print analisis ketenagaan penyaji fina-warti
TRANSCRIPT
LAPORAN KELOMPOK
ANALISIS KETENAGAAN BAGIAN DISTRIBUSI MAKANAN
RSUD TIDAR MAGELANG
Disusun untuk memenuhi sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Karya Praktik Kerja Lapangan Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi
Diajukan Oleh :
ARIFINA DWI K. NIM : P07131111050
WARTI ANGGRAINI NIM : P07131111100
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN GIZI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan gizi yang baik menjadi salah satu penunjang rumah sakit dalam
penilaian standar akreditasi untuk menjadi keselamatan pasien yang mengacu pada The
Joint Comission International (JCI) for Hospital Accreditation. Semakin baik pelayanan
gizi yang diberikan oleh rumah sakit, maka semakin baik pula standar akreditasi rumah
sakit tersebut. Hal ini dapat terlaksanan bila tersedia tenaga yang professional dalam
memberikan pelayanan gizi. Profesionalisme tenaga gizi dalam memberikan pelayanan
gizi diatur berdasarkan Permenkes No 26 tahun 2013, tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan dan Praktek Tenaga Gizi. Dalam upaya menjamin pelaksanaan pelayanan
gizi yang optimal di rumah sakit diperlukan adanya standar kebutuhan tenaga gizi
secara lebih rinci yang memuat jenis dan jumlah tenaga gizi.
Dalam melaksanakan pelayanan gizi di rumh sakit selain tenaga gizi, dibutuhkan
juga tenaga pendukung meliputi tenaga jasa boga, logistic, pranata komputer, tenaga
administrasi dan tenaga lainnya.
B. TUJUAN
Mengetahui dan menganalisis ketenagaan bagian distribusi makanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tenaga merupakan salah satu sumber daya penting karena menjadi kunci dalam
keberhasilan kegiatan penyelenggaraan makanan di rumah sakit. Berbagai fungsi manajemen
sumber daya manusia meliputi fungsi perencanaan, dan penentuan kebutuhan staff (staffing),
rekruitmen, seleksi, pengembangan dan pembinaan karir dan penilaian kinerja serta system
imbal jasa.
A. Kualifikasi tenaga gizi dalam penyelenggaraan makanan rumah sakit
Sesuai dengan bidang kegiatannya, maka tenaga yang diperlukan dalam
kegiatan penyelenggaraan makanan meliputi tenaga profesi gizi, tenaga profesi non gizi
serta tenaga pelaksana teknis.
Tenaga profesi gizi adalah tenaga dengan latar belakang pendidikan gizi dan
mempunyai pengalaman dibidang penyelenggaraan makanan. Tenaga profesi non gizi
adalah tenaga profesi lain yang dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan penyelenggaraan
makanan seperti akuntan, perhotelan, administrasi, teknik dsb. Sedangkan tenaga
pelaksa teknik meliputi tenaga dengan latar belakang pendidikan tataboga (SMKK),
SMP/SMA, dsb.
B. Ketenagaan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan formal
di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam
melakukan upaya kesehatan (KEPMENKES, 2004). Salah satu tenaga kesehatan yang
dibutuhkan dalam terselenggaranya pelayanan kesehatan adalah ahli gizi.
Dalam kegiatannya di rumah sakit perlu adanya struktur organisasi guna untuk
memanajemen kegiatan-kegiatan yang ada. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan R.I. No. 13/Menkes/IV/78, struktur organisasi bidang gizi terdiri dari unit tata
usaha (administrasi umum, perencanaan dan laporan, perlengkapan, dan perbekalan),
unit perencanaan dan pengadaan, unit pengolahan dan distribusi, unit konsultasi dan
penyuluhan dan unit penelitian dan pengembangan sehingga perlu adanya staff yang
bekerja dibidang-bidang tersebut.
Jenis tenaga ahli gizi yang diperlukan dalam penyelenggaraan makanan, baik
komersil maupun non komersil dapat dibagi 3 kelompok kerja, yaitu kelompok tenaga
pengelola, kelompok tenaga pelaksana dan kelompok tenaga pembantu pelaksana
(Moehyi, 1992).
1. Kelompok tenaga pengelola
Tenaga-tenaga pengelola kegiatan penyelenggaraan makanan bertanggung jawab
atas perencanaan, pengawasan dan pengendalian. Kelompok tenaga ini
bertanggung jawab dalam penyusunan menu, standarisasi kualitas dan cita rasa
makana yang dihasilkan serta efisiensi penggunaan dana dan daya yang tersedia
sehingga biaya penyelenggaraan makanan dapat ditekan serendah mungkin tanpa
mengurangi mutu dan cita rasa makanan (Moehyi, 1992).
2. Kelompok tenaga pelaksana
Kelompok tenaga pelaksana dalam penyelenggaraan makanan adalah yang
bertanggung jawab dalam pelaksanaan produksi makanan dan distribusi makanan
kepada konsumen jenis tenaga dalam kelompok ini adalah mereka yang
mempunyai keahlian dalam kegiatan masak memasak (Moehyi, 1992).
3. Kelompok tenaga pembantu pelaksana
Kelompok tenaga pembantu pelaksana penyelenggaraan makanan adalah mereka
yang terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan makanan, tetapi tidak mempunyai
tanggung jawab khusus. Umumnya mereka hanya membantu tenaga pelaksana
untuk menyelesaikan tugasnya, seperti membersihkan bahan makanan, memotong,
mengiris, atau membantu pekerjaan memasak lainnya termasuk membersihkan
peralatan (Moehyi, 1992).
Sesuai dengan bidang kegiatannya, maka tenaga yang diperlukan dalam kegiatan
penyelenggaraan makanan meliputi tenaga profesi gizi, tenaga profesi non-gizi serta
tenaga pelaksana teknis.
Tenaga profesi gizi adalah tenaga dengan latar belakang pendidikan gizi (D1 Gizi
dan D3 gizi) serta D4 gizi, S1/S2 gizi yang berpendidikan dasar D3 gizi dan mempunyai
pengalaman di bidang penyelenggaraan makanan. Tenaga profesi non-gizi adalah
tenaga profesi lain yang dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan penyelenggaraan
makanan seperti Akuntan, Perhotelan, Administasi, Tehnik dan lain-lain. Sedangkan
tenaga pelaksana teknis meliputi tenaga dengan latar belakang pendidikan Tataboga
(SMKK), SMA/SMP dan sebagainya. (Depkes RI, 2007)
Perhitungan kebutuhan tenaga dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:
1. Berdasarkan rasio tempat tidur pasien.
2. Indicator Staffing Needs (ISN).
3. Rekomendasi (recommendation full time equivalents)
4. US Department of Health and Human Service
5. Workload Indicator Staffing Needs
Perhitungan kebutuhan yang kami gunakan yaitu perhitungan dengan berdasarkan
ISN. Dalam perhitungan kebutuhan jumlah tenaga tiap bagian dihitung berdasarkan jenis
kegiatan dan volume pelayanannya. Tiap unit harus dapat memproyeksikan kegiatan
atau keluaran apa yang akan dihasilkan pada masa mendatang untuk kemudian dapat
memproyeksikan kebutuhan tenaganya. Rumus ISN (Sumber: PGRS 2007) adalah :
Keterangan :
a. Beban kerja dalam 1 tahun : jumlah pekerja dikalikan waktu kerja dikali waktu dalam
setahun (hari) dikalikan bobot
b. Bobot : jarak lokasi produksi dengan distribusi , bobot = 1 jika jarak dekat.
c. Kapasitas kerja tenaga per tahun : jumlah hari efektif kerja dikalikan waktu kerja
Kelebihan metode ini adalah perhitungan dibedakan atas jenis tenaga yang ada
sesuai dengan tingkat pendidikannya serta memeperhitungkan satu per satu jenis
tenaga yang dibutuhkan. Perhitungan juga sudah mempertimbangkan bobot serta beban
kerjanya.
Dalam pelaksanaannya sulit menerapkan metode ini terutama dalam
memperhitungkan besarnya beban kerja dari setiap jenis tenaga. Selain itu, bobot juga
sulit ditetapkan karena sering tidak sesuai dengan kebutuhan tenaga yang
sesungguhnya di unit kerja tersebut. Metode ini tidak memperhitungkan jumlah waktu
kerja yang dilakukan oleh setiap jenis tenaga sehingga seringkali didapatkan kelebihan
atau kekurangan jumlah tenaga dari yang seharusnya dibutuhkan.
Kebutuhan Tenaga = Beban Kerja dalam 1 tahun x BobotKapasitas Kerja Tenaga/tahun
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi kualifikasi tenaga penyaji
RSUD Tidar Magelang memiliki tenaga penyaji sebanyak 21 orang yang terbagi
dalam dua shift yaitu shift pagi dan shift sore. Dari 21 tenaga penyaji yang ada di RSUD
Tidar, 16 orang diantaranya merupakan tenaga PNS dan 5 orang lain merupakan
tenaga non PNS. Setiap shift terdiri dari 7 jam kerja efektif dengan 6 hari kerja.
Kualifikasi Jabatan :
1. Pendidikan minimal SMKK jurusan boga atau dengan pendidikan tambahan kursus
keterampilan boga.
2. Pengalaman kerja di RSUD Tidar minimal 2 tahun.
3. Memiliki dedikasi tinggi.
4. Kerjasama baik, komunikatif dan ramah.
5. Bebadan sehat.
Setiap tenaga penyaji bertanggungjawab terhadap 1 bangsal tiap bertugas
kecuali untuk bangsal E, F dan G yang dipegang oleh 2 tenaga penyaji sekaligus. Hal ini
disebabkan karena tenaga penyaji yang ada dinilai kurang dari segi jumlahnya sehingga
untuk bangsal E, F dan G yang berdekatan dipegang oleh 2 tenaga penyaji saja.
Uraian tugas tenaga penyaji :
1. Mendistribusikan bahan makanan basah maupun bahan kering ke bagian
pengolahan.
2. Membuat persiapan bahan makanan kering untuk kebutuhan esok hari.
3. Mendistribusikan ekstra buah dan snack pasien.
4. Membuat rekapitulasi jumlah pasien dan person yang dilayani.
5. Menginventaris alat distribusi.
6. Melakukan kegiatan pengawasan dan pengendalian distribusi makanan.
7. Membuat laporan distribusi.
B. Proses rekrutmen tenaga penyaji
1. Untuk tenaga PNS, proses perekrutan dilaksanakan dengan mengusulkan
tambahan tenaga ke institusi. Kemudian dari institusi mengajukan permohonan
tambahan tenaga ke Pemerintah Kota setempat. Setelah itu, Pemerintah Kota
setempat mengadakan open recruitment sekaligus seleksi.
2. Untuk tenaga BLUD (Badan Layanan Umum Daerah), proses perekrutan
dilaksanakan dengan mengusulkan tambahan tenaga ke institusi. Kemudian institusi
megadakan open recruitment dan melakukan seleksi kepada tenaga yang
dibutuhkan.
C. Cara pembinaan atau pengembangan karir
Pembinaan tenaga kerja dapat dilakuan melaui beberapa cara seperti dengan
memberikan pelatihan bersertifikat (sertifikasi), pendidikan lanjutan, kursus, mengikuti
symposium/ seminar yang bertujuan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan serta
mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada
tingkat keterampilan dan keahlian tertentu, sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan
dan pekerjaan.
1. Pendidikan dan Pelatihan Berjenjang dan Berlanjut
Tujuan pendidikan dan pelatihan berjenjang dan berlanjut bagi tenaga gizi adalah:
a. Peningkatan kinerja
b. Peningkatan pengetahuan dan wawasan ilmiah terkini
c. Peningkatan keterampilan
d. Perubahan sikap dan perilaku yang positif terhadap pekerjaan
Peningkatan jenjang pendidikan bagi petugas atau tenaga pelayanan gizi rumah
sakit perlu dipertimbangkan sesuai dengan kebutuhan, perkembangan keilmuan yang
terkait dengan peningkatan pelayanan gizi. Jenis pendidikan dan pelatihan berjenjang
dan berlanjut (diklat lanjut) meliputi bentuk diklat formal dan diklat non-formal.
a. Pendidikan dan Pelatihan Formal
Pendidikan dan pelatihan formal adalah pendidikan yang bekesinambungan.
Dalam menunjang keprofesian, serta kedudukan dan jabatan, baik fungsional
maupun structural.
b. Pendidikan dan Pelatihan Non-Formal
1) Orientasi tugas
Tujuan :
Mempersiapkan calon pegawai dalam mengenal lingkungan tempat
bekerja, system yang ada di unit pelayanan gizi, serta tugas-tugas yang akan
diembannya. Dengan demikian diharapkan pegawai baru akan menghayati
hal-hal yang akan dihadapi termasuk kaitan tugas denga tujuan unit
pelayanan gizi. Bobot untuk pendalaman masing-masing kegiatan
disesuaikan dengan rencana tenaga tersebut akan ditempatkan baik sebagai
tenaga admistrasi, tenaga terampil atau tenaga fungsional/paramedic.
2) Kursus-kursus
Tujuan :
Mempersiapkan pegawai untuk menjadi tenaga professional yang handal
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perkembanga lingkungan, baik
lingkungan pekerjaan maupun lingkungan keilmuan. Keikutsertaan dalam
kursus-kursus tertentu, baik itu dietetic, kuliner, terapi gizi medis, manajemn
gizi, dan lain-lain, diharapkan juga dapat mengubah perilaku positif yang
dapat meningkatkan citra pelayanan gizi di unit kerja masing-masing
3) Symposium, seminar dan sejenisnya
Tujuan :
Meningkatkan kapasitas dan wawasan keilmuan pegawai agar menjadi
tenaga yang lebih professional sehingga mampu meningkatkan kinerja
pelayanan gizi ditempat ia bekerja. Selain itu sebagai keikutsertaan dalam
kegiatan tersebut juga akan mempengaruhi jenjang karier yang sesuai
dengan keprofesiannya. Kegiatan dapat dilakukan didalam lingkungan
institusi , atau mengirimkan tenaga jika kegiatan dilakukan diluar institusi.
4) Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan system pengawasan
melekat, melalui berbagai perangkat atau instrument evaluasi, atau formulir
penilaian secara berkala.
Tujuan evaluasi tersebut antara lain sebagai salah satu bagian dalam
promosi pegawai yang bersangkutan, jasa pelayanan, penghargaan,
peningkatan pendidikan, rotasi tugas, mutasi pegawai atau sebagai
pemberian sanksi.
D. Analisis ketenagaan bagian distribusi makanan
RSUD Tidar Magelang menentukan jumlah tenaga kerja dengan metode
perhitungan Indicator Staffing Needs (ISN), dimana kebutuhan jumlah tenaga dihitung
berdasarkan jenis kegiatan dan volume pelayanannya yaitu seperti berikut:
a. Waktu yang tersedia = 365 hari – 81 hari (12 hari cuti, 3 hari ijin sakit, 14 hari libur
nasional, 52 hari libur/tahun) = 284 hari.
b. Kapasitas kerja pertahun = 284 hari x 7 jam kerja = 1988 jam
c. Jumlah tenaga penyaji saat ini 21 orang
d. Rata-rata melayani 20 – 25 pasien perbangsal perhari
e. Institusi menggunakan system kombinasi (desentralisasi dan sentralisasi)
f. Jarak produksi & bangsal relatif dekat (bobot=1)
g. Beban kerja pertahun = (21 orang x 7 jam x 284 hari) x 1,2 = 50097,6 jam
h. Kebutuhan tenaga penyaji = 50097,6 jam : 1988 jam = 25,2 26 orang
i. Kesimpulan = tenaga bagian distribusi makanan kurang 5 orang
Jadi, berdasarkan perhitungan ISN, tenaga penyaji bagian distribusi makanan
yang berjumlah 21 orang membutuhkan tambahan 5 orang tenaga penyaji lagi agar
hasil kerja lebih optimal.
Pemecahan masalah mengenai kekurangan tenaga penyaji dapat diselesaikan
dengan penambahan tenaga penyaji sebanyak 5 orang. Akan tetapi kami menyadari
apabila dalam mengusulkan penambahan tenaga penyaji diperlukan proses dan waktu
yang tidak cepat. Maka dari itu dalam mengatasi masalah mengenai kekurangan tenaga
penyaji, diperlukan staffing yang benar dan tepat seperti dengan menetapkan
pembagian hari libur tenaga penyaji yang sama rata. Di lapangan, kami menemukan
bahwa pembagian hari libur di jadwal tenaga penyaji kurang tepat karena ada satu hari
dimana ada 4 tenaga penyaji yang libur dan di hari lain hanya ada 1 tenaga penyaji saja
yang libur. Untuk itu, kami menyarankan agar dibuat pembagian hari libur yang merata
misalnya dalam satu hari hanya ada 2 tenaga penyaji saja yang libur. Jika hal ini
diterapkan, maka di bangsal E, F dan G masing-masing memiliki 1 tenaga penyaji yang
bertanggungjawab di bangsal tersebut.
Karena menggunakan metode ISN, maka tiap tenaga penyaji tidak dapat dinilai
bagaimana beban kerjanya. Namun apabila diestimasi, beban kerja tenaga penyaji
untuk shift pagi dan shift sore tidak sama karena shift pagi bertanggungjawab
mendistribusikan makan pagi, snack pagi serta makan siang sedangkan untuk shift sore
hanya bertanggungjawab mendistribusikan snack sore dan makan sore. Walau demikian
beban kerja tenaga penyaji dalam menyelesaikan tugas pokoknya yang sekitar kurang
lebih 1.5 jam dinilai tidak memberatkan dibanding tugas pokok tenaga lain sehingga
tenaga penyaji yang dibutuhkan cukup 1 tenaga per bangsal per shiftnya.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, 2007. Pedoman Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit. Jakarta
Depkes, 2013. Pedoman PGRS Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta