti menempatkan diri

sebagai bagian dari upaya sengaja yang terus menerus menyirami kesadaran

intelektual ditengah pragmatisme kehidupan, dengan selalu berharap dapat

mempengaruhi perkembangan pemikiran dan atmosfir penegakan hukum di

ii I Jurnal Hukum PRIORIS, Vol . 5 No. 1, Tahun 2015

Page 3: PRIOR'S Editorial

Prioris Editorial

republik tercinta ini. Terbitan nomor ini menampilkan tiga artikel konseptual dan

tiga artikel penelitian dari praktisi, peneliti dan pengajar dari beberapa universitas

disamping dari Fakultas Hukum Universitas Trisakti sendiri dengan ekspektasi

dapat memenuhi kebutuhan referensi akademis maupun praktis.

Pembentukan ASEAN Economic Community didasari pada adanya kepentingan

bersama negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi

ekonomi yang dimotivasi oleh kebutuhan menjadikan wilayah ASEAN sebagai

kawasan ekonomi yang menarik bagi investor asing maupun dalam negeri. Dalam

rangka itu ASEAN melaksanakan kebijakan liberalisasi sesuai dengan prinsip-

prinsip ekonomi yang terbuka, berwawasan ke luar, inklusif, dan berorientasi pada

pasar. Hal ini senada dengan aturan-aturan multilateral (GATT/WTO) dan aturan

hukum yang telah disepakati bersama anggota ASEAN agar pemenuhan dan

implementasi komitmen-komitmen liberalisasi ekonomi dapat berjalan dengan

efektif.Permasalahannya adalah bagaimana mewujudkan pertumbuhan ekonomi

yang merata di kawasan ASEAN, utamanya yang berkaitan dengan pengembangan

UKM, mengingat kemampuan daya saing negara-negara anggota ASEAN sangat

berbeda? Berkaitan dengan hal inilah dibutuhkan adanya kebijakan pemerintah

untuk melindungi dan memberdayakan UKM melalui peningkatan daya saing

produk, khususnya produk-produk unggulan. Dr.ROSDIANA SALEH, SH., MH

Dosen Fakultas Hukum Universitas Trisakti menggali lebih jauh melalui penelitian

yang bertajuk Kebijakan Hukum Untuk Meningkatkan Daya Saing Produk UKM

Unggulan Indonesia Dalam Rangka Asean Economic Community.

Potensi sumberdaya alam dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi

perekonomian negara yang tujuan alchirnya mensejahterakan rakyat. Sumber daya

mineral dan batu-bara tanpa pengelolaan yang baik tidak akan berarti apa-apa.

Indonesia sebagai negara sedang berkembang, dihadapkan pada sejumlah masalah

internal diantaranya keterbatasan teknologi, sumber dana maupun sumberdaya

manusia. Kendala inilah yang menjadi persoalan besar dalam pengelolaan dan

pemanfaatan sumber daya alam oleh negara. Untuk itu kerjasama dengan investor

dalam pengelolaan sumberdaya alam yang dituangkan dalam suatu konsep

kerjasama dikenal dengan Kontrak Karya. Perkembangan menarikUndang-Undang

Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara yaitu adanya

kewajiban Divestasi sebagai suatu persyaratan dalam sebuah Kontrak Karya.

Dr. MERCY MARIA MAGDALENA SETLIGHT, SH.,MH Dosen Fakultas

Hukum Universitas Samratulangi Manado membahasnya dalam artikel yang

berjudul Divestas Sebuah Langkah Progresif Dalam Kontrak Karya Di Indonesia.

Jurnal Hukum PRJORIS. Vol . 5 No. 1, Tahun 2015 I iii

Page 4: PRIOR'S Editorial

Prioris Editorial

KUHPerdata pada dasarnya berisikan norma-norma hukum perdata barat

termasuk di dalamnya pengaturan tentang kontrak, merupakan refleksi budaya

masyarakat bercirikan law-minded. Dalam kaitannya dengan kontrak, pada

masyarakat yang bercirikan non-law minded dan berbasis oral tradition, seringkali

eksistensi kontrak akan diabaikan karena dianggap bukan sebagai norma (hukum)

yang harus dipatuhi.Dalam konsepsi sistem hukum Lawrence M. Friedman,

pengabaian terhadap kontrak merupakan refleksi dari budaya hukum masyarakat

yang berpengaruh terhadap pelaksanaan hukum itu sendiri. Hukum bisa mati

karena masyarakat tidak menerimanya karena dianggap bukan bagian dari norma

yang harus dipatuhi, sehingga sebaik apapun kontrak dibuat, bahkan sekalipun

dibuat dalam format baku (perjanjian baku), kontrak akan tetap diabaikan karena

dianggap bukan sebagai norma (hukum) yang relevan yang hams dipatuhi. Lebih

jauh kontrak akan dianggap sebagai suatu notulen semata dari kesepakatan lisan

yang berdampak bagi eksistensi kontrak hanya berada pada tataran tekstual dan

kehilangan maknanya secara kontekstual. Lebih jauh Dr. NATASYA YUNITA

SUGIASTUTI, SH, MH Dosen Fakultas Hukum Universitas Trisakti Jakarta

membahasnya dalam artikel bertajuk Esensi Kontrak Sebagai HukumVs. Budaya

Masyarakat Indonesia Yang Non-Law Minded Dan Berbasis Oral Tradition.

Bertambahnya angkatan kerja di satu sisi tidak terimbangi oleh jumlah

lapangan kerj a. Keterbatasanini memerlukan penyelesaian dan penanganan yang

serius dari Pemerintah. Dibutuhkan perubahan pola pikir dan pandangan terhadap

definisi dan kriteria bekerja.Keterbatasan ini juga menuntut kreativitas pemahaman

bahwa bekerja bukan hanya untuk mencari sesuap nasi dan hanya menggantungkan

diri pada orang lain dengan bekerja sebagai buruh atau pekerja, akan tetapi bekerja

dapat berarti pula berwirausaha dan bahkan membuka lapangan pekerjaan bagi

para pekerja lainnya. Tumbuhnya pemahaman ini dan menjadi trend pada sebagian

besar peserta magang luar negeri Indonesia setelah pulang dari pelatihan kerja

magang di perusahaan-perusahaan yang ada di negara Jepang. Perubahan sikap

& pola perilaku dalam bekerja dan berbudaya telah membawa pengaruh terhadap

etos kerjanya. Perbedaan yang signifikan antara uang saku, fasilitas dan bonus

yang diterima oleh mereka yang magang di Jepang dengan di Indonesia, telah

mendorong sebagian besar peserta magang Indonesia yang pulang dari negara

tersebut untuk bekerja dengan membuka lapangan pekerjaan itu sendiri.

Sejauh mana peraturan perundang-undangan termasuk Undang-undang Nomor

13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Menteri Tenaga Kerj a dan

Transmigrasi Nomor 08 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan dan

iV I Jurnal flukton PRIORIS, Vol. 5 No. 1, Tahun 2015

Page 5: PRIOR'S Editorial

Prioris Editorial

Penyelenggaraan Program Pemagangan di Luar Negeri,telah memberikan dasar

dan memfasilitasi keberhasilan praktek program pemagangan ke luar negeri

khususnya negara Jepang. Lebih jauh Dr. ANDARI YURIKOSARI, SH., MH

Dosen Fakultas Hukum Universitas Trisakti Jakarta mengelaborasinya melalui

penelitian yang bertajuk Review Pemagangan LuarNegeri Dalam Rangka

Penempatan (Studi Mengenai Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Nomor 08 Tahun 2008).

Sejarah perkembangan hukum praktek kedokteran berkembang beriringan

dengan hukum tentang kesehatan yang dipicu oleh banyaknya muncul peristiwa

malpraktek dalam dunia kedokteran. Sesungguhnya aturan praktek kedokteran

dan kesehatan sudah ada sejak zaman kolonial (Staatblaad 1882 No.79), namun

istilah hukum kedokteran itu barn dikenal pada era 1980an. Beberapa ketentuan

yang berkaitan sudah termuat baik dalam KUHPidana maupun KUHPerdata

khususnya yang berkaitan dengan pertanggung jawaban kontrak medis dan kerugian

yang timbul dari hubungan dokter-pasien. Tonggak sejarah dan perkembangan

hukum kedokteran ditandai dengan lahirnya undang-undang No.29 Tahun 2004

tentang Praktek Kedokteran dan Undang-undang No. 36 tahun 2009 Tentang

Kesehatan yang menjadi amber penting bagi berkembangnya hukum kedokteran

dan hukum kesehatan di Indonesia. UU ini pada dasarnya bertujuan membangun

praktek kedokteran yang baik dan menghindarkan malparktek. MUH ENDRYO

SUSILA, SH., MH Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadyah Yogyakata

mengurai lebih jauh tentang sejarah dan perkembangan hukum kedokteran

Indonesia dalam artikel yang diberi judul Medical Law In Indonesia: Its History

And Development.

Peran dan fungsi pers pasca reformasi atau setelah lahirnya Undang-Undang

No. 40 Tahun 1999 tentang Pers memperlihatkan perubahan yang signifikan,

mengingat sebelumnya pers sepertinya terbelenggu oleh kekuasaan, bahkan pada

waktu yang lalu dalam kamus pers nasional dikenal istilah "bredel" alias dilarang

terbit. Peran dan fungsi pers pada waktu lalu tidak dilaksanakan maksimal termasuk

dibatasinya kebebasan pers. Peralihan kekuasaan pemerintahan dan Soeharto yang

identik dengan pelaksanaan demokrasi semu, kepada rezim reformasi membawa

angin segar bagi dunia pers. Perkembangan jumlah dan jenis media (cetak maupun

elektronik) pada waktu itu betul-betul dibatasi dengan penerbitan SIUPP yang

sangat ketat, sehingga peran media dalam masyarakat tidak begitu besar. Kini

persberperan maksimal baik dalam penyebaran informasi maupun sebagai alat

Jurnal Hukum PRIORIS, Vol . 5 No. 1, Tahun 2015 I V

Page 6: PRIOR'S Editorial

Prioris Editorial

kontrol dalam masyarakat dan negara. Lebih jauh artikel MUHAMAD DAHLAN

SURBAKTI, SH., MH. Dosen Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara Jakarta

mengulasnya dalam artikel Peran dan Fungsi Pers Menurut Undang-undang Pers

Tahun 1999 serta Perkembangannya.

Akhirul kalam, terlepas dari segala kekurangannya, kami berharap penerbitan

Jurnal ini akan mampu menjadi inspirasi dan memberikan kontribusi yang

mencerahkan. Atas nama seluruh ponggawa redaksi, kami mengucapkan terima

kasih kepada Mitra Bebestari yang terlibat aktif serta seluruh pihak yang mendukung

penerbitan Jurnal ini. Selamat Membaca dan selamat berkarya!

(AFH- [email protected])

VI I Jurnal Hukum PRIOR1S, Vol. 5 No. 1, Tahun 2015