preskas peritonitis ec. apendisitis perforasi
DESCRIPTION
terdapat contoh kasus peritonitis yang disebabkan oleh apendisitis perforasiTRANSCRIPT
Kelompok :Asep Munawir Siddiq, drNita Puspitasari, drMei Rosyidah, drRafi Rizki, drSuci Dara, dr
PRESENTASI KASUSPERITONITIS E.C APENDISITIS
PERFORASI
Disusun oleh: Asyifaa Purnamiwulan, dr
KETERANGAN UMUM
• Nama : Sdr A F• Jenis kelamin : laki-laki• Usia : 15 tahun• Alamat : Kutosari• Pekerjaan : Pelajar• Perkawinan : -• Agama : Islam• Suku : Jawa
ANAMNESA
Keluhan utama
Nyeri Perut Kanan Bawah
ANAMNESAAnamnesa khusus RPS:
Pasien mengeluh terdapat nyeri perut sejak ±12 jam yang lalu. Nyerinya terasa tajam, terus menerus dan terus bertambah nyeri. Nyeri perut lebih terasa ketika pasien berubah posisi, bergerak, dan setelah beraktivitas. Awalnya pasien hanya merasakan mual dan nyeri pada ulu hati, kemudian nyerinya tersebut berpindah ke perut kanan bawah. Beberapa jam setelah dirawat d RS nyerinya semakin bertambah dan dirasakan juga dibagian perut yang lain.
Keluhan disertai adanya demam,mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan susah BAB namun masih bisa buang angin. Pasien mempunyai riwayat tidak suka makan sayur.Pasien menyangkal adanya gangguan dalam Buang Air Kecil (BAK), adanya benjolan yang keluar masuk di daerah kemaluan atau selangkangan, riwayat demam sebelumnya. Pasien menyangkal sebelumnya pernah mengeluhkan hal yang sama.
PEMERIKSAAN FISIK • Status generalis :
– Kesadaran : Compos Mentis– Vital sign :
• tekanan darah = 100/60 mmHg• nadi = 80 x / menit• pernafasan = 20 x / menit• suhu = 370C
PEMERIKSAAN FISIK (cont,,) Kepala : konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik
Leher : tidak ada pembesaran KGB, JVP tidak meningkat. Thorax : Pergerakan dada dan bentuk dada simetris
Paru : sonor, VSB normal kanan=kiri, wheezing -/-, ronchi -/-
Jantung: Bunyi jantung S1 dan S2 murni, regular, murmur (-) Abdomen :
Inspeksi : datarAulkultas : BU (+) menurunPalpasi: Tegang, Hepar tidak terdapat pembesaran, Lien
tidak teraba pembesaranPerkusi: Pekak samping (-) , Pekak pindah (-), CVA (-)
Ekstremitas : edema -/-
STATUS LOKALIS• a/r Right Lower Quadrant (RLQ) Abdomen
• Inspeksi– Datar– Tidak tampak kemerahan/luka/bekas
operasi• Palpasi
– Massa (-)– Nyeri tekan (+) dan nyeri lepas (+)
di McBurney, NT perut kiri– Rovsing’s sign (+); psoas sign (+);
obturator sign (+)– Defense muscular (+)
• Perkusi– pekak pindah (-), pekak samping (-)
• Auskultasi– BU (+) menurun
Diagnosis Banding
1. Peritonitis e.c Appendisitis perforasi
2. Appendicitis akut
PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium:• Darah
– Hb : 14,3 mg/dl (N)– WBC : 13.000/uL (↑)– PLT : 243000/uL (N)– BT : 2 menit– CT : 4 menit– Golongan darah : A
• Immunoserologi– HbSAg : negatif
• Kimia Darah
Urea: 29,63 mg% (N)
Creatinin : 0,75 mg% (N)
SGOT : 14 U/l (N)
SGPT : 14 U/I (N)
GDS: 114 mg% (N)
• Appendicogram
mengarah ke gambaran appendicitis kronis
DIAGNOSIS
Peritonitis e.c Appendicitis Perforasi
PENATALAKSANAAN Umum
Berikan informasi mengenai penyakit pasien (informed consent)
Pasien di rawatPasien bed restPuasa
Khusus– Infus RL makro 16 tpm– Ceftriaksone IV 2x1gr– Ondancentron HCl IV 2x4mg– Ranitidin IV 2x50mg– Parasetamol tab 500mg 3x1 tab
PENATALAKSANAAN (cont,,,)Operatif
Laparotomi + Appendectomy
Hasil Operasi- Terdapat pus di peritoneum- Appendiks perforasi
Diagnosa Post OperasiPeritonitis e.c appendicitis perforasi
Follow Up
Tgl Pemeriksaan Terapi
14-12-12 Nyeri semakin bertambah, demam, mual, tidak nafsu makan, BAB susah.
NT Mc Burney (+), nyeri lepas (+),psoas sign (+), obturator sign (+), rovsing sign (+), defense muscular (+).
TD : 110/90, N: 80, S: 36,8
Operasi cito: laparotomi+appendectomy
Medikamentosa:Parasetamol tab 3x1Ranitidin 2x50mg IVOndansetron 2x4mg IVMetronidazole 2x500mgIVGentamisin 2x80mg IVCefuroxime 2x750gr IVKetorolac 3% 2x1 IVKalnex 2x500gr IVAlin F 2x1 IV
15-12-12 Keluhan : Luka bekas operasi masih sakit, flatus (+)
BU (+) Normal
Drain : tidak produktif
Luka: kalor(-),dolor(-),rubor(-),pus(-)
TD : 110/70, N : 86, S: 36,8
-Terapi Lanjut-Diet cair-Mobilisasi miring kiri, miring kanan
16-12-12 Keluhan (-)
BU (+) Normal
Drain : tidak prodiktif
Luka: kalor(-),dolor(-),rubor(-),pus(-)
TD : 110/70, N: 85, S: 36,6
Terapi Lanjut
17-12-12 Keluhan (-)
BU (+) Normal
Drain : Tidak produktif
Luka: kalor(-),dolor(-),rubor(-),pus(-)
TD: 110/70, N: 84, S: 36,6
Terapi Lanjut
18-12-12 Keluhan (-)
BU (+) Normal
Drain : Tidak produktif
Luka: kalor(-),dolor(-),rubor(-),pus(-)
TD: 110/70, N: 82, S: 36,4
-Boleh pulang- aff drain
Medikamentosa-Cefuroxime tab 2x750mg- Asam Mefenamat tab 3x1- Ranitidin 2x1
PROGNOSIS
Quo at vitam : ad bonam Quo at functionam : ad bonam
Acute Abdomen
Definisi
• Akut abdomen keadaan klinik akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama.
• Nyeri perut tiba-tiba sebelumnya sehat dan berlangsung lebih dari 6 jam disebabkan oleh kondisi yang memerlukan tindakan pembedahan
PEMBAHASAN KASUSAPENDISITIS
DefinisiPeradangan dari apendiks veriformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering.
Epidemiologi– Pria dibanding wanita yakni
1,3:1.– Apendisitis dapat ditemukan
pada semua usia.– Insidensi tertinggi pada
kelompok usia 20 hingga 30
Etiologi Apendisitis• Peranan lingkungan
Asupan rendah serat akan berkontribusi pada perubahan motilitas, flora normal, dan kondisi lumen, yang selanjutnya menjadi predisposisi terbentuknya fecalith.
• Peranan Obstruksi (faktor dominan)– closed-loop obstruction, dimana fecalith menjadi penyebab
tersering. – Penyebab obstruksi lainnya ialah hiperplasia jaringan limfoid
pada mukosa dan submukosa, biji-bijian, neoplasma seperti karsinoma dan tumor karsinoid terjadi pada sekitar 2% kasus, atau oleh benda asing, yang sangat jarang terjadi serta bola cacing (Ascaris).
• Peranan dari Flora Kolonik NormalAspirasi pada apendiks yang inflamasi sekitar 60%
adalah anaerob, berbeda dengan apendiks normal yang hanya sebesar 25%. Spesimen jaringan dari apendiks yang inflamasi semua memperlihatkan hasil kultur E. coli dan spesies Bacteroides. Koloni flora normal berperan dalam perkembangan apendisitis akut menjadi gangren dan perforasi.
Fecalith, hipertrophy jaringan limfoid
Patofisiologi
Manifestasi Klinis• Gejala
– Bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus (nyeri bersifat severe dan steady) beralih ke kuadran kanan bawah
– Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi.
– Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual, dan muntah.
– Bertambah nyeri pada pergerakan, berjalan, atau batuk
• Tanda-tanda– PE :
• Tanda vital tidak terlalu berubah (bila berubah : tanda-tanda komplikasi)
• Demam ringan (37,5-38)• Posisi tidur, berjalan• Peristalsis normal atau sedikit menurun• Nyeri yang menunjukan tanda rangsang
peritoneum lokal di Mc.Burney– Nyeri tekan– Nyeri lepas– Defans muskuler
• Tanda-tanda– Nyeri rangsangan
peritoneum tidak langsung• Rovsing sign:
Nyeri kanan bawah pada tekanan kiri
• Blumberg sign:Nyeri kanan bawah bila tekanan kiri dilepaskan
• Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam, berjalan, batuk, mengedan
Pemeriksaan Fisik
• Rovsing’s sign• Obturator sign• Psoas sign
Pemeriksaan Fisik• Colok dubur: jangan terlewatkan!!!
Pemeriksaan Penunjang• Lab
– Leukosit rata-rata 10.000-18.000/mm3,>20.000/mm mungkin menunjukan perforasi
– Shift to the left, dominan PMN
– LED (infilrat)
• Pencitraan :– Radiografi
• Berguna untuk mencari gejala komplikasi
• Memperlihatkanbayangan batu radiopak didaerah tersebut
– USG• Gambaran: dilatasi
lumen, dinding tebal
ALVARADO SCORE• SYMPTOM :
– Migrate point pain :1– ANOREXIA :1– NAUSEA/VOMIT :1
• SIGN– RLQ tenderness :2– Rebound :1– Temperature :1
• Lab– Leukositosis :2– Left shift :1
• Nilai ≥7: appendisitis akut yang perlu pembedahan dini
• Nilai 5-6: possible appendisitis tidak perlu pembedahan antibiotik
• Nilai 1-4: dipertimbangkan appendisitis akutobservasi
• Nilai ≥7: appendisitis akut yang perlu pembedahan dini
• Nilai 5-6: possible appendisitis tidak perlu pembedahan antibiotik
• Nilai 1-4: dipertimbangkan appendisitis akutobservasi
Penatalaksanaan• Terapi pilihan satu-satunya:pembedahan (apendektomi)• Operasi tergantung waktu
– Apendisitis akutsegera, dilakukan persiapan operasi– Apendisitis perforasi (cito)
• Local atau umum, segera lakukan laparotomi• Perbaikan KU dengan infus, pemberian antibiotic untuk
gram (-) dan (+) sertta kuman anaerob dan pemasangan NGT dilakukan sebelum operasi
– Apendisitis abses (cito)• Dilakukan insisi dan drainage saja dengan cara lokal
anastesi dan bila mungkin extra peritoneal.• Apendektomi dilakukan setelah 6-8 minggu kemudian.
PROGNOSIS
• Mortalitas:- 0,1% pada appendicitis akut- 3% bila ruptur- 15% bila ruptur pada geriatri.
• Penyebab kematian: sepsis tidak terkontrol, emboli paru, aspirasi.
• Komplikasi yang mungkin terjadi:– Akut: infeksi luka operasi.– Kronis: perlengketan, ileus obstruksi, hernia.
PERITONITISInflamasi pada peritoneum, suatu membran serosa yang melapisi dinding abdominopelvik serta organ-organ di dalamnya.Peritonitis termasuk kasus gawat abdomen (akut abdomen) yang memerlukan penanganan segera dan biasanya berupa tindak bedah.
Infeksi intraabdominal › Penyebab morbiditas & mortalitas yg penting› Era antibiotika : Mortalitas 10 – 20 %.› Di Indonesia : Penyebab tersering: perforasi appendisitis,
perforasi typhus abdominalis, trauma organ hollow viscus.
Klasifikasi Peritonitis Peritonitis Primer Peritonitis Sekunder Peritonitis Tersier
Peritonitis Primer– Peritonitis spontan– Melalui penyebaran limfatik dan hematogen. – Kejadiannya jarang
Peritonitis Sekunder– Akibat proses patologik yang terjadi dalam abdomen. – Paling sering terjadi. – Paling sering diakibatkan oleh: perforasi apendisitis, perforasi
infeksi lambung dan usus, perforasi usus besar akibat divertikulitis, volvulus, kanker, dan lain-lain
Peritonitis Tersier– Peritonitis yang sudah ditangani lewat operasi tetapi mengalami
kekambuhan kembali– Terapi peritonitis primer & sekunder tidak adekuat– Immunocompromised
Manifestasi KlinisAnamnesis :
– Onset akut– Nyeri bersifat tumpul,
tidak jelas tajam, terlokalisir
– Demam – Anoreksia– Mual, Muntah – Perut kembung– Sulit BAB, flatus– Riwayat penyakit
42
Pemeriksaan Fisik :• Tampak sakit ringan - berat• Penurunan kesadaran• Terlihat menahan sakit• Demam dapat mencapai >
380 C (tetapi harus waspada pasien sepsis, suhunya mungkin hipotermia)
• Takikardia, takipneu• Abdomen: distensi
abdomen, nyeri tekan, nyeri lepas, defance muscular, tanda-tanda ileus paralitik : bising usus menurun.
• Colok Dubur: Sphincter lemah, nyeri tekan.
• Produksi urin berkurang.
Lab– Hemoglobin : Mungkin anemi– Leukositosis/leukopenia– Shift to the left– Komplikasi : Ureum, kreatinin, gula darah, Natrium,
Kalium, AGD– Kultur : cairan peritoneum/ pus (abses/peritonitis
tersier)X ray
– Foto 3 posisi: Free air, dilatasi, preperitoneal fat (-)USG
– USG = koleksi cairan (abses)
43
Penatalaksanaan
Prinsipnya terbagi menjadi dua:
a. Terapi umum
Terapi suportif seperti : oksigenisasi jaringan, dekompresi, resusitasi cairan dan elekrolit.
b. Terapi khusus
Terbagi menjadi dua yaitu terapi non bedah dan terapi bedah.
Prinsip penatalaksanaan:(1) mengontrol sumber infeksi(2)menghilangkan bakteri dan toksinnya(3) menstabilkan fungsi system tubuh(4) mengontrol proses inflamasi
non operatif
Terapi non operatif termasuk; (1) pemberian antimikroba sistemik, (2) perawatan intensif, (3) pemberian nutrisi yang cukup, (4) terapi modulasi respon inflamasi a. Antimikroba
Lama pemberian - lama : 10 hari baru : 5 hari
b. Drainase nonoperatif
Laparotomi untuk Peritonitis AkutPrinsip I : Repair
Kontrol sumber infeksi
Principle 2: Purge
Evakuasi inokulasi bakteri , pus, dan adjuvants (peritoneal “toilet”)
• Disertai pembilasan sebersih mungkin
• Debridement radikal• Penutupan sumber kontaminasi :
simple closure, diversi, reseksi + reanastomosis.
• Lavase peritoneal pasca bedah• Luka abdomen terbuka
Staged laparotomyEtappen lavage
DASAR DIAGNOSIS PADA PASIEN
• Anamnesa– Nyeri perut di kanan bawah,semakin
bertambah.– Demam– Mual, muntah, Napsu makan turun– Susah BAB
DASAR DIAGNOSIS PADA PASIEN (cont,,,)
• Pemeriksaan Fisik– Status lokalis a/r Right Lower Quadrant (RLQ) Abdomen
• Palpasi– Nyeri tekan (+) dan nyeri lepas (+) di McBurney– Rovsing’s sign (+); psoas sign (+); obturator sign
(+)– Defense muscular (+)
• Auskultasi– BU (+) menurun
DASAR DIAGNOSIS PADA PASIEN (cont,,,)
Penunjang1. Leukositosis2. Apendicogram
Terima Kasih…!
Wassalam…