prioris editorial 7164e4e9/eatleao pout* dew aodeattoted

4
PRIORIS Editorial 7164e4e9/eatleao Pout* Dew Aodeattoted qiceleadt Tak terelakan musim ini menjadi musim bencana. Meletusnya gunung Sinabung, gunung Kelud dan bencana banjir di beberapa kota adalah bencana nyataforce majeur yang mesh tak terprediksi, tapi tetap terukur dalam arti bisa diantisipasi penanggulangarmya jika diikuti dengan kesiapan menghadapinya. Pada momen yang sama, terjadi bencana dalam bentuknya yang lain, pucuk pimpinan Mahkamah Konstitusi tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), mengecewakan, menyedihkan dan seterusnya, tetapi separah apapun bencana yang terjadi, selalu saja menyimpan sisi positif, selalu ada hikmah dibalik setiap peristiwa. Bencana adalah perintah Tuhan agar kita meningkatkan kekuatan untuk menghadapinya. Ditengah kesibukan recovery bencana yang satu, kita juga harus selalu siap menghadapi "bencana" lainnya. Masyarakat Ekonomi Asean (ASEAN Economic Community) pada tahun 2015 tak terhindarkan. Pada waktunya ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal dimana terjadi arus barang, jasa, investasi dan tenaga terampil yang bebas, serta arus modalyang lebih besar diantara negara ASEAN.Barang, jasa dan tenaga kerja akan menyerbu Indonesia. Inilah salah satu fenomena globalisasi yang mau tak mau harus kita hadapi.Persoalannya kemudian, sejauhman kesiapan kita sebagai bangsa menghadapinya? bagaimana peran dan kesiapan kita sebagai profesional hukum ? Dalam kehidupan masyarakat global (global society) yang ternyata bergerak kearah ketidak seragaman. Manusia-manusia justru akan terbebaskan dari ikatan hukum-hukum nasionalnya yang pada waktu lalu diletakkan sebagai alat kontrol penguasa negara. Sementara itu perkembangan global society sebagai global economic (pasar bebas) telah membuka sekat-sekat batas negara dan membebaskan orang (produsen atau konsumen), modal, dan informasi melintasi batas-batas teritorial maupun kultural sebuah negara. Dan ditengah-tengah sistem ekonomi pasar bebas global, ketiadaan pemegang kekuasaan pengatur yang sentral (global state) akan melahirkan otonomi pengaturan pada skala yang lebih mikro, sebagaimana dikatakan John Naisbit : the bigger the economy, the more powerful its smallest players Jurnal Hukum PRIORIS, Vol . 4 No. 1, Tahun 2014

Upload: others

Post on 28-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PRIORIS Editorial 7164e4e9/eatleao Pout* Dew Aodeattoted

PRIORIS Editorial

7164e4e9/eatleao Pout* Dew Aodeattoted qiceleadt

Tak terelakan musim ini menjadi musim

bencana. Meletusnya gunung Sinabung, gunung

Kelud dan bencana banjir di beberapa kota

adalah bencana nyataforce majeur yang mesh tak terprediksi, tapi tetap terukur dalam arti

bisa diantisipasi penanggulangarmya jika diikuti

dengan kesiapan menghadapinya. Pada momen yang sama, terjadi bencana dalam bentuknya

yang lain, pucuk pimpinan Mahkamah

Konstitusi tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),

mengecewakan, menyedihkan dan seterusnya, tetapi separah apapun bencana yang

terjadi, selalu saja menyimpan sisi positif, selalu ada hikmah dibalik setiap peristiwa.

Bencana adalah perintah Tuhan agar kita meningkatkan kekuatan untuk menghadapinya. Ditengah kesibukan recovery bencana yang satu, kita juga harus selalu siap

menghadapi "bencana" lainnya. Masyarakat Ekonomi Asean (ASEAN Economic

Community) pada tahun 2015 tak terhindarkan. Pada waktunya ASEAN akan menjadi

pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal dimana terjadi arus barang, jasa, investasi

dan tenaga terampil yang bebas, serta arus modalyang lebih besar diantara negara

ASEAN.Barang, jasa dan tenaga kerja akan menyerbu Indonesia. Inilah salah satu

fenomena globalisasi yang mau tak mau harus kita hadapi.Persoalannya kemudian, sejauhman kesiapan kita sebagai bangsa menghadapinya? bagaimana peran dan kesiapan kita sebagai profesional hukum ?

Dalam kehidupan masyarakat global (global society) yang ternyata bergerak kearah ketidak seragaman. Manusia-manusia justru akan terbebaskan dari ikatan

hukum-hukum nasionalnya yang pada waktu lalu diletakkan sebagai alat kontrol penguasa negara. Sementara itu perkembangan global society sebagai global economic (pasar bebas) telah membuka sekat-sekat batas negara dan membebaskan orang

(produsen atau konsumen), modal, dan informasi melintasi batas-batas teritorial

maupun kultural sebuah negara. Dan ditengah-tengah sistem ekonomi pasar bebas global, ketiadaan pemegang kekuasaan pengatur yang sentral (global state) akan melahirkan otonomi pengaturan pada skala yang lebih mikro, sebagaimana dikatakan John Naisbit : the bigger the economy, the more powerful its smallest players

Jurnal Hukum PRIORIS, Vol . 4 No. 1, Tahun 2014

Page 2: PRIORIS Editorial 7164e4e9/eatleao Pout* Dew Aodeattoted

Prioris Editorial

to create the new rules for the expanding global economic order.'

Pada titik ini hukum formal produk kekuasaan (Legislatif — Presiden) akan

berkurang peranannya, hubungan kontraktual antar pelaku khususnya pelaku non

negara (non state actors) akan menjadi pilihan. Dan jika terjadi perselisihan

kontraktual yang tak bersanksi hukum negara itu, masyarakat akan banyak memilih

penyelesaian melalui alternative dispute resolution, mulai dengan model renegosiasi,

mediasi ataupun arbitrasi, ketimbang penyelesaian adjudikatif litigasi melalui

badan-badan peradilan negara yang serba formal, prosedural dan memerlukan

waktu yang lama. (Soetandyo Wignjosoebroto 2013: 142).Dalam konteks inilah

kesiapan kita sebagai profesional hukum menjadi signifikan, yang diharapkan

berperan mengantarkan kesiapan bangsa Indonesia pada pasar tunggal Masyarakat

Ekonomi ASEAN (AEC) dimana lalu lintas barang, jasa, investasi dan tenaga

kerja dan arus modal yang lebih bebas diantara negara-negara ASEAN. Jurnal Hukum Prioris Fakultas Hukum Universitas Trisakti selalu berusaha

menempatkan diri sebagai ajang mengasah diri bagi kesiapan intelektual dan

profesional hukum menghadapi kebutuhan di jamannya. Pada penerbitan nomor

ini menampilkan artikel maupun hasil penelitian dari para pengajar di beberapa

universitas disamping dari Fakultas Hukum Universitas Trisakti.

Sektor pertanahan sangat pelik dengan berbagai permasalahan baik dalam

aspek hukum administratif, hukum keperdataan, bahkan dalam hukum pidana

mulai menjadi obyek dugaan korupsi. Berbagai modus operandi tindak pidana

korupsi terkait dengan kepemilikan hak atas tanah dan disinyalir menimbulkan kerugian negara terjadi dimana-mana dan dapat digunakan sebagai study kasus.

Dr. SUHARTATI, SH,. Mhum dosen tetap Universitas Surabaya membahasnya

dalam artikel Reimplementasi Hukum Pidana Korupsi Dalam Aspek Hak

Kepemilikan Atas Tanah. Di era globalisasi Hukum kontrak merupakan bidang hukum yang signifikan

terutama dalam mendukung sektor perdagangan dan transaksi bisnis intemasional.

Keberlakuannya bergantung pada keabsahannya sebagaimana ditentukan oleh

Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Dalam konteks keabsahan ini, meski

banyak persamaan, tetapi ada perbedaan yang substantif antara KUHPerdata

dengan Korean Civil Code Korea Selatan, salah satunya adalah kewajiban

penyerahan ke dan pengesahan dari Kementrian Hukum. NOVINA SRI

INDIRAHARTI, SH., MH Dosen Biasa Fakultas Hukum Universitas Trisakti meneliti dan membandingkan mengenai keabsahan kontrak di Indonesia dan Korea

Selatan dan menuangkan laporannya dalam judul: Aspek Keabsahan Perjanjian

Dalam Hukum Kontrak (suatu Perbandingan Antara Indonesia dan Korea Selatan.

'John Naisbit, Global paradox (New York, Avion Book 1995) hal 191 dst

11 I Jurnal Hukum PRIORIS, Vol . 4 No. I. Tahun 2014

Page 3: PRIORIS Editorial 7164e4e9/eatleao Pout* Dew Aodeattoted

Prioris Editorial

Selama ini pencegahan dan pemberantasan korupsi lebih banyak dilakukan oleh pemerintah. Padahal dalam kehidupan bermasyarakat ada tiga komponen

yang selalu saling berhubungan. Ketiga komponen tersebut adalah negara/pemerintah (state), Pasar/bisnis (market), dan Masyarakat Sipil (Civil Society). Upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi yang mengikutsertakan masyarakat, telah diatur dalam The United Nations Convention Against Corruption 2003 (UNCAC). Ketentuan ini mewajibkan semua negara penerima/pihak untuk mengikut sertakan masyarakatnya dalam pemberantasan tindak pidana korupsi,

dengan mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki, baik itu melalui lembaga

swadaya masyarakat maupun organisasi-organisasi kemasyarakatan lainya.

Bagaimana kewajiban negara ini diterapkan di Indonesia, Prof. Dr. IK RAI

SETIABUDHI, SH Guru Besar Hukum Pidana dan Kriminologi Fakultas Hukum

Universitas Udayana-Bali membahasnya dalam tulisan berjudul Kajian Yuridis

Gerak Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pemberantasan Korupsi.

Advokat adalah salah satu profesi yang tertua dalam sejarah manusia. Profesi

ini disebut sebagai OFFICIUM NOBILE (Jabatan yang Mulia), namun di sisi yang lain profesi advokat itu juga pejuang yang gigih membela klien. Sisi kejuangan

ini seringkali menimbulkan kesan negatif terhadap profesi advokat yang secara

sinis memahat stigma bahwa advokat adalah profesi bayaran dengan pemeo "maju

tak gentar membela yang bayar". Sejarah membuktikan bahwa profesi advokat

menjadi basis pejuang pergerakan yang tidak tunduk pada pemerintah kolonial

dengan membangun kemandirian profesi dan menjadi pelopor pejuang non-

cooperatif. ARNALDO JR SOARES, SH. Praktisi dan Dosen Luar Biasa Fakultas

Hukum Universitas Trisakti mengulas kenyataan sejarah ini dalam tulisan berjudul: Peranan Advokat Dalam Perjuangan Non Kooperatif Melawan Pemerintahan Kolonial: Cermin Perjuangan Profesi Officium Nobile.

Anak-anak mempunyai hak-hak yang secara spesifik berbeda dengan hak-hak manusia dewasa sebagai warganegara, dan dalam segala keadaan hak-hak anak ini harus didahulukan dari kepentingan yang lain. Ketika anak harus berhadapan

dengan hukum, mempertanggungjawabkan perbuatannya, serta menjalani proses

peradilan pidana, dibutuhkan penanganan yang berbeda dengan penanganan

terhadap orang dewasa yang melanggar hukum. Proses peradilan pidana tidak

mustahil akan memperburuk kondisi anak, baik sebagai pelaku maupun sebagai

korban. Pemikiran altematif dalam penanggulangan delinkuensi anak merupakan upaya perlindungan bagi anak demi masa depannya. Dr. NUR ROCHAETI, SH.,

MH Pengajar Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang

mengupasnya dalam tulisan Kebijakan Formulasi Dalam Undang-Undang Nomer 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Jurnal Hukum PRIOR1S, Vol . 4 No. 1, Tahun 2014 I iii

Page 4: PRIORIS Editorial 7164e4e9/eatleao Pout* Dew Aodeattoted

Prioris Editorial

Untuk menutup edisi ini, pembaca akan disuguhi hasil ekasaminasi publik

Putusan Nomor 30/Pid.B/TPKJ2012/PN.JKT.PST dan Surat Tuntutan Nomor TUT — 28/24/10/2012Atas terdakwa Wa Ode Nurhayati, S.Sos. Eksaminasi ini direview

oleh Hifzil Halim dan dikoordinasikan oleh Indonesia Corruption Watch (ICW).

Akhirul kalam, atas nama seluruh ponggawa redaksi Jurnal Hukum Prioris

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama pada para Mitra Bestari

yang tersebar di beberapa perguruan tinggi serta semua pihak yang mensupport

penerbitan ini. Tanpa bosan kami salalu berharap, smoga kehadiran jurnal ini

menjadi inspirasi dan energi positif mengobarkan semangat intelektualisme bagi

usaha mencerdaskan dan menyejahterakan kehidupan bangsa. Selamat membaca

dan selamat berkarya ([email protected]).

IV I Jurnal Hukum PRIORIS, Vol . 4 No. 1, Tahun 2014