preskas+bedah+-+apendisitis+akut

Upload: fauziah-pao-paramita-bustam

Post on 01-Mar-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Preskas+Bedah+-+Apendisitis+Akut

    1/18

    1

    MAKALAH PRESENTASI KASUS

    APENDISITIS AKUT

    Oleh:

    Joses Saputra 0906508232

    William Cheng 0906639991

    Modul Praktik Klinik Ilmu Bedah dan ATLS

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

    Januari 2014

  • 7/25/2019 Preskas+Bedah+-+Apendisitis+Akut

    2/18

    2

    BAB 1

    ILUSTRASI KASUS

    I. IDENTITAS PASIEN

    Nama : Ilham Saputra

    Umur : 21 Tahun

    Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Mei 1992

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Pegawai Swasta

    Pendidikan : SMP

    Status Pernikahan : Belum Menikah

    Alamat : Menteng Wadas Utara RT 002/001

    No. RM : 388-93-06

    Tanggal Berkunjung : 16 Januari 2014

    Tanggal Pemeriksaan : 16 Januari 2014

    II. ANAMNESIS

    Keluhan utama

    Nyeri perut kanan bahwa sejak 8 jam SMRS

    Riwayat Penyakit Sekarang

    Sejak 8 jam SMRS pasien mengeluhkan adanya nyeri perut kanan bawah. Nyeri perut

    awalnya dirasakan di daerah ulu hati dan hilang timbul. Nyeri kemudian dirasakan di perut

    kanan bawah dan terus-menerus dengan VAS: 8. Terdapat riwayat demam, mual, dan

    muntah sebanyak satu kali berisi makanan pada pasien. Buang air kecil tidak ada keluhan.

    Pasien belum buang air besar sejak nyeri dirasakan. Pasien kemudian berobat ke RS. Agung

    dan diberikan obat pengurang rasa nyeri melalui lubang anus. Pasien kemudian dirujuk ke

    RSCM karena dikatakan ruang operasi penuh.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat keluhan serupa, hipertensi, DM, asma, sakit jantung, alergi, perawatan, dan operasi

    sebelumnya disangkal.

  • 7/25/2019 Preskas+Bedah+-+Apendisitis+Akut

    3/18

    3

    Riwayat penyakit keluarga

    Riwayat hipertensi, DM, asma, dan sakit jantung dalam keluarga disangkal.

    Riwayat Sosial

    Pasien bekerja sebagai karyawan swasta di perusahaan daerah Jakarta Pusat. Pasien memiliki

    kebiasaan makan makanan tinggi lemak, pedas, dan asam. Merokok sehari 16 bungkus sejak

    SMP. Riwayat alkohol disangkal.

    III. PEMERIKSAAN FISIK

    Kesadaran : Kompos Mentis

    Tekanan Darah : 120/76 mmHg

    Nadi : 87 x/menit

    Suhu : 37,0 C

    Pernapasan : 18 x/menit

    Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

    Kulit : Warna sawo matang, turgor kulit baik

    Rambut : Warna hitam, persebaran merata, tidak mudah dicabut

    Kepala : Normocefal, deformitas (-)

    Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-

    Telinga : Sekret (-), deformitas (-)

    Hidung : Sekret (-), deformitas (-)

    Tenggorokan : Tidak hiperemis, tonsil T1-T1

    Gigi dan mulut : Oral hygine baik

    Leher : JVP 5-2 cm H20, Pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-)

    Jantung : S1 S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-)

    Paru : Vesikuler +/+, Ronki -/-, Wheezing -/-

    Abdomen

    Inspeksi : Datar, tegang

    Palpasi : Nyeri tekan titik McBurney (+), Rovsing Sign (+), defans

    muskular (-), Psoas Sign (-), Obturator Sign (-), hepar dan limpa

    sulit dinilai karena nyeri

    Perkusi : Timpani

    Auskultai : Bising usus (+) lemah

    Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-, CRT < 2 detik

  • 7/25/2019 Preskas+Bedah+-+Apendisitis+Akut

    4/18

    4

    IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Laboratorium (16/01/2014)

    DPL : 17/ 46,4/ 18700/ 233000

    PT/APTT : 10,2 (11,8)/ 30 (34,8)

    Elektrolit : 147/ 3,9/ 104

    Ur/Cr : 27,3/ 0,8

    SGOT/SGPT : 30/ 34

    GDS : 124

    Foto Polos Toraks (16/01/2014)

    Deskripsi: Jantung kesan tidak membesar

    Aorta baik, Mediastinum superior tidak melebar

    Trakea di tengah, kedua hillus tidak menebal

    Corakan bronkovaskular kedua paru baik

    Tidak tampak infiltrat maupun nodul di kedua lapangan paru

    Kedua diafragma licin, kedua sinus kostofrenikus baik

    Rectal Touche

    Tonus sphincter ani kuat, ampula tidak kolaps, mukosa licin, tidak teraba benjolan, pole atas

    prostat teraba, terdapat kesan nyeri pada jam 10, feses tidak terdapat lender atau darah.

    V.

    DIAGNOSISAppendisitis Akut

  • 7/25/2019 Preskas+Bedah+-+Apendisitis+Akut

    5/18

    5

    VI. RENCANA TATALAKSANA

    1. Pro Appendektomi Cito

    2.

    Amikasin 1 x 1 gr

    3. Metronidazole 1 x 1,5 gr

    4. Ketorolac 3 x 30 mg

    5.

    IVFD NaCl 0.9% 500 cc/ 24 jam

    VII. PROGNOSIS

    Ad vitam : bonam

    Ad functionam : bonam

    Ad sanationam : bonam

  • 7/25/2019 Preskas+Bedah+-+Apendisitis+Akut

    6/18

    6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Anatomi dan Fisiologi

    Gambar 1. Lokai Apendiks1 Gambar 2. Variasi Letak Apendiks

    1

    Apendiks merupakan organ digestif yang terletak pada rongga abdomen bagian kanan

    bawah. Apendiks berbentuk tabung dengan panjang ksaran 10 cm dan berpangkal utama di

    sekum. Apendiks memiliki beberapa kemungkinan posisi, yang didasarkan pada letak

    terhadap struktur-struktur sekitarnya, seperti sekum dan ileum. 30% terletak pelvikum artinya

    masuk ke rongga plevis, 65% terletak di belakang sekum, 2% terletak preileal, dan kurang

    dari 1% yang terletak retroileal. 1,2

    Apendiks mendapatkan persarafan otonom parasimpatis dari nervus vagus dan

    persarafan simpatis dari nervus torakalis X. Persarafan ini yang menyebabkan radang pada

    apendiks akan dirasakan periumbilikal. Vaskularisasi apendiks adalah oleh arteri

    apendikularis yang tidak memiliki kolateral. 2

    Fungsi apendiks dalam tubuh manusia sampai saat ini masih belum sepenuhnya

    dipahami. Salah satu yang dikatakn pentik adalah terjadi produksi imunglobulin oleh Gut

    Associated Lymphoid Tissue (GALT) yang menghasilkan IgA. GALT ini sama dengan

    lapisan pada sepanjang saluran cerna lainnya. Karena jumlahnya yang sedikit dan

    minimal,pengangkatan apendiks dikatakan tidak mempengaruhi sistem perhanan mukosa

  • 7/25/2019 Preskas+Bedah+-+Apendisitis+Akut

    7/18

    7

    saluran cerna. Apendiks juga menghasilkan lendir sebanyak 1-2 mL setiap harinya. Aliran ini

    akan dialirkan ke sekum dan berperan untuk menjaga kestabilan mukosa apendiks.

    Apendisitis seringkali terjadi karena gangguan aliran cairan apendiks ini. 2

    Patofisiologi

    Apendisitis akut secara umum terjadi karena proses inflamasi pada apendiks akibat

    infeksi. Penyebab utama terjadinya infeksi adalah karena terdapat obstruksi. Obstruksi yang

    terjadi mengganggu fisiologi dari aliran lendir apendiks, dimana menyebbakan tekanan

    intralumen meningkat sehingga terjadi kolonisasi bakteri yang dapat menimbulkan infeksi

    pada daerah tersebut. Pada sebagaian kecil kasus, infeksi dapat terjadi semerta-merta secara

    hematogen dari tempat lain sehingga tidak ditemukan adanya obstruksi. 2

    Infeksi terjadi pada tahap mukosa yang kemudian melibatkan seluruh dinding

    apendiks pada 24-48 jam pertama. Adaptasi yang dilakukan tubuh terhadap inflamasi lokal

    ini adalah menutup apendiks dengan struktur lain yaitu omentum, usus halus, dan adneksa.

    Hal ini yang menyebabkan terbentuknya masa periapendikuler, yang disebut juga infiltrat

    apendiks. Pada infilitrat apendiks, terdapat jaringan nekrotik yang dapat saja terbentuk

    menjadi abses sehingga menimbulkan risiko perforasi yang berbahaya pada pasien apendisits.

    Pada sebagian kasus, apendisitis dapat melewati fase akut tanpa perlu dilakukannya operasi.

    Akan tetapi, nyeri akan seringkali berulang dan menyebabkan eksaserbasi akut sewaktu-

    waktu dan dapat langsung berujung pada komplikasi perforasi. Pada anak-anak dan geriatri,

    daya tahan tubuh yang rendah dapat meyebabkan sulitnya terbentuk infiltrat apendisitis

    sehingga risiko perforasi lebih besar. 2,3,4

    Etiologi

    Sesuai dengan patofisiologi apendisitis akut, etiologi dari penyakit ini yang berhubungan

    dengan sumbatan pada lumen apendiks. 2,3 Hal-hal yang dapat menyebabkan, antara lain :

    1. Hiperplasia jaringan limfa

    2. Masa fekalith

    3. Sumbatan oleh cacing ascaris

    4. Sumbatan karena fungsional, yang terjadi karena kurangnya makanan berserat

    sehingga menimbulkan konstipasi. Konstipasi menyebabkan peningkatan

    pertumbuhan flora normal kolon.

    5.

    Keruskaan struktur sekitar, seperti erosi mukosa apendiks akibat infeksi Entamoeba

    hystolitica.

  • 7/25/2019 Preskas+Bedah+-+Apendisitis+Akut

    8/18

    8

    Manifestasi Klinis

    Gejala

    Nyeri Perut

    Nyeri perut merupakan keluhan utama yang biasanya dirasakan pasien dengan

    apendisitis akut. Karakteristik nyeri perut penting untuk diperhatikan klinisi karena nyeri

    perut pada apendisitis memiliki ciri-ciri dan perjalanan penyakit yang cukup jelas.

    Nyeri pada apendisitis muncul mendadak (sebagai salah satu jenis dari akut abdomen)

    yang kemudian nyeri dirasakan samar-samar dan tumpul. Nyeri merupakan suatu nyeri

    viseral yang dirasakan biasanya pada daerah epigastrium atau periumbilikus. Nyeri viseral

    terjadi terus menerus kemudian nyeri berubah menjadi nyeri somatik dalam beberapa jam.

    Lokasi nyeri somatik umumnya berada di titik McBurney, yaitu pada 1/3 lateral dari garis

    khayalan dari spina iliaka anterior superior (SIAS) dan umbilikus. Nyeri somatik dirasakan

    lebih tajam, dengan intesitas sedang sampai berat. Pada suatu metaanalisis, ditemukan bahwa

    neyri perut yang berpindah dan berubah dari viseral menjadi somatik merupakan salah satu

    bukti kuat untuk menegakkan diagnosis apendisitis. 2,3

    Sesuai dengan anatomi apendiks, pada beberapa manusia letak apendiks berada

    retrosekal atau berada pada rongga retroperitoneal. Keberadaan apendiks retrosekal

    menimbulkan gejala nyeri perut yang tidak khas apendisitis karena terlindungi sekum

    sehingga rangsangan ke peritoneum minimal. Nyeri perut pada apendisitis jenis ini biasanya

    muncul apabila pasien berjalan dan terdapat kontraksi musculus psoas mayor secara dorsal.

    2,3

  • 7/25/2019 Preskas+Bedah+-+Apendisitis+Akut

    9/18

    9

    Mual dan Muntah

    Gejala mual dan muntah sering menyertai pasien apendisitis. Nafsu makan atau

    anoreksia merupakan tanda-tanda awal terjadinya apendisitis. 2,3

    Gejala Gastrointestinal

    Pada pasien apendisitis akut, keluhan gastrointestinal dapat terjadi baik dalam bentuk

    diare maupun konstipasi. Pada awal terjadinya penyakit, sering ditemukan adanya diare 1-2

    kali akibat respons dari nyeri viseral. Diare terjadi karena perangsangan dinding rektum oleh

    peradangan pada apendiks pelvis atau perangsangan ileum terminalis oleh peradangan

    apendiks retrosekal. Akan tetapi, apabila diare terjadi terus menerus perlu dipikirkan terdapat

    penyakit penyerta lain.

    Konstipasi juga seringkali terjadi pada pasien apendisitis, terutama dilaporkan ketika

    pasien sudah mengalami nyeri somatik. 2,3

    Tanda

    Keadaan Umum

    Secara umum, pasien apendisitis akut memiliki tanda-tanda pasien dengan radang

    atau nyeri akut. Takikardia dan demam ringan-sedang sering ditemukan. Demam pada

    apendisitis umumnya sekitar 37,5 38,5C. Demam yang terus memberat dan mencapai

    demam tinggi perlu dipikirkan sudah terjadinya perforasi. 2,3

    Keadaan Lokal

    Pada apendisitis, tanda-tanda yang ditemukan adalah karena perangsangan langsung

    pada peritoneum oleh apendiks atau perangsangan tidak langsung. Perangsangan langsung

    menyebabkan ditemukannya nyeri tekan dan nyeri lepas pada perut kanan bawah, terutama

    pada titik McBurney. Selain itu pada inspeksi dan palpasi abdomen akan mudah dilihat

    terdapat deffense muscularsebagai respons dari nyeri somatik yang terjadi secara lokal.

    Perangsangan tidak langsung ditunjukkan oleh beberapa tanda, antara lain Rovsing

    sign yang menandakan nyeri pada perut kiri bawah apabila dilakukan penekanan pada titik

    McBurney. BegitupulaBlumberg sign adalah nyeri pada perut kiri bawah apabila dilakukan

    pelepasan pada titik McBurney. 2,3

    Pada apendisitis retrosekal, tanda-tanda umum di atas seringkali tidak muncul akan

    tetapi dapat cukup khas ditegakkan dengan Psoas sign dan Obturator sign. Tanda psoas

    adalah nyeri timbul apabila pasien melakukan ekstensi maksimal untuk meregangkan otot

    psoas. Secara praktis adalah dengan fleksi aktif sendi panggul kanan kemudian paha kanan

    diberikan tahanan. Hal ini akan menimbulkan rangsangan langsung antara apendiks dengan

  • 7/25/2019 Preskas+Bedah+-+Apendisitis+Akut

    10/18

    10

    otot psoas sehingga timbul nyeri. Tanda obturator muncul apabila dilakukan fleksi dan

    endorotasi sendi panggul yang menyebabkan apendiks bersentuhan langsung dengan

    muskulus obturator internus. Biasanya untuk mengetahui terdapat tanda psoas maupun

    obturator, dapat pula diperdalam mengenai timbulnya nyeri saat berjalan, bernafas, dan

    beraktivitas berat.

    Diagnosis

    Diagnosis apendisitis bergantung pada penemuan klinis, yaitu dari anamnesis

    mengenai gejala-gejala dan pemeriksaan fisik untuk menemukan tanda-tanda yang khas pada

    apendisitis. Anamnesis mengenai gejala nyeri perut beserta perjalanan penyakitnya, gejala

    penyerta seperti mual-muntah-anoreksia, dan ada tidaknya gejala gastrointestinal.

    Pemeriksaan fisik dilakukan secara menyeluruh karena tanda-tanda vital juga sudah

    dapat mengarah ke diagnosis apendisitis. Takikardia dan demam sedang merupakan tanda-

    tanda yang sering ditemukan. Pada pemeriksaan gigi dan mulut, sering ditemukana adanya

    lidah kering dan terdapatfethor oris. Pada pemeriksaan abdomen dilakukan cermat pada tiap

    tahap. Dari auskultasi sering ditemukan bising usus menurun karena terjadi ileus paralitik.

    Pada inspeksi, dapat ditemukan bahwa dinding perut terlihat kaku dan kemudian dikonfirmasi

    dengan palpasi. Pada palpasi, ditemukan nyeri tekan dan nyeri lepas serta terdapat tahanan

    (deffense muscular). Palpasi dilakukan pada beberapa titik diagnostik apendisitis yaitu titik

    McBurney, uji Rovsig, dan uji Blomberg. Uji psoas dan uji obturator juga dapat dilakukan

    terutama pada kecurigaan apendisitis yang terjadi secara retrosekal. 2,3,4

    Pemeriksaan penunjang kurang bermakna pada diagnosis apendisitis karena

    penegakan diagnosis umumnya cukup berasal dari penemuan klinis. Pemeriksaan urin dan

    darah perifer lengkap dapat membantu dengan menunjukkan adanya tanda-tanda inflamasi

    secara umum, yaitu adanya leukositosis dan keberadaan pyuria.

    Dengan penemuan klinis dan pemeriksaan laboratorium, dapat digunakan suatu alat

    bantu untuk diagnosis apendisitis akut, yaituAlvarado Score. Dengan memperoleh nilai lebih

    dari 7, maka apendisitis akut sudah umumnya dapat ditegakkan.5KomponenAlvarado Score

    adalah :

  • 7/25/2019 Preskas+Bedah+-+Apendisitis+Akut

    11/18

    11

    Pemeriksaan radiologi dapat membantu diagnosis apendisitis secara lebih cepat dan

    pasti, akan tetapi secara value-basedkurang disarankan. Gambaran kemampuan diagnositik

    dari beberapa modalitas radiologi terhadap diagnosis apendisitis adalah sebagai berikut 4:

    Modalitas Makna Klinis

    Foto Polos Tidak bermakna dalam diagnosis, walaupun

    seringkali penemuan fecalith dapat dilakukan

    USG Abdomen Sensitivitas 86%, Spesifisitas 81%

    CT-Scan Sensitiitas 94%, Spesifisitas 95%

    Magnetic Resonance Imaging Belum ada penelitian yang mengkaji, namun

    sangat jarang dilakukan

    Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa penggunaan

    modalitas radiologi pada diagnosis apendisitis akut hanya dilakukan apabila diagnosis dengan

    mengandalkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium tidak dapat dilakukan. Modalitas

    yang disarankan adalah CT-Scan karena USG masih bersifat operator-dependent. 4

    Tata Laksana

    Setelah penegakan diagnosis apendisitis dilakukan, tata laksana utama pada apendisitis

    adalah Apendektomi. Tata laksana mulai diarahkan untuk persiapan operasi untuk

    mengurangi komplikasi pasca-operasi dan meningkatkan keberhasilan operasi.

    Medikamentosa

    Persiapan operasi dilakukan dengan pemberian medikamentosa berupa analgetik dan

    antibiotik spektrum luas, dan resusitasi cairan yang adekuat. Pasien apendisitis seringkali

    datang dengan kondisi yang tidak stabil karena nyeri hebat sehingga analgetik perlu

    diberikan. Antibiotik diberikan untuk profilaksis, dengan cara diberikan dosis tinggi, 1-3 kali

    dosis biasanya. Antibiotik yang umum diberikan adalah cephalosporin generasi 2 / generasi 3

    dan Metronidazole. Hal ini secara ilmiah telah dibuktikan mengurangi terjadinya komplikasi

    post operasi seperti infeksi luka dan pembentukan abses intraabdominal. 3,4

    Pilihan antibiotik lainnya adalah ampicilin-sulbactam, ampicilin-asam klavulanat,

    imipenem, aminoglikosida, dan lain sebagainya. Waktu pemberian antibiotik juga masih

    diteliti. Akan tetapi beberapa protokol mengajukan apendisitis akut diberikan dalam waktu 48

    jam saja. Apendisitis dengan perforasi memerlukan administrasi antibiotik 7-10 hari. 6

  • 7/25/2019 Preskas+Bedah+-+Apendisitis+Akut

    12/18

    12

    Apendektomi

    Sampai saat ini, penentuan waktu untuk dilakukannya apendektomi yang diterapkan

    adalah segera setelah diagnosis ditegakkan karena merupakan suatu kasus gawat-darurat.

    Beberapa penelitian retrospektif yang dilakukan sebenarnya menemukan operasi yang

    dilakukan dini (kurang dari 12 jam setelah nyeri dirasakan) tidak bermakna menurunkan

    komplikasi post-operasi dibanding yang dilakukan biasa (12-24 jam). Akan tetapi ditemukan

    bahwa setiap penundaan 12 jam waktu operasi, terdapat penambahan risiko 5% terjadinya

    perforasi.

    Teknik yang digunakan dapat berupa, (1) operasi terbuka, dan (2) dengan

    Laparoskopi. Operasi terbuka dilakukanndengan insisi pada titik McBurney yang dilakukan

    tegak lurus terhadap garis khayalan antara SIAS dan umbilikus. Di bawah pengaruh anestesi,

    dapat dilakukan palpasi untuk menemukan massa yang membesar. Setelah dilakukan insiis,

    pemebdahan dilakukan dengan identiifkasi sekum kemudian dilakukan palpasi ke arah

    posteromedial untuk menemukan apendisitis posisi pelvik. Mesoapendiks diligasi dan

    dipisahkan. Basis apendiks kemudian dilakukan ligasi dan transeksi.

    Apendektomi dengan bantuan laparoskopi mulai umum dilakukan saat ini walaupun

    belum ada bukti yang menyatakan bahwa metode ini memberikan hasil operasi dan

    pengurangan kejadian komplikasi post-operasi. Apendekotmi laparoskopi harus dilakukan

    apabila diagnosis masih belum yakin ditegakkan karena laparoskopi dapat sekaligus menjadi

    prosedur diagnostik. Sampai saat ini penelitian-penelitian yang dilakukan masih mengatakan

    keunggulan dari metode ini adalah meningkatkan kualitas hidup pasien. Perbaikan nfeksi luka

    tidak terlalu berpengaruh karena insisi pada operasi terbuka juga sudah dilakukan dengan

    sangat minimal. 2,3,4

    Komplikasi pasca-operasi dari apendektomi adalah terjadinya infeksi luka dan abses

    inttraabdomen. Infeksi luka umumnya sudah dapat dicegah dengan pemberian antibiotik

    perioperatif. Abses intra-abdomen dapat muncul akibat kontaminasi rongga peritoneum. 4

    Komplikasi

    Komplikasi yang paling berbahaya dari apendisitis apabila tidak dilakuka penanganan

    segera adalah perforasi. Sebelum terjadinya perforasi, biasanya diawali dengan adanya masa

    periapendikuler terlebih dahulu.

    Masa periapendikuler terjadi apabila gangren apendiks masih berupa penutupan lekuk

    usus halus. Sebenarnya pada beberapa kasus masa ini dapat diremisi oleh tubuh setelah

    inflamasi akut sudah tidak terjadi. Akan tetapi, risiko terjadinya abses dan penyebaran pus

  • 7/25/2019 Preskas+Bedah+-+Apendisitis+Akut

    13/18

    13

    dalam infilitrat dapat terjadei sewaktu-waktu sehingga massa periapendikuler ini adalah

    target dari operasi apendektomi.

    Perforasi merupakan komplikasi yang paling ditakutkan pada apendisitis karena selain

    angka morbiditas yang tinggi, penanganan akan menjadi semakin kompleks. Perforasi dapat

    menyebabkan peritonitis purulenta yang ditandai nyeri hebat seluruh peruhk, demam tinggi,

    dan gejala kembung pada perut. Bisis usus dapat menurun atau bahkan menghilang karena

    ileus paralitik yang terjadi. Pus yang menyebar dapat menjadi abses inttraabdomen yang

    paling umum dijumpai pada rongga pelvis dan subdiafragma. Tata laksana yang dilakukan

    pada kondisi berat ini adalah laparotomi eksploratif untuk membersihkan pus-pus yang ada.

    Sekarang ini sudah dikembangkan teknologi drainase pus dengan laparoskopi sehingga

    pembilasan dilakukan lebih mudah. 2

  • 7/25/2019 Preskas+Bedah+-+Apendisitis+Akut

    14/18

    14

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Kajian Diagnostik

    Pasien seorang laki-laki usia 21 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak

    8 jam SMRS. Nyeri muncul tiba-tiba dan dirasakan terus-menerus dengan VAS 8.

    Berdasarkan keluhan tersebut maka dapat dipikirkan bahwa pasien mengalami abdomen akut.

    Untuk menegakkan penyebab dari abdomen akut maka terlebih dahulu harus diketahui lokasi

    nyeri yang dirasakan pasien. Berdasarkan lokasi nyeri maka dapat ditentukan beberapa

    diagnosis banding penyebab abdomen akut.

    Gambar 3. Diagnosis banding abdomen akut berdasarkan lokasi nyeri7

    Pada nyeri perut kanan bawah dapat dipikirkan beberapa diagnosis banding seperti

    apendisitis, Crohns disease, Meckels diverticulitis,kolik renal, infeksi saluran kemih, kista

    ovarium terpuntir, salfingitis, kehamilan ektopik, dll. Berdasarkan anamnesis didapatkan

    bahwa pasien sebelumnya sempat mengalami nyeri perut di daerah periumbilical yang

  • 7/25/2019 Preskas+Bedah+-+Apendisitis+Akut

    15/18

    15

    dirasakan hilang timbul dan kemudian berpindah ke perut kanan bawah yang dirasakan terus

    menerus . Perpindahan nyeri perut dari daerah periumbilical ke perut kanan bawah ini sangat

    khas pada kasus apendisits. Nyeri perut yang dirasakan di daerah periumbilical merupakan

    nyeri viseral akibat rangsangan pada peritoneum viseral. Pada saat terjadi distensi apendiks

    akibat peningkatan tekanan intralumen maka peritoneum viseral akan teregang dan

    memberikan sensasi rasa nyeri. Nyeri dari organ-organ yang berasal dari midgut (jejenum

    hingga kolon transversum) akan dirasakan di daerah periumbilical. Nyeri selanjutnya

    dirasakn di perut kanan bawah merupakan nyeri somatik akibat proses peradangan pada

    apendiks yang berlanjut ke peritoneum parietal.5,8

    Gambar 4. Penjalaran nyeri pada apendisitis akut

    Pada pasien juga ditemukan adanya keluhan anoreksia, mual, muntah, dan demam yang

    umumnya ditemukan pada pasien dengan apendisitis akut. Diagnosis banding berupa

    kelainan pada sistem saluran kemih dan sistem saluran gastrointestinal lainnya dapat

    disingkirkan karena dari anamnesis didapat BAK dan BAB pasien normal.

    Dari hasl pemeriksaan fisik umum didapat kondisi pasien dalam keadaan normal. Dari hasil

    pemeriksaan fisik abdomen didapatkan adanya nyeri tekan di titik McBurney. Adanya nyeri

    tekan di titik McBurney menunjukkan bahwa pasien mengalami apendisitis akut. Selain itu

    juga ditemukan adanya nyeri tekan pada perut kanan bawah apabila dilakukan penekanan

    pada sisi kontralateral (Rovsing Sign), adanya Rovsing Sign dapat membantu menegakkan

    diagnosis apendisitis akut. Pada pemeriksaan lain yaitu Psoas Sign dan Obturator Sign

    didapatkan hasil negatif, namun hasil negatif pada pemeriksaan ini tidak menyingkirkan

    kemungkinan pasien memiliki apendisitis akut. Pada pemeriksaan didapatkan defans

    muskular negatif, hal ini mungkin disebabkan karena pasien sebelum masuk IGD telah

  • 7/25/2019 Preskas+Bedah+-+Apendisitis+Akut

    16/18

    16

    mendapat analgesik untuk mengurangi rasa nyerinya. Begitu pula pada pemeriksaan colok

    dubur, nyeri yang dirasakan tidak terlalu jelas karena efek analgetik namun terdapat kesan

    nyeri pada arah jam 10 karena terlihat perubahan ekspresi pasien. Dari hasil pemeriksaan

    laboratorium didapatkan adanya leukositosis (18.700). Pada kasus apendisitis akut tanpa

    komplikasi umumnya dapat ditemukan adanya leukositosis sedang antara 10.000-18.000.3

    Pada hitung jenis leukosit dapat ditemukan adanya shift to the left. Pada pasien tidak

    dilakukan foto polos abdomen dengan alasan foto polos abdomen hanya dilakukan jika hasil

    anamnesis dan pemeriksaan fisik meragukan untuk menegakkan diagnosis apendisitis akut.9

    Untuk membantu menegakkan diagnosis apendisitis akut pada pasien dengan nyeri perut

    kanan bawah dapat digunakan Alvarado score. Nilai Alvarado score di atas tujuh

    menunjukkan bahwa kemungkinan besar pasien mengalami apendisits akut.25,8

    Tabel 3. Alvarado score5

    Berdasarkan hasil perhitungan maka didapatkan nilai sembilan pada pasien sehingga

    kemungkinan besar pasien mengalami apendisitis akut.

    Kajian Terapeutik

    Pada pasien apendisitis akut ini, terapi utama yang direncakan adalah Apendektomi

    sesegera mungkin. Pada penaganan kasus pasien ini, sudah dilakukan dengan benar karena

    direncanakan apendektomi cito. Pemeriksaan dilakukan saat pasien akan segera dilakukan

    apendektomi, sehingga mengartikan operasi dilakukan secara dini karena sebelum 12 jam

    setelah nyeri dirasakan. Apendektomi secara dini diharapkan dapat mengurangi komplikasi

  • 7/25/2019 Preskas+Bedah+-+Apendisitis+Akut

    17/18

    17

    post-operasi seperti infeksi luka dan pembentukan abses intraabdomen. Metode operasi yang

    digunakan adalah dengan bantuan laparoskopi. Hal ini dikarenakan operasi dilakukan di

    RSCM yang merupakan rumah sakit tingkat tersier dengan peralatan dan kemampuan

    operator yang memadai.3,4

    Untuk persiapan operasi, pada pasien diberikan analgetik dan antibiotik sprektum

    luas. Ketorolac 3x30 mg ternyata telah berhasil mengurangi rasa nyeri pada pasien.

    Pemeriksaan dilakukan setelah 8 jam nyeri muncul dan pasien merasakan nyeri sangat

    membaik. Nyeri yang telah dapat diatasi ini tidak memerlukan peningkatan jenis ataupaun

    dosis analgetik. Apabila nyeri masih dirasakan, maka analgetik dapat dinaikkan sesuai

    dengan protokolstep-ladder. Antibiotik yang diberikan pada pasien sudah dilakukan dengan

    cukup tepat yaitu Metronidazole 1x1,5 gram yang spektrum luas, terutama terhadap gram

    negatif yang memang dikaitkan dengan infeksi pada apendisitis akut terkait flora normal

    kolon.2,3,4,5 Pemberian amikasin sebenarnya diberikan apabila ada pertimbangan resitensi

    pada antibiotik yang lebih umum seperti pada Gentamycin (golongan aminoglikosida) atau

    Cephalosporin. Pada pasien ini, administrasi Amikasin dilakukan di RS Agung karena

    dicurigai ada resistensi terhadap Gentamisin. Akan tetapi sebaiknya penanganan apendisitis

    tetap mengacu pada antibiotik yang lebih umum digunakan terlebih dahulu untuk mengurangi

    kejadian resistensi antibiotik. Terapi cairan pada pasien ini dilakukan seperti biasa karena

    tidak ada tanda-tanda gangguan sirkulasi yaitu pemberian Intravena Fluid Drip Ringer Laktat

    500 cc/24 jam. Terapi cairan juga diberikan karena pasien akan menjalani operasi segera

    sehingga untuk memperatahankan hemodinamika pasien. 2

  • 7/25/2019 Preskas+Bedah+-+Apendisitis+Akut

    18/18

    18

    Daftar Pustaka

    1.

    Putz R Pabst R. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia. Jilid 2. Jakarta: EGC; 2010.

    2. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC;2011. hal

    755-64.

    3.

    Humes DJ, Simpson J. Clinical Review: Acute appendicitis. BMJ. 2007. 333:540-34.

    4. Tjandra JJ, Clunie GJA, Kaye AH, Smith JA. Textbook of Surgery. 3 rded. Blackwell

    Publishing; 2006. H. 123-27.

    5.

    Brunicardi FC. Schwartzs Manual of Surgery. 8th edition. London: McGraw -Hill.

    2006. p. 784-95

    6. Morris PJ, Wood WC. Oxfords Textbook of Surgery. 2nded. Oxford. eBook.

    7.

    Williams NS, Bulstrode CJK, OConnell PR. Bailey & Loves Short Practice of

    Surgery. 25th edition. London: Edward Arnold. 2008. p. 1204-18

    8. Grace PA, Borley NR. Surgery at a Glance. 2nd edition. Victoria: Blackwell Science.

    2002. p. 28

    9. Kartono D. Apendisitis Akuta. Dalam Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.

    Jakarta: Binarupa Aksara. h. 115-117