print2revisi
DESCRIPTION
anemiaTRANSCRIPT
![Page 1: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang konsep gizi kurang, dan konsep asuhan
keperawatan pada klien dengan gizi kurang.
2.1 Konsep Anemia
2.1.1 Definisi Anemia
Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana rendahnya
konsentrasi hemoglobin (Hb) atau hematokrit berdasarkan nilai ambang batas
(referensi) yang disebabkan oleh rendahnya produksi sel darah merah (eritrosit)
dan Hb, meningkatnya kerusakan eritrosit (hemolisis), atau kehilangan darah
yang berlebihan (Citrakesumasari, 2012).
Anemia adalah kekurangan eritrosit yang tampak pada kekurangan
hemoglobin dan hematokrit (packed cell volume) (Marry Baradero dan Yakobus
Siswadi, 2005)
Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Pemeriksaan Hematokrit dan Hemoglobin
Kelompok Umur / Jenis Kelamin
Konsentrasi Hemoglobin (< g/dL)
Hematokrit ( < %)
6 bulan – 5 tahun 5 – 11 tahun 12 – 13 tahun Wanita Ibu hamil Laki-laki
11,011,512,012,011,013,0
333436363339
Sumber: WHO/UNICEF/UNU, 1997
![Page 2: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/2.jpg)
2.1.2 Etiologi
Berkurangnya sel darah merah dapat disebabkan oleh kekurangan
kofaktor untuk eritropoesis seperti: asam folat, vitamin B12, dan besi. Produksi
sel darah merah juga dapat turun apabila sumsum tulang tertekan (oleh tumor
atau obat) atau rangsangan yang tidak memadai karena kekurangan eritropoetin,
seperti yang terjadi pada penyakit ginjal kronis. Peningkatan penghancuran sel
darah merah dapat terjadi akibat aktivitas system retikuloendotelial yang
berlebihan (misalnya hipersplenisme) atau akibat sumsum tulang yang
menghasilkan sel darah merah abnormal (Wiwik, 2008)
2.1.3 Tanda dan gejala anemia
Gejala anemia biasanya disdasarkan pada gejala yang timbul akibat
anoksia jaringan tersebut atau reaksi kompensasi dari target organ terhadap
anoksia. Pada umumnya gejala pada anemia akan timbul apabila kadar
hemoglobin lebih kecil atau sama dengan 7,0 g/dl. Gejala yang dapat muncul
pada organ demi organ adalah sebagai berikut
2.1.3.1 Gejala dari sistem kardiovaskuler
Gejala yang paling menonjol dari penderita anemia adalah berasal dari
organ ini. Dengan adanya anoksia maka timblah kompensasi dari jantung guna
memenuhi kebutuhan oksigen tersebut dan terjadilah palpitasi, takikardi, serta
denyut prekordial yang pada dasarnya adalah manifestasi dari denyut jantung
yang bertambah cepat. Berat ringannya manifestasi pada organ ini tergantunga
pada hal-hal berikut
2.1.3.1.1 Derajat anemianya. Gejala baru timbul apabila kadar Hb kurang dari
7,0 g/dl. Makin berat anemianya, gejala akan semakin berat pula.
![Page 3: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/3.jpg)
2.1.3.1.2 Cepatnya timbul anemia. Semakin cepat timbul anemia makin berat
gejala yang muncul dari organ ini. Hal ini dapat diterangkan oleh
karena anemia yang timbul begitu cepat tubuh/organ tidak sempat
beradaptasi. Sedangkan pada anemia yang kronis tubuh akan
beradaptasi hingga gejala-gejala akan tampak lebih ringan.
2.1.3.1.3 Ada atau tidaknya penyakit jantung sebelumnya, pada orang normal
gejala yang dapat muncul pada penderita anemia yaitu cepat lelah atau
sesak nafas pada waktu bekerja. Akibat aliran darah yang cepat pada
anemia dapat timbul sistolik murmur pada semua ostiadari jantung.
Apabila terdapat penyakit jantung gejala anemia dapat timbul lebih
berat dan tidak jarang terjadi kegagalan faal jantung akibat anemi
yang dikenal dengan “anemia heart failure”
2.1.3.2 Gejala dari sistem syaraf
Akibat anoksia pada system ini dapat timbul sakit kepala, pusing-
pusing, badan terasa ringan, perasaan dingin, telinga berdenging, mata
berkunang-kunang, kelemahan otot, lekas capai dan iritabel.
2.1.3.3 Gejala dari system pencernaan
Dari system pencernaan dapat timbul anoreksia, mual muntah,
flatulensi, perasaan tidak enak pada perut bagian atas, obsipasi dan diare.
2.1.3.4 Gejala pada urogenital
Gejala yang dapat timbul yaitu gangguan haid, kadang-kadang
hipermenore dan libido berkurang.
![Page 4: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/4.jpg)
2.1.3.5 Pada jaringan epitel
Pada anoksia tampak pucat yang dapat dilihat pada kelopak mata,
mulut, dan kuku, elastisitas kulit berkurang, rambut tampak tipis
(Boediwarsono, 2007).
2.1.4 Jenis-Jenis Anemia
Ada dua tipe anemia yang dikenal selama ini yaitu anemia gizi dan non-
gizi (Citrakesumasari, 2012).
2.1.4.1 Anemia gizi
2.1.4.1.1 Anemia gizi besi
Kekurangan pasokan zat gizi besi (Fe) yang merupakan inti molekul
hemoglobin sebagai unsur utama sel darah merah. Akibat anemia gizi besi terjadi
pengecilan ukuran hemoglobin, kandungan hemoglobin rendah, serta
pengurangan jumlah sel darah merah. Anemia zat besi biasanya ditandai dengan
menurunnya kadar Hb total di bawah nilai normal (hipokromia) dan ukuran sel
darah merah lebih kecil dari normal (mikrositosis). Tanda-tanda ini biasanya
akan menggangu metabolisme energi yang dapat menurunkan produktivitas.
Serum ferritin merupakan petunjuk kadar cadangan besi dalam tubuh.
Pemeriksaan kadar serum ferritin sudah rutin dikerjakan untuk menentukan
diagnosis defisiensi besi, karena terbukti bahwa kadar serum ferritin sebagai
indikator paling dini menurun pada keadaan bila cadangan besi menurun. Dalam
keadaan infeksi kadarnya dipengaruhi, sehingga dapat mengganggu interpretasi
keadaan sesungguhnya.
![Page 5: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/5.jpg)
Pemeriksaan kadar serum feritin terbukti sebagai indikator paling dini, yaitu
menurun pada keadaan cadangan besi tubuh menurun. Pemeriksaannya dapat
dilakukan dengan metode immunoradiometric assay (IRMA) dan enzyme linked
immunosorbent assay (ELISA). Ambang batas atau cut off kadar feritin sangat
bervariasi bergantung metode cara memeriksa yang digunakan atau ketentuan
hasil penelitian di suatu wilayah tertentu (Citrakesumasari, 2012).
Adapun nilai normal serum ferritin dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Nilai Serum Ferritin
Umur ng/ml
Bayi baru lahir 25 – 200
1 bulan 200 – 600
2 – 5 bulan 50 – 200
6 bulan – 15 tahun 7 – 140
Laki-laki Dewasa 15 – 200
Perempuan dewasa 12 – 150
Sumber: Lanzkowsky, Manual of Pediatric Hematology and Oncology, 2005
Anemia gizi besi terjadi melalui beberapa tingkatan, yaitu :
1) Tingkatan pertama disebut “Anemia Kurang Besi Laten” merupakan keadaan
dimana banyaknya cadangan zat besi berkurang dibawah normal, namun besi
di dalam sel darah dan jaringan masih tetap normal.
![Page 6: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/6.jpg)
2) Tingkatan kedua disebut “Anemia Kurang Besi Dini” merupakan keadaan
dimana penurunan besi cadangan terus berlangsung sampai habis atau
hampir habis, tetapi besi dalam sel darah merah dan jaringan masih tetap
normal.
3) Tingkatan ketiga disebut “Anemia Kurang Besi Lanjut” merupakan
perkembangan lebih lanjut dari anemia kurang besi dini, dimana besi di
dalam sel darah merah sudah mengalami penurunan, tetapi besi di dalam
jaringan tetap normal.
4) Tingkatan keempat disebut “Kurang Besi dalam Jaringan” yang terjadi
setelah besi dalam jaringan yang berkurang
2.1.4.1.2 Anemia gizi vitamin E
Anemia defisiensi vitamin E dapat mengakibatkan integritas dinding sel
darah merah menjadi lemah dan tidak normal sehingga sangat sensitif terhadap
hemolisis (pecahnya sel darah merah). Karena vitamin E adalah faktor esensial
bagi integritas sel darah merah (Citrakesumasari, 2012).
2.1.4.1.3 Anemia gizi asam folat (anemia megaloblastik)
Anemia gizi asam folat disebut juga anemia megaloblastik atau
makrositik, dalam hal ini keadaan sel darah merah penderita tidak normal dengan
ciri-ciri bentuknya lebih besar, jumlahnya sedikit dan belum matang.
Penyebabnya adalah kekurangan asam folat dan vitamin B12. Padahal kedua zat
itu diperlukan dalam pembentukan nukleoprotein untuk proses pematangan sel
darah merah dalam sumsum tulang (Citrakesumasari, 2012).
![Page 7: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/7.jpg)
2.1.4.1.4 Anemia gizi vitamin B12
Anemia ini disebut juga pernicious, keadaan dan gejalanya mirip dengan
anemia gizi asam folat. Namun, anemia jenis ini disertai gangguan pada sistem
alat pencernaan bagian dalam. Pada jenis yang kronis bisa merusak sel-sel otak
dan asam lemak menjadi tidak normal serta posisinya pada dinding sel jaringan
saraf berubah. Dikhawatirkan, penderita akan mengalami gangguan kejiwaan.
Vitamin ini dikenal sebagai penjaga nafsu makan dan mencegah terjadinya
anemia (kurang darah) dengan membentuk sel darah merah. Karena peranannya
dalam pembentukan sel, defisiensi kobalamin bisa mengganggu pembentukan sel
darah merah, sehingga menimbulkan berkurangnya jumlah sel darah merah.
Akibatnya, terjadi anemia. Gejalanya meliputi kelelahan, kehilangan nafsu
makan, diare, dan murung. Defisiensi berat B12 potensial menyebabkan bentuk
anemia fatal yang disebut Pernicious anemia.
Kebutuhan tubuh terhadap vitamin B12 sama pentingnya dengan
mineral besi. Vitamin B12 ini bersama-sama besi berfungsi sebagai bahan
pembentukan darah merah. Bahkan kekurangan vitamin ini tidak hanya memicu
anemia, melainkan dapat mengganggu sistem saraf. Kekurangan vitamin B12
dapat terjadi karena gangguan dari dalam tubuh kita sendiri atau sebab luar.
Saluran cerna akan menyerap semua unsur gizi dalam makanan, termasuk
vitamin B12. Kekurangan vitamin B12 seseorang kurang darah (anemia).
ditandai dengan diare, lidah yang licin. Asam folat dapat diperoleh dari daging,
sayuran berwarna hijau, dan susu. Gizi buruk (malnutrisi) merupakan penyebab
utamanya. Anemia jenis ini juga berkaitan dengan pengerutan hati (sirosis).
Sirosis hati menyebabkan cadangan asam folat di dalamnya menjadi sedikit
![Page 8: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/8.jpg)
sekali. Kekurangan asam folat juga dapat menyebabkan gangguan kepribadian
dan hilangnya daya ingat. Gejala-gejalanya hampir sama dengan gejala
kekurangan vitamin B12. Gejala-gejala neurologis lainnya juga dapat timbul jika
sudah parah. Anemia jenis ini erat kaitannya dengan gizi seseorang. Karenanya,
penanganan anemia pun berkaitan dengan masalah gizi. Konsumsi daging,
sayuran hijau, dan susu yang memadai akan sangat membantu.
(Citrakesumasari, 2012).
2.1.4.1.5 Anemia gizi vitamin B6
Anemia ini disebut juga siderotic. Keadaannya mirip dengan anemia gizi
besi, namun bila darahnya diuji secara laboratoris, serum besinya normal.
Kekurangan vitamin B6 akan mengganggu sintesis (pembentukan) hemoglobin
(Citrakesumasari, 2012).
2.1.4.2 Anemia Non Gizi
Anemia non-gizi seperti anemia sel sabit dan talasemia, yang disebabkan
oleh kelainan genetik (Prevention and Control of Nutritional Anaemia:A South
Asia Priority, Unicef 2002).
2.1.4.2.1 Anemia Aplastik
Anemia aplastik adalah suatu kelainan yang ditandai oleh pansitopenia
pada darah tepi dan penurunan selularitas sumsum tulang. Pada keadaan ini
jumlah sel-sel darah yang diproduksi tidak memadai. Penderita mengalami
pansitopenia, yaitu keadaan dimana terjadi kekurangan jumlah sel darah merah,
sel darah putih, dan trombosit.
Anemia aplastik sering diakibatkan oleh radiasi dan paparan bahan kimia.
Akan tetapi, kebanyakan pasien penyebabnya adalah idiopatik, yang berarti
![Page 9: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/9.jpg)
penyebabnya tidak diketahui. Anemia aplastik dapat juga terkait dengan infeksi
virus dan dengan penyakit lain (Tabel 2.3).
Tabel 2.3 Klasifikasi Etiologi Anemia Aplastik
Anemia Aplastik yang Didapat (Acquired Aplastic Anemia
Anemia Aplatik yang diturunkan (Inherited Aplastic Anemia)
Anemia aplastik sekunder a. Radiasi b. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan - Efek regular (Bahan-bahan sitotoksik, Benzene), - Reaksi Idiosinkratik (Kloramfenikol, NSAID, Anti epileptic, Emas,Bahan-bahan kimia dan obat-obat lainya) c. Virus: - Virus Epstein-Barr (mononukleosis infeksiosa), - Virus Hepatitis (hepatitis non-A, non-B, non-C, non-G), - Parvovirus (krisis aplastik sementara, pure red cell aplasia), - Human immunodeficiency virus (sindroma immunodefisiensi yang didapat), d. Penyakit-penyakit Imun: - Eosinofilik fasciitis, - Hipoimunoglobulinemia, - Timoma dan carcinoma timus, - Penyakit graft-versus-host pada imunodefisiensi, e. Paroksismal nokturnal hemoglobinuria, f. Kehamilan
Idiopathic aplastic anemia
Anemia Fanconi a. Diskeratosis kongenita b. Sindrom Shwachman-Diamond c. Disgenesis reticular d. Amegakariositik trombositopenia e. Anemia aplastik familial f. Preleukemia (monosomi 7, dan lain-
lain.) g. Sindroma nonhematologi (Down,
Dubowitz, Seckel)
![Page 10: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/10.jpg)
2.1.4.2.2 Anemia Sel Sabit
Penyakit Sel Sabit (sickle cell disease / sickle cell anemia) adalah suatu
penyakit keturunan yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit,
kaku, dan anemia hemolitik kronik. Pada penyakit sel sabit, sel darah merah
memiliki hemoglobin (protein pengangkut oksigen) yang bentuknya abnormal,
sehingga mengurangi jumlah oksigen di dalam sel dan menyebabkan bentuk sel
menjadi seperti sabit. Sel yang berbentuk sabit akan menyumbat dan merusak
pembuluh darah terkecil dalam limpa, ginjal, otak, tulang, dan organ lainnya; dan
menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke organ tersebut. Sel sabit ini
rapuhdan akan pecah pada saat melewati pembuluh darah, menyebabkan anemia
berat, penyumbatan aliran darah, kerusakan organ bahkan sampai pada kematian.
Sickle cell anemia (SCA) adalah penyakit genetik yang resesif, artinya
seseorang harus mewarisi dua gen pembawa penyakit ini dari kedua orangtuanya.
Hal inilah yang menyebabkan penyakit SCA jarang terjadi. Seseorang yang
hanya mewarisi satu gen tidak akan menunjukkan gejala dan hanya berperan
sebagai pembawa. Jika satu pihak orangtua mempunyai gen sickle cell anemia
dan yang lain merupakan pembawa, maka terdapat 50% kesempatan anaknya
menderita sickle cell anemia dan 50% kesempatan sebagai pembawa
2.1.4.2.3 Talasemia
Merupakan penyakit keturunan (genetik) dimana terjadi kelainan darah
(gangguan pembentukan sel darah merah). Sel darah merah sangat diperlukan
untuk mengangkut oksigen yang diperlukan oleh tubuh kita.
Pada penderita talasemia karena sel darah merahnya ada kerusakan
(bentuknya tidak normal, cepat rusak, kemampuan membawa oksigennya
![Page 11: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/11.jpg)
menurun) maka tubuh penderita talasemia akan kekurangan oksigen, menjadi
pucat, lemah, letih, sesak dan sangat membutuhkan pertolongan yaitu pemberian
transfusi darah. Bila tidak segera ditransfusi bisa berakibat fatal, bisa meninggal.
Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan anemia difokuskan pada penggalian data dasar
tentang informasi status terkini dari klien mengenai berkurangnya sel darah
merah dapat disebabkan oleh kurangnya kofaktor untuk eritropesis, seperti asam
folat, vitamin B12, dan besi. Pada anemia karen asemua system organ dapat
terlibat, maka dapat menimbulkan manifestasi klinis yang luas. Oleh karena
jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit oksigen yang
dikirim ke jaringan.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Anemia
2.2.1 Anamnesis
Kehilangan darah yang mendadak atau berlebihan seperti pada
perdarahan, sehingga menimbulkan gejala sekunder hipovolemia dan hipoksema.
Maasing-masing gejala harus dievaluasi waktu dan durasinya, serta faktor yang
mencetus dan meringankan.
Informasi mengenai setiap pengobatan yang diminum pasien yang
mungkin menekan aktivitas sumsum tulang atau mempengaruhi metabolism folat
perlu dikaji sebelumnya. Selain itu perlu diketahui mengenai riwayat akurat
asupan alcohol, termasuk jumlah serta durasi harus ditanyakan. Pasien juga
ditanyai setiap adanya kehilangan darah seperti adanya darah dalam tinja, atau
menstruasi berleihan pada wanita. Riwayat keluarga juga penting karena
![Page 12: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/12.jpg)
beberapa anemia berifat herediter. Kegemaran olahraga juga perlu diketahui
karena latihan dapat menurunkan eritropoesis dan ketahanan hidup sel darah
merah pada beberapa olahragawan. Pengkajian nutrisi dapat menunjukan adanya
kekurangan nutrisi esensial seperti besi, vitamin B12, dan asam folat.
2.2.1.1 Keluhan utama
Pada klien biasannya mengeluh cepat lelah. Riwayat penyakit sekarang
yang mungkin didapatkan meliputi tanda dan gejala penurunan eritrosit ddan
hemoglobin dalam darah, yaitu dengan adanya kelemahan fisik, pusing dan sakit
kepala, gelisah,diaphoresis, takikardi, sesak nafas, serta kolaps sirkulasi yang
progresif atau syok. Namun pengurangan hebat jumlah sel darah merah dalam
waktu beberapa bulan memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk
menyesuaikan diri dan biasanya pasien asimtomatik.
2.2.1.2 Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung dengan melakukan
serangkaian pertanyaan meliputi:
2.2.1.2.1 Apakah sebelumnya pasien pernah menderita anemia.
2.2.1.2.2 Apakah meminum obat tertentu dalam jangka lama.
2.2.1.2.3 Apakah pernah menderita penyakit malaria.
2.2.1.2.4 Apakah pernah mengalami pembesaran limfe.
2.2.1.2.5 Apakah pernah mangalami penyakit keganasan yang tersebar seperti
kanker payudara, leukemia, multiple myeloma.
![Page 13: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/13.jpg)
2.2.1.2.6 Adakah pernah kontak dengan zat toksik, dan penyinaran dengan
radiasi
2.2.1.2.7 Apakah pernah menderita penyakit menahun yang berkaitan dengan
ginjal dan hati.
2.2.1.2.8 Apakah pernah menderita penyakit infeksi dan defesiensi endokrin.
2.2.1.2.9 Apakah pernah mengalami kekurangan vitamin penting seperti
vitamin B12, asam folat, vitamin C dan zat besi.
2.2.1.3 Pikososial
Menolak, menyangkal, cemas,kurang kontak mata, gelisah, marah,
perilaku menyerang, focus pada diri sendiri. Interaksi social: setresbkarena
keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya ekonomi, kesulitan koping dengan stressor
yang ada.
2.2.1.4 Menurut doenges dalam buku Rencana Asuhan Keperawatan (2001) data
dasar klien meliputi:
2.2.1.4.1 Aktivitas dan istirahat
1) Gejala
(1) Keletihan, kelemahan, malaise umum.
(2) Kehilangan produktivitas, penurunan semangat untuk bekerja.
(3) Toleransi terhadap latihan rendah.
(4) Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
2) Tanda
(1) Takikardi/takipnea, dispnea pada bekerja atau istirahat.
![Page 14: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/14.jpg)
(2) Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya.
(3) Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
(4) Ataksia, tubuh tidak tegak.
(5) Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda-tanda lain yang
menunjukan keletihan.
2.2.1.4.2 Sirkulasi
1) Gejala
(1) Riwayat kehilangan darah kronis.
(2) Riwayat endokarditis infeksi kronis.
(3) Palpitasi (takikardi kompensasi).
2) Tanda
(1) TD : peningkatan sistolik dengan diastolic stabil dan tekanan nadi melebar;
hipotensi postural disritmia, abnoralitas EKG.
(2) Bunyi jantung: murmur sistolik (DB)
(3) Ekstremitas (warna): pucat pada kulit dan membrane mukosa.
(4) Sklera: biru atau putih seperti mutiara.
(5) Pengisian kapiler melambat.
(6) Kuku: mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia).
(7) Rambut kering, mudah putus, menipis; tubuh uban secara premature.
![Page 15: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/15.jpg)
2.2.1.4.3 Integritas Ego
1) Gejala
(1) Keyakinan agama budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan tranfusi.
2) Tanda
(1) Depresi.
2.2.1.4.4 Eliminasi
1) Gejala
(1) Riwayat pielonefritis, gagal ginjal.
(2) Flatulen, sindrom malabsorbsi (DB).
(3) Hematemesis, feses dengan darah segar, melena.
(4) Diare atau konstipasi.
(5) Penurunan haluran urin.
2) Tanda
(1) Distensi abdomen
2.2.1.4.5 Makanan/cairan
1) Gelaja
(1) Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi (DB).
(2) Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring).
(3) Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.
(4) Adanya penurunan berat badan.
![Page 16: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/16.jpg)
(5) Tidak pernah puas mengunyah atau pika untuk es, kotoran, tepung jagung,
cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
2) Tanda
(1) Lidah tampak merah daging,/halu (AP; defesiansi asam folat dan vitamin
B12).
(2) Membrane mukosa kering dan pucat.
(3) Turgor kulit: buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB)
(4) Stomatitis dan glositis.
(5) Bibir: selitis, missal: inflamasi bibir dengan sudut pecah (DB).
2.2.1.4.6 Higiene
1) Tanda
(1) Kurang bertenaga, penampilan tak rapih.
2.2.1.4.7 Neurosensori
1) Gejala
(1) Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinitus, ketidakmampuan
berkonsentrasi.
(2) Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
(3) Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah; parestesia tangan/kaki (AP);
klaudikasi sensasi menjadi dingin.
2) Tanda
(1) Peka rangsang, gelisah, depresi,cenderung tidur, apatis.
(2) Mental: tak mampu berespon lambat dan dangkal.
![Page 17: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/17.jpg)
(3) Oftalmik: hemoragis retina (aplastik, AP).
(4) Epistaksis, perdarahan dari lubang-lubang (aplastik)
(5) Gangguan koordinasi, ataksia: penurunan rasa getar dan posisi, tanda
Romberg positif, paralisis (AP).
2.2.1.4.8 Nyeri/kenyamanan
1) Gejala
(1) Nyeri abdomen samar, sakit kepala (DB).
2.2.1.4.9 Pernapasan
1) Gejala
(1) Riwayat TB, abses paru.
(2) Napas pendek pada istirhat dan aktivitas.
(3) Takipnea, ortopnea, dan dispnea.
2.2.1.4.10 Keamanan
1) Gejala
(1) Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,misalnya: benzen,
insektisida, fenibutazon, naftalen.
(2) Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan.
(3) Riwayat kanker, terapi kanker.
![Page 18: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/18.jpg)
(4) Tidak toleran terhadap dingin dan panas.
(5) Transfuse darah sebelumnya.
(6) Gangguan penglihatan.
(7) Penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
2) Tanda
(1) demam rendah, menggigil, berkeringat alam.
(2) Limfodenopati umum.
(3) Pteki dan ekimosis ( alastik).
2.2.1.4.11 Seksualitas
1) Gejala
(1) perubahan aliran menstruasi, missal menoragia, atau amenore.
(2) Hilang libido (pria dan wanita).
(3) Impoten.
2) Tanda
(1) serviks dan dinding vagina pucat.
![Page 19: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/19.jpg)
2.2.1.4.12 Penyuluhan/pebelajaran
1) Gejala
(1) kecenderungan keluarga untuk anemia
(2) Penggunaan anti konvulsi masa lalu/saat ini, antibiotik, agen kemoterapi
(gagal sumsum tulang), aspirin, obat antiinflamasi atau antikoagulan.
(3) Penggunaan alkohol kronis.
(4) Adanya berulangnya epiode perdarahan aktif (DB).
(5) Riwayat penyakit hati, ginjal, masalah hematolgi: penyakit seliak atau
penyakit malabsorbsi lain: enteritis regional; manifestasi cacing pita;
poliendrokinopati; masalah autoimun (missal antibody pada sel parietal,
factor intrinsic, antibody tiroid dan sel T).
(6) Pembedahan sebelumnya, misal: splenoktomi; eksisi tumor; penggantian
katupprostetik; eksisi bedah duodenum atau reseksi gaster; gastrektomi
parsial/total (DB/AP).
(7) Riwayat adanya mmasalah dengan penyembuhan luka atau perdarahan,
infeksius kronis (RA), penyakit granulomatus kronis atau kanker (sekunder
anemia).
2.2.1.4.13 Pertimbangan rencana pulang
1) dapat memerlukan bantuan dalam pengobatan (injeksi), aktivitas perawatan
pemeliharan rumah, perubahan rencana diet.
![Page 20: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/20.jpg)
2.2.2 Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien pucat. Ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya
volume darah, berkurangnya hemoglobin, dan vasokonstriksi untuk memperbesar
pengiriman oksigen ke organ-organ vital. Karena factor-faktor seperti pigmentasi
kulit, suhu, dan kedalaman serta distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit,
maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang dapat di andalkan. Warna
kuku, telapak tangan, dan membrane mukosa bibir serta konjungtiva dapat
digunakan lebih baik guna menilai kepucatan (Wiwik, 2008).
2.2.2.1 B1 (Breathing)
Dispnea (kesulitan bernafas), napas pendek dan cepat lelah waktu
melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman
oksigen.
2.2.2.2 B2 (Bleeding)
Takikardi dan bising jantung menggambarkan beban kerja dan curah
jantung yang meningkat, pucat pada kuku, telapak tangan, serta membrane
mukosa bibir dan konjungtiva. Keluhan nyeri dada bila melibatkan arteri koroner.
Angina (nyeri dada), khususnya pada klien usia lanjut dengan stenosis koroner
dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada anemia berat, dapat
menimbulkan gagal jantung kongestif sebab otot jantung yang kekurangan
oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang
meningkat (Wiwik, 2008).
2.2.2.3 B3 (Brain)
![Page 21: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/21.jpg)
Disfungsi neurologis, sakit kepala, pusing, kelemahan, dan tinnitus
(telinga berdengung)
2.2.2.4 B4 (Bladder)
Gagal ginjal, penurunan produksi urin.
2.2.2.5 B5 (Bowel)
Penurunan intake nutrisi disebabkan karena anoreksia, nausea, konstipasi, atau
diare, serta stomatitis
2.2.2.6 B6 (Bone)
Kelemahan dalam melakukan aktivitas.
2.2.3 Diagnosa
Penurunan kadar eritrosit dan hemoglobin dalam darah merupakan tanda utama.
2.2.4 Diagnosa Keperawatan
Menurut Wiwik Handayani dalam Buku Ajar Asuhan Kperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Sistem Hematologi (2008) Berdasarkan patofisiologis dari
data pengkajian, diagnosis keperawatan utama klien ini mencakup hal-hal
berikut.
2.2.4.1 Akut/resiko tinggi gangguan perffusi perifer yang berhubungan dengan
menurunnya pengangkutan oksigen ke jaringan sekunder dari penurunan
jumlah sel-sel darah merah di sirkulasi.
2.2.4.2 Actual/resiko tinggi nyeri dada berhubungan dengan menurunnya suplai
darah ke miokardium.
2.2.4.3 Actual/resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan penurunan intake, mual dan anoreksia.
![Page 22: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/22.jpg)
2.2.4.4 Actual/resiko tinggi intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan.
2.2.4.5 Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan
status kesehatan, situasi krisis, ancaman, atau perubahan kesehatan.
2.2.5 Rencana Intervensi
Tujuan perencanaan implementasi keperawatan adalah membantu klien
dalam mengatasi masalah kebutuhan dasarnya, meningkatkan kemampuan
adaptasi klien secara optimal, dan mengurangi resiko kmplikasi.
2.2.5.1 Akut/resiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan
menurunnya pengangkutan oksigen ke jaringan sekunder dari penurunan
jumlah sel-sel darah merah di sirkulasi
2.2.5.1.1 Batasan karakteristi
Menurut Judith M. Wilkinson dalam Buku Saku Diagnosis Keperawatan
(2013), batasan karakteristik pada masalah keperawatan akut/resiko tinggi
gangguan perfusi perifer yaitu:
1) Perubahan sensasi
2) Perubahan karakteristik kulit (misalnya: rambut, kuku, kelembapan)
3) Perubahan tekanan darah pada ekstremitas
4) Klaudikasi
5) Kelambatan penyembuhan
6) Nadi arteri lemah
![Page 23: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/23.jpg)
7) Edema
8) Tanda human positif
9) Kulit pucat saat elefasi, tidak kembali saat tungkai kembali
diturunkan
10) Diskolorasi kulit
11) Perubahan suhu kulit
12) Nadi lemah atau tidak teraba
![Page 24: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/24.jpg)
2.2.5.1.2 Intervensi Akut/resiko tinggi gangguan perfusi perifer yang
berhubungan dengan menurunnya pengangkutan oksigen ke jaringan
sekunder dari penurunan jumlah sel-sel darah merah di sirkulasi
Akut/resiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan menurunnya pengangkutan oksigen ke jaringan sekunder dari penurunan jumlah sel-sel darah merah di sirkulasiTujuan dalam waktu x24 Jam perfusi jaringan perifer meningkatCriteria klien tidak mengeluh pusing, tanda-tanda vital dalam batas normal, konjungtiva tidak anemis, CRT < 2 detik, urine >600 ml/hariIntervensi RasionalKaji status mental klien secara teratur Mengetahui derajad hipoksia pada otakKaji factor-faktor yang menyebabkan penurunan sel darah merah.
Berkurangnya sel darah merah dapat disebabkan oleh kekurangan kofaktor untuk eritropoesis, seperti: asa folat, vitamin B12 dan besi. Pada anemia, karena semua siste organ dapat terlibat maka dapat menibulkan manifestasi klinis yang luas. Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit oksigen yang di kirim ke jaringan
Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaphoresis secara teratur
Mengetahui derajat hipoksemia ddan peningkatan tahanan perifer.
Pantau urin ioutput Penurunan curah jantung menyebabkan menurunnya produksi urine. Pemantauan yang ketat pada produksi urin <600 ml/hari meruppakan tanda terjadinya syok kardiogenik
Catat adanya keluhan pusing Keluhan pusing merupakan manifestasi penurunan suplai darah ke jaringan otak yang parah.
Pantau frekuensi jantung dan irama Perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukan komplikasi disritmia.
Berikan akanan kecil/mudah di kunyah. Batasi asupan kafein
Mencegah peningkatan kerja miokardium. Kafein dapat merangsang langsung ke jantung sehingga meningkatkan frekuensi jantung.
Kolaborasi pemberian tranfusi darah
Tranfusi dengan PRC (packed red cell) lebih rasional diberikan pada penderita anemia akibat penurunan sel-sel darah merah.
pemberian antibiotika Kematian biasanya disebabkan oleh perdarahan dan infeksi. Meskipun antibiotic khususnya yang aktif terhadap basil gra negatif telah
![Page 25: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/25.jpg)
mengalami kemajuan besar pada klien ini. Klien dengan leucopenia yang jelas (penurunan obnormal sel darah putih) harus dilindungi terhadap kontak dengan orang lain yang mengalai infeksi. Antibiotika tidak boleh diberikan secara profilaksis pada klien dengan kadar neutrofil rendah dan abnormal (netropenia) karena antibiotic dapat engakibatkan kegawatan akibat resistensi terhadap bakteri dan jamur.
Pertahankan cara masukan heparin (iv) sesuai indikasi
Jalur yang penting untuk pemberian obat darurat.
Pemantauan laboratoriu Pemantauan darah rutin berguna untuk melihat perkembangan pasca intervensi.
Pemberian imunosupresif Terapi imunosupresif globulin antitimosif (ATG) diberikan untuk membentuk fungsi imunologis yang memperpanjang aplasia sehingga memungkinkan sumsum tulang mengalami penyembuhan. Klien yang biasanya berespon terhadap terapi biasanya akan sembuh dalam beberapa minggu sampai 3 bula, tetapi respon dapat lambat sambai 6 bulan setelah penanganan.
Transplantasi Transplntasi sumsum tulang diberikan untuk memberikan persediaan jaringan hematopoetik yang masih dapat berfungsi.
2.2.5.2 Actual/resiko tinggi nyeri dada berhubungan dengan menurunnya suplai
darah ke miokardium, peningkatan produksi asam laktat
2.2.5.2.1 Batasan karakteristik
Menurut Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern dalam Buku Saku
Diagnosis Keperawatan (2013), batasan karakteristik pada masalah keperawatan
actual/resiko tinggi nyeri yaitu
1) Mengungkapan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan isyarat
2) Posisi untuk menghindari nyeri
![Page 26: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/26.jpg)
3) Perubahan tonus otot (dengan rentang dari llemas tidak bertenaga sampai
kaku)
4) Respon autonomuk (misalnya diaphoresis, perubahan tekanan darah,
pernafasan, nadi)
5) Perilaku ekspresif (misalnya, gelisah, merintih, menangis)
6) Gangguan tidur
2.2.5.2.2 Intervensi actual/resiko tinggi nyeri dada berhubungan dengan
menurunnya suplai darah ke miokardium, peningkatan produksi asam
laktat
1. Actual/resiko tinggi nyeri dada berhubungan dengan menurunnya suplai darah ke miokardium, peningkatan produksi asam laktat
Tujuan dalam waktu 3x24 jam tidak ada keluhan dan terdapat penurunan respon nyeri dada. Criteria secara subyektif klien menyatakan terdapat penuruna skala nyeri dada, secara obyektif didapati tanda-tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan perfusi perifer, urine >600 ml/hari.
Intervensi Rasional
Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, serta lama dan penyebarannya.
Variasi penammpilan dan prilaku klien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.
Anjurkan kepada klien untuk melaporkan nyeri dengan segera.
Nyeri berat dapat menyebabkan syok kardiogenik yang dapat mengakibatkan kematian mendadak
Lakukan enejemen nyeri keperawatan sebagai berikut
1. Atur posisi fisiologis
Posisi fisiologis akan meningkatkan oksigen ke jaringan yang mengalami iskemia.
2. Istirahatkan klien Istirahat akan menurunkan kebutuhan oksigen jaringan perifer, sehingga akan menurunkan kebutuhan miokardium serta meningkattkan suplai darah dan oksigenke miokardium yang membutuhkan oksigen untuk menurunkan iskemia.
3. Berikan oksigen tambahan dengan nasal kanul atau masker sesuai indikasi
Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardium sekaligus mengurangi
![Page 27: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/27.jpg)
ketidaknyamanan akibat nyeri dada.
4. Menejemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi pengunjung.
Lingkungan tenang akan menurunkan stimulasi nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi oksigen ruangan yang akan berkurang apabila terdapat banayak pengunjung dalam ruangan.
5. Ajarkan tehnik relasasi nafas dalam
Meningkatkan asupan oksigen sehingga akan menurunkan nyeri sekunder akibat iskemi jaringan otak.
6. Ajarkan tehnik diatraksi pada saat nyeri
Distraksi (penurunan perhatian) dapat menurunkan stimulasi internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorfin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks serebri sehingga menurunkan sensasi nyeri
7. Lakukan menejemen sentuhan Menejemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan nyeri. Dipton ringan dapat meningkatkan aliran darah dan dengan otomatis membantu suplai darah dan oksigen ke area nyeri dan menurunkan sensasi nyeri.
Kolaborasi pemberian terapi farmakologis antiangina
Obat-obat antiangina bertujuaan meningkatkan aliran darah baik dengan meningkatkan suplai oksigen maupun mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen.
Antiangina (nitroglycerin) Nitrat berguna untuk control nyeri dengan efek vasodilatasi koroner.
Analgesic Menurunkan nyeri hebat, memberikan sedasi, dan mengurangi kerja miokardium.
2.2.5.3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
penurunan intake, mual dan anoreksia.
2.2.5.3.1 Batasan karakteristik.
![Page 28: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/28.jpg)
Menurut Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern dalam Buku Saku
Diagnosis Keperawatan (2013), batasan karakteristik pada masalah keperawatan
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh diantaranya yaitu:
1) Kram abdomen
2) Nyeri abdomen
3) Menolak makan
4) Indigesti
5) Persepsi ketidakmampuan untuk mencerna makan
6) Melaporkan perubahan sensasi maan
7) Merasa capek, kenyang setelah mengonsumsi makana
8) Bising usus hiperaktif
9) Kurang minat terhadap makan
10) Membrane mukosa pucat
11) Tonus otot buruk
12) Rongga mulut terluka
2.2.5.3.2 Intervensi actual/resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan intake, mual
dan anoreksia
Actual/resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan intake, mual dan anoreksia
Tujuan dalam waktu 3x24 ja terdapat peningkatan dalam pemenuhan nutrisiKriteris klien secara subyektif termotifasi untuk melakukan pemenuhan nutrisi secara anjuran, klien dan keluarga memahami mengenai asupan nutrisi yang tepat untuk klien, asupan meningkat pada porsi makan yang telah disediakan.
Intervensi Rasional
Jelaskan mengenai manfaat makan jika Dengan pemahaman klien akan lebih
![Page 29: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/29.jpg)
dikaitkan dengan kondisi klien saat ini. kooperatif mengikuti aturan.
Anjurkan klien untuk memakan makanan yang disediakan rumah sakit saat ini.
Untuk menghindari makanan yang justru akan memperlambat proses penyembuhan klien.
Berikan makanan dalam keadaan hangat dengan porsi kecil serta diet tinggi protein dan kalori.
Untuk meningkatkan selera serta mencegah mual, mempercepat perbaikan kondisi, dan mengurangi beban kerja jantung.
Libatkan keluarga pasien dalam pemenuhan nutrisi tambahan yang tidak bertentangan dengan penyakitnya.
Klien kadangkala mempunyai selera yang sudah terbiasa sejak di rumah, dengan bantuan keluarga dalam pemenuhan nutrisi dengan tidak melanggar pola diet akan meningkatkan pemenuhan nutrisi.
Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta sebelu dan sesudah intervensi/pemeriksaan peroral
Hygine oral yang baik akan meningkatkan nafsu makan klien.
Beri motivasi dan dukungan psikologis. Meningkatkan secara psikologis.
Kolaborasi1. Dengan nutrisi tentang
pemenuhan diet klien
Meningkatkan pemenuhan sesuai dengan kondisi klien.
2. Pemberian multivitamin Memenuhi asupan vitamin yang kurang dari penurunan asupan nutrisi secara umum dan meperbaiki daya tahan.
2.2.5.4 Actual/resiko tinggi intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan.
2.2.5.4.1 Batasan karakteristik
Menurut Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern dalam Buku Saku
Diagnosis Keperawatan (2013), batasan karakteristik pada masalah keperawatan
actual/resiko tinggi intoleransi aktivitas diantaranya yaitu:
1) Ketidaknyamanan atau dispnea saat beraktivitas
2) Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal
![Page 30: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/30.jpg)
3) Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap
aktifitas.
4) Perubahan EKG yang menunjukan aritmia atau iskemia
![Page 31: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/31.jpg)
2.2.5.4.2 Intervensi actual/resiko tinggi intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan.
Actual/resiko tinggi intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan.
Tujuan aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnya kemampuan beraktivitasCriteria klien menunjukan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat, terutama mobilisasi ditempat tidur.Intervensi RasionalCatat frekuensi dan irama jantung serta perubahan tekanan darah selama dan sesudah aktivitas.
Respon pasien teradap aktivitas dapat mengindikasi penurunan oksigen miokardium.
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat.
Menurunkan kerja miokardium/konsumsi oksigen
Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdomen, misalnya mengejan saat defekasi.
Dengan mengejan dapat mengakibatkan takikardi serta peningkatan tekanan darah.
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas,. Contoh : bangun dari kursi bila tak ada nyeri, abulasi, dan istirahat selama 1 jam setelah makan.
Aktivitas yang maju memberikan control jantung, meningkatkan regangan, dan mencegah aktivitas berlebihan.
Pertahankan klien tirah baring selama sakit.
Untuk mengurangi beban jantung.
Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit kritis.
Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu aliran vena balik.
Evalusi tanda vital saat kemajuan aktivitas terjadi.
Untuk mengetahui fungsi jantung bila dikaitkan dengan aktivitas.
Berikan waktub istirahat diantara waktu aktivitas.
Untuk mendapatkan cukup waktu resolusi bagi tubuh dan tidak terlalu memaksa kerja jantung.
Selama aktivitas kaji EKG, dispnea, sianosis, kerja dan frekuensi nafas, serta keuhan subyektif.
Melihat dampak dari aktivitas terhadap fungsi jantung.
2.2.5.5 Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan
status kesehatan, situasi krisis, ancaman, atau perubahan kesehatan
2.2.5.5.1 Batasan karakteristik
![Page 32: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/32.jpg)
Menurut Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern dalam Buku Saku
Diagnosis Keperawatan (2013), batasan karakteristik pada masalah keperawatan
cemas diantaranya yaitu:
1) Mengeksplorasi kekhawatiran
2) Gelisah
3) Insomnia
4) Kontak mata buruk
5) Resah
6) Menyelidik dan tidak waspada
7) Focus pada diri sendiri
8) Gugup
9) Marah
10) Perasaan takut
11) Kekhawatiran
2.2.5.5.2 Intevensi cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian,
penurunan status kesehatan, situasi krisis, ancaman, atau perubahan
kesehatan
Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, situasi krisis, ancaman, atau perubahan kesehatanTujuan dalam waktu 1x24 jam kecemasan klien berkurang.Criteria klien mengatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaannya, dapat mengindikasi penyebab atau factor yang mempengaruhi, kooperatif terhadap tindakan, dan wajah rileks.Bantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan atau takut.
Cemas berkelanjutan member dampak serangan jantung selanjutnya
Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan, dapingi klien, dan lakukan tindakan bila menunjukan prilaku merusak.
Reaksi verbal/non verabal dapat menunjukan rasa agitasi, marah, dan gelisah.
Hindari konfrontasi. Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerjasama, dan
![Page 33: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/33.jpg)
mungkin memperlambat penyebuhan.Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri dukungan yang tenang dan suasana penuh istirahat.
Mengurangi rangsang eksternal yang tidak perlu.
Tingkatkan control sensasi klien. Control sensasi klien (menurunkan ketakutan) dengan cara meberikan informasib mengenai keadaa klien, menekankan pada penghargaan terhadap sumber-sumber koping (pertahanan diri) yang positif, membantu latihan relaksasi dan tehnik-tehnik pengalihan, serta memberikan respon balik yang positif.
Orientasi klien terhadap prosedur yang rutin dan aktivitas yang diharapkan.
Orientasi dapat menurunkan kecemasan.
Beri kesempatan klien mengungkapkan kecemasannya.
Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan.
Berikan privasi untuk klien dengan orang terdekat.
Member waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas, dan prilaku daptasi.
Kolaborasi : beri anti cema sesuai indikasi.
Meningkatkan relaksasi dan penurunan kecemasan.
2.2.6 Evaluasi
Menurut Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern dalam Buku Saku Diagnosis
Keperawatan (2013) hasil akhir yang diharapkan, meliputi hal-hal sebagai
berikut.
2.2.6.1 Hasil NOC dari resiko penurunan perfusi perifer
1) Status sirkulasi: aliran darah yang tidak obstruksi dan satu arah pada tekanan
yang sesuai melalui pembuluh darah besar sirkulasi sistemik dan pulmonal.
2) Keparahan kelebihan beban cairan: keparahan kelebihan cairan pada
kompartemen intrasel dan ekstrasel tubuh.
3) Fungsi sensori kutaneus: tingkat stimulasi kulit dirasakan dengan cepat.
![Page 34: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/34.jpg)
4) Integritas jaringan kulit dan membrane mukosa: keutuhan struktral dan fungsi
fisiologis normal kulit dan membrane mukosa.
5) Perfusi jaringan perifer: keadekuatan aliran darah melalui pembuluh darah
kecil ekstremitas untuk mempertahankan fungsi jaringan.
2.2.6.2 Hasil NOC dari nyeri
1) Tingkat kenyamanan: tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik dan
psikologis
2) Pengendalian nyeri: tindakan individu untuk mengendalikan nyeri.
3) Tingkat nyeri: keparahan nyeri yang dapat diamati dan dilaporkan.
2.2.6.3 Hasil NOC perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh:
1) Selera makan: keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit atau
sedang menjalani pengobatan.
2) Status gizi: tingkat ketersediaan zat gizi untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.
3) Status gizi dalam pengukuran biokimia: komponen dari cairan tubuh yang
mengindikasikan status nutrisi.
4) Komponen gizi dalam asupan maanan dan cairan: jumlah akanan dan cairan
yang dikonsumsi tubuh selama 24 jam.
5) Status gizi asupan gizi: keadekuatanpola asupan gizi yang biasanaya.
6) Perawatan diri makan: kemampuan untuk mempersiapkan dan mengingesti
makanan dan cairan secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu.
![Page 35: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/35.jpg)
7) Berat badan daan masa tubuh: tingkat kesesuaian berat badan, otot, dan lemak
dengan tinggi badan, rangka tubuh, jenis kelamin, dan usia.
2.2.6.4 Hasil NOC dari intoleransi aktifitas.
1) Toleransi aktivitas: respon fisiologis terhadap gerakan yang memakan energi
dalam aktivitas sehari-hari.
2) Ketahanan: kapasitas untuk menyelesaiakn aktivitas.
3) Penghematan energi: tindakan individu dalam mengelola energi untuk
memulai dan menyelesaikan aktivitas.
4) Kebugaran fisik: pelaksanaan aktivitas visik yang penuh vitalitas.
5) Energi psikomotorik: dorongan dan energi individu untuk mempertahankan
aktivitas hidup sehari-hari, nutrisi, dan keamanan personal.
6) Perawatan diri dan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKSI): kemamuan untuk
melakukan tuga-tugas fisik yang paling dasar dan aktivitas perawatan pribadi
secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu.
2.2.6.5 Hasil NOC cemas
1) Tingkat ansietas: keparahan manifestasi kekhawatiran, ketegangan,atau
perasaan tidak tenang yang muncul dari sumber yang tidak dapat
diedentifikasi.
2) Pengendalian diri terhadap ansietas: tindakan personal untuk menghilangkan
atau mengurangi perasaan khawatir, tegang, atau perasaan tidak tenang akibat
sumber yang tidak dapat diidentifikasi.
3) Konsentrasi: kemampuan untuk fokus pada stimulus tertentu.
![Page 36: print2revisi](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061614/563db938550346aa9a9b3b79/html5/thumbnails/36.jpg)
4) Koping: tindakan personal untuk mengatasi stresor yang membebani sumber-
sumber individu.