presentasi praktikum dt

Upload: dewi-lestari-natalia-marpaung

Post on 04-Apr-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    1/29

    Kelompok 16

    Dewi Lestari NataliaDian Sepala Sihombing

    M. Ryan Junaldi

    Yermia Andri Prawira

    Praktikum Pengujian Material

    Kamis, 11 Oktober 2012

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    2/29

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    3/29

    Analisa Grafik P vs dL

    Saat proses pembebanan dimulai, logam mulai mengalami deformasi. Saat masih mengalami

    deformasi elastis, maka terjadi hubungan linier dalam grafik, belum terjadi deformasi

    permanen, dimana spesimen masih dapat kembali ke panjang semula. Saat pembebanan

    terus dilakukan, akhirnya spesimen memasuki daerah plastis, dimana spesimen mulai

    terdeformasi secara permanen. Saat berada di daerah ini, pada waktu pengujian terlihat di

    sekitar bagian tengah spesimen mulai terjadi pengurangan ukuran diameter, yaitu terjadi

    necking. Pembebanan terus dilanjutkan hingga terjadi perpatahan.

    Berdasarkan literatur, struktur FCC memiliki slip plane 12 buah dan BCC slip plane ada 6 buah.

    Jumlah slip plane ini menjelaskan mengapa logam FCC memiliki keuletan yang tinggi karena

    dengan jumlah slip plane yang banyak, dislokasi mudah bergerak sehingga kemampuan

    menahan beban tarik lebih tinggi.Pergerakan dislokasi dengan bebas ini mengakibatkan

    material menjadi ductile. Namun, grafik menunjukkan bahwa logam Fe lebih ulet dari pada Al

    dan Cu. Menurut analisa kelompok kami, logam Fe yang digunakan bukanlah logam murnisehingga memungkinkan sifat ulet terdapat pada logam tersebut sesuai dengan

    komposisinya. Karena sifatnya ulet, maka salah satu kemungkinan material logam tersebut

    adalah baja karbon rendah.

    Pada grafik beban (P) terhadap elongasi (dL) dapat dilihat bahwa material yang mengalami

    pertambahan panjang terbesar adalah Fe, kemudian Al dan Cu. Hal ini berarti bahwa Fe

    memiliki ketahanan paling besar dalam menahan pembebanan tarik yang dialaminya hingga

    putus, sedangkan spesimen Cu memiliki ketahanan terhadap beban paling rendah.

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    4/29

    Analisa Grafik vs

    Dari hasil pengolahan data maka dapat

    diperoleh informasi mengenai kekuatan luluh

    (yield strength), kekuatan tarik maksimum

    (UTS), modulus elastisitas, serta % elongasi.

    SpesimenModulus

    Elastisitas (MPa)

    Yield Strength

    (MPa)UTS (MPa)

    %ELongasi

    (grafik)

    Fe 6487 324,31 566.998 30

    Al 1499 149,90 192,372 16

    Cu 3123 268,61 288,558 11,5

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    5/29

    Analisa Grafik vs

    Untuk modulus elastisitas, Fe mempunyai modulus elastisitas yangtertinggi, kemudian Cu dan modulus elastisitas yang terendah

    dimiliki oleh Al. Modulus elastisitas menyatakan ukuran kekakuan

    suatu material. Dengan demikian, semakin besar modulus

    elastisitas, maka material semakin kaku.

    Nilai UTS tertinggi dimiliki oleh Fe, kemudian Cu dan nilai UTS

    tertinggi dimiliki oleh Al. Nilai UTS ini menunjukan sifat kekuatan

    material. Semakin besar UTS, maka material akan semakin kuat.

    Hasil perhitungan % elongasi, dimana jika %EL < 5% maka material

    tersebut bersifat brittle sedangkan jika %EL > 5% maka materialtersebut bersifat ductile. Ketiga grafik juga menunjukkan grafik yang

    panjang yang menjadi ciri dari garif material ductile. Semakin tinggi

    %EL maka material semakin ductile. Urutan %E dari yang terbesar

    sampe yang terkecil, yaitu Fe, Al dan Cu.

    Semua hal di atas sudah sesuai dengan literatur.

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    6/29

    Analisa Grafik TVs T

    Untuk mendapatkan kurva tegangan-regangan

    seungguhnya diperlukan luas area dan

    panjang aktual pada saat pembebanan setiap

    saat terukur.

    Berdasarkan hasil perhitungan, besarnya

    tegangan-regangan seungguhnya tidak jauh

    berbeda dengan besarnya tegangan-reganganrekayasa.

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    7/29

    Analisa Hasil Perpatahan

    Patahan sampel Fe:

    Permukaan patahan pada sampel Fe menunjukkan adanya bentukcup and cone dan permukaannya berserabut. Bentuk permukaanperpatahannya termasuk cup and cone silky.

    Patahan sampel Cu :

    Patahan pada sampel Cu terlihat adanya necking. Permukaanpatahan terlihatfibrous yang tidak teratur dantidak rata. Bentuk cupadn cone yang dihasilkan tidak sempurna seperti pada Fe. Bentukpermukaan patahannya termasuk irregular fibrous.

    Patahan sampel Al :

    Pada sampel Al patahannya sepertifibrous dan gelap. Bentukperpatahnnya mirip dengan cup cone, seperti pada Fe.

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    8/29

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pengujian, beberapa hal yang dapat disimpulkanadalah sebagai berikut:

    Masing-masing logam memiliki sifat mekanis yang berbeda-bedaberdasarkan hasil percobaan pengujian tarik yang dilakukan padaFe, Cu dan Al.

    Pengujian tarik dapat menunjukan perilaku mekanik dari suatumaterial seperti kekuatan luluh, kekuatan maksimum, keuletan,ketangguhan, dan kekuatan putus dari suatu material.

    Bentuk permukaan patahan pada logam dapat menunjukkan sifatkeuletan dari material tersebut. Material ulet memperlihatkanpermukaan cup and cone. Ketiga material tersebut dapat dikatakanulet karena memperlihatkan permukaan patahan yang ulet.

    Perbedaan sifat mekanis dari tiap logam ini dipengaruhi olehpaduan unsur dalam material, struktur kristal, serta cacat mikroyang dihasilkan dari pengerjaan material sebelumnya.

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    9/29

    TABEL DATA

    Sampel

    P(Kg)

    D (mm)

    Nomor

    Indenta

    si

    Jejak (mm)

    d rata-rata(mm)

    BHN(Kg/mm2)

    BHN rata-rata(Kg/mm2)

    d1

    (mm)d2 (mm)

    Fe

    187.

    5 3 1 1.14 1.213 1.1765

    165.65137

    65

    175.7215445187.

    5 3 2 1.128 1.121 1.1245

    182.00578

    69

    187.

    5 3 3 1.142 1.122 1.132

    179.50747

    01

    Samp

    elP (Kg) D (mm)

    NomorIndenta

    si

    Jejak (mm) d rata-rata

    (mm)

    BHN

    (Kg/mm2)

    BHN rata-rata

    (Kg/mm2)d1

    (mm)d2 (mm)

    Cu

    62.5 3 1 1.073 1.06 1.0665

    67.712204

    39

    65.2914415162.5 3 2 1.062 1.102 1.082

    65.718723

    22

    62.5 3 3 1.105 1.113 1.109

    62.443396

    91

    Samp

    elP (Kg) D (mm)

    Nomor

    Indenta

    si

    Jejak (mm)d rata-rata

    (mm)

    BHN

    (Kg/mm2)

    BHN rata-rata

    (Kg/mm2)d1

    (mm)d2 (mm)

    Al

    31.25 3 1 0.874 0.969 0.9215

    45.747029

    84

    46.1159282431.25 3 2 0.902 0.892 0.897

    48.344413

    42

    31.25 3 3 0.959 0.914 0.9365

    44.256341

    45

    K

    E

    K

    E

    R

    A

    S

    A

    N

    P

    E

    N

    G

    UJ

    I

    A

    N

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    10/29

    FOTO HASIL UJI

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    11/29

    CONTOH PERHITUNGAN

    Sample Fe

    P = 187.5 kg

    D = 3 mm

    Drata-rata1 = 1.176 mm

    Sample Cu

    P = 62.5 kg

    D = 3 mm

    Drata-rata1 = 1.0665 mm

    Sample Al

    P = 31.25 kgD = 3 mm

    Drata-rata = 0.969 mm

    =2187,5

    3 (3 3 1,1765)= 2mm

    kg175,72 =

    262,5

    3 (3 3 1,0665)= 2mm

    kg65,3

    =231,25

    3 (3 3 0.969)= 2

    mmkg

    12,64

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    12/29

    Grafik

    155

    160

    165

    170

    175

    180

    185

    1 2 3

    165.6513765

    182.0057869179.5074701

    BHN

    Nomor indentasi

    Grafik BHN vs Beban Fe

    (187,5Kg)

    58

    60

    62

    64

    66

    68

    1 2 3

    67.71220439

    65.71872322

    62.44339691

    BHN

    Nomor Indentasi

    Grafik BHN vs Beban Cu (62,5Kg)

    42

    43

    44

    45

    46

    47

    48

    49

    1 2 3

    45.74702984

    48.34441342

    44.25634145BHN

    Nomor Indentasi

    Grafik BHN vs Beban Al

    (31,25Kg)

    0

    20

    40

    60

    80

    100120

    140

    160

    180

    Fe Cu Al

    175.7215445

    65.29144151

    46.11592824BHN

    Sampel

    Grafik BHN vs Sampel

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    13/29

    Analisis Grafik Fe

    Terdapat perbedaanjejak dari ketiga hasilpenjejakan.

    Nilai kekerasan rata-rata dari spesimen Fesebesar 175,72 BHN

    Berdasarkanpendekatan jenis

    material, hasilkekerasannyamendekati baja 0.4% C

    Analisis Grafik Cu

    Terdapat perbedaan jejakdari ketiga hasilpenjejakan.

    Nilai kekerasan rata-ratapenjejakan sebesar 65.3BHN.

    Berdasarkan pendekatanjenis material, hasil

    kekerasannya mendekatiCu alloy C11000

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    14/29

    Analisis Grafik Al

    Terdapat perbedaan jejakdari ketiga hasilpenjejakan.

    Nilai kekerasan rata-rataspesimen Al sebesar46,11 BHN

    Berdasarkan pendekatanjenis material, hasil

    kekerasannya mendekatibaja Al alloy 1100.

    Analisis Grafik Sampel

    Fe memiliki nilai kekerasan

    tertinggi (175.72 BHN),

    diikuti Cu (65.3 BHN),

    kemudian Al (46.12 BHN).

    Hasil ini sudah sesuai

    dengan literatur.

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    15/29

    Analisis Hubungan Nilai Kekerasan dengan Sifat

    Lain

    Nilai kekerasan suatu material

    dapat mempengaruhi sifat mekanis

    dari material itu sendiri, seperti

    nilai kekuatan tarik dan juga

    ketahanan aus.

    Kekerasan suatu material

    berbanding lurus dengan kekuatan

    tarik dari material tersebut.

    Semakin keras suatu material maka

    nilai UTS nya akan semakin tinggi.

    Nilai kekuatan tarik material akan

    semakin meningkat seiring dengan

    meningkatnya nilai BHN.

    Hal ini sesuai dengan literatur

    bahwa nilai UTS Fe > nilai UTS Cu >

    nilai UTS Al.

    Sumber: Callister, William D. 2007. Materials Science and Engineering An

    Introduction, seventh Edition page 160. The McGraw-Hill Companies : New

    York,NY

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    16/29

    Kesimpulan

    Pengukuran nilai kekerasan dengan metode Brinell

    dilakukan dengan indentor hardened steel ballyangakan meninggalkan jejak berupa lingkaran. Nilaikekerasan akan didapatkan dengan menghitungdiameter jejak yang dimasukan ke dalam rumusperhitungan BHN.

    Didapatkan bahwa Kekerasan Fe > Kekerasan Cu >Kekerasan Al, dengan nilai BHN dari sampel Fe sebesar175,72, Cu sebesar 65,29, dan Al sebesar 46,16.

    Nilai kekerasan dapat diketahui dari tensile strength

    suatu material dengan rumus :s (MPa) = 3,45 x HB

    Dengan naiknya nilai kekerasan, maka nilai kekuatantarik suatu logam akan meningkat

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    17/29

    Tabel Data Baja ST 42

    Bahan a (mm) b (mm) A (mm2) T (oC) E (Joule) HI (J/mm2) Sketsa Patahan

    Baja ST

    428,000 9,550 76,400 -0,03 204 2,6702

    8,000 9,550 76,400 27 188 2,4607

    8,000 9,550 76,400 103,6 116 1,5183

    PENGUJIAN IMPAK

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    18/29

    Tabel Data Cu-Zn

    Cu-Zn 8,750 10,150 88,813 11 18 0,2027

    8,750 10,150 88,813 27 25 0,2815

    8,750 10,150 88,813 84 21 0,2365

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    19/29

    Grafik HI vs T (Fe)

    2.67022.4607

    1.5183

    0.0000

    0.5000

    1.0000

    1.5000

    2.0000

    2.5000

    3.0000

    -20 0 20 40 60 80 100 120

    HI(Joule/mm2)

    Temperatur oC

    Grafik HI vs Temperatur Baja ST 42

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    20/29

    Grafik HI vs T (Cu-Zn)

    0.2027

    0.2815

    0.2365

    0.0000

    0.0500

    0.1000

    0.1500

    0.2000

    0.2500

    0.3000

    0 20 40 60 80 100

    HI(Joule/mm2)

    Temperatur oC

    Grafik HI vs Temperatur Cu-Zn

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    21/29

    Grafik HI vs T (Fe & Cu-Zn)

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    22/29

    Kesimpulan

    Dengan pengujian tarik dapat ditentukan ketangguhan dari suatu materialdengan memperlihatkan energi dari beban impak yang diterima.

    Perbedaan temperatur pada saat pengujian bertujuan untuk mengamatiapakah ada temperatur transisi atau tidak pada benda uji

    Temperatur transisi ditandai dengan adanya lonjakan pada grafik seiringnaiknya temperatur.

    Temperatur transisi adalah temperatur dimana perubahan sifat mekanismaterial dari getas ke ulet, ataupun sebaliknya

    Material ulet memiliki temperatur transisi, sedangkan material getastidak.

    Semakin besar ketangguhan material maka, ketahanan impaknya semakin

    bagus. Berdasarkan hasil pengujian, harga impak Fe lebih tinggi dari Cu-Zn,

    sehingga dapat disimpulkan bahwa Fe lebih tangguh jika dibandingkandengan Cu-Zn.

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    23/29

    Tabel Data

    PENGUJIAN AUS

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    24/29

    Contoh Perhitungan Laju Aus Spesimen Al

    r = 15 mm b = 2,694 mm

    B = 3 mm x = 100000 mm

    Contoh Perhitungan Laju Aus Spesimen Fe

    r = 15 mm b = 2,758 mm

    B = 3 mm x = 100000 mm

    Contoh Perhitungan Laju Aus Spesimen Cu

    r = 15 mm b = 3,113 mm

    B = 3 mm x = 100000 mm

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    25/29

    Grafik Laju Aus vs Jarak

    Luncur (Fe)

    0

    0.000001

    0.000002

    0.000003

    100000 400000

    Laju Aus vs Jarak Luncur

    Fe

    Grafik Laju Aus vs Jarak

    Luncur (Cu)

    0

    0.000002

    0.000004

    0.000006

    100000 400000

    Laju Aus vs Jarak

    Luncur

    Cu

    Grafik Laju Aus vs Jarak

    Luncur (Al)

    0

    0.000005

    0.00001

    100000 400000

    Laju Aus vs Jarak

    Luncur

    Al

    Grafik Laju Aus vs Jarak Luncur

    (Perbandingan 3 sampel)

    CuAl

    Fe

    0

    0.000002

    0.000004

    0.000006

    0.000008

    100000 400000

    Cu

    Al

    Fe

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    26/29

    Grafik Laju Aus vs Jarak Luncur (Fe)

    0

    0.0000005

    0.000001

    0.0000015

    0.0000020.0000025

    0.000003

    3.62 2.38

    Laju Aus vs Kecepatan

    Fe

    Grafik Laju Aus vs Kecepatan (Cu)

    0

    0.000002

    0.000004

    0.000006

    3.622.38

    Laju Aus vs Kecepatan

    Cu

    Grafik Laju Aus vs Kecepatan (Al)

    0

    0.000002

    0.000004

    0.000006

    0.000008

    3.62 2.38

    Laju Aus vs

    Kecepatan

    Al

    Grafik Laju Aus vs Kecepatan

    (Perbandingan 3 sampel)

    Cu

    AlFe

    0

    0.000002

    0.000004

    0.000006

    0.000008

    3.622.38

    Cu

    Al

    Fe

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    27/29

    Analisa Mekanisme Keausan Abrasif

    Kekerasan MaterialSemakin keras material maka akan semakin kecil keausan abrasif yang terjadi

    Kondisi Struktur MikroJika pada material jumlah butir banyak dan berukuran kecil-kecil, atau jumlah paduansemakin banyak serta impurities, maka kekerasan material akan meningkat yangmenyebabkan abrasivewear resistantsemakin meningkat.

    Ukuran AbrasifUkuran abrasif di sini diartikan sebagai besar-kecil suatu abrasif. Apabila abrasif memilikiukuran (luas permukaan) yang besar, maka volume material yang terabrasi akan semakinbesar. Itu berarti ketahan aus abrasif dari suatu material akan semakin menurun apabilameluncur pada abrasif dengan ukuran yang besar.

    Bentuk AbrasifAbrasif yang memiliki bentuk yang lebih tajam (sudut kecil) akan memberikan ketahanan ausabrasif yang rendah pada material. Karena dengan sudut yang kecil, maka koefisien gesekakan semakin besar. Hal ini akan mengakibatkan gaya gesek yang terjadi antara permukaanmaterial dan abrasif semakin besar, sehingga semakin besar volume material yang terabrasi.

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    28/29

    Kesimpulan

    Metode Ogoshi adalah salah satu metode yang dapat digunakanuntuk mengetahui nilai keausan suatu material dimana benda ujimemperoleh beban gesek dari cincin yang berputar (revolving disc).

    Aluminium (Al) memiliki laju keausan (LA) yang lebih tinggidibandingkan Tembaga (Cu) dan Baja Karbon (Fe).

    Besarnya laju keausan (LA) tergantung pada tebal revolving disk (B),jari-jari revolving disk (r), dan lebar celah yang terabrasi (b), danjarak luncur (x).

    Kecepatan revolving disc berkaitan dengan cepat-lambatnya terjadiproses abrasi pada material. Semakin cepat kecepatan revolvingdisc, semakin cepat terjadinya abrasi pada material.

    Semakin panjang jarak luncur semakin rendah laju ausnya.

    Semakin tinggi nilai kekerasan suatu material, semakin besarketahanan material tersebut terhadap mekanisme abrasif.

  • 7/30/2019 Presentasi Praktikum DT

    29/29

    Terima Kasih