20 editorial

230
Jurnal Sekretariat Negara RI Berpikir, Bertindak untuk Kepentingan Bangsa dan Negara NEGARAWAN NEGARAWAN

Upload: khairaningrum-mulyanti

Post on 01-Jan-2016

175 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI

Berpikir, Bertindak untuk Kepentingan Bangsa dan Negara

NEGARAWANNEGARAWAN

Page 2: 20 Editorial

NEGARAWANMerupakan Jurnal Sekretariat Negara RI sebagai media komunikasi bagi para penulis di lingkungan Sekretariat Negara, serta para akademisi, praktisi, pemerhati, dan pengambil kebijakan dari berbagai lembaga dalam mengkaji dan memberikan solusi di sekitar masalah-masalah kenegaraan dan kebangsaan, dengan berbagai dimensi dan implikasinya.

NEGARAWANTerbit satu tahun empat kali, setiap bulan Agustus, November, Februari, dan Mei. Diterbitkan atas kerjasama Biro Organisasi dan Humas, Deputi Menteri Sekretaris Negara Bidang Sumber Daya Manusia dengan Biro Tata Usaha, Sekretariat Menteri Sekretaris Negara RI. Diterbitkan pertama kali pada tanggal 17 Agustus 2006.

NEGARAWANMenerima tulisan dari berbagai kalangan yang berisi pemikiran dan gagasan konstruktif serta ide-ide segar yang berkenaan dengan masalah kenegaraan dan kebangsaan dengan berbagai dimensi dan implikasinya. Redaksi berhak mengubah tulisan yang masuk tanpa harus mengurangi makna dan substansi isinya.

Badan Pengelola

Pengarah : Menteri Sekretaris Negara RIPenanggung jawab : Sugiri, S.H.Ketua Redaksi : Prof. Dr. H. Dadan Wildan, M.Hum.Redaktur Pelaksana : Djadjuk Natsir, S.H.,M.M. Sekretaris Redaksi : Drs. Masrokhan, MPAEditor : Slamet Widodo, S.S., M.Si. Sari Harjanti, S.IP., M.Si. Nurhidayat, S.Sos.Sirkulasi dan Distribusi : Surya Dharma, S.E., M.M. H. Nasichun, S.Sos. Adinda Putri Iswari, S.Sos. John Rahakbauw Warsono Rojali

Alamat Redaksi : Sekretariat Negara RI Jl. Veteran No. 17 Jakarta 10110 Telpon : (021) 3844367, 3451069 Fax : (021) 3451069, 3849061 e-mail : [email protected] [email protected] Website : www.setneg.go.id

Page 3: 20 Editorial

Daftar IsiISSN 1907-6991

Halaman

i Editorial

1 Pidato Kenegaraan Presiden RI Dalam Rangka HUT Ke-66 Proklamasi Kemerdekaan RI Di Depan Sidang Bersama DPD dan DPR RI Jakarta, 16 Agustus 2011

Oleh H. Susilo Bambang Yudhoyono

21 Pidato Presiden RI Pada Penyampaian Keterangan Pemerintah Atas RUU Tentang APBN Tahun Anggaran 2012 Beserta Nota Keuangannya di Depan Rapat Paripurna DPR RI Jakarta, 16 Agustus 2011

Oleh H. Susilo Bambang Yudhoyono

46 Membantah Pernyataan ‘Indonesia Negara Gagal’ Oleh Sudi Silalahi.

70 Kepemimpinan Berkarakter Dalam Rangka Mewujudkan Reaktualisasi dan Revitalisasi Pancasila

Oleh H. Soemarno Soedarsono

115 Mengelola Strategi Pembangunan Berdimensi Kewilayahan Oleh Velix Vernando Wanggai

125 Memahami Dasar Perencanaan Strategis Oleh Dr. Riant Nugroho

144 Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik Oleh Komarudin

191 Mewujudkan Target Pertumbuhan Ekonomi Oleh Suparji

Galeri Sekretariat Negara RI

Page 4: 20 Editorial

i

Editorial

Peringatan Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia ke-66, pada tanggal 17 Agustus 2011 terasa sangat istimewa. Tanggal 17 Agustus 2011 bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan 1432 Hijriyah, segenap rakyat Indonesia di seluruh penjuru tanah air, bersama-sama merayakan hari yang sangat bersejarah. Segenap rakyat Indonesia merayakan 66 tahun Proklamasi kemerdekaan sekaligus memperingati Nuzulul Qur’an, hari diturunkannya kitab suci Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Peringatan dua peristiwa yang sangat ber-sejarah itu, merupakan anugerah yang amat besar dari Allah SWT kepada bangsa Indonesia, dimana semangat keagamaan berpadu secara bersamaan dengan semangat kebangsaan.

Sejarah mencatat, proklamasi kemerdekaan bangsa kita di hari Jum’at legi, tanggal 17 Agustus 1945 yang bertepatan dengan tanggal 9 Ramadhan 1364 Hijriyah bukanlah suatu kebetulan. Bung Karno, Sang Proklamator telah merencanakannya dengan matang, tepat di hari jumat. Hari yang berbahagia. Dalam perdebatan sengit di rengasdengkok, ketika didesak oleh para pemuda untuk memproklamasikan kemerdekaan hari itu, Bung Karno dengan tegas menyatakan pilihan proklamasi kemerdekaan adalah pada tanggal 17 Agustus dengan beberapa pertimbangan matang.

Bung Karno berkata: “... Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah saatnya yang tepat. Di Saigon, saya sudah merencanakan seluruh pekerjaan ini untuk dijalan-kan tanggal 17 ”.... Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci. Pertama-tama kita sedang berada dalam bulan suci Ramadhan, waktu kita semua berpuasa, ini berarti saat yang paling suci bagi kita.

Page 5: 20 Editorial

ii

Tanggal 17 besok hari Jumat, hari Jumat itu Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat suci. Al-Qur’an diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat, oleh karena itu kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia “.

Peringatan Hari Ulang Tahun ke-66 Proklamasi kemerdekaan bangsa kita, tentu merupakan saat yang paling tepat untuk merenungkan perjalanan sejarah negeri kita. Perjalanan sejarah yang ditandai oleh cucuran keringat, tetesan darah dan air mata, serta diplomasi yang tiada henti. Perjalanan sejarah yang tidak mudah. Penuh onak dan duri. Perjalanan sejarah yang akhirnya mengantarkan kita ke gerbang kemerdekaan. Hanya dengan kemerdekaanlah, kita memiliki martabat yang sederajat dengan bangsa-bangsa lain. Dengan kemerdekaan pula, kita dapat menegakkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ke depan, kita harus memaknai kemerdekaan dalam esensi-nya yang paling dalam. Kemerdekaan tidak hanya mendorong kita untuk bekerja lebih keras. Kemerdekaan juga meneguhkan kemandirian. Kemerdekaan untuk bersatu menyelesaikan masalah-masalah besar bangsa dan negara. Kemerdekaan juga tidak saja membebaskan kita dari ketertindasan. Di atas semua itu, sesungguhnya kemerdekaan adalah sebuah jembatan untuk mewujudkan peradaban Indonesia yang maju dan unggul.

Kita memiliki tugas sejarah untuk membangun bangsa yang maju, mandiri, demokratis, dan sejahtera. Tugas sejarah itu tentu tidak mudah. Kita dihadapkan pada berbagai persoalan dan tantangan yang tidak ringan. Saat ini, pada lingkup global, kita menghadapi situasi perekonomian global yang dibayangi dengan berlanjutnya krisis utang di beberapa negara Eropa serta ketidak-pastian perkembangan harga komoditas dunia, terutama pangan dan energi. Selain itu krisis politik di beberapa negara kawasan Timur-Tengah dan Afrika Utara sebagai produsen sekitar 36 persen minyak dunia, juga masih terus berlanjut. Kita juga dihadapkan dengan ketidakpastian prospek perekonomian negara Jepang pasca-Tsunami dan bencana reaktor nuklir. Dan kita juga menghadapi perubahan iklim global yang memicu

Page 6: 20 Editorial

iii

cuaca ekstrim di berbagai kawasan dan berpotensi mengganggu produksi dan pasokan pangan dunia.

Di dalam negeri, meskipun stabilitas politik tetap terjaga, pertumbuhan ekonomi terus membaik, dan kondisi nasional yang aman, tentram, dan damai, namun kita tidak dapat lepas dari berbagai persoalan. Saat ini, hiruk pikuk kebebasan pers dan demokrasi menjadi dinamika yang mewarnai kehidupan kebangsaan dan kenegaraan kita. Karena itu pula, kita harus memberi warna demokrasi yang makin substansial. Kita juga harus memantapkan stabilitas pemerintahan yang ditopang oleh kemajuan pembangunan multi partai di tengah penerapan sistem presidensiil sesuai amanat konstitusi.

Saat ini, kita berada pada tahapan penting dalam proses transformasi yang dinamis. Kita tengah berada dalam proses pembangunan kembali negara kita pasca krisis 1998. Reformasi gelombang pertama yang berlangsung sejak 1998/1999 hingga 2008/2009, telah kita lalui dengan selamat. Kita telah melakukan perubahan-perubahan besar dan mendasar dalam berbagai sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Di era reformasi gelombang pertama, kita telah melaksanakan reformasi dalam skala besar. Kita membongkar dan membangun; sekaligus mendekonstruksi dan merekonstruksi kembali tatanan dasar dalam kehidupan politik, sosial, hukum, dan ekonomi. Berbagai permasalahan dan tantangan dalam sepuluh tahun terakhir ini, tidaklah mudah. Ada banyak capaian yang berhasil kita raih. Namun, ada pula yang masih harus kita selesaikan. Namun, Alhamdulillah, kita berhasil melewati arus sejarah yang tidak mudah itu. Kita mampu menjawab tantangan zaman dan tuntutan rakyat untuk melakukan perubahan-perubahan yang fundamental. Negara kita saat ini, telah tampil sebagai salah satu negara demokrasi yang paling stabil dan mapan di Asia Tenggara.

Esensi dari semuanya itu, kita dapat melalui arus gelombang sejarah yang tidak mudah itu, karena bangsa kita memiliki karakter pejuang sebagaimana diteladankan oleh

Page 7: 20 Editorial

iv

para pendahulu kita sekaligus bangsa kita memiliki jati diri yang kukuh sebagai bangsa yang religius, dinamis, dan penuh harapan. Karakter dan jati diri bangsa yang kukuh itulah, yang menjadi landasan dalam mengemban tugas sejarah untuk membawa bangsa dan negara kita ke arah yang lebih cerah dan gemilang. Semoga.

Page 8: 20 Editorial
Page 9: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 1

Pidato Kenegaraan Presiden RIDalam Rangka HUT Ke-66 Proklamasi Kemerdekaan RI Di Depan Sidang Bersama DPD dan DPR RIJakarta, 16 Agustus 2011

H. Susilo Bambang Yudhoyono

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua,

Yang saya hormati, Saudara Ketua, para Wakil Ketua, dan para Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia,

Yang saya hormati, Saudara Ketua, para Wakil Ketua, dan para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,

Yang saya hormati, Saudara Ketua, para Wakil Ketua, dan para Anggota Lembaga-Lembaga Negara,

Yang Mulia para Duta Besar Negara-Negara Sahabat, dan para Pimpinan Perwakilan Badan-badan dan Organisasi Internasional,

Page 10: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN2

Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air, Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Marilah kita bersama-sama, sekali lagi, memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya kepada kita masih diberi kesempatan, kekuatan, dan insya Allah kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, serta tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta.

Kita juga bersyukur, pada pagi hari ini, di bulan suci Ramadhan yang penuh berkah dan ampunan Allah SWT, kita dapat menghadiri Sidang Bersama Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI) dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) dalam rangka Peringatan Hari Ulang Tahun ke-66 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin menyampaikan ucapan Selamat Menunaikan Ibadah Puasa, kepada kaum muslimin dan muslimat di seluruh tanah air. Semoga Ibadah kita di Bulan Ramadhan ini diterima oleh Allah SWT.

Seperti halnya dengan tahun 2010 lalu, pidato kenegaraan kali ini akan dilanjutkan siang nanti, dengan Pidato Pengantar RAPBN Tahun Anggaran 2012 beserta Nota Keuangannya. Kedua pidato yang hari ini saya sampaikan di depan para wakil rakyat dan wakil daerah itu, sesungguhnya juga merupakan pidato yang saya tujukan kepada seluruh rakyat Indonesia.

Saudara-saudara,

Hari ini merupakan hari yang sangat istimewa sekaligus penuh makna. Besok, tanggal 17 Agustus 2011 bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan 1432 Hijriyah, segenap rakyat Indonesia di seluruh penjuru tanah air, akan bersama-sama merayakan hari yang sangat bersejarah bagi kita semua. Segenap rakyat Indonesia akan merayakan 66 tahun Proklamasi kemerdekaan negara kita.

Page 11: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 3

Pada tanggal yang penting itu pula, kaum muslimin dan muslimat akan memperingati Nuzulul Qur’an, hari diturunkannya kitab suci Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Sungguh kita syukuri karena kita akan memperingati dua peristiwa bersejarah itu secara bersamaan.

Sejarah mencatat, proklamasi kemerdekaan bangsa kita di hari Jumat, tanggal 17 Agustus 1945, yang bertepatan dengan tanggal 9 Ramadhan 1364 Hijriyah bukanlah suatu kebetulan. Bung Karno, Sang Proklamator telah merencanakannya dengan matang. Dalam perdebatan sengit di Rengasdengklok—ketika didesak oleh para pemuda untuk memproklamasikan kemerdekaan secepatnya hari itu juga—Bung Karno dengan tegas menyatakan bahwa saat yang tepat untuk memproklamasikan kemerdekaan adalah pada tanggal 17 Agustus.

Hari ini dan ke depan, kita harus memaknai kemerdekaan dalam esensinya yang paling dalam. Kemerdekaan tidak hanya membebaskan kita dari ketertindasan, namun juga harus mendorong kita untuk bekerja lebih keras. Kemerdekaan tidak hanya sebuah peristiwa istimewa yang kita rayakan setiap tahunnya, namun juga untuk membuat kita bersatu menyelesaikan masalah-masalah besar bangsa dan negara.

Kemerdekaan tidak hanya meneguhkan kemandirian, namun juga sebuah ajakan, untuk bersama bangsa-bangsa lain mendorong kerja sama dan kemitraan untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Diatas semua itu, sesungguhnya kemerdekaan adalah sebuah jembatan untuk mewujudkan bangsa dan negara Indonesia yang lebih adil, lebih makmur, lebih unggul dan bermartabat.

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,

Saat ini, dunia menghadapi situasi global yang tidak menentu, diantaranya adalah krisis utang di beberapa negara Eropa dan guncangan perekonomian Amerika Serikat; krisis politik di beberapa negara kawasan Timur-Tengah dan Afrika Utara; masih belum pulihnya perekonomian Jepang pasca-

Page 12: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN4

Tsunami dan bencana reaktor nuklir; serta fluktuasi harga komoditas dunia, terutama pangan dan energi.

Di dalam negeri, meskipun stabilitas politik tetap terjaga dan pertumbuhan ekonomi terus membaik, namun kita harus sigap dan tetap siaga. Seluruh jajaran pemerintah telah saya minta untuk meningkatkan kewaspadaan, agar dampak negatif dari memburuknya situasi perekonomian global dapat kita antisipasi dengan cermat.

Semua instrumen kebijakan untuk menghadapi krisis telah berada di tempatnya, dan setiap saat siap untuk digunakan bila diperlukan. Walaupun perkembangan perekonomian di Eropa dan Amerika Serikat bukanlah kabar baik bagi dunia, kita memiliki kepercayaan diri yang cukup untuk mengatasi keadaan yang tidak menentu itu.

Kita memiliki pengalaman mengatasi krisis global yang berlangsung sepanjang 2008 dan 2009. Melalui kerja keras semua pihak dan melalui kebijakan perekonomian dan fiskal yang tepat, kita membuktikan pada dunia bahwa kita berhasil mengatasi dampak buruk dari krisis itu.

Di depan sidang yang mulia ini, kita semua berharap bahwa kita akan dapat mengatasi kembali dampak buruk krisis ekonomi di dua kawasan itu. Saya percaya, pengalaman mengatasi krisis ekonomi global 2008-2009 yang dibarengi dengan kerja keras dan kerja sama di antara kita semua, akan membawa keselamatan pada negeri ini.

Saudara-saudara,

Dalam sepuluh tahun era reformasi, kita berhasil melewati arus sejarah yang tidak mudah. Kita mampu menjawab tantangan jaman dan tuntutan rakyat untuk melakukan perubahan-perubahan yang fundamental. Saat ini, kita telah tampil sebagai salah satu negara demokrasi yang paling stabil dan mapan di Asia.

Negara kita juga tercatat sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia. Di Asia Tenggara, saat ini negara kita tercatat

Page 13: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 5

sebagai negara dengan skala ekonomi terbesar. Kini, banyak pihak menyebut Indonesia sebagai emerging economy; bukan ekonomi dunia ketiga yang selama lebih dari 60 tahun selalu diasosiasikan dengan negara kita.

Saat ini, negara kita juga memiliki peluang yang sangat baik untuk menjadi salah satu negara dengan skala ekonomi sepuluh terbesar di dunia, dalam dua sampai tiga dasawarsa mendatang. Semua prestasi yang kita capai dalam tahun-tahun terakhir ini menegaskan satu kepercayaan, bahwa jalan menuju masa depan yang lebih baik itu berada di depan kita, untuk kita jalani bersama.

Dengan kepercayaan diri yang penuh namun tetap rendah hati, saya bisa pastikan bahwa kita bukan negara yang berada di bibir jurang kegagalan dan kebangkrutan. Persepsi diri tentang negara gagal sesungguhnya telah sirna, setelah kita berhasil sepenuhnya keluar dari krisis multi-dimensional yang berlangsung selama 1998-1999.

Pada masa itulah Negara kita berada dalam keadaan yang sangat kritis. Pertumbuhan ekonomi kita saat itu negatif karena mengalami kontraksi; hampir semua lembaga keuangan dan perbankan kita kehilangan kepercayaan dari pelaku pasar, dalam dan luar negeri; kita juga menghadapi konflik komunal berbasis etnik dan agama di seluruh daerah; dan sama seriusnya dengan semua itu, kita juga menghadapi ancaman disintegrasi territorial. Itulah saat di mana fenomena negara gagal dan bangkrut berada di depan mata kita.

Sejak kita berhasil melakukan pemilu demokratis pertama di tahun 1999 secara damai, sesungguhnya secara berangsur-angsur kita telah berhasil menyingkirkan halangan paling serius untuk melakukan transisi demokrasi. Dalam masa transisi awal itu, lembaga-lembaga baru di tingkat negara dilahirkan untuk memperkuat prinsip umum yang dijunjung dan dimuliakan dalam demokrasi, seperti checks and balances, partisipasi dan kontrol publik, pers yang bebas, dan penghormatan atas hak asasi manusia.

Page 14: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN6

Negeri ini dengan cepat juga telah mendorong terjadinya desentralisasi dan otonomi daerah yang nyata dan luas. Dan sejak awal Kabinet Indonesia Bersatu, saya secara terus menerus dan konsisten mendorong tegaknya supremasi hukum, rule of law. Secara berangsur-angsur pula, gambaran tentang negara gagal itu menjauh dari pandangan kita. Sebaliknya, jauh dari anggapan yang pesimistis itu, Indonesia justru sedang berada dalam sebuah transformasi di semua bidang secara berkelanjutan.

Keadaan yang membesarkan hati itu hanya dapat kita raih, apabila kita terus bersatu dan mampu menyingkirkan semua rintangan yang menghadang kita. Disamping semua prestasi dan capaian itu, sesungguhnya pemerintah juga menyadari bahwa masih banyak masalah dan tantangan yang harus kita selesaikan dan hadapi.

Semua masalah dan tantangan itu juga tidak ringan. Namun, apabila kita bekerja keras dan bekerja sama dengan solidaritas dan spirit kebangsaan yang kuat di antara para pemimpin dan rakyatnya, maka niscaya semua itu dapat kita hadapi dan lalui dengan sukses dan selamat. Kritik kepada pemerintah memang sesuatu yang perlu dan penting. Walaupun demikian, Pemerintah memerlukan umpan balik yang bersifat korektif dan kontributif.

Diatas semua itu, janganlah kita menjadi bangsa yang mudah berputus asa. Sebaliknya, marilah kita mensyukuri semua yang kita miliki, karena hanya dengan rasa syukur itulah kita dapat senantiasa optimistis untuk menjadi bangsa yang maju dan unggul.

Hadirin sekalian yang saya hormati.

Dalam kesempatan yang baik ini, saya perlu menegaskan di sini bahwa pemerintah memiliki komitmen penuh untuk menegakkan prinsip negara hukum melalui rule of law, supremasi hukum, dan kesetaraan di depan hukum. Prinsip rule of law menegaskan bahwa penyelenggaraan kekuasaan negara berdasar atas hukum semata, dan tidak atas kekuasaan.

Page 15: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 7

Prinsip supremasi hukum menegaskan bahwa hukum berdiri diatas semua lembaga dan warga negara, dan hanya kepada hukum sajalah semua pihak tunduk kepadanya. Dan, akhirnya, kesetaraan di depan hukum menegaskan bahwa semua warga negara, tanpa kecuali, memiliki kewajiban yang sama di depan hukum. Semua ini berarti bahwa menegakkan hukum dan keadilan adalah mandat konstitusional yang menjadi prioritas pemerintah.

Salah satu agenda besar kita dalam reformasi dan pembangunan bangsa adalah makin tegaknya hukum dan keadilan. Keadilan untuk semua. Kita tentu tidak ingin hukum hanya keras dan berlaku bagi yang lemah. Namun, dengan jujur harus kita akui tegaknya hukum dan keadilan ini masih menjadi tantangan besar.

Tahun ini ada sejumlah kasus hukum yang menjadi perhatian masyarakat luas. Diantaranya adalah dilakukannya hukuman mati terhadap seorang Warga Negara Indonesia di Arab Saudi. Hukum mati itu telah menggores perasaan kita semua. Mengingat besarnya WNI yang bekerja di luar negeri, dalam berbagai jenis pekerjaan, memang tidak sedikit di antara mereka yang terlibat dalam permasalahan hukum di negara-negara tempat mereka tinggal dan bekerja. Terhadap dakwaan tindak pidana yang berat, seperti pembunuhan dan narkoba, saudara-saudara kita diancam bahkan sebagian telah divonis hukuman mati.

Tentu kita terus berjuang dari sisi kemanusiaan dan keadilan, untuk berikhtiar memohonkan pengampunan atau peringanan hukuman bagi mereka. Disamping saya pribadi, dan jajaran pemerintah terus aktif memintakan pengampunan dan peringanan hukuman itu, baik secara tertulis ataupun lisan, pemerintah telah membentuk sebuah Satuan Tugas, yang secara khusus melaksana-kan misi diplomasi dan upaya hukum yang amat penting ini.

Alhamdulillah, meskipun misi ini sangatlah tidak mudah, karena masing-masing negara memiliki sistem hukumnya sendiri, upaya kita mulai menunjukkan hasil. Sejumlah warga negara

Page 16: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN8

Indonesia yang terancam hukuman mati telah mendapatkan pengampunan dan peringanan hukuman.

Mengambil pengalaman dan pelajaran ini, ke depan, pengawasan terhadap penyiapan dan pemberangkatan TKI kita oleh Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) akan lebih diperketat, untuk memastikan saudara-saudara kita yang akan bekerja di luar negeri itu benar-benar memahami hukum, aturan dan adat-istiadat yang berlaku di negara tempat mereka tinggal dan bekerja.

Masih berkaitan dengan persoalan tenaga kerja kita di luar negeri, pemerintah juga terus menjalankan diplomasi dan negosiasi dengan pemerintah negara-negara sahabat, agar melalui MoU yang tepat, Tenaga Kerja Indonesia sungguh mendapatkan perlindungan yang baik serta dijamin hak dan keadilannya. Kebijakan untuk penghentian sementara pengiriman TKI ke Arab Saudi yang kita jalankan dewasa ini, misalnya, adalah dalam rangka peningkatan perlindungan dan penjaminan hak TKI di luar negeri.

Sesungguhnya, saudara-saudara, sejalan dengan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia yang kita jalankan di seluruh tanah air 15 tahun ke depan ini, kita berharap akan lebih tersedia lagi lapangan pekerjaan di dalam negeri, sehingga tidak perlu lagi saudara-saudara kita bekerja di sektor informal atau sektor Rumah Tangga di luar negeri. Ini sangat penting, karena berkaitan dengan kehormatan dan harga diri kita sebagai bangsa.

Masih dalam lingkup perlindungan WNI di luar negeri, dengan terjadinya krisis politik dan keamanan di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara, serta bencana alam di Jepang, sejak awal tahun pemerintah telah menyelamatkan dan mengevakuasi tidak kurang dari 3624 saudara kita. Hal ini merupakan bentuk tanggungjawab pemerintah kepada warga negaranya.

Page 17: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 9

Saudara-saudara,

Kita juga berkewajiban untuk terus meningkatkan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi tanpa diskriminasi, dengan tetap mengedepankan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Setelah berjuang sekian lama tanpa henti, sekaranglah momentum terbaik untuk kita terus membersihkan Indonesia dari korupsi.

Saat ini Indeks Persepsi Korupsi kita terus membaik. Transparency International memberikan skor IPK 2,0 pada 2004 membaik menjadi 2,8 pada 2010. Meskipun perbaikan indeks persepsi sebesar 0,8 merupakan yang tertinggi di antara seluruh negara ASEAN, namun kita masih harus bekerja keras untuk meningkatkan indeks korupsi secara berarti di masa mendatang.

Kita juga harus mengakui bahwa efektivitas pemberantasan korupsi masih harus terus kita tingkatkan. Karena itu regulasi antikorupsi harus terus disempurnakan. Lembaga-lembaga antikorupsi seperti Komisi Pemberantasan Korupsi, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan serta Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban, harus terus kita perkuat dan kita dukung efektivitas kerjanya.

Upaya untuk melemahkan KPK harus kita cegah dengan sekuat tenaga. Proses seleksi pimpinan KPK yang sekarang sedang berjalan, perlu sama-sama kita kawal agar menghasilkan Pimpinan KPK yang berintegritas dan profesional. Untuk itu, mekanisme kerja di internal KPK sendiri perlu terus disempurnakan, sehingga tetap steril dari korupsi. Pada saat yang sama, kita mendorong dan mendukung agar jajaran Kejaksaan dan Kepolisian RI terus berbenah diri dan melanjutkan reformasi. Kedua lembaga penegak hukum itu harus menjadi lembaga yang semakin berintegritas dan kredibel di depan publik.

Pemberantasan terorisme sebagai bagian dari upaya penegakkan hukum, terus kita jalankan. Pemberantasan terorisme terkadang mengharuskan tindakan tegas, karena

Page 18: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN10

tindakan terorisme sangat membahayakan keselamatan publik dan mengancam kewibawaan negara di depan warga negaranya. Namun demikian, kita juga menerapkan pendekatan preventif, melalui upaya deradikalisasi yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.

Hasilnya, sungguh menggembirakan. Negara dan masyarakat bahu membahu dan menjadikan program deradikalisasi sebagai aksi dan sekaligus tanggung jawab bersama. Terhadap ini semua, tidak sedikit yang telah kita capai. Banyak aksi-aksi terorisme yang dapat kita ungkap, kita gagalkan, dan kita cegah sejak dini. Dengan upaya itu, kita berharap aksi-aksi terorisme semakin lemah, dan insya Allah, pada saatnya nanti kita dapat melenyapkannya dari tanah air kita.

Berkaitan dengan gangguan keamanan yang kadang masih terjadi di Papua, pemerintah akan tetap bertindak tegas untuk menjamin tetap terjaganya ketertiban kehidupan masyarakat, dan tegaknya kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menyadari kompleksitas permasalahan yang ada, pemerintah menetapkan kebijakan guna menjamin pembangunan di Papua dapat benar-benar menuju kehidupan masyarakat yang semakin adil, aman, damai dan sejahtera. Di bidang politik, melalui otonomi khusus, pemerintah telah memberikan kewenangan yang lebih luas untuk menjalankan pembangunan sesuai sumber daya yang dimilikinya.

Dalam lima tahun terakhir, pemerintah juga melakukan desentralisasi fiskal yang cukup besar, untuk secara langsung mendukung percepatan pembangunan di Papua. Papua juga menjadi salah satu koridor ekonomi di dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia. Kebijakan pemerintah yang lebih mengutamakan pendekatan pembangunan ekonomi, kita harapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat Papua. Menata Papua dengan hati, adalah kunci dari semua langkah untuk menyukseskan pembangunan Papua, sebagai gerbang timur wilayah Indonesia.

Page 19: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 11

Hadirin sekalian yang saya hormati,

Di bidang politik, kita berhasil melaksanakan proses konsolidasi demokrasi yang diakui oleh komunitas internasional, sebagai proses konsolidasi terbaik di Asia dan Afrika. Tantangan terbesar yang kita hadapi adalah bagaimana meningkatkan kualitas partisipasi politik, sekaligus kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga demokrasi. Dalam hal partisipasi publik, kita sungguh berharap bahwa keluasan partisipasi juga disertai dengan pemahaman yang mendalam dan kebijaksanaan, wisdom, serta menjunjung tinggi moral dan etika politik yang luhur.

Dalam hal kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga demokrasi, kita harus mendorong agar lembaga-lembaga itu makin efektif dan berwibawa. Oleh karena itu, empat pilar utama demokrasi di negeri ini, yaitu lembaga Judisial, Legislatif, Eksekutif dan Media, tidak hanya harus otonom dan mandiri, namun juga makin transparan dan akuntabel di depan publik. Selain itu, semua lembaga demokrasi, tanpa kecuali, tidak hanya harus memperhatikan proses, namun juga semestinya berorientasi pada kualitas; tidak hanya memperhatikan prosedur namun juga manfaat.

Di bidang pertahanan, Tentara Nasional Indonesia (TNI) kita tingkatkan kemampuan dan profesionalitasnya. Pembangunan TNI kita tujukan untuk mengembangkan TNI yang tidak saja terlatih, namun juga memiliki tingkat kesiapan yang tinggi dalam penugasan. Dengan kemampuan keuangan negara yang makin meningkat, kita juga terus memodernisasi kekuatan dan alat utama sistem persenjataan.

Kita memperkokoh tradisi di lingkungan TNI, yang memastikan bahwa seluruh jajaran TNI konsisten dalam mengikuti kebijakan politik negara, yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi, supremasi hukum, penghormatan kepada hak asasi manusia, serta patuh pada hukum nasional dan berbagai konvensi internasional yang telah diratifikasi.

Page 20: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN12

Penugasan TNI dalam Operasi Militer Selain Perang, khususnya dalam tanggap darurat penanggulangan bencana; penugasan di wilayah perbatasan demi terpeliharanya keutuhan NKRI; dan pembebasan kapal niaga beserta 20 awaknya yang disandera oleh perompak Somalia yang berakhir sukses, menjadi contoh nyata bagi keandalan dan pengabdian tanpa putus dari seluruh prajurit TNI. Semua itu menunjukkan konsistensi TNI atas komitmennya terhadap keselamatan bangsa, negara, dan rakyat Indonesia.

Saudara-saudara,

Seiring dengan makin membaiknya keuangan negara, kita juga meningkatkan kualitas pelayanan dan akses warga negara terhadap pendidikan dan kesehatan. Demi keadilan yang makin luas, pemerintah memberikan perhatian ekstra kepada masyarakat berpendapatan rendah. Di masa lalu, masyarakat berpendapatan rendah sering mengalami kesulitan untuk mengakses pelayanan dasar.

Alhamdullilah, keadaan ini telah berubah. Saat ini, saya dapat memastikan bahwa semua warga negara berpenghasilan rendah, memiliki hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan pendidikan dari pemerintah. Tidak boleh ada lagi anak-anak kita dalam usia wajib belajar yang tidak bisa bersekolah. Tidak boleh juga ada warga negara tidak mampu, yang gagal memperoleh pelayanan dasar kesehatan dari pemerintah. Oleh karena itu, saya menyeru agar seluruh jajaran pemerintah, di tingkat nasional, provinsi, kabupaten dan kota, memastikan bahwa program yang mulia ini dapat diimplementasikan dengan baik dan nyata.

Saudara-saudara,

Kita menganut sebuah prinsip pembangunan yang bersifat inklusif dan sekaligus berkelanjutan, sebuah prinsip yang dibangun berdasarkan sebuah kepercayaan umum, bahwa hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh semua warga negara tanpa kecuali. Kita ingin memastikan, buah pembangunan

Page 21: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 13

dapat dinikmati oleh seluruh rakyat. Pembangunan tidak boleh hanya menguntungkan segelintir orang, karena bertentangan dengan moralitas pembangunan yang esensinya bersumber dari Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Berdasarkan filosofi dan moralitas pembangunan yang secara kuat berorientasi pada manusia, maka pemerintah mendorong pembangunan berdasarkan pilar-pilar yang berorientasi pada pro-pertumbuhan (pro-growth); pro-lapangan kerja (pro-job); dan pro-pengurangan kemiskinan (pro-poor). Sejak tahun 2009 yang lalu kita tambahkan pilar yang keempat, yaitu pro-lingkungan (pro-environment). Pilar ini sangat penting untuk memastikan bahwa dalam jangka panjang, pembangunan yang kita jalankan dapat memenuhi asas keberlanjutan, demi masa depan yang lebih baik bagi anak-cucu kita.

Oleh sebab itu, sejak awal pemerintah telah memutuskan untuk menempuh dua pendekatan yang berbeda, namun saling melengkapi, dalam upayanya menciptakan kesejahteraan umum, utamanya penanggulangan kemiskinan di negeri ini. Pendekatan pertama adalah melalui mekanisme ekonomi. Melalui pendekatan ini, pertumbuhan ekonomi yang kuat didorong, di antaranya dengan memperluas investasi dan meningkatkan belanja pemerintah. Melalui pertumbuhan ekonomi yang kuat terjadi perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha.

Tersedianya kesempatan kerja dan kesempatan berusaha membawa dampak pada makin banyaknya warga negara yang memperoleh penghasilan. Melalui mekanisme ekonomi semacam inilah peningkatan kesejah-teraan umum dan penurunan kemiskinan terjadi.

Pendekatan kedua adalah membuka ruang bagi intervensi positif pemerintah, untuk terlibat secara langsung dalam penurunan kemiskinan melalui berbagai kebijakan. Dari tahun ke tahun, program-program pro-rakyat atau program untuk rakyat miskin terus kita gulirkan, dengan jumlah yang lebih besar dan dengan persebaran yang lebih luas. Saat ini, pemerintah membagi program bantuan untuk rakyat miskin ini ke dalam empat klaster. Klaster pertama merupakan program

Page 22: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN14

bantuan dan perlindungan sosial yang di antaranya berwujud beras murah untuk masyarakat ekonomi tidak mampu (raskin), Program Keluarga Harapan, Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan jaminan kesehatan masyarakat atau Jamkesmas.

Klaster kedua melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Klaster ketiga melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Klaster keempat yang mulai efektif pada 2012 dan dilaksanakan secara bertahap meliputi sejumlah program, yaitu rumah murah dan sangat murah, kendaraan umum angkutan murah, air bersih untuk rakyat, listrik murah dan hemat, peningkatan kehidupan nelayan, dan peningkatan kehidupan masyarakat miskin perkotaan. Melalui empat klaster itu, kita berharap, kebijakan ini dapat menjadi langkah terobosan yang secara fundamental dapat menurunkan kemiskinan, sekaligus memperkuat ekonomi rakyat kita.

Hadirin sekalian yang saya hormati,

Dalam hubungan luar negeri, tahun 2011 merupakan tahun yang sangat penting dan istimewa bagi negara kita. Tahun ini, kita dipercaya kembali menjadi Ketua ASEAN. Sebagai Ketua ASEAN, terbentang peluang sekaligus tantangan. Saya percaya bahwa keketuaan kita di ASEAN membawa sejumlah tanggung jawab dan kewajiban yang tidak ringan. Di antara yang penting, kita harus mampu memberi manfaat positif bagi upaya pemajuan ASEAN pada khususnya, dan bagi terciptanya stabilitas keamanan di wilayah Asia.

Berdasarkan tanggung jawab itu pula, kita berperan aktif dalam memfasilitasi pertemuan di antara Kamboja dan Thailand untuk mengatasi sengketa perbatasan. Di bawah Keketuaan kita, ASEAN dan RRT berhasil menyepakati Guidelines for Implementation of the Declaration of Conduct terkait potensi konflik di Laut Cina Selatan.

Peran Indonesia sebagai Ketua ASEAN juga memberi bobot, dalam memastikan kesiapan negara-negara anggota bagi terwujudnya Komunitas ASEAN 2015. Sebagai Ketua ASEAN, kita aktif mendorong pelibatan masyarakat dalam kegiatan-

Page 23: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 15

kegiatan ASEAN serta peningkatan people to people contact di antara masyarakat negara-negara anggota ASEAN. Semuanya itu kita lakukan, untuk memastikan bahwa kerja sama ASEAN dapat membawa manfaat bagi seluruh masyarakatnya.

Kita juga ingin memastikan terkonsolidasinya satu tatanan kawasan baru melalui bingkai East Asia Summit. Pada tahun 2011 inilah, selain 16 negara yang telah tergabung di dalam East Asia Summit, akan pula bergabung untuk pertama kalinya Amerika Serikat dan Rusia, dua negara yang secara tradisional memiliki peran penting di kawasan Asia Timur.

Di dunia internasional, kita tetap berkiprah di berbagai organisasi utama internasional. Dalam G-20 kita optimalkan kerja sama untuk mendukung perbaikan ekonomi global, dan peningkatan pembangunan ekonomi di negara kita. Kita ingin mewujudkan cita-cita menjadi emerging economy sepuluh tahun mendatang, dengan pendapatan perkapita dan dengan nilai perekonomian yang jauh lebih tinggi.

Kita juga ingin memastikan peran kita di forum ini bersinergi dengan pencapaian cita-cita reformasi di dalam negeri, menciptakan pemerintahan yang bersih yang memerangi korupsi, dan terwujudnya prinsip-prinsip good governance. Untuk itulah, kita banyak mengambil prakarsa dan berpartisipasi aktif pada kelompok kerja keuangan, kelompok kerja pembangunan, dan kelompok kerja anti-korupsi di G-20.

Bersama negara-negara anggota G- 20 lainnya, kita menyusun strategi dalam mengatasi dan mengantisipasi krisis global yang mungkin terjadi. Kita berperan aktif untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam penentuan tatakelola global, dan pemecahan permasalahan global yang berdampak pada negara-negara berkembang, utamanya keamanan pangan, energi, dan air bersih.

Langkah-langkah ini sejalan dengan kiprah terdepan Indonesia, dalam memperjuangkan kepentingan negara-negara berkembang di berbagai forum internasional. Negara kita bersama dengan negara-negara sehaluan, terus menyuarakan arti penting reformasi tatakelola kepemerintahan global,

Page 24: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN16

termasuk PBB agar lebih berkeadilan dan meref leksikan realitas internasional dewasa ini. Dalam kerangka ekonomi, kita meyakini bahwa reformasi sistem moneter internasional dapat membantu tercapainya pertumbuhan ekonomi global yang kuat, seimbang, dan berkelanjutan.

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Sebagai perwujudan prinsip “pembangunan untuk semua”, mulai tahun ini kita gulirkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia atau MP3EI, untuk mendukung percepatan pembangunan di daerah-daerah di seluruh tanah air. MP3EI adalah sebuah terobosan strategis, yang dilahirkan melalui prakarsa bersama banyak pihak. Bahkan, sesungguhnya MP3EI adalah produk dari sebuah kerja sama dan kemitraan di antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, swasta, dan akademisi.

Mulai tahun ini, kita melakukan percepatan dan perluasan pembangunan di enam koridor ekonomi di seluruh tanah air, untuk mendorong terbentuknya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah di masing-masing koridor. Dalam kurun waktu 15 tahun ke depan, secara bertahap kita kembangkan klaster-klaster industri, baik untuk meningkatkan keterkaitan antara industri hulu dan hilir, maupun antara pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah penyangganya.

Kita bangun industri unggulan di berbagai wilayah yang akan memperkuat struktur perekonomian domestik. Kita tawarkan insentif yang tepat kepada dunia usaha, dan kita perbaiki iklim investasi di daerah-daerah.

Sebagai terobosan strategis, MP3EI juga merupakan sebuah jawaban atas ketimpangan pembangunan yang selama ini menjadi perangkap, yang menghalangi terjadinya pemerataan pembangunan di seluruh wilayah tanah air. Melalui MP3EI, penegasan bahwa daerah adalah bagian integral dari pembangunan nasional makin diteguhkan. Ini berarti, bahwa majunya daerah akan sangat bermakna bagi kemajuan nasional.

Page 25: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 17

MP3EI menetapkan enam koridor ekonomi yang meliputi Koridor Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, serta Koridor Papua dan Kepulauan Maluku. Percepatan dan perluasan pembangunan di enam koridor tersebut dilakukan untuk memperkuat konektivitas nasional, yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara global (locally integrated; globally connected).

Konektivitas menjadi kata kunci, untuk meningkatkan keterkaitan ekonomi di antara kota dan desa, di antara kota dan kota lain, dan di antara daerah maju dan daerah tertinggal.

Saudara-saudara,

Sejalan dengan komitmen yang tinggi untuk memperkuat desentralisasi dan otonomi daerah, kita terus melanjutkan desentralisasi fiskal yang adil dan proporsional. Dari tahun ke tahun, pola hubungan keuangan antara pusat dan daerah semakin bergeser, dan semakin besar transfer ke daerah.

Pemerintah terus meningkatkan dana yang ditransfer ke daerah, baik melalui kerangka Dana Perimbangan, Dana Otonomi Khusus, dan Dana Penyesuaian, maupun melalui kerangka Dana Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan yang disalurkan oleh Kementerian dan Lembaga terkait. Kita juga terus memperkuat konsolidasi otonomi khusus, seraya terus memperbaiki strategi dan manajemen pembangunannya, baik di Provinsi Papua, Papua Barat, maupun Aceh.

Dalam satu dasawarsa, sejak tahun 1999 hingga 2009, telah terbentuk 205 daerah baru, yang terdiri atas 7 daerah baru setingkat provinsi, 164 daerah baru setingkat kabupaten, dan 34 daerah baru setingkat kota. Dengan penambahan itu, kini Indonesia memiliki 33 provinsi, 398 kabupaten, dan 93 kota. Perubahan ini membawa sejumlah konsekuensi yang serius dalam postur APBN, khususnya telah meningkatkan beban keuangan negara. Perkembangan ini harus kita kendalikan, agar prinsip penting dalam penyelenggaran umum pemerintahan dan pembangunan daerah yang menjamin terwujudnya pelayanan

Page 26: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN18

publik yang efektif dapat dicapai, bukan sebaliknya, justru menimbulkan beban untuk rakyat kita.

Sejalan dengan itu, pemerintah telah merumuskan Disain Besar Penataan Daerah di Indonesia tahun 2010-2025. Kita semua berharap, disain besar itu dapat bermanfaat untuk memperkuat integrasi bangsa, mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah, dan meningkatkan pelayanan publik di tengah-tengah masyarakat.

Dari apa yang saya kemukakan tadi, kita telah bersama-sama mencermati berbagai sasaran pembangunan yang ingin kita capai, tantangan pembangunan yang kita hadapi, serta langkah-langkah yang telah dan akan kita lakukan untuk mengatasinya. Insya Allah, sore nanti, pada pidato penyampaian keterangan pemerintah tentang RAPBN 2012 dan nota keuangannya, akan saya sampaikan rincian kebijakan, dan program pembangunan, beserta anggarannya.

Saudara Ketua, para Wakil Ketua dan para Anggota Dewan Perwakilan Daerah yang saya hormati.

Saudara Ketua, para Wakil Ketua dan para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang saya hormati.

Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air, Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Di hari yang membahagiakan dan insya Allah penuh berkah ini, selaku kepala negara dan kepala pemerintahan, serta dari lubuk hati yang paling dalam, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus, kepada mulai dari kepala kampung hingga kepala daerah, atas kerja keras dan pengabdian saudara-saudara dalam membangun negeri ini.

Pada saat kita hadir di ruangan yang terhormat ini, nun jauh di sana, di ujung pelosok, pedalaman, dan perbatasan, serta di pulau-pulau terdepan yang terpencil, terdapat saudara-saudara kita yang berprofesi sebagai guru, bidan desa, penyuluh pertanian, kepala kampung, kepala desa, penjaga perbatasan,

Page 27: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 19

dan masih banyak yang lainnya, yang memberikan pelayanan kepada masyarakat kita di seantero negeri.

Sebagian dari mereka harus berkeliling dari satu desa ke desa yang lainnya, dari satu pulau ke pulau yang lainnya, dari satu lembah ke lembah yang lainnya, untuk memenuhi kewajibannya. Sesungguhnya, mereka adalah pahlawan-pahlawan bangsa yang bekerja dalam sunyi, dengan keikhlasan yang melampaui panggilan tugasnya. Sebagian dari mereka yang berprestasi dan menjadi teladan, juga hadir bersama-sama kita di ruangan ini. Kita semua berhutang budi pada mereka. Saya bangga, kita semua bangga, dan sungguh mencintai saudara-saudara semua.

Atas kerja keras kita semua, di awal abad ini, kita berhasil menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara merdeka yang mampu berdiri tegak dan siap bersaing di pentas global. Kita juga menunjukkan kepada dunia, bahwa sesungguhnya demokrasi, modernitas, dan agama, dapat berdampingan secara harmonis. Sejalan dengan itu, kita juga mampu membuktikan, bahwa negeri kita berhasil mengikat ratusan suku bangsa yang majemuk, dalam sebuah persatuan nasional yang kokoh, berdasarkan prinsip Bhinneka Tunggal Ika.

Walaupun tantangan dan ancaman terhadap pluralisme, toleransi, dan harmoni sosial ada di sekitar kita, kita tidak boleh bergeser dari keyakinan bahwa Indonesia adalah bangsa yang mampu hidup dalam kemajemukan. Keyakinan inilah yang harus kita bela tanpa keraguan. Di atas semua itu, kita adalah bangsa yang dengan bangga memiliki Pancasila sebagai sumber inspirasi dan kekuatan, bagi terbentuknya identitas bangsa Indonesia yang kekal dan abadi.

Inilah saatnya untuk mempersatukan semua yang kita miliki, demi sebuah negeri yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan. Inilah saatnya pula untuk berubah; dari yang berpikir negatif menjadi lebih positif, dari yang pesimistis menjadi lebih optimistis, dan dari yang gamang menjadi lebih percaya diri.

Page 28: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN20

Marilah kita jadikan peringatan Hari Ulang Tahun ke-66 Proklamasi Kemerdekaan negara yang kita cintai ini, untuk mendorong semangat kita menjadi bangsa yang makin maju, sejahtera, dan bermartabat. Mari kita jadikan keberhasilan kita selama ini, sebagai energi positif untuk menghadapi tantangan pembangunan yang kian tidak ringan. Saya juga mengajak seluruh warga bangsa, agar dapat memanfaatkan kebebasan yang disediakan oleh demokrasi kita, dengan mengutamakan keadaban, harmoni, toleransi, dan ketertiban

Marilah kita jadikan peringatan Hari Ulang Tahun ke-66 Proklamasi Kemerdekaan negara yang kita cintai ini, sebagai tekad untuk menyelesaikan tugas pembangunan yang masih tersisa, seraya meningkatkan prestasi yang lebih baik lagi.

Akhirnya, semoga di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, melimpahkan rahmat, karunia, dan ridho-Nya kepada kita semua, dalam membangun bangsa dan negara kita, menjadi bangsa yang besar, maju, adil, sejahtera, dan bermartabat.

Dirgahayu Republik Indonesia!

Terima kasih,

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Page 29: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 21

Pidato Presiden RI Pada Penyampaian Keterangan Pemerintah Atas RUU Tentang APBN Tahun Anggaran 2012 Beserta Nota Keuangannya di Depan Rapat Paripurna DPR RI Jakarta, 16 Agustus 2011

H. Susilo Bambang Yudhoyono

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua,

Yang saya hormati, Saudara Ketua, para Wakil Ketua, dan para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,

Yang saya hormati, Saudara Ketua, para Wakil Ketua, dan para Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia,

Yang saya hormati, Saudara Ketua, para Wakil Ketua, dan para Anggota Lembaga-lembaga Negara,

Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air, Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Sebelum saya menyampaikan pidato tentang pengantar RAPBN Tahun 2012 beserta Nota Keuangannya, izinkan saya untuk memberikan respon terhadap apa yang disampaikan oleh Saudara Ketua DPR RI pada saat menyampaikan pidato pengantar tadi.

Page 30: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN22

Saya mencatat, pemerintah mencatat semua yang disampaikan tadi, baik itu dukungan terhadap apa yang sedang dilakukan oleh pemerintah, sebagian sudah berhasil, sebagian belum, maupun saran, desakan agar pemerintah melakukan sesuatu yang lebih efektif lagi, termasuk kritik dari apa yang sedang dilakukan pemerintah, dan semua itu dengan terbuka kami terima karena itulah isu yang kami hadapi, itulah persoalan yang dihadapi oleh pemerintah dan bahkan sesungguhnya dihadapi oleh kita semua. Dengan kritik sekaligus dorongan itu, insya Allah, kami akan berbuat lebih baik lagi di tahun anggaran mendatang agar lebih banyak lagi apa yang dapat kita capai.

Izinkan saya untuk menyampaikan pidato pengantar RAPBN tahun 2012 .

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Dengan penuh rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, pada siang hari ini kita masih diberi kesempatan dan kekuatan untuk mengikuti sidang lanjutan yang terhormat ini.

Setelah tadi pagi saya menyampaikan pidato kenegaraan, pada kesempatan ini ijinkan saya untuk menyampaikan Keterangan Pemerintah atas Rancangan Undang-undang Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2012 beserta Nota Keuangannya.

Sesuai amanat konstitusi, RAPBN Tahun Anggaran 2012 beserta Nota Keuangannya disusun sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara yang dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab, untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Sebagaimana diamanatkan pula oleh Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, maka RAPBN 2012 disusun dengan berpedoman pada Kerangka Ekonomi Makro, Pokok-pokok Kebijakan Fiskal, dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2012.

Page 31: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 23

Penyusunan RAPBN tahun 2012 juga memperhatikan saran dan pendapat DPR-RI, serta pertimbangan DPD-RI, yang disampaikan dalam Forum Pembicaraan Pendahuluan beberapa waktu yang lalu. Dipertimbangkan pula perkembangan ekonomi terkini, baik domestik maupun internasional, serta sasaran-sasaran jangka menengah yang ingin dicapai seperti tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014.

Saudara-saudara,

Sebelum saya menyampaikan pokok-pokok RAPBN tahun 2012, ijinkan saya mengemukakan secara singkat mengenai perkembangan kondisi ekonomi terkini, baik global maupun domestik, yang melatar-belakangi penyusunan kerangka ekonomi makro dan berbagai besaran RAPBN 2012.

Sebagaimana kita ketahui bersama, akhir-akhir ini ekonomi dunia dilanda berbagai guncangan, yang mempengaruhi perkembangan ekonomi global di bulan-bulan mendatang. Kondisi ini dapat berpengaruh pula pada perekonomian di negara kita. Tahun ini, pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju hampir pasti akan melambat, bila dibandingkan dengan pertumbuhannya di tahun 2010. Perekonomian Amerika Serikat, Jepang, Jerman, dan Inggris diprediksi akan tumbuh melambat.

Perlambatan laju pertumbuhan juga akan terjadi di kawasan Asia, meskipun tahun ini perekonomian Asia masih akan menjadi yang terbaik. Tiongkok dan India, akan tetap menjadi motor penggerak perekonomian Asia. Krisis keuangan yang melanda Eropa; meningkatnya inflasi dan risiko overheating perekonomian di Tiongkok dan India; serta krisis fiskal yang tidak tuntas di Amerika Serikat baru-baru ini, merupakan risiko tambahan bagi perekonomian dunia tahun ini dan tahun depan. Semuanya itu harus kita waspadai dan antisipasi, agar tidak mengganggu pertumbuhan ekonomi di negara kita.

Page 32: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN24

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Di tengah perkembangan ekonomi global yang penuh ketidakpastian itu, ekonomi kita tahun ini diperkirakan tumbuh 6,5 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun ini, yang merupakan pertumbuhan tertinggi setelah krisis 1998, didukung oleh investasi, ekspor, dan konsumsi masyarakat. Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi akan digerakkan oleh sektor industri pengolahan; sektor pertanian; dan sektor pertambangan.

Sementara itu, kenaikan harga komoditas dunia serta cuaca ekstrim yang terjadi di beberapa wilayah, telah memberi tekanan pada laju inflasi di dalam negeri. Pada tahun 2010 lalu, laju inflasi mencapai 6,96 persen, sementara hingga bulan Juli tahun ini, inflasi kita—secara tahunan—mencapai 4,61 persen. Oleh karena itu, Pemerintah telah dan akan senantiasa menempatkan pengendalian harga-harga sebagai prioritas utama, dalam menjaga stabilitas ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat.

Di sisi lain, nilai tukar rupiah terus mengalami penguatan. Hingga akhir Juli 2011, rata-rata nilai tukar rupiah mencapai 8.716 rupiah per USD, atau menguat 4,93 persen bila dibandingkan dengan posisinya pada periode yang sama tahun 2010. Dengan tetap terjaganya kepercayaan terhadap Rupiah, tingkat suku bunga BI rate dapat dipertahankan pada tingkat 6,5 persen sepanjang tahun 2010. Pada bulan Februari 2011, suku bunga acuan BI dinaikkan sebesar 25 basis point menjadi 6,75 persen, dan masih dipertahankan hingga saat ini.

Di lain pihak, penyaluran kredit perbankan sampai dengan bulan Juni 2011 meningkat hingga mencapai Rp1.973 triliun, atau tumbuh lebih dari 23 persen. Begitu pula, kondisi kesehatan perbankan juga makin kuat. Rasio kecukupan modal bank umum hingga Mei 2011, relatif terjaga 17,4 persen, sedangkan rasio kredit bermasalah bank umum berhasil diturunkan menjadi sekitar 2,6 persen pada akhir tahun 2010.

Ini merupakan tingkat terendah dalam lima tahun terakhir. Sementara itu kinerja pasar modal dalam negeri tidak terlepas

Page 33: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 25

dari perkembangan pasar global dan regional. Setelah mengalami kenaikan yang spektakuler menembus angka 4.000, Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia mengalami koreksi dalam minggu-minggu terakhir ini menjadi 3.900-an pada minggu kedua Agustus 2011.

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Dari sisi perdagangan internasional, neraca transaksi berjalan mengalami surplus sekitar USD5,6 miliar pada tahun 2010 dan sekitar USD2,3 miliar sampai dengan bulan Juni tahun 2011. Kondisi ini juga disertai dengan terjadinya surplus neraca modal, seiring dengan me-ningkatnya arus modal masuk ke negara kita, yang dalam semester pertama tahun ini naik sekitar USD6,8 miliar dari posisi akhir tahun 2010. Dengan perkembangan itu, cadangan devisa kita telah mencapai USD123,2 miliar pada awal Agustus 2011—sebuah peningkatan hampir 350 persen bila dibandingkan dengan cadangan devisa di tahun 2004 sebesar USD36,3 miliar.

Untuk mengantisipasi terjadinya pembalikan arus modal masuk dan dampak buruk penurunan ekonomi global, pemerintah telah menyiapkan beberapa langkah pengamanan: kita lakukan kerjasama dengan Bank Indonesia untuk pembelian Surat Berharga Negara (SBN), pembelian kembali SBN dengan dana APBN, pembentukan dana stabilisasi obligasi, dan penyiapan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) untuk mendukung stabilisasi pasar SBN domestik. Langkah antisipasi ini kita lakukan untuk memberikan sinyal positif bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini aman dan baik. Langkah-langkah ini, insya Allah dapat meningkatkan kepercayaan dan keyakinan bagi para pelaku ekonomi.

Berdasarkan perkiraan perkembangan ekonomi global dan domestik, maka sasaran dan asumsi ekonomi makro, yang kita jadikan dasar Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2012, sekaligus sebagai dasar perhitungan besaran RAPBN tahun 2012 adalah: pertumbuhan ekonomi 6,7 persen; laju inflasi 5,3 persen; suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan

Page 34: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN26

6,5 persen; nilai tukar rupiah Rp8.800 per USD; harga minyak USD90,0 per barel; dan lifting minyak 950 ribu barel per hari.

Saudara Ketua, para Wakil Ketua, dan para Anggota Dewan yang saya hormati,

Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air,

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Saat ini kita tengah melakukan transformasi ekonomi nasional, dengan orientasi yang berbasis pada pertumbuhan ekonomi yang kuat, inklusif, berkualitas dan berkelanjutan. Kita patut bersyukur, pertumbuhan ekonomi kita hingga saat ini terus meningkat. Momentum pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat itu telah makin memperluas lapangan kerja.

Dengan perluasan lapangan kerja, tingkat pengangguran terbuka dapat kita turunkan. Pada awal tahun 2011, jumlah pengangguran terbuka menurun menjadi 8,1 juta orang atau 6,8 persen. Jumlah penduduk miskin juga berkurang, menjadi 30 juta orang atau 12,5 persen. Upaya ini harus terus kita tingkatkan agar tahun depan, jumlah pengangguran terbuka dapat kita turunkan lagi hingga menjadi 6,4-6,6 persen, dan jumlah penduduk miskin terus berkurang menjadi sekitar 10,5-11,5 persen.

Berkaitan dengan itu, kita perlu menempuh langkah-langkah terobosan. Sejak Desember tahun lalu, saya telah mengajak semua pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, kalangan dunia usaha, hingga BUMN untuk bersama-sama terlibat aktif dalam mempercepat dan memperluas perekonomian nasional. Upaya ke arah percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi itu, kemudian kita tuangkan ke dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, atau MP3EI.

Kebijakan baru ini adalah langkah terobosan strategis, untuk melengkapi strategi pembangunan yang bersifat sektoral dan regional, yang kita jalankan selama ini. Dalam rancang bangun MP3EI itu kita gunakan tiga strategi besar, yaitu:

Page 35: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 27

Pertama, mengembangkan enam koridor ekonomi Indonesia, yang meliputi: koridor Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, dan koridor Papua-Maluku;

Kedua, memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara internasional; dan

Ketiga, mempercepat kemampuan SDM dan IPTEK, untuk mendukung pengembangan program utama, dengan meningkatkan nilai tambah di setiap koridor ekonomi

Pengembangan keenam koridor ekonomi itu kita harapkan mampu menjadi mesin penggerak pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, sekaligus mendorong pemerataan pembangunan wilayah.

Untuk memantau secara intensif pelaksanaan MP3EI, Pemerintah telah membentuk Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI). Sementara itu, pendanaan kegiatan MP3EI kita lakukan melalui keterpaduan pendanaan dari APBN, APBD, BUMN, serta pihak swasta dan masyarakat. Pelaksanaan MP3EI ini semaksimal mungkin memberikan peran yang besar kepada pelaku usaha domestik dan sumberdaya dalam negeri.

Sejalan dengan itu, saya berharap agar anggaran yang tersebar di berbagai kementerian dan lembaga, benar-benar dapat kita arahkan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan MP3EI. Demikian pula, BUMN kita harapkan dapat menjadi pilar dan kontributor utama dalam pelaksanaan MP3EI; bukan hanya komitmen, tetapi harus menjadi investasi nyata. Di samping itu, sebagai upaya terobosan, MP3EI menuntut kerja keras dan meninggalkan pola pikir business as usual.

Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah air,

Hadirin sekalian yang saya hormati,

Selanjutnya, saya akan menyampaikan Rencana Kerja Pemerintah dan prioritas nasional di tahun mendatang, sebagai

Page 36: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN28

pedoman dalam penyusunan RAPBN 2012. Sesuai dengan visi pembangunan dalam RPJMN 2010-2014, pemerintah terus bekerja keras untuk mewujudkan Indonesia yang makin sejahtera, demokratis, dan berkeadilan. Indonesia yang sejahtera akan kita wujudkan dengan memperkuat strategi empat jalur.

Dalam kerangka ini, pemerintah bersama-sama dengan dewan yang terhormat telah sepakat untuk menetapkan tema pembangunan nasional pada RKP Tahun 2012, yaitu: “Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas, Inklusif dan Berkeadilan Bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat”.

Berdasarkan tema RKP Tahun 2012, kita tetapkan 11 prioritas nasional, yaitu: (1) reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan iklim usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan pengelolaan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, dan pasca-konflik; serta (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.

Untuk mencapai sasaran pembangunan jangka pendek dan jangka menengah, di tahun-tahun mendatang kebutuhan belanja negara kita tentu bertambah besar. Di sisi lain, pengalaman menunjukkan bahwa komposisi anggaran belanja negara hingga saat ini, masih didominasi belanja wajib seperti belanja pegawai, sebagian belanja barang, pembayaran bunga utang, serta berbagai jenis subsidi dan transfer ke daerah. Kondisi itu menyebabkan dana yang tersedia bagi pelaksanaan berbagai program dan kegiatan pembangunan lainnya yang lebih produktif, menjadi terbatas.

Untuk itulah, pada kesempatan yang baik ini saya minta kepada seluruh jajaran pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah, agar mengelola APBN dan APBD secara lebih cermat, transparan, dan akuntabel. Dari sisi penerimaan, kita harus mampu meningkatkan, menggali, dan mengembangkan sumber-sumber pendapatan negara dan pendapatan asli daerah, agar kapasitas fiskal kita semakin kuat.

Dari sisi belanja, kita harus dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas belanja, baik belanja APBN maupun belanja

Page 37: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 29

APBD. Anggaran belanja harus dapat kita gunakan secara makin berkualitas, efektif, dan efisien. Kebocoran anggaran tidak boleh terjadi. Setiap rupiah yang dibelanjakan, harus kita gunakan untuk kegiatan dan program yang benar-benar produktif, dan mampu memberikan nilai tambah sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat.

Dengan rambu-rambu dan kerangka pengelolaan kebijakan fiskal itulah, dalam RAPBN Tahun 2012 pendapatan negara dan hibah direncanakan mencapai 1.292,9 triliun rupiah. Jumlah ini naik sebesar 123,0 triliun rupiah atau 10,5 persen dari target pendapatan negara dan hibah pada APBN-P Tahun 2011 sebesar 1.169,9 triliun rupiah. Sementara itu, belanja negara direncanakan mencapai 1.418,5 triliun rupiah, naik 97,7 triliun rupiah atau 7,4 persen dari pagu belanja negara pada APBN-P Tahun 2011 sebesar 1.320,8 triliun rupiah. Dengan konfigurasi ini, pada RAPBN 2012, kita berhasil menekan defisit anggaran menjadi 1,5 persen terhadap PDB.

Saudara-saudara,

Sekarang, ijinkan saya untuk menguraikan lebih rinci, pokok-pokok kebijakan dan rencana pendapatan negara dan hibah yang saya kemukakan tadi.

Pendapatan negara mempunyai peran yang sangat strategis dalam memperkuat kapasitas fiskal kita, untuk memperluas ruang gerak dalam membiayai pembangunan. Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen untuk terus meningkatkan penggalian dan pengembangan sumber-sumber pendapatan negara, baik penerimaan perpajakan maupun Penerimaan Negara Bukan Pajak atau PNBP. Peningkatan pendapatan negara adalah kunci kemandirian kita dalam membiayai pembangunan.

Dengan komitmen itu, dalam RAPBN 2012, penerimaan perpajakan direncanakan mencapai 1.019,3 triliun rupiah, atau memberi kontribusi hampir 79 persen dari total pendapatan negara dan hibah. Jumlah itu mengalami kenaikan sebesar 140,6 triliun rupiah, atau sekitar 16 persen dari target APBN-P

Page 38: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN30

Tahun 2011. Dengan total penerimaan perpajakan sebesar itu, rasio penerimaan perpajakan terhadap PDB atau tax ratio mengalami peningkatan dari 12,2 persen di tahun 2011 menjadi 12,6 persen di tahun 2012. Makin meningkatnya penerimaan negara dari pajak, membawa konsekuensi pada pemerintah untuk memberikan pelayanan publik yang lebih transparan dan akuntabel.

Untuk mengamankan sasaran penerimaan perpajakan itu, Pemerintah terus melanjutkan langkah-langkah reformasi perpajakan, termasuk melanjutkan reformasi peraturan dan perundang-undangan pajak. Dalam mengoptimalkan penggalian potensi perpajakan, pada bulan September 2011, Pemerintah berencana melakukan sensus pajak nasional. Melalui kegiatan sensus itu, kita ingin cakupan potensi pajak terus meningkat, baik dalam rangka ekstensifikasi maupun intensifikasi perpajakan. Sejalan dengan cara itu, kita sempurnakan pula mekanisme keberatan dan banding untuk meningkatkan pengawasan dan menghindari penyalahgunaan wewenang. Langkah-langkah itu, kita sertai dengan pemberian sanksi yang lebih berat bagi yang melakukan penyelewengan.

Di bidang kepabeanan dan cukai, kita lakukan langkah-langkah optimalisasi penerimaan, antara lain melalui penyesuaian tarif cukai, pengkajian ekstensifikasi barang kena cukai, dan pengoperasian secara penuh Indonesia National Single Window. Disamping itu, kita teruskan langkah-langkah untuk memperkecil kebocoran, meningkatkan intensifikasi pemungutan, serta mengatur dan menangani barang-barang ekspor dan impor dengan lebih cermat dan lebih dalam.

Sementara itu, PNBP tahun 2012 direncanakan mencapai 272,7 triliun rupiah, atau memberi kontribusi sekitar 21 persen dari total pendapatan negara dan hibah. Untuk mengoptimalkan pencapaian target PNBP ini, Pemerintah terus melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan lifting minyak dan efisiensi cost recovery. Sejalan dengan itu, penerimaan dari deviden BUMN kita optimalkan melalui langkah-langkah restrukturisasi BUMN yang makin terarah dan efektif; penerapan tata kelola

Page 39: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 31

perusahaan yang baik atau good corporate governance; dan peningkatan sinergi antar-BUMN.

Demikian pula, penggalian potensi penerimaan yang berasal dari kegiatan pelayanan dan jasa kementerian dan lembaga kita tingkatkan, dengan melakukan langkah-langkah penertiban dan perbaikan administrasi PNBP; penyempurnaan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan PNBP; serta penyesuaian tarif dan peninjauan atas cakupan dan fleksibilitas penggunaannya. Peningkatan penerimaan negara dari pajak, cukai dan PNBP kita tujukan untuk memperkokoh kemandirian anggaran dan ekonomi nasional. Dengan cara itulah, secara bertahap kita dapat mengurangi ketergantungan terhadap utang luar negeri.

Saudara-saudara,

Perkenankan saya beralih pada penyampaian pokok-pokok penjelasan mengenai kebijakan dan rencana anggaran belanja negara. Sejalan dengan makin besarnya kapasitas fiskal kita, volume anggaran belanja negara dalam beberapa tahun terakhir ini, juga terus mengalami peningkatan. Berkaitan dengan itu, seperti saya kemukakan tadi, kualitas belanja negara harus terus menerus kita tingkatkan, agar benar-benar dapat berfungsi secara efektif dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Untuk mendukung tercapainya sasaran strategis sesuai dengan arah kebijakan dan prioritas pembangunan dalam RKP tahun 2012, belanja negara dalam RAPBN 2012 direncanakan mencapai 1.418,5 triliun rupiah. Belanja sebesar itu kita alokasikan untuk belanja kementerian dan lembaga, 476,6 triliun rupiah; belanja non-kementerian dan lembaga, 477,5 triliun rupiah; dan transfer ke daerah, 464,4 triliun rupiah.

Sesuai dengan prioritas RKP tahun 2012, anggaran belanja kementerian dan lembaga serta belanja non-kementerian dan lembaga kita arahkan untuk mencapai sembilan sasaran utama, yaitu:

Page 40: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN32

Pertama, meningkatkan belanja infrastruktur untuk mengatasi sumbatan, keterkaitan dan keterhubungan domestik, ketahanan pangan, ketahanan energi, dan kesejahteraan masyarakat.

Kedua, menuntaskan program reformasi birokrasi.

Ketiga, meningkatkan program perlindungan sosial, pemberdayaan masyarakat, dan penanggulangan bencana.

Keempat, memperkuat program-program pro-rakyat, melalui langkah-langkah keberpihakan pada penanggulangan kemiskinan dan peningkatan lapangan pekerjaan.

Kelima, meningkatkan kualitas belanja negara, melalui pelaksanaan penganggaran berbasis kinerja dan kerangka pengeluaran jangka menengah.

Keenam, mempertahankan tingkat kesejahteraan aparatur negara.

Ketujuh, meningkatkan kapasitas mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Kedelapan, memenuhi anggaran pendidikan sesuai amanat konstitusi, dan meningkatkan alokasi anggaran untuk riset dan pengembangan kapasitas Sumber Daya Manusia.

Kesembilan, memberikan dukungan kepada pelaksanaan kegiatan kerjasama pemerintah-swasta atau Public Private Partnership.

Hadirin sekalian yang saya hormati,

Secara keseluruhan, dalam RAPBN 2012 terdapat tujuh kementerian dan lembaga yang mendapat alokasi anggaran di atas 20 triliun rupiah. Ketujuh kementerian dan lembaga itu adalah: Kementerian Pertahanan dengan alokasi anggaran sebesar 64,4 triliun rupiah; Kementerian Pekerjaan Umum 61,2 triliun rupiah; Kementerian Pendidikan Nasional 57,8 triliun rupiah; Kementerian Agama 37,3 triliun rupiah; Kepolisian

Page 41: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 33

Negara Republik Indonesia 34,4 triliun rupiah; Kementerian Kesehatan 28,3 triliun rupiah; dan Kementerian Perhubungan sebesar 26,8 triliun rupiah.

Alokasi anggaran pada Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama, kita prioritaskan untuk meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan pendidikan yang bermutu dan terjangkau, baik melalui jalur formal maupun nonformal di semua jenjang pendidikan. Bersama-sama dengan anggaran belanja untuk fungsi pendidikan yang tersebar, baik di berbagai kementerian dan lembaga lainnya maupun melalui transfer ke daerah, alhamdullillah, dalam RAPBN Tahun 2012 mendatang kita tetap dapat memenuhi amanat konstitusi untuk mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN.

Kita bersyukur, dari tahun ke tahun alokasi anggaran pendidikan dapat terus kita tingkatkan, bahkan melampaui amanat konstitusi. Tahun 2010 lalu, anggaran pendidikan mencapai 225,2 triliun rupiah atau 20 persen dari APBN. Tahun ini, jumlah itu mencapai 266,9 triliun rupiah atau 20,2 persen dari APBN; dan tahun 2012 kita rencanakan sebesar 286,6 triliun rupiah atau 20,2 persen.

Pada kesempatan ini saya sungguh berharap, agar anggaran pendidikan yang besar itu dapat kita gunakan dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memperluas jangkauan pemerataan pendidikan. Kita menyadari, di berbagai pelosok desa masih banyak gedung-gedung sekolah yang kurang layak. Oleh karena itu, menjadi prioritas kita pada tahun 2012 mendatang untuk memperbaikinya, dengan anggaran pendidikan yang tersedia.

Alokasi anggaran pendidikan juga tetap kita prioritaskan untuk memberikan Bantuan Operasional Sekolah atau BOS bagi 31,3 juta siswa setingkat SD dan 13,4 juta siswa setingkat SMP; serta menyediakan beasiswa bagi lebih dari 8 juta siswa miskin pada semua jenjang pendidikan. Di tingkat pendidikan tinggi, Pemerintah memberikan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik, Bantuan Belajar Mahasiswa, dan Beasiswa Bidik Misi yaitu bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan dan biaya

Page 42: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN34

hidup kepada para mahasiswa yang memiliki potensi akademik memadai, namun kurang mampu secara ekonomi.

Sejalan dengan itu, kita tingkatkan pula mutu dan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan Madrasah melalui sertifikasi guru sebanyak 90 ribu orang. Dari apa yang saya kemukakan tadi, insya Allah pada tahun 2012 mendatang, kita dapat mewujudkan pendidikan yang lebih merata dan lebih berkualitas kepada warga bangsa di seluruh tanah air.

Saudara-saudara,

Sementara itu, alokasi anggaran pada Kementerian Kesehatan kita rencanakan antara lain untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi; meningkatkan jumlah Puskesmas di perbatasan dan pulau-pulau kecil terdepan hingga 86 persen; meningkatkan persentase perawatan bagi balita yang bergizi buruk hingga 100 persen; serta meningkatkan persentase rumah sakit yang melayani pasien penduduk miskin peserta program Jamkesmas hingga mencapai 85 persen. Kita ingin derajat kesehatan masyarakat dapat lebih meningkat di seluruh pelosok tanah air.

Selanjutnya, alokasi anggaran pada Kementerian Pertahanan kita prioritaskan untuk mendukung terlaksananya modernisasi dan peningkatan alat utama sistem persenjataan (alutsista). Anggaran itu, juga kita alokasikan untuk memenuhi fasilitas dan sarana-prasarana, dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan kekuatan pokok minimum dengan daya penggentar yang memadai. Kita utamakan pengadaan alutsista produksi industri dalam negeri. Dengan menggunakan alutsista produksi dalam negeri, sekaligus kita dapat memacu perkembangan industri, memperluas kesempatan kerja, dan meningkatkan penguasaan teknologi. Kita harus bangga mengguna-kan produksi dalam negeri hasil karya anak bangsa kita sendiri.

Prioritas alokasi anggaran pada Kepolisian Negara Republik Indonesia ditujukan untuk menurunkan gangguan kamtibmas,

Page 43: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 35

serta pencegahan potensi gangguan keamanan, baik kualitas maupun kuantitas. Anggaran itu juga diperuntukkan bagi penanggulangan sumber penyebab kejahatan, gangguan ketertiban, dan konflik di masyarakat.

Sementara itu, prioritas alokasi anggaran pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perhubungan, kita fokuskan pada pembangunan infrastruktur yang berkualitas, terutama untuk mengurangi hambatan di bidang infrastruktur. Transportasi DKI Jakarta juga mendapat prioritas penanganan, untuk memperlancar arus distribusi barang dan jasa. Semuanya itu sangat penting untuk meningkatkan percepatan dan perluasan pertumbuhan ekonomi.

Saudara-saudara,

Selain ketujuh kementerian dan lembaga yang mendapatkan alokasi anggaran di atas 20 triliun rupiah, juga terdapat beberapa kementerian dan lembaga yang memperoleh alokasi anggaran di atas 10 triliun rupiah. Beberapa kementerian dan lembaga itu adalah: Kementerian Pertanian, dengan alokasi anggaran sebesar 17,8 triliun rupiah, terutama untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian serta mutu produk pertanian dalam arti luas; Kementerian Keuangan 17,8 triliun rupiah, terutama untuk memperkuat stabilitas sistem keuangan; Kementerian Dalam Negeri 17,1 triliun rupiah, terutama untuk program peningkatan kemandirian masyarakat perdesaan; dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 15,6 triliun rupiah, untuk mendukung pemanfaatan potensi sumber daya mineral dan energi secara optimal.

Dalam upaya meningkatkan kualitas belanja kementerian dan lembaga, sekaligus meningkatkan manajemen pengelolaan keuangan negara, dalam tahun 2012 mendatang, kita juga akan menerapkan secara penuh penganggaran berbasis kinerja dan kerangka pengeluaran jangka menengah. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran, mulai tahun ini kita terapkan kebijakan pemberian penghargaan dan pengenaan sanksi, atas pelaksanaan anggaran belanja kementerian dan

Page 44: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN36

lembaga tahun anggaran sebelumnya. Selain itu, kita juga akan membangun sistem evaluasi kinerja penganggaran.

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,

Sejalan dengan arah kebijakan dan penentuan prioritas anggaran belanja kementerian dan lembaga, dalam RAPBN 2012, alokasi anggaran belanja modal kita rencanakan mencapai 168,1 triliun rupiah, naik 27,2 triliun rupiah atau 19,3 persen dari APBN-P 2011. Peningkatan anggaran belanja modal yang semakin tinggi, kita arahkan untuk menunjang pembangunan infrastruktur---termasuk infrastruktur energi, ketahanan pangan, dan komunikasi---sebagai bagian dari upaya kita untuk mendukung pengembangan dan peningkatan keterhubungan antar-wilayah.

Untuk meningkatkan keterhubungan antar-wilayah, pada pembangunan di bidang perhubungan, belanja modal kita rencanakan antara lain untuk membangun jaringan rel kereta api baru sepanjang 150 kilometer serta mengembangkan dan merehabilitasi 116 bandara dan membangun 14 bandar udara baru di berbagai tempat di seluruh tanah air. Kita ingin menyeimbangkan pembangunan infrastruktur yang lebih merata di seluruh wilayah Indonesia.

Untuk mengatasi sumbatan infrastruktur dan meningkatkan keterhubungan antar-wilayah, akan kita gunakan anggaran belanja modal untuk pembangunan jalan baru dan peningkatan kapasitas jalan sepanjang 4.005 km. Disamping itu kita juga melakukan preservasi yang meliputi pemeliharaan dan perbaikan jalan sepanjang 36.319 kilometer; membangun jembatan baru sepanjang 7.682 meter dan memelihara jembatan sepanjang 217.076 meter diseluruh pelosok tanah air.

Di bidang perumahan, alokasi belanja modal kita rencanakan untuk menunjang pembangunan 175 rumah susun sederhana sewa dan unit hunian rumah susun beserta infrastruktur pendukungnya sebanyak 48 twin blocks. Anggaran itu, juga akan

Page 45: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 37

kita manfaatkan untuk membiayai pembangunan rumah murah sebanyak 62.500 unit. Untuk mendukung ketahanan pangan, kita akan membangun 9 waduk dan merehabilitasi 24 waduk. Kita juga akan menyelesaikan pembangunan 87 embung atau situ dan merehabilitasi 62 embung atau situ.

Hadirin sekalian yang saya hormati.

Alokasi belanja modal yang terus meningkat, juga kita arahkan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan menuju kekuatan pokok minimal; mendukung pendanaan kegiatan-kegiatan tahun jamak; meningkatkan kapasitas mitigasi dan adaptasi terhadap dampak negatif akibat perubahan iklim; serta meningkatkan kesiagaan dalam menghadapi bencana.

Sementara itu, untuk melanjutkan berbagai program perlindungan sosial yang berpihak pada rakyat miskin atau pro-poor program, alokasi anggaran bantuan sosial dalam RAPBN Tahun 2012 direncanakan mencapai 63,6 triliun rupiah. Alokasi anggaran sebesar itu, terutama ditujukan untuk melanjutkan program perlindungan sosial, yang kita titik-beratkan pada sektor pendidikan, kesehatan, dan program-program berbasis pemberdayaan, yang tercakup dalam tiga klaster program pengentasan kemiskinan dan penanggulangan bencana.

Saudara-saudara,

Selain pengentasan kemiskinan, tugas penting negara lainnya adalah mengurangi beban hidup masyarakat, utamanya masyarakat berpendapatan rendah. Untuk itu Pemerintah tetap memberikan subsidi dalam berbagai bentuknya kepada mereka. Pada tahun 2012 mendatang, pemerintah masih tetap mengalokasikan anggaran untuk subsidi, dan sekaligus melakukan perbaikan dalam mekanisme penyalurannya agar lebih efisien, efektif, dan tepat sasaran.

Dalam RAPBN 2012, anggaran subsidi direncanakan mencapai 208,9 triliun rupiah. Jumlah ini turun 28,3 triliun rupiah dari beban anggaran subsidi dalam APBN-P 2011 sebesar

Page 46: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN38

237,2 triliun rupiah. Anggaran sebesar itu akan kita alokasikan untuk subsidi BBM 123,6 triliun rupiah; subsidi listrik 45 triliun rupiah; dan subsidi non-energi 40,3 triliun rupiah. Subsidi non-energi ini terdiri dari subsidi pangan, subsidi pupuk, subsidi benih, subsidi dalam rangka kewajiban pelayanan publik, subsidi bunga kredit program dan subsidi pajak.

Pemerintah menyadari bahwa subsidi yang sebetulnya merupakan hak masyarakat ekonomi lemah ke bawah, penyalurannya masih banyak yang kurang tepat sasaran, sehingga juga dinikmati oleh masyarakat yang mampu secara ekonomi. Oleh karena itu, kebijakan penataan ulang sistem penyaluran subsidi yang telah dilakukan pada tahun 2011 tetap dilanjutkan dalam tahun 2012. Volume BBM bersubsidi, kita kendalikan antara lain melalui: optimalisasi program konversi minyak tanah ke LPG tabung 3 kg; peningkatan pemanfaatan energi alternatif seperti Bahan Bakar Nabati (BBN) dan Bahan Bakar Gas (BBG); serta pembatasan volume konsumsi secara bertahap.

Saudara-saudara,

Selain berbagai bentuk subsidi, program-program peningkatan kesejahteraan rakyat juga tetap menjadi fokus utama dari RAPBN tahun yang akan datang. Oleh karena itu, dalam RAPBN 2012 ini kita berikan prioritas alokasi anggaran antara lain untuk ketahanan pangan sebesar 41,9 triliun rupiah. Kita, antara lain, gulirkan program surplus beras 10 juta ton dalam lima hingga 10 tahun mendatang. Melalui berbagai program strategis itulah, kita berikan perhatian kepada segenap elemen masyarakat untuk meningkatkan kemampuan, produktivitas, serta penghasilan dan kesejahteraan mereka. Perhatian kepada para petani, kita wujudkan antara lain melalui pemberian bantuan langsung pupuk sebesar 675 miliar rupiah atau setara 192,8 ribu ton. Selain itu, kita sediakan bantuan langsung bibit unggul sebesar 1,8 triliun rupiah, atau setara 185 ribu ton benih tanaman pangan.

Perhatian kepada nelayan, kita lakukan melalui pengembangan sistem usaha budidaya ikan, dengan

Page 47: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 39

menyediakan modal kerja bagi sebanyak 3.340 kelompok nelayan; pengembangan usaha penangkapan ikan dan pemberdayaan nelayan skala kecil untuk pembangunan kawasan minapolitan untuk 3.700 kelompok nelayan; serta pembangunan dan pembinaan pelabuhan perikanan pada 816 pelabuhan.

Bagi kaum pekerja, kita gulirkan berbagai upaya untuk meningkatkan produktivitas dan sekaligus mendorong daerah-daerah untuk membayar upah pekerja sesuai dengan Upah Minimum Regional. Sementara itu, kepada kalangan usaha kecil, mikro dan menengah, kita perluas program penjaminan Kredit Usaha Rakyat yang telah kita rintis pada tahun-tahun sebelumnya.

Sejalan dengan itu, dalam rangka mengembangkan kemandirian masyarakat, kita lanjutkan program PNPM Mandiri dengan mengalokasikan anggaran sebesar 13,1 triliun rupiah. Anggaran itu, kita rencanakan antara lain untuk: program PNPM perdesaan sebesar 9,6 triliun rupiah, dengan sasaran 5.020 kecamatan; program PNPM perkotaan sebesar 2 triliun rupiah, dengan sasaran 10.948 kelurahan; serta program PNPM daerah tertinggal dan khusus sebesar 42,3 miliar rupiah, dengan sasaran 85 kabupaten dan kota.

Selain itu, kita lanjutkan program bantuan tunai bersyarat melalui Program Keluarga Harapan (PKH) dengan mengalokasikan anggaran sebesar 2,1 triliun rupiah untuk menjangkau sasaran sekitar 1,5 juta rumah tangga sangat miskin. Untuk membantu keluarga miskin dalam memenuhi kebutuhan pangannya, kita lanjutkan pemberian beras bagi rakyat miskin dan setengah miskin dengan mengalokasikan anggaran sebesar 15,6 triliun rupiah, kepada sekitar 17,5 juta rumah tangga sasaran. Semuanya itu, kita tujukan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rakyat banyak, terutama bagi saudara-saudara kita yang berpendapatan rendah.

Seiring dengan upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat, Pemerintah juga memberikan perhatian pada perbaikan kesejahteraan PNS, TNI, Polri dan pensiunan. Berkaitan dengan itu, Pemerintah dalam tahun 2012 mendatang berketetapan untuk

Page 48: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN40

menaikkan gaji pokok PNS, TNI, Polri dan pensiunan sebesar rata-rata 10 persen. Pemerintah juga tetap memberikan gaji dan pensiun bulan ke-13 bagi PNS, TNI, Polri dan pensiunan.

Saudara-saudara,

Sekarang, ijinkan saya untuk beralih menyampaikan penjelasan tentang kebijakan dan rencana alokasi dana pembangunan ke daerah. Pendanaan pembangunan nasional, selain dialokasikan melalui belanja kementerian dan lembaga; dan belanja non kementerian dan lembaga, juga dilakukan melalui transfer ke daerah yang terus meningkat dalam postur APBN kita. Pendanaan melalui transfer ke daerah bertujuan untuk mendukung konsistensi dan keberlanjutan pelaksanaan desentralisasi fiskal dalam menunjang penyelenggaraan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab.

Guna mendukung pelaksanaan desentralisasi fiskal dan otonomi daerah kita gunakan dua instrumen utama sekaligus, yaitu: pemberian kewenangan kepada pemerintah daerah untuk memungut pajak atau taxing power dan pemberian transfer ke daerah. Langkah-langkah dan upaya penguatan taxing power daerah, kita wujudkan dengan menyempurnakan peraturan perundang-undangan di bidang pajak dan retribusi daerah melalui Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2010. Melalui undang-undang baru itulah, kita dapat memperluas basis pajak daerah dan retribusi daerah yang sudah ada; menambah jenis pajak dan retribusi daerah; meningkatkan tarif maksimum beberapa jenis pajak daerah; serta memberikan diskresi kepada daerah dalam menetapkan tarif pajak.

Sementara itu, alokasi anggaran transfer ke daerah tahun 2012, kita alokasikan masing-masing untuk dana perimbangan 394,1 triliun rupiah dan dana otonomi khusus dan penyesuaian 70,2 triliun rupiah. Alokasi dana perimbangan itu terdiri atas Dana Bagi Hasil atau DBH, 98,5 triliun rupiah; Dana Alokasi Umum atau DAU, 269,5 triliun rupiah; dan Dana Alokasi Khusus atau DAK, 26,1 triliun rupiah.

Page 49: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 41

Dana bagi hasil, kita sempurnakan alokasi perhitungan dan penetapannya agar lebih tepat sasaran, transparan, dan akuntabel. Begitu pula DAU yang kita alokasikan sebagai instrumen pemerataan kemampuan keuangan antardaerah, harus benar-benar dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin bagi kesejahteraan rakyat. Kita juga harus meningkatkan kualitas pelayanan publik sesuai dengan standar pelayanan minimum. Demikian pula DAK, yang kita rencanakan untuk dapat membantu daerah-daerah berkemampuan fiskal rendah, harus betul-betul dapat dimanfaatkan se-efektif mungkin untuk mendanai penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat.

Sementara itu, Dana Otonomi Khusus dalam RAPBN 2012 kita rencanakan sebesar 11,8 triliun rupiah, masing-masing untuk Provinsi Papua 3,8 triliun rupiah; Papua Barat 1,6 triliun rupiah; dan Aceh 5,4 triliun rupiah. Selain diberikan dana otonomi khusus, kepada Provinsi Papua dan Papua Barat juga dialokasikan dana tambahan infrastruktur sebesar 1,0 triliun rupiah. Pada kesempatan yang baik ini, saya minta agar Dana Otonomi Khusus ini dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mengejar ketertinggalan dalam pemenuhan pelayanan kesehatan, pendidikan, infrastruktur, dan ekonomi rakyat. Saya juga meminta agar dilakukan pengawasan yang lebih efektif dalam pemanfaatan Dana Otonomi Khusus.

Selanjutnya, dalam RAPBN 2012 mendatang, dana penyesuaian kita rencanakan mencapai 58,4 triliun rupiah, atau mengalami peningkatan 3,9 triliun rupiah dari pagu APBN-P 2011 sebesar 54,5 triliun rupiah. Dari dana penyesuaian itu, alokasi dana BOS kita rencanakan mencapai 23,6 triliun rupiah, naik 6,8 triliun rupiah atau 40,5 persen dari pagu APBN-P 2011. Dana BOS itu kita tujukan untuk stimulus bagi daerah, dan bukan sebagai pengganti dari kewajiban daerah untuk menyediakan anggaran pendidikan BOS Daerah.

Saya mendengar ada permasalahan yang menyertai pengalihan pelaksanaan Dana BOS ke daerah pada tahun ini. Saya tidak ingin, perolehan atas dana BOS bagi anak-anak yang

Page 50: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN42

berhak mendapatkannya, menjadi terlambat. Oleh karena itu, saya sungguh berharap agar pada tahun mendatang, proses yang menghambat penyaluran BOS harus di tiadakan.

Di samping Dana BOS, pemerintah juga merencanakan alokasi Dana Tunjangan Profesi Guru PNS Daerah sebesar 30,6 triliun rupiah. Jumlah ini, naik sebesar 12,1 triliun rupiah, atau lebih dari 65 persen dari pagu APBN-P Tahun 2011. Untuk memenuhi kebijakan perbaikan pendapatan guru PNS Daerah menjadi minimal 2,0 juta rupiah per bulan, Pemerintah juga tetap menyediakan anggaran untuk Tunjangan Tambahan Penghasilan Guru PNS Daerah yang belum memperoleh Tunjangan Profesi Guru, yang keseluruhannya mencapai 2,9 triliun rupiah. Dengan peningkatan kesejahteraan guru ini, diharapkan para guru dapat memberikan kontribusi peningkatan pendidikan yang lebih baik sesuai dengan tanggung jawabnya.

Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air,

Hadirin sekalian yang saya muliakan.

Pada kesempatan ini, saya ingin mengajak para anggota dewan yang terhormat untuk mencermati pertumbuhan daerah baru. Sejak pelaksanaan otonomi daerah tahun 1999 sampai saat ini, daerah baru mengalami penambahan yang luar biasa hingga 205 daerah, yang terdiri dari 7 Provinsi, 164 kabupaten, dan 34 kota. Dengan demikian, jumlah daerah saat ini telah mencapai 524 daerah, yang terdiri dari 33 provinsi, 398 kabupaten, dan 93 kota. Akibatnya, alokasi anggaran yang sesungguhnya diperuntukkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, banyak yang harus kita alihkan untuk pembangunan fasilitas pemerintahan, belanja pegawai, dan keperluan lain bagi pemekaran daerah baru.

Dari sisi pendanaan APBN, pemekaran daerah baru tentu berdampak terhadap keuangan negara. Implikasi paling nyata yang dirasakan oleh daerah adalah menurunnya alokasi riil dana alokasi umum. Semakin banyak daerah, tentu akan berdampak pada penyebaran dana alokasi umum secara proporsional kepada

Page 51: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 43

seluruh daerah. Sementara itu, implikasi yang dirasakan oleh pemerintah pusat adalah meningkatnya kebutuhan penyediaan dana alokasi khusus dan meningkatnya alokasi belanja pemerintah untuk mendanai instansi vertikal di daerah. Untuk itulah, kita harus lebih kritis dan lebih cermat dalam menyikapi pemekaran daerah baru, agar tidak memberikan beban anggaran yang sangat berlebihan.

Selain itu, saya juga banyak mendapat laporan bahwa pengelolaan APBD di berbagai daerah masih belum efektif. Hal itu antara lain ditunjukkan oleh alokasi belanja pegawai yang terus meningkat, sebaliknya porsi belanja modal untuk pembangunan daerah justru menurun. Peningkatan porsi belanja pegawai dalam APBD berkaitan erat dengan terjadinya penambahan dan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil baru daerah setiap tahun, yang dalam banyak kasus, tidak sesuai dengan kompetensi dan keperluannya. Yang lebih memprihatinkan, sebagian belanja modal juga digunakan untuk pembangunan rumah dinas, pengadaan mobil dinas, dan pembelanjaan lain yang tidak tepat. Seharusnya, belanja modal digunakan untuk pembangunan infrastruktur, misalnya jalan dan jembatan, yang justru perlu ditingkatkan.

Berkaitan dengan itu, melalui mimbar yang terhormat ini, saya menginstruksikan kepada para Gubernur, Bupati, dan Walikota agar memperbaiki postur APBD dengan benar-benar menempatkan kesejahteraan masyarakat sebagai prioritas utama, baik dalam perencanaan dan pelaksanaannya, maupun dalam pengelolaan keuangan daerah. Belanja operasional, seperti belanja pegawai, belanja barang, dan belanja perjalanan dinas sedapat mungkin dikurangi dan terus dijaga efisiensinya. Kebijakan moratorium pengangkatan PNS Daerah yang kita jalankan dewasa ini, dimaksudkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan anggaran di daerah. Sebaliknya, belanja-belanja yang lebih produktif, seperti belanja modal atau belanja infrastruktur harus diberikan porsi yang lebih besar dan diprioritaskan dalam pembangunan daerah. Sejalan dengan itu, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah juga perlu terus ditingkatkan.

Page 52: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN44

Saudara-saudara,

Dalam upaya menjaga kesinambungan fiskal, saya perlu menyampaikan penjelasan tentang defisit anggaran dalam RAPBN 2012. Pada dasarnya, defisit akan kita jaga dan kendalikan pada tingkat sebesar 125,6 triliun rupiah atau 1,5 persen dari Produk Domestik Bruto. Jumlah ini, turun sebesar 25,2 triliun rupiah dari target defisit anggaran dalam APBN-P 2011 sebesar 150,8 triliun rupiah atau 2,1 persen terhadap PDB. Kita patut bersyukur masih mampu mengendalikan defisit dan menjaga ketahanan fiskal, di saat beberapa negara Eropa mengalami krisis fiskal dan utang pemerintah akibat kenaikan defisit mereka yang mencapai lebih dari 10 persen terhadap PDB.

Untuk membiayai defisit anggaran itu, Pemerintah berencana menggunakan sumber-sumber pembiayaan baik dari dalam maupun luar negeri. Langkah itu kita lakukan dengan tetap berorientasi pada pembiayaan yang stabil dan berkelanjutan, serta beban dan risiko seminimal mungkin. Sumber utama pembiayaan dalam negeri, tetap berasal dari penerbitan Surat Berharga Negara atau SBN, sedangkan sumber pembiayaan luar negeri berasal dari pinjaman luar negeri, berupa pinjaman program dan pinjaman proyek.

Dengan langkah-langkah itulah, kita upayakan penurunan rasio utang Pemerintah terhadap PDB dari sekitar 25 persen pada akhir tahun 2011 menjadi sekitar 24 persen pada akhir tahun 2012. Ini merupakan penurunan yang sangat berarti jika dibandingkan dengan rasio utang tahun 2004 yang mencapai 57 persen. Penurunan rasio utang pemerintah terhadap PDB, insya Allah, dapat lebih memperkuat struktur ketahanan fiskal kita, sejalan dengan tujuan Pemerintah untuk mencapai kemandirian fiskal yang berkelanjutan. Inilah bagian dari upaya kita untuk memelihara ketahanan ekonomi nasional.

Page 53: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 45

Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air,

Hadirin sekalian yang saya muliakan.

Demikianlah penjelasan saya mengenai kebijakan yang akan diambil Pemerintah dalam tahun 2012 mendatang, beserta rencana anggarannya. Saya berharap pembahasan RUU tentang APBN Tahun Anggaran 2012 beserta Nota Keuangannya dapat berjalan lancar, dan dilandasi dengan semangat untuk bersama-sama mewujudkan kesejahteraan rakyat. Lancarnya pembahasan RUU tentang APBN Tahun Anggaran 2012 beserta Nota Keuangannya, akan berdampak pada lancarnya proses penyusunan dan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Sebelum mengakhiri Keterangan Pemerintah ini, saya mengajak kepada para anggota dewan yang terhormat untuk bersama-sama melakukan optimasi anggaran dengan sebaik-baiknya. Saya juga berharap kepada BPK, untuk bersama-sama BPKP dapat terus mengawasi penggunaan anggaran dengan cermat, baik di pusat maupun di daerah. Mari kita gunakan anggaran negara ini dengan tepat dan benar.

Saya juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada seluruh pimpinan dan anggota DPR-RI dan DPD-RI, atas kerja sama yang terjalin selama ini. Kerja sama yang baik selama ini, insya Allah dapat terus kita tingkatkan di tahun-tahun mendatang.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, karunia, dan jalan yang mudah, dalam upaya kita menjalankan roda pembangunan menuju bangsa dan negara yang lebih aman, tentram, maju, adil dan sejahtera.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Page 54: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN46

Membantah Pernyataan‘Indonesia Negara Gagal’

Sudi Silalahi

PENGANTAR

Di bulan Agustus tahun 2011 ini, bangsa Indonesia memperingati Hari Ulang Tahun ke-66 Proklamasi Kemerdekaannya. Bagi bangsa manapun, peringatan hari kemerdekaan memiliki makna yang sangat penting bagi perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan adalah momentum yang paling tepat untuk melakukan introspeksi, kontemplasi sekaligus melakukan refleksi, atas berbagai capaian, prestasi maupun pengalaman pembangunan, guna dapat di jadikan sebagai pembelajaran dalam menyikapi konstruktif tantangan peradaban yang tidak ringan di masa yang akan datang.

Bagi bangsa Indonesia, selama lebih dari enam dekade membangun bangsa dan negara, sesungguhnya telah cukup banyak prestasi pembangunan yang berhasil kita torehkan, baik bagi kemajuan taraf hidup warga bangsa maupun untuk

Page 55: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 47

dikontribusikan pada pemajuan hajat hidup kemanusiaan. Bahkan, lebih dari satu dekade setelah digulirkannya reformasi gelombang pertama tahun 1998, bangsa Indonesia terbukti sanggup meraih kemajuan pembangunan yang makin pesat dengan hasil-hasil yang makin signifikan.

Pada ranah politik dan pembangunan demokrasi, bangsa Indonesia, di kurun waktu satu dekade terakhir, telah berhasil membangun proses politik yang dinamis dan berkelanjutan yang, antara lain ditunjukkan dengan pelaksanaan pemilu demokratis dan tepat waktu, pemeliharaan stabilitas politik yang makin kondusif, serta pemajuan kehidupan multi partai yang makin semarak ditengah pelaksanaan sistem presidensiil sesuai amanat konstitusi.

Berbagai kemajuan itu adalah indikator-indikator yang menunjukkan bahwa bangsa Indonesia telah sanggup melewati tahapan penting dalam pembangunan demokrasi, yakni pemenuhan syarat-syarat prosedural. Bangsa Indonesia saat ini menapaki tahapan pembangunan berdemokrasi yang lebih tinggi, yaitu penerapan praktik berdemokrasi yang lebih substansial.

Keberhasilan pembangunan berdemokrasi itu menjadikan Indonesia saat ini diakui sebagai salah satu model konsolidasi demokrasi yang paling berhasil di kawasan Asia dan Afrika. Sejumlah negara sahabat yang sedang mengalami transisi demokrasi kerap mengundang Indonesia untuk mempresentasikan agenda demokrasi Indonesia guna dijadikan sebagai teladan bagi proses transisi demokrasi di negeri mereka masing-masing.

Pada ranah ekonomi, selama lebih dari enam dekade bangsa Indonesia bangkit dari pengelolaan pembangunan yang sebatas berbasiskan resources driven economy di tahun ’50 an dan ’60 an, hingga menjadi efficient driven economy yang ditopang oleh teknologi modern. Dari negara dengan pertumbuhan ekonomi di kisaran 0,5% hingga 0,6% di tahun ’60 an hingga menjadi negara yang pernah mencapai pertumbuhan ekonomi 8% di era ’90 an. Dari negara yang sempat terpuruk di terpa krisis perekonomian global di akhir tahun ’90 an, hingga pulih menjadi negara yang sanggup membangun landasan ekonomi yang jauh lebih kokoh;

Page 56: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN48

dan mampu bertahan ketika diterpa krisis keuangan global yang lebih dahsyat di tahun 2008.

Dengan performa pembangunan ekonomi yang sangat signifikan, utamanya di tahun-tahun terakhir, Indonesia saat ini tidak lagi berada di kelompok negara dunia ketiga berpenghasilan rendah --third world, low income economy--. Indonesia saat ini adalah negara dengan kekuatan ekonomi ke-17 terbesar di dunia --major economic power-- yang menjadi anggota G-20, serta telah memasuki kelompok negara berpenghasilan menengah --middle income countries--.

Di balik berbagai kemajuan pembangunan yang telah nyata dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, yang ditunjukkan dengan penurunan pengangguran, penurunan kemiskinan dan diiringi dengan peningkatan jumlah kelas menengah di kalangan masyarakat, kita mencermati pendapat sebagian kecil warga bangsa yang menyatakan bahwa Indonesia saat ini berada dalam perjalanan menuju negara gagal ---failed states--.

Pada makalah ini akan diuraikan secara ringkas ihwal negara gagal dan bantahan tegas bahwasanya tidak ada alasan untuk menyatakan Indonesia adalah negara gagal. Kemajuan pembangunan bangsa Indonesia adalah sebuah perkembangan peradaban yang sangat jelas, kongkrit dan nyata yang bahkan telah diakui dan diapresiasi oleh komunitas internasional.

PEMAHAMAN ISTILAH NEGARA GAGAL --FAILED STATE--

Diskusi ihwal negara gagal atau failed states, sejatinya mulai sering dibahas di komunitas politisi dan pakar geo-strategis di awal tahun 2000-an. Adalah pakar dari lembaga pemikir terkenal AS, RAND Corporation, James Quinlivan, yang menyinggung tentang negara gagal pada ulasannya “Burden of Victory: The Painful Arithmetic of Stability Operations,” yang dirilis pada Rand Review di musim panas 2003, bersamaan dengan itu, peneliti RAND lainnya, James Dobbins, juga menyinggung negara gagal pada ulasan “Nation-building: The Inescapable

Page 57: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 49

Responsibility of the World’s only Superpower,” yang juga dirilis pada Rand Review di musim panas 2003.

Pakar dan penulis lainnya yang juga pernah menyinggung negara gagal antara lain, Thomas Homer-Dixon, professor lingkungan, Universitas Waterloo, Kanada, dalam bukunya “The Upside of Down: Catastrophe, Creativity, and the Renewal of Civilization”, yang diterbitkan oleh Toronto, Knopf Canada pada tahun 2006; Derek Fraser, mantan Dubes Kanada di Ukraina, Yunani dan Hongaria, juga pernah mengulas ihwal negara gagal bertajuk “Failed States: Why They Matter and What We Should Do about Them”; dan Jared Diamond, professor geografi, University of California, Los Angeles juga menyinggung negara gagal dalam bukunya “Collapse: How Societies Choose to Fail or Succeed”.

Peneliti lainnya, Stewart Prest dari University of British Columbia, Kanada juga mengulas negara gagal pada bukunya, “Working out strategies for strengthening fragile states – the British, American and German Experience,” dan Noam Chomsky professor dari MIT --Massachusets Institute of Technology-- pada bukunya, “Failed States: The Abuse of Power and the Assault on Democracy”, yang terbit pada tahun 2006.

Dari semua ulasan ihwal negara gagal yang disebutkan diatas, secara umum para penulisnya mengemukakan beragam definisi, parameter dan faktor-faktor yang beragam tentang negara gagal. Jared Diamond, antara lain, lebih banyak mengulas faktor lingkungan dan keberlanjutan daya dukung ekosistem sebagai faktor utama yang menentukan keberhasilan dan kegagalan tatanan peradaban. Derek Fraser, menyebut negara gagal sebagai negara yang tidak sanggup mengelola penataan wilayah teritorialnya sendiri dan tidak sanggup memenuhi kewajiban internasional. Fraser, antara lain, menyebut Afghanistan, Kongo, Kosovo, Somalia dan Irak sebagai beberapa contoh negara gagal.

Di sisi lain, pemahaman negara gagal juga bersifat dinamis dan bergantung pada rentang waktu. Sebuah negara dapat dikategorikan sebagai negara gagal di masa tertentu namun seiring perbaikan komprehensif pada penataan kehidupan

Page 58: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN50

berbangsa dan bernegaranya, dapat tampil menjadi negara yang stabil dan berkelanjutan di masa depan, demikian pula sebaliknya.

Stewart Prest, pada bukunya, “Working out strategies for strengthening fragile states – the British, American and German Experience,” antara lain, menyinggung Jerman di era rezim Nazi di tahun ’30 an sebagai contoh negara gagal. Di masa itu pemerintahan fasis otoritarian Jerman telah menjadikan negeri itu sebagai pengobar Perang Dunia Kedua di Eropa yang justru malah berujung pada kekalahan Jerman sendiri. Namun seiring dengan kesanggupan Jerman untuk bangkit dari reruntuhan perang, serta kemampuannya untuk merestorasi pemerintahannya hingga menjadi lebih demokratis, telah menjadikan negeri itu sebagai negara yang stabil, sejak paska Perang Dunia Kedua hingga sekarang.

Sebaliknya Noam Chomsky dalam buku “Failed States: The Abuse of Power and the Assault on Democracy”, menunjuk Amerika Serikat yang saat ini dikategorikan sebagai negara yang stabil dan berkelanjutan, justru berpotensi untuk menjadi negara gagal di kurun waktu beberapa tahun mendatang.

Dalam bukunya yang setebal 320 halaman itu, Chomsky dengan kritis dan lugas menyatakan bahwa apabila pemerintah AS tidak sanggup menyelesaikan prahara di Afghanistan dan Irak dengan baik, maka AS berpeluang menjadi negara gagal di masa depan; dan kegagalannya berpotensi untuk membahayakan kemajuan demokrasi dan pembangunan kemanusiaan pada skala global.

INDIKATOR NEGARA GAGAL --FAILED STATE--

Perkembangan geo politik global yang sangat dinamis di tahun 2003 hingga 2005 menjadikan diskusi tentang negara gagal makin marak dan makin mengemuka. Sejak tahun 2005 sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berorientasi pada kebijakan publik di AS, yaitu Fund for Peace bersama dengan majalah geo-politik kenamaan AS, “Foreign Policy” meluncurkan

Page 59: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 51

indeks tentang negara gagal yang lazim disebut dengan Failed State Index disingkat FSI.

Merujuk pada indeks FSI indikator negara gagal diukur dari tiga parameter yaitu sosial, politik dan ekonomi.

Pada parameter sosial, faktor-faktor penentunya meliputi (1) Tekanan Demografis, yang didefinisikan sebagai tekanan kepadatan penduduk yang relatif lebih tinggi terhadap pasokan pangan dan sumber daya yang mendukung kehidupan lainnya. Pada faktor ini juga dimasukkan tekanan dari pola pemukiman penduduk, termasuk sengketa perbatasan, kepemilikan atau hunian lahan, akses transportasi, dan kedekatan terhadap bahaya lingkungan;

(2). Pergerakan besar besaran pengungsi, yang didefinisikan sebagai Kekerasan atau penindasan yang menyebabkan kekurangan makanan, kekurangan air bersih, persaingan lahan, dan kekacauan yang dapat menjadi masalah kemanusiaan dan keamanan yang lebih besar, baik di dalam negeri dan antar negara;

(3) Warisan Dendam dan keluhan Kelompok tertentu yang didefinisikan sebagai Ketidakadilan yang terjadi di masa kini atau di masa lalu. Faktor ini juga termasuk kekejaman yang dilakukan dengan impunitas terhadap kelompok-kelompok komunal dan / atau kelompok masyarakat tertentu oleh otoritas negara, atau oleh kelompok-kelompok dominan; keberadaan eksklusifitas politik yang dilembagakan; adanya pengkambinghitaman kelompok yang diyakini telah memperoleh kekayaan, status atau kekuasaan; kehadiran sikap “kebencian” dan stereotip bagi kelompok tertentu;

Dan (4) Pelarian warga negara yang kronis dan berkelanjutan, yang didefinisikan sebagai makin banyaknya warga negara yang melarikan diri ke luar negeri, serta pertumbuhan signifikan dari komunitas-komunitas pengasingan.

Pada parameter politik, faktor-faktornya meliputi, (1) Kriminalisasi dan/atau delegitimasi negara yang didefisikan

Page 60: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN52

dari tingkat korupsi endemik dan resistensi terhadap transparansi, akuntabilitas dan representasi politik, termasuk makin hilangnya kepercayaan terhadap institusi negara;

(2) Penurunan Pelayanan Publik yang berkelanjutan, yang didefinisikan sebagai makin hilangnya fungsi utama negara dalam melayani warganya, termasuk kegagalan dalam perlindungan terhadap terorisme dan kekerasan, dan penyediaan layanan publik yang layak utamanya kesehatan, pendidikan, sanitasi, dan transportasi;

(3) Pelanggaran HAM yang luas yang didefisikan sebagai kehadiran pemerintahan yang otoriter, diktator atau militer di mana lembaga-lembaga konstitusional dan demokratis dimanipulasi; peningkatan jumlah tahanan politik; peningkatan penyalahgunaan hak-hak hukum, politik dan sosial, termasuk individu, kelompok atau lembaga kebudayaan; maraknya pelecehan terhadap pers, politisasi peradilan, penggunaan kekuatan militer untuk tujuan-tujuan politik khususnya untuk merepresi lawan-lawan politik;

(4) Aparatur Keamanan sebagai “Negara dalam Negara” yang didefinisikan sebagai kehadiran unsur praetorian guard atau semacam elit-militer yang beroperasi dengan kekebalan hukum yang difasilitasi negara, untuk meneror lawan-lawan politik maupun warga sipil yang menjadi oposan politik pemerintah ataupun yang bersimpati kepada oposisi;

(5) Kemunculan Elit Faksional yang didefinisikan sebagai adanya fragmentasi elit penguasa dan lembaga lembaga negara. Penggunaan retorika nasionalistis agresif oleh para elit penguasa, terutama bentuk-bentuk destruktif seperti “pembersihan etnis”;

(6) Intervensi Negara atau Faktor Eksternal yang didefisikan sebagai keterlibatan militer luar negeri dalam urusan internal negara yang mempengaruhi keseimbangan kekuasaan domestik. Termasuk dalam faktor ini juga

Page 61: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 53

kehadiran intervensi negara penyumbang dana yang terlalu besar hingga menyebabkan ketergantungan negara tersebut terhadap bantuan asing atau pada misi penjaga perdamaian.

Pada parameter ekonomi faktor-faktor penentunya meliputi: (1) Ketidakmerataan perkembangan ekonomi antar kelompok -uneven economic development along group lines-- yang didefinisikan sebagai ketidakmerataan antar kelompok masyarakat terhadap akses pendidikan, pekerjaan dan status ekonomi. Ketidakmerataan perkembangan ekonomi juga mencakup tingginya angka kemiskinan, angka kematian, dan rendahnya akses pendidikan;

(2) Perburukan keadaan ekonomi yang tajam --sharp and/or severe economic decline-- yang didefinisikan sebagai tingkat memburuknya keadaan ekonomi masyarakat secara keseluruhan, yang ditunjukkan dengan penurunan pendapatan perkapita, peningkatan hutang negara, penurunan tajam dari harga komoditas, rendahnya arus investasi, ketidaksanggupan pembayaran utang, runtuhnya atau melemahnya nilai tukar, serta maraknya aktifitas hidden economy, seperti perdagangan obat terlarang, penyelundupan dan pelarian modal keluar negeri. Perburukan keadaan ekonomi juga mencakup kegagalan pemerintah dalam membayar gaji dan pensiun para aparatur negara yang meliputi pegawai negeri untuk mengelola birokrasi negara; serta gaji anggota angkatan bersenjata dan kepolisian untuk mengawal keamanan, ketertiban dan kedaulatan negara.

Dari ketiga indikator diatas berikut faktor-faktornya masing-masing, FSI memberikan empat kategori pada konteks negara gagal, mulai dari peringkat terbaik yaitu kategori stabil-berkelanjutan atau sustainable yakni negara yang dinilai stabil dan berhasil dalam penyelenggaraan pemerintahannya; kategori sedang atau moderate; kategori peringatan atau warning; hingga peringkat terburuk, yaitu kategori alert atau negara yang dinilai telah gagal dalam penyelenggaraan pemerintahan bagi warganya.

Page 62: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN54

Dari tahun 2005 hingga 2011 atau sekitar enam tahun melakukan evaluasi, FSI memberikan penilaian negara gagal kepada beberapa negara di kawasan Afrika, Timur Tengah dan Asia Tengah, khususnya Sudan, Somalia, Irak dan Afghanistan. Penilaian dengan kategori peringatan atau warning diberikan kepada negara-negara bekas Uni Soviet dan beberapa negara di Amerika Latin, Asia Timur dan Asia Tenggara.

Amerika Serikat dan sebagian besar negara demokrasi modern, di berikan penilaian dengan kategori sedang atau moderate. Hanya sebagian kecil negara-negara Skandinavia --antara lain Finlandia dan Eslandia-- yang diberikan penilaian dengan kategori terbaik yaitu sustainable atau stabil-berkelanjutan.

Pada rilis terbaru yaitu penilaian FSI untuk tahun 2011 yang dilansir pada tanggal 20 Juni 2011, FSI menempatkan Indonesia di peringkat ke-64 dari 177 negara yang diukur, dengan skor 81,6 dan dimasukkan dalam kategori peringatan atau warning. FSI juga menyatakan bahwa peringkat Indonesia terus membaik secara signifikan sejak tahun 2005 lalu.

Pada lingkup Asia Tenggara, posisi Indonesia itu lebih baik, bila dibandingkan Myanmar (peringkat 18, skor 98,3), Timor Leste (peringkat 23 skor 94,9) Kamboja (peringkat 38, skor 88,5), Laos (peringkat 46, skor 86,7), Papua Nugini (peringkat 54, skor 84,2) dan Filipina (peringkat 50, skor 85). Indonesia agak tertinggal dibandingkan Vietnam (peringkat 88, skor 76,1), Thailand (peringkat 78, skor 78,3), Malaysia (peringkat 111 skor 68,7), Brunei (peringkat 122 skor 65,8) dan Singapura (peringkat 157 skor 35,1). Catatan: semakin kecil skor semakin baik tingkat stabilitas negara yang diukur.

Pada lingkup global, 10 peringkat teratas negara yang dinilai gagal di tahun 2011 menurut FSI berikut skornya masing-masing secara berturut-turut adalah Somalia (113,4), Chad (110,3), Sudan (108,7), Kongo (108,2), Haiti (108), Zimbabwe (107,9), Afghanistan (107,5), Republik Afrika Tengah (105), Irak (104,8) dan Republik Pantai Gading (102,8).

Page 63: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 55

Sedangkan tiga negara yang dikategorikan stabil berkelanjutan terbaik di dunia adalah Swedia (peringkat 175, skor 22,8); Norwegia (peringkat 176, skor 20,4) dan Finlandia dengan peringkat tertinggi yaitu 177 dan skor terbaik 19,7.

MEMBANTAH PERNYATAAN ‘INDONESIA NEGARA GAGAL’

Berbeda dengan indeks pengembangan manusia --Human Development Index-- yang telah diterima secara luas dan telah sering diadopsi sebagai parameter kemajuan pembangunan, indeks FSI, hingga kini belum diakui sepenuhnya oleh komunitas internasional. Indeks itu dinilai terlalu kontroversial dan bahkan menuai sejumlah kritik; Dr Mohammed Mustafa El Baradai, tokoh internasional dan pemenang hadiah Nobel asal Mesir, adalah salah satu sosok yang ikut mengkritisi indeks FSI. Di AS dan di Eropa Barat, indeks FSI lebih banyak digunakan oleh kalangan jurnalis dan para komentator politik.

Sebagai bangsa yang cerdas dan berwawasan kemajuan, dibalik kontroversi ihwal kemanfaatan indeks FSI, kita harus mencermati penempatan dan pemeringkatan indeks FSI serta menjadikannya sebagai inspirasi untuk menggelorakan semangat dalam melanjutkan prestasi pembangunan. Walaupun demikian, bila kita telaah lebih lanjut, adalah suatu hal yang sangat berlebihan jika langsung menyatakan bahwa Indonesia adalah negara gagal atau menuju pada kegagalan. Justru parameter-parameter yang menjadi indikator negara gagal beserta seluruh faktornya, bila kita jadikan sebagai tolok ukur pembangunan, sesungguhnya malah makin meyakinkan kita, bahwa bangsa Indonesia sangat jauh dari penilaian sebagai negara gagal atau hampir gagal.

Pada parameter sosial untuk faktor tekanan demografis, laju pertumbuhan penduduk di tanah air berlangsung dengan normal dan sangat terkendali. Merujuk data BPS, Laju pertumbuhan penduduk di kurun waktu 1980-1990 yang masih berada di kisaran 2% berangsur-angsur berhasil dikendalikan hingga 1,49% di lima tahun terakhir. Kondisi itu membuktikan bahwa bangsa Indonesia sanggup mengatasi risiko ledakan penduduk.

Page 64: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN56

Bangsa Indonesia juga sanggup mengatasi peningkatan jumlah penduduk berusia produktif dengan menghadirkan lapangan kerja dalam jumlah yang cukup. Menurut rilis BPS, pada bulan Februari 2011, jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 119,40 juta orang, atau bertambah 3,40 juta dibanding angkatan kerja Februari 2010 yang sebesar 116,00 juta orang atau bertambah 5,66 juta dibanding Februari 2009 yang sebesar 113,74 juta orang. Peningkatan jumlah angkatan kerja itu dapat langsung diserap di berbagai kegiatan ekonomi yang nampak nyata dari peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di bulan Februari 2011, bila dibandingkan dengan kondisi Februari 2009 dan 2010. Pada Februari 2011, TPAK mencapai 69,96%, sedangkan TPAK Februari 2009 dan 2010 masing-masing sebesar 67,60% dan 67,83%. Dengan kondisi itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2011 juga mengalami penurunan dibandingkan Februari 2009 dan 2010. TPT Februari 2011 mencapai 6,80%, atau menurun signifikan bila dibandingkan TPT Februari 2009 dan 2010 yang masing-masing sebesar 8,14% dan 7,41%.

Pada parameter sosial untuk faktor pergerakan besar-besaran pengungsi yang diakibatkan oleh kekerasan maupun penindasan yang masif dan berkelanjutan, kita mencatat bahwa dalam kurun waktu lima tahun terakhir, sudah tidak terjadi lagi peristiwa konflik horisontal berskala besar, apalagi yang menyebabkan arus pengungsian hingga keluar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Beberapa konflik komunal yang cukup masif yang pernah terjadi di masa lalu, antara lain di Maluku, Poso, Sanggau-Ledo, Sampit dan Sambas yang sempat mengakibatkan timbulnya gelombang pengungsian dan penderitaan masyarakat, sudah dapat ditanggulangi dan diantisipasi, sehingga fenomena konflik komunal sejenis tidak terulang kembali.

Pada parameter sosial untuk faktor warisan dendam dan keluhan kelompok tertentu, dapat kita cermati bahwa setelah reformasi 1998 hingga saat ini, pembangunan berdemokrasi telah mengarah kepada demokrasi yang makin berkualitas,

Page 65: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 57

makin transparan dan makin akuntabel. Pemerintah, utamanya di enam tahun terakhir, telah banyak memfasilitasi kegiatan rekonsiliasi yang ditujukan untuk makin meningkatkan kekompakan dan soliditas antar warga bangsa dan berbagai kelompok masyarakat.

Pemerintah, antara lain telah menggagas dan memfasilitasi Forum Pemda Damai sebagai forum konsultasi, koordinasi dan komunikasi antara pemerintah pusat dan daerah serta antar daerah dan daerah dalam upaya pencegahan dan pengelolaan konflik sosial/kekerasan. Pemerintah terus mengedepankan pendekatan humanis dengan memperluas ruang partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan strategis; distribusi pembangunan ekonomi, pendidikan yang merata; menguatnya toleransi antar anggota/ kelompok masyarakat; perlakuan hukum secara adil; serta penerapan prinsip transparansi, integritas dan akuntabilitas di semua pelaksanaan program pembangunan di tingkat pusat dan daerah. Pemerintah juga terus mengupayakan penyiaran media masa yang sehat sehingga masyarakat tidak mudah termakan oleh isu dan distorsi informasi.

Demikian pula pada parameter sosial untuk faktor pelarian warga negara yang kronis dan berkelanjutan, hingga saat ini dapat kita cermati dengan nyata, bahwa sudah tidak ada lagi warga bangsa yang meminta suaka politik ke negara lain.

Pada parameter politik untuk faktor kriminalisasi dan delegitimasi negara, kita mencatat bahwa semua upaya penegakkan hukum yang menjadi wujud kewibawaan pemerintah dan negara tetap terlaksana dengan baik; dan sesuai dengan amanat konstitusi. Pada lingkup penegakkan hukum, pemerintah telah menindaklanjuti seluruh penanganan kasus hukum secara tegas dan tanpa diskriminasi, meskipun tentu saja penanganan kasus-kasus hukum itu memerlukan waktu dalam penyelesaiannya.

Pada lingkup pemberantasan tindak pidana terorisme, kita bersyukur, upaya kita selama dua tahun terakhir telah makin banyak mendapat apresiasi komunitas Internasional. Beberapa aksi dan rencana aksi terorisme berhasil diungkap, diatasi

Page 66: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN58

dan diantisipasi, hingga kekhawatiran keamanan dalam negeri dari aspek ancaman terorisme dapat ditekan. Sampai dengan awal tahun 2011, aparat keamanan telah berhasil menangkap ratusan tersangka terorisme, yang semuanya telah diadili sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Kewibawaan dan kredibilitas pemerintah dalam melindungi warganya, antara lain juga diwujudkan dengan terus memberikan perhatian besar pada beragam upaya perlindungan terhadap WNI di luar negeri. Berbagai kasus ihwal perlakuan tidak layak maupun kasus hukum yang menimpa warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri, telah ditanggapi dan disikapi konstruktif oleh instansi pemerintah terkait .Wujud lain dari pertanggungjawaban pemerintah dalam melindungi warganya juga dituangkan pada tindakan nyata pemerintah ketika membebaskan kapal niaga MV Sinar Kudus beserta 20 awaknya yang disandera oleh perompak Somalia.

Pada parameter politik untuk faktor penurunan pelayanan publik, kita mencermati bahwa di kurun waktu enam tahun terakhir, kualitas pelayanan publik justru makin meningkat. Pemerintah telah terus mengedepankan prinsip de-bottlenecking di berbagai ranah layanan publik. Bahkan pemerintah di tahun 2011 ini pemerintah telah membuat langkah terobosan dengan menggulirkan program Nomor Induk Kependudukan dan telah menggagas fasilitasi layanan pembuatan KTP elektronik bagi seluruh masyarakat, sebagai wujud dari upaya terpadu dalam pendataan penduduk yang makin berkualitas.

Perbaikan pelayanan publik juga diwujudkan pada kalangan bisnis dan dunia usaha. Sejak dua tahun terakhir, perkembangan dari penerapan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) telah diperluas di berbagai pelosok tanah air. Perkembangan PSTP itu dipadukan dengan memperluas penerapan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) hingga di Kabupaten dan Kota di seluruh pelosok nusantara.

Berbagai kemajuan di bidang pelayanan publik bagi kalangan dunia usaha itu telah menaikkan peringkat investasi Indonesia di ranah internasional. Survei yang dilakukan

Page 67: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 59

oleh Bloomberg, terkait dengan Indeks Momentum Ekonomi 2011, menempatkan Indonesia pada peringkat ke-7 negara di Asia dengan kondisi investasi terbaik dan dengan stabilitas pertumbuhan ekonomi paling stabil hingga 5 tahun kedepan. Lembaga pemeringkat lainnya, yaitu, Moody’s Investors Service juga telah memperbaiki rating untuk Indonesia dari Ba2 menjadi Ba1, satu level lagi menuju “investment grade”. Para analis ekonomi Citibank berani mengestimasi bahwa Moody’s akan segera memasukkan Indonesia dalam “investment grade” di semester kedua tahun 2011. Peningkatan rating ini merupakan wujud nyata dari kualitas perbaikan pelayanan publik yang telah terus ditingkatkan, utamanya bagi kalangan bisnis dan dunia usaha.

Guna memelihara kualitas pelayanan publik secara berkelanjutan, pemerintah telah menempatkan reformasi birokrasi dan tata kelola sebagai prioritas pembangunan untuk memastikan terciptanya efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan bagi seluruh warga bangsa. Di balik masih adanya sejumlah tantangan dalam menuntaskan reformasi birokrasi, namun secara umum, program nasional reformasi birokrasi telah memfasilitasi pemantapan penataan struktur birokrasi dan memfasilitasi perbaikan kinerja birokrasi yang secara berangsur-angsur telah dapat menghadirkan layanan yang makin cepat, makin murah dan makin baik bagi seluruh masyarakat. Kedepan nanti reformasi birokrasi terus dilanjutkan untuk memastikan peningkatan kualitas pelayanan publik yang berasaskan pada transparansi, integritas, akuntabilitas dan profesionalisme aparatur negara.

Wujud lain dari komitmen pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik adalah dengan memberikan perhatian makin besar dan makin serius pada kelanjutan pemberantasan tindak pidana korupsi. Pemberantasan tindak pidana korupsi, antara lain, telah makin diperluas dengan melakukan pengambilan aset hasil tindak pidana korupsi sebagai bagian dari upaya penindakan. Pengambilan aset itu di lakukan baik melalui mutual legal assistance dengan negara sahabat, ihwal pelacakan, pembekuan, ekstradisi hingga perampasan aset

Page 68: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN60

maupun beragam proses penindakan lainnya yang menimbulkan efek jera bagi pelakunya. Pemerintah juga telah meningkatkan kerjasama dengan negara-negara sahabat untuk memperluas perjanjian ekstradisi yang di tujukan untuk makin mempersempit ruang gerak bagi para pelaku tindak pidana korupsi..

Pada parameter politik untuk faktor pelanggaran HAM yang luas, sejak sekitar 13 tahun reformasi berjalan, pemerintah Indonesia terus berupaya untuk melanjutkan seluruh penyelesaian kasus-kasus HAM. Sejak reformasi gelombang pertama di tahun 1998, upaya penegakkan HAM telah terus digulirkan di seluruh ranah pembangunan. Di era reformasi gelombang kedua ini, Pemerintah telah dan sedang melaksanakan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) 2010-2014, yang antara lain, diwujudkan dengan memfasilitasi pelatihan HAM kepada seluruh aparatur negara di tingkat pusat dan daerah guna memastikan pelaksanaan penghormatan, perlindungan dan pemajuan HAM mulai dari tingkat nasional, provinsi, kabupaten hingga kota. Kemajuan penegakkan HAM yang sangat intensif di Indonesia itu, telah menuai apresiasi PBB yang diwujudkan dengan pengangkatan Indonesia sebagai anggota dewan HAM di PBB.

Pada parameter politik untuk faktor netralitas aparatur, hingga saat ini, segenap aparatur negara telah sanggup memelihara dan menegakkan netralitas dalam beragam afiliasi politik. TNI, yang dimasa lalu, pernah disoroti karena keberpihakannya pada kehidupan sosial-politik, telah lama menanggalkan dwifungsi dan saat ini masing-masing matra TNI berkonsentrasi pada pengembangan kapasitas profesional sesuai dengan perannya masing-masing. Saat ini hingga kedepan nanti, pembangunan TNI sepenuhnya difokuskan pada penguatan kemampuan dan modernisasi alutsista, peningkatan kapasitas sarana dan prasarana pertahanan, serta peningkatan profesionalitas seiring dengan pemajuan kesejahteraan prajurit.

Pada parameter politik untuk faktor kemunculan elit faksional, kita mencermati bahwa dibalik terjadinya polemik antar lembaga tinggi negara maupun antar elit politik, semua

Page 69: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 61

itu masih bersifat sporadis dan kasuistis, serta berada dalam batas-batas koridor hukum dan peraturan perundangan yang berlaku. Secara umum kehidupan berpolitik di Indonesia di kurun waktu lebih dari satu dekade sejak bergulirnya reformasi gelombang pertama tahun 1998, tetap berlangsung dengan stabil dan kondusif dan tidak menyebabkan instabilitas pemerintahan. Kemajuan kehidupan multi partai berhasil dipelihara secara konstruktif seiring dengan perkembangan penerapan sistem presidensiil.

Hal itu mewujud, antara lain, sejak satu dekade, Bangsa Indonesia terbukti sanggup melaksanakan dua kali Pemilu Legislatif dan Pilpres secara langsung dengan baik, serta ratusan Pilkada di daerah, yang secara umum juga telah berlangsung dengan aman, teduh dan damai. Bahkan bila dicermati dengan seksama, di kurun waktu satu-dua tahun terakhir, para kontestan yang tidak puas dengan hasil pilkada, telah memilih menyelesaikan masalahnya melalui pendekatan hukum, ketimbang aksi anarkis yang destruktif.

Pada parameter politik untuk faktor intervensi negara atau faktor eksternal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kita mencermati bahwa hingga saat ini, tidak ada intervensi sedikitpun dalam pengelolaan politik luar negeri RI, apalagi intervensi negara asing pada penyelenggaraan pemerintahan dalam negeri. Republik Indonesia sama sekali tidak memerlukan pasukan perdamaian PBB untuk memelihara perdamaian dan keamanan di sejengkalpun wilayah teritorialnya. Bahkan sebaliknya Indonesia secara berkala mengirimkan kontingen pasukan perdamaian dibawah bendera PBB untuk mendukung pemulihan perdamaian dan keamanan internasional.

Pada lingkup yang lebih luas, di kurun waktu enam tahun terakhir, peran internasional Indonesia justru makin mengemuka dan makin diapresiasi oleh komunitas internasional. Bahkan politik luar negeri yang bebas aktif, yang telah lama kita gulirkan, sejak enam tahun terakhir, kita tingkatkan menjadi “all directions foreign policy”. Kita bersahabat baik dengan berbagai negara di belahan dunia – dari Argentina di ujung selatan Benua Amerika,

Page 70: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN62

hingga Finlandia di ujung utara benua Eropa; dari Senegal di ujung barat Benua Afrika hingga Fiji di ujung timur Samudera Pasifik.

Kemajuan pembangunan ekonomi Indonesia yang telah menjadikan Indonesia sebagai negara di kelompok 20 kekuatan ekonomi terbesar di dunia dan menjadi anggota G-20, juga telah makin memperluas peran Indonesia di ranah global. Indonesia bukan lagi negara yang sebatas memberikan peran, namun telah menjadi negara yang ikut berinisiatif dalam mereformasi arsitektur ekonomi dan keuangan global yang lebih berkeadilan untuk memastikan adanya pertumbuhan ekonomi global yang lebih kuat, lebih berimbang dan lebih berkelanjutan. Inisiatif Indonesia lainnya yang diapresiasi oleh komunitas internasional adalah pada ranah pembangunan yang berkelanjutan khususnya pada pengurangan dampak pemanasan global.

Saat ini sebagai ketua ASEAN, Indonesia mengambil inisiatif untuk mempercepat terwujudnya komunitas ASEAN 2015. Sebagai ketua ASEAN Indonesia menjadi kontributor utama dalam mengupayakan solusi damai atas konflik perbatasan yang melibatkan Thailand dan Kamboja. Meskipun bukan negara yang ikut bersengketa, Indonesia juga memfasilitasi penyelesaian atas konflik di laut Cina Selatan, yang melibatkan beberapa negara anggota ASEAN dan negara di luar ASEAN.

Tahun 2011 ini, Indonesia selaku ketua East Asia Summit akan terus mendorong hubungan dan interaksi Negara di kawasan yang didasari atas kesimbangan dinamis --dynamic equilibrium--; sebuah kondisi dimana seluruh negara di kawasan dapat tumbuh dan berkembang bersama serta maju bersama untuk mencapai common security, common stability dan common prosperity.

Sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim yang terbesar dalam forum Organisasi Konferensi Islam, Indonesia juga terus menyuarakan dan mengambil inisiatif dalam menggelorakan nilai-nilai universal Islam yang moderat, terbuka, toleran, dan modern. Indonesia secara konstruktif terus berperan dan berinisiatif dalam menjembatani perbedaan aspirasi antara

Page 71: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 63

dunia Islam dan dunia Barat. Berbagai inisiatif, peran dan kontribusi Indonesia itu, telah menjadikan Indonesia diakui sebagai role model di kalangan negara-negara Islam. Indonesia diakui sebagai negara yang sanggup mempadukan kemajuan pembangunan demokrasi dan perluasan penerapan nilai-nilai universal Islam, secara seiring dengan pemajuan pembangunan ekonomi yang makin pesat dan makin menyejahterakan masyarakatnya.

Pada parameter bidang ekonomi, baik untuk faktor ketidakmerataan perkembangan ekonomi maupun perburukan keadaan ekonomi, keduanya adalah parameter yang paling tidak tepat untuk menggambarkan kinerja pembangunan ekonomi di Indonesia. Bila dibandingkan dengan kemajuan sektor pembangunan lainnya, kinerja makro ekonomi di Indonesia dikurun waktu satu dekade terakhir, justru menunjukkan performa yang paling mengesankan.

Dari sebuah negara yang perekonomiannya mengalami kontraksi di kisaran hingga minus 13% karena krisis moneter di tahun 1997/1998 lalu, bangsa Indonesia saat ini tampil secara meyakinkan sebagai negara dengan kekuatan ekonomi ke-17 terbesar di dunia. Performa pembangunan ekonomi Indonesia tidak hanya besar, tetapi juga sangat dinamis. Pertumbuhan ekonomi tahunan bila dikalkulasi dari tahun 2001 hingga 2010 berada di kisaran 5% atau naik 3,3% dibandingkan satu dekade sebelumnya. Bahkan di tahun 2010 lalu, perekonomian Indonesia tercatat sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat ketiga di antara anggota G-20, setelah Cina dan India.

Ihwal ketidak merataan perkembangan ekonomi juga tidak tepat bila dipakai untuk menggambarkan kondisi perkembangan ekonomi Indonesia. Angka Gini Ratio, yang menunjukkan kesenjangan pembangunan terus membaik dari posisi 0,376% di tahun 2007 menjadi 0,331% di tahun 2010. Pendapatan perkapita terus tumbuh pesat hingga mencapai kisaran US$ 3,000 di tahun 2010. Pendapatan perkapita itu lebih tinggi dibandingkan US$ 2,590 di tahun 2009 lalu, dan hampir dua kali lipat pendapatan perkapita tiga tahun lalu sebesar US$ 1.937.

Page 72: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN64

Demikian pula pertumbuhan kelas menengah di Indonesia juga terus meningkat secara makin signifikan.

Demikian pula dengan faktor perburukan keadaan ekonomi, yang sama sekali tidak relevan bila dibandingkan dengan kondisi kemajuan ekonomi Indonesia yang saat ini diakui sebagai salah satu negara dengan tingkat kondusifitas ekonomi yang paling dinamis di Asia. Indonesia, sanggup menunjukkan kepada dunia, bahwa negeri ini setelah belajar dari pengalaman mengelola krisis moneter tahun 1997-1998, terbukti mampu membangun landasan perekonomian yang tangguh, yang menjadikan Indonesia tetap bertahan di tengah krisis keuangan global di tahun 2008 lalu. Kokohnya landasan pembangunan ekonomi, juga menjadikan kita cepat pulih dari krisis keuangan global itu, sehingga di tahun 2010 pertumbuhan ekonomi segera menggeliat kembali hingga mencapai 6,1% --jauh lebih tinggi dibanding tahun 2009 sebesar 4,5% --, dan bahkan melampaui target APBNP-2010 yaitu 6%.

Hingga saat ini, Indonesia berhasil mempadukan antara pertumbuhan ekonomi yang cepat dengan manajemen fiskal yang sehat, beban utang yang makin berkurang, credit rating yang makin membaik, seiring dengan tabungan dan investasi yang terus meningkat. Kemajuan pembangunan ekonomi juga telah makin ditopang oleh efisiensi pasar domestik yang lebih kondusif, berkat rezim perpajakan dan fiskal yang makin kompetitif, yang telah memfasilitasi persaingan yang makin intensif. Persaingan yang makin intensif telah ikut mendukung peningkatan peran bisnis dan dunia usaha dalam ikut memperkuat dan mempercepat pertumbuhan ekonomi, utamanya melalui peningkatan aktifitas klaster-klaster industri serta efisiensi manajemen di kalangan bisnis dan dunia usaha. Kondisi itu juga telah menjadikan makin banyaknya perusahaan-perusahaan nasional yang sanggup bermigrasi pada segmen rantai nilai yang lebih tinggi.

Pada parameter ekonomi, untuk faktor perburukan keadaan ekonomi ihwal kegagalan pemerintah dalam membayar gaji dan pensiun para aparatur negara juga dapat ditepis dengan fakta di lapangan, bahwa pemerintah Indonesia tidak saja sanggup

Page 73: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 65

membayar gaji aparatur negara, namun bahkan sanggup untuk terus menaikkan gaji aparatur negara.

Di kurun waktu enam tahun terakhir, gaji PNS, TNI dan Polri terus ditingkatkan di kisaran 10%. Bahkan tunjangan remunerasi bagi PNS di beberapa instansi pemerintahan tertentu telah mulai digulirkan sejak tiga tahun terakhir dan diproyeksikan bahwa seluruh instansi pemerintahan akan memperoleh tunjangan remunerasi di kurun waktu beberapa tahun mendatang; bagi TNI dan Polri, tunjangan remunerasi telah dibayarkan t.m.t Juli 2010. Kedepan nanti, seiring dengan kesanggupan anggaran negara, pemerintah akan terus mengupayakan peningkatan kesejahteraan aparatur negara sebagai bagian terpadu dari pembinaan profesionalisme aparatur, guna mendukung peningkatan kualitas penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Berbagai performa kemajuan pertumbuhan ekonomi yang pesat itu, menjadikan Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksikan bahwa untuk periode 2011 – 2016 peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai kisaran 6% atau bahkan lebih tinggi, mendekati tingkat pertumbuhan ekonomi Cina sebesar 7,9% dan India 6,7%.

World Economic Forum pada perhelatan yang mengulas tentang Pertumbuhan Ekonomi Asia Timur di bulan Juni 2011 lalu juga berani memproyeksikan bahwa Indonesia dapat berkembang hingga memasuki kelompok sepuluh negara dengan PDB terbesar di dunia pada tahun 2030 mendatang. Indonesia dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat bergabung dengan kelompok BRIC hingga menjadi BRIIC atau kelompok terdiri yang dari Brasil, Rusia, India, Indonesia, Cina.

World Economic Forum berani memberikan proyeksi itu berlandaskan pada peningkatan daya saing Indonesia yang meningkat signifikan dari ranking ke-54 di tahun 2009 menjadi ke-44 di tahun 2010. Banyak yang tidak memahami, bahwa bila merujuk pada ekspansi peningkatan jumlah negara yang diukur yaitu dari 114 negara menjadi 139 negara, kenaikan daya saing Indonesia itu sesungguhnya adalah prestasi pembangunan yang

Page 74: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN66

luar biasa. Bila di tahun 2005, ada sekitar 53% negara yang diukur peringkat daya saingnya berada di bawah Indonesia, maka di tahun 2010 lalu, lebih dari dua pertiga atau 68%, negara yang diukur peringkat daya saingnya, berada di bawah Indonesia.

Bagi pemerintah Indonesia, kinerja pembangunan ekonomi yang sangat mengesankan itu, telah menjadi alasan utama untuk mempercepat dan memperluas pelaksanaan pembangunan ekonomi. Sejak tanggal 27 Mei 2011, pemerintah telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 32 tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 atau lazim dikenal dengan MP3EI. Melalui MP3EI pola pembangunan kita ubah dari efficient driven economy di saat ini, hingga menjadi innovation driven economy di beberapa tahun mendatang.

Dengan innovation driven economy, pendapatan per kapita Indonesia ditargetkan hingga berkisar antara US$ 14,250– US$ 15,500 dengan nilai total perekonomian atau PDB berkisar antara US$ 4,0 hingga 4,5 triliun. Pendapatan perkapita dan PDB sebesar itu, diproyeksikan untuk dapat dicapai melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi di kisaran 8-9% di kurun waktu dua hingga tiga dasawarsa kedepan. Bila seluruh target MP3EI dapat dicapai, Insya Allah, tidak ada lagi, istilah ‘negara gagal’ bagi Republik Indonesia, yang ada adalah, Republik Indonesia sebagai negara maju, mandiri dan berdaya saing yang menyejahterakan rakyatnya, serta tampil penuh percaya diri sebagai kekuatan ekonomi terkemuka di dunia.

Page 75: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 67

PENUTUP

Sebagai warga bangsa yang cerdas dan berwawasan kemajuan, diskursus atau wacana negara gagal, harus dapat disikapi secara rasional dan proporsional. Di satu sisi, kemajuan pesat di berbagai ranah pembangunan yang berhasil kita raih selama ini, harus menyadarkan kita bahwasanya wacana negara gagal dalam konteks Indonesia, sesungguhnya adalah sebuah penilaian yang tidak tepat dan ungkapan pesimisme yang terlalu berlebihan.

Bagaimanapun kita harus optimis, bahwa pembangunan yang kita laksanakan di kurun waktu 66 tahun ini telah berada pada jalur yang benar. Bila kita cermati, ketika Republik Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, negara ini berada dalam kondisi porak poranda karena revolusi fisik dan hempasan prahara Perang Dunia Kedua. Dalam kurun waktu 66 tahun, kita berhasil membuktikan kepada dunia, bahwa Republik Indonesia tetap kokoh dan tegak berdiri, bahkan menjadi Kekuatan Ekonomi ke-17 terbesar di dunia yang menjadi anggota G-20. Kekuatan ekonomi Indonesia sanggup mengalahkan Negeri Belanda yang pernah menjajah tanah air kita, yang hingga tahun 2011 ini, tidak masuk dalam kelompok 20 kekuatan ekonomi terbesar di dunia.

Di balik optimisme, kita tetap harus bersikap rasional. Kita patut mewaspadai bahwa negara gagal adalah sebuah kondisi yang bersifat dinamis. Kita mencatat, negara seperti Norwegia yang dikategorikan sebagai negara di peringkat kedua terbaik di dunia setelah Finlandia dalam hal stabilitas penyelenggaraan negara, baru-baru ini pun diguncang oleh aksi terorisme yang dilakukan oleh warganya sendiri dan telah merenggut puluhan korban jiwa. Fenomena yang dialami Norwegia harus menjadi pembelajaran berharga bagi kita bahwa upaya pemeliharaan stabilitas pembangunan akan terus berhadapan dengan tantangan yang kompleks dan tidak ringan.

Dalam kaitan itu, khususnya di tengah era kebebasan dan keterbukaan ruang publik yang makin semarak dewasa ini, menjadi kewajiban bagi kita sebagai warga bangsa untuk dapat

Page 76: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN68

terus memanfaatkan keterbukaan publik, sebagai akses guna membangun dan memperluas ruang komunikasi dan dialog yang produktif, yang dapat memfasilitasi transaksi pengetahuan yang bermanfaat dan saling melengkapi diantara sesama warga bangsa, utamanya guna dikontribusikan dalam mengatasi kompleksitas tantangan peradaban.

Oleh karena itu, mari kita bersama-sama kedepankan sikap optimis dan energi positif dalam menyikapi tantangan masa depan. Mari kita tepis argumen dan pendapat yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang diambang kegagalan, apalagi sebuah negara gagal. Sebaliknya, mari kita budayakan pemanfaatan ruang keterbukaan publik secara makin cerdas dan makin mencerahkan, dengan menyeimbangkan antara nilai-nilai keterbukaan; dengan nilai-nilai keadaban, harmoni, toleransi, keadilan dan ketertiban.

BAHAN RUJUKAN

James Dobbins• , ”Who lost Iraq? Lessons from the Debacle,” Foreign Affairs 86, no. 5 September/October 2007,

James Wright, • ”Canadian Policy Towards Fragile, Dangerous, and Failed States,” Conference on Fragile States, Dangerous States and Failed States, University of Victoria, 25-27 November 2005, di unduh dari situs web beralamat http://www.failedstates.org/documents/keynote_asdelivered.pdf,

Jared Diamond, “• Collapse: How Societies Choose to Fail or to Succeed”, New York: Viking, 2005,

Majalah • Foreign Policy, edisi Juli-Agustus 2007, diunduh dari situs web beralamat : http://www.foreignpolicy.com/story/cms.php?story_id=3865,

Lenard J. Cohen, • ”The Responsibility to Perfect: International Learning to rebuild shattered States,” Conference on Fragile States, Dangerous States and Failed States, diunduh dari situs web beralamat di: http://www.failedstates.org/documents/LenardCohen.pdf,

Page 77: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 69

Stewart Prest, et al., • ”Working out strategies for strengthening fragile states – the British, American and German Experience,” Conference on Fragile States, Dangerous States and Failed States, diunduh dari situs web beralamat di: http://www.failedstates.org/documents/UK-US-German.pdf,

Thomas Homer-Dixon, “• The Upside of Down: Catastrophe, Creativity, and the Renewal of Civilization”, Toronto: Knopf Canada, 2006,

James Quinlivan, • ”Burden of Victory: The Painful Arithmetic of Stability Operations,” Rand Review Summer 2003, diunduh dari situs web beralamat: http://www.rand.org/publications/randreview/issues/summer2003/rr.summer2003.pdf,

Noam Chomsky, “• Failed States: The Abuse of Power and the Assault on Democracy”, Metropolitan Books, April 2006 ISBN 0-8050-7912-2,

Situs web • The Fund for Peace for Failed States Index 2011 di unduh dari situs beralamat di http://www.fundforpeace.org/global/?q=fsi,

Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan •Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Kementerian Sekretariat Negara RI, 2011,

Bahan Penyusunan Pidato Kenegaraan Tahun 2011 •dikompilasi dari BPS, Kementerian Koordinator Bidang Polhukam, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Page 78: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN70

Kepemimpinan BerkarakterDalam Rangka Mewujudkan Reaktualisasi dan Revitalisasi Pancasila

H. Soemarno Soedarsono 1)

PENGANTARA. Pada saat bangsa Indonesia dalam kecarutmarutan kehidupan berbangsa dan bernegaranya dan hampir di semua lini kehidupan menunjukkan tampilan-tampilan dari rapuhnya karakter individu anak bangsa, dengan sendirinya berakibat pada melunturnya karakter bangsa yang berarti lunturnya pula jatidiri bangsa kita yang tidak lain adalah Pancasila. Kecarutmarutan ini tidak perlu kita tutup-tutupi, karena hukum alam telah menentukan, yang diuraikan dalam bahasa Jawa : Becik ketitik, olo ketoro : yang baik akan tampak dan yang jelek betapapun juga akan terlihat / diketahui di kemudian hari. Daripada kita mempermasalahkan, mempertentangkan, bahkan mencoba menutup-nutupi, kita lebih baik berpikir positif, mencoba mencari cara yang nyata untuk menghadapi dan mengatasinya.

1 Ketua Umum Yayasan Jati Diri Bangsa. Perwira Tinggi (Purn) Angkatan Darat, dan Widyaiswara Lemhannas Republik Indonesia

Page 79: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 71

Secara Aklamasi Penerimaan Pancasi1. la Diucapkan Empat Tokoh Nasional pada Tanggal 01 Juni 2011

Pertemuan 01 Juni 2011 yang diselenggarakan oleh MPR RI dalam peringatan pidato Bung Karno 01 Juni 1945, yang juga sering dimaknai sebagai peringatan hari lahirnya Pancasila, ditandai oleh sambutan empat tokoh nasional yang diberikan secara berturut-turut :

Bapak Taufik Kiemas, Ketua MPR RI 1. Bapak Bacharuddin Jusuf Habibie, mantan Presiden 2. Republik Indonesia ke-3, Ibu Megawati Soekarnoputri, mantan Presiden Republik 3. Indonesia ke-5, Presiden RI ke 6 Bapak Susilo Bambang Yudhoyono,4.

Secara aklamasi mereka menyatakan kesepakatan bahwa Pancasila adalah dasar, ideologl dan falsafah Negara, selanjutnya negara Indonesia harus berdasarkan Pancasila dan tidak ada isme-isme yang lain yang bisa menggantikan Pancasila, serta Pancasila merupakan sumber inspirasi dalam menyelesaikan berbagai persoalan bangsa.

Melegakan Rakyat2.

Betapa hal ini sangat melegakan rakyat. Berhari-hari kita bisa saksikan melalui media cetak, elektronik, maupun televisi yang menyelenggarakan talkshow selama 24 jam berturut-turut, terutama yang langsung disampaikan oleh rakyat kecil mengenai kegamangan rakyat yang selama ini menghantuinya yaitu melihat dan merasakan seolah-olah Pancasila tersandera dan di lupakan dan digeser oleh liberalisme, neoliberalisme maupun gagasan–gagasan lain yang mengeyampingkan Pancasila. Ungkapan empat tokoh nasional yang digarisbawahi oleh Presiden RI yaitu memberikan semacam hembusan angin yang sejuk yang memberi harapan bangkitnya Indonesia dari keterpurukan. Presiden RI menyimpulkan bahwa perlu dilakukan reaktuliasasi dan revitalisasi Pancasila dalam rangka menjamin terwujudnya negara dan bangsa Indonesia yang mendasarkan pembangunannya. Baik secara sistem sosial (pembangunan

Page 80: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN72

manusianya) maupun sistem struktural (pembangunan sistemnya) sebagai negara Pancasila.

Perlu Diwujudkan Ungkapan yang Melegakan3.

Ungkapan yang dinyatakan secara mantap oleh keempat tokoh nasional tadi betul-betul menjadikan kita menyambut HUT ke-66 NKRI, dengan harapan negara kita pada usianya yang ke-66 ini memang betul-betul sanggup mewujudkan secara nyata reaktualisasi dan revitalisasi Pancasila yang berarti kita akan betul-betul bangkit dari keterpurukan, karena ungkapan yang sungguh melegakan ini memang belum akan mempunyai nilai yang nyata sebelum diwujudkan secara nyata.

Untuk itulah perlu diwujudkan tekad bersama yang merupakan suatu tugas berat, disamping harus mengatasi kendala-kendala yang ada untuk mewujudkan secara nyata apa yang disepakati dan disimpulkan keempat tokoh nasional pada tanggal 01 Juni 2011 yang lalu. Secara ektrim dapat saya sampaikan bahwa ini merupakan kesempatan emas yang Tuhan berikan pada bangsa Indonesia agar pemimpin, pemerintah, dan rakyat Indonesia secara bersama mewujudkannya secara nyata.

Pemimpin yang berkarakter4.

Jadi ungkapan yang kita ikuti dari keempat tokoh ini dan disimpulkan oleh Presiden RI Bapak Susilo Bambang Yudhoyono sejatinya adalah reaktualisasi dan revitalisasi Pancasila. Hal itu diungkapkan oleh masing-masing dengan hati yang bersih dan dengan keberanian menyatakan keadaan yang nyata. Bahaya-bahaya yang timbul dan kejelasan mencari jalan keluar merupakan ungkapan-ungkapan yang bisa kita katakan sebagai ungkapan-ungkapan berkarakter.

Ungkapan-ungkapan berkarakter ini hanya akan menjadi tindakan berkarakter jika ditindaklanjuti secara nyata oleh pemimpin, pemerintah, dan bangsa yang berkarakter. Dengan demikian maka masyarakat banyak mengharapkan secara konkrit tindakan-tindakan dari pemimpin, dari penyelenggara

Page 81: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 73

negara pada umumnya dan Presiden beserta kepemimpinan nasional pada khususnya.

Apakah hal ini akan bisa terwujud, sementara kita tahu ada ungkapan-ungkapan kontroversi tentang Presiden kita dengan menyatakan, Presiden kita tidak mempunyai keberanian, lamban, ragu-ragu, tidak menyelesaikan masalah dengan tuntas. Kami tahu ada kelompok yang menyuarakan hal ini yang tentunya dari orang-orang yang apatis dan skeptis terhadap kepemimpinan yang ada sekarang dan menyatakan percuma mengandalkan kepemimpinan yang sekarang, lebih baik menunggu kepemimpinan yang baru.

Menurut hemat kami terlepas dari benar atau salahnya pendapat mereka, pada saat ini perubahan secara global bergerak dengan sangat cepat, sehingga kami ingatkan mungkin apa yang mereka harapkan yaitu menunggu kepemimpinan yang baru, akan merupakan impian belaka, karena keadaan kita sekarang sudah di ujung tanduk, mungkin kalau kita menunggu lebih lama, maka NKRI sudah tinggal sejarah. Untuk itu kami yang masih tergolong orang yang optimis, berpikir positif dan obyektif, tetapi tetap realistis berpikir bahwa Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono adalah Presiden yang sekarang memegang tampuk kepemimpinan. Memang dengan segala kelebihan kekurangannya seorang pemimpin mempunyai gaya dan cara yang sering tidak sesuai dengan yang kita harapkan, tetapi selama ia masih Presiden yang sah, maka kami dan teman-teman berpendapat bahwa kita wajib membantu Presiden dengan sepenuh hati selama ia masih mau dan bisa dibantu untuk mencapai keberhasilan. Kalau Presiden berhasil berarti kita semua berhasil.

Disamping alasan tersebut di atas ada yang membesarkan hati kami, yaitu cara Bapak Susilo Bambang Yudhoyono dalam mengungkapkan masalah pembangunan karakter tidak segegap gempita seperti Bung Karno, tetapi Presiden RI ke-6 inilah yang memperhatikan bahwa suatu negara dan bangsa hanya akan menjadi negara besar, maju dan jaya kalau ia membangun karakter bangsanya. Setelah Presiden RI ke 1 dan ke 2 kurang

Page 82: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN74

berhasil dalam pembangunan karakternya, fakta yang ada di Republik Indonesia sekarang adalah Presiden RI ke-I yang mencanangkan nation and character building mengawalinya dengan sangat dahsyat, tapi tidak menghasilkan apa yang diharapkan karena dilunturkan oleh kepentingan politik. Demikian pula Presiden RI ke-2 yang ingin membangun manusia Indonesia seutuhnya dan meluncurkannya melalui program P4 tidak membawa hasil yang diharapkan karena tidak adanya faktor keteladanan, lagi-lagi juga dilunturkan karena faktor politik. Ketidakberhasilan pembangunan karakter di zaman orde lama dan orde baru berakibat terabaikannya pembangunan nilai-nilai karakter dalam kehidupan masyarakat, yang menyebabkan kita sekarang berada dalam suatu produk masyarakat low trust society dengan segala perilaku negatifnya. Dalam orde reformasi Presiden RI ke-3, 4 dan 5 belum sempat memikirkan mengadakan pembangunan karakter, sehingga reformasi berjalan dengan modal low trust society yang bahkan menjadi lebih parah.

Ternyata Presiden RI ke-6 lah yang mengakomodasikan pembangunan karakter untuk bangsa dan negara. Ini dibuktikan dengan rencana pembangunan jangka panjang tahun 2005-2025, yaitu dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 memposisikan pendidikan karakter merupakan misi pertama dari 8 (delapan) misi yaitu sebagai berikut :(1) Mewujudkan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia,

bermoral, beretika, berbudaya, dan berkeadaban.(2) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing untuk mencapai

masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera.(3) Mewujudkan Indonesia yang demokratis, berlandaskan

hukum dan berkeadilan.(4) Mewujudkan rasa aman dan damai bagi seluruh rakyat

serta terjaganya keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kedaulatan Negara dari ancaman baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

(5) Mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan.

(6) Mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari.

Page 83: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 75

(7) Mewujudkan Indonesia sebagai Negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

(8) Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia Internasional.

Presiden memang tidak secara explisit menggunakan kata karakter, tetapi menggunakan kata akhlak mulia, beretika, berbudaya dan berkeadaban yang tidak lain adalah tampilan-tampilan karakter.

Memang dalam perjalanan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 2005-2007 belum banyak kita dengar tentang pembangunan karakter, kecuali beberapa bagian di Kemendiknas sudah bekerjasama dengan lembaga-lembaga yang sudah sejak lama melakukan pendidikan karakter. Antara lain dilakukan oleh Direktorat Jenderal PMPTK bekerjasama dengan Yayasan Jati Diri Bangsa sejak tahun 2005 dan pada tanggal 18 Januari 2007 menandatangani MoU dengan Yayasan Jati Diri Bangsa, untuk dibantu menggulirkan Character Building Training Program untuk 2,7 juta guru di seluruh Indonesia. Tetapi pada 26 Mei 2007 Presiden RI dalam puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional mulai mengungkapkan masalah-masalah yang berkaitan dengan jati diri, karakter dan jati diri bangsa, khususnya dalam sambutan sebagai berikut : “…Bila kita cermati permasalahan hidup di masa kini, baik di tanah air maupun di mancanegara, tampak nyata bahwa berbagai krisis kemanusiaan, bahkan sering dengan intensitas yang tinggi dan ragam yang kompleks. Sehubungan dengan itu, diperlukan adanya perubahan paradigma, perubahan cara melihat persoalan dalam upaya pencarian solusi masalah yaitu dengan melihat faktor manusianya secara menyeluruh. Atau dengan kata lain permasalahan yang harus dikaji dan unsur manusia terutama menyangkut jati diri dan karakter manusia…..” dan juga beliau mengatakan: “…. Tanpa adanya jati diri bangsa suatu bangsa akan mudah terombang-ambing dan kehilangan arah dalam era globalisasi yang bergerak cepat dewasa ini….” .

Hal Ini dibarengi dengan info yang saya dapat, bahwa para pembantu beliau belum bisa menjabarkan apa yang sebetulnya

Page 84: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN76

beliau sampaikan dalam sambutan yang sebetulnya merupakan arahan dan petunjuk perencanaan / mengawali suatu perintah. dan kesemuanya ini menjadi lebih jelas dengan adanya kejelasan-kejelasan berikut ini: Pertama dari Mendagri yang melaporkan hasil pilkada dan memberikan informasi bahwa lebih dari 50 % bupati dan gubernur mempunyai masalah dengan hukum dan korupsi. Ditambah pula ungkapan beliau sendiri tentang rendahnya kinerja yang dilakukan oleh pembantu-pembantu beliau yang tentunya perlu mendapat penyelesaian, karena tidak mungkin suatu mata rantai komando dari Presiden sampai dengan lurah akan dapat berjalan dengan baik kalau lebih dari 50 % mata rantainya bermasalah.

Sebetulnya masalah pembangunan karakter bangsa ini sangat tergantung pada seorang pemimpin yang berkarakter. Pemimpin yang berkarakter juga harus dibantu oleh para pembantu, asisten dan penasehatnya yang juga berkarakter. Kita mengenal beberapa pokok pikiran yang perlu dipenuhi oleh seorang pemimpin yang berkarakter. Dalam hal ini ada dua hal yang menonjol yang ingin kami sampaikan.t :

1. Seorang pemimpin harus bisa melepaskan diri dari segala kepentingan pribadi, kelompok dan golongan dalam rangka mencurahkan pengabdian, pada Tuhan, negara dan bangsa (selflessness serving to God and country). pemimpin yang dapat melakukan hal ini akan diikuti, dipatuhi, dikagumi oleh rakyat yang dipimpinnya. Kalau ini merupakan suatu hal yang bersifat landasan falsafah yang fundamental, maka yang kedua yang ingin kami ketengahkan adalah landasan operasional yang fundamental pula.

2. Menepis A B S (Asal Bapak Senang), yang dalam pelaksanaannya adalah kalau kita masih muda dan masih dalam status menjadi pembantu, asisten atau penasehat pemimpin, maka kita harus bisa menghadapi pemimpin dengan menanggalkan A B S. harus berani dengan tegar menyampaikan pendapat yang kita yakini pada atasan kita, tetapi ini harus kita lakukan dengan cara yang sopan dan memegang tata krama yang baik.

Page 85: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 77

Sebaliknya kalau kita sudah menjabat sebagai pemimpin, maka kita harus berani dan bisa membersihkan diri kita dari lingkaran yang terdiri dari pembantu atau penasehat yang menerapkan sifat A B S. Seorang pemimpin akan banyak terkecoh oleh laporan A B S (laporan A B S tidak jauh berbeda dari suatu tindakan kriminal), padahal seorang pemimpin memerlukan masukan dari pembantu dan penasehatnya masukan-masukan yang tajam dan benar-benar untuk agar pemimpin bisa mengambil keputusan yang tepat dan benar.

Dari dua landasan yang fundamental ini, memang yang kedua mungkin sangat sulit untuk di implementasikan pada saat ini. A B S adalah sesuatu yang sudah terasa sangat membudaya sejak zaman rezim-rezim sebelumnya, tetapi hal ini harus dapat kita atasi dan laksanakan. Seorang yang bertekad menjadikan dirinya orang yang berkarakter, maka hal ini pasti bisa dilakukan.

Untuk itu dengan segala kerendahan hati kami ingin menyampaikan pengalaman kejadian nyata : pengalaman pribadi kami sendiri dan pengalaman seorang sahabat kami Bapak Mayjen TNI (Purn) Santo Budiono yang pada saat ini bersama-sama kami di YJDB. Yang mungkin bisa dimanfaatkan sebagai referensi.

Pengalaman Pribadi kami :

Pada tahun 1970, kami bertugas di Akademi Bersenjata Republik Indonesia umum dan darat di bawah pimpinan Mayor Jenderal Sarwo Edi sebagai gubernur, kami sebagai komandan resimen taruna dengan pangkat letnan kolonel.

Di dalam Akademil Militer RI ada suatu badan yang disebut Dewan Akademi yang akan memutuskan keputusan-keputusan penting terutama mengenai ketarunaan dan akan dihadiri oleh Gubernur Akademi umum dan darat, dua wakil Gubernur umum dan darat (bintang satu), enam assiten umum, beberapa assisten khusus dan staf ahli berpangkat kolonel dan beberapa kepala bidang ada yang berpangkat letnan kolonel, serta dihadiri

Page 86: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN78

oleh komandan resimen taruna umum dan darat berpangkat letnan kolonel. Dari permasalahan-permasalahan yang dapat kami gunakan sebagai contoh, kami mengambil dua hal sebagai berikut :

1. Kasus perploncoan calon taruna yang menyebabkan seorang calon taruna meninggal akibat perploncoan. Dalam sidang Dewan Akademi dihadapkan empat pemimpin korp taruna dengan pangkat sersan mayor taruna, berinisial AI sebagai pemimpin korp taruna diajukan dalam sidang oleh staf gubernur untuk dapat dikenakan hukuman dengan mencopot pangkat dan mengeluarkan keempat pemimpin korp taruna dari AKABRI dengan tuduhan membawa calon taruna keluar akademi yang merupakan larangan dan menyelenggarakan perploncoan di luar batas kepantasan, sehingga mengakibatkan adanya seorang korban meninggal. Untuk itu diusulkan agar keempat pemimpin korp taruna ini dicopot kedudukannya sebagai taruna dan segala kepangkatannya dalam korp taruna dan dikeluarkan dari AKABRI dengan pertimbangan mereka harus bertanggung jawab atas kesalahan yang mengakibatkn seorang taruna meninggal.

Gubernur setelah mendengar penjelasan staff sebagai berikut meminta pendapat dari seluruh anggota dewan akademi, dimulai dari kedua wakil gubernur, semua asisten umum dan khusus gubernur, staf ahli, kepala bidang dan yang terakhir ditanyakan pada komandan resimen taruna yang memang duduk di ujung sebelah kanan. Wakil gubernur dan semua asissten umum, khusus dan ahli serta kepala bidang sependapat dengan pemecatan keempat taruna tersebut. Kami sebagai yang ditanya terakhir oleh gubernur berada dalam situasi yang agak sulit, karena kami tidak sependapat dengan rencana keputusan tersebut. Untuk itu kami sampaikan pada Bapak Gubernur sebagai berikut : “Bapak Gubernur, saya sebagai komandan resimen taruna bertanggung jawab pada bapak Gubernur, tetapi saya sebagai manusia bertanggung jawab pada Tuhan saya, dimana saya mempunyai pemikiran sebagai

Page 87: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 79

isi hati saya, yang memohon izin dapat menyampaikannya pada Bapak Gubernur”. Setelah diizinkan kami sampaikan pula : “Menurut pendapat saya keempat taruna yang sekarang sedang diadili, dan minggu depan mereka akan dilantik menjadi letnan dua, sekarang saja sudah bisa saya sampaikan bahwa dalam kesehariannya mereka sudah tampil lebih baik daripada perwira pertama pelatih para taruna yang ada di Akabri, sehingga kalau ini terjadi tentunya sangat disayangkan. Tetapi kalau memang mereka bersalah saya sepenuhnya sependapat untuk pemecatan mereka sebagai taruna.Untuk itu saya mohon izin mengemukakan bahwa pada mereka disampaikan tuduhan membawa calon taruna keluar Akabri (yang merupakan larangan) dan dalam perploncoan berbuat di luar kepantasan, sehingga menyebabkan seorang calon taruna meninggal. Untuk kedua kesalahan ini saya mohon kalau bapak gubernur mengizinkan untuk diadakan klarifikasi. Pertama perlu ditanyakan apakah mereka keluar Akabri dengan izin atau tidak mendapat izin. Kalau dengan izin tentunya akan berbeda bobot terhadap kesalahan mereka. Tentang yang kedua mereka dipersalahkan melakukan perploncoan di luar batas kepantasan, ada suatu ketentuan dalam perploncoan bahwa perpeloncoan harus didampingi oleh perwira efektif pengawas. Yang saya tanyakan adakah pada saat itu perwira pengawas tersebut dan apa yang diberikan sebagai petunjuk sewaktu melihat keadaan di luar batas kepantasan. Kiranya dua hal itu bapak berkenan memerintahkan untuk diteliti kembali, saya sebagai komandan resimen taruna tidak perlu diturutsertakan dan saya akan sepenuhnya tunduk pada apapun yang akan diputuskan oleh sidang Dewan Akademi. Semoga Bapak berkenan mendengarkan ungkapan isi hati saya”. Kami bersyukur mendapat seorang gubernur yang adalah seorang komandan, seorang yang tahu lapangan. Rupanya beliau memahami posisi kami dan menerima dengan baik usul kami. Beliau memerintahkan pada staf untuk membuat tim kecil untuk meneliti dua hal yang kami ajukan, dan rapat yang dilakukan malam hari di skors dua jam. Pada

Page 88: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN80

saat rapat di skors kami pergi ke kamar kecil, kebetulan gubernur juga menuju ke kamar kecil dan beliau sempat menegur kami sebagai berikut : ”Pak Marno… Pak Marno kok ucapan Bapak seperti pengacara saja?”. Kami menjawab : “Pak, saya hanya mau menerapkan apa yang saya peroleh dalam pelajaran saya di sekolah tentara menjadi seorang perwira, di dalam pelajaran yang saya dapatkan, bahwa kita sebagai komandan harus menpunyai keberanian dan ketegaran untuk menghukum anak buah yang salah, tapi kita sebagai komandan juga harus menpunyai keberanian dan ketegaran dalam membela anak buah yang benar. Jadi, prinsip itulah yang saya bawa dan terapkan. Tidak ada maksud lain”. Beliau rupanya berkenan. Pada saat kembali ke ruangan sidang, karena setelah panitia berhasil menyimpulkan penelitiannya untuk dilaporkan pada gubernur, lalu diadakan pembahasan Dewan Akademi, dan akhirnya diputuskan oleh gubernur bahwa keempat pemimpin korp taruna itu tidak jadi dipecat tetapi hanya diturunkan pangkatnya dan mereka tetap bisa melanjutkan pendidikannya.

Betapa kami bersyukur dan ternyata dari keempat korp pemimpin taruna itu ternyata dua orang sekarang sudah menjadi perwira tinggi, bahkan komandan korp tarunanya (AI) bahkan sudah berpangkat bintang dua dan mendapatkan posisi yang terhormat. Yang kami lakukan ini dalam rangka ingin melaksanakan kewajiban saya sebagai seorang komandan resimen taruna yang kami pegang harus berani mengambil resiko dan bertanggung jawab dalam rangka memberi masukan pada pemimpin.

2. Kejadian kedua yang ingin kami kemukakan adalah yang terjadi pada seorang taruna tingkat dua yang diajukan oleh tim ahli kedokteran akademi untuk diberhentikan kedudukannya sebagai taruna karena didapati ada leeuwater dilututnya (cairan dilutut) dan menurut tim ahli kedokteran akademi tidak dapat disembuhkan dan akan mengganggu ia dalam rangka ia menjadi perwira dan disarankan untuk di berhentikan.

Page 89: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 81

Gubernur sekali lagi menanyakan pendapat sidang dewan akademi yang lagi-lagi menanggapi usul dari tim ahli kedokteran dengan persetujuan pemecatan. Kami menyampaikan hal berikut kepada Bapak Gubernur : “Bapak Gubernur dan sidang akademi yang saya hormati, saya tidak mengenal taruna ini, baik orang tuanya maupun siapa dia secara pribadi, tetapi saya hanya mengamati ia sebagai taruna, dapat saya laporkan bahwa sangat langka melihat seorang yang mempunyai semangat keprajuritan yang sedemikian tingginya, sehingga saya berpikir bahwa mencari orang sehat itu banyak, tetapi mencari orang yang berusaha untuk sehat dalam rangka menjadi prajurit secara gigih itu sulit ditemukan. Untuk itu saya mengajukan dalam sidang dewan akademi, agar taruna ini diberi kesempatan untuk mendapatkan second opinion di rumah sakit Jakarta. Dengan catatan kalau tim kedokteran dari rumah sakit Jakarta juga berpendapat sama dengan tim kedokteran Magelang, saya sepenuhnya menyesuaikan dengan keputusan gubernur”. Alhamdulillah gubernur berkenan menerima usul kami, walaupun sebelumnya ada protes dari staf khusus gubernur yang menyatakan sebagai berikut : “Pak Marno, apa Bapak merencanakan untuk mendirikan korp perwira cacat?” Kami yang sebenarnya agak tersinggung mengatakan : “jangan kita terlalu bicara cacat dan sehat. Mari kita ingat panglima besar Sudirman yang tidak bisa digolongkan sebagai orang sehat tetapi beliau menyelamatkan negara dan bangsa dan menjadikan TNI satu-satunya asset yang utuh di lingkungan Republik Indonesia”.

Dapat kami sampaikan bahwa taruna dengan inisial RR yang mendapat persetujuan untuk melanjutkan pendidikan di akademi telah lulus dan mengakhiri tugas di TNI AD dengan pangkat jenderal bintang empat.

Ada banyak lagi yang dapat kami sampaikan, tetapi kiranya dengan dua contoh tersebut menunjukan bahwa dari landasan fundamental dan landasan operasional yang kaitannya dengan pemimpin berkarakter, dari 2 contoh ini bisa dilihat

Page 90: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN82

bahwa baik Gubernur sebagai pemimpin maupun komandan resimen taruna sebagai pembantu gubernur, keduanya mampu menerapkan prinsip menepis A B S dan inilah dalam rangka melanjutkan kehidupan berbangsa dan bernegara harus bisa mulai diwujudkan. Kami bersyukur dapat melaksanakan itu dan kami anggap sesuatu yang memang sewajarnya kami lakukan, tetapi kami yang lebih bersyukur mendapat seorang pemimpin, seorang Gubernur yang menunjukkan kepemimpinan seorang komandan yang sangat menguasai kondisi prajuritnya di lapangan dan memberikan kesempatan pada anak buahnya untuk menyatakan pendapat secara terbuka.

Pengalaman PribadiBapak Mayjen TNI (Purn) Santo Budiono :

Memegang prinsip, siap menanggung resiko keluar dari dinas militer

Suatu hari di Pusat Pendidikan Perhubungan Angkatan Darat Cimahi sekitar tahun 1973, terjadi musibah dimana salah seorang perwira siswa Suslapa andalan terlibat dalam kasus perselingkuhan dengan seorang isteri seorang perwira pertama tetangganya. Kode Etik Kehormatan Pendidikan, dalam kasus semacam ini mengharuskan perwira siswa yang bersangkutan dikeluarkan dari Pendidikan, demikian prinsip yang dipegang oleh Komandan Sekolah Mayor Chb Santo Budiono.

Apalagi institusi pendidikan yang bersangkutan telah mencanangkan diri sebagai Sekolah I dengan predikat “KAMI YANG TERBAIK”. Pihak pimpinan Corps Perhubungan Angkatan Darat berusaha untuk mempertahankan perwira siswa tersebut untuk tetap dapat melanjutkan pendidikan, karena diandalkan sebagai perwira tehnik yang sangat baik. Dalam sidang khusus di DitHubad Jakarta, pimpinan menguraikan tentang diperlukannya perwira tehnik yang handal bagi pengembangan Corps, sehingga perlunya siswa tersebut untuk dipertahankan guna meneruskan pendidikan Suslapanya.

Page 91: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 83

Komandan Sekolah menguraikan bahwa tindakan perwira siswa yang bersangkutan telah menodai kehormatan diri dan Kode Kehormatan Pendidikan, oleh sebab menyarankan agar perwira siswa tersebut segera dibebas tugaskan dari pendidikan. Kehendak untuk mempertahankan Perwira tersebut masih kuat sehingga Komandan Sekolah menyatakan bahwa apabila itu merupakan keputusan pimpinan, dia akan patuh, tetapi bila itu dilaksanakan demi kehormatan pendidikan sang Dan Sekolah menyatakan akan segera meletakkan jabatan dan mengundurkan diri dari Dinas Tentara. Suatu keputusan yang beresiko.

Suatu keputusan yang sangat berat bagi Dan Sekolah karena kecintaannya kepada kehidupan ketentaraan, namun prinsip kehormatan harus dipertahankan dengan resiko dan pengorbanan. Ada perasaan sedih dan bangga bercampur menjadi satu, disamping kekhawatiran tentang masa depan keluarganya.

Tiga bulan setelah berlalu, Direktur Perhubungan Angkatan Darat, datang ke Cimahi memanggil sang Dan Sekolah, beliau berbicara banyak dengan nada tinggi, sang Dan Sekolah mendengarkan dengan seksama. Kemudian DirHubad berkata : “Santo, kau kira aku marah?”. Santo menjawab : “Ya bapak marah”. DirHubad menjawab kembali : “Tidak aku tidak marah, kalau seandainya aku pada posisimu, aku juga bertindak yang serupa”. Terasa dunia menjadi terang benderang, ternyata selain perkiraan cepat tersebut benar, dan dengan kehendak Allah kami masih dapat meniti jenjang karier militer sampai akhir.

Mengundurkan diri dari jabatan Dirjen Perhubungan Darat

Terjadi dua kecelakaan Kereta Api berturut-turut dalam jangka waktu 8 hari tahun 2001, pemberitaan media massa sangat intens menyudutkan Departemen Perhubungan. Masa itu masih dalam masa krisis, sangat pencurian alat peralatan pengamanan K.A, antara trafo sinyal, kabel sinyal sepanjang rel K.A, alat peralatan dalam kereta seperti lampu, kran, meja, dinding kamar mandi dari alumunium, rem bock pada roda

Page 92: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN84

KA dan seterusnya yang antara menjadi penyebab terjadinya kecelakaan selain human error petugas KA.

Pada saat Dirjen Hub Darat melakukan audiensi ke Menteri Perhubungan, yang dikatakan sebelum menjabat adalah : “pertama, Bapak Menteri saya akan bekerja keras membantu Bapak. Kedua, saya akan bekerja professional. Ketiga, saya tidak akan mencuri. Bila Bapak menganggap saya tidak professional hari ini, maka hari ini juga saya akan mengundurkan diri”. Dan hal tersebut saya utarakan kepada tiga menteri yang menjadi atasan saya selama bertugas di Dep Hub yaitu Menteri Haryono Danutirto, Menteri Sugiri dan Menteri Agum Gumelar.

Kejadian diatas membuat saya selaku Dirjen Hub Darat merasa memiliki “Tanggung Jawab Moral” atas peristiwa kecelakaan diatas, sebab sebenarnya P.T Kereta Api bukan dibawah Dep Hub atau Ditjen Hub Darat, akan tetapi secara langsung berada dalam herarki Menteri BUMN. Tetapi saya merasakan dan dapat membaca adanya “suasana keadilan masyarakat”, berdasarkan pengalaman yang lalu bahwa masyarakat minta korban, minta pertanggungan jawab. Malam sebelum pengunduran diri saya berdoa mohon kekuatan Allah, dan berbicara dengan keluarga.

Puluhan wartawan media cetak dan televisi sudah memenuhi ruangan “Konperensi Pers minta penjelasan Menhub Agum Gumelar atas kecelakaan tersebut”. Sebelum konperensi pers dimulai saya menghadap Menhub, memberi hormat dengan correct secara militer dan mengatakan : “Bapak Menteri saya mengundurkan diri”. Pak Agum menjawab : “Pak Santo Jangan”. Lalu saya jelaskan dengan singkat pengalaman dan instuisi saya dalam hal ini, dan Pak Agum bisa memahaminya.

Pada saat Bapak Menhub sudah duduk ditengah kerumunan wartawan, sebelum para wartawan mulai dengan pertanyaan, saya langsung mengarahkan pandangan ke Bapak Menhub dan menyatakan : “Bapak Menteri dengan ini saya menyatakan mengundurkan diri dari jabatan Dirjen Perhubungan Darat sebagai pertanggunganjawab moral atas terjadinya kecelakaan akhir-akhir ini”. Diluar dugaan perhatian wartawan langsung

Page 93: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 85

beralih dari masalah kecelakaan kepada peristiwa pengunduran diri Dirjen Hub Darat, dan secara kebetulan tanpa ada koordinasi Direktur Utama PT K.A Bapak Eddy Haryoto juga mengundurkan diri dari jabatannya.

Saya merasa bangga karena dapat memenuhi komitmen meski dengan pengorbanan, lebih-lebih isteri dan anak-anak saya sangat mendukung tindakan ayahnya.

Kalau dua contoh ini terjadi di tahun 1970, 1973 dan di tahun 2001, maka semoga kita sekarang di tahun 2011 dan kedepan lebih meyakini bahwa suatu mata rantai komando dari atas sampai dengan bawah perlu di tempati oleh para pejabat yang berkarakter kuat, mulia, dan terpuji. Inilah yang akan menyelamatkan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kembali berbicara tentang berfungsinya kepemimpinan nasional, kami seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia harus bisa membantu Presiden. Memang sinyalmen dari Mendagri maupun Bapak Presiden tentang kinerja pembantu dan assistennya tidak ada jalan lain kecuali harus diselesaikan, walaupun tetap harus arif dan bijaksana, tetapi harus tuntas.

Dalam menghadapi pembentukan kabinet Indonesia bersatu tahaf ke-2 beliau mengambil tindakan tentang hal ini dengan menunjuk Prof. Dr. Ir. M. Nuh khusus sebagai Mendiknas dengan tugas khusus untuk menggulirkan pendidikan karakter dalam rangka membangun budaya dan peradaban bangsa dan ditambah Bapak Prof. Dr. Fasli Jalal, P.Hd sebagai wakil Mendiknas. Kita patut bersyukur mempunyai Mendiknas yang secara tanggap segera menggulirkan pendidikan karakter, sehingga isu pendidikan karakter dalam waktu yang tidak terlalu lama menjadi isu nasional. Kita juga patut menaruh harapan karena kemudian secara konsisten Presiden melakukan pidato-pidato yang menggulirkan pembangunan karakter.

Pada tanggal 11 Mei 2011 pada peringatan puncak hari pendidikan nasional beliau menggulirkan pencanangan dimulainya Pendidikan karakter dalam pendidikan nasional dengan mengungkapkan : “ Upaya pendidikan karakter ini merupakan upaya yang besar yang harus kita lakukan

Page 94: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN86

dan merupakan tanggung jawab kita bersama, tidak hanya Kemendiknas tetapi kerja sama meliputi pemerintah dan segenap lapisan masyarakat”.

Pidato pencanangan di mulainya pendidikan karakter harus dimaknai sebagai suatu pidato yang sangat strategis dan mengandung nilai sejarah, karena membuka pintu dan peluang emas untuk bangsa kita bangkit dari keterpurukan. Kemudian dengan konsisten, tetapi dengan gaya dan caranya sendiri Presiden RI ke-6 mengakomodasikan suatu program yang selama ini terabaikan. Bagi teman yang secara apriori sudah tidak lagi percaya dengan kepemimpinan Presiden RI, mungkin tidak senang mendengar uraian ini, tetapi ini adalah fakta yang secara nyata sedang bergulir, sehingga kalau kita semua rakyat Indonesia mau dan bisa mengingatkan dan membantu pemerintah, Presidennya akan lebih bisa memimpin upaya pembangunan karakter yang harus meliputi pada segenap bangsa secara utuh, menyeluruh dan terpadu, melalui pendidikan baik informal maupun nonformal.

Memang mengatasi ekonomi, hukum, mafia dan kecarutmarutan mutlak harus dilakukan, karena ini tergolong masalah-masalah bersifat urgent, tetapi kita tidak bisa menangguhkan apa lagi melupakan yang bersifat important yaitu menyiapkan manusianya, sehingga apa yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini terlebih kalau dibantu oleh para menteri dan penasehatnya dengan baik, maka pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono ini telah melakukan dengan benar yaitu melakukan hal yang urgent dan important secara bersamaan. Kalau ini dilakukan dengan segala kesungguhan, maka pada tahun 2014 kondisi akan lebih kondusif untuk melanjutkan pembangunan nasionalnya dan akan mantap pendidikan karakter dan jatidirinya sebagai bangsa yang adalah Pancasila.

Untuk secara bersama meningkatkan apa yang sedang bergulir, maka ini adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan kehidupan berbangsa dan bernegara sebelum kita bicara bangsa ini menjadi bangsa yang maju, besar dan jaya. Semoga dengan kepala dingin tekad yang membara kita wujudkan bersama upaya pendidikan karakter yang sementara ini digulirkan untuk

Page 95: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 87

pendidikan formal dapat pula diluaskan untuk menjangkau pembangunan karakter untuk seluruh rakyat, masyarakat dan bangsa secara utuh, menyeluruh dan terpadu. Untuk itu maka bagi yang sudah berada dalam posisi yang berfungsi sebagai pembantu, asisten, terlebih sebagai seorang pengambil keputusan sulit dibayangkan kalau masing-masing tidak secara proaktif mencoba melakukan introspeksi, lalu mencoba membangun karakternya yang sebaik mungkin. Memang karakter tidak cukup untuk sekedar di ketahui, dimengerti, apalagi hanya diucapkan. Karakter itu harus diarsakan dan diwujudkan dalam kenyataan, kita selalu berbuat kebajikan dalam rangka menolong orang lain yang kita lakukan secara terus menerus dan menjadi teladan.

Pendidikan karakter yang sedang mulai digulirkan oleh Presiden RI baru akan menghasilkan anak didik dalam 20-25 tahun mendatang. Sedangkan masalah tetap eksisnya negara RI tergantung pada semua yang sekarang berusia dewasa, terlebih yang secara formal menjabat, baik rendah, menengah maupun tinggi untuk mau berusaha memperbaiki diri masing-masing untuk bisa menjadi seorang pejabat yang berkarakter. NKRI sulit dipertahankan eksistensinya kalau tidak segera diupayakan, untuk setiap pejabat menjadi pejabat dan pemimpin yang berkarakter dan melalui program membangun karakter dan jatidiri bangsa kiranya setiap individu anak bang baik wanita maupun pria akan bisa menjadi individu anak bangsa baik wanita maupun pria yang berkarakter.

Melalui program yang dilancarkan oleh Presiden RI ke 6 ini, sudah saatnyakita betul-betul melihat pada diri kita masing-masing, apakah kita tidak termasuk orang yang secara langsung atau tidak langsung turut menjadi penyebab keterpurukan bangsa. Tekad dan disertai hasrat untuk berubah mutlak diperlukan dan saya yakin hal ini bisa diwujudkan, sehingga dengan demikian secara pribadi kita secara nyata membantu Presiden dan pemerintah menjadikan program membangun karakter dan jatidiri bangsa mewujud secara nyata. Jadi, keberadaan hari depan bangsa ini berada sejauh mana kita mewujudkan secara nyata tekad dan hasrat untuk berubah menjadi seorang yang berkarakter, terlebih sebagai seorang pemimpin yang berkarakter.

Page 96: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN88

B 1. HARAPAN PADA HUT KE 66 NKRI 17 AGUSTUS 2011

Founding fathers mengawali pembangunan Negara dan Bangsa Indonesia dengan menggulirkan nation & character building dengan ditambahkan ungkapan Bung Karno yang menyatakan bahwa : “Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter (Character Building) karena Character Building inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, megah, jaya , sejatera dan bermartabat. Kalau Character Building ini tidak dilakukan, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli”. Nation building yang akan dibangun akan bertumpu pada character building yang mendahuluinya, sehingga akan dapat menampilkan identitas kita sebagai bangsa dan negara.

2. Demam Berkarakter yang Sedang Bergulir

Pencanangan diawalinya pendidikan karakter dalam pendidikan nasional yang oleh Mendiknas beserta jajarannya secara tanggap ditindaklanjuti, mendapat respons yang sangat positif dari seluruh lapisan masyarakat. Rupanya masyarakat memang sudah menunggu lama adanya program ini, karena secara sadar atau tidak sadar mereka merasakan bahwa kecarutmarutan yang sedang dialami ini adalah akibat terabaikannya pembangunan karakter pada umumnya dan pendidikan karakter dalam pendidikan nasional pada khususnya. UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional berbunyi : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan nasional kita yang sebenarnya mempunyai arahan-arahan yang kuat dari Bapak pendidikan bangsa Ki Hajar Dewantara, tetapi dalam pelaksanaannya orientasi

Page 97: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 89

pendidikan kita ternyata menggunakan arah yang salah, dengan mengutamakan orientasinya pada mendahulukan mendapatkan ilmu dan pengetahuan, padahal yang utama dan terutama yaitu pendidikan karakter, ternyata terabaikan yang berakibat pada seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu melunturnya pula pembangunan karakter. Tentang hal ini kita rasakan akibatnya, yaitu kecarutmarutan yang melanda kehidupan berbangsa dan bernegara bersumber pada rapuhnya karakter individu anak bangsa dan meluas pada karakter bangsa.

Sebenarnya terlihat jelas tentang tujuan dan sasaran yang akan dicapai sistem pendidikan nasional, tetapi ternyata hal ini tidak terwujud, karena ternyata kita terlalu mengutamakan pencapaian pengetahuan dan keterampilan saja, sedangkan karakternya sendiri terabaikan. Untuk ini Prof. Dr. Conny Semiawan sebagai komentar menyatakan pentingnya how to-nya antara tujuan dan sasaran atau menurut kami yang sangat terlihat belum ada character buildingnya yang mempertemukan antara tujuan dan sasaran. Di masyarakat sendiri ada beberapa lembaga pendidikan yang memang sudah sejak cukup lama mulai melakukan pendidikan karakter di lingkungannya, sehingga jika dikoordinasikan dengan baik oleh Kemendiknas pendidikan karakter akan bisa lebih memberikan hasil yang nyata yang bergulir dengan lebih cepat dan baik.

Hal ini kami sampikan mengingat karena sudah lebih dari 60 tahun kemendiknas, tidak menangani masalah-maslah yang berkaitan dengan pembangunan karakter, sedangkan pembangunan karakter adalah masalah pembangunan manusia atau hari depan manusia. Jadi kita harus berhati-hati dan jangan terlalu tergesa-gesa melakukannya.

Mendiknas dalam seminar hari pendidikan nasional 02 Mei 2011 yang mengangkat tema : Pendidikan Karakter adalah Pilar Kebangkitan Bangsa dalam kebijaksanaannya menyampaikan pendidikan berbasis karakter; “Mari, Insya Allah digulirkan sebagai gerakan nasional yang melibatkan setiap individu anak bangsa mulai yang berusia dini, tidak saja melalui jalur formal tetapi melalui jalur informal maupun nonformal dan

Page 98: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN90

melibatkan seluruh anak bangsa melalui kehidupan keluarga, agama maupun masyarakat. Untuk itulah sekarang saatnya pemerintah dan rakyat bersatu untuk menjadikan apa yang sedang bergulir ini menjadi sukses dan kita bangsa Indonesia bisa menjadi tidak hanya berkarakter tetapi menjadi bangsa yang berkarakter, cerdas dan produktif”.

Pada tanggal 28 Mei 2011 Kemendiknas bekerjasama dengan Yayasan Jati Diri Bangsa dan beberapa lembaga yang peduli mengenai pendidikan karakter mengadakan seminar nasional Pendidikan Karakter dengan tema ‘Bangsa Berkarakter Kunci Indonesia Bangkit’, disertai dengan peluncuran buku panduan Pendidikan Karakter di Sekolah ; Dari gagasan ke Tindakan. Seminar nasional ini mengajak seluruh lapisan bangsa dan masyarakat termasuk pemerintah untuk mau lebih menyadari, dan meyakini bahwa hanya bangsa yang berkarakter yang dapat bangkit dari keterpurukan dan mengajak membentuk komitmen untuk mewujudkan pembangunan karakter dan jati diri bangsa secara nyata.

Sejak pencanangan diawalinya pendidikan karakter dan dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan yang ada, media massa termasuk cetak, elektronik dan televisi ternyata sudah mulai turut menggemakan bahwa diperlukannya bangsa Indonesia ini dalam memperbaiki situasi dan kondisi dimana ia berada adalah dengan memberikan perhatian utamanya pada program membangun karakter.

Catatan : Di dalam jurnal negarawan sudah ada tiga tulisan kami mengenai pembangunan karakter yang bisa dijadikan referensi, yaitu pada edisi ke-15 bulan Februari 2010 dengan judul : “Jati Diri, Karakter, dan Jatidiri Bangsa”, pada edisi ke-18 bulan November 2010 dengan judul : “Knowledge is Power, Character is More”. pada edisi ke-19 bulan Februari 2011 dengan judul : “Bangsa Berkarakter Kunci Indonesia Bangkit”.

Rupanya sosialisasi yang walaupun tidak diprogramkan secara terencana oleh pemerintah cukup memberikan dampak yang kita mulai amati dan rasakan. Yang jelas di lingkungan

Page 99: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 91

pendidikan, demam tentang memahami arti dan peran penting karakter dan berkarakter mulai bergulir. Bahkan apa yang dihasilkan dari ungkapan oleh keempat tokoh nasional pada 01 Juni 2011 kami rasakan sebagai timbulnya keberanian dan ketegaran mengungkapkan tentang Pancasila secara apa adanya. Hal ini seperti yang telah diungkapkan di atas, merupakan ungkapan-ungkapan berkarakter, tetapi baru akan merupakan tindakan berkarakter kalau diwujudkan secara nyata.

Untuk itu maka mudah-mudahan bangsa Indonesia yang selama ini juga tidak terlalu memperhatikan tentang pentingnya pembangunan karakter, dalam situasi dan kondisi sekarang ini mulai tergerak hatinya untuk menerapkan ini dimulai dari diri masing-masing baik sebagai pemimpin, para pembantu maupun anak buah.

Memahami dan memupuk arti karakter dan berkarakter1.

Founding Fathers telah mencontohkan betapa dengan modal semangat dan karakter mereka mampu melahirkan NKRI pada 17 Agutus 1945. Sekarang kita, generasi yang ada dan yang akan ada ini pada usia NKRI menjelang usia ke 66 tahun dan berada di ujung tanduk, kiranya sekarang mau dan mampu memupuk semangat dan karakter. Untuk HUT yang ke-66 selayaknya kita nyatakan tekad bersama untuk bangsa Indonesia bisa bangkit dari keterpurukan dan mampu menjaga paling tidak eksistensi bangsa dan negara, sebelum selanjutnya berusaha melangkah menjadi negara yang besar, megah, jaya , sejatera dan bermartabat.

Berbicara tentang karakter. Selama ini kita kalau menggunakan kata karakter hanya dikaitkan dengan ahlak mulia, moral, etika, sopan santun, budi pekerti, budaya dan peradaban yang ini semua memang tidak salah, karena kata sifat ini merupakan bagian dari penampilan karakter.

Secara ekstrim dapat saya katakan bahwa orang yang baik saja belum tentu bisa dikatakan sebagai orang sudah memiliki karakter, tetapi orang berkarakter sudah tentu orang baik. Banyak orang yang belum terlalu menyadari bahwa karakter

Page 100: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN92

itu harus dibangun dan dibentuk, dan tidak akan datang dengan sendirinya. Karena orang belum memahami betul arti, fungsi dan makna karakter, maka banyak orang yang belum mengkonsentrasikan pada dirinya untuk mau membangun karakternya. Karakter memang harus dibangun dan dibentuk sedini mungkin dan akan terus dibina sepanjang hayat karena Character building is e never ending process.

Untuk itu bagi kita yang sekarang mungkin berumur 18 tahun ke atas, kebanyakan hidup dalam kondisi pembangunan karakter di Indonesia yang terabaikan. Akibatnya adalah ia mungkin belum merasakan upaya pembangunan karakter dan terpolusi dengan keadaan yang ada. Itulah maka betapa maraknya budaya ABS, korupsi, dan lain-lain. Perbuatan tercela itu diakibatkan oleh tidak dimilikinya karakter yang kuat, mulia dan terpuji.

Karakter kita akan terbentuk melalui kebiasaan- kebiasaan yang kita lakukan terhadap nilai-nilai moral yang kita pilih menjadi sifat kita yang hakiki. Misalnya kejujuran, dengan kita membiasakan berkata, bersikap, berbuat jujur, maka akan menjadi orang yang jujur. Demikian pula keterbukaan, karena kita biasakan dan hati kita bersih, maka akan menjadi orang yang terbuka.

Kalau karakter kita terbentuk, ini yang banyak orang tidak sadari , maka akan timbul suatu daya dorong dari dalam keluar (inside out) yang akan menuntun, membimbing dan menggerakan pemikiran, sikap dan perilaku kita untuk tampil dengan menampilkan kebaikan yang diwujud nyatakan dalam suatu kebajikan untuk orang lain. Ini sesuai dengan definisi yang diberikan oleh:

Sigmund Freud (1856-1939) :

“Character is a striving sistem which underly behaviour”,

Karakter merupakan suatu sistem daya dorong, yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku.

Page 101: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 93

Imam Ghozali (1058-1111):

Karakter di agama islam adalah ahlak. Ahlak adalah merupakan sifat yang tertanam / menghunjam secara tajam di

dalam jiwa kita & dengan memiliki sifat itu seseorang secara spontan dapat dengan mudah memancarkan sikap, tindakan

dan perbuatan.

YJDB :

Karakter suatu sifat yang terwujud melalui adanya perpaduan antara internalisasi nilai-nilai moral dari luar ke dalam

dengan aktualisasi sifat-sifat dasar yang bersifat potensi yang diberikan Tuhan pada manusia. Mewujud melalui pembiasaan

kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam apa yang disebut KARAKTER. Karakter mewujud dalam suatu bentuk daya

dorong/daya juang dari dalam keluar yang akan menuntun pemikiran, sikap, tindakan dan perilaku berbuat baik dan

tampil terpuji yang mengandung kebajikan secara konsisten untuk dirinya sendiri dan orang lain.

Jadi, kembali pada seorang yang baik yang belum tentu berkarakter, maka orang yang baik seperti berakhlakul karimah, berbudi pekerti, ramah tamah, sopan santun itu menggolongkan dia sebagai orang baik. Dia baru dikatakan orang yang berkarakter, kalau kebaikan yang dimilikinya ditampilkan dalam suatu tindakan kebajikan yang nyata dan dilakukan secara konsisten untuk orang lain.

Dengan demikian kita bisa catat bahwa orang membangun karakternya akan selalu dapat dorongan dari dalam berupa tuntunan dalam sikap dan perilakunya untuk selalu tampil mewujudkan kebaikan dan kebajikan yang nyata untuk kepentingan orang lain dan secara terus menerus. Dengan demikian maka orang yang tidak membangun karakternya yang bisa disebut orang itu menjadi orang yang tidak berkarakter atau berkarakter buruk atau lemah, sehingga orang ini tidak bisa menikmati daya dorong yang diberikan karakter yang akan menuntun pemikiran, sikap dan perilakunya untuk selalu tampil dengan menampilkan kebajikan.

Page 102: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN94

Dengan tidak adanya karakter yang akan mendorong kita berbuat suatu kebajikan, maka kekosongan tentang karakter tadi akan digantikan oleh hawa nafsu bahkan mungkin dorongan setan, yang akan menuntun orang tadi berbuat sesuatu yang menimbulkan kemudaratan.

Mengapa pembangunan karakter di sekolah memberikan orientasinya pada pendidikan karakter dengan tidak mengurangi upaya memberikan pengetahuan dan keterampilan sebaik mungkin? Jawabannya adalah karena pengetahuan dan keterampilan akan hanya baru mempunyai makna jika penggunaannya didorong oleh karakter yang kuat, mulia dan terpuji, sehingga selalu menghasilkan orang tampil baik dan menampilkan kebajikan.

Maraknya korupsi di negara kita, karena pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan di sekolah bahkan kebaikan yang diajarkan oleh agama, tidak ada karakter yang menuntun, maka hal yang sangat menyedihkan terjadi, misalnya para koruptor biasanya berpendidikan dan mempunyai status kehidupan yang cukup baik dan beragama, tetapi tega menghancurleburkan nasib isteri dan anak-anaknya yang tidak berdosa. Disini kita lihat juga bahwa ternyata pendidikan di negara kita lebih mengutamakan pengetahuan dan keterampilan dan selama ini mengabaikan pendidikan karakternya. Demikian juga pendidikan agama di negara kita baru lebih menekankan menjadi orang baik, tetapi belum menuntun bagaimana menjadi orang yang berkarakter untuk menjadi orang yang bertakwa.

Kalau kita ikuti resume pendek tentang karakter ini, maka apa yang kita jalankan sekarang adalah sudah benar yaitu mengawali pembangunan karakter dalam pendidikan nasional, tetapi harus segera dilanjutkan dengan pembangunan karakter yang mencakup pendidikan karakter untuk seluruh bangsa dan rakyat serta masyarakat secara utuh, menyeluruh dan terpadu. Semoga dengan resume tentang karakter ini kita lebih memperkuat mereka yang sudah mulai tergerak hatinya untuk memperbaiki karakternya masing-masing. Untuk mereka yang berumur 18 tahun ke atas harus berani melakukan introspeksi,

Page 103: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 95

berani menemukenali dirinya, menemukan kembali jati diri atau fitrahnya, lalu membangun kembali jati dirinya yang tidak lain adalah sama dengan membangun karakternya kembali.

Untuk kelompok ini kami menawarkan rumus 5 + 3 + 3 dalam rangka membangun karakternya kembali, yang artinya 5 sikap dasar + 3 syarat + 3 cara. Lima (5) sikap dasar yang merupakan langkah awal seseorang untuk membangun jati diri (karakter)-nya, yaitu :

Jujur, 1. Terbuka, 2. Berani mengambil risiko dan bertanggung jawab, 3. Komitmen dan 4. Mampu Berbagi (5. sharing).

Sebagai pelengkap 5 (lima) sikap dasar tadi adalah 3 (tiga) kata kunci sebagai syaratnya, yaitu:

Nawaitu (perlunya 1. Bismillah untuk mengawali setiap tindakan), Memohon Perkenan Tuhan (2. Insya Allah), dan Bersyukur atas semua yang diberikan pada kita 3. (Alhamdulillah).

Untuk melengkapi tiga syarat, perlu adanya 3 (tiga) cara untuk menjadi suatu keutuhan yang merupakan kunci keberhasilan, yaitu :

Beribadah, karena hakekat ibadah adalah tuntunan pada 1. diri kita untuk melakukan perubahan, yang artinya kalau kita sudah berdo’a kita harus menuntun diri kita dan mendekatkan diri pada yang kita mohon. Contoh : kita memohon untuk menjadi seorang yang berkarakter. Untuk itu mulailah kita melakukan kebiasaan-kebiasaan, misalnya 5 sikap dasar untuk betul- betul menjadi nilai intrinsic kita, sehingga sekarang kita tahu dan mengerti arti 5 sikap dasar, tapi kita melangkah untuk niat mewujudkannya disambung dengan cara yang ke dua yaitu :

Page 104: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN96

Mewujudkan Perubahan, dengan memegang anugerah 2. Illahi yang Tuhan berikan pada manusia yaitu dimana yang terpenting adalah kebebasan untuk memilih. Untuk itu kita mempunyai kebebasan untuk menentukan pilihan kita, dalam batas Ridho Tuhan. Dengan demikian tidak ada rintangan untuk mewujudkan perubahan yang kita ingin lakukan. Dengan menentukan pilihan, maka kebiasaan baik yang sedang kita lakukan menjadi diri kita sendiri atau berarti menjadi karakter kita, sehingga kita bisa melangkah ke cara yang ke tiga yaitu menjadi panutan atau teladan.

Memberi Suri Teladan (menjadi Panutan). Kalau kita tampil 3. sebagai teladan atau panutan, kita telah memenuhi amanah Tuhan agar kita sebagai manusia menjadi khalifah di muka bumi dan kita tidak mungkin menjadi khalifah tanpa bisa menjadi panutan.

Kalau rumus 5 + 3 + 3 ini paling tidak kita terapkan pada diri kita masing-masing, terlebih bagi semua mereka yang sudah berada dalam posisi pengambil keputusan baik di bawah, di tengah maupun di atas, maka Insya Allah melalui karakter yang diusahakan ditumbuhkembangkan, kita mulai menikmati daya dorong dari dalam ke luar. Semakin kuat kita membentuk kembali karakter kita, semakin kuat daya dorong yang akan kita dapatkan dari karakter yang kita tumbuh kembangkan. Semoga sekarang kita yakini bahwa karakter tidak sekedar diperlukan, tetapi merupakan sesuatu yang kita butuhkan. Karakter mengantarkan kita dalam mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Page 105: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 97

Bagaimana bentuk tindak lanjut reaktualisasi dan C. revitalisasi Pancasila menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang berkarakter dan siap bangkit dari keterpurukan.

Keterkaitan Pancasila dengan karakter dan membangun 1. karakter

Dari judul kepemimpinan berkarakter mewujudkan reaktualisasi dan revitalisasi Pancasila diharapkan untuk agar melalui suatu kepemimpinan yang berkarakter maka reaktulisasi dan revitalisasi Pancasila akan bisa menghasilkan bangsa Indonesia bangsa yang berkarakter dan siap bangkit dari keterpurukan. Karena selama ini kita telah menyatakan bahwa hanya bangsa yang berkarakter yang akan bisa bangkit dari keterpurukan. Sehingga dengan melalui mewujudkan reaktualisasi dan revitalisasi Pancasila dapat menghasilkan bangsa yang berkarakter. Itulah tujuan penulisan ini.

Untuk kita bisa terhindar dari kesalahan-kesalahan yang pernah membawa pengalaman pahit pada bangsa di zaman orde lama dan orde baru di dalam ketidakberhasilan dalam membangun karakter bangsa, kita coba meneliti kesalahan-kesalahan mana yang perlu kita hindari :

1). Ditungganginya upaya pembangunan karakter oleh faktor politik yang dilakukan dalam hal ini baik pada orde lama maupun orde baru justeru oleh penguasa negara yang langsung dipimpin oleh Presiden. Harus ada sistem yang baik sehingga kepala negara dan penyelenggara Negara dapat dicegah untuk melakukan hal itu. Misalnya dicantumkan secara khusus dalam tugas pengawasan DPR.

2). Program pembangunan karakter pada zaman orde lama belum tersusun secara rapih, segala yang berkaitan dengan nation and character building, sehingga masih merupakan pemikiran yang dilemparkan langsung oleh Presiden RI 1. Untuk itu maka program pembangunan karakter dan membangun jatidiri bangsa (nation and character building) zaman Presiden RI ke 6 harus disusun rapih,

Page 106: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN98

baik orgasisasi, tugas, kewajiban, metoda, substansi dan pentingnya dijaga implementasinya didalam kehidupan berbangsa dan bernegara, karena ini menyangkut tentang kehormatan, harkat dan martabat negara dan bangsa.

3). Menarik pengalaman di zaman orde baru yang menggulirkan melalui program yang disebut P4 yang sangat strategis itu. Perlu dicatat bahwa substansi yang baik bisa tetap dipertahankan, tetapi metode yang dilakukan pada waktu penataran P4 adalah dalam bentuk indoktrinasi, ini bertentangan dengan metode yang dianut dalam character building.

4). Pembangunan karakter adalah menyangkut suatu proses perubahan, maka keberhasilannya hanya akan bisa di dapat jika terkait masalah pemahaman konsepsi yang benar, disertai keterlibatan keteladanan. Tanpa ada keteladanan jangan dharapkan ini akan berhasil. Setelah terjadinya pengalaman pahit dengan ditungganginya Pancasila yang dimanipulasi untuk memenangkan golongan politik tertentu yang menimbulkan trauma tentang masalah P4 yang diselenggarakan Negara di zaman orde baru. Hal ini rupanya sudah mulai teratasi di zaman Presiden RI ke 6, mulai teratasi dengan mulai di akomodasikannya membangun karakter adalah tugas dan kewajiban negara bersama masyarakat.

5). Pembangunan karakter (character building) sekarang telah kita sadari bahwa harus mendahului nation building dalam konteks nation and character building. Pembangunan karakter harus mendahului pembangunan jatidiri bangsa yang sekarang sedang mulai digulirkan oleh pemerintah Presiden RI ke 6.

6). Penyelenggaraan pembangunan karakter dan jatidiri bangsa harus tampak mengambil tempat yang cukup central. Hanya dengan pembangunan karakter dan jatidiri bangsa (nation and character building, termasuk state building) yang baik, bangsa dan negara ini bisa ditumbuhkembangkan sesuai cita-cita yang ada.

Page 107: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 99

7). Untuk itu perlu pengoranisasian dan pengendalian program pembangunan karakter dan jatidiri bangsa langsung dibawah kendali Presiden RI dan keseharian bisa di tangani oleh wakil Presiden. Dalam badan ini di turutsertakan perwakilan dari para kementrian dan khususnya mendiknas dapat ditampilkan sebagai sekretaris badan dan diturutsertakan komponen- komponen wakil masyarakat. Peran pemerintah sangat diperlukan sehingga mengapa ini perlu mendapatkan perhatian khusus Bapak Presiden. Badan ini tidak mungkin diserahkan untuk di ketuai salah satu menko atau badan independen seperti BP7 yang lalu, maupun dititipkan lembaga lain.

Pemikiran tentang ini juga dituliskan oleh Prof. Dr. Yahya A. Muhaimin/ mantan mendiknas dalam suatu makalah dalam saresehan nasional pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa kementerian pendidikan nasional, 14 januari 2010 dengan judul Pembinaan karakter bangsa (Character Building), antara lain sebagai berikut :

Setiap bangsa dalam melakukan dan memelihara pembangunan nasional, bahkan dalam menjaga eksistensinya, menghadapi dua faktor yaitu : yang bersifat struktural dan yang bersifat kultural, yang keduanya saling menopang. Faktor struktural meliputi sistem politik dengan segala elemen dan kesistemannya, atau sistem sosial yang mapan, stabil, legitimate, dan karena itu efektif; sedangkan faktor kultural : berupa nilai-nilai dan tradisi yang tercermin pada cara berpikir, pada state of mind, sikap, mental pada morale (moril atau semangat), pada budi pekerti, karakter yang kuat dan dinamis dari bangsa itu.

Sampai sekarang para ahli masih memperdebatkan faktor mana yang paling menentukan, yang lebih penting ; atau faktor mana yang harus didahulukan dari dua faktor itu dalam melakukan proses pembangunan.

Page 108: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN100

Catatan penulis :

Kami bersama YJDB, para pakar, dan beberapa lembaga yang peduli tentang pembangunan karakter, melalui beberapa seminar dan diskusi telah menyimpulkan dan bersepakat bahwa akar permasalahan bangsa adalah pada manusianya. Manusia Indonesia itu sendiri. Manusia Indonesia tidak bermasalah dengan IQ, otak atau kecerdasannya, tetapi justeru bermasalah adalah yang menyangkut pada hati nurani dimana bersemi karakter dan jatidirinya. Kami juga berpendapat bahwa salah satu paradigma yang kita gunakan adalah knowledge is power, character is more.

Untuk itu maka pendidikan nasional yang sedang digulirkan bersama dengan kemendiknas adalah pendidikan nasional yang berorientasi pada pembangunan karakter atau mendiknas juga menggunakan istilah pendidikan nasional berbasis karakter. Karena kita meyakini bahwa seorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, jika tidak di tuntun dengan dimilikinya karakter yang mulia dan terpuji, maka pengetahuan dan keterampilan itu justeru bisa digunakan yang menghasilkan kemudaratan dan bukan kemaslahatan.

Seperti apa yang banyak ditampilkan oleh cukup banyak individu- individu anak bangsa, termasuk para koruptor maupun seorang pejabat yang tidak dapat memenuhi tugas dan tanggungjawabnya yang di tuntut oleh organisasi. Juga tampil dalam kehidupan politik, dimana masih diragukan partai politik akan berhenti bicara tentang kepentingan partai kalau sudah dihadapkan pada kepentingan bangsa dan Negara.

Tulisan ini akan menitikberatkan pembicaraannya pada masalah karakter atau kepribadian bangsa yang sudah pasti menentukan keberhasilan pembangunan nasional.

Dari perspektif kultural, kita lihat contoh bangsa yang terkenal memiliki karakter yang kuat dan sangat tangguh. Bangsa Rusia misalnya mampu bertahan dan menang melawan kekuatan Napoleon Bonaparte yang waktu itu sangat gagah perkasa. Demikian pula kita bisa melihat bangsa Jepang yang pada

Page 109: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 101

perang dunia-II diluluhlantakkan oleh tentara sekutu (Amerika Serikat) namun tetap tegak tegar dan bahkan bangsa Jepang bangkit kembali secara amat menakjubkan sehingga membuat dunia terpana karena kemakmuran dan kemajuannya di bidang ekonomi serta teknologi. Beberapa pemikir dan pengamat bahkan menyebut fenomena Jepang itu dengan “Japanese Miracle” dan ada juga yang memandangnya dengan penuh keheranan sehingga menyebut Jepang dengan “The Riddle of Japan” ; dan ada juga yang menyebutnya dengan “The Puzzling Japan”, bahkan ada yang memberikan sebutan Jepang dengan “The Misterious East”.

Fenomena yang disebutkan diatas menunjukkan betapa kekuatan karakter, atau kepribadian, atau morale suatu bangsa amat menentukan eksistensi, kemajuan, dan “sustainability” kehidupan bangsa. Karakter dan kepribadian tersebut menancap kuat pada nilai-nilai dan tradisi yang dipegang secara teguh oleh anggota masyarakat.

Bangsa Indonesia dalam banyak hal kelihatan sebagai bangsa yang memiliki karakter kuat, sebagaimana kita saksikan pada masa-masa tatkala mencapai dan mempertahankan kemerdekaan dari penjajah, dari kaum kolonialis-imperalis tempo hari.

Dewasa ini, tatkala bangsa Indonesia sangat membutuhkan suatu kualitas atau pola karakter yang mampu untuk mencapai kemajuan dan melaksanakan serta mempertahankan pembangunan masyarakat yang sudah dicapai selama ini, karakter bangsa Indonesia kelihatan tidak setangguh tempo hari.

Catatan penulis : Demikianlah pendapat Bapak Prof. Dr. Yahya A. Muhaimin yang ternyata memperkuat pemikiran yang selama ini kami kembangkan. Karena dalam tulisan ini kita buktikan bahwa kita sudah berada di jalan yang benar, dimana reaktualisasi Pancasila adalah character building dan revitalisasi Pancasila adalag nation building termasuk state building. Sehingga reaktualisasi dan revitalisasi Pancasila adalah pembangunan karakter dan jatidiri bangsa yang tidak lain adalah Pancasila.

Page 110: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN102

Penyamaan persepsi, posisi dan peran Pancasila2.

Kita perlu menyamakan persepsi tentang posisi peran dan makna dari Pancasila dalam keterkaitannya dengan arti dan peran penting karakter dan berkarakter, pembangunan karakter individu anak bangsa, dan pembangunan karakter dan jatidiri bangsa. Akan terlihat betapa benarnya harapan ditumpukan pada diwujudkannya reaktualisasi dan revitalisasi Pancasila sebagai upaya mengatasi keterpurukan bangsa yang selama ini meluntur pemahaman dan keyakinan terhadap Pancasila, sehingga menyebabkan kita berada dalam kecarutmarutan kehidupan berbangsa dan bernegara, dan menjadikan kondisi kita sudah berada di ujung tanduk, sehingga harus secara nyata menghadapi dan mengatasinya.

Kalau kita mengikuti apa yang disampaikan pemerintah, maka pemerintah dengan kerja keras telah berhasil menjadikan ekonomi makro negara ini membaik, Meningkatnya GNP, mendapatkan kepercayaan asing menyelenggarakan pertemuan-pertemuan international, sehingga mendapat rating tinggi dari luar negeri, dan dalam rangka mengakomodasikan ekonomi yang bergulir positif akan digelar MP3EI.

Anehnya hasil yang juga merupakan fakta, dibarengi dengan kecarutmarutan kehidupan berbangsa dan bernegara dan sangat menunjukan bahwa ini disebabkan oleh rapuhnya karakter individu anak bangsa yang memberi dampak pada melunturnya karakter bangsa yang berakibat memudarnya jatidiri bangsa kita.

Masalah timbul dalam kehidupan berpolitik, yang disebabkan partai politik lebih mendahulukan kepentingan partai dan golongan dan kurang terlihat mendahulukan kepentingan Negara dan bangsa serta belum menunjukkan partai politik hidup dengan memegang prinsip.

Masalah timbul pada mata rantai komando kepemimpinan nasional yang melalui pemilu partai politik memegang peran utama, seperti dalam kenyataan sekarang apa yang di keluhkan Bapak Presiden, bahwa dimana lebih dari 50% pembantunya tidak menjalankan fungsi dengan sebagaimana seharusnya.

Page 111: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 103

Dan di perkuat dengan data yang disampaikan oleh Mendagri, dimana hasil pilkada menunjukkan bupati dan gubernur terpilih bermasalah dengan hukum dan korupsi. Dan ini tampil di dalam kenyataan penyelenggaraan kekuasaan Negara yang menunjukkan bermasalahnya bidang yang meliputi hukum, pengadilan, kejaksaan, kepolisian yang menggulir dalam berbagai mafia, korupsi, kekerasan dan lain-lain, dimana hal inilah yang harus kita secara tegar mengakuinya dan mencoba mencari jalan keluarnya.

Kedua hal pernyataan pemerintah, kondisi nyata bangsa masih di warnai dalam keseharian ; menjeritnya rakyat kecil yang menyatakan sulitnya mencari makan, sulit mencari pekerjaan, sulit mencari keadilan, dibarengi dengan pernyataan para pemuka agama lintas agama yang menyatakan bahwa kita sedang mengalami kebangkrutan moral. Ketiga fakta ini menunjukkan betapa kita sebetulnya hidup dalam kesemuan. Bayangkan keseharian kita lihat mall yang selalu penuh dikunjungi, usaha real estate marak, mobil mewah berkeliaran, orang menunjukkan kekayaannya ditunjukkan dalam kehidupan keseharian, seperti kita sampaikan di dalam bab pengantar. Mari kita sekarang tegar dan mengakui kenyataan ini dan tidak perlu berkilah apalagi menutup nutupi dan lebih baik berpikir optimis, positif, obyektif dan secara nyata mencoba secara bersama mengatasinya. Untuk itulah di dalam mewujudkan reaktualisasi dan revitalisasi Pancasila perlu dikendalikan oleh kepemimpinan yang berkarakter dari semua lapisan kepemimpinan, yang dengan tegar meghadapi situasi dan kondisi, sehingga kepemimpinan berkarakterdari segenap lapisan akan mampu menghadapi dan mengatasi kendala yang bagaimanapun yang mungkin dihadapinya.

Founding Fathers kita memberikan contoh bagaimana pemimpin, pemerintah dan rakyat bersatu dan membuktikan dengan membangun tekad bersama dengan bermodalkan semangat dan karakter menghasilkan Republik Indonesia yang merdeka pada 17 Agustus 1945. Tetapi itu memang terwujud karena dipimpin oleh pemimpin yang berkarakter dan dibantu oleh pembantu-pembantu dan penasehat-penasehat yang

Page 112: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN104

juga berkarakter dan rakyat sampai dengan rakyat kecil juga menampilkan rakyat yang berkarakter.

Sekarang giliran kita generasi yang ada menyelamatkan warisan yang diberikan kepada kita untuk menjaga tetap eksisnya NKRI, sebelum kita berbicara tentang bagaimana menjadikan negara ini menjadi negara yang besar, megah, jaya, sejahtera dan bermartabat. Sudah bukan saatnya lagi untuk berwacana atau berbicara tanpa membuktikan perwujudannya, tetapi dengan tekad dan upaya membangun karakter dimulai dari diri kita masing-masing dengan sungguh-sungguh menjadi seorang berkarakter mewujudkan pemikiran yang sudah baik menjadi kenyataan seperti yang sekarang sedang difokuskan untuk mewujudkan secara nyata reaktualisasi dan revitalisasi Pancasila dengan secara nyata keterlibatan dan keikutsertaan secara langsung, pemimpin, pemerintah dan masyarakat. Diharapkan setiap individunya bisa berusaha tampil berkarakter, sehingga tidak ada alasan apapun yang dapat mencegah mewujudkan reaktualisasi dan revitalisasi Pancasila menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang berkarakter dan secara nyata akan tampil bangkit dari keterpurukannya.

Di bawah kepemimpinan Presiden RI ke 6 yang semoga sudah mampu lebih mantap menampilkan diri sebagai pemimpin yang berkarakter bersama pemerintah dan masyarakat yang berkarakter. Kesempatan itu telah terbuka, adanya sekarang dan bukan besok, lusa atau tahun 2014. Dengan hati yang bersih dan memohon ridho Tuhan, maka sebagai seorang yang berkarakter kita harus yakini bahwa ini akan bisa diwujudkan. Insya Allah.

Didalam pengantar sudah kita cantumkan betapa aklamasi tentang diperlukannya melakukan reaktualisasi dan revitalisasi Pancasila benar-benar perlu diwujudkan secara nyata menjadi harapan dan tumpuan seluruh bangsa, rakyat dan masyarakatnya. Maka yang disampaikan Presiden RI pada hari pencanangan diawalinya pendidikan karakter di pendidikan nasional merupakan pekerjaan besar, dimana pemerintah harus bekerjasama dengan segenap lapisan masyarakat untuk menindaklanjuti program pendidikan karakter menjadi program

Page 113: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 105

membangun karakter dan jatidiri bangsa yang tidak lain adalah Pancasila, dengan melakukan reaktualisasi dan revitalisasi Pancasila bisa untuk diwujudkan secara nyata. Mari kita mencoba memahaminya secara mendalam, sehingga kita benar-benar yakin pada waktu mewujudkannya.

Memahami secara lebih mendalam Pancasila dalam 3. implementasinya yang memancar sebagai nilai-nilai karakter bangsa dan tampil sebagai jatidiri bangsa.

Mari saya ajak bersama mengenang kembali dimana founding fathers kita menggulirkan gerakan kebangkitan nasional pada tahun 1908 melalui dilahirkannya kegiatan Boedi Oetomo yang selanjutnya pada tanggal 28 Oktober 1928 founding fathers kita mampu menyelenggarakan hari Sumpah Pemuda dan menghasilkan suatu deklarasi yang menyatakan satunya tanah air, satunya bangsa dan satunya bahasa, yaitu bahasa Indonesia. Masih dalam iklim penjajahan, founding fathers kita mampu mendirikan suatu bangsa di zaman penjajahan. Pemuda Indonesia berbondong-bondong dari seluruh penjuru nusantara, dengan menyebut dirinya jong Sumatra, jong java, jong Maluku, jong papua, jong manado, jong Kalimantan, dan lain-lain, dimana mereka datang berbondong-bondong ke Jakarta untuk menghadiri dan menyatakan deklarasi Sumpah Pemuda, walaupun pada saat itu dalam kondisi masih sulitnya transportasi dan komunikasi.

Pada hari Sumpah Pemuda itu diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya, yang di ciptakan oleh almarhum WR. Supratman. Pemuda yang datang berbondong-bondong ke Jakarta itu menunjukkan adanya semangat dan karakter, sehingga mereka tergerak untuk secara bersama melaksanakan karya agung pada saat Sumpah Pemuda itu. Ini menunjukkan bahwa seluruh pemuda di nusantara telah digerakkan oleh nilai-nilai luhur budaya bangsa yang hidup didalam kehidupan nyata di bumi pertiwi nusantara kita, yang secara cermat dan cerdas dirumuskan dalam apa yang kita kenal sebagai Pancasila. Sehingga pidato Bung Karno pada tanggal 01 Juni 1945, yang juga sering dimaknai sebagai peringatan hari kelahiran Pancasila.

Page 114: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN106

Dengan demikian maka nilai-nilai Pancasila yang memancar sebagai nilai-nilai karakter bangsa menampilkan Pancasila sebagai jatidiri bangsa. Nilai-nilai pancasila inilah yang memang telah hidup didalam kehidupan di segenap penghuni nusantara, merupakan daya dorong dan daya juang untuk menyatakan kesepahamannya untuk secara bersama membentuk bangsa yaitu bangsa Indonesia dan membentuk karakternya.

Pancasila yang merupakan nilai-nilai karakter bangsa inilah yang memberikan tekad, semangat, daya dorong dan daya juang yang tidak kenal menyerah, sehingga menghasilkan Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Pancasila inilah yang merupakan sumber inspirasi yang melahirkan 3 pilar penunjang jatidiri bangsa. Sedangkan 3 pilar yang menunjang ini mewujud dalam NKRI, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika. Kalau Pancasila sebagai sumber inspirasi dan kekuatan yang melahirkan 3 pilar juga akan kita sebut sebagai pilar, maka kita menjadi mengenal 4 pilar yang menunjang jatidiri bangsa, tetapi Pancasila sebetulnya lebih tepat disebut sebagai yang justeru melahirkan 3 pilar penunjang jatidiri bangsa.

Untuk memberi kejelasan tentang arti, fungsi dan peran jatidiri bangsa dapat dijelaskan sebagai berikut : jatidiri bangsa merupakan tampilan yang mencerminkan dengan adanya pancaran karakter bangsa. Jadi kalau karakter bangsa meredup, maka meredup pulalah jatidiri bangsa kita.

Jatidiri bangsa mempunyai 3 fungsi :Sebagai tanda keberadaan atau tanda eksistensinya. 1. Jadi suatu bangsa tidak akan eksis tanpa menampilkan jatidirinya sebagai suatu bangsa.Sebagai tanda kekuatan, kemampuan dan ketahanan yang 2. juga mencerminkan kedewasaanya. Dalam kontek bangsa Indonesia, fungsi kedua ini dapat ditampilkan dalam bentuk ketahanan nasional Indonesia.Sebagai pembeda dari Negara lain di dunia. kalau di 3. depan dalam membangun negara atau bangsa kita mengenal diperlukannya pembangunan manusianya (sistem kultural) dan kedua pembangunan kesistemannya

Page 115: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 107

(sistem struktural), maka fungsi pertama dan ketiga adalah pembangunan sistem kulturalnya atau character building, sedangkan fungsi keduanya mendasarkan pada nation building membangun sistem strukturalnya, termasuk state building atau dalam bahasa Indonesia kita sebut pembangunan jatidiri bangsa.

Mudah-mudahan sekarang menjadi jelas bahwa kalau jatidiri bangsa kita meredup atau meluntur tentunya itu disebabkan meredup atau lunturnya karakter bangsa. Ada yang perlu kita sadari bahwa karakter bangsa tidak akan ada tanpa adanya anak bangsa yang bersefaham untuk mengumpul menjadi suatu bangsa. Inipun baru menghasilkan suatu bangsa, belum karakter bangsa. karakter bangsa ini baru akan tampil kalau anak bangsa membangun karakternya, melalui individu anak bangsa berkarakter yang secara akumulatif akan memancarkan karakter bangsa.

Kalau apa yang kami jelaskan ini sudah difahami dan disadari secara benar, maka keluhan tentang melunturnya Pancasila yang menyebabkan meredup dan lunturnya jatidiri bangsa yang di tangani, sering dicari pemecahan masalah melalui membuat seminar/diskusi kelompok tentang tema-tema Pancasila, jatidiri bangsa, nilai-nilai kebangsaan, dan lain sebagainya. yang tentunya hanya menghasilkan tatanan wacana belaka. Sehingga seperti tidak terjadi perubahan apapun. Padahal yang kita butuhkan adalah membangun dan menghidupkan karakter bangsa. Disinilah letaknya. Yang harus kita bicarakan dan lakukan adalah bagaimana membangun karakter individu anak bangsa untuk bisa menghidupkan dan membangun karakter bangsa. Yang semoga dengan ungkapan reaktualisasi dan revitalisasi Pancasila ternyata justeru menangani akar permasalahan. Sehingga sekarang patut kita fahami benar, kita tidak bisa bicara tentang membangun atau memperbaiki karakter bangsa tanpa langsung dikaitkan dengan lebih dahulu memperbaiki atau membangun karakter individu anak bangsa yang sebetulnya merupakan esensi dari penulisan tulisan ini secara keseluruhan.

Page 116: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN108

Reaktualisasi Pancasila mengandung arti bahwa nilai-nilai Pancasila harus dibumikan dan dihidupkan dalam kehidupan keseharian. Sedangkan revitalisasi Pancasila berarti menggerakkan akar nilai-nilai Pancasila menjadi penggerak atau ruh dari kehidupan berbangsa dan bernegara secara menyeluruh. Apa yang kita utarakan ini menunjukkan bahwa reaktualisasi Pancasila adalah character building yang harus di tumbuh kembangkan dari usia sedini mungkin dan dalam seluruh kehidupan kita. Dimulai dari kehidupan keluarga, kehidupan sekolah, kehidupan Masyarakat, kehidupan lingkungan, sehingga keadaan kita yang telah mengabaikan pembangunan karakter yang lebih dari 6 dekade dapat terwujud kembali.

Jadi nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai yang akan diinternalisasikan ke dalam jiwa individu anak bangsa, sehinggga didalam perjalanan internalisasi tersebut seorang individu anak bangsa akan secara bertahaf menjadi pribadi anak bangsa yang memiliki karakter Pancasila dan pancasila sebagai nilai-nilai yang akan diinternalisasikan akan hanya bisa diwujudnyatakan melalui character building. Pencanangan pendidikan karakter di pendidikan nasional merupakan awal yang baik yang harus ditindak lanjuti sebagai gerakan nasional yang akan menggerakkan secara nyata seluruh komponen bangsa sesuai yang disarankan oleh mendiknas dalam kebijaksanaan yang disampaikan melalui sambutan pada peringatan hari pendidikan nasional 02 Mei 2011.

Sedangkan revitalisasi Pancasila yang harus mampu menggerakkan nilai-nilai Pancasila sebagai ruh seluruh kehidupan bangsa dan Negara baik dalam tatanan kekeluargaan, kemasyarakatan, terlebih penyelenggaraan kekuasaan Negara. Revitalisasi ini adalah apa yang dimaksud dengan nation building termasuk state building atau kita dapat juga menggunakan pembangunan jatidiri bangsa, karena nilai-nilai Pancasila ini akan tampil dan tumbuh berkembang dalam mewujudkan 3 fungsi jatidiri bangsa.

Itulah mengapa kenapa waktu reaktualisasi dan revitalisasi Pancasila di ungkapkan pada tanggal 01 Juni 2011 sebagai disepakati bersama benar-benar melegakan hati rakyat Indonesia,

Page 117: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 109

karena reaktualisasi dan revitalisasi sedang di gulirkan secara awal melalui pencanangan pendidikan karakter, maka kalau sekarang pemimpin, pemerintah dan rakyat secara bersama-sama mewujudkannya di barengi dengan membangun karakter pribadi, karakter dan jatidiri bangsa maka upaya mewujudkan secara nyata reaktualisasi dan revitalisasi Pancasila sebenarnya membangun karakter dan jatidiri bangsa dan merupakan implementasi dari nation and character building yang belum sempat di tuntaskan penyelesaiannya oleh penggagasnya Presiden R.I yang ke I Bung Karno, dan kalau ini sekarang dilaksanakan dalam era kepemimpinan Presiden R.I yang ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono, maka masa kePresidenan ini akan menorehkan tulisan emas atau paling tidak tetap eksisnya Negara dan bangsa ini dan memberikan landasan yang kokoh buat kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik. Apakah ini tidak merupakan harapan segenap lapisan masyarakat.

Untuk mewujudkan ini, diperlukan kekuatan kepemimpinan nasional yang didukung oleh kemauan keras seluruh bangsa dan rakyat Indonesia untuk membangun karakternya, untuk menjadi individu-individu anak bangsa yang berkarakter.

Dalam character building kita mengenal 4 anugerah Illahi yang membedakan manusia dengan mahluk lain, khususnya dengan binatang. Anugerah Illahi yang diberikan pada manusia yaitu :

Self Awarness1. : Kesadaran diri. kijang yang tampil lincah dan indah tidak menyadari tentang kelincahan dan keindahan yang dimilikinya.Self Conciousness2. : hati nurani itu hanya dimiliki seorang manusia.Creative imagination3. : imajinasi yang kreatif tidak dimiliki oleh binatang, walaupun penampilannya seolah-olah ada padanya. Contoh : seekor kancil yang bisa berperangai arif dan bijak, maupun licik ; suka menyolong timun. Ini tidak disadari oleh kancil sendiri.

Page 118: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN110

Terakhi4. r dan terpenting adalah Independen will : kebebasan memilih dalam batas ridho Tuhan. Manusia memiliki hal itu dan mempunyai otoritas serta menggunakannya pada apa dan siapapun.

Sehingga kalau dalam tulisan ini mengajak kita yang sudah berumur 18 tahun keatas mau dan mampu bersefaham untuk menjadi suatu bangsa. Anak bangsa yang bersefaham untuk menjadi bangsa ini perlu membangun karakter individunya melalui mempunyai tekad untuk melakukan hasrat untuk berubah. Dalam hal ini berubah untuk menjadi manusia yang mau dan mampu melalui introspeksi membangun kembali karakternya, paling tidak dengan menginternalisasikan 5 sikap dasar yang ada dalam rumus 5 + 3 + 3.

Sebagai manusia kita harus bersyukur bahwa semoga jawaban yang kita berikan adalah ‘Ya’ saya akan berubah dan saya mulai dari sekarang juga dengan memohon ridho Tuhan. Mari kita sebagai bangsa kita buktikan bersama bahwa kita bisa dan mampu mewujudkan apa yang sudah menjadi tekad ini.

Kendala lain yang perlu diatasi4.

Seperti kita ketahui bahwa, dalam rangka menindaklanjuti reaktualisasi dan revitalisasi Pancasila, memerlukan penyelesaian secara utuh dan menyeluruh baik dilihat dari sistim kultural maupun sistim strukturalnya. Penjelasan rinci tentang bahwa Pancasila adalah cita-cita yang akan harus diinternalisasikan kedalam individu anak bangsa ini, akan tampil sebagai bangsa yang memancarkan nilai-nilai karakter Pancasila. Kiranya sudah jelas bahwa internalisasi niai-nilai akan hanya dapat terwujud melalui character building yang akan menghasilkan karakter yang secara never ending harus dibina secara berkelanjutan dan terus menerus. Kiranya kita sekarang lebih dapat memahami betapa metode yang dianut dalam penyelesian P4 tidak menghasilkan apa yang kita harapkan yaitu seorang yang akhirnya memiliki karakter yang dalam pengembangannya menerima nilai-nilai Pancasila sebagai karakter yang dimilikinya, sehingga metode yang selama ini diperkenalkan yaitu how to nya dengan cara melakukan tindakan-tindakan yang disengaja melalui tindakan

Page 119: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 111

–tindakan yang tidak disengaja, melalui pembiasan kebiasaan-kebiasaan yang baik perlu diadakan pendekatan co creative di dalam perumusan cara bertindak di antara semua stake holder agar ada rasa semua turut memiliki dan bertanggung jawab dan mutlak perlu dibarengi dengan keteladanan. Makin kuat upaya pembentukan karakter ini, akan menghasilkan karakter yang memberikan pada seseorang dan bangsa daya dorong dan daya juang dalam dirinya yang merupakan suatu kekuatan dari dalam keluar.

Dalam pemahaman tentang nation termasuk state building, maka dalam rangka karakter bangsa memberikan pancaran nilai-nilai karakternya, maka ia akan tampil melalui berfungsinya 3 fungsi jatidiri bangsa. Fungsi ke 2 akan menghasilkan dan ditampilkannya kekuatan, keuletan dan ketahanannya termasuk kedewasaan daya juangnya. Fungsi jatidiri bangsa ke 2 ini, dikembangkan melalui berbagai kesistiman yang berlaku didalam pengembangan, kemampuan dan keuletan bangsa kita. Pada waktu founding fathers melahirkan Negara kesatuan Republik Indonesia, dengan di ilhami oleh Pancasila sebagai dasar, falsafah, ideologi dan sumber inspirasi, ternyata Pancasila melahirkan 3 hal yang sangat penting yaitu; 1. NKRI, 2. UUD’45,dan 3. Bhineka Tunggal Ika.

Tiga hal inilah yang merupakan penopang atau pilar yang menampilkan jatidiri bangsa, terutama dalam fungsinya yang ke 2. Kalau Pancasila mau disebut pilar, maka kita mau mempunyai 4 pilar, tetapi sebetulnya Pancasila yang justru melahirkan pilar itu, karena Pancasilalah yang melalui nilai-nilai karakternya menampilkan jatidiri bangsa kita yang tidak lain justru adalah Pancasila itu sendiri.

Untuk itu maka UUD’45 yang sudah mengalami 4 kali amandemen yang dilakukan secara konstitusionil harus kita hargai, namun sekarang dengan selama ini tersandera dan melunturnya Pancasila, maka perlu diadakan revitalisasi disamping reaktualisasi yang tadi kita sudah bahas secara mendalam. Dalam revitalisasi Pancasila ini, timbul pernyataan bahwa UUD’45 yang telah diamandemenkan ini, ternyata tidak memberikan peluang untuk tumbuh dan berkembangnya

Page 120: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN112

Pancasila. Untuk itu dengan tidak ada pemikiran lain, kecuali bahwa reaktualisasi dan revitalisasi Pancasila harus secara nyata diwujudkan. Inilah sikap sebagai bangsa yang berkarakter yang harus kita ambil. Dan ini akan hanya terwujud yaitu reaktualisasi dan revitalisasi Pancasila yang sepenuhnya dikendalikan oleh kepemimpinan berkarakter dari segenap lapisan kepemimpinan nasional pada umumnya dan kepemimpinan seluruh penyelenggara negara pada khususnya.

Bapak Presiden selalu menyatakan, bahwa beliau tidak akan menyimpang dari konstitusi, untuk itu harus diambil langkah-langkah yang konstitusionil untuk membuktikan apa ungkapan-ungkapan yang menyatakan bahwa, UU hasil amandemen ini benar-benar akan menjadi kendala. Untuk mewujud nyatakan upaya besar yang mutlak, harus kita lakukan demi paling tidak menyelamatkan kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Untuk itu dalam rangka memberikan penghargaan pada semua pihak baik yang telah mewujudkan dihasilkannya 4 kali amandemen, dan juga mereka menyampaikan aspirasinya dengan menganggap UUD yang hasil amandemen sekarang ini perlu dikaji ulang. Disini dipertaruhkan karakter setiap anak bangsa baik rakyat, pemerintah maupun pemimpinnya, untuk menunjukan bahwa betul-betul pembahasan ini akan menempatkan kepentingan Negara dan bangsa diatas segala kepentingan lain. Jangan kita mengadakan pembahasan seperti yang sekarang marak ada, yaitu silat lidah dalam rangka memenangkan kepentingan yang diperjuangkan, belum lagi hilangnya martabat kita sebagai bangsa melalui diadakannya money politic. Tuhan maha mengetahui, maha melihat dan maha mendengar dan lagi-lagi becik ketitik olo ketoro. Betulkah kita pantas untuk mengatakan bahwa kita keturunan leluhur kita yang berbudi luhur. Sejarah yang akan membuktikannya.

Disini secara sesungguhnya diuji apa yang kita kenal sebagai selflesness serving to Got and country, karena ini menyangkut kelangsungan hidup bangsa dan Negara pasti akan bisa ditemukan kesepakatan bulat tentang hal ini. Rumus 5+3+3 dan kesungguhan kita menyatakan diri kita sebagai orang yang ber-Tuhan dan beragama akan menjadi tanda buktinya. Disini

Page 121: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 113

kita akan menikmati karakter sebagai daya dorong dan daya juang bangsa yang akan menghantar dan memimpin segenap pemikiran sikap dan perilaku tampil terpuji secara konsisten.

Ini akan menghasilkan dalam jangka pendek diselamatkanya kehidupan berbangsa dan bernegara. Sedangkan untuk tahun 2014 tidak akan hanya merupakan Presiden RI ke 6 telah menyelesaikan tugasnya dengan baik, tetapi kita mudah-mudahan akan memulai budaya baru bahwa kepemimpinan tahun 2014, 2019 dst akan berterima kasih atas kinerja dari pendahulunya yang memberikan landasan yang kokoh untuk melangkah menuju Negara dan bangsa yang besar, megah, jaya, sejahtera dan bermartabat.

Mari kita bersama tunjukan kebesaran dan kekuatan Pancasila karena kita hanya berserah diri dan meminta bantuan dan pertolongan dari Tuhan yang tidak dipersekutukan dengan apa dan siapapun, Maha Raja dan Maha Terpuji dan yang menghidupkan dan mematikan semuanya yang mengandung kehidupan dan yang akan menentukan segala-galanya. Semoga dengan ini kita buktikan Indonesia adalah Negara besar, religious secara sungguh-sungguh, sebenar-benarnya dan bangsa yang pandai, khususnya mensyukuri memiliki Pancasila, dengan sekarang kita implementasikan dan nikmati. Amin.

PENUTUPD.

Sebagai penutup dari tulisan ini yang semoga akan mampu menggerakkan kita semua dari mulai lapisan yang terbawah, tukang sapu di jalan sampai dengan tingkat yang tertinggi Presiden RI. Kiranya kita betul-betul terketuk hatinya untuk mengisi hidup yang masih diberikan pada kita masing-masing, kita kembali ke fitrah kita, kita takut pada Tuhan dan bertekad memperbaiki kehidupan sesuai kesempatan yang diberikan dengan mengisi dan menjadikan hidup yang lebih bermakna. Untuk itu mari kita nikmati puisi indah yang ditulis oleh seorang moralis dari Scotlandia ; Samuel Smiles yang hidup dari 1812 – 1904 :

Page 122: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN114

HUKUM PANEN

Tanamlan pemikiranKau akan menuai tindakan

Tanamlan tindakanKau akan menuai kebiasaan

Tanamlan kebiasaanKau akan menuai karakter

Tanamlan karakterKau akan menuai nasibmu

LAW OF ThE hARvERST

Sow a thoughtReap an actionSow an actionReap a habitSow a habit

Reap a characterSow a character

Reap destiny

Catatan Penulis cara membaca: pikiran yang dimaksud disini tentunya yang telah kita konsultasikan dengan hati nurani kita yang selalu kita lakukan dimulai dengan memikir bersih dan baik. Kita akan menghasilkan tindakan yang baik dan kalau kita tanam tindakan yang baik maka akan menghasilkan kebiasaan yang baik. Contoh kebiasaan menepati janji, kebiasaan tidak berbohong, kebiasaan selalu terbuka, kebiasaan menolong orang. Semua ini akan menjadi kebiasaan yang menyatu pada diri kita, sehingga akan menjadi apa yang disebut karakter kita. Disinilah banyak orang yang belum menyadarinya. Dengan terbentuknya karakter kita, maka Tuhan menjadikan karakter kita daya dorong, daya juang yang akan menuntun pemikiran, sikap dan perilaku kita untuk tampil baik dan terpuji dan berbuat suatu kebajikan untuk orang lain secara terus menerus. Dan ini akan mengantarkan kita untuk mendapatkan nasib sesuai yang kita idam-idamkan dan mohonkan pada Tuhan YME. Sehingga nasib tadi menjadi takdir buat kita. Apakah bukan ini tujuan seseorang hidup ? Karakterlah yang akan mengantarkan kita mencapai dan menghasilkan tujuan ini. Selamat menikmati memperbaiki karakter kita masing-masing. Semoga pada HUT ke 66 NKRI 17 Agustus 2011 kita segenap bangsa Indonesia siap bangkit dari keterpurukan.

Page 123: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 115

Mengelola Strategi Pembangunan Berdimensi Kewilayahan

Velix Vernando Wanggai1

Pembangunan yang inklusif dan berkeadilan adalah salah satu agenda nasional yang ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Harapannya, seluruh anak bangsa di negeri ini dapat menikmati pembangunan nasional secara adil dan merata. Dalam konteks itu, pembangunan yang berdimensi kewilayahan merupakan salah satu pilihan strategi yang ditempuh oleh Presiden SBY sejak kurun waktu 2004-2009 dan dilanjutkan pada periode kedua ini.

Pertanyaannya adalah bagaimanakah kita memaknai strategi pembangunan yang berdimensi kewilayahan ini? Tulisan ini berupaya untuk menjawab pertanyaan utama tersebut dengan mengurai warisan persoalan kesenjangan antarwilayah di masa lalu, dan menjelaskan pendekatan dan strategi dasar pembangunan wilayah (regional development) yang dijalankan oleh Presiden SBY dalam tujuh tahun terakhir ini.

1 Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah.

Page 124: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN116

Mengurai Permasalahan

Sejak 2004 Pemerintahan SBY menghadapi warisan permasalahan masa lalu yang perlu dipecahkan secara mendasar. Selain kemajuan yang telah dicapai pada era sebelum Reformasi 1998, namun di sisi lain ada sejumlah permasalahan yang berkaitan dengan aspek kesenjangan pembangunan. Sistem yang sentralistik telah menyebabkan pembangunan lebih kental dengan pendekatan sektoral, ketimpangan pertumbuhan ekonomi antardaerah, dan keragaman daerah diabaikan, dan ketidakadilan dalam hubungan keuangan antara pusat dan daerah2.

Kesenjangan antarwilayah masih menjadi isu yang menonjol dalam kurun waktu 2009-2014. Walaupun laju pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2005-2008 cukup signifikan, yaitu dari sebesar 5,6 persen pada tahun 2005 meningkat menjadi 6,36 persen pada tahun 2008, kesenjangan antarwilayah masih terlihat dari intensitas kegiatan ekonomi yang masih terpusat di Jawa dan Bali. Kontribusi provinsi-provinsi di Pulau Jawa dan Bali terhadap total perekonomian nasional (termasuk migas), adalah 64,78 persen, sedangkan wilayah Sumatera 20,44 persen, Sulawesi 6 persen, Kalimantan 6 persen, dan Papua, Kepulauan Maluku serta Kepulauan Nusa Tenggara masing-masing kurang dari 2 persen. Kesenjangan antarwilayah juga terlihat dari aspek sosial. Dari nilai indeks pembangunan manusia (IPM), IPM tertinggi dijumpai di provinsi-provinsi di Pulau Jawa-Bali, yaitu tertinggi Provinsi DKI Jakarta yang mencapai 76.3, sedangkan terendah ditemukan di provinsi-provinsi di luar Pulau Jawa, yaitu di Provinsi Papua dengan IPM sebesar 62,83.

Dalam hal yang lebih spesifik, sejak 2004 lalu kita telah memetakan delapan permasalahan yang terkait dengan kesenjangan antarwilayah antara lain, yaitu (1) banyaknya

2 Berbagai permasalahan di era Orde Baru dijelaskan di dalam Undang-Undang No-mor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun 2000-2024.

3 Lihat, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Ren-cana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014.

Page 125: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 117

wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan; (2) belum berkembangnya wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh; (3) wilayah perbatasan dan terpencil kondisinya masih terbelakang; (4) kurang berfungsinya sistem kota-kota nasional dalam pengembangan wilayah; (5) ketidakseimbangan pertumbuhan antar kota-kota besar, metropolitan dengan kota-kota menengah dan kecil; (6) kesenjangan pembangunan antara desa dan kota; (7) rendahnya pemanfaatan rencana tata ruang sebagai acuan koordinasi pembangunan lintas sektor dan wilayah; dan (8) sistem pengolahan pertanahan yang masih belum optimal4.

Dengan mempertimbangkan masalah-masalah diatas, pengembangan wilayah di Indonesia pada masa depan akan dihadapkan pada berbagai kompleksitas, dinamika, dan keaneragaman persoalan sosial ekonomi, dan politik yang bersifat kontradiktif yang memerlukan perhatian dan penanganan dari pemerintah dan pemerintah daerah, serta seluruh potensi masyarakat di berbagai daerah. Kondisi wilayah-wilayah yang masih relatif belum maju dan tertinggal sangat membutuhkan intervensi kebijakan pembangunan dari pemerintah.

Menuju Pembangunan yang Berimbang

Bertolak dari mosaik ekonomi ini, Pemerintah dituntut untuk merumuskan langkah-langkah sektoral dan kewilayahan yang saling sinergis. Dalam berbagai kesempatan, Presiden SBY menyatakan pentingnya strategi “Pembangunan untuk Semua” dalam rangka mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkeadilan5. Dalam konteks strategi pembangunan untuk semua, Pemerintah mengedepankan beberapa aspek yaitu pembangunan yang inklusif, menghormati dan menjaga keberagaman rakyat Indonesia, mengedepankan pendekatan kewilayahan. Setiap provinsi dan setiap kabupaten/kota adalah pusat-pusat pertumbuhan negeri. Oleah karena itu, dalam kurun

4 Lihat, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang Ren-cana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2005-2010.

5 Pidato Presiden Republik Indonesia di hadapan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), di Jakarta, 19 Agustus 2009.

Page 126: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN118

waktu 2009-2014, pendekatan kewilayahan berbasis pulau menjadi arah baru dalam pengembangan daerah. Pertumbuhan dan pemerataan berjalan seiiring dan saling mendukung, yang disebut sebagai pertumbuhan yang berkeadilan (Growth with Equity).

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, Pemerintah merancang pembangunan yang berimbang (balanced development) guna mengatasi berbagai kesenjangan. Jika belajar dari pengalaman negara-negara lain, upaya untuk membangun keterkaitan antarwilayah dan mengurangi terjadinya disparitas antarwilayah dilakukan secara simultan dengan mendorong pemerataan investasi, mendorong pemerataan permintaan (demand) dan mendorong pemerataan tabungan6.

Arah Baru Pendekatan Kewilayahan

Pada kurun waktu 2009-2014 Presiden SBY menetapkan strategi pembangunan regional yaitu (1) mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah potensial di luar pulau Jawa-Bali dan Sumatera, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di pulau Jawa-Bali dan Sumatera; (2) meningkatkan keterkaitan antarwilayah melalui peningkatan perdagangan antarpulau untuk mendukung perekonomian domestik; (3) meningkatkan daya saing daerah melalui pengembangan sektor-sektor unggulan di tiap wilayah; (4) mendorong percepatan pembangunan daerah tertinggal, kawasan strategis dan cepat tumbuh, kawasan perbatasan, kawasan terdepan, kawasan terluar, dan daerah rawan bencana; dan (5) mendorong pengembangan wilayah laut dan sektor-sektor kelautan7. Arah kebijakan pembangunan regional ini sejalan dengan desain besar pembangunan jangka panjang yang diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-20258.6 Ernan Rustiadi, Sunsun Saefulhakim, dan Dyah Panuju, Perencanaan dan Pengem-

bangan Wilayah, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2009.7 Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangkah

Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2010-2015.8 Visi, Misi, Arah Kebijakan Jangka Panjang, dan Tahap-tahap Pencapaian yang

komprehensif dapat dilihat pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Page 127: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 119

Mendorong Pengembangan Kawasan Strategis

Dalam konteks percepatan pembangunan kawasan strategis dan cepat tumbuh, sejak tahun 2004 Pemerintah mendorong pengembangan kawasan strategis bidang ekonomi yang dibangun di berbagai wilayah potensial di Indonesia9. Salah satu kebijakan yang diterapkan adalah KAPET (Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu). Saat ini kita memiliki 12 KAPET di Kawasan Timur Indonesia dan 1 KAPET di Provinsi Aceh, yaitu Kapet Banda Aceh Darussalam (Aceh), Kapet Bima (NTB), Kapet Mbay (NTT), Kapet Batulicin (Kalsel), Kapet Sasamba (Kaltim), Kapet Menado-Bitung (Sulut), Kapet Palapas (Sulteng), Kapet Pare-Pare (Sulsel), Kapet Bank Sejahtera Sultra (Sultra), Kapet Seram (Maluku), dan Kapet Teluk Cenderawasih (Papua)10.

Sejalan dengan semangat untuk membangun pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia, pada tanggal 14 Oktober 2009 Presiden SBY dan DPR RI telah setuju untuk menerbitkan UU No 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan melalui pengembangan kawasan strategis diarahkan untuk mencapai suatu pengelompokan kawasan fungsional yang memberikan backward dan forward linkages serta multiplier effects bagi daerah di sekitar kawasan tersebut secara regional, nasional, dan internasional untuk mengoptimalkan potensi pertumbuhan ekonomi daerah sehingga dapat meminimalisasi ketimpangan pembangunan antardaerah11.

9 Berbagai model pengembangan wilayah dan penataan ruang dapat dilihat, Bam-bang Susantono, Strategi dalam Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah, Ja-karta: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kata Hasta Pustaka, 2009.

10 Dinamika dan Perkembangan dari kebijakan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) dapat dilihat, Mohammad Ikhwanuddin Mawardi, Membangun Daerah yang Berkemajuan, Berkeadilan, dan Berkelanjutan, Bogor: IPB Press, 2009.

11 Pengalaman Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Zone/FTZ) Batam, Bintan, dan Karimun sebagai bagian dari kebijakan KEK dapat dilihat, Syarif Hidayat dan Agus Syarip Hidayat (edt), Quo Vadis Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2010.

Page 128: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN120

Mempercepat Pembangunan Kawasan Tertinggal dan Perbatasan

Selain mengembangkan kawasan-kawasan strategis dan cepat tumbuh, strategi pembangunan diarahkan pula untuk menciptakan keterkaitan antara kawasan strategis dan kawasan tertinggal. Pada tahun 2004 Pemerintah menetapkan 199 kabupaten yang tergolong daerah tertinggal, dimana sebanyak 62 persen berada di Kawasan Timur Indonesia.

Melalui kebijakan, strategi, program, dan kegiatan yang dilaksanakan selama RPJMN 2004-2009, telah dihasilkan kemajuan dalam mengurangi daerah tertinggal. Selama kurun waktu 2004-2009 terdapat 50 kabupaten tertinggal yang telah keluar dari daftar daerah tertinggal berdasarkan ukuran ketertinggalan. Namun, sejalan dengan adanya pemekaran daerah, saat ini terdapat 34 kabupaten Daerah Otonom Baru hasil pemekaran dari daerah induk yang merupakan daerah tertinggal sehingga total daerah tertinggal pada tahun 2009 adalah sebanyak 183 kabupaten. Untuk itu, 183 kabupaten tertinggal ini akan menjadi fokus penanganan daerah tertinggal pada kepemimpinan Presiden SBY periode II.

Perubahan pendekatan terhadap pembangunan perbatasan antarnegara juga ditempuh oleh Presiden SBY. Sejak tahun 2004 Pemerintah mengubah arah kebijakan pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi ke dalam (inward looking) yang memandang kawasan perbatasan sebagai wilayah pertahanan, menjadi berorientasi ke luar (outward looking) untuk meningkatkan aktivitas perekonomian masyarakat dan sebagai pintu gerbang perdagangan dengan negara tetangga. Sebagai wujud keseriusan pembangunan perbatasan ini Pemerintah telah membentuk Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP). Harapannya, pembangunan wilayah perbatasan ini baik dalam perspektif internasional, nasional, dan lokal dapat dipadukan dan disinergiskan. Saat ini kita telah memiliki Desain Besar Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Tahun 2011-2025.

Page 129: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 121

MP3EI : Pendekatan Terobosan

Sebagai salah satu kebijakan dari desain besar “Pembangunan untuk Semua”, pada 27 Mei 2011 Presiden SBY telah meluncurkan kebijakan Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Tahun 2011 - 202512. Pengembangan MP3EI dilakukan dengan pendekatan terobosan (breakthrough) dan bukan “business as usual”. Harapan Presiden adalah melalui langkah percepatan ini, Insya Allah, negara Indonesia akan menjadi sepuluh negara besar di dunia pada tahun 2025 dan enam negara besar pada tahun 2050.

Kebijakan MP3EI ini memuat strategi peningkatan nilai tambah sektor-sektor unggulan ekonomi di koridor ekonomi wilayah, pembangunan konektivitas di seluruh pelosok Tanah Air, dan pembangunan SDM dan IPTEK yang berorientasi inovatif. Tema pembangunan masing-masing koridor ekonomi dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut:

Koridor ekonomi Sumatera sebagai “Sentra Produksi dan •Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi NasionalKoridor ekonomi Jawa sebagai “Pendorong Industri dan •Jasa Nasional”Koridor ekonomi Kalimantan sebagai “Pusat Produksi •dan Pengolahan Hasil Tambang dan Lumbung Energi Nasional”Koridor ekonomi Sulawesi sebagai “Pusat Produksi dan •Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas dan Pertambangan Nasional”Koridor ekonomi Bali-Nusa Tenggara sebagai “Pintu •Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional”Koridor ekonomi Papua dan Kepulauan Maluku sebagai •“Pusat Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi dan Pertambangan Nasional”.

12 Lihat, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Jakarta: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011.

Page 130: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN122

Dalam berbagai kesempatan, Presiden SBY menyatakan bahwa kebijakan MP3EI merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). MP3EI bukan dimaksudkan untuk mengganti dokumen perencanaan pembangunan yang telah ada seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025 dan Rencana RPJMN Tahun 2010 – 2014. Dokumen MP3EI adalah dokumen yang terintegrasi dan komplementer untuk melakukan percepatan dan perluasan pembangunan nasional.

Prasyarat Keberhasilan: Revitalisasi Desentralisasi

Strategi pembangunan yang berdimensi kewilayahan ini tak terlepas dari pola hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Artinya, perjalanan pembangunan daerah sangat terkait dengan pola hubungan kewenangan dan keuangan antara antara pusat – daerah. Untuk melakukan sinergi pembangunan kewilayahan antara pusat dan daerah, pemerintahan Presiden SBY telah melakukan kerangka penataan, yaitu (1) kerangka perencanaan kebijakan (policy planning); (2) kerangka kebijakan regulasi (regulation policy); dan (3) kerangka kewenangan dan kelembagaan (institutional and authority building).

Pertama, perhatian utama ditujukan pada konsolidasi berbagai kebijakan perencanaan pembangunan nasional dan daerah, serta memadukan mekanisme perencanaan pembangunan nasional dan daerah. Disinilah, pentingnya sinergi antara pendekatan teknokratik dan pendekatan politik dalam proses perencanaan pembangunan nasional, baik di level eksekutif dan di level legislatif.

Kedua, Presiden SBY memberikan perhatian penting terhadap penataan pelbagai regulasi, baik di pusat dan di daerah. Hal itu ditegaskan Presiden SBY pada Rapat Kerja (Retreat) Presiden dengan para Menteri dan para Gubernur se-Indonesia, di Istana Cipanas pada 2-3 Februari 2010 (yang disebut Retreat

Page 131: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 123

Istana Cipanas13) dan pada Rapat Kerja di Istana Tampak Siring pada 19-20 April 2010 (Retreat Istana Tampak Siring14). Demikian pula, ketika membahas konsep MP3EI, Presiden mengulangi lagi pentingnya penataan regulasi, baik pada Retreat Istana Bogor I pada 21-22 Februari 2011 dan Retreat Istana Bogor II pada akhir April 2011. Sinergi dalam kerangka regulasi diarahkan untuk mendorong harmonisasi peraturan perundang-undangan baik dalam bentuk Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan Presiden, maupun Peraturan Menteri dalam mendukung pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan nasional dan daerah.

Ketiga, pentingnya Penataan Kerangka Kewenangan dan Kelembagaan. Dalam konteks ini, Pemerintah melakukan revitalisasi desentralisasi dan otonomi daerah sejak tahun 2004. Pada Periode I Kepemimpinan Presiden SBY dan dilanjutkan pada Periode II ini, Presiden telah melakukan penataan, sekaligus perbaikan regulasi antara lain, yaitu:

Penataan kewenangan melalui PP No 38/2007 tentang •Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

Penataaan Daerah Otonom Baru (DOB) melalui PP No •78/2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah.

Penataan dan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan •Pemerintah Daerah melalui PP No 41/2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.

Penataan dan Penguatan Kelembagaan Desa melalui PP No. •72/2005 tentang Desa yang memberikan ruang kepada desa untuk menjalankan pembangunan desa (desa membangun) dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa).

13 Rapat Kerja di Istana Cipanas menghasilkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010.

14 Rapat Kerja di Istana Tampak Siring menghasilkan Instruksi Presiden Nomor 3 Ta-hun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan.

Page 132: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN124

Penyusunan kebijakan Desain Besar Penataan Daerah •(Desartada) di Indonesia Tahun 2011-2025.

Penyusunan Grand Design dan Road Map Reformasi •Birokrasi Tahun 2010-2025.

Penataan kembali UU No.32/2004 tentang Pemerintahan •Daerah melalui penyiapan RUU Pemerintahan Daerah, RUU Pemilihan Kepala Daerah, dan RUU Desa.

Disinilah, pentingnya sesama anak bangsa untuk bahu-membahu melangkah bersama. Semangat harus bisa dan optimisme adalah fondasi kita. Semoga dengan semangat HUT Proklamasi Republik Indonesia ke-66, diharapkan strategi pembangunan yang berdimensi kewilayahan dapat semakin memperkuat ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Page 133: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 125

Memahami DasarPerencanaan Strategis

Dr. Riant Nugroho

Penulis adalah Dosen Universitas Pertahanan Indonesia (Jakarta), Pengajar tamu pada Universitas Indonesia (Jakarta), Universitas Gadjah Mada (Jakarta), Diklat PIM I dan II (Jakarta), dan Universiti Malaya (Kuala Lumpur)

Pendahuluan

Dalam lima tahun terakhir ini muncul peristilahan yang melekat pada setiap upaya pencalonan Presiden, Gubernur, Bupati, Walikota, bahkan calon-calon pejabat publik lain1. Mereka senantiasa menyampaikan (setelah, tentu saja, sebelumnya diwajibkan) visi dan misinya. Hal ini bahkan menjadi acuan dari setiap penyusunan Rencana Strategis dari setiap organisasi publik dan nirlaba2. Hanya pemaknaannya saja yang membuat “gelisah”, karena visi adalah tujuan yang hendak dicapai, dan misi adalah turunan visi yaitu bagaimana melaksanakan visi tersebut. Hal ini juga saya alami sewaktu menjalani tes untuk 1 Lihat pada setiap kampanye calon-calon pejabat publik di seluruh Indonesia.2 Lihat pada setiap dokumen Renstra pada organisasi publik di Pusat maupun

Daerah, dan Renstra pada lembaga-lembaga nirlaba, terutama yang mendapatkan dukungan dari dana publik, dan/atau yang diperkenanakan menerima bantuan dari Pemerintah.

Page 134: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN126

menjadi seorang pejabat pimpinan pada sebuah lembaga publik di Jakarta. Pada hemat saya, selama ini kita terjebak kepada kerancuan atau semacam “salah kaprah” berkenaan dengan pemaknaan dari specific words di dalam manajemen strategis. Mari kita mulai dari yang seharusnya di dalam konteks yang dikembangkan pada pemikir, praktisi, dan best practices.

Misi adalah yang pertama, karena misi melekat kepada organisasi. Misi adalah raison d’etre, atau alasan mengapa organisasi hadir atau eksis. Jadi, misi menentukan ke mana akan pergi, atau visi. Jika misi melekat pada organisasi, dan tidak berubah selama organisasi ada, kecuali organisasi dirombak atau direformasi, maka visi melekat pada individu yang memimpin organisasi.

Setiap pemimpin organisasi harus mempunyai visi ke mana organisasi di bawa selama di bawah kepemimpinannya. Ini perlu dipahami, karena seringkali pemimpin organisasi terlalu berlebihan, sehingga mencanangkan visi lebih dari yang dapat dicapainya. Ini juga membuat pemimpin menjadi terlalu berobsesi atau obsesif kepada apa yang dapat dicapainya, bahkan kepada kekuasaan organisasi. Jika pun pemimpin hendak mencanangkan visi melebihi jabatan kepemimpinannya, maka ia harus menetapkan detil dari visi yang hendak dicapai pada masa kerjanya, dan menetapkan bahwa visi jangka panjang adalah visi yang digerakkan oleh capaiannya pada visi di mana ia bekerja.

Pemahaman ini perlu dikemukakan, mengingat sebagian besar dokumen Perencanaan Strategis atau Renstra di Indonesia, maupun pada sejumlah buku teks yang dipergunakan di Indonesia, mengemukakan bahwa visi adalah yang pertama, dan misi merupakan penjabaran lebih rinci dari visi.

Pada UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dikatakan bahwa:

“Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan (pasal 1: 11)

Page 135: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 127

dan

“misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksankan untuk mewujudkan visi (pasal 1: 12). Selanjutnya disebutkan strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi (pasal 1: 13).

Secara pemaknaan, visi sudah benar. Namun, yang dimaksud misi di sini adalah strategi, dan yang dimaksud dengan strategi adalah program. Misi bukanlah trickle down dari visi.

Pemahaman bahwa misi merupakan bagian ataupun tururnan ataupun penjabaran visi sebagaimana ditemukan pada UU No. 25 Tahun 2004 tidak ditemukan secara memadai pada pemikir-pemikir tentang manajemen strategis yang banyak diikuti, baik di dunia akademisi maupun praktek, baik pada lembaga pemerintaha, bisnis, maupun nirlaba seperti Hunger dan Wheelen pada bukunya Strategic Management (2010), Allison dan Kaye pada bukunya Perencanaan Strategis bagi Organisasi Nirlaba (2005), Mintzberg dan Quin pada bukunya The Strategy Process (1991), Thompson dan Strickland III pada bukunya Strategic Management (1995), Dess dan Miller pada bukunya Strategic Management (1993), Certo dan Peter pada bukunya Strategic Management (1991), Nutt dan Backoff pada bukunya Strategic Management on Public and Third Sector Organizations (1992), Bowman pada bukunya The Essence of Strategic Management (1990), Mintzberg pada bukunya The Rise and Fall of Strategic Plannig (1994). Rowe dkk pada bukunya Strategic Management: A Methodological Approach (1994), Calingo Strategic pada bukunya Management in the Asian Context (1997), Hax dan Majluf pada bukunya The Strategy Concept and Process: A Pragmatic Approach (1991), Steiner pada bukunya Strategy Planning: What Every Manager Must Know (1979), Pearce dan Robinson pada bukunya Strategic Management: Strategy Formulation and Implementation (1988), Fred R. David pada bukunya Strategic Management (2010), Bryson pada bukunya Strategic Planning for Public and Nonprofit Organizations (1995), Freeman pada bukunya Strategic Management: A Stakeholder Approach (1984), Robert pada bukunya Strategy: Pure and Simple

Page 136: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN128

(1993), Thompson dkk pada bukunya Strategy: Winning in the Marketplace (2004), Kaplan & Northon, Strategy Maps (2004).

Para ilmuwan manajemen strategis mempunyai beberapa pendapat, namun ada satu pendapat yang sebangun, bahwa misi bukan penjabaran dari visi. Atau --jika dikontraskan dengan pasal 1 (2) UU 25/2004-- pemikiran yang ada adalah bahwa misi BUKAN rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

Dengan studi lit-eratur, dan pembelajaran melalui pendidikan, pen-gajar, dan praktek, maka pemikiran yang dikem-bangkan Bappenas tidak memadai untuk dijadikan sebagai acuan. Bahkan guru manajemen Peter Drucker dalam Managing for Nonprofit Organiza-tion (1994) secara tegas mengemukakan bahwa pada organisasi nirlaba, utamanya non pemerintah, yang ada hanyalah misi. Karena setelah misi yang ada adalah strategi untuk menerjemahkan aksi-aksi. Visi melekat pada strategi itu sendiri, yang terbagi pada tahapan-tahapan. Organisasi yang berganti misi sama dengan berganti organisasi itu sendiri. Kar-ena misi adalah satu-satunya alasan mengapa organisasi harus ada.

Kita dapat memahami bahwa misi dari TNI adalah menjaga keselamatan negara Indonesia. Bagaimana jika menggunakan pola pikir tersebut, maka setelah ada visi baru yang mengikut kepada Panglima TNI yang baru, maka misi pun harus

Page 137: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 129

diganti. Misi adalah everlasting vision karena melekat sebagai landasan kesepakatan akan kontribusi dari organisasi kepada lingkungannya.

M i s i

Misi adalah sebuah tujuan melekat dari setiap organisasi sampai ia kelak bubar. Misi organisasi memberikan acuan kepada pemimpin untuk merumuskan visi yang sesuai dengan kapasitas dari pemimpin tersebut untuk membuat mission accomplished melalui kapasitas dan keunggulan yang dimilikinya. Jadi, misi melekat kepada organisasi. Ini berbeda dengan visi yang melekat kepada leader, yaitu mereka yang bertanggungjawab merealisasikan misi organisasi pada kurun waktu di mana ia memimpin. Visi pemimpin dirumuskan hanya sepanjang akuntabilitasnya, atau sepanjang jabatannya. Tidak disarankan untuk lebih. “Kelakukan” pemimpin yang membuat visi lebih dari masa kerjanya pertanda bahwa ia ingin terus-menerus duduk di kursi kekuasaan pemimpin.Para pimpinan perumuskan visi pada kurun waktu mana ia bekerja. Kombinasi antara misi (organisasi) dan visi (pemimpin) tertuang dalam bentuk strategi

Rumusan misi haruslah mencerminkan alasan mengapa organisasi ada. Untuk itu, terdapat dua jenis misi, yaitu misi sederhanadan misi yang dipertajam. Misi sederhana, misalnya misi industri sabun adalah menghasilkan atau memproduksi sabun. Misi yang lebih tajam adalah memproduksi sabun dengan kualitas terbaik.

Misi tidak berubah jika yang menjadi alasan keberadaan suatu organisasi tidak berubah. Contohnya, misi dari Indonesia adalah menyejahterakan rakyat Indonesia. Misi ini diringkas dari misi yang dicantumkan pada UUD 1945 yaitu:

“melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”

Page 138: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN130

Selama Pemerintah Indonesia mempunyai alasan keberadaan yang sama, tidak berubah pula misinya. Selama industri sabun menghasilkan sabun, misinya tidak berubah. Dengan demikian, misi adalah sebuah hakikat dan tujuan melekat dari suatu organisasi. Jadi, misi belong to organization, not to person. Pertanyaannya, apakah misi dapat diganti?

Jadi, misi organisasi tidak dapat setiap saat diganti-ganti. Misi dapat diganti dengan tiga alasan pokok:

Organisasi bubar dan diganti dengan organisasi yang baru. 1. Pada masa lalu, kelautan adalah urusan setingkat Dirjen di Departemen Pertanian. Pada masa reformasi, kelautan menjadi Departemen khusus, sehingga misi kelautan di Departemen Pertanian berubah, dan misi itu dilekatkannya dipindahkan ke lembaga lain.Organisasi berganti produk. Di masa awal, Nokia mempunyai 2. bisnis perkayuan, hari ini ia menjadi pemimpin di industri telekomunikasi, khususnya telekomunikasi selular. Kedua organisasi ini mengalami perubahan misi.Organisasi melakukan transformasi besar-besaran. Di masa 3. lalu, Garuda Indonesia mempunyai bisnis transportasi udara, di era reformasi, di bawah CEO Roby Djohan kemudian Abdulgani, maka misi bisnis Garuda Indonesia dirubah menjadi air services. Dengan demikian, fokus bisnis Garuda bukanlah menerbangkan pesawat dari satu tempat ke tempat lain, tetapi melayani pelanggan melalui pelayanan penerbangan. Sepintas, seperti sama. Tetapi berbeda. “Transportasi” tidak membedakan membawa orang atau barang. “Pelayanan” membedakan antara orang dan barang.

Pertanyaan selanjutnya adalah siapa yang merumuskan misi, dan kapan? Jawaban pertama, perumus misi organisasi adalah pendiri atau para pendiri organisasi tersebut, dan misi itu dirumuskan pada saat organisasi berdiri. Kadang-kadang, karena organisasi terlalu kecil, misalnya perusahaan skala mikro, maka pendiri atau para pendiri tidak merumuskan misi secara terkodifikasi, namun “cita-cita organisasi” yang disepakati oleh para pendiri itu adalah misi.

Page 139: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 131

Jawaban ke dua, oleh mereka yang in charge pada saat organisasi mengalami perubahan besar sehingga misi harus dirubah, dirombak, atau pun diganti. Ambil contoh, sebuah perusahaan diririkan pertama kali dibentuk untuk meproduksi mobil, maka mnisi adalah memproduksi produk otomotif. Tetapi, ketika perusahaan itu maju dan berkembang menjadi perusahaan multi usaha, mulai otomotif, perkebunan, keuangan, dan seterusnya, maka pada saat itulah misi bisnisnya berubah dan berkembang. Pimpinan puncak dan jajaran manajemen puncak lah yang bertanggungjawab untuk meredefinisi misi tersebut.

Jadi, simpulannya adalah, jika organisasi tidak bubar, tidak berganti produk, tidak mengalami transformasi besar-besaran, maka tidak perlu diperdebatkan tentang misi organisasi. Yang perlu diperdebatkan adalah visi organisasi.

Pertanyaan yang “tersisa”, apakah misi sama dengan visi. Sangat berbeda. Jika misi melekat kepada organisasi, maka sebagaimana dikemukakan di atas, visi melekat kepada manusia, yaitu kepada individu pemimpin organisasi. Di sini kita masuk kepada isu kepemimpinansebagai “entri” untuk memasuki bahasan visi.

V i s i

Visi adalah cita-cita yang dibawa oleh setiap Pemimpin pada saat ia memimpin suatu organisasi –tanpa kecuali. Jadi, visi melekat kepada manusia Pemimpin. Jika visi melekat kepada pemimpin, visi mempunyai batas-batas –sama dengan misi. Jika misi dibatasi oleh eksistensi organisasi, artinya kalau organisasi bubar, demikian pula misinya. Visi dibatasi oleh eksistensi pemimpin. Artinya, karena visi melekat kepada pemimpin, maka rentang visi yang hendak dicapai adalah rentang di mana pemimpin mempunyai masa kerja. Ini menjadi penting, karena belakangan ini banyak pemimpin membuat visi yang merentang hingga di luar akuntabilitasnya sebagai pemimpin. Jika seseorang diberi kepercayaan Presiden Direktur untuk masa kerja 5 tahun, maka ia wajib membangun visi selama 5 tahun di mana ia mempunya akuntabilitas.

Page 140: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN132

Mengapa ini penting? Karena sering pemimpin organisasi berusaha melepaskan tanggung jawab ke-visi-annya, dengan membuat visi jauh melebihi masa kerjanya, sehingga tatkala paa masa akhir jabatan ia diminta pertanggungjawaban akan visinya, maka ia dengan mudah mengatakan “Lho, itu harus dicapai beberapa tahun setelah ini.” Di belakang kata-kata itu tersirat politik dari si pemimpin, bahwa ia memaksa agar organisasi memilihnya lagi sebagai pemimpin agar visi tercapai. Anda dapat menerima sebagai fakta atau menolak dengan alasan idealisme, tetapi tetap saja itu faktanya.

Pemimpin yang bertanggungjawab adalah pemimpin yang dapat mempertanggungjawabkan visinya! Pertanyannya adalah kalau begitu organisasi hanya punya visi jangka pendek? Tidak. Pertama, visi –jika hendak disebut demikian—jangka panjang adalah misi organisasi itu sendiri. Ke dua, pemimpin dapat membangun dua visi, yaitu core vision yaitu visi di mana ia mempunyai rentang akuntabilitas, yaitu sepanjang masa kerjanya, dan sekaligus membangun expanded vision yaitu visi yang merentang jauh ke depan, di mana tahap pertama dicapai melalui pencapaian core vision-nya. Dengan demikian, pemimpin mempunyai “jualan” untuk dijajakan kepada konstituten agar terpilih menjadi pemimpin –dan ini hal yang wajar sepanjang visi yang dibangun untuk kepentingan konstituten.

Visi jangka panjang penting untuk dibangun, sepanjang merupakan visi yang bersifat makro dan mempunyai ruang inovasi yang luas sehingga tidak menjadi sandungan bagi setiap pemimpin yang muncul.

Pada hemat saya, visi yang demikian berjangka panjang, dan menjadi bagian melekat dari organisasi –dan bukan lagi pemimpin semata—maka visi tersebut dapat dikategorikan sebagai specific mission. Keunggulan dari pemimpin yang menjadikan visi tersebut menjadi tak terpisahkan dari organisasi, sehingga sekaligus menjadi misi. Keunikannya adalah, jika sebuah perusahaan mempunya visi yang sedemikian melekat kepada misi, mereka tidak memerlukan lagi rumusan visi yang baru, bahkan ketika berganti pemimpin. Perencanaan strategis

Page 141: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 133

langsung dapat dimulai dari tujuan-tujuan, yang terbagi ke dalam tujuang jangka panjang (5 tahun) dan jangka pendek (1 tahun) –pada dasarnya tidak ada tujuan jangka menengah, karena kurun waktu panjang langsung (lima tahun) dibagi habis oleh kurun waktu pendek (tahunan).

B a h k a n , p a d a organisasi-organisasi nirlaba, seperti gereja, masjid, rumah sakit, pemelihara lingkungan, pelayanan sosial, badan regulator, dan sejenis-nya, maka yang menjadi pegangan adalah hany-alah misi dari organisasi karena dari misi secara langsung dapat dirancang tujuan yang hendak dicapai dalam rentang 3-5 tahun, yang didetilkan menjadi tujuan tahunan, un-tuk kemudian dikembangkan menjadi detil rencana program.

Namun demik ian , se r ing terjadi expanded vision yang tidak wajar, yaitu ketika expanded vision disahkan sebagai long term policy yang wajib dilaksanakan oleh pemimpin selanjutnya. Expanded vision seperti ini merupakan batu sandungan bagi pemimpin di masa depan, karena belum tentu visi pemimpin yang akan datang sama dengan pemimpin sebelumnya, dan belum tentu pula visi pemimpin sebelumnya yang ada pada expanded vision tersebut relevan dengan jaman yang berubah. Pertanyaannya apakah ada contoh seperti itu. Salah satu yang dapat ditemukan hari ini adalah visi Indonesia 2025 yang dijadikan sebagai Undang-Undang No 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pemba-ngunan Jangka Panjang Nasional

Page 142: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN134

2005-2025. Siapa pun Presidennya, pada periode hingga 202, harus mengikuti undang-undang ini, termasuk pula prioritas dan strateginya –namanya juga Undang-Undang. Kebijakan ini barangkali benar secara hukum, tetapi tidak etis, karena menjadikan batu sandungan bagi pemimpin masa depan. Jika Pemimpin Indonesia tahun 2019-2024 tidak sepakat dengan UU tersebut, berarti ia melanggar UU. Dan, Presiden tidak boleh melanggar UU, kan? “Ok, kan bisa dirubah”. Kalau membuat UU hanya untuk kemudian dirubah, untuk apa, bukan?

Hal yang sama juga terjadi di perusahaan. Tidak sedikit CEO yang merancang visi yang amat panjang jauh ke depan, yang dapat dinilai sebagai fait-a-comply yang berlebihan terhadap masa depan dan pemimpin masa depan. Tentu saja, yang menjadi masalah terutama pada perusahaan BUMN, karena pada perusahaan swasta sering dianggap lumrah, terutama jika CEO-nya adalah juga sekaligus owner, bahkan founder.

Pastinya, visi adalah agenda pemimpin, bukan agenda staf. Dengan demikian, menjadi aneh jika ada suatu nasehat bahwa untuk merumuskan visi perlu dibentuk sebuah “Tim Visi” yang diberi mandat merumuskan visi organisasi. Ini adalah fakta yang banyak terjadi pada banyak organisasi di Indonesia, khususnya organisasi publik dan kemasyarakatan yang nirlaba. Model perumusan visi oleh suatu tim pada hemat saya adalah sebuah bentuk tidak-dimengertinya makna the basic meaning of leadership accontability, karena akuntabilitas utama dan pertama dari pemimpin adalah menetapkan visi. Jadi, tugas merumuskan visi adalah tugas pemimpin, bukan tugas sekelompok orang yang diberi mandat untuk merumuskan visi. Mengapa? Karena pemimpin dipilih dengan pertimbangan ia mempunyai visi yang terbaik di antara para kandidat yang lain.

Alangkah tidak sesuainya, seseorang ditunjuk menjadi pemimpin tetapi tidak mampu merumuskan visi akan dibawa ke mana organisasi yang dipercayakan kepadanya. Mengapa hal ini menjadi penting? Dari pengalaman, begitu banyak organisasi, terutama organisasi publik dan nirlaba, begitu memasuki era kepemimpinan baru, maka dibentuk Tim Perumus Visi (dan Misi). Sebuah pemberian tanggungjawab yang tidak pada tempatnya.

Page 143: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 135

Memang, organisasi dapat saja membentuk tim perumus Visi, tetapi tim ini dipimpin oleh “CEO”nya. Jika di Departemen atau Kementerian dipimpin oleh Menteri –bukan pejabat eselon I apalagi eselon II atau III. Jika di Partai, maka dipimpin oleh Ketua Partai. Jika di perusahaan, oleh Direktur Utama. Tugas tim adalah memilihkan kata yang sesuai dengan visi yang digagas CEO. Visi sendiri adalah tanggung jawab dari Top Leader.

Benang Merah

Paparan pemikiran manajemen strategis di awal dan pemahaman lanjutan digambarkan sebagai berikut. Yang pertama adalah misi, karena merupakan raison d’etre dari keberadaan suatu organisasi. Pada setiap kurun waktu, organisasi dipimpin oleh seorang pemimpin. Pemimpin ini hadir membawa leadership’s vision untuk membimbing organisasi mencapai misinya –agar mission accomplished. Ketercapaian misi organisasi pada kenyataannya tidak mempunyai batas-batas, baik batas “waktu” maupun batas “keberhasilan”. Makna suatu “keberhasilan” sangat cepat lekang oleh waktu sehingga organisasi senantiasa mengembangkan misinya. Contoh, organisasi Republik Indonesia Indonesia mempunyai misi untuk menyejahteraan rakyatnya. Makna dan kualitas kesejahteraan pada tahun 1945 berbeda dengan di tahun 1965, 1995, dan 2005. Contoh lain, perusahaan otomotif mempunyai misi menguasai 20% pasar otomotif. Pada saat populasi manusia hanya 100, maka pangsa pasar itu berjumlah 20. Namun, ketika populasi menjadi 1.000.000, maka pangsa pasar itu menjadi 200.000.

Setelah misi, visi, maka kemudian dirumuskan strategi, yang selajutnya diturunkan menjadi kebijakan, selanjutnya menjadi program-program kerja, diteruskan menjadi proyek-proyek, kemudian kegiatan-kegiatan yang menghasilkan produk. Produk inilah yang merupakan “kinerja”, yang merupakan materialisasi dari visi pemimpin dalam merealisasikan misi organisasi.

Masalah yang penting menjadi perhatian adalah, bahwa visi adalah domain dari setiap leader. Sayang, pada banyak buku teks

Page 144: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN136

yang dipergunakan pada organisasi publik, visi dirumuskan oleh sebuah tim perumus visi. VISI DIRUMUSKAN OLEH PEMIMPIN. Mengapa? Karena, PEMIMPIN DIPILIH KARENA MEMPUNYAI VISI YANG TERPILIH akan ke mana organisasi dibawa.

Yang menjadi masalah, perumusan visi seperti pola yang sekarang berubah menjadi sebuah KESEPATAKAN DI ANTARA PARA ANGGOTA ORGANISASI. Kalau sudah seperti itu, maka PEMIMPIN TADI BUKAN LAGI PEMIMPIN. Ia hanya sekedar KOORDINATOR. Model ini juga dipergunakan pada lembaga-lembaga yang tidak menganut seorang pimpinan tunggal tetapi pimpinan kolektif. Pada sistem politik, pola ini dilakukan pada organisasi polit-biro di Soviet pada era komunisme. Pola ini juga diikuti antara lain pada lembaga gereja beraliran manajemen presbitarian di mana, pimpinannya adalah sebuah kolektivitas atau komune atau kelompok yang diangkat sebagai kongregasi dari warga gereja –biasanya disebut sebagai “Majelis” atau “Majelis Agung”.

Jadi untuk organisasi publik yang dipimpin oleh seorang top executive, seperti Presiden di tingkat Pemerintahan, Menteri di tingkat Departemen dan Kementerian, Kepala untuk Badan atau Lembaga Pemerintah non Departemen/Kementerian, Gubernur

Page 145: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 137

di tingkat Propinsi, Bupati di tingkat Kapubaten dan Walikota di tingkat Kota. Untuk organisasi seperti ini, seseorang ditunjuk atau dipercaya menjadi pemimpin harus membawa visi. Nasihat mengatakan without vision people shall perished. Demikian juga organisasi yang dipimpin seorang pimpinan yang tidak membawa visi, dan ia menyerahkan pembuatan misinya kepada bawahannya yang dibentuk untuk membuat visinya –dan hal ini yang terjadi pada lembaga-lembaga publik di Indonesia, kecuali lembaga Presiden. Tim yang dipimpinnya hanya dapat dimintai memberikan masukan untuk mendetilkan visi, sementara tugas merumuskan visi berada pada kewajiban (bukan hak!) dari pemimpin. Tugas tim adalah mendetilkan visi, hingga menjadi strategi dan seterusnya. Pemimpin yang tidak bersedia merumuskan visinya terhadap organisasi dapat dikatakan tidak bertanggungjawab atas kehormtan yang diberikan kepadanya sebagai pemimpin puncak – atau leader. Karena, jika gagal mencapai visi, ia mempunyai ruang yang amat leluasa untuk menyalahkan bawahannya.

Manajemen strategis–sejak formulasi hingga implementasi— perlu mengikuti kaidah-kaidah tersebut karena memang kaidah tersebut bersifat given atau tidak dapat ditolak. Sama seperti jika seorang anak lelaki kecil hendak kencing, maka langkah pertama adalah membuka resleting celana, menurunkan celana luar, menurunkan celana dalam, mengeluarkan alat pengeluar urine (maaf- penis) dan baru urine dari dalam ginjal dibuang. Jika baru celana luar yang dibuka, tetapi celana dalam belum, tetapi langsung kencing, maka jorok, bukan? Apalagi jika celana belum dibuka langsung kecing, apa namanya kalau bukan ngompol.

Shakespeare –yang bukan guru manajemen— dalam Hamlet, drama yang ditulisnya, mengatakan what is the meaning of the name, misalnya –seperti kasus di atas “misi” adalah “terjemahan visi”— atau yang harus ada adalah “Program” (ingat, Program Pembangunan Nasional atau Propenas, yang menggantikan Repelita di jaman Orba) baru kemudian Strategi (ingat ada Renstra, yang dibangun mengacu kepada Propenas). Penamaan tersebut tidak bisa dipungikiri karena alergi dengan istilah Orde Baru, Rencana Pembangunan Nasional, meski kata

Page 146: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN138

“rencana pembangunan nasional” itu bukanlah mencerminkan atau copy right dari Orde Baru.

Pada manajemen strategis, “nama” adalah meaningful karena memberikan makna yang berlainan. Ini juga yang perlu menjadi kekritisan kita ketika memberi nama rangkaian manajemen strategis yang kita buat. Ibarat hendak ke bulan, sampai ke derajad pun, kalau perlu dibuat secermat mungkin. Salah satu derajad di bumi bisa hanya 1 senti, tetapi pada jarak ratusan kilometer, bentangan 1% bisa membuat pesawat luar angkasa “ulang-balik” berubah menjadi “pesawat ulang tidak balik”

Jadi, apa agenda kita sekarang. Agenda ini terpulang pertama-tama kepada Bappenas. Sebagai perancang dan pelaksana UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional perlu memperbaiki beberapa pasal vital yang tidak sebangun berkenaan dengan pemahaman akademik, universal, danbest practices dunia. “Berbeda” adalah baik, sepanjang “tidak asal beda”, atau “nyleneh”.

Jika setiap periode pemimpin misi (yang melekat pada organisasi), maka organisasi itu akan dengan cepat disorientasi bahkan sebenarnya “sudah bubar, karena misinya berubah/berganti” tetapi “masih berjalan” karena wadahnya masih “hidup”. Mirip zombie.

Visi adalah tugas pemimpin, bukan tugas bawahan. Pemahaman ini barangkali banyak dipengaruhi Bryson (1995), yang sebenarnya tidak sebangun dengan keberadaan faktual seorang leader. Para penasihat, akademisi, dan praktisi meyakini bahwa visi adalah the most original ingredient dari seorang leader. Jika Pimpinan Kementerian Menyerahkan perumusan visi kepada bawahan seperti yang terjadi hingga kegiatan yang dilakukan oleh sebuah produsen sabun mandi, “cuci tangan bersama”.

Page 147: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 139

Pembelajaran

Tetapi memahami misi dan visi saja tidaklah memadai. Karena itu, kita perlu memahami bagaimana perencanaan strategis secara utuh, tidak semata-mata dari teori, tetapi bagaimana membawa teori dan pengalaman terbaik menjadi fakta seni dan ketrampilan, menjadi in action.

Masalah lain adalah, kita terlanjur melihat perencanaan strategis sebagai panasea, obat mujarab bagi semuanya. Akibatnya, begitu suatu organisasi selesai merumuskan renstra, semua bernafas lega: “Nah, selesailah tugas kita!” Kita seringkali berfikir (dan berbuat), bahwa kalau renstra sudah ada, maka renstra akan berjalan dengan sendirinya. Para pimpinan tinggal mencetak dan membagikan ke seluruh bawahan, kemudian akhir masa kerja, dievaluasi. Percayalah, jika evaluasinya baik, pasti begitu banyak cosmetics-action pada hasil evaluasi. Yang saya ketahui, dari banyak evaluasi kinerja organisasi, yang terjadi adalah yang dicapai tidak nyambung dengan renstra. Semua orang berjalan sendiri-sendiri. Alasannya adalah menyesuaikan dengan perobahan. Padahal, disebut “penyesuaian” jika penyimpangan yang terjadi hanya pada kisaran 20% dari rencana. Lebih dari itu hanya dua sebutan yang dapat dipilih: memberontak terhadap rencana atau tidak ada rencana sama sekali –jika pun ada hanya formalitas belaka.

Berapa banyak kerugian kita membuat renstra yang hanya untuk kepentingan formallitas, karena sudah “menjadi kewajiban”, “menjadi kebiasaan”, dan sejenisnya ? Untuk membuat satu renstra, sebuah Departemen memerlukan biaya sekitar Rp 500 juta sampai dengan Rp 1 milyar. Taruh kata, Rp 500 juta. Jika di Indonesia ada 10.000 ada lembaga publik di pusat dan daerah, termasuk lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, akuntatif, BUMN dan BUMD, universitas, maka paling tidak telah dikeluarkan biaya Rp 5.000.000.000.000, atau Rp 5 trilyun. Berapa banyak dari biaya tersebut yang memberikan hasil yang diharapkan ? Jika terjadi penyimpangan 20%, di atas kertas terjadi “kerugian” Rp 1 trilyun. Belum lagi jika terjadi kerugian sampai 50%. Itu dari sisi biaya renstra, belum dari kerugian impak renstra yang salah.

Page 148: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN140

Renstra penting bagi organisasi, tetapi kita tidak dapat menjadikannya sebagai obat amat mujarab, dan dengan punya renstra, seakan sim salambim ! tujuan tercapai !

Jika kita terkena penyakit itu, mari kita simak komentar dari John M. Bryson dalam Strategic Planning for non public and non profit organizations (1995, 9):

“Clearly, strategic planning is no panacea. As noted, strategic planning is simply a set of concepts, procedures, and tool designed to help leaders, managers, and planners think and act strategically: Used in wise and skillful ways by a “coalition of the willing”, strategic planning can help organizations focus on producing effective decissions and actions that further the organization’s mission, meets is mandates, and satisfy key stakeholders”.

Dan, jangan lupa, perencanaan strategis tidak pernah menggantikan peran pemimpin. Strategic planning is not a substitute for leadership. Pemimpin merupakan faktor sentral dalam organisasi.

Namun, meski organisasi mempunyai pemimpin, tapi tanpa rencana strategis, ia dapat menjadi adalah organisasi yang tidak tahu ke mana akan pergi. Memang, dengan memiliki rencana strategis, organisasi Anda mungkin tidak akan mencapai tujuan yang dikehendaki. Tetapi, tanpa rencana strategis, maka organisasi yang Anda pimpin pasti akan tersesat dan tidak akan mencapai tujuan yang dikehendaki. Organisasi bukan saja pergi ke somewhere else, tetapi amat mungkin organisasi akan pergi ke nowhere.

Page 149: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 141

DAFTAR PUSTAKA

Allison, Michael, dan Jude Kaye, Perencanaan Strategis bagi Organisasi Nirlaba (2005), Jakarta: Obor-TIFA

Boulton, Richard E.S., Barry D. Libert, Steve M. Samek, dalam bukunya Cracking Value Code (2000), New York: Harper Business.

Bowman, Cliff, The Essence of Strategic Management (1990), New York: Prentice Hall

Bryson, John M., Strategic Planning for Public and Nonprofit Organizations (1995), San Francisco: Jossey-Bass.

Calingo Strategic Management in the Asian Context (1997), Singapore: Willey

Certo, Samuel C., dan J. Paul Peter, Strategic Management (1990), New York: McGraw-Hil.

Certo, Samuel C., dan J. Paul Peter, 1991, Strategic Management: Concepts and Applications, New York: McGraw Hill

Champy, James, 1995, Reengineering Management, New York:Harper& Row

David, Fred R., Strategic Management (2011), New York : Prentice Hall

Dess, Gregory, dan Alex Miller, Strategic Management (1993), New York: McGraw-Hil.

Drucker, Peter, Managing for Nonprofit Organization (1994), Harper & Row

Drucker, Peter F., Management Challange for the 21st Century (1999), New York: Harper & Row.

Freeman, R. Edward, Strategic Management: A Stakeholder Approach (1984), Boston: Pitman.

Grundy, Tony, and Laura Brown, 2004, Be Your Ownd Strategy Consultant, London: Thompson Learning

Hax, Arnoldo C, dan Nicolas S. Majluf, The Strategy Concept and Process: A Pragmatic Approach (1991), New York: Prentice Hall

Page 150: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN142

Hope, Jeremy,& Tony Hope, 1997, Competing in the Third Wave: The Ten Key Management Issues of the Information Age, Boston: Harvard Business School Press

Hunger, J. David, dan Thomas L. Wheelen, Strategic Management (2010), Massachusetts: Adison-Wesley.

Kaplan, Robert, and David P. Northon, 2004, Strategy Maps, Boston: HBR Press

Mintzberg, Henry, The Rise and Fall of Strategic Plannig (1994), New York: Free Press.

Mintzberg, Henry, dan James Brian Quin, The Strategy Process (1991), New York: Prentice Hall

Mintzberg, Henry, Safary Strategy (1998), New York: Free Press.

Nutt, Paul C., dan Tobert W. Backoff, Strategic Management on Public and Third Sector Organizations (1992), New Jersey: Jossey-Bass

Ohmae, Kenichi, The Mind of the Strategist (1992), New York : McGraw-Hill.

Pearce, John A., dan Richard B. Robinson Jr, Strategic Management: Strategy Formulation and Implementation (1988), Illinois-Tokyo: Irwin-Topan

Porter, Michael E., Competitive Strategy (1980), New York: Free Press.

Porter, Michael E., Competitive Advantage (1985), New York: Free Press.

Porter, Michael E., On Competition (1998), Boston : Harvard Business Press.

Porter, Michael E., Competitive Advantage Among Nations (1998), London: McMillan Business

Porter, Michael E., and Cynthia A. Montgomery (eds.), 1991, Straregy: Seeking and Securing Competitive Advantage, Boston: Harvard Business Review Book

Page 151: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 143

Robert, Michel, Strategy: Pure and Simple (1993), New York: McGraw-Hil.

Rowe, Alan J, Richard O. Masson, Karl E. Dickel, Richard B. Mann, dan Robert J. Mockler, Strategic Management: A Methodological Approach (1994), Massachusetts: Adison-Wesley.

Rumelt, Richard P., 1986, Strategy, Structure, and Economic Performance, Boston: Harvard Business Review Book

Salusu, J., 1996, Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan Nonprofit, Jakarta: Grasindo.

Shirley, Rocert C., Michael H. Peters, dan Adel I. El-Ansarey, Strategy and Policy formation: A Multifunctional Orientation (1981), New York: Willey.

Steiner, George A., Strategy Planning: What Every Manager Must Know (1979), New York: Free Press

Steiner, George A., and John B. Miner, 1986, Management Policy and Strategy, New York: MacMillan

Thompson, Arthur A., dan A.J. Strickland III Strategic Management (1995), Boston: Irwin.

Thompson, Arthur A., John E. Gamble, dan A.J. Strickland III, Strategy: Winning in the Marketplace (2004), Boston: Irwin-McGraw-Hill.

Volberda, Henk. W., and Tom Elfring, 2001, Rethinking Strategy, London: Sage Publication.

Lain-lain:

Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

---0O0--

Page 152: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN144

Reformasi Birokrasi danPelayanan Publik

Oleh : Komarudin 1)

Ringkasan

Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik merupakan dua elemen penting dalam tata kelola pemerintahan, menuju terwujudnya pelayanan publik yang berkualitas dan prima serta tata pemerintahan yang baik (good governance). Reformasi birokrasi aparatur negara diharapkan berujung pada pelayanan publik yang prima, efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan, dan pemberantasan korupsi.

PENDAHULUANI.

Birokrasi, reformasi birokrasi, dan penciptaan pelayanan publik berkualitas sudah menjadi komitmen pemerintah yang dituangkan dalam UU 17/2007 tentang RPJPN 2005-2025, Perpres 5/2010 tentang RPJMN 2020-2014, Perpres 29/2010 tentang RKP 2011, Perpres Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) 2010-2025 dan Permenpanrb

1 Prof.Drs. Komarudin, M.A., APU, peneliti utama BPPT bidang kebijakan publik, mantan Deputi BPPT dan Deputi/Staf Ahli Menpan.

Page 153: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 145

Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB). Pelayanan publik diatur dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang segera disusul 5 (lima) Peraturan Pemerintah (ruang lingkup, sistem pelayanan terpadu, standar pelayanan, pelayanan berjenjang, dan peran serta masyarakat dalam pelayanan publik) dan 1 (satu) Perpres tentang Mekanisme Pembayaran Ganti Rugi.

Birokrasi adalah perangkat/institusi, pegawai/SDM dan sistem penyelenggaraan pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan. Reformasi adalah proses penyempurnaan, perbaikan, pengubahan, dan perombakan birokrasi dari keadaan kurang baik menjadi lebih baik. Reformasi birokrasi merupakan upaya sistematis, terpadu dan komprehensif yang ditujukan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good governance), termasuk tata kelola pemerintahan yang baik (good public governance), dan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).

Tata Pemerintahan yang baik (good governance) adalah proses penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksanakan pegawai negeri dengan menaati peraturan perundang-undangan dan menerapkan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik. Pelayanan Publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Penyelenggara Pelayanan Publik yang selanjutnya disebut Penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Organisasi Penyelenggara Pelayanan Publik yang selanjutnya disebut Organisasi Penyelenggara adalah satuan kerja penyelenggara pelayanan publik yang berada di lingkungan institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga

Page 154: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN146

independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.

Pelaksana Pelayanan Publik yang selanjutnya disebut Pelaksana adalah pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang yang bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan publik. Beberapa peraturan perundang-undangan yang terkait dengan reformasi birokrasi dan pelayanan publik, antara lain UU 28/1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Baik, UU 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (disempurnakan dengan UU 20/2001), UU 30/2002 tentang KPTPK, UU 17/2003 tentang Keuangan Negara, UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara, UU 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU 17/2007 tentang RPJPN 2005-2025, UU 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, UU 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, UU 37/2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia, UU 39/2008 tentang Kementerian Negara, UU 25/2009 tentang Pelayanan Publik, UU 43/2009 tentang Kearsipan, PP 42/2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS, PP 65/2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM, PP 53/2010 tentang Disiplin PNS (pengganti PP 30/1980 tentang Peraturan Disiplin PNS), Perpres 54/2009 tentang Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan, Perpres 14/2010 tentang Pembentukan Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional dan Tim Reformasi Birokrasi Nasional, Perpres 81/2010 tentang GDRB, dan Permenpanrb Nomor 20/2010 tentang RMRB, serta sembilan Permenpanrb yang merupakan tindak lanjut Permenpanrb tentang RMRB.

Page 155: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 147

REFORMASI BIROKRASI APARATUR NEGARAII.

2.1 Tata Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) RPJPN Tahun 2005-2025

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025 menegaskan bahwa Visi Pembangunan Nasional adalah “Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur“. Upaya mewujudkan visi tersebut dilakukan dengan menetapkan 8 (delapan) misi pembangunan nasional. 2

Pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, di pusat maupun di daerah agar mampu mendukung keberhasilan pembangunan di bidang-bidang lainnya (angka IV.1.2.E.35, UU 17/2007). Salah satu acuan penting penyelenggaraan negara yang bersih adalah UU 28/1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN yang didalamnya terdapat Tujuh Asas Penyelenggaraan Negara yang Bersih. 3 2 Delapan Misi Pembangunan Nasional (UU Nomor 17/2007 tentang RPJPN

2005-2025): 1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila; 2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing; 3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hokum; 4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu; 5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan; 6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari; 7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; dan 8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.

3 Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyeleng-garaan Negara Yang Bersih dan Bebas dari KKN berisi pengaturan tentang penye-lenggara negara, penyelenggara negara yang bersih, korupsi, kolusi, nepotisme asas umum penyelenggaraan negara, hak dan kewajiban penyelenggara negara, hubungan antar penyelenggara negara, peran serta masyarakat, komisi pemeriksa, sanksi, ketentuan peralihan, dan ketentuan penutup. Tujuh Asas Umm Penye-lenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari KKN harus dipahami, dimengerti, ditegakkan, dan diamalkan oleh setiap aparatur negara/pemerintah/PNS, yaitu

Kepastian Hukum1. (negara hukum, mengutamakan landasan peraturan perun-dang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyeleng-gara negara). Tertib Penyelenggaraan Negara2. (keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara).Kepentingan Umum3. (mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif). Keterbukaan4. (membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh in-formasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan neg-ara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan

Page 156: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN148

RPJMN Tahun 2010-2014

Perpres Nomor 5 Tahun 2010 Tentang RPJMN 2010-2014 menegaskan bahwa fokus pembangunan 2010-2014 adalah penegakan NKRI, pengembangan SDM, penerapan iptek, dan daya saing perekonomian. Penjabaraan reformasi birokrasi, tata kelola pemerintahan, dan pelayanan publik dalam RPJMN 2010-2014 sebagai berikut:

Visi 2014 adalah “Indonesia Yang Sejahtera, Demokratis dan a. Berkeadilan” (masyarakat sejahtera; masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat, dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggungjawab dan menegakkan HAM; dan pembangunan adil dan merata oleh seluruh masyarakat secara aktif yang hasilnya dinikmati seluruh bangsa Indonesia).Lima Agenda Pembangunan, yaitu: 1) Pembangunan b. ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat; 2) Perbaikan tata kelola pemerintahan; 3) Penegakan pilar demokrasi; 4) Penegakan hukum dan pemberantasana korupsi; dan 5) Penerapan yang inklusif dan berkeadilan.Pengarusutamaan: pembangunan berkelanjutan, tata c. kelola pemerintahan, dan gender.Reformasi Birokrasi dan perbaikan tata kelola pemerintahan d. diarahkan pada peningkatan kualitas pelayanan publik, efektivitas dan efisiensi kelembagaan kementerian/lembaga, dan penanggulangan korupsi.Ruang lingkup reformasi birokrasi dan tata kelola e. pemerintahan meliputi:

Struktur: penataan dan pemantapan kelembagaan/1. organisasi.

dan rahasia negara);.Proporsionaitas5. (mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban pe-nyelenggara negara). Profesionalitas6. (mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ke-tentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku). Akuntabilitas7. (setiap kegiatan dan hasil kegiatan akhir dari kegiatan penye-lenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi segera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku).

Page 157: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 149

Otonomi Da2. erah: penataan, pembatasan pemekaran wilayah, efektivitas dan efisiensi dana perimbangan daerah, dan penyempurnaan sistem pemilu kepala daerah.SDM: pengelolaan terpusat rekrutmen, diklat, 3. penempatan, promosi, dan mutasi.Regulasi: penataan peraturan perundang-undangan.4. Sinergi: antar pemerintah (pusat-pusat, pusat-daerah, 5. dan antardaerah).Penegakan hukum: sadar hukum, kepastian hukum, 6. dan pemberantasan korupsi.Kependudukan: Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan 7. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).

Kebijakan Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik f. Tahun 2010-2014:

NO. RB / YANLIK KEBIJAKAN

1. Reformasi Birokrasi 1. Penegakan Peraturan Disiplin PNS (PP 53/2010 pengganti PP 30/1980)

2. Penerapan Pakta Integritas Pejabat Eselon 1, Eselon 2, dan Eselon 3

3. Pembuatan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN)

4. PelaporanGratifikasi5. Sistem Pengendalian Internal yang efektif (pengawasan fungsional,

pengawasan melekat, dan pengawasan masyarakat)6. Penerapan e-Procurement pengadaan barang/jasa pemerintah7. Tindak lanajut atas temuan hasil pemeriksaan8. Peningkatan akuntabil itas pengelolaan anggaran dan

pelaporannya9. Tindak lanjut pengaduan masyarakat10. Penataan organisasi/kelembagaan: rightsizing organisasi11. Penyederhanaan proses bisnis (business process) dan Estándar

Operasional Prosedur (SOP) utama12. Manajemen SDM berkualitas, transparan, dan berbasis merit/

kompetensi13. Pemanfaatan teknologi informasi (e-Government)14. Manajemen Kearsipan dan dokumentasi berbasis teknologi

informasi (UU 43/2010 tentang Kearsipan)15. Penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(SAKIP) dan peningkatan kualitas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Page 158: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN150

2. Pelayanan Publik 1. Penerapan estándar pelayanan publik (sesuai UU 25/2009 tentang Pelayanan Publik)

2. Pembuatan dan Sosialisasi Maklumat Pelayanan3. Penyebarluasan Pelayanan Terpadu Satu Pintu4. Penerapan Manajemen Pengaduan yang efektif5. Percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik6. Pemantauan, evaluasi, dan penilaiana kinerja unit penyelenggara

pelayanan publik

Prinsip tata pemerintahan yang baik

Penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan mulai bergeser dari “Government” ke “Governance” (penegakan prinsip-prinsip good governance: tata pemerintahan yang baik). Tata pemerintahan yang baik, sangat erat kaitannya dengan reformasi birokrasi, penegakan hukum, peningkatan kualitas pelayanan publik, perubahan mind-set dan culture-set, perubahan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak, menjadi aparat yang profesional, efektif, efisien, dan produktif.

Prinsip-prinsip good governance, terdiri atas kesetaraan, pengawasan, penegakan hukum, daya tanggap, efisien dan efektif, partisipatif, profesonalisme, akuntabilitas, berwawasan ke depan, dan transparansi (Depdagri, UN-Habitat, 2003). 4

4 Sepuluh Prinsip / Karakteristik Kepemerintahan Yang Baik – To apply good governance principles in Indonesia: (1) Kesetaraan (equity): memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya; (2) Pengawasan (supervision): meningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggara pemerintahan dan pembangunan dengan mengusahakan ketertiban swasta dan masyarakat luas; (3) Penegakan hukum (law enforcement): mewujudkan adanya penegakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat; (4) Daya tanggap (responsiveness): meningkatkan kepekaan para penyelenggara pemerintahan terhadap aspirasi masyarakat, tanpa kecuali; (5) Efisiensi dan Efektivitas (Effectiveness and Effciency): menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggungjawab; (6) Partisipasi (participation): mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang menyangkut kepentingan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung; (7) Profesionalisme (professionalism): meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggara pemerintahan agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya yang terjangkau; (8) Akuntabilitas (accountability): meningkatkan tanggungjawab dan tanggunggugat para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan

NO. RB / YANLIK KEBIJAKAN

Page 159: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 151

Bappenas menambah menjadi 14 elemen. Reformasi birokrasi adalah perubahan signifikan (mendasar) penyelenggaraaan negara/pemerintahan dan pembangunan, dilakukan pada berbagai aspek aparatur negara (kelembagaan, SDM aparatur, ketatalaksanaan atau manajemen, akuntabilitas aparatur, pengawasan, dan pelayanan publik yang berkualitas, serta perubahan mind-set dan culture-set), dengan program jelas dan target terukur, agar menjadi makin efisien, efektif, dan produktif. Setiap negara menetapkan prinsip good governance, sesuai dengan kepentingan negara-masing-masing. 5

masyarakat luas; (9) Wawasan ke Depan (strategic vision): membangun daerah berdasarkan visi dan strategi yang jelas dan mengikutsertakan warga dalam seluruh proses pembangunan, sehingga warga merasa memiliki dan ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan daerahnya; dan (10) Transparansi (transparency): menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Sumber: Depdagri, UNDP, dan UN-Habitat, 2003, APKASI, APEKSI, ADEKSI, DLL.

Empat Belas Karakteristik Good Governance menurut Bappenas dan Lembaga-lembaga Donor: (1) Wawasan ke depan (strategic vision), pandangan ke depan (visioner), visi, misi, dan strategi jelas; (2) Terbuka (transparan), keterbukaan, transparansi (transparency); (3) Cepat tanggap (responsif), daya tanggap (responsiveness), dan menumbuhkan dialog; (4) Bertanggungjawab dan bertanggunggugat (akuntabel), akuntabilitas (accountability); (5) Profesional (profesionalitas, profesionalisme), kompeten, jujur, dan menumbuhkan keteladanan; (6) Efisien dan efektif (efisiensi dan efektivias); (7) Desentralistis, kejelasan pembagian tugas, fungsi, peran, wewenang; (8) Demokratis, menaati kesepakatan, kebebasan yang bertanggungjawab, konsensus, dan sinergi; (9) Legitimasi, supervisi/pengawasan terhadap administrasi publik, peranserta/partisipasi masyarakat (community/citizens participations), kebersamaan dan membangun masyarakat sipil/warga (civil society) yang kuat; (10) Mendorong kemitraan dengan swasta dan masyarakat, kesetaraan, kewajaran, kesamaan, keseimbangan hak dan kewajibn, komitmen yang kuat, pemerintah sebagai agent of change dan agent of development, administrasi pembangunan yang baik, dan mendorong investasi swasta; (11) Penegakan hukum, penghormatan terhadap hukum, menjunjung tinggi supremasi hukum, dan kepastian hukum; (12) Komitmen pada pengurangan kesenjangan dan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan pengembangan koperasi dan UKMK; (13) Komitmen pada tuntutan pasar, pemanfaatan ipek, daya saing, dan peningkatan kualitas SDM; dan (14) Komitmen pada lingkungan hidup (pembangunan berkelanjutan, berkesinambungan, berwawasan lingkungan.

5 Singapura: Service with CARE -- Courtesy (custom centric and user friendly services), Accessibility (convenient and easy access services), Responsibility/Responsiveness (services delivered in good time and minimal redtape), Effectiveness and Efficiency (effectively meeting needs of the public); Australia: FLAT: fairness - law and regulatory framework - accountability – transparency; Jembrana: DOA --- dana, orang, dan alat; Korea: Innovation! The Korean Government is Changing; Malaysia: Creative Management for Government and Development; Partnership for Good Governance: (1) reformasi pelayanan dan birokrasi; (2) perubahan sikap dan perilaku; (3) reformasi peradilan dan praturan perundang-undangan; (4) pengawasan

Page 160: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN152

Penerapan tata pemerintahan yang baik (good governance) di lingkungan instansi pemerintah pusat dilakukan antara lain dengan melihat pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan, Mahkamah Agung, dan Badan Pemeriksa Keuangan yang telah melaksanakan reformasi birokrasi sejak tahun 2008. Pemahaman reformasi birokrasi di lingkungan instansi pemerintah daerah, dilakukan antara lain dengan melihat praktik terbaik (best practices) beberapa kabupaten/kota, yaitu Gorontalo, Sidoardjo, Sragen, Karang Solok, Tarakan, dan beberapa provinsi/kabupaten/kota lainnya. Strategi yang dipilih adalah penerapan sistem manajemen pemerintahan POAC (planning, organizing, actuating, dan controlling) secara profesional, konsisten, dan berkelanjutan, kemitraan (pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat), dan upaya perwujudan pelayanan prima kepada masyarakat.

Anwar Suprijadi (LAN) mencatat paling sedikit ada empat prinsip rujukan good governance, yaitu keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), keadilan (fairness), dan pertanggungjawaban (responsibility). Eko Prasodjo (UI, GtZ) menegaskan pentingnya kapabilitas, kapasitas, dan fleksibilitas kepemimpinan serta efektivitas implementasi kebijakan; efisiensi penggunaan sumber daya, membangun konsensus, dan dukungan masyarakat. Setia Budi (Bappenas), mencatat 8 (delapan) faktor atau kategori yang harus dievaluasi dalam menerapkan good governance, yaitu (1) hasil kerja (prestasi pelaksanaan Renstra/Renja), (2) kepemimpinan, (3) perencanaan, (4) perbaikan yang berkelanjutan, (5) fokus kepada stakeholders, (6) proses pelaksanaan, (7) sumber daya manusia, dan (8) sumber daya lain dan informasi. Disarankan agar dilakukan perbaikan manajemen, kepemimpinan yang

masyarakat; (5) pendidikan dan informasi korupsi; dan (6) reformasi birokrasi dan militer; OECD: participatory, HAM, demokrasi (legitimasi, akuntabilitas, pelayanan yang baik, dan komitmen); UK/ODA: legitimasi, akuntabilitas, kompetensi, dan penghormatan terhadap hukum dan HAM; WORLD BANK: accountability, participatory, predictability/rule of law, and transparency; UNDP/LAN: 9 elemen dari 10 elemen Depdagri; Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI): transparansi, pertanggungjawaban/akuntabilitas, kewajaran/kesetaraan, kesinambungan, dan keberlanjutan; dan Majalah “FIVE”: reinventing (depsos – government -- aparatur pemerintah).

Page 161: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 153

baik, dan indikator kinerja, pengawasan dan audit publik, e-procurement dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah, dan diklat manajemen dan teknis fungsional berkelanjutan. Perubahan pemerintahan dari bad governance ke good governance, harus dikampanyekan terus menerus, penyadaran melalui pendidikan (politik) kepada masyarakat, didukung sarana dan prasarana pendidikan yang memadai.

Dalam melakukan pencegahan dan percepatan pemberantasan korupsi, UU 28/1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN, UU 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (disempurnakan dengan UU 20/2001), UU 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Inpres 5/2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, seharusnya sudah cukup lengkap untuk melaksanakan pemberantasan tindak pidana korupsi.

Jika good governance diterapkan dengan baik, maka banyak manfaat yang akan diperoleh, antara lain menurunnya perbuatan tindak pidana korupsi, meningkatkan integritas (kejujuran), terhapusnya peraturan perundang-undangan yang diskriminatif dan berkurangnya peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih, terciptanya kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, efisien, efektif, transparan, profesional, dan akuntabel, ditandai kelembagaan yang lebih efektif, ramping, dan fleksibel, hubungan kerja antar instansi pemerintah dan antara pemerintah pusat dan daerah yang lebih baik, administrasi pemerintahan dan kearsipan yang berkualitas, penyelamatan, pelestarian, dan pemeliharaan dokumen/arsip negara, serta kinerja organisasi dan prestasi pegawai makin baik, meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik, forum konsultasi publik, pemberantasan korupsi, dan pemberian penghargaan atas kepedulian masyarakat, dan terjaminnya konsistensi dan kepastian hukum seluruh peraturan perundang-undangan di tingkat pusat dan daerah.

Page 162: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN154

2.2 Pembaharuan Birokrasi/Pemerintah (Reinventing Government)

Tata pemerintahan yang baik, sangat erat kaitannya dengan reformasi birokrasi, penegakan hukum, peningkatan kualitas pelayanan publik, perubahan mind-set dan culture-set, perubahan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak agar menjadi lebih produktif, efisien dan efektif. Pelaksanaan otonomi daerah diharapkan mampu secara optimal membangun bangsa dan negara Indonesia secara terintegrasi, terrencana, dan berkelanjutan. Pelaksanaan pemerintahan sekarang bergeser dari ”pelaksana” (rowing) ke ”pengarah” (steering), menuju tata pemerintahan yang baik, reinventing government dari government ke governance.

Masyarakat berhak atas “pelayanan prima” sebagai konsekuensi atas prinsip ”customer-driven government” dalam pelaksanaan reformasi administrasi/pembaharuan birokrasi (reinventing government). Dalam bukunya berjudul “Reinventing Government: how the entrepreneurial spirit is transforming the public sector”, 1992), David Osborne dan Ted Gaebler menyarankan penataan dan pembaharuan birokrasi pemerintahan secara menyeluruh (reinventing government), dan mewirausahakan birokrasi (enterprising government), dengan membangun:

pemerintah berorientasi pelanggan (1. customer-driven government, meeting he needs of the customers, not the bureaucracy); pemerintah berorientasi misi2. (mission-driven government, transferring rule-driven organization);pemerintah yang tanggap3. (anticipatory government, prevention rather than cure); pemerintah berorientasi hasil (res4. ult-oriented government, funding outcomes, not inputs); pemerintah yang kompetitif (5. competitive government, injecting competition into service delivery);pemerintah yang berjiwa wirausaha (6. entreprising government, earning rather than spending);

Page 163: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 155

pemerintah yang terdesentralisasi (7. decentralized government, from hierarchy to participation and teamwor); pemerintah milik masyarakat (8. community-owned government, empowering rather than serving);pemerintah katalis (9. cataytic government, steering rather than rowing); danpemerintah berorientasi pasar (10. market-oriented government, leveraging change through the marke)t. Put it all together.

Pada pertemuan “The 7th Global Forum on Reinventing Government, “Building Trust in Government,” 26-29 June 2007, Vienna, Austria, David Osborne dalam makalahnya berjudul “Reinventing Government: What A Difference Strategy Makes?,” menyarankan: “The Five C’s” Lever Strategy Approaches:

LEvER / STRATEGY / APPROAChES

NO. LEVER STRATEGY APPROACHES

1 Purpose The Core Strategy Strategic Management; Clearing the Desks; and Uncoupling

2 Incentives The Consequences Strategy

Managed Competition; Enterprise Management; and Performance Management

3 Accountability The Customer Strategy

Customer Choice; Competitive Choice; and Customer Quality Assurance

4 Power The Control Strategy

Organizational Empowerment; Employee Empowerment; and Community Empowerment

5 Culture The Culture Strategy

Changing Habits; Touching Hearts; and Winning Minds

2.3 Birokrasi Yang Melayani, Profesional, Bersih, Efektif, Efisien, dan Produktif

Reformasi Birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar dan signifikan terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan,

Page 164: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN156

terutama menyangkut aspek kelembagaan (organisasi), sumber daya manusia aparatur, dan ketatalaksanaan (business process, mekanisme, sistem dan prosedur) yang berujung pada penciptaa pelayanan publik prima dan berkualitas. Reformasi Birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance, good public governance).

Kebijakan Pelayanan Publik difokuskan pada enam area, yaitu peletakan arah kebijakan pelayanan publik (UU Pelayanan Publik dan petunjuk pelaksanaannya), penyebaran praktik-praktik terbaik penyelenggaraan pelayanan publik (best practices), penerapan standar pelayanan publik menuju standar internasional, pemberian penghargaan peningkatan kinerja pelayanan publik, deregulasi dan debirokratisasi pelayanan investasi, dan peningkatan partisipasi/peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Birokrasi melayani masyarakat (pengguna/penerima layanan), diwujudkan dalam kemudahan pelayanan (syarat, prosedur, waktu, biaya, produk), pelayanan informasi, pengawasan internal, kepuasan pelanggan, dan penanganan pengaduan masyarakat. Sampara (UI, 2007) menegaskan bahwa yang ingin diciptakan adalah excellent service: self awareness and esteem, simpathy and enthusiasm, reform, visio and victory, innovative and impressive, care and cooperative, empowerment and evolution. Excellent service dimaksud, didukung oleh birokrat yang memiliki sifat feeling better (merasa lebih baik), getting better (menjadi lebih baik), dan staying better (tetap dalam keadaan lebih baik). Tujuh nilai utama excellent service perlu ditegakkan, yaitu charity (melayani dengan hati nurani), competency, commitment, consistency, care, continuous, and communication. Reformasi birokrasi dan pelayanan publik berusaha membangun aparat negara dan birokrasi yang melayani, profesional, bersih, efektif, efisien, produktif, transparan, akuntabel, dan kredibel.

Page 165: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 157

2.4 Grand Design Reformasi Birokrasi

Perpres 81/2010 tentang GDRB dan Permenpanrb 20/2010 tentang RMRB merupakan acuan pelaksanaan reformasi birokrasi. GDRB berisi visi pembangunan nasional, tujuan, arah, visi, pola pikir pencapaian visi, misi, tujuan, sasaran, prinsip, sasaran lima tahunan, ukuran keberhasilan, dan strategi pelaksanaan reformasi birokrasi. Visi pembangunan nasional adalah „Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur“. Ada dua arah kebijakan reformasi birokrasi. Pertama, pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik di pusat dan daerah agar mampu mendukung keberhasilan pembangunan di bidang lainnya (UU 17/2007 tentang RPJPN 2005-2025). Kedua, kebijakan pembangunan di bidang hukum dan aparatur diarahkan pada perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik melalui pemantapan pelaksanaan reformasi birokrasi (Perpres 5/2010 tentang RPJMN 2010-2014).

Visi RB adalah „terwujudnya pemerintahan kelas dunia“ (profesional, integritas tinggi, pelayanan prima, demokratis, dan tata pemerintahan yang baik tahun 2025). Beberapa kata kunci pola pikir pencapaian visi reformasi birokrasi adalah penegakan hukum, manajemen pengetahuan, manajemen perubahan, monev, dan quick wins. Empat Misi reformasi birokrasi, yaitu (1) membentuk dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan, (2) menata dan memperkuat organisasi, tatalaksana, manajemen SDM aparaatur, pengawasan, aluntabilitas, pelayanan publik, mind-set dan culture-set, (3) mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif, dan (4) mengelola sengketa administratif secara efektif dan efisien.

Tujuan reformasi birokrasi adalah menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik adaptif, integritas, kinerja, bebas KKN, melayani publik, netral, sejahtera, dedikasi, memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara. Tiga sasaran reformasi birokrasi, yaitu (1) terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, (2)

Page 166: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN158

meningkatnya kualitas pelayanan publik, dan (3) meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Prinsip reformasi birokrasi meliputi orientasi keluaran dan manfaat (output dan outcome), terukur, efisien, efektif, realistik, konsisten, sinergi, inovatif, kepatuhan, dan dimonitor.

Program dibedakan atas program makro (nasional, menyangkut penyempurnaan regulasi nasional yang terkait dengan upaya pelaksanaan reformasi birokrasi), meso (nasional, menjalankan fungsi manajerial, yakni menerjemahkan kebijakan makro dan mengoordinasikan (mendorong dan mengawal) pelaksanaan reformasi birokrasi K/L dan Pemda), dan mikro (K/L dan Pemda, menyangkut implementasi kebijakan/program reformasi birokrasi sebagaimana digariskan secara nasional yang menjadi bagian dari upaya percepatan reformasi birokrasi pada masing-masing K/L dan Pemda.

2.5 Road Map Reformasi Birokrasi

RMRB (Permenpanrb 20/2010) merupakan tindak lanjut GDRB (Perpres 81/2010), digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan reformasi birokrasi di lingkungan K/L dan Pemda. GDRB berisi pengorganisasian (tingkat nasional dan tingkat K/L dan Pemda), tahapan dan program pelaksanaan reformasi birokrasi, serta monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan reformasi birokrasi.

Program, kegiatan, dan hasil yang diharapkan pada tingkatan mikro (K/L dan Pemda) tahun 2010-2014 tercantum pada tabel lampiran. Quick Wins adalah langkah inisiatif yang mudah dan cepat dicapai yang mengawali pelaksanaan suatu program dalam reformasi birokrasi, terutama yanag berkaitan dengan pemberantasan KKN dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Quick Wins bermanfaat untuk mendapatkan mimentum yang positif dan meningkatkan kepercayaan diri instansi dalam melakukan langkah reformasi birokrasi serta meningkatkan kepercayaan masyarakat (to win public’s heart). Ada enam kriteria quick wins, yaitu (1) dilakukan di awal, (2) sesuai dengan ekspektasi pemangku kepentingan utama K/L

Page 167: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 159

dan Pemda dalam hal output atau tingkat kinerja, (3) dapat diselesaikan dalam jangka waktu relatif cepat, kurang lebih 12 bukan, (4) mudah terlihat dan manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh pemangku kepentingan, (5) memicu area perubahan yang menjadi tujuan reformasi birokrasi (organisasi, tatalaksana, peraturan perundang-undangan, SDM aparatur, pengawasan, akuntabilitas, pelayanan publik, pola pikir (mind-set) dan budaya kerja (culture-set) aparatur), dan (6) memberikan dampak yang signifikan dalam peningkatan kualitas produk utama K/L dan Pemda.

Dokumen RMRB telah ditindaklanjuti 9 (sembilan) dokumen pelaksanaan reformasi birokrasi, yaitu

Permenpanrb Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman 1. Pengajuan Dokumen Usulan Reformasi Birokrasi Kementerian/Lembaga.Permenpanrb Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pedoman 2. Penilaian Dokumen Usulan dan Road Map Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian/Lembaga. Permenpanrb Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman 3. Penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.Permenpanrb Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pedoman 4. Pelaksanaan Program Manajemen Perubahan (Change Management). Permenpanrb Nomor 11 Tahun 2011 tentang Kriteria dan 5. Ukuran Keberhasilan Reformasi Birokrasi.Permenpanrb Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pedoman 6. Penataan Tatalaksana (Business Process). Permenpanrb Nomor 13 Tahun 2011 tentang Pedoman 7. Pelaksanaan Quick Wins.Permenpanrb Nomor 14 Tahun 2011 tentang Pedoman 8. Pelaksanaan Program Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management).Permenpanrb Nomor 15 Tahun 2011 tentang Mekanisme 9. Persetujuan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan Tunjangan Kinerja Bagi Kementerian/Lembaga.

Page 168: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN160

Informasi yang menggembirakan, saat ini ada 13 (tigabelas) instansi pemerintah pusat yang telah menerima tunjangan kinerja reformasi birokrasi, yaitu Kementerian Keuangan, BPK, MA, Setneg, Kemenko Kesra, Kemenko Perekonomian, Kemenko Polhukam, Kementerian Pertahanan, Polri, TNI, Kementerian PPN/Bappenas, BPKP, dan Kementerian PANRB. Tahun 2011-2012 ada sekitar 75 instansi pemerintah pusat yang berjuang mendapat persetujuan dan sampai dengan tahun 2025 masih ada sekitar 534 instansi pemerintah daerah yang menunggu tunjangan kinerja reformasi birokrasi.

MEMBANGUN PELAYANAN PUBLIK BERKUALITAS DAN III. PRIMA

3.1 Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Publik mengacu pada Keputusan Men.PAN Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang berisi 7 (tujuh) butir penting. Pertama, dasar (untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik diperlukan pedoman umum oleh aparatur pemerintah pemberi pelayanan). Kedua, maksud dan tujuan (sebagai acuan bagi seluruh penyelenggara pelayanan publik dalam pengaturan dan pelaksanaan sesuai kewenangan yang diemban dan mendorong terwujudnya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima).

Ketiga, hakikat pelayanan publik (pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur negara sebagai abdi masyarakat). Keempat, asas pelayanan publik (transparansi, akuntabilitas, kondisional, partisipatif, kesamaan hak, serta keseimbangan hak dan kewajiban). Kelima, kelompok pelayanan publik yang terdiri atas (1) pelayanan administratif (pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen yang dibutuhkan oleh publik, antara lain KTP, SIM, Akta Catatan Sipil, dan BPKB), (2) pelayanan barang (pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang digunakan oleh publik, seperti air bersih, listrik, dan

Page 169: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 161

telepon), dan (3) pelayanan jasa (pelayanan yang menghasilkan berbagai jasa yang dibutuhkan oleh publik, seperti pendidikan, kesehatan, jasa transportasi, dan perbankan).

Keenam, penyelenggaraan pelayanan publik mengandung sepuluh butir penting, yaitu (1) prinsip pelayanan publik (kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi, keamanan, tanggungjawab, kelengkapan sarana dan prasarana, kemudahan akses, kedisiplinan-kesopanan-keramahan, dan kenyamanan); (2) standar pelayanan publik (prosedur, waktu, biaya, produk, sarana dan prasarana, dan kompetensi petugas pemberi pelayanan); (3) pola penyelenggaraaan pelayanan publik (fungsional, terpusat, terpadu, dan gugus tugas); (4) biaya pelayanan publik (penetapan besarnya biaya/tarif pelayanan harus memperhatikan: a) tingkat kemampuan dan daya beli masyarakat, b) nilai/harga yang berlaku atas barang dan atau jasa, c) rincian biaya harus jelas untuk jenis pelayanan publik yang memerlukan tindakan seperti penelitian, pemeriksaan, pengukuran dan pengujian; dan d) ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan memperhatikan prosedur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; (5) pelayanan bagi penyandang cacat, lanjut usia, wanita hamil dan balita; (6) pelayanan khusus (VVIP, VIP, eksekutif, dan bisnis); (7) biro jasa pelayanan (mempunyai izin usaha); (8) tingkat kepuasan masyarakat (indeks kepuasan masyarakat); (9) pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik (melekat, fungsional, masyarakat); dan (10) penyelesaian pengaduan dan sengketa (tindak lanjut pengaduana masyarakat, ombudsman).

Ketujuh, petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan publik sesuai kepentingan masing-masing instansi pemerintah (buku petunjuk berisi landasan hukum, maksud dan tujuan, sistem dan prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, biaya/tarif pelayanan, waktu penyelesaian, hak dan kewajiban, dan pejabat penerima pengaduan pelayanan).

Page 170: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN162

3.2 Standar Pelayanan, Transparansi dan Akuntabilitas Pelayanan Publik

Prinsip penyusunan standar pelayanan publik adalah konsensus, sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau, dapat dipertanggungjawabkan, mempunyai batas waktu pencapaian, dan berksinambungan. Beberapa hal penting terkait standar pelayanan, yaitu komponen standar pelayanan, langkah penyusunan standar pelayanan, pemantauan dan evaluasi, dan lembar kerja standar pelayanan.

Transparansi dan Akuntabilitas Pelayanan Publik diatur dengan Keputusan Menpan Nomor KEP/26/M.PAN/2/2004, merupakan hal yang sangat penting dalam penyelenggaraan pelayanan publik untuk menciptakan kualitas pelayanan publik. Kepmenpan ini utamanya diwujudkan pada aspek pembiayaam, waktu, persyaratan, prosedur, informasi, pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab, mekanisme pengaduan masyarakat, standar, dan lokasi pelayanan. Transparansi dan Akuntabilitas pelayanan publik harus dilaksanakan pada seluruh aspek manajemen pelayanan publik meliputi kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian, dan pelaporan hasil kinerja. Maksud Kepmenpan ini adalah untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik yang meliputi pelaksanaan prosedur, persyaratan teknis dan administratif, biaya, waktu, akta atau janji atau maklumat, motto pelayanan, lokasi, standar pelayanan, informasi dan pejabat yang berwenang/bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

3.3 Amanat Undang-Undang 25/2009 Tentang Pelayanan Publik

Undang-Undang tentang Pelayanan Publik mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, 18 Juli 2009, dan semua peraturan/ketentuan penyelenggaraan pelayanan publik wajib disesuaikan paling lambat 18 Juli 2011. Idealnya, 5 (lima) peraturan pemerintah (ruang lingkup, sistem pelayanan terpadu, standar pelayanan, pelayanan berjenjang, dan peran serta masyarakat

Page 171: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 163

dalam pelayanan publik), 1 (satu) peraturan presiden tentang mekanisme dan ketentuan pembayaran ganti rugi, dan 1 (satu) peraturan ombudsman tentang ajudikasi khusus, yang merupakan amanat undang-undang ini harus diselesaikan paling lambat 18 Juli 2011.

Undang-Undang Pelayanan Publik berisi ketentuan umum (pelayanan publik, penyelenggara, atasan satuan kerja, organisasi penyelenggara, pelaksana, masyarakat, standar pelayanan, maklumat pelayanan, sistem informasi pelayanan publik, mediasi, ajudikasi, menteri, dan ombudsman); maksud, tujuan, asas, dan ruang lingkup; pembina, organisasi penyelenggara, dan penataan pelayanan publik; hak, kewajiban, dan larangan; penyelenggaraan pelayanan publik, peran serta masyarakat, penyelesaian pengaduan, ketentuan sanksi, ketentuan peralihan, dan ketentuan penutup.

Beberapa isu penting pelaksanaan Undang-Undang Pelayanan Publik, antara lain:

Pemahaman tentang pelayanan publik, penyelenggara, 1. organisasi penyelenggara, dan pelaksana pelayanan publik.

Pemahaman tentang ruang lingkup pelayanan publik 2. (pelayaran barang, jasa, dan administratif).

Menpan wajib merumuskan kebijakan nasional pelayanan 3. publik, pemantauan dan evaluasi, serta koordinasi, peringkat kinerja, dan penghargaan kepada penyelenggara pelayanan publik.

Kerjasama antarpenyelenggara dan kerjasama antara 4. penyelenggara dengan pihak lain.

Kewajiban, larangan, dan hak (bagi penyelenggara, 5. pelaksana, dan masyarakat).

Standar pelayanan, pengelolaan sarana/prasarana dan/6. atau fasilitas, pelayanan khusus, biaya/tarif pelayanan, perilaku pelaksana, pengawasan, tindak lanjut pengaduan, dan penilaian kinerja.

Page 172: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN164

Peran serta/pengikutsertaan masyarakat dalam 7. penyelenggaraan pelayanan publik.

Penyelesaian pengaduan oleh penyelenggara, ombudsman, 8. dan lembaga terkait lainnya.

Pemahaman tentang ketentuan sanksi atas pelanggaran 9. penyelenggaraan pelayananan publik.

Sosialisasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang 10. Pelayanan Publik.

IV. REFORMASI BIROKRASI DAN PELAYANAN PUBLIK

4.1 Kata-kata Kunci

Kata-kata kunci reformasi birokrasi dan pelayanan public, antara lain birokrat (pejabat pemerintah), nilai-nilai birokrasi, profesional, efektif, efisien, produktif, transparan, akuntabel, nilai budaya, orientasi pada atasan (ABS), orientasi pada pelayanan, pemihakan, diskriminatif, kesenjangan, pengguna, rule driven, mission driven, pragmatisme, kepentingan pasar, demokrasi, citra positif, kinerja, responsif terhadap tantangan dan peluang baru, tidak rutin, berpikir luar biasa (out of the box), inovatif, futuristik, sistem manajemen pelayanan publik, demokratisasi, perkembangan teknologi, komunikatif, fairer, faster, better and cheaper, skill memadai, ramah, berpengetahuan luas, peralatan canggih, dan prinsip tata pemerintahan yang baik.

4.2 Reformasi Birokrasi

Setiap aparat kementerian/lembaga dan pemda wajib mempelajari dua dokumen penting, yaitu Perpres 81/2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan Permenpanrb 20/2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014. Setiap aparat negara wajib “melaksanakan fungsi dan tugas dengan baik, bertanggungjawab, jujur, adil, terbuka, terpercaya, mampu membebaskan diri dari praktik KKN, melaksanakan tugas dengan tegas dan konsisten, bersumpah

Page 173: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 165

dalam jabatan, mengumumkan kekayaan dan bersedia diperiksa kekayaannya sebelum/sesudah menjabat.” Ketetapan MPR RI Nomor VI/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa (etika social dan budaya, etika politik dan pemerintahan, etika ekonomi dan bisnis, etika penegakan hokum yang berkeadilan, etika keilmuan, dan etika lingkungan) seharusnya dijabarkan ke dalam etika penyelenggara negara yang mendukung pelaksanaan undang-undang pelayanan publik.

Reformasi Birokrasi Aparatur Negara dapat digambarkan sebagai berikut:

Elemen Penting Reformasi Birokrasi: aspek/bidang a. (kelembagaan, sumber daya manusia, tata laksana, akuntabilitas, pengawasan, dan pelayanan publik).Reformasi Birokrasi merupakan penerapan dan b. pengembangan budaya kerja, mind-set, culture-set, perubahan pola pikir – pola sikap –pola tindak, karakter, watak, jati diri, management beliefs, values, etika, dan kode etik.Reformasi Birokrasi merupakan pelaksanaan Etika c. Kehidupan Berbangsa, Etika Penyelenggara Negara/Etika Pemerintahan, PP 42/2004 Jiwa Korps dan Kode Etik (PNS), dan PP 53/2010 (pengganti 30/1980) tentang Disiplin PNS.Reformasi Birokrasi merupakan kepatuhan terhadap d. prinsip-prinsip/Karakteristik Tata Pemerintahan Yang Baik (good governance), bersih dan berwibawa; pemerintah yang bersih; dan bebas KKN.Beberapa TAP MPR yang terkait dengan reformasi e. birokrasi masih berlaku, yaitu TAP Tahun 1998 Reformasi Pembangunan, TAP VIII/2001 Etika Kehidupan Berbangsa, TAP MPR Nomor VIII/2001 penegakan hukum dan reformasi birokrasi, dan TAP MPR Nomor VI/2002. TAP MPR Nomor VI/Tahun 2002 mengamanatkan f. Pemberantasan KKN, Penegakan dan Kepastian Hukum, dan Reformasi Birokrasi. Dalam membangun kultur birokrasi sebagai salah satu elemen dari reformasi

Page 174: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN166

birokrasi, MPR merekomendasikan Pemerintah ”agar membangun kultur birokrasi Indonesia yang transparan, akuntabel, bersih, dan bertanggungjawab serta dapat menjadi pelayan masyarakat, abdi negara, contoh, dan teladan masyarakat.”

Kamus Umum Bahasa Indonesia mencatat bahwa reformasi adalah ”perubahan radikal untuk perbaikan (bidang sosial, politik atau agama) di suatu masyarakat atau negara”; “reformis (orang yang menganjurkan adanya perbaikan bidang politik, sosial atau agama tanpa kekerasan)”; dan “birokrasi” adalah (1) sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan; (2) cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban serta menurut tata aturan (adat dan sebagainya) yang banyak liku-likunya”; “birokrat adalah penyelenggara birokrasi”; dan “birokratis adalah pemerintahan yang bersifat birokrasi, cenderung lamban dan statis.” Kata ”radikal”, harap dibaca ”signifikan.”

Reformasi Birokrasi harus dimulai dari penataan kelembagaan dan pengembangan sumber daya manusia aparatur, berujung pada pelayanan publik yang prima. Selanjutnya membuat pengaturan, sistem, dan prosedur yang sederhana tidak berbelit-belit, menegakkan akuntabilitas aparatur, meningkatkan dan menciptakan pengawasan yang komprehensif, dan meningkatkan kualitas pelayanan publik menuju pelayanan publik berkualitas dan prima. Pada bidang-bidang pembangunan, reformasi birokrasi perlu diprioritaskan pada unit-unit kerja pelayanan publik (imigrasi, bea-cukai, pajak, pertanahan, kepolisian, kejaksaan, pemerintahan daerah) dan pada institusi/instansi pemerintah rawan KKN, seperti kepolisian, kejaksaan, legislatif, pemerintah pusat/daerah, departemen pendidikan, departemen agama, dan departemen pekerjaan umum.

Pola Pikir Reformasi Birokrasi, mengandung unsur-unsur kondisi birokrasi saat ini, peraturan perundang-undangan, lingkungan strategis, kebijakan-strategi-upaya (strategi), dan

Page 175: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 167

kondisi birokrasi yang diharapkan. Pola pikir ini kemudian dikembangkan menjadi pola pikir pencapaian visi reformasi birokrasi, yang mengandung unsur-unsur:

Permasalahan birokrasi saat ini (peraturan perundang-a. undangan, organisasi/kelembagaan, SDM aparatur, ketatalaksanaan, akuntabilitas, pengawasan, pelayanan publik, pola pikir/mind-set dan budaya kerja/culture-set).Penyempurnaan kebijakan nasional bidang aparatur.b. Perubahan pola pikir dan budaya kerja aparatur negara. c. Penegakan hukum (d. law enforcement), manajemen pengetahuan (knowledge management), manajemen perubahan (change management), monitoring dan evaluasi, serta quick wins.Hasil yang diharapkan adalah birokrasi yang bersih e. dan bebas KKN, peningkatan kualitas pelayanan, serta peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi, sehingga makin tumbuh kepercayaan masyarakat (trust) dan tercipta profil birokrasi yang ideal tahun 2025.

Aparat Negara harus terus menerus melakukan perubahan mind-set, cara berpikir (pola pikir, pola sikap, dan pola tindak), perubahan budaya “penguasa” menjadi “pelayan”, mendahulukan “peran” dari “wewenang”, tidak hanya berpikir “output”, tetapi juga “outcome”, perubahan manajemen kinerja, dan pemantauan praktik terbaik (best practices) dalam mewujudkan good governance, clean government (pemerintah bersih, transparan, akuntabel, profesional, dan bebas KKN), dan penerapan formula ”Bermula dari akhir dan berakhir di awal”. Pelayanan publik, ditandai tiga hal, ”apa syaratnya, berapa biayanya, dan kapan selesainya pelayanan?” Pemberantasan korupsi, mulailah dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan kerja, membangun akhlak mulia/akhlakul karimah (kejujuran/siddiq, keteladanan/tabligh, terpercaya/amanah, profesional dan kreatif/fathonah, dan konsisten/istiqomah).

Reformasi birokrasi aparatur negara adalah perubahan dari government (pemerintah; peran pemerintah lebih dominan dalam penyelenggaraan pemerintahan) ke governance (tata

Page 176: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN168

pemerintahan, penyelenggaraan dan pengelolaan pemerintahan, bagaimana cara suatu bangsa mendistribusikan kekuasaan, mengelola sumber daya dan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat, demokratis, adil, transparan, rule of law, “the process whereby elements in society wield power and authority, and influence and enact policies and decisions concerning public life, economic and social development”, pemerintahan yang amanah, tata pemerintahan yang baik, pengelolaan pemerintahan yang bertanggungjawab, pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa.”

Dari pengamatannya, Sofian Effendi (Rektor UGM) menegaskan, “sampai dengan saat ini Indonesia belum mampu mengembangkan good governance (pemberantasan KKN, clean government, kebijakan yang tidak jelas, penempatan personil tidak kredibel, enforcement menggunakan sentra kehidupan politik yang kurang berorientasi pada kepentingan bangsa)” dan disarankan agar “penyelenggaraan pemerintahan harus hati-hati, harus sesuai dengan praktik internasional, memperhatikan budaya dan kondisi bangsa, tidak terjebak dan terjerumus pada jebakan asing atau lembaga internasional dalam penyelenggaraan negara, hubungan pusat dan daerah dan dalam pengelolaan keuangan negara.” (Sofian Effendi, Loknas Reformasi Birokrasi ”Modernisasi Tata Laksana Pelayanan Publik,” Yogyakarta, 21-22 September 2005).

Reformasi Birokrasi Aparatur Negara ditandai oleh terbentuknya:

Kelembagaan (dengan ciri organisasi ”ramping struktur a. dan banyak/kaya fungsi, efisien, dan efektif”, organisasi disusun berdasarkan visi, misi, dan strategi yang jelas (structure follows strategy), organisasi efisien dan efektif, rasional, dan proporsional (rightsizing), flat atau datar, ramping, pembidangan sesuai beban dan sifat tugas, span of control yang ideal, bersifat jejaring (small organization but large networking, banyak diisi jabatan-jabatan fungsional (mengedepankan kompetensi dan profesionalitas dalam pelaksanaan tugasnya), dan menerapkan strategi

Page 177: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 169

organisasi pembelajaran (learning organization) yang cepat beradaptasi terhadap perubahan.Sumber Daya Manusia Aparatur yang ditandai oleh b. “PNS yang profesional, netral, dan sejahtera, manajemen kepegawaian modern, PNS yang profesional, netral, berdayaguna, produktif, transparan, bersih dan bebas KKN, jumlah dan komposisi pegawai yang ideal, penerapan sistem merit dalam manajemen PNS, klasifikasi jabatan, standar kompetensi, sistem diklat yang mantap, standar kinerja, penyusunan pola karier PNS, pola karir terbuka, PNS sebagai perekat dan pemersatu bangsa, sistem manajemen kepegawaian unified berbasis kinerja, dan dukungan pengembangan database kepegawaian, sistem informasi manajemen kepegawaian, sistem remunerasi yang layak dan adil, menuju manajemen modern. Tata Laksana atau manajemen (berusaha mewujudkan c. ”mekanisme, sistem, prosedur, dan tata kerja yang tertib, efisien, dan efektif”), melalui pengaturan ketatalaksanaan yang sederhana (standar operasi, sistem, prosedur, mekanisme, tatakerja, hubungan kerja dan prosedur pada proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pengendalian, proses korporatisasi dan privatisasi, pengelolaan sarana dan prasarana kerja, penerapan perkantoran elektronis dan pemanfaatan e-government, dan apresiasi kearsipan). Juga penataan birokrasi yang efisien, efektif, transparan, akuntabel, hemat, disiplin, dan penerapan pola hidup sederhana. Efisiensi kinerja aparatur dan peningkatan budaya kerja, terwujudnya sistem dan mekanisme kerja yang efektif dan efisien (dalam administrasi pemerintahan maupun pelayanan kepada masyarakat), sistem kearsipan yang handal: tepat guna, tepat sasaran, tepat waktu, efektif dan efisien, otomatisasi administrasi perkantoran, dan sistem manajemen yang efisien dan efektif. Unit organisasi pemerintah yang mempunyai potensi penerimaan keuangan negara, statusnya didorong menjadi unit korporatisasi dalam bentuk BHMN, BUMD, Perum, Persero, UPT, UPTD, atau bentuk lainnya.

Page 178: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN170

Akuntabilitas Kinerja Aparatur diarahkan untuk d. menciptakan ”Kinerja Instansi pemerintah yangberkualitas tinggi, akuntabel dan bebas KKN”, ditandai oleh sistem akuntabilitas kinerja, Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang efektif, sistem dan lingkungan kerja yang kondusif: berdasarkan peraturan dan tertib administrasi, terlaksananya sistem akuntabilitas instansi yang berguna sebagai sarana penilaian kinerja instansi dan individu oleh stakeholders (atasan, masyarakat, dan pihak lain yang berkepentingan) yang didukung sistem informasi dan pengolahan data elektronik yang terpadu secara nasional dan diterapkan di semua departemen/lembaga di bidang perencanaan dan penganggaran, organisasi dan ketetalaksanaan, kepegawaian, sistem akuntansi keuangan negara yang dikaitkan dengan indikator kinerja dan pelayanan masyarakat, dan aparatur negara yang bebas KKN (kondisi yang terkendali dari praktek-praktek penyalahgunaan kewenangan dan penyimpangan serta pelanggaran disiplin, tingginya kinerja sumber daya aparatur dan kinerja pelayanan publik).Pengawasan yang terkoordinasi dengan baik, ditandai e. oleh sistem pengendalian dan pengawasan yang tertib, sisdalmen/waskat, wasnal, dan wasmas, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi aparat pengawasan, terbentuknya sistem informasi pengawasan yang mendukung pelaksanaan tindak lanjut, serta jumlah dan kualitas auditor profesional yang memadai, intensitas tindak lanjut pengawasan dan penegakan hukum secara adil dan konsisten.Pelayanan Publik, diharapkan dapat mewujudkan f. ”pelayanan publik yang prima dalam arti pelayanan yang cepat, tepat, adil, dan akuntabel”, ditandai oleh pelayanan tidak berbelit-belit, informatif, akomodatif, konsisten, cepat, tepat, efisien, transparan dan akuntabel, menjamin rasa aman, nyaman, dan tertib, kepastian (waktu-biaya-hukum), dan tidak dijumpai pungutan tidak resmi. Kondisi kelembagaan, SDM aparatur,

Page 179: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 171

ketatalaksanaan, dan pengawasan, mampu mendukung penyelenggaraan pelayanan publik yang berkualitas dan mendorong munculnya praktek-praktek pelayanan yang lebih menghargai para pengguna jasa; perubahan paradigma aparatur yang terarah dalam upaya revitalisasi manajemen pembangunan ke arah penyelenggaraan Good Governance: menjadi entrepreneurial-competitive government (pemerintahan yang kompetitif), customer-driven dan accountable government (pemerintahan tanggap/ responsive), serta global-cosmopolit orientation government (pemerintahan yang berorientasi global); penerapan prinsip pelayanan prima: metode dan prosedur pelayanan, produk dan jasa pelayanan, mantapnya peraturan perundangan, penetapan standar pelayanan, indeks kepuasan masyarakat, pengembangan model dan penanganan keluhan masyarakat/pengguna jasa secara terorganisasi, serta partisipasi masyarakat; proses kerja serta modernisasi administrasi melalui otomatisasi administrasi perkantoran: penggunaan kantor elektronis di setiap instansi pemerintah serta penerapan dan pengembangan e-government; publikasi secara terbuka prosedur, biaya dan waktu pelayanan; dan peran serta masyarakat dengan adanya kejelasan tugas, wewenang dan tanggung jawab antara pemerintah dan masyarakat.Budaya Kerja produktif, ditandai oleh g. ”terbangunnya kultur birokrasi pemerintah yang produktif, efisien, dan efektif”, terciptanya iklim kerja yang berorientasi pada etos kerja dan produktivitas yang tinggi, melalui Pengembangan Budaya Kerja yang mengubah mind-set, sikap dan perilaku serta motivasi kerja; dengan pengembangan budaya kerja yang tinggi: terbentuk sikap, perilaku dan budaya kerja pegawai yang etis, bermoral, profesional, disiplin, hemat, hidup sederhana, jujur, produktif, menghargai waktu, menjadi panutan dan teladan, serta mendapat kepercayaan dari masyarakat.Koordinasi program dan pelaksanaan, pemantauan h. dan evaluasi, pengawasan dan pengendalian program

Page 180: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN172

pendayagunaan aparatur negara, melalui “keterkaitan institusional (koordinatif) yaitu keterkaitan Kementerian PAN dengan Instansi/Lembaga terkait yang bersifat koordinasi dalam rancangan, integrasi dalam program, sinkronisai dalam kegiatan dan simplifikasi dalam prosedur” , ditandai oleh kesatuan bahasa dan kerjasama dikembangkan melalui Rakor, Fortek dan Forkom, Raker, rapat berkala; koordinasi dilakukan sejak penyusunan program kerja dan anggaran; jelasnya Instansi/unit kerja yang secara fungsional berwenang dan bertanggungjawab atas sesuatu masalah atau tugas; dan program kerja Instansi/organisasi yang jelas (memperlihatkan keserasian kegiatan unit-unit kerja).

Salah satu pengalaman menarik Pemerintah Provinsi Gorontalo adalah menerapkan program membangun jiwa kewirausahaan birokrat/mewirausahakan birokrasi (enterprising government). Kewirausahaan terkait dengan wirausaha baru berbasis teknologi, orientasi ekspor, berdayasaing, subkontrak dan agribisnis/agroindustri, unggulan daerah. Entrepreneur adalah kemampuan memanfaatkan sumber daya dengan cara baru, melalui inovasi atau terobosan, untuk meningkatkan (mengoptimalkan) efektivitas dan produktivitas kerja. Entrerpreneur atau kewirausahaan juga dapat dilihat sebagai kesatuan terpadu dari semangat, nilai-nilai dan prinsip, serta sikap, kiat, seni dan tindakan nyata yang sangat perlu, cepat, dan unggul dalam menangani dan mengembangkan perusahaan atau kegiatan lain yang mengarah pada terpenuhinya kepuasan pelanggan.

Bangunlah pemerintahan yang berjiwa wirausaha, meningkatkan sense of entrepreneurship, menggiring dari “how are we going” ke “what are we going to do next?”, budaya kerja birokrat dikembangkan ke customer-driven, menumbuhkan entrepreneur birokrat, mengembangkan ekonomi lokal dan kemitraan, global partnership, knowledge-based economy, knowledge-based society, menumbuhkan transparansi-partisipasi-akuntabilitas, reinventing government dan innovating government, dan terus menerus berinovasi. Terapkan teknologi

Page 181: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 173

informasi (e-government), pengadaan barang dan jasa pemerintah yang bebas KKN (e-procurement), perkantoran elektronis, dan tata naskah dinas elektronis. Langkah selanjutnya, dapat dimulai penerapan technopreneurship, yaitu kewirausahaan berbasis teknologi.

Untuk meningkatkan kemandirian dan daya saing, perlu ditempuh langkah-langkah membangun dan meningkatkan kualitas inovasi aparat pemerintah. Aparatur negara harus berpikir luar biasa, bukan berpikir biasa-biasa saja atau rutin, tetapi ”out of the box” ditunjukkan dalam Qualities of an Innovator (Ditkoff, M., 15 October 2002): (1) Challenges status quo (tantangan status quo): dissatisfied with current reality questions authorty and routine and confronts assumptions; (2) Curious (keingintahuan): actively explores the environment, investigates new possibilities, and honors the sense of awe and wonder; (3) Self-Motivated (motivasi diri): repsonds to deep inner needs, proactively initiates new projects, intrinsically rewarded fo efforts; (4) Visionary (berwawasan ke depan): highly imaginative, maintains a future orientation, thinks mental pictures; (5) Entertains the Fantastics (melayani luar biasa): conjures outrageous scenarios, sees possibilities within the seemingly impossible, honors dreams and day dreams; (6) Takes Risks (berani mengambil risiko): goes beyond the comfort zone, experimental and non-conforming, courageusly willing to “fail”; (7) Peripatetic (peripatetik): hanges work environments as needed, wanders, walks or travels to inspire fresh thinking, given improvement and interaction; and (8) Playful/Humorous (gemar bergurau dan berjenaka): appreciates incongruities and surprise, able to appear foolish and child-like laughs easily and often.

Pelaksanaan reformasi birokrasi seharusnya dipayungi undang-undang tertentu. RUU tentang Administrasi Pemerintahan yang didalamnya berisi reformasi administrasi diharapkan segera dapat diselesaikan, agar penyelenggaraan pemerintahan makin baik, bersih dan berwibawa. Sejalan dengan itu beberapa rancangan undang-undang terkait juga harus segera diselesaikan, antara lain RUU Etika Penyelenggara

Page 182: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN174

Negara, RUU Kepegawaian Negara, RUU Akuntabilitas Kinerja, RUU Tata Hubungan Kewenangan Pemerintahan, dan RUU Sistem Pengawasan Nasional.

5.3 Catatan Penting Pelayanan Publik

Substansi undang-undang pelayanan publik harus dipahami oleh setiap aparatur negara, yaitu:

Pengertian tentang pelayanan publik, penyelenggara, a. organisasi penyelenggara, pelaksana, masyarakat, standar pelayanan, maklumat pelayanan, sistem informasi pelayanan publik, mediasi, ajudikasi, Menteri, dan Ombudsman.Maksud dan Tujuan.b. Asas Pelayanan Publik: kepentingan umum, kepastian c. hukum, kesamaana hak, keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan, partisipatif, persamaan perlakuan/tidak diskriminatif, keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, ketepatan waktu, serta kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan. Ruang Lingkup Pelayanan Publik meliputi pelayanan d. barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yanag diatur dalam peraturan perundang-undangan.Pembina, Organisasi Penyelenggara, dan Penataan e. Pelayanan Publik pada tingkat pusat dan daerah (pembina, penanggungjawab, evaluasi kinerja, pengelolaan, kerjasama antarpenyelenggara, dan kerjasama penyelenggara dengan pihak lain).Hak, kewajiban, dan larangan (penyelenggara, pelaksana, f. dan masyarakat).Penyelenggaraan pelayanan publik (standar pelayanan, g. maklumat pelayanan, sistem informasi pelayanan publik, pengelolaan sarana, prasarana, dan fasilitas, pelayanan khusus, biaya/tarif, perilaku pelaksana, pengawasan, pengelolaan pengaduan, dan penilaian kinerja). Standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi dasar hukum,

Page 183: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 175

persyaratan, sistem, mekanisme, prosedur, jangka waktu peneyelesaian, biaya/tarif, produk pelayanan, sarana, prasarana dan fasilitas, kompetensi pelaksana, pengawasan internal, penanganan pengaduan, saran dan masukan, jumlah pelaksana, jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan, jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan risiko keragu-raguan, dan evaluasi kinerja pelaksana).Peran serta masyarakat: dimulai sejak penyusunan h. standar pelayanan sampai dengan evaluasi dan pemberian penghargaan, diwujudkan dalam bentuk kerjasama, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta peran aktif dalam penyusunan kebijakan pelayanan publik. Masyarakat dapat membentuk lembaga pengawasan pelayanan publik.Penyelesaian pengaduan: oleh Penyelenggara, Ombudsman i. RI, dan PTUN.Sanksi: sesuai dengan PP 53/2010 tentang Disiplin PNS j. (pengganti PP 30/1980 tentang Peraturan Disiplin PNS) dan peraturan perundang-undangana terkait lainnya.Lima RPP harus segera diselesaikan (saat ini sudah k. mengalami keterlambatan penyelesaian), yaitu:

RPP tentang Ruang Lingkup Pelayanan Publik1. RPP tentang Sistem Pelayanan Terpadu2. RPP tentang Standar Pelayanan3. RPP tentang Pelayanan Berjenjang (Proporsi Akses dan 4. Kategori Masyarakat)RPP tentang Peran Serta Masyarakat Dalam 5. Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Satu RPerpres harus segera diselesaikan, yaitu RPerpres l. tentang Tata Cara Pembayaran/Pemberian Ganti Rugi Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Page 184: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN176

Di samping itu harus dipahami standar pelayanan publk, standar pelayanan minimal, dan standar operasi prosedur.

Standar Pelayanan Publik (SPP) adalah tolok ukur yang a. dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraaan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. SPP harus dibedakan pada tingkat kebijakan, manajemen, dan operasi/operasional.Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan b. tentanag jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM tertentu, berupa masukan, proses, hasil dan/atau manfaat pelayanan. SPM adalah salah satu jenis SPP pada tingkat kebijakan yang setidaknya mengatur ukuran minimal dari input, proses, dan output dari satu pelayanan publik tertentu yang berhak diperoleh oleh setiap warga negara dan penduduk. Sebagai contoh1. Standar Pendidikan Nasional adalah SPP dan sekaligus

SPM dalam bidang pendidikan. 2. SPM selalu menjadi bagian dari SPP, tetapi SPP tidak

selalu menjadi SPM.c. SOP/SPO dapat dibuat untuk melaksanakan kegiatan

tertentu dalam rangka mewujudkan SPP dan SPM. Sebagai contoh:

SPO bidan untuk perawatan kehamilan.1. SPO bimbingan ko2. nseling siswa pemakai narkoba.

d. Perbandingan SPP, SPM, dan SOP/SPO dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 185: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 177

NO SPM/SPP/SOP

URAIAN

1 SPP Standarisasi keseluruhan sistem pelayanan 1. publikMengatur semua jenis pelayanan2. Berfungsi sebagai pedoman bagi organisasi 3. penyelenggara pelayananTujuannya untuk mewujudkan kepastian 4. pelayanan

2 SPM Standarisasi ukuran kualitas dan kuantitas 1. pelayanan minimalMengatur pelayanan dasar/pelayanan wajib 2. tertentuBerfungsi sebagai indikator komitmen negara 3. kepada warganyaTujuannya untuk menciptakan pemerataan 4. dan keadilan

3 SOP/SPO Standarisasi pada tingkat operasi/kegiatan 1. pelayanan publikDapat digunakan untuk semua penyelenggara 2. pelayananBerfungsi sebagai pedoman bagi aparat 3. pelaksana pelayananTujuannya untuk mencapai efisiensi, 4. efektivitas, dan prediktabilitas

Sumber: Agus Dwiyanto, Dosen UGM, “Standar Pelayanan Publik: Kerancuan Konsep dan Pengaturan?“, Forum Group Discussion: Standar Pelayanan Publik, Kementerian PANRB, Jakarta, 2 September 2010.

Penyelenggara dan Aparat Pelaksana pelayanan publik harus memahami Pasal 11 ayat (4) dan Pasal 14 ayat (3) UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, PP 65/2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, Permendagri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan SPM, Permendagri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian SPM, Standar Pelayanan Publik, dan Standar Operasional Prosedur (SOP). SPM merupakan ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah

Page 186: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN178

yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Prinsip-prinsip SPM (Hasudungan, Kemendagri, 2010):

Merupakan alat Pemerintah dan Pemerintahan Daerah 1. untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara merata dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib.Ditetapkan oleh Pemerintah dan diberlakukan untuk 2. seluruh Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.Disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan, prioritas 3. dan kemampuan keuangan nasional dan daerah serta kemampuana kelembagaan dan personil daerah dalam bidang yang bersangkutan.Bersifat sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka, 4. terjangkau dan dapat dipertanggungjawabkan serta mempunyai batas waktu pencapaian.Memiliki indikator yang merupakan tolok ukur prestasi 5. kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM tertentu, berupa masukan, proses, hasil, manfaat, dan/atau dampak pelayanan.Masyarakat akan terjamin menerima suatu pelayanan 6. dari Pemerintah Daerah.Dapat ditentukan 7. Standard Spending Assessment, yaitu perhitungan biaya untuk suatu pelayanan dan perhitungan kebutuhan agregat minimum pembiayaan daerah.Menjadi landasan dalam menentukan anggaran suatu 8. pelayanan publik, perimbangan keuangan dan anggaraan berbasis kinerja.Membantu penilaian kinerja pemerintahan daerah dan juga 9. Kepala Daerah secara lebih akurat, terukur, transparan, dan akuntabel.Menjadi argumen bagi peningkatan pajak dan retribusi 10. daerah, karena baik Pemda maupun Masyarakat dapat melihat keterkaitan pembiayaan dengan pelayanan publik yang disediakan Pemda.

Page 187: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 179

Merangsang rasionalisasi kelembagaan Pemda, karena 11. Pemda akan lebih berkonsentrasi pada pembentukan kelembagaan yang berkorelasi dengan pelayanan masyarakat.Membantu Pemda dalam merasionalisasi jumlah dan 12. kualifikasi pegawai yang dibutuhkan dengan kemampuan mengelola pelayanan publik.

Saat ini telah dikenal pelayanan fungsional, terpusat, terpadu satu atap, dan terpadu satu pintu:

a. Pelayanan Fungsional: pola pelayanan publik diberikan penyelenggara sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangannya.

b. Pelayanan Terpusat: pola pelayanan publik diberikan secara tunggal oleh penyelenggara pelayanana berdasarkan pelimpahan wewenang dari penyelenggara pelayanan terkait lainnya yang bersangkutan.

c. Pelayanan Terpadu Satu Atap: pola pelayanan terpadu satu atas diselenggarakan dalam satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang tidak mempunyai keterkaitan proses dan dilayani melalui beberapa pintu. Terhadap jenis pelayanan yang sudah dekat dengan masyarakat, tidak perlu disatuatapkan.

d. Pelayanan Terpadu Satu Pintu: pola pelayanan terpadu datu pintu diselenggarakan pada satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki keterkaitan proses dan dilayani melalui satu pintu.

Dalam penanaman modal, terdapat Perpres Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal dan Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan Permendagri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Peningkatan kualitas pelayanan publik dengan partisipasi/peran serta masyarakat ditetapkan dengan Permenpan Nomor 13 Tahun 2009, dengan pemahaman sebagai berikut:

Page 188: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN180

Prasyarat penting menuju sukses pelayanan publik: a. komitmen pimpinan, perubahan mind-set dan cultural-set, adanya partisipasi/peran serta masyarakat, kepercayaan, kesadaran, keterbukaan, ketersediaan anggaran dan sarana/prasarana, rasa memiliki, survai partisipasi masyarakat, kejujuran, realistis dan cepat, umpan balik, humas yang komunikatif, kesediaan menerima pengaduan masyarakat, dan belajar dari praktik-praktik terbaik (best practices).Penataan Awal: komitmen organisasi, informasi, prinsip-b. prinsip, unit pelayanan, petugas pelaksana, anggaran, dan pengorganisasian.Langkah-langkah penggunaan metoda peningkatan kualitas c. pelayanan publik dengan partisipasi masyarakat:

Diskusi penyelenggara, pelaksana, dan masyarakat 1. dalam menyusun dan menetapkan standar pelayanan.Sosialisasi dan internalisasi standar pelayanan dan 2. maklumat pelayanan.Pengelolaan pengaduan masyarakat: situasi kondusif, 3. seminar/lokakarya, survei pengaduan masyarakat, survei kepuasan pelanggan, pemantauan dan evaluasi, pengawasan, dan pengendalian.Analisis penyebab pengaduan dan rencana tindak 4. penanganan pengaduan masyarakat Koordinasi dengan instansi terkait: Ombudsman RI, 5. PTUN, LBH, dan lembaga terkait lainnya.

Surat Edaran Menpan Nomor 148/M.PAN/5/2003 tentang Pedoman Umum Penanganan Pengaduan Masyarakat perlu ditinjau kembali dan diperbaharui yang saat ini berisi:

Pendahuluan (latar belakang, dasar hukum, maksud dan a. tujuan, sasaran, ruang lingkup, pengertian, dan prinsip penanganan pengaduana masyarakat).Penatausahaan pengaduan masyarakat: pencatatan, b. penelaahan, penyaluran, dan pengarsipan.

Page 189: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 181

Proses pembuktian pengaduan masyarakat: konfirmasi c. dan klarifikasi, penelitian dan pemeriksaan, dan pelaporan hasil penelitian/pemeriksaan.Tindak lanjut dan pemantauan pengaduan masyarakat: d. tindak lanjut hasil penelitian/pemeriksaan, pemanfaatan hasil penanganan pengaduan masyarakat, koordinasi, pemantauan dan evaluasi, pengendalian, dan sanksi.Penutup: setiap instansi pemerintah pusat dan daerah e. membuat petunjuk teknis penanganan pengaduan masyarakat, mengacu pada pedoman umum penanganan pengaduan masyarakat.

Pelayanan publik harus memperhatikan transparansi dan akuntabilitas.

a. Transparansi pelayanan publik: terbuka (kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian), mudah diinformasikan dan mudah diakses oleh semua pihak yang membutuhkan informasi. Pelajari UU 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Transparansi dalam penyelenggaraan pelayanan publik utamanya meliputi sepuluh elemen, yaitu manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik, prosedur pelayanan, persyaratan teknis dan administratif pelayanan, rincian biaya pelayanan, waktu penyelessaian pelayanan, pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab, lokasi pelayanan, janji pelayanan, standar pelayanan publik, dan informasi pelayanan. Kata-kata kunci transparansi pelayanan publik: prosedur pelayanan, bagan alir pelayanan, model dan ukuran bagan alir, brosur, leaflet, publikasi, mudah diketahui dan dibaca masyarakat, persyaratan teknis dan administratif, rincian biaya yang jelas, unit kerja pelayanan seyogyanya tidak menerima pembayaran secara langsung (sebaiknya melalui perbankan), waktu penyelesaian pelayanan, berlaku teori antrian (First In First Out atau FIFO), kepastian dan kurun waktu pelayanan, pejabat/petugas yang berwenang dan bertanggungjawab, petugas pelaksana pemberi pelayanan (aspek psikologis/

Page 190: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN182

komunikasi: perilaku melayani, empathi, kurangi keluhan, tingkatkan senyuman, sopan, ramah, sikap tubuh, mimik, pandangan mata, dan berada di tempat/waktu/lokasi pelayanan), unit pelayanan terpadu, akta/janji/maklumat pelayanan, motto pelayanan, ditulis dengan huruf cetak, mudah dibaca dalam jarak pandang tiga meter atau disesuaikan dengan kondisi ruangan. Manfaatkan media cetak dan media elektronik/teknologi informasi, antara lain brosur, leaflet, booklet, website, home-page, situs internet, radio, dan televisi, media gambar dan/atau penyuluhan dan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat.

b. Akuntabilitas pelayanan publik: penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel, akuntabilitas), baik kepada publik maupun kepada atasan/pimpinan unit pelayanan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pertanggungjawaban pelayanan publik meliputi akuntabilitas kinerja, biaya, dan produk pelayanan publik. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik dapat dilihat berdasarkan proses antara lain meliputi tingkat ketelitian (akurasi), profesionalitas petugas pemberi pelayanan, kelengkapan sarana dan prasarana, kejelasan aturan (kebijakan) dan kedisiplinan. Kata-kata kunci: akuntabilitas kinerja pelayanan publik harus sesuai dengan standar pelayanan publik atau akta/janji pelayanan publik, standar pelayanan publik harus dapat dipertanggungajwabkan secara terbuka; jika terjadi penyimpangan dalam pencapaian standar, harus diupayakan perbaikan. Jika ini terjadi, harus diberikan kompensasi kepada penerima pelayanan. Masyarakat dapat melakukan penilaian terhadap kinerja pelayanan secara berkala sesuai mekanisme yang berlaku dan harus disediakan mekanisme pertanggungjawaban jika terjadi kerugian dalam pelayanan publik. Setiap pengaduan masyarakat harus ditangani dan ditindaklanjuti dengan cepat. Perhatikan akuntabilitas biaya/tariff, akuntabilitas produk pelayanan publik, prosedur dan mekanisme kerja, produk pelayanan, masukan dan penanganan pengaduan masyarakat.

Page 191: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 183

c. Selenggarakan perlombaan dan penilaian serta pemberian penghargaan atas prestasi kinerja pelayanan publik, cermati indeks kepuasan masyarakat/pelanggan (Kepmenpan Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah), terapkan teknologi informasi (e-government), dan wujudkan kerjasama dengan instansi terkait (Ombudsman Republik Indonesia).

Menpanrb dan Penyelenggara Pelayanan Publik wajib memberikan Penghargaan Kinerja Pelayanan Publik yang terbaik/baik. Perlu diupayakan pemberian penghargaan dan sanksi atas penyelenggaraan pelayanan publik, disesuaikan dengan tingkatan dan ruang lingkup pelayanan yang diberikan. Penilaian dapat bersifat lokal, instansional, ragional, nasional, dan bahkan internasional. Penilaian dapat dibedakan atas prestasi perorangan pemimpin organisasi penyelenggara pelayanan publik, petugas pelaksana pelayanan publik, dan organisasi penyelenggara pelayanan publik, baik di lingkungan instansi pemerintah, dunia usaha, masyarakat/civil society, politisi, dan unsur kemasyarakatan lainnya.

Sistem informasi pelayanan publik harus dibangun, sekurang-kurangnya memuat jenis pelayanan, persyaratan dan prosedur, standar pelayanan, maklumat pelayanan, mekanisme pemantauan kinerja, penanganan keluhan dan pengaduan, pembiayaan, penyajian data dan informasi, dokumentasi dan kearsipan. Aparat pelaksana pelayanan harus responsif terhadap berbagai hal yang menyangkut pelayanan publik, harus memahami dan mengerti keinginan dan harapan, penuh perhatian, masyarakat pengguna layanan, menindaklanjuti dengan cepat keluhan dan pengaduan, meningkatkan dan mendorong partisipasi dan peran serta masyarakat, menampung berbagai masukan, dan memberikan penghargaan atas prestasi kinerja. Sistem informasi pelayanan publik terkait erat dengan sistem manajemen pelayanan publik.

Page 192: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN184

PENUTIV. UP

Reformasi birokrasi dan pelayanan publik sudah menjadi komitmen pemerintah yang dituangkan dalam dokumen pembangunan jangka panjang 2005-2025, pembangunan jangka menengah nasional lima tahunan, dan pembangunan tahunan. Pelaksanaan reformasi birokrasi diatur dengan Perpres 81/2010 tentang GDRB dan Permenpanrb 20/2010, serta beberapa dokumen Permenpan tindak lanjut dua dokumen tersebut. Reformasi birokrasi diharapkan berujung pada perwujudan pelayanan publik yang berkualitas dan prima serta penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih, efektif, efisien, produktif, dan berwibawa.

Reformasi birokrasi dan pelayanan publik merupakan proses yang panjang, tidak dapat diciptakan dalam waktu singkat, karena membutuhkan perubahan mind-set dan culture-set seluruh penyelenggara negara, komitmen pimpinan, keseriusan, dan kesadaran yang tinggi untuk menata kembali birokrasi dan memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat.

REFERENSI

Agus Dwiyanto, UGM, “Standar Pelayanan Publik: 1. Kerancuan Konsep dan Pengaturan”, FGD SPM di Kementerian PANRB, September 2010.David Osborne, “2. Reinventing Government: What A Difference Strategy Makes?, The 7th Gobal Forum on Reinventing Government, Building Trust Government, Wina, 26-29 Juni 2007.David Osborne, “3. Reinventing Government: how the enterpreneurial spirit is transforming the public sector”, 1992.Eko Prasodjo, “Faktor Kunci Penerapan 4. Good Governance”, Diklat Good Governance dan Pelayanan Publik, Kempan, 27-29 Februari 2008.Fadel Muhammad, “5. Significancy of Empowering Enterpreneurial Management Capacity to reach Good Government Performance: Gorontalo Province Experience”,

Page 193: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 185

Asian Regional Forum on Transparency and Accountability, UN/UNDESA-Kempan, Jakarta, November 2007.Hasudungan, Kemdagri, “Konsepsi Dasar, Filosofi dan 6. Hubungan SPM dengan Pelimpahan Urusan Pemerintahan berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah”, FGD SPM di Kementerian PANRB, September 2010.Komarudin, “Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik”, 7. makalah dipresentasikan pada kegiatan „Sekolah Demokrasi Kabupaten Tangerang“, diselenggarakan oleh Komunitas Indonesia untuk Demokrasi (KID) dan Perkumpulan Masyarakat Untuk Demokrasi (PEREKAT Demokrasi), Tangerang, 2 Oktober 2010.Sampara, Depdagri, “Konsep dan Strategi Pelayanan 8. Prima”, Diklat Good Governance dan Pelayanan Publik di Kementerian PAN, 27-29 Februari 2008.Sofyan Effendi, “Reformasi Birokrasi Aparatur Negara 9. Untuk Melaksanakan Tata Pemerintahan Yang Baik”, Seminar Nasional AIPI, Medan, 3-4 Maret 2006.

Peraturan Perundang-undangan:Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang 1. Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN.Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana 2. Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan 3. Publik.PP Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan 4. dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.Perpres Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana 5. Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014.Perpres Nomor 29 Tahun 2010 Tentang Rencana Kerja 6. Pemerintah Tahun 2011.Perpres Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design 7. Reformasi Birokrasi.

Page 194: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN186

Kepmenpan Nomor KEP 26/M.PAN/2/2004 tentang 8. Transparansi dan Akuntabilitas Pelayanan Publik.Permenpan Nomor PER/20/M.PAN/04/2006 Tentang 9. Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Publik.Permenpan Nomor PER/15/M.PAN/7/2008 Tentang 10. Pedoman Umum Reformasi Birokrasi. Permenpan Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Pedoman 11. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Dengan Partisipasi Masyarakat.Permenpanrb Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map 12. Reformasi Birokrasi.

Lampiran : Tabel Program, Kegiatan, dan Hasil Yang Diharapkan Pada Tingkatan Mikro (2010 – 2014)

PROGRAM DAN KEGIATAN HASIL YANG DIHARAPKAN

MANAJEMEN PERUBAHANA.

1. Pembentukan tim manajemen perubahan K/L dan Pemda yang terdiri dari para agen perubahan

Tim manajemen perubahan K/L dan Pemda

2. Penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda termasuk rencana implementasinya

Strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda termasuk rencana implementasinya

3. Sosialisasi dan internalisasi Terbangunnya kesamaan persepsi, komitmen, konsistensi serta keterlibatan dalam pelaksanaan program dan kegiatan reformasi birokrasi pada seluruh tingkatan pegawai pada K/L dan Pemda

PENATAAN PERATURAN B. PERUNDANG-UNDANGAN

1. Penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda

Hasilidentifikasiperaturanperundang-undanganyang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda sebagai dasar untuk melakukan regulasi dan deregulasi

Page 195: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 187

PROGRAM DAN KEGIATAN HASIL YANG DIHARAPKAN

2. Penataan proses perumusan kebijakan dan peraturan yang diterbitkan oleh K/L dan Pemda

Penetapan proses perumusan kebijakan dan peraturan yang diterbitkan oleh K/L dan Pemda

PENATAAN DAN PENGUATAN C. ORGANISASI

1. Asesmen organisasi saat ini Dokumen asesmen organisasi saat ini sebagai dasar melakukan penataan kelembagaan, ketatalaksanaan dan SDM pada K/L dan Pemda.

2. Perumusanprofilbirokrasi2014 ProfilbirokrasiK/LdanPemda2014.

3. Redefinisi visi, misi dan strategiorganisasi

Visi, misi, dan strategi organisasi yang baru sesuai denganprofilbirokrasi2014.

4. Penataan kewenangan dan fungsi unit kerja pada K/L

Peta kewenangan dan fungsi unit kerja pada K/L dan Pemda saat ini yang akan digunakan sebagai acuan dalam upaya melakukan penataan organisasi.

5. Penataan kewenangan dan fungsi SKPD pada masing-masing Pemda

Peta kewenangan dan fungsi SKPD pada pada masing-masing pemda saat ini yang akan digunakan sebagai acuan dalam upaya melakukan penataan organisasi.

6. Analisis beban kerja Ketetapan ratio jumlah pegawai (sesuai profilkompetensi jabatan) dengan jumlah beban kerja, dilihat dari jumlah waktu kerja yang tersedia dan jumlah waktu kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan beban kerja yang menjadi tanggungjawab posisi tertentu.

7. Restrukturisasi Organisasi K/L dan Pemda yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing) sesuai dengan visi, misi dan strategi organisasi yang baru.

8. Revisi penataan kewenangan dan fungsi unit kerja pada K/L

Peta kewenangan dan fungsi unit kerja pada K/L dan Pemda yang sesuai dengan struktur organisasi yang baru.

9. Revisi penataan kewenangan dan fungsi SKPD pada masing-masing pemda

Peta kewenangan dan fungsi SKPD pada pada masing-masing pemda yang sesuai dengan struktur organisasi yang baru.

Page 196: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN188

PROGRAM DAN KEGIATAN HASIL YANG DIHARAPKAN

10. Penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tatalaksana, kepegawaian dan diklat

Unit kerja organisasi, tatalaksana, kepegawaian dan diklat yang mampu mendukung tercapainya tujuan dan sasaran reformasi birokrasi.

11. Penguatan unit kerja pelaksana pelayanan publik

Unit kerja pelayanan yang mampu memberikan pelayanan secara transparan, cepat, tepat, sederhana, aman, terjangkau dan memiliki kepastian.

PENATAAN TATALAKSANAD.

1. Analisis business process saat ini Hasil business process yang berupa gambaran business process K/L dan Pemda saat ini dan akan digunakan sebagai acuan dalam upaya melakukan penataan organisasi.

2. Penyusunan business process sesuai dengan struktur organisasi yang baru

Dokumen SOP berdasarkan business process yang baru.

3. Pembangunan/Pengembangane-office/e-government

Tersedianya e-office/e-government pada masing-masing K/L dan Pemda, seperti otomatisasi monitoring persuratan, pengelolaan arsip (e-filling), dan monitoring kehadiran pegawai.

PENATAAN SISTEM MANAJEMEN E. SDM APARATUR

1. Analisis jabatan untuk menyesuaikan uraian pekerjaan dengan struktur organisasi yang baru

Dokumen uraian pekerjaan sesuai dengan struktur organisasi yang baru untuk seluruh posisi yang ada

2. Evaluasi jabatan untuk menyesuaikan job grading dan job pricing dengan struktur organisasi yang baru

Job grading dan job pricing sesuaui dengan struktur organisasi yang baru untuk seluruh posisi yang ada.

3. Penyusunan standar kompetensi jabatan

Dokumen standar kompetensi jabatan

4. Melaksanakan asesmen individu berdasarkan kompetensi

Profilkompetensiindividu

5. Pengembangan sistem pengadaan dan seleksi

Sistem pengadaan dan seleksi yang transparan, ad i l dan akuntabel ser ta berdasarkan kompetensi

Page 197: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 189

PROGRAM DAN KEGIATAN HASIL YANG DIHARAPKAN

6. Penerapan sistem penilaian kinerja individu.

Kinerja individu dapat dibedakan secara obyektif dan fair

7. Penerapan sistem pemberian tunjangan kinerja

Pemberian tunjangan kinerja sesuai dengan penilaian kinerja

8. P e m b a n g u n a n / P e n g e m b a n g a n database pegawai

Ketersediaan data pegawai yang mutakhir dan akurat

9. Pengembangan pola karir Pola karir berbasis kompetensi dengan melihat kesuaian profil kompetensi individu dengan standar kompetensi jabatan

10. Penyusunan pola pengembangan (pendidikan dan pelatihan) pegawai

Pola pengembangan (pendidikan dan pelatihan) pegawai berbasis kompetensi

P E N G U A T A N P E N G A W A S A N F. INTERN

1. Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada masing-masing K/L dan Pemda

Peningkatan kinerja pada masing-masing K/L dan Pemda

2. Peningkatan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai Quality Assurance dan consulting

Peningkatan kinerja pada masing-masing K/L dan Pemda

3. Penegakan kode etik dan disiplin kerja Peningkatan kepatuhan kode etik dan disiplin kerja.

PENGUATAN AKUNTABILITAS G. KINERJA

1. Penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

Peningkatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

2. Pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi

Sistem manajemen kinerja organisasi yang mendorong pencapaian kontrak kinerja

3. Penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU) pada K/L dan Pemda hingga pada unit kerja yang terendah.

Tersusunnya Indikator Kinerja Utama (IKU) pada K/L dan Pemda hingga pada unit kerja yang terendah.

Page 198: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN190

PROGRAM DAN KEGIATAN HASIL YANG DIHARAPKAN

PENINGKATAN KUALITAS H. PELAYANAN PUBLIK

1. Penetapan target kinerja pelayanan Target kinerja yang ingin dicapai oleh masing-masing K/L dan Pemda.

2. Penerapan standar pelayanan pada masing-masing K/L dan Pemda

Tercapainya standar pelayanan pada K/L dan Pemda.

MONITORING, EVALUASI DAN I. PELAPORAN

1. Monitoring (dilakukan setiap 6 bulan sekali)

H a s i l m o n i t o r i n g d a n r e k o m e n d a s i perbaikannya.

2. Evaluasi (dilakukan setiap tahun sekali) Hasil evaluasi dan rekomendasi perbaikannya.

3. Evaluasi menyeluruh (dilakukan pada semester kedua 2014)

Hasil evaluasi menyeluruh.

4. Pelaporan Pelaporan kemajuan reformasi birokrasi.

Prof. Drs. Komarudin, M.A., APU, NIP 19481215 197912 1001, Telp.ktr. 021-3169424, Telp.rmh. 021-5848242, 021-5848311, HP 0812 926 9650, email: [email protected]

Mantan Staf Ahli Menpan Bidang Sistem Manajemen (2005-2008), Deputi Menpan Bidang Program PAN (2004-2005), Deputi Menpan Bidang Tatalaksana (2001-2004), Deputi Kepala BPPT Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi (1999-2000), dan Deputi Kepala BPPT Bidang Analisis Sistem (1994-1999).

Page 199: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 191

Mewujudkan Target Pertumbuhan Ekonomi

Oleh : Suparji1

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada rapat kerja pemerintah dengan dunia usaha menyatakan keinginannya untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi 7-8 persen. Dengan angka pertumbuhan ini diharapkan menciptakan lapangan kerja produktif sehingga dapat mengurangi angka kemiskinan. Keinginan tersebut tentunya harus segera ditindaklanjuti dengan langkah-langkah kongkrit.

Diperlukan Adanya Penanaman Modal

Penanaman modal adalah bagian penting dari penyelenggaraan perekonomian nasional dalam upaya untuk meningkatkan akumulasi modal, menyediakan lapangan kerja, menciptakan transfer teknologi, melahirkan tenaga-tenaga ahli baru, memperbaiki kualitas sumber daya manusia dan menambah pengetahuan serta membuka akses kepada pasar global.2 1 Doktor Hukum Investasi, Dosen Fakultas Hukum Universitas Al Azhar Indonesia2 Rebecca Trent, “Implications For Foreign Direct Investment In Sub-Saharan Africa

Under The African Growth Opportunity Act”, Northwestern Journal of International Law and Business, Vol. 23 (2002) hal. 236.

Page 200: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN192

Idealnya penanaman modal bertumpu pada kemampuan dalam negeri, namun karena keterbatasan modal dalam negeri, masih minimnya penguasaan teknologi dan keterbatasan akses pasar, untuk itu masih diperlukan penanaman modal asing.

Penanaman modal asing dapat memberikan keuntungan cukup besar terhadap perekonomian nasional, misalnya: menciptakan lowongan pekerjaan bagi penduduk tuan rumah sehingga dapat meningkatkan penghasilan dan standar hidup, menciptakan kesempatan bekerjasama dengan perusahaan lokal sehingga mereka dapat berbagi manfaat, meningkatkan ekspor sehingga meningkatkan cadangan devisa negara dan menghasilkan alih teknologi.3 Di samping itu memperluas potensi negara tuan rumah memproduksi barang setempat menggantikan barang impor dan meningkatkan pendapatan pajak. 4

Keberadaan perusahaan-perusahaan asing yang menanamkan modalnya di Indonesia akan mempunyai efek katalisator atau pertumbuhan selanjutnya dari perekonomian nasional.5 Selain itu, penamanan modal asing tidak melahirkan utang baru dan negara penerima tidak perlu merisaukan atau menghadapi risiko manakala suatu penanaman modal asing yang masuk ke negerinya ternyata tidak mendapatkan untung dari modal yang ditanamnya.6

Pelaksanaan penanaman modal asing di Indonesia sudah berlangsung sejak masa penjajahan Belanda. Pada tahun 1870, pemerintah Belanda mengeluarkan Agrarische Wet (Undang-Undang Agraria) dan Agrarische Besluit (Peraturan Agraria) untuk menjamin kebebasan ekonomi bagi perusahaan-perusahaan perkebunan swasta dan secara perlahan-lahan menghapuskan tanam paksa yang berada di bawah monopoli negara.7 3 Sir Leon Brittan, “Building on the Singapore Minesterial: Trade, Investment and

Competition,” dalam Jadhis Baghwati dan Mathias Hirsch, The Uruguay Round and Beyond (Berlin, New York: Springer, 1998), hal. 272.

4 Deborah L.Swenson, “Why Do Developing Countries Sign Bits?”, U.C.Davis Journal of International Law and Policy, Vol.12 (2005), hal.135.

5 Muhammad Sadli, Indonesian Economic Development, Conference, Board Record, Volume 6, (1969), hal.40.

6 William A.Fennel and Joseph W.Tyler, Trade and International Investment from the GATT to the Multilateral Agreement on Investment (1995), hal.23.

7 Jochen Ropke, Kebebasan yang Terhambat: Perkembangan Ekonomi dan Perilaku Kegiatan Usaha di Indonesia, (Jakarta : Gramedia, 1986), hal.157.

Page 201: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 193

Namun demikian, pada saat Presiden Seokarno menerapkan demokrasi terpimpin, Indonesia bersikap ”go to hell” terhadap modal asing dan bantuan luar negeri.8

Indonesia membuka diri kembali terhadap modal asing dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.9 Perubahan kebijakan ekonomi Indonesia mengundang modal asing, antara lain disebabkan krisis ekonomi yang menimpa Indonesia pada tahun 1965-1966.10

Pada tahun 1960-an adalah masa suram perekonomian Indonesia,11 inflasi tidak terkendali, suasana politik tidak 8 Sikap politik Presiden Soekarno berbeda dengan Wakil Presiden Moh.Hatta. Dalam

Koran Berita Indonesia, 24 Desember 1949, Wakil Presiden Moh.Hatta menyatakan, mengenai pembangunan ekonomi pasca Konferensi Meja Bundar bahwa baik modal asing maupun tenaga kerja asing merupakan suatu realita yang tidak bisa dihapuskan begitu saja, namun mengenai sistem ekonomi Indonesia bukan berarti bersifat liberal melainkan berdasarkan Pasal 27 dan 33 Konstitusi RIS. Lihat, “Perdana Menteri Hatta, Titik Berat Perjuangan Kita Mencapai Kemakmuran Rakyat”, Berita Indonesia, 24 Desember 1949.

9 Lembaran Negara No.1 tahun 1967 dan Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara No.2818 Lihat juga UU No.11 tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2943. Undang-undang No.1 Tahun 1967 dikeluarkan pada tanggal 1 Januari 1967, yaitu sekitar dua tahun setelah meletusnya peristiwa kudeta yang gagal oleh Partai Komunis Indonesia pada tahun 30 September 1965. Walaupun Presiden Soekarno menekankan pentingnya berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) dan anti modal asing, di senja kekuasaannya ia menandatangani Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 ini.

10 Pada masa itu ekpor turun dari US $ 629 juta pada tahun 1960 menjadi US $ 462,7 juta pada tahun 1965; utang luar negeri meningkat dari US $ 900 juta pada tahun 1961 menjadi US $ 2,250 juta pada tahun 1968; inflasi mengganas sehingga indeks biaya hidup naik dengan 438 kali (Juli 1966 terhadap 1960) nilai rupiah turun dari Rp. 160 menjadi Rp.120; defisit Anggaran Belanja Negara naik dari Rp.6,9 menjadi Rp.5,237,7 atau mengalami kenaikan 759 kali. Lihat Emil Salim, Seribu Hari Pertama Orde Baru 965-1968 dalam buku Sularto (ed), “Menggugat Masa Lalu, Menggagas Hari Pertama Masa Depan Ekonomi Indonesia, (Jakarta: Kompas, 2000), hal.5.

11 Douglas S.Paauw, From Colonial to Guided Economy, daalm Ruth.T.Mc Vey (ed), Indonesian, Nwe Haven: Human Realtions Area( File Pres,1963); J.A.C. Mackie, ”The Indonesian Economy, 1950-1963” dalam Bruce Glassburner (ed), The Ecnomoy of Indonesia: Selected Readings, (Ithace: Cornel University Press), dalam Anne Booth dan Peter Mc Cawley, Perekonomian Indoensia Sejak Pertengahan Tahun Enampuluhan,” dalam Ekonomi Orde Baru (Jakarta: LP3ES,1981), hal.1. Hamengku Buwono IX selaku menteri perekonomian dalam Kabinet Dwikora pada bulan April tahun 1966 menggambarkan keadaan perekonomian Indonesia pada tahun 1965 harga pada umumnya naik lebih dari 500%, harga beras melonjak dengan lebih dari 900% sehingga menimbulkan antrean panjang untuk memperolehnya. Yahya A. Muhaimin, Bisnis dan Politik. (Jakarta : LP3ES, 1991).hal. 25.

Page 202: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN194

menentu, Indonesia terisolasi dari masyarakat internasional dan lebih dari setengah penduduk yang tinggal di daerah pedesaan Jawa tergolong sangat miskin. Menurut Nathan Keyfitz (ahli demografi) Indonesia ibaratnya seperti” pulau yang berpenduduk padat dan sesak napas karena kekurangan tanah”.12

Lahirnya Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing mendapat respon yang sangat mengesankan dari investor asing terutama dari Amerika Serikat, Jepang dan Eropa. Namun demikian, dalam perkembangannya kehadiran modal asing di Indonesia telah menimbulkan kontroversi dan dilema.

Pada satu sisi modal asing telah membawa pengaruh positif berupa terbukanya lapangan kerja dan alih teknologi. Pada sisi lain peningkatan investasi asing ini telah menimbulkan pengaruh negatif berupa tuduhan lahirnya dominasi asing atas perekonomian Indonesia dan ketergantungan Indonesia pada pasar internasional. Bentuk reaksi atas kehadiran modal asing diantaranya protes dari sebagian kelompok masyarakat dan mahasiswa yang mencapai puncaknya pada peristiwa 15 Januari 1974 atau yang dikenal dengan Malari.

Untuk merespon protes mahasiswa dan untuk menghindarkan ketergantungan ekonomi nasional kepada modal asing, pemerintah Indonesia melakukan perubahan kebijakan dalam penanaman modal asing. Salah satu kebijaksanaan yang ditempuh untuk mencapai maksud tersebut adalah mendorong perusahaan penanaman modal asing melakukan kerjasama dengan modal nasional. Pada akhirnya kebijakan tersebut juga harus diikuti dengan pengalihan saham-saham asing kepada partner nasional dalam periode tertentu dimana kemudian partner nasional menjadi pemegang saham mayoritas.

Usaha untuk menarik modal asing kembali mengemuka ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi kedua yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997.13 Terjadinya krisis ekonomi 12 H.W.Arndt, “Banking in Hyperinflation and Stabilization,” dalam Bruce Glassburner

(ed) The Economy of Indonesia: Selected Readings (Ithaca,NY: Cornell University Press, 1971), hal.388.

13 Hal Hill, The Indonesian Economy in Crisis: Causes, Consequences, and Lessons

Page 203: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 195

ditandai dengan beberapa indikator, antara lain: merosotnya kurs rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat, pendapatan perkapita penduduk merosot tajam, perusahaan mengalami kelesuan bahkan menghentikan kegiatannya dan pemutusan hubungan kerja besar-besaran.14

Sementara itu, berdasarkan data dari United Nations Conference and Development (UNCTAD), akibat krisis keuangan Negara-negara maju maka total modal global turun dari US$ 1,7 Triliun pada tahun 2008 menjadi di bawah US$ 1,2 Trilun pada tahun 2009. Pada tahun 2010, terjadi peningkatan secara perlahan yakni mencapi nilai US$ 1,4 Trilun dan berlanjut hingga mencapai US$ 1,8 Triliun pada tahun 2011.15

Dalam rangka memperbaiki iklim investasi, lahirlah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 yang mengamatkan bahwa penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional sebagai upaya untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional serta mewujudkan kesejhateraan masyarakat dalam sistem perekonomian nasional yang bersaing.16

Pada saat ini ini, Indonesia sangat memerlukan modal untuk menciptakan lapangan kerja dan mengatasi pengangguran. Kenaikan pertumbuhan ekonomi 1% pada tingkat pertumbuhan ekonomi 6% dapat menyerap sekitar 600.000 tenaga kerja. Kenaikan 1% pertumbuhan ekonomi tersebut memerlukan dana pembangunan sebesar Rp.125 triliun. Indonesia memerlukan dana Rp.122 triliun untuk kenaikan pertumbuhan ekonomi 5% ke 6%.

Jika Indonesia bermaksud menyerap angkatan kerja baru dan menekan tingkat pengangguran, diperlukan pertumbuhan

(Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 1999) hal.23-35. Lihat juga, Garry Podan, Kewin Hewison dan Richard Robison, “The Political Economy of South – East Asia” (New York: Oxford, 2001) hal.104-137.

14 Mustofa Syarief (ed), Indonesia Antara Akumulasi Krisis dan Tuntutan Reformasi (Jakarta: LP3NI, 1999), hal.3-29.

15 Lihat Gita Wirjawan, “Pengantar” dalam Ikhtisar Ketentuan Penanaman Modal, (Jakarta:NLRP, 2010), hal.V.

16 Lihat Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Page 204: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN196

lapangan kerja sebesar 3,4% per tahun. Seandainya tidak mencapai angka tersebut, maka tidak akan cukup menyerap pengangguran dan tidak cukup untuk mengurangi angka kemiskinan di Indonesia karena dengan angka pertumbuhan sebesar 4% praktis tidak ada aktivitas ekonomi yang mampu menampung peningkatan tenaga kerja.17

Kepastian Hukum

Dalam menarik modal asing, kepastian hukum merupakan pra syarat yang harus dipenuhi. Fungsi hukum mempunyai dua sisi: to define and to enforce hak-hak privat khususnya hak-hak investor dan untuk menciptakan pondasi hukum bagi perekonomian yang berorientasi pasar. Hal ini menjadi jaminan dasar bagi pembangunan ekonomi, stabilitas dan pertumbuhan.18

Kekhawatiran investor untuk menanamkan modalnya ke suatu negara disebabkan faktor-faktor hukum dan ekonomi. Faktor hukum, antara lain, sistem pengadilan yang tidak efisien, kerangka hukum yang tidak pasti, birokrasi pemerintahan dan korupsi. Sedangkan faktor ekonomi, antara lain, resiko inflasi, daya beli domestik yang rendah. Sebaliknya, yang menarik bagi investor asing adalah upah buruh yang rendah, pasar yang luas dan kekayaan sumber daya alam.19

Sebagai contoh, Cina negeri dengan jumlah penduduk 3,1 milliar telah menyedot 57,6 miliar dollar dari penanaman modal asing selama lima tahun dan Cina mengontrol 6,5% ekonomi global.

20

17 “Asumsi Makro Ekonomi Tahun 2008”, Kompas, 5 Juni 2007.Lihat juga, “Indonesia Butuh Investasi Rp.716 Triliun”, Media Indonesia, 21 Maret 2006.

18 Tamara Lothian, Katharina Pistor, “Local Institutions, Foreign Investment And Alternative Strategies of Development: Some Views From Practice”, Columbia Journal of Transnational Law, Vol. 42 (2003), hal.102.

19 Dora Djilianova, “To Be Or Not To Be : What Went Right In The Bulgarian Foreign Investment Climate After 1997”, Thomas Jefferson Law Review, Vol.25 (2002), hal.226.

20 George O White III, “Foreigners At The Gate : Sweeping Revolutionary Changes On The Central Kingdom’s Landscape Foreign Direct Investment Regulations & Dispute Resolution Mechanisms in The People’s Republic Of China”, Richmond Journal of Global Law and Business, Vol.3 (2001), hal.97-99.

Page 205: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 197

Sebagian besar ahli ekonomi memperkirakan Cina akan menjadi negeri yang ekonominya paling kuat pada pertengahan abad ke-21. Investasi asing tetap berminat mengadakan penanaman modal di berbagai proyek di Cina walaupun mereka tidak mendapatkan kepastian mengenai sistem hukumnya termasuk kerangka hukum penanaman modal asing. Cina membuka diri terhadap investasi asing pada tahun 1979. Pemerintah Cina telah mengeluarkan 200 peraturan perundang-undangan.21 Pasar dalam negeri Cina yang begitu besar dan upah buruh yang murah, serta banyaknya bidang usaha yang dibuka untuk penanaman modal asing, membuat Cina menjadi tujuan penanaman modal asing.

Hukum bisa mendorong datangnya modal asing bila dapat menciptakan predictability, stability dan fairness. Sistem hukum ini menjadi semakin penting dalam era globalisasi dimana berlaku mekanisme pasar. Pembahasan tentang hubungan hukum dengan investasi adalah bagaimana menciptakan hukum yang mampu memulihkan kepercayaan investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.22

Sejak terjadi krisis ekonomi, sistem hukum Indonesia tidak mampu menciptakan predictability, stability dan fairness. Hal ini dapat dilihat dari substansi peraturan perundang-undangan yang tidak sinkron, aparatur penegak hukum yang tidak mendukung perbaikan iklim investasi dan kualitas budaya hukum yang rendah.

Unsur dari sistem hukum yang sangat menentukan terciptanya kepastian hukum adalah aparatur hukum. Menurut Friedman, aparat hukum atau structure sebagai bagian dari sistem hukum meliputi institusi-institusi yang diciptakan oleh sistem hukum mencakup judikatif (pengadilan), legislatif dan eksekutif. Komponen struktur hukum merupakan representasi dari aspek institusional yang memerankan pelaksanaan hukum dan pembuatan undang-undang. Struktur dalam implementasinya

21 Ibid. 22 Lihat, “Bank Dunia: Pengusaha Perlu Kepastian Hukum”, Republika, 17 November

2005. Lihat juga, “Stabilitas Jadi Kunci Tarik Investor” Media Indonesia, 25 September 2006.

Page 206: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN198

merupakan sebuah keseragaman yang berkaitan satu dengan yang lain dalam suatu sistem hukum.23

Para investor asing akan memperhatikan budaya hukum masyarakat dan pelaku bisnis dalam menghadapi permasalahan hukum. Para investor asing sangat membutuhkan adanya kepastian hukum yang diwujudkan melalui kepatuhan terhadap kontrak atau kerjasama yang telah disepakati dan adanya kepastian tentang mekanisme penyelesaian jika terjadi sengketa.24 Pada saat terjadi krisis ekonomi, budaya hukum (legal culture) di Indonesia belum mampu mendukung iklim investasi yang baik. Rendahnya kualitas budaya hukum tersebut sangat dipengaruhi tingkat pemahaman masyarakat yang beragam, termasuk para investor.

Suatu penelitan dari Jenny Minier menunjukkan bukti yang terbaik untuk dapat mengerti hubungan antara demokrasi dan pertumbuhan ekonomi. Ia mengatakan, setiap kali rejim berganti terjadi instabilitas dan diperlukannya institusi-institusi baru, yang secara umum baik untuk pertumbuhan ekonomi. Namun ia menemukan bahwa demokrasi baru tidak menderita dari pertumbuhan yang lamban, tetapi faktanya rejim tersebut secara ekonomi baik. Studi Minner menunjukkan bukti yang persuasif bahwa, pemerintahan yang demokratis akan mendorong pertumbuhan. Demokrasi tampaknya menjadi struktur hukum yang menyumbang terciptanya kesejahteraan di masyarakat.25

Studi lain mengenai faktor kepastian hukum dan hubungan hukum dan pertumbuhan menunjukkan bahwa penegakan hukum penting khususnya bagi perusahaan-perusahaan. Dalam hal ini pengadilan yang bebas sebagai institusi sentral untuk tegaknya hukum. Begitu juga peraturan perundang-undangan, misalnya di bidang hukum pasar modal yang melarang insider trading, umpamanya menyebabkan berkembangnya pasar modal. Begitu juga mengenai studi mengenai peranan hukum perbankan 23 Lawrence M Friedman, Legal Theory (London: Macmillan Press, 1998), hal, 5.24 Erman Rajagukguk, Hukum Investasi Di Indonesia: Anatomi Undang-Undang No.25

Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, (Jakarta; Fakultas Hukum Universitas Al Azhar Indonesia, 2007), hal.39.

25 Frank B Cross, ”Law and Economic Growth”, Texas Review, Vol.80 (2002), hal. 139-169.

Page 207: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 199

dimana peraturan yang mendorong dan memfasilitasi monitoring privat terhadap bank cenderung memperkuat penampilan bank, mengurangi kredit macet dan memperkuat stabilitas bank. Begitu juga Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat mendorong pembangunan ekonomi. Sama juga perlindungan lingkungan yang melindungi dari perbuatan eksternalisasi biaya dan melindungi public good juga diharapkan membawa keuntungan-keuntungan ekonomi.26

Memperkuat peraturan-peraturan domestik antara lain peraturan mengenai lingkungan hidup adalah penting dalam hubungan penanaman modal asing dengan pembangunan berkelanjutan. Ada anggapan bahwa penanaman modal asing akan menyebabkan pengrusakan hutan, tanah dan laut, sebagaimana disebut sebagai environmental degradation.27

Penutup

Pelaksanaan peraturan perundang-undangan Indonesia selama tahun 1967 sampai dengan 2007, belum mampu menciptakan predictability, stability dan fairness yang kuat. Peraturan perundang-undangan penanaman modal Indonesia dari waktu ke waktu berubah-ubah menyesuaikan dengan tuntutan ekonomi dan perkembangan politik, ibaratnya seperti ”kereta api lansir di stasiun, bergerak maju mundur mencari rel yang tepat”. Hal ini, disebabkan faktor-faktor ekonomi dan politik, dalam dan luar negeri. Faktor ekonomi, antara lain karena harga minyak pada tahun 1980-an dan krisis ekonomi pada tahun 1997 telah mendorong perubahan peraturan perundang-undangan di bidang penanaman modal.

Di samping itu, perasaan nasionalisme dan trauma terhadap dominasi asing dalam perekonomian nasional juga telah mendorong perubahan peraturan perundang-undangan di bidang penanaman modal. Dalam beberapa hal, peraturan 26 Frank B Cross, Ibid, hal. 172-173.27 Zakia Afrin, “Foreign Direct Investments and Sustainable Development in The Least-

Developed Countries”, Annual Survey of International and Comparative Law, Vol.22 (2004), hal. 231.

Page 208: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN200

perundang-undangan di bidang-bidang tertentu tidak dapat mengakomodir kepentingan-kepentingan yang saling bersaing, akibat datangnya modal asing tersebut. Persaingan itu terjadi antara perlunya modal asing dan kebutuhan untuk melindungi usaha-usaha yang telah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan lokal dan kepentingan usaha kecil menengah. Beberapa peraturan perundang-undangan, bahkan dianggap tidak adil baik oleh pengusaha lokal maupun oleh pengusaha asing, atau antara pengsuaha dan pekerja.

Sistem hukum yang terdiri dari substansi, aparatur dan budaya hukum memiliki peranan yang sama pentingnya dalam menciptakan predictability, stability dan fairness. Peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih atau tidak sinkron antara satu dengan yang lainnya telah melahirkan ketidakpastian hukum. Begitu juga, peraturan yang lebih rendah bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi telah menimbulkan kebingungan investor.

Otonomi daerah telah melahirkan begitu banyak peraturan daerah yang tidak akomodatif bagi penanam modal. Selanjutnya, putusan-putusan pengadilan Indonesia tidak bisa dipastikan akan bertindak adil bagi para pihak yang bersengketa. Kemandirian, kemampuan dan kredibilitas pengadilan acapkali meragukan. Aparatur yang berkaitan dengan prosedur penanaman modal dalam berbagai hal belum dapat menciptakan pelayanan yang terpadu dan satu atap, seperti yang diharapkan. Hal ini disebabkan adanya konflik antar departemen/lembaga pemerintah, konflik antara pusat dan daerah, konflik antar pelaksana hukum. Akibatnya, prosedur perizinan yang berkaitan dengan penanaman modal menjadi tidak efisien dan yang menjadikan transaction cost tinggi. Masih belum terselesaikan di dalam praktek pembagian wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi dan kabupaten. Begitu juga pelimpahan wewenang dari departemen teknis di pusat kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Budaya hukum dari mereka yang duduk dalam aparatur dan masyarakat tidak selalu mendukung penanaman modal. Korupsi dan bentuk-bentuk pengutan lainnya masih terjadi di berbagai

Page 209: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 201

daerah, yang menyebabkan tingginya transaction cost bagi para investor. Di samping itu, gerakan buruh yang memperjuangkan hak-hak mereka bisa berubah menjadi tindakan yang melanggar hukum.

Insentif dan pembatasan bagi penanam modal asing di Indonesia dapat dikatakan seimbang. Suatu insentif diberikan dengan syarat-syarat tertentu. Dengan perkataan lain, suatu insentif diberikan tidak tanpa syarat. Suatu insentif diberikan dengan tetap memperhatikan kepentingan-kepentingan lokal. Dengan demikian, jika suatu syarat tidak dipenuhi, maka insentif itu tidak diberikan.

Dari sudut insentif dan pembatasan, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, telah sebanding dengan undang-undang yang sama di negara pesaing Indonesia dalam menarik modal asing, seperti Thailand, Malaysia, Singapura, Philipina, Vietnam dan Cina, kecuali hak atas tanah dan tax holiday. Namun demikian, hal itu tidak menjamin bahwa modal asing serta merta tertarik kepada Indoensia, karena faktor-faktor lain, seperti aparatur dan kepastian hukum belum menyertai insentif tersebut.

Budaya demokrasi Indonesia yang relatif masih muda kadangkala kontraproduktif terhadap upaya peningkatan investasi. Untuk itu, budaya demokrasi ini harus dibingkai dengan adanya jaminan kepastian hukum melalui kinerja aparat hukum yang memiliki integritas dan profesionalitas yang tinggi, serta pemerintahan yang kuat dan efektif. Dengan menoleh kepada tingginya penanaman modal asing di Cina, dapat dikatakan bahwa modal asing tidak mempertimbangkan apakah suatu negara itu demokratis atau otoriter. Akan tetapi, yang sangat penting, bagaimana modal mereka mendapat perlindungan.

Dalam rangka mewujudkan target pertumbuhan ekonomi, perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut.

Pertama, agar tercipta predictability, stability dan fairness, maka pembaruan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kegiatan penanaman modal harus dilakukan

Page 210: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN202

dengan menjaga keseimbangan antara kepentingan melindungi perekonomian nasional dan kepentingan menarik modal asing. Pembaruan ini harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing. Selain itu, harus didorong agar keberadaan modal asing di Indonesia benar-benar menciptakan dan meningkatkan kualitas lapangan kerja, menjaga kelestarian lingkungan hidup, tidak melakukan intervensi politik dan tidak bersikap diskriminatif terhadap tenaga kerja. Dengan demikian keberadaan modal asing tidak akan merugikan kepentingan lokal, tidak menyebabkan beralihnya bidang-bidang usaha ke pihak asing dan terjadinya dominasi penguasaan potensi ekonomi nasional oleh pihak asing. Substansi, aparatur dan budaya hukum memiliki peranan yang sama dalam menciptakan predictability, stability dan fairness. Untuk itu, harus segera diselesaikan permasalahan-permasalahan yang menghambat terciptanya predictability, stability dan fairness. Agar sistem hukum Indonesia dapat menciptakan predictability, stability dan fairness dalam kerangka menarik modal asing, maka perlu dilakukan reformasi dalam aspek substansi, aparatur dan budaya hukum.

Dari substansi hukum harus disusun peraturan perundang-undangan yang harmonis, tidak tumpang tindih antara peraturan yang satu dengan peraturan yang lain dan tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Proses sinkronisasi harus segera dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan stakeholder yang terkait. Undang-Undang sebagai produk politik harus dirumuskan dengan memperhatikan seluruh aspek yang terkait, tidak sekedar kepentingan politik semata.

Page 211: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN 203

Dari aspek aparatur hukum harus ditingkatkan profesionalisme dan integritasnya. Sedangkan dari aspek budaya hukum harus diciptakan mekanisme yang mampu mengarahkan pada ketaatan dan kepatuhan hukum. Apabila Indonesia ingin menarik modal asing, maka substansi, aparatur dan budaya hukum harus memberikan jaminan kepastian hukum. Dengan adanya kepastian, maka investor asing memiliki pedoman atas tindakan-tindakan yang akan dilakukan. Kepastian hukum ini harus mencerminkan nilai-nilai fairness (keadilan) dan persamaan perlakuan serta standar tingkah laku pemerintah. Selain itu, sistem hukum Indonesia harus memiliki kemampuan prosedural dalam penyelesaian sengketa. Prosedur-prosedur ini terkait dengan keadaan-keadaan ketika terjadi sengketa dan mekanisme atau prosedur dalam penyelesaian sengketa di pengadilan atau forum penyelesaian sengketa yang lain seperti arbitrase atau konsiliasi.

Kedua, kontroversi terhadap penanaman modal asing selama ini disebabkan belum adanya tafsir yang jelas terhadap ketentuan yang tercantum dalam Pasal 33 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi, “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasi oleh negara”. Selama ini, makna dikuasai oleh negara diartikan bahwa negara merumuskan kebijakan (beleid), melakukan pengaturan (regelendaad), melakukan pengurusan (bestuurdaad), melakukan pengelolaan (behersdaad), dan melakukan pengawasan (toezichtthoundendaad). Agar tidak menimbulkan multiintepretasi, maka Pasal 33 ayat (2) UUD 1945, perlu dilakukan amandemen.

Ketiga, otonomi daerah yang diselenggarakan berdasarkan Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diganti dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dirinya dan memberdayakan sumber daya alam di daerahnya, cenderung membawa dampak negatif bagi investasi di Indonesia. Agar penyelenggaraan otonomi

Page 212: 20 Editorial

Jurnal Sekretariat Negara RI | No. 20 | Tahun 2011

NEGARAWAN204

daerah membawa pengaruh positif bagi investasi, maka langkah-langkah yang perlu dilakukan, sebagai berikut: dalam merumuskan suatu kebijakan harus mengakomodasi keseimbangan kepentingan daerah dan kepentingan nasional. Perumusan kebijakan ini harus melibatkan stakeholders yang terkait sehingga terbentuk visi dan persepsi yang sama dalam mengatasi masalah penanaman modal. Dalam jangka pendek, secara berkesinambungan melakukan evaluasi dan identifikasi berbagai peraturan dan kebijakan pusat maupun daerah yang saling tumpang tindih dan berdampak ketidakjelasan dalam pengaturan di bidang penanaman modal.

Dalam jangka menengah, harus dilakukan reformasi birokrasi secara komprehensif. Selama ini berkembang budaya birokrasi, bahwa penyelenggaraan penanaman modal harus melalui perijinan. Sikap semacam itu dapat merupakan hambatan bagi penyelenggaraan penanaman modal yang efektif dan efisien. Mental para pejabat daerah yang belum seluruhnya baik dan profesionalitas yang juga kurang memadai merupakan kendala yang sangat mendasar. Di satu sisi kemungkinan mereka tidak akan sungguh-sungguh untuk mendukung penyelenggaraan penanaman modal karena masalah mentalitas atau kepentingan tertentu.

Dalam jangka panjang, melakukan harmonisasi dan penyempurnaan peraturan melalui koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah dearah baik dari aspek sustansial maupun prosedural.

Akhirnya Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang baru pada dasarnya telah comparable dengan undang-undang yang sama di negara-negara pesaing Indonesia dalam menarik modal asing. Namun demikian, lahirnya Undang-Undang ini tidak akan secara otomatis akan menarik datangnya modal asing, tetapi masih diperlukan langkah-langkah kongkrit untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif demi terwujudnya target pertumbuhan ekonomi sebagaimana diharapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.Semoga Bisa.

Page 213: 20 Editorial

1

Page 214: 20 Editorial

2

DOK. SETPRES

Pembukaan penyelenggaraan KTT Ke-18 ASEAN di Jakarta Convention Center yang dihadiri oleh seluruh kepala Negara ASEAN, Jakarta, Sabtu (7/5).

DOK. SETPRES

Peringatan hari kesaktian Pancasila yang dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie, Presiden ke-5, Ibu Megawati Soekarnoputri dan para Pimpinan MPR dan Lembaga Tinggi Negara di edung Nusantara IV DPR RI, Jakarta (1/6).

Page 215: 20 Editorial

3

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghadiri dan memimpin pembukaan World Economic Forum on East Asia ke-20 di Jakarta, Minggu (12/6). Seremoni ini dihadiri pula Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien-Loong dan pendiri dan pimpinan eksekutif WEF, Prof. Klaus Schwab. Dalam perhelatan internasional yang pertama kali diselenggarakan di Indonesia, Presiden RI bersama Perdana Menteri Singapura juga berbagi perspektif dalam menyikapi pembangunan dan tantangan baru di negara masing-masing.

DOK. SETPRES

DOK. SETPRES

Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono memimpin Rapat Koordinasi Khusus KEN, KIN, dan Pengurus Inti Kadin yang diadakan di gedung Kementerian Sekretariat, Jakarta (6/7).

Page 216: 20 Editorial

4

DOK. SETPRES

Menteri Sekretaris Negara, Sudi Silalahi bersama Sekretaris Kabinet, Dipo Alam memimpin rapat koordinasi KTT ke-18 ASEAN yang akan diselenggarakan di Jakarta (2/5).

DOK. SETPRES

Menteri Sekretaris Negara, Sudi Silalahi menerima perwakilan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Kantor Kementerian Sekretariat Negara, Senin (23/5).

Page 217: 20 Editorial

5

Menteri Sekretaris Negara, Sudi Silalahi berama Sekretaris Kabinet, Dipo Alam dan Kepala UKP4, Kuntoro Mankusubroto mengadakan rapat kerja dengan Komisi II DPR RI beragendakan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) serta Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2012 di gedung DPR RI, Jakarta (8/6).

DOK. SETPRES

DOK. SETPRES

Menteri Sekretaris Negara, Sudi Silalahi menerima Yayasan Batik Indonesia yang diketuai oleh Yultin Ginanjar Kartasasmita di gedung Kementerian Sekretariat Negara RI, Jakarta (13/6). Pertemuan ini sebagai langkah awal untuk acara WORLD BATIK SUMMIT 2011 dengan maksud untuk memperingati Hari Batik Nasional sebagai tindak lanjut diakusi Batik Indonesia sebagai warisan budaya takbenda oleh UNESCO. Tujuan penyelenggaraan adalah untuk semakin memantapkan citra budaya batik ke dunia internasional yang telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO.

Page 218: 20 Editorial

6

DOK. SETPRES

Menteri Sekretaris Negara, Sudi Silalahi meresmikan soft opening Rumah Sakit Universitas Airlangga, Surabaya Selasa (14/6). Acara tersebut dihadiri juga oleh Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh, Rektor Universitas Airlangga Prof Dr. H. Fasich, Apt. beserta seluruh Civitas Akademika Universitas Airlangga.

DOK. SETPRES

Menteri Sekretaris Negara, Sudi Silalahi menerima hasil Audit untuk Kementerian Sekretariat Negara yang diserahkan oleh BPK, jumat (24/6). Kementerian Sekretariat Negara memperoleh status Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang langsung diserahkan oleh ketua BPK, Hadi Poernomo.

Page 219: 20 Editorial

7

Menteri Sekretaris Negara, Sudi Silalahi dan Ketua Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Mardiasmono memimpin rapat Reformasi Birokrasi Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta kamis (30/6).

DOK. SETPRES

DOK. SETPRES

Menteri Sekretaris Negara, Sudi Silalahi didampingi Kepala Badan Perencana Pembangunan Nasional, Armida S. Alisjahbana memimpin rapat persiapan Pidato Kenegaraan Presiden di Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta (5/7).

Page 220: 20 Editorial

8

DOK. SETPRES

Jakarta, Humas Setneg – Mensesneg Sudi Silalahi melantik dan mengambil sumpah Marsekal Pertama TNI Hadiyan Sumitha Atmadjaya sebagai Sekretaris Militer Presiden di Gedung Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, Senin sore (11/7), pukul 15.30 WIB.

DOK. SETPRES

Peluncuran Buku “Jenderal Batak dari Tanah Jawa” yang diselenggarakan di Komplek Widya Chandra, Jakarta, pada hari Sabtu (16/7) terasa berbeda. Buku biografi yang mengisahkan perjalanan sejarah karir dan kehidupan dari Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi tersebut memuat kata pengantar dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang diberi tajuk “Pekerja Keras, Relijius, dan Setia”.

Page 221: 20 Editorial

9

Kementerian Sekretariat Negara Selenggarakan Upacara Hari Kebangkitan Nasional di halaman gedung kementerian (20/5), upacara dihadiri oleh seluruh pejabat dan pegawai di lingkungan Kementerian Sekretariat Negara RI. Bertindak sebagai Inspektur upacara Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara, Lambock V. Nahattands.

DOK. SETPRES

DOK. SETPRES

Rapat koordinasi Reformasi Birokrasi yang diadakan di Kementerian Sekretariat Negara di pimpin oleh Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara, Lambock V. Nahattands dan Deputi bidang Sumber Daya Manusia Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta (14/6).

Page 222: 20 Editorial

10

DOK. SETPRES

Kementerian Sekretariat Negara hari Rabu (22/06) melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Panitia Kerja (Panja) Monitoring Pengelolaan Aset Negara Komisi II DPR RI. tentang pengelolaan, pemanfaatan, pemeliharaan dan pengamanan asset Negara di Badan Layanan Umum (BLU) Pusat Pengelola Komplek Gelora Bung Karno (PPGBK) dan Pusat Pengelola Komplek Kemayoran(PPKK).

DOK. SETPRES

Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara Lambock V. Nahattands menyerahkan secara simbolis Arsip Kenegaraan Pidato Presiden Soeharto tahun 1983 sampai dengan tahun 1998 yang disimpan oleh Kementerian Sekretariat Negara Kepada Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia H.M Asichin (28/6).

Page 223: 20 Editorial

11

Jakarta, Humas-Setneg – Kementerian Sekretariat Negara melaksanakan Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi II DPR RI, Selasa (5/7) siang, di Gedung DPR RI, Jakarta.

DOK. SETPRES

DOK. SETPRES

Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara, Lambock V. Nahattands dan Kepala Sekretariat Presiden, Winata Supriatna memimpin rapat persiapan peringatan Dirgahayu RI ke-66 yang akan diadakan di Istana Merdeka, Jakarta (7/7).

Page 224: 20 Editorial

12

DOK. SETPRES

Bertempat di Ruang Sebaguna Gedung III Kementerian Sekretariat Negara, hari Rabu (20/4) dilak-sanakan Sosialisasi Peraturan Pemerintah (PP) No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS). PP ini sebagai pengganti PP 30 Tahun 1980. Hadir sebagai pembicara Drs. S. Kuspriyomurdono, M.Si (Deputi Bidang Bina Kinerja dan Perundang-undangan Badan Kepegawaian Negara).

DOK. SETPRES

Kementerian Sekretariat Negara memberikan bimbingan Teknis untuk menyusun standar kopetensi jabatan fungsional umum di lingkungan Kementerian Sekretariat Negara (18/5). Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian Reformasi Birokrasi yang dicanamkan oleh Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia.

Page 225: 20 Editorial

13

Kementerian Sekretariat Negara menyelenggarakan Seminar yang bertemakan Keamanan Sistem Informasi yang diikuti oleh peserta dari beberapa kementerian, non kementerian dan para pejabat/pegawai di Kementerian Sekretariat Negara, kamis (26/5).

DOK. SETPRES

DOK. SETPRES

Kementerian Sekretariat Negara mengadakan sosialisasi Jabatan Fungsional Penerjemah yang dihadiri oleh peserta dari beberapa kementerian, Jakarta (14/6). Acara ini dibuka langsung oleh Deputi Dukungan Kebijakan Kementerian Sekretariat Negara RI, Chairil Abdini.

Page 226: 20 Editorial

14

DOK. SETPRES

Kementerian Sekretariat Negara menerima kunjungan dari Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Jakarta, Rabu (6/7). Selain itu Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta juga mengunjungi Ruang Arsip dan Perpustakaan Kementerian Sekretariat Negara.

DOK. SETPRES

Jakarta, Humas Setneg – Kementerian Sekretariat Negara bersama dengan Komisi Informasi Pusat hari Senin, (18/07) menyelenggarakan acara Sosialisasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Page 227: 20 Editorial

15

Kementerian Sekretariat Negara mengadakan Sosialisasi Petunjuk Pelaksanaan Tata Naskah Dinas Kementerian Sekretariat Negara RI yang diatur dalam Peraturan Menteri Sekretaris Negara Nomor.3 Tahun 2011. Petunjuk Pelaksanaan tersebut disusun berdasarkan UU No. 24 Tahun 2009 dan Per-menpan No. 22 Tahun 2008, serta adanya perubahan struktur Organisasi Kementerian Sekretariat Negara yang diatur dalam Peraturan Menteri Sekretaris Negara No. 2 Tahun 2011.

DOK. SETPRES

DOK. SETPRES

Pengajian Bulanan Kementerian Sekretariat Negara RI menghadirkan ustadz Subki Al Bughury (18/5) dan dihadiri oleh pejabat dan pegawai di lingkungan Kementerian Sekretariat Negara.

Page 228: 20 Editorial

16

DOK. SETPRES

Pameran kehumasan dalam rangka memperingati hari Pendidikan Nasional dan hari Kebangkitan Nasional di selenggarakan di gedung kesenian Solo, berlangsung dari tanggal 21 sampai 24 mei 2011. Humas Kementerian Sekretariat Negara ikut serta dalam mensukseskan pameran tersebut dengan menampilkan berbagai macam produk kementerian.

DOK. SETPRES

Ibu Menteri Sekretaris Negara bersama Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu II (SIKIB) memberikan bantuan kepada Panti asuhan dan Panti Jompo Putra Setia, Jakarta (31/5).

Page 229: 20 Editorial

17

Donor darah kerjasama Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) dengan Palang Merah Indonesia (PMI) yang diadakan di lingkungan Kementerian Sekretariat Negara dan diikuti oleh Pejabat dan Pegawai, Jakarta (28/6).

DOK. SETPRES

DOK. SETPRES

akarta, Humas Setneg – Kementerian Sekretariat Negara bekerjasama dengan Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) mengadakan Bimbingan Teknis Perpustakaan dengan peserta dari Perpustakaan Sekolah Dasar (SD) dan Perpustakaan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di DKI Djakarta, jakarta (15/7). Bimbingan Teknis ini terselenggara untuk memperingati HUT ke-38 Tahun Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI)

Page 230: 20 Editorial