print

Upload: marittha-novieyanti

Post on 05-Mar-2016

222 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kjkkjkj

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUANI.1. Latar Belakang

Proses Penuaan merupakan kejadian yang alamiah secara fisiologis merupakan proses degenerasi yang dialami oleh semua manusia seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya usia. Kemunduran fungsi merupakan salah satu akibat proses menua. Proses menua disebabkan oleh faktor intrinsik, yang berarti terjadi perubahan struktur anatomik dan fungsi sel maupun jaringan disebabkan oleh penyimpangan didalam sel atau jaringan dan bukan oleh faktor luar (penyakit). Menghambat penuaan berarti mempertahankan struktur anatomi pada suatu tahapan kehidupan tertentu sepanjang mungkin maka untuk ini diperlukan penguasaan ilmu anatomi. Terjadinya perubahan anatomik pada sel maupun jaringan tiap saat dalam tahapan kehidupan menunjukan bahwa anatomi adalah ilmu yang dinamis. Meskipun proses ini berusaha dihindari, tetapi tetap harus dijalani.Banyak keluhan yang dialami oleh para manula yang mengalami proses degenerasi. Diantaranya masalah musculoskeletal (misalnya osteoporosis), kaku otot, nyeri persendian, dsb. Keluhan-keluhan yang terjadi dapat berasal dari sendi temporomadibula yang merupakan suatu sistem stomatognatik tidak berdiri sendiri melainkan merupakan kesatuan dengan gigi dan otot, sehingga gangguan gigi dan atau otot akan mengakibatkan gangguan sendi. Temporomandibula, sebagai sebuah sendi, akibat proses menua dapat mengalami kemunduran pada otot, tulang ataupun meniskusnya sehingga mengalami remodeling, artritis .I.2. SkenarioPenyakit Degeneratif Rongga MulutSeorang wanita berusia 65 tahun mengeluh sejak 1 tahun yang lalu mulutnya terasa kering, beberapa gigi goyang, kadang-kadang gigi terasa ngilu bila minum air dingin dan persendian rahangnya terasa sakit bila digunakan untuk mengunyah. Hasil pemeriksaan intraoral menunjukkan menunjukkan tidak ada gigi yang berlubang dan keparahan inflamasi ginggivanya tipe mild gingivitis. Terdapat resesi gingiva rata-rata sebesar 2mm hampir disemua gigi. Gigi 15, 26, 36, 37, 45 dan 46 goyang o2. Temporomandibular joint tidak bisa digerakkan maksimal, sudah terasa sakit untuk membuka mulut sebesar 9mm dan pergerakan ke lateral sebesar 7mm. Palpasi di area TMJ kanan dan kiri terasa sakit. Pemeriksaan radiografi menunjukkan gambaran kehilangan lamina dura di area apical dan furkasi gigi, pelebaran periodontal ligament space, resorpsi tulang alveolar tipe angular. Kondisi umum penderita baik dan tidak terdapat adanya kelainan sistemik.I.3. Rumusan Masalah1. Bagaimana etiologi penyakit degeneratif rongga mulut meliputi usia, jenis kelamin, dan hormon?2. Apa saja degenerasi jaringan lunak dan jaringan keras rongga mulut?3. Bagaimana patogenesis penyakit degeneratif rongga mulut?4. Apa saja tanda dan gejala klinis yang ditimbulkan akibat penyakit degeneratif rongga mulut? (kerusakan TMJ, resesi gingiva, hiposalivasi)5. Bagaimana pemeriksaan HPA dan radiografi penyakit degeneratif rongga mulut?I.4. Tujuan1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi penyakit degeneratif rongga mulut meliputi usia, jenis kelamin, dan hormon ?2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan degenerasi jaringan lunak dan jaringan keras rongga mulut?3. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit degeneratif rongga mulut?4. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tanda dan gejala klinis yang ditimbulkan akibat penyakit degeneratif rongga mulut? (kerusakan TMJ, resesi gingiva, hiposalivasi)5. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan pemeriksaan HPA dan radiografi penyakit degeneratif rongga mulut?I.5. Manfaat

Menyelesaikan tugas kelompok tutorial II, untuk skenario 1 blok penyakit dentomaksilofacial 2. Dapat mengetahui etiologi, degenerasi jaringan lunak dan jaringan keras rongga mulut, patogenesis, tanda & gejala klinis, dan model pemeriksaan meliputi HPA dan radiografi dari penyakit degeneratif rongga mulut.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 II.2 II.3 BAB III

PEMBAHASANIII.1. MappingIII.2 Etiologi Penyakit Degeneratif Rongga Mulut

Faktor etiologi penyakit degeneratif rongga mulut disebabkan oleh faktor umum seperti usia, jenis kelamin, dan hormone namun selain faktor umum juga dipengaruhi oleh faktor lokal seperti kebiasaan buruk dan radikal bebas.

1. Faktor Umuma. Usia Semakin bertambahnya usia maka fungsi organ tubuh juga menurun. Semakin tua usia manusia, maka semakin rentan terkena penyakit degeneratif rongga mulut. Perubahan-perubahan yang dapat terlihat pada seseoarang yang mengalami penyakit degeneratif rongga mulut yang sudah lanjut usia diantaranya :

Lapisan epitel yang menutupi mukosa miulut cenderung mengalami penipisan Berkurangnya keratinasi Berkurangnya pembuluh darah kapiler dan suplai darah serta serabut kolagen yang terdapat pada lamina propria akan mengalami penenbalan.b. Jenis Kelamin

Pada pria dan wanita memiliki kerentanan yang berbeda dalam terkenanya penyakit degeneratif rongga mulut. Pria mempunyai resiko lebih tinggi daripada wanita, namun wanita akan beresiko lebih tinggi daripada pria pada saat mencapai usia menoupose. Hal ini dikarenakan reseptor estrogen di persendian temporomandibula pada wanita memodulasi fungsi metabolik sehingga menyebabkan kelemahan dari ligamen, selain itu hal tersebut juga akan meningkatkan stimulasi nyeri. Pada usia menoupose juga terjadi penurunan hormon estrogen sehingga osteoklas lebih banyak daripada osteoblast. Pada pria usia lanjut juga rentan terkena penyakit degeneratif rongga mulut karena hormone testosterone menurun dan hormone paratiroid meningkat meresorpsi kalsium pada tulang, namun pada pria terjadi secara lambat.c. Hormon

Hormon Estrogen Kekurangan hormon estrogen maka akan meningkatkan kadar PTH ( Parathyroid Hormon ) sehingga dapat meningkatkan terjadinya resorbsi tulang dan penurunan massa tulang. Hormon Testosteron Pada laki-laki usia lanjut akan mengalami masa andropouse pada kondisi ini terjadi penurunan produksi hormone testosteron, testosteron berfungsi menambah kekuatan tulang , ligament, dan otot. Sehingga jika produksi testosteron menurun maka resorbsi tulang akan meningkat dan menyebabkan penurunan masa tulang.

Hormon Paratiroid (PTH)Peningkatan hormon paratiroid dapat menyebabkan :

Kalsium dan fosfat yang ada di tulang diabsorbsi memasuki darah sehingga kadar kalsium berkurang. Dapat menyebabkan peningkatan jumlah dan aktivitas osteoklas sehingga memperparah proses resorbsi tulang. Hormon KortisolHormon kortisol erat kaitannya dengan hormon estrogen. Hormon kortisol diproduksi pada saat terjadi stress , hormon kortisol berpengaruh pada produksi dari hormon estrogen. Jika hormone estrogen menurun menyebabkan kehilangan kepadatan tulang dan gigi. Selain itu apabila hormone estrogen menurun akan meningkatkan aktivitas osteoklas sehingga aktivitas osteoblast menurun dan mengakibatkan kerapuhan tulang terjadi.

2. Faktor Lokal

a. Radikal Bebas

b. Kebiasaan BurukPerubahan gaya hidup yang tidak sehat dapat dilihat secara jelas dengan munculnya tempat makanan junk food. Kandungan dari junk food yang mengandung lemak jenuh, garam dan gula serta bermacam-macam bahan additive seperti monosodium glutamate dan tartrazine dengan kadar tinggi. Selain pola makan yang salah juga dipicu oleh gaya hidup yang tidak seimbang seperti mengonsumsi alkohol, merokok, tekanan stress, jarang olah raga, sering tidur larut malam.

III.3 Degenerasi Jaringan Lunak dan Jaringan Keraas pada Rongga Mulut

a. Degenerasi Jaringan Lunak Rongga Mulut

1. Degenerasi Kelenjar SalivaPerubahan pada kelenjar saliva : Penurunan kecepatan aliran saliva bila ada rangsangan Kecepatan biosintesis protein menurun karena sel-sel asini mengalami atrofi, shg jumlah protein dlm saliva berkurang Penurunan sekresi saliva lebih disebabkan oleh penyakit sistemik atau penggunaan obat pada keadaan tertentu Terjadi perubahan-perubahan patologis dalam kelenjar saliva: sel parenkim digantikan oleh sel lemak perubahan struktur sel tu pada inti dan sitoplasma metaplasia pada duktus kecil akumulasi jaringan limfoid Pada pars terminalis kelenjar saliva, jaringan lemak menggantikan sel-sel asini (tu parotis), sedangkan jar fibrosa banyak ditemukan pada kel submandibularis dan kelenjar minor terjadi perubahan enzimatik kelenjar saliva terdapat peningkatan sekresi musin yang disertai dengan peningkatan viskositas saliva konsentrasi Natrium dan klorida saliva menurun.2. Degenerasi Mukosa Rongga Mulut

Perubahan Mukosa Rongga Mulut : Secara klinis terlihat atrofi mukosa dan warna yang lebih pucat Pada lapisan epitel, kemampuan mitosis berkurang disertai pergantian epitel yang lambat Proses keratinisasi berlangsung lambat dan lapisan epitel terlihat tipis Pada lamina propria dan submukosa terjadi perubahan yang mirip dengan lapisan dermis Sel-sel mengalami perubahan terutama sel fibroblas Serat elastin dan kolagen bertambah tebal dan memadat3. Degenerasi Lidah

Perubahan lidah : Mengalami penurunan tonus otot Ukuran tidak berubah kecuali kehilangan gigi Papila lidah berkurang juga ukurannya, biasanya dimulai dari ujung dan sisi lateral lidah Dapat terjadi pengurangan taste buds (penurunan sensitifitas)b. Degenerasi Jaringan Keras Rongga Mulut

1. Degenerasi Tulang

Osteoporosis

Penipisan tulang yang abnormal yang ditandai dengan berkurangnya massa dan mineral tulang sehingga menyebabkan kondisi tulang menjadi rapuh, keropos, dan mudah patah.a. Klasifikasi- Osteoporosis primerOsteoporosis primer sering menyerang wanitapaska menopause dan juga pada pria usia lanjut dengan penyebab yang belum diketahui.- Osteoporosis sekunderSedangkan osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan : Cushing's disease Hyperthyroidism Hyperparathyroidism Hypogonadism Kelainan hepar Kegagalan ginjal kronis Kurang gerak Kebiasaan minum alkohol Pemakai obat-obatan/corticosteroid Kelebihan kafein Merokok2. TMJ

Perubahan umum yang dapat terjadi karena pengaruh usia pada TMJ adalah : Berkurangnya kemampuan proliferasi sel secara keseluruhan> kemampuan reparasi menurun Menurunnya kemampuan reaksi jaringan terhadap rangsangan pertumbuhan Penurunan respon imun Penurunan kemampuan pembentukan protein akibat rangsang dari luar Penurunan sintesa serat kolagen

a. Perubahan pada jaringan tulang rawan sendi Pengurangan ketebalan lapisan fibrokartilago pada permukaan kondilus sendi Terjadi degenerasi kondrosit (penurunan kemampuan kartilago) terhadap rangsang tekanan Pengurangan jumlah, ukuran dan berat molekul inti protein dari proteoglikan serta terjadi perubahan komposisi glikosaminoglikan (menurunkan kemampuan tulang rawan sendi terhadap rangsang tekanan)

Osteoartritis (OA)

Bentuk dari arthritis yang berhubungan dengan degenerasi tulang dan kartilago yang paling sering terjadi pada usia lanjut.Osteoartritis, yang juga disebut dengan penyakit sendi degeneratif, artritis degeneratif, osteoartrosis, atau artritis hipertrofik, merupakan gejala pada orang orang usia lanjut maupun setengah baya. Terjadi pada orang dari segala etnis, lebih sering mengenai wanita, dan merupakan penyebab tersering disabilitas jangka panjang pada pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Lebih dari sepertiga orang dengan usia lebih dari 45 tahun mengeluhkan gejala persendian yang bervariasi mulai sensasi kekakuan sendi tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungan dengan aktivitas, sampai kelumpuhan anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap, biasanya dirasakan akibat deformitas dan ketidakstabilan sendi.

Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoartritis muncul paling sering pada sendi tangan, kaki, panggul, dan spine, meskipun dapat terjadi pada sendi synovial mana pun. Prevalensi kerusakan sendi synovial ini meningkat dengan bertambahnya usia.

3. GigiPerubahan Pulpa : Volume ruang pulpa menyempit oleh karena dentin reparative Jumlah sel berkurang, jumlah saraf bertambah Secara histologis, jaringan pulpa terlihat lebih padat dapat terjadi pengapuran yang tidak teratur (pulp stones) terjadi pengurangan jumlah dan penurunan kualitas dinding pembuluh >reaktifitas berkurang.III. 4 Patogenesis Penyakit Degeneratif Rongga Mulut

a. Osteoporosis

Hal yang mendasari pada pathogenesis osteoporosis yaitu adanya rangkaian ketidak seimbangan yang mulai terjadi antara resorbsi tulang dengan pembentukan tulang. . Oleh sebab itu untuk dapat mengerti terjadi osteoporosis maka perlu memahami struktur tulang yang normal.

Tulang normal terdiri dari komposisi yang kompak dan padat, berbentuk bulat dan batang padat serta terdapat jaringan berongga yang diisi oleh sumsum tulang. Tulang ini merupakan jaringan yang terus berubah secara konstan, dan terus diperbaharui. Jaringan yang tua akan digantikan dengan jaringan tulang yang baru. Proses ini terjadi pada permukaan tulang dan dikatakan sebagai remodelling. Dalam remodeling ini melibatkan osteoclast sebagai perusak jaringan tulang dan osteoblas sebagai pembentuk sel sel tulang baru. Menjelang usia tua proses remodeling ini berubah. Aktifitas osteoclast menjadi lebih dominan dibandingkan dengan aktifitas osteoblast sehingga menyebabkan osteoporosis. Separuh perjalanan hidup manusia, tulang yang tua akan di resorpsi dan terbentuk serta bertambahnya pembentukan tulang baru ( formasi ). Pada saat kanak kanak dan menjelang dewasa, pembentukan tulang terjadi percepatan dibadingkan dengan proses resorpsi tulang, yang mengakibatkan tulang menjadi lebih besar, berat dan padat. Proses pembentukan tulang ini terus berlanjut dan lebih besar dibandingkan dengan resorpsi tulang sampai mencapai titik puncak massa tulang ( peak bone mass ), yaitu keadaan tulang sudak mencapai densitas dan kekuatan yang maksimum. Dan Peak bone mass ini tercapai pada umumnya pada usia menjelang 30 tahun.

Setelah usia 30 tahun secara perlahan proses resorpsi tulang mulai meningkat dan melebihi prose formasi tulang. Kehilangan massa tulang terjadi sangat cepat pada tahun tahun pertama masa menopause, dan Osteoporosispun berkembang akibat proses resorpsi yang sangat cepat atau proses penggantian terjadi sangat lambat. Cepat lambatnya terjadi Osteoporosis hampir sama cepat atau tidaknya massa tulang puncak tercapai selama pembentukan tulang.

b. Osteoartritis

Peningkatan usia menyebabkan adanya perubahan dan penurunan fungsi kondrosit yang menimbulkan perubahan pada komposisi tulang rawan sendi yang mengarah pada perkembangan osteoarthritis karena kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen pada tulang rawan sendi. Pada penderita osteoarthritis, sintesis proteoglikan dan kolagen meningkat tajam, namun substansi ini juga dihancurkan dengan kecepatan yang lebih tinggi, sehingga pembentukan tulang tidak mengimbangi kebutuhannya.Patogenesis Osteoatritis Stage I : Gangguan atau perubahan matriks kartilago. Awalnya konsentrasi kolagen tipe II tidak berubah, tapi jaring-jaring kolagen dapat rusak dan derajat agregasi proteoglikan menurun. Sifat proteoglikan berperan menghasilkan kekenyalan pada substansi seperti tulang rawan, sehingga substansi tersebut dapat mengalami gangguan kompresi dan reekspansi. Gbr 3.Osteoartritis

Sumber: Altman,2001

Stage II : Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan matriks. Kondrosit adalahsel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen rawan sendi. Ketika kondrosit mendeteksi gangguan atau perubahan matriks, kondrosit berespon dengan meningkatkan sintesis dan degradasi matriks, serta berproliferasi. Respon ini dapat menggantikan jaringan yang rusak, mempertahankan jaringan, atau meningkatkan volume kartilago. Respon ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun.

Stage III : Penurunan respon kondrosit. Kegagalan respon kondrosit untuk menggantikan atau mempertahankan jaringan mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendidisertai dan diperparah oleh penurunan respon kondrosit. Penyebab penurunan respon ini diperkirakan akibat kerusakan mekanis pada jaringan, dengan kerusakan kondrosit dan downregulasi respon kondrosit terhadap sitokin anabolik.

c. XerostomiaUsia semakin menua semakin rentan terjadinya penyakit degeneratif salah satunya adalah xerostomia. Pathogenesis xerostomia awalnya terjadinya atropi pada kelenjar saliva sehingga produksi saliva turun dan menyebabkan terjadinya xerostomia. Kemudian jaringan parenkim akan hilang dan digantikan oleh jaringan ikat dan jaringan lemak. Keadaan ini mengakibatkan pengurangan jumlah aliran saliva. Berkurangnya sekresi saliva menyebabkan keringnya daerah mulut. Selain itu, sesuai dengan pertambahan usia, kelenjar sub mandibular juga akan mengalami perubahan atropi dan mengakibatkan sekresi saliva. Papilla berkurang terutama papilla filiformis dan fungiformis di lidah bagian anterior.III. 5 Gejala dan Tanda Klinis yang ditimbulkan akibat manifestasi Penyakit Degeneratif Rongga Mulut (kerusakan TMJ, resesi gimggiva, hiposalivasi)a. Kerusakan TMJ

Nyeri pada pergerakan dapat timbul akibat iritasi kapsul sendi, periostitis dan spasme otot periartikular.

Kapasitas membuka mulut berkurang

Sakit kepala Pusing Sakit kepala seperti tertusuk Tulang terasa tidak nyaman saat digerakkan Terdapat Bunyi kliking atau krepitasi dari sendib. Resesi Gimggiva

Gigi menjadi lebih sensitive terhadap dingin, makanan manis atau sentuhan. Gigi terlihat lebih panjang dari seharusnya.c. Hiposalivasi (Xerostomia) Bibir pecah-pecah Mukosa mulut kering dan mudah teriritasi

Atropik (mukosa bukal pucat dan bergelombang) Lidah halus dan memerah

Mukosa oral tampak merah, tipis dan rapuh. Sukar berbicara, sukar mengunyah, dan menelan Penimbunan lender rasa seperti terbakar

Gangguan pengecapan

Bau mulut (halitosis)

III. 6 Pemeriksaan HPA dan Radiografi Penyakit Degeneratif Rongga Mulut Permeriksaan HPA

1. Osteoporosis

2. OsteoatritisPada gambaran histologi tulang rawan normal memiliki permukaan articular halus, sedangkan pada tulang raawan yang mengalami osteoarthritis menunjukkan adanya fibrilasi, fissuring dari permukaan articular dan juga menunjukkan pengelempokan sel dalam zona dangkal tulang rawan. Pada tulang uang mengalami osteoarthritis juga terdapat banyak penetrasi dari pembuluh kapiler, dapat dijumpai juga sinovium mengalami hipertropi serta banyak ditemukan sebukan sel radang kronis seperti sel plasma dan limfosit.3. Xerostomia

Kelenjar saliva major dan minor menunjukkan atropi dan infiltrasi oleh limfosit dan sel plaasma

Penyakit Degeneratif Rongga Mulut

Etiologi

Usia

Jenis kelamin

Hormon

Degenerasi

Patogenesis

Gejala & Tanda klinis

Radiografi

Laboratorium

Kerusakan TMJ

Resesi Ginggiva

Hiposalivasi

Jaringan Lunak Rongga Mulut

Jaringan Keras Rongga Mulut

13