prioris editorial - trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id
TRANSCRIPT
PRIORIS Editorial
Rita ga440 Neacifttaleaa paiumei9ma
Kehadiran kembali Jurnal Hukum Prioris
melahirkan keyakinan kami akan kiprahnya
sebagai media komunikasi akademis dalam
mewarnai wacana hukum di Republik ini.
Karena itu pula kami bersemangat menerima
penugasan sebagai ponggawa redaksi. Ditengah
keasikan yang menjebak para ilmuwan hukum
dan ahli hukum di fakultas hukum- fakultas
hukum yang terbenam dalam "kerutinan kerja",
Jurnal Hukum Prioris diharapkan menjadi salah satu tools dalam membongkar
kebekuan dan membangkitkan kembali iklim kecendikiawanan dalam rangka
kontribusinya pada perkembangan ilmu hukum dan penerapannya. Sesuai arti
penamaannya kami bertekad menjadi yang terdepan.
Tentu saj a, kita tidak cukup hanya mengagumi karya-karya besar para pendahulu
sebagaimana tergambar dari sejumlah teori seperti Badan Hukum menjadi subjek hukum, munculnya tanggung Jawab Korporasi baik pada ranah perdata maupun
pidana, atau dirumuskannya Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik pada ranah
hukum administrasi negara. Demikian juga, kita tidak ingin "pisau kritis" yang kita
miliki ditumpulkan oleh kenyamanan dan rutinitas kehidupan modern sebagai
profesional hukum. Para profesional hukum yang beraktivitas di ranah praktisi masuk
kedalam kancah perebutan dan penumpukan materi yang terkadang menegasikan
etika, profesional hukum sebagai pengajar terjebak hanya mengajarkan ratusan hapalan
teks-teks ilmu hukum demi tuntutan profesi semata. Dan puncaknya universitas
hanya memproduksi pengajar (teacher) bukan peneliti (researcher) yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan.
Kita harus menciptakan paradigma, penerbitan kembali Jurnal Hukum Prioris
dapat ditempatkan menjadi stimulus, menumbuhkan dan melahirkan ide, gagasan-
gagasan alternatif dalam pembaharuan hukum di Indonesia melalui penelitian-
penelitian, kajian dan aktifitas ilmiah lainnya. Jurnal Hukum Prioris Volume 3 nomor
ini meski tidak mengusung tema khusus, akan menampilkan tulisan tulisan yang
replektif analitik dari para ahli di bidangnya, hasil-hasil penelitian yang menduduki
peringkat teratas di Fakultas Hukum Universitas Trisakti, serta kajian berupa eksaminasi
atas putusan pengadilan tindak pidana korupsi, yang keseluruhannya mudah-mudahan
Jurnal Hukum PRIORIS, Vol. 3 No. 1, Tahun 2012 I
Prioris Editorial
dapat menjadi referensi untuk memenuhi kebutuhan akademis maupun praktis.
Laporan Panel Tingkat Tinggi PBB Tahun 2004, yang berjudul "Ancaman,
Tantangan, dan Perubahan (Threats, Challenge, and Change) menyatakan bahwa
terdapat 6 (enam) kelompok (clusters) Ancaman Abad 21 yaitu, Ancaman ekonomi
dan sosial, termasuk kemiskinan dan kerusakan lingkungan, konflik antar negara,
konflik di dalam negara termasuk perang saudara, genosida dan peristiwa kejahatan
skala besar lainnya, ancaman senjata nuklir, radiologi, kimia dan biologi, terorisme,
dan kejahatan transnasional terorganisasi. Ancaman-ancaman yang tidak mengenal
batas negara tersebut merupakan tantangan tersendiri bagi sistem hukum pidana
nasional Indonesia yang akan datang. Ada tiga model hukum yang sangat mungkin
menjadi upaya solusi menghadapi tantangan kehidupan abad 21, yaitu pertama
model hukum pembangunan, kedua model hukum progresif dan ketiga model hukum
integratif. Prof. Dr. Romli Atmasasmita, SH., LLM — guru besar Fakultas Hukum
Universitas Padjadjaran Bandung- menjelaskan dalam tulisan yang berjudul Tiga
Paradigma Hukum Dalam Pembangunan. Ada sinyalemen agak dramatic yang menyatakan bahwa masifitas kejahatan
korupsi telah melebihi kapasitas kemampuan dari penegak hukum untuk
menanganinya, karena kendati ada banyak perkara korupsi diperiksa dan dibawa ke
pengadilan tapi fabrikasi koruptor melalui sistem yang koruptif dan kolusif jauh
lebih banyak. Yang mengerikan, korupsi bukan sekedar kejahatan perorangan tetapi
kejahatan yang melibatkan jaringan, melibatkan anggota keluarga serta ada banyak
elit kekuasaan terlibat dengan modus operandi yang kian canggih, terorganisir dan
terkonsolidasi. Dampak korupsi juga kian menguatirkan, masalah dan ancaman yang
ditimbulkan oleh korupsi tidak hanya berkenaan dengan kerugian keuangan Negara
saja karena juga mempunyai dampak pada stabilitas dan keamanan masyarakat
dengan rusaknya lembaga-lembaga dan nilai-nilai demokrasi, nilai-nilai etika dan
keadilan serta mengacaukan pembangunan yang berkelanjutan dan penegakan hukum.
Kajian yang dilakukan UNDP atas hasil penelitian terhadap sekitar 100 negara
develoving coutries tahun 1996-2001 membuktikan bahwa korupsi yang terjadi pada
sektor "the allocation of public expenditure" khususnya disektor "education, health
and social protection" mengakibatkan kian rendahnya kualitas pelayanan publik.
Selain itu kajian ini juga menjelaskan bahwa fakta kemiskinan, ternyata mempunyai
pengaruh dan berakibat pada kualitas terhadap Human Development Index (HDI).
Pada negara yang dilakukan survei korupsi dan terbukti sebagai negara korup ternyata
juga dapat mengakibatkan meningkatnya angka infant mortality and school drop-
out dan juga mereduksi "life expectancy and literacy". Pada konteks ini, dapat ditarik
suatu kenyataan bahwa ada hubungan erat yang langsung antara Human Development
Index dengan Corruption Perception Index. Dr. Bambang Widjojanto,
I Jurnal Hukum PRIORIS, Vol . 3 No. 1, Tahun 2012
Prioris Editorial
SH., LLM —dosen biasa Fakultas Hukum Universitas Trisakti & Wakil Ketua KPK
2011-2015 membahas adanya korelasi yang erat antara perwujudan Negara Hukum
yang demokratis dengan kejahatan korupsi dan pelanggaran HAM, dalam tulisannya
Negara Hukum, Korupsi dan Hak Asasi Manusia: Suatu Kajian Awal.
Perubahan UUD 1945 merupakan keniscayaan sebagai salah satu agenda
reformasi untuk keluar dari krisis politik, krisis hukum, krisis ekonomi, dan krisis
moral. Empat kali amandemen memang telah memberikan berbagai perubahan yang
amat mendasar dalam kehidupan ketatanegaraan Indonesia. Namun, hasil perubahan
juga menyimpan berbagai kelemahan lantaran paradigma yang dibangun belum
dapat dijadikan acuan dasar dalam mengefektifkan pemerintahan secara baik. Hasil
amandemen belum mampu menjelaskan dan menjanjikan secara signifikan terhadap
konstruksi nilai dan bangunan kenegaraan yang hendak dibangun. UUD 1945 sebagai
hukum dasar tetap butuh perbaikan sejalan dengan kebutuhan dan perkembangan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Prof. Dr. Marwan Maas, SH., MH, Guru besar
Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas 45 Makassar membahas tentang urgensi
perubahan UUD 1945 ini. Ia berpendapat untuk menyempurnakan UUD 1945 perlu
dilakukan perubahan komprehensif, tidak hanya mendesain penguatan DPD dalam dua kamar (bikameral system) yang efektif, tetapi juga penguatan sistem presidensial,
hak asasi manusia, otonomi daerah dan hubungan pemerintah pusat-daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan ekonomi, serta sistematika UUD 1945 yang sesuai dengan teori pembentukan konstitusi.
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas (P3) diwajibkan untuk memperhatikan kepentingan masyarakat dan persaingan sehat
dalam melakukan usaha. Tentu saja ketentuan ini bukan tanpa makna, karena tidak
jarang dalam praktek Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan sebuah perseroan
terbatas justru dimaksudkan sebagai upaya curang dalam kancah persaingan bisnis,
karena itu kemudian dalam perumusan Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang
Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat P3 menjadi salah satu ketentuan
yang signifikan. Persoalannya adalah Pengesahan badan usaha hasil dari P3 sesudah
lahirnya Undang-undang tentang Persaingan Usaha mengalami kompleksitas.
Kompleksitas itu berkaitan dengan ketentuan yang mengatur tentang kewajiban pemberitahuan (notification) kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) atas pelaksanaan P3. Kompleksitas tersebut berkaitan dengan 2 (dua) hal, pertama,
sejak kapan badan usaha hasil P3 memperoleh pengesahan ? Kedua, penentuan
pengesahan tersebut melibatkan 3 (tiga) peraturan perundang-undangan yaitu Undang-
undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-undang tentang
Anti Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat dan Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan asi oleh
Jurnal Hukum PRIOR1S, Vol. 3 No. 1, Tahun 2012 I
Prioris Editorial
Pengambilalihan Saham Perusahaan yang dapat mengakibatkan terjadinya Praktek
Monopolli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Yakub Adi Kristanto, SH., MH —
Dosen Biasa pada Fakultas Hukum Universitas Satya Wacana Salatiga membahas
masalah ini dalam tulisan yang diberi judul Pengesahan Pelaksanaan Penggabungan,
Peleburan dan Pengambilalihan (P3) & Kedudukan Konsultasi dalam Hukum
Persaingan Usaha; Kemudian, pembaca dapat menikmati hasil penelitian perbandingan hukum
para pengajar Fakultas Hukum USAKTI yang menduduki peringkat terbaik di
Fakulltas Hukum USAKTI tahun 2010-2011. Pada penerbitan ini kami tampilkan
penelitian mengenai Hukum Perbankan yang membahas Perbandingan Pengaturan
Rahasia Bank (Bank Secrecy) di Indonesia dan Thailand ditulis oleh Almarhumah
Atik Indriyani, SH., MH, dan pemuatan hasil penelitian ini juga dimaksudkan
sebagai apresiasi kepada Almarhumah sebagai pengajar sekaligus peneliti.
Untuk menutup edisi ini, pembaca akan disuguhi hasil Eksaminasi Publik
Putusan Tindak Pidana Korupsi No. 38/Pid.B/TPK/2011/PN.JKT.PST atas nama
Terdakwa Ir. Soemino Eko Saputro. Majelis Eksaminasi terdiri dari para praktisi,
Akademisi dan mantan penegak hukum yang dikoordinasi oleh Indonesian Corruption
Watch (ICW) sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergiat dibidang kampanye
pemberantasan korupsi. Begitulah gambaran Jurnal Hukum Prioris edisi ini. Semoga penjabaran pada
setiap lembarnya dapat bermanfaat dan turut serta dalam mewarnai wacana hukum Indonesia. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih utamanya kepada Mitra Bestari yang terlibat aktif, serta kepada seluruh pihak yang mendukung diterbitkannya
kembali jurnal ini. Selamat membaca !
(AFH — [email protected]).
IV I Jurnal Hukum PRIORIS, Vol . 3 No. 1, Tahun 2012