presentation for forensik
DESCRIPTION
ohohooTRANSCRIPT
PEMERIKSAAN KASUS PERKOSAAN DALAM BIDANG FORENSIK
Pembimbing : dr.Rita Mawarni,Sp.FDisusun Oleh :
Yoga Rhamada Siregar 090100037Ria Melati Sari Siregar 090100233
Erina Fitriyananda Lubis 090100042
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIKFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA2015
PERKOSAAN
Definisi Perkosaan•Perkosaan merupakan bagian dari kejahatan seksual, yang berasal dari bahasa latin yaitu rapere, yang artinya menangkap atau mengambil dengan paksa. Kata-kata tersebut secara murni tidak memiliki konotasi seksual dan masih dipergunakan secara luas dalam bahasa Inggris.
•Perkosaan adalah suatu tindakan kriminal di mana si korban dipaksa untuk melakukan aktivitas seksual, khususnya penetrasi dengan alat kelamin, di luar kemauannya sendiri
•Dalam Pasal 285 KUHP disebutkan bahwa: ”barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun”
Jenis Perkosaan
• Jenis-jenis perkosaan yang lain termasuk diantaranya adalah:
• perkosaan pada saat berkencan (date rape)
• perkosaan yang dilakukan oleh suatu gang/kelompok (gang rape),• perkosaan dalam perkawinan (marital
rape)• perkosaan dibawah umur (Statutory rape)
Undang-Undang Tentang Kejahatan Seksual • KUHP pasal 285 • Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan, dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun
• KUHP pasal 286 • Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita
di luar perkawinan, padahal diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
•KUHP pasal 287 •Barang siapa bersetubuh dengan seorang
wanita di luar perkawinan, padahal diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa umurnya belum lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
•KUHP pasal 288 •Barang siapa bersetubuh dengan seorang
wanita di dalam perkawinan, yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa belum mampu dikawin, diancam, apabila perbuatan mengakibatkan luka-luka dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
• Jika perbuatan mengakibatkan luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama delapan tahun.
• Jika mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Pemeriksaan dan Pembuktian dalam Kasus Perkosaan
•maka pada suatu kasus perkosaan dan kejahatan seksual lainnya perlu diperjelas keterkaitan antara:
•Bukti-bukti yang ditemukan di tempat kejadian perkara,
•Pada tubuh atau pakaian korban,•Pada tubuh atau pakaian pelaku dan•Pada alat yang digunakan pada kejahatan
ini (yaitu penis).
Kendala Pembuktian dalam Kasus Perkosaan
•Masalah keutuhan barang bukti : Seorang korban perkosaan setelah
kejadian yang memalukan tersebut umumnya akan merasa jijik dan segera mandi atau mencuci dirinya bersih-bersih
Masalah tehnis pengumpulan benda bukti•Pengolahan TKP dan tehnik pengambilan
barang bukti merupakan hal amat mempengaruhi pengambilan kesimpulan. Pada suatu kejadian perkosaan dan kejahatan seksual lainnya penyidik mencari sebanyak mungkin benda bukti yang mungkin ditinggalkan di TKP seperti adanya sidik jari, rambut, bercak mani pada lantai, seprei atau kertas tissue di tempat sampah dsb
Masalah tehnis pemeriksaan forensik dan laboratorium
•Kemampuan pemeriksaan pusat pelayanan perkosaan berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lainnya. Suatu klinik yang tidak melakukan pemeriksaan sperma sama sekali tentu tak dapat membedakan antara robekan selaput dara atau robekan akibat benda tumpul pada masturbasi
Masalah pengetahuan dokter pemeriksa
Pada saat ini akibat kelangkaan dokter forensik, maka kasus perkosaan dan kejahatan seksual lainnya ditangani oleh dokter kebidanan atau bahkan dokter umum. Sebagai dokter klinik yang tugasnya terutama mengobati orang sakit, maka biasanya yang menjadi prioritas utama adalah mengobati korban. Ketidaktahuan mengenai prinsip-prinsip pengumpulan benda bukti dan cara pemeriksaannya membuat banyak bukti penting terlewatkan dan tak terdeteksi selama pemeriksaan
Masalah pengetahuan aparat penegak hukum
•Pada kasus-kasus semacam ini arah penyidikan harus jelas arahnya agar pengumpulan bukti menjadi terarah dan tajam pula. Kesalahan dalam membuat tuduhan, misalnya akan dapat membuat tersangka menjadi bebas sama sekali
Kriteria Diagnostik• Menentukan adanya bukti persetubuhan• Bentuk dan elastisitas hymen• Ada tidaknya ejakulasi dan keadaan ejakulat itu
sendiri• Keaslian barang bukti serta waktu pemeriksaan • Menentukan adanya tanda-tanda kekerasan• Menentukan perkiraan umur korban• Menentukan pantas atau tidak perempuan
dikawini• Menentukan apakah korban dalam keadaan
pingsan atau tidak berdaya
Gambar Hymen belum robek
Hymen yang mengalami sedikit perubahan ( robek sedikit) karena kecelakaan, terkena benda keras, jatuh, masturbasi, dll
3. Hymen yang sudah robek
4. Hymen Yang Sudah Pernah Melahirkan.
•Dengan demikian, tidak terdapatnya robekan pada hymen, tidak dapat dipastikan bahwa pada wanita tidak terjadi penetrasi; sebaliknya adanya robekan pada hymen hanya merupakan adanya suatu benda (penis atau benda lain), yang masuk ke dalam vagina.
•Pada tindak pidana di atas perlu dibuktikan telah terjadi paksaan dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan. Seorang dokter dapat menentukan apakah ada tanda-tanda kekerasan
•Pada pemeriksaan perlu diperhatikan apakah korban menunjukkan tanda-tanda bekas kehilangan kesadaran, atau tanda-tanda telah berada di bawah pengaruh alkohol, hipnotik, narkotik
Menentukan perkiraan umur korban
•Dokter perlu menyimpulkan apakah wajah dan bentuk badan korban sesuai dengan umur yang dikatakannya. Keadaan perkembangan payudara dan pertumbuhan rambut kemaluan perlu dikemukakan
Menentukan pantas atau tidak perempuan dikawini•Bila pernikahan dimaksudkan sebagai
perbuatan yang suci dan baik, dimana tujuan utamanya adalah untuk dapat menghasilkan keturunan maka penentuan apakah seorang wanita itu sudah atau belum waktu untuk dikawin, semata-mata atas dasar kesiapan biologis saja (yang dapat dibuktikan oleh ilmu kedokteran), dalam hal ini menstruasi. Bila pada wanita itu telah mengalami menstruasi, maka sudah waktunya untuk dikawin
Menentukan apakah korban dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya
•Dari anamnesis dokter dapat menentukan apakah perkosaan dilakukan pada korban dalam keadaan sadar ataupun pingsan. Dari pemeriksaan tubuh korban dapat ditentukan apakah korban diperkosa dalam keadaan tidak berdaya.
Pemeriksaan Tersangka Pelaku Pesetubuhan Melawan Hukum
Pemeriksaan laboratorium terhadap tersangka pelaku dilakukan untuk menentukan apakah seorang pria baru melakukan persetubuhan dengan mencari ada tidaknya sel epitel vagina pada glans penis
Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah cairan yang masih melekat di sekitar corona glandis. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menekankan kaca objek pada glans penis, daerah korona, atau frenulum, kemudian diletakkan terbalik di atas cawan yang berisi larutan lugol. Uap yodium akan mewarnai lapisan pada kaca objek tersebut. Sitoplasma sel epitel vagina akan berwarna coklat tua karena mengandung glikogen
Pemeriksaan pada Korban Persetubuhan Melawan Hukum
• Setiap pemeriksaan untuk pengadilan harus berdasarkan permintaan tertulis dari jaksa atau magistrat pembantu. Lazimnya yang bertindak sebagai magistrat pembantu adalah polisi. Polisi yang berpangkat serendah-rendahnya pembantu letnan satu berwenang mengajukan permintaan tersebut.
• Korban harus diantar oleh polisi, karena tubuh korban merupakan korpus delikti (barang bukti).
• Setiap visum et repertum harus dibuat berdasarkan keadaan yang didapatkan pada tubuh korban pada waktu permintaan untuk visum et repertum diterima.Jika dokter telah memeriksa seorang yang datang ke rumah sakit, atau di praktik atas inisiatif sendiri, bukan atas permintaan
• Izin tertulis untuk pemeriksaan dapat diminta pada korban sendiri, atau jika korban seorang anak, dari orang tua atau walinya. Jelaskan terlebih dahulu tindakan-tindakan apa yang akan dilakukan pada pemeriksaan dan jelaskan bahwa keterangan-keterangan yang diberikan korban dan hasil pemeriksaan akan disampaikan kepada pengadilan.
• Seorang perawat mendampingi dokter sewaktu korban diperiksa.• Pemeriksaan jangan ditunda terlalu lama• Segala sesuatu harus dicatat, jangan mengandalkan pada ingatan.• Visum et repertum diselesaikan secepat mungkin.• Kadang-kadang dokter yang berpraktik pribadi diminta oleh
seorang ibu atau ayah untuk memeriksa anak perempuannya, karena ia merasa ragu apakah anaknya masih perawan, atau karena ia curiga kalau-kalau atas diri anaknya baru terjadi persetubuhan.
•Pemeriksaan hendaknya dilakukan secara sistematis dan cepat agar korban tidak terlalu lama menunggu dalam perasaan cemas. Hal-hal yang harus ada dalam pemeriksaan korban adalah sebagai berikut
• Data-data • Data yang perlu dicantumkan dalam bagian
pendahuluan visum et repertum adalah:• Polisi yang meminta pemeriksaan• Nama, umur, alamat, pekerjaan korban (seperti
tertulis dalam surat permintaan)• Nama dokter yang memeriksa, tempat, tanggal,
dan pukul pemeriksaan dilakukan• Nama dan pangkat petugas polisi yang
mengantar korban• Nama perawat yang menyaksikan pemeriksaan
•Anamnesis•Umum :•Umur, tanggal lahir •Status perkawinan •Haid: siklus haid, haid terakhir •Penyakit kelamin dan penyakit kandungan •Penyakit lain •Apakah pernah bersetubuh, kapan
persetubuhan terakhir, apakah menggunakan kondom.
• Khusus • Waktu kejadian • Kalau antara kejadian dan dilaporkannya kejadian pada berwajib terpisah
beberapa hari atau minggu, orang sudah dapat mengira bahwa peristiwa itu bukan peristiwa perkosaan, tetapi persetubuhan yang pada dasarnya telah disetujui oleh perempuan yang bersangkutan.
• Dimana terjadinya • Informasi ini dapat memberi petunjuk dalam pencarian trace evidence
yang berasal dari tempat kejadian. • Apakah korban melawan • Jika korban mengadakan perlawanan, pada pakaian mungkin didapatkan
robekan, dan pada tubuh korban mungkin ditemukan tanda-tanda kekerasan. Nail scrapping (goresan kuku) menunjukkan adanya sel-sel epitel dan darah yang berasal dari penyerang. Pada penyerang mungkin dapat ditemukan tanda-tanda bekas dilawan.
• Apakah korban pingsan • Ada kemungkinan korban menjadi pingsan karena ketakutan, tetapi
mungkin juga korban dibuat pingsan oleh pelaku dengan pemberian obat-obatan. Dalam hal ini pengambilan sampel urin dan darah untuk pemeriksaan toksikologi wajib dilakukan.
• Apakah telah terjadi penetrasi dan ejakulasi• Apakah setelah kejadian korban mencuci, mandi, dan mengganti pakaian.
Pemeriksaan Fisik •Pemeriksaan pakaian •Pakaian dalam keadaan rapi atau tidak.
Helai demi helai diteliti apakah terdapat robekan: baru atau lama, sepanjang jahitan, atau melintang pada bahan pakaian, kancing putus, bercak darah, air mani, lumpur, dan sebagainya, benda-benda yang menempel. Pakaian yang mengandung trace evidence dikirim ke laboratorium kriminologi untuk diperiksa lebih lanjut.
Pemeriksaan badan • Umum• Lukisan rupanya (rambut, wajah) rapi atau kusut. • Keadaan emosi: tenang, sedih, gelisah, dan sebagainya.• Adakah tanda-tanda bekas hilang kesadaran atau tanda-tanda
bekas berada di bawah pengaruh alkohol, obat tidur, atau obat bius.
• Apakah ada tanda-tanda needle mark, bila ada maka merupakan indikasi untuk mengambil sampel darah dan urin.
• Adakah tanda-tanda bekas kekerasan. Memar atau luka lecet pada daerah mulut, leher, pergelangan tangan, lengan, paha bagian dalam, punggung.
• Adakah trace evidence yang menempel pada tubuh• Perkembangan alat seks sekunder• Pupil• Tekanan darah, kor, pulmo, abdomen, refleks
Khusus (pemeriksaan daerah genital)• Adakah rambut kemaluan yang melekat menjadi satu karena air
mani yang mengering. Bila ada, rambut tadi digunting untuk diperiksa.
• Adakah bercak air mani di sekitar alat kelamin. Bila ada, hapus dengan lidi berkapas yang dibasahi larutan garam fisiologis.
• Pada vulva teliti adanya tanda bekas kekerasan seperti hiperemi, edema, memar, dan luka lecet.
• Periksa jenis selaput dara, adakah ruptur atau tidak. Bila ada, tentukan ruptur lama atau baru dan catat lokasi ruptur tersebut, teliti apakah sampai insertio atau tidak. Tentukan besar orifisium.
• Periksa frenulum labiorum pudendi dan comissura labiorum posterior utuh atau tidak.
• Periksa vagina dan spekulum bila keadaan alat genital memungkinkan : periksa tanda-tanda adanya penyakit kelamin dan periksa tanda-tanda kehamilan.
Pemeriksaan laboratorium cairan vagina
• Penentuan spermatozoa • Tanpa pewarnaan • Setetes cairan vagina diletakkan di atas kaca benda dan
diperiksa dengan pembesaran 500x dengan kondensor diturunkan. Perhatikan apakah spermatozoa bergerak.Dapat diambil sebagai patokan bahwa spermatozoa masih bergerak kira-kira 4 jam postkoital.
• Dengan pewarnaan • Buat sediaan apus dari cairan vagina pada kaca benda,
keringkan di udara, fiksasi dengan api, warnai dengan Malachite-green 1% dalam air, tunggu 10- 15 menit, cuci dengan air, warnai dengan eosin-yellowish 1% dalam air, tunggu 1 menit, cuci dengan air, keringkan dan diperikasa di bawah mikroskop. Hasil yang diharapkan adalah bagian basis kepala sperma berwarna ungu, bagian hidung berwarna merah muda.
Penentuan cairan mani
• Tes Florence • Cairan vagina ditetesi larutan yodium. Kristal
yang terbentuk diamati di bawah mikroskop. Hasil yang diharapkan tampak kristal-kristal kholin-peryodida tampak berbentuk jarum-jarum yang berwarna coklat.
• Tes Berberio • Cairan vagina ditetesi larutan asam pikrat,
kemudian kristal yang terbentuk diamati di bawah mikroskop. Hasil yang diharapkan adalah terbentuknya kristal-kristal spermin pikrat berbentuk rhombik atau jarum kompas yang berwarna kuning kehijauan.
Pemeriksaan air mani yang terdapat pada pakaian
Visual • Tampak sebagai bercak yang berbatas jelas dan lebih gelap
dari sekitarnya. Bercak yang sudah agak tua berwarna sedikit kekuning-kuningan. Pada bahan sutera atau nilon batasnya sering tidak jelas, tetapi selalu lebih gelap dari sekitarnya.
Sinar ultraviolet • Menunjukkan flouresensi putih. Apa yang menyebabkan hal ini
tidak diketahui. Cara ini kurang memuaskan. Bercak air mani pada sutera buatan, nilon, biasanya tidak memberikan flourosensi. Bahan makanan, urine, sekret vagina juga sering menimbulkan flourosensi.
Taktil • Diraba dengan jari-jari tangan terasa kaku seperti cairan kanji
yang tidak menyerap. Bila diraba permukaan bercak terasa kasar.
• Penapisan dengan reagen asam fosfatase • Selembar kertas saring yang dibasahi dengan aqua destilata dilekatkan
di atas pakaian atau sprei yang diperiksa. Setelah 5-10 menit kertas saring diangkat, didiamkan sampai hampir kering dan disemprot dengan reagen. jika terbentuk bercak violet, kertas saring diletakkan kembali di atas bahan sesuai dengan letaknya semula. Dengan demikian letak bercak mani pada bahan dapat dilokasi.
• Pencairan spermatozoa • Konsentrasi spermatozoa yang terbesar terdapat di bagian sentral dari
bercak. Dari bagian itu diambil sebagian kecil, dipulas dengan pewarnaan Baeechi. Bahan dipulas selama 2 menit, dicuci di dalam HCl 1%, dihidrasi dalam alkohol 70%, 80%, dan 95-100%, dan dijernihkan dengan xilol. Kemudian dikeringkan dengan meletakkannya di atas kertas saring. Dengan jarum preparir atau jarum suntik diambil sehelai atau dua benang, diletakkan di atas kaca mikroskopik dan diurai sampai menjadi serabut-serabut. Ditutup dengan balsem Kanada dan diperiksa dengan pembesaran 500x
KESIMPULAN• perkosaan adalah segala bentuk pemaksaan hubungan seksual.
Dalam perundang-undangan yang ada di Indonesia, Suatu kasus yang dapat menunjukkan bahwa pihak penyidik membutuhkan keterangan ahli dalam tindakan penyidikan yang dilakukannya yaitu pada pengungkapan kasus perkosaan. Kasus kejahatan kesusilaan membutuhkan bantuan keterangan ahli dalam penyidikannya.
• Pembuktian secara kedokteran pada setiap kasus kejahatan kesusilaan, seperti perkosaan, sebenarnya terbatas di dalam upaya pembuktian ada tidaknya tanda-tanda persetubuhan, tanda-tanda kekerasan, perkiraan umur, serta pembuktian apakah seseorang itu memang sudah pantas atau sudah mampu untuk dikawini atau tidak. Proses pemeriksaan tersebut harus dilakukan dengan teliti dan sewaspada mungkin, pemeriksa juga harus yakin akan semua bukti yang ditemukannya karena tidak lagi mempunyai kesempatan untuk melakukan pemeriksaan ulang guna memperoleh lebih banyak bukti, karena semuanya berhubungan dengan bukti-bukti yang akan menjadi dasar untuk membebaskan atau menuntut tersangka pelaku perkosaan tersebut.