presentasi makro s3 - nilai tambah sektor manufaktur

22
NILAI TAMBAH SEKTOR MANUFAKTUR A. Pendahuluan Pembangunan sektor manufaktur (manufacturing) hampir selalu mendapat prioritas utama dalam rencana pembangunan negara-negara sedang berkembang (NSB), hal ini karena sektor manufaktur dianggap sebagai sektor pemimpin (the leading sector) yang mendorong perkembangan sektor lainnya, seperti sektor jasa dan pertanian. Pengalaman pertumbuhan ekonomi jangka panjang di negara industri dan negara sedang berkembang menunjukkan bahwa sektor manufaktur secara umum tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor pertanian (Arsyad, 2001). Berdasarkan kenyataan ini tidak mengherankan jika peranan sektor manufaktur semakin penting dalam berkembangnya perekonomian suatu negara termasuk juga Indonesia. Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual. B. Sejarah Manufaktur Kata manufaktur berasal dari bahasa Latin manus factus yang berarti dibuat dengan tangan. Kata manufacture muncul pertama kali tahun 1576, dan kata manufacturing muncul tahun 1683. Manufaktur, dalam arti yang paling luas, adalah proses merubah bahan baku menjadi produk. Proses

Upload: ama-abdy

Post on 25-Oct-2015

68 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

doc

TRANSCRIPT

Page 1: Presentasi Makro s3 - Nilai Tambah Sektor Manufaktur

NILAI TAMBAH SEKTOR MANUFAKTUR

A. Pendahuluan

Pembangunan sektor manufaktur (manufacturing) hampir selalu mendapat

prioritas utama dalam rencana pembangunan negara-negara sedang berkembang

(NSB), hal ini karena sektor manufaktur dianggap sebagai sektor pemimpin (the

leading sector) yang mendorong perkembangan sektor lainnya, seperti sektor jasa dan

pertanian. Pengalaman pertumbuhan ekonomi jangka panjang di negara industri dan

negara sedang berkembang menunjukkan bahwa sektor manufaktur secara umum

tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor pertanian (Arsyad, 2001). Berdasarkan

kenyataan ini tidak mengherankan jika peranan sektor manufaktur semakin penting

dalam berkembangnya perekonomian suatu negara termasuk juga Indonesia.

Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin,

peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah

menjadi barang jadi untuk dijual.

B. Sejarah Manufaktur

Kata manufaktur berasal dari bahasa Latin manus factus yang berarti dibuat

dengan tangan. Kata manufacture muncul pertama kali tahun 1576, dan kata

manufacturing muncul tahun 1683. Manufaktur, dalam arti yang paling luas, adalah

proses merubah bahan baku menjadi produk. Proses ini meliputi (1) perancangan

produk, (2) pemilihan material, dan (3) tahap-tahap proses dimana produk tersebut

dibuat. Pada konteks yang lebih modern, manufaktur melibatkan pembuatan produk

dari bahan baku melalui bermacam-macam proses, mesin dan operasi, mengikuti

perencanaan yang terorganisasi dengan baik untuk setiap aktifitas yang diperlukan.

Mengikuti definisi ini, manufaktur pada umumnya adalah suatu aktifitas yang

kompleks yang melibatkan berbagai variasi sumberdaya dan aktifitas sebagai berikut:

- Perancangan Produk - Pembelian - Pemasaran

- Mesin dan perkakas - Manufacturing - Penjualan

- Perancangan proses - Production control - Pengiriman

- Material - Support services - Customer service

Page 2: Presentasi Makro s3 - Nilai Tambah Sektor Manufaktur

Hal-hal di atas telah melahirkan disiplin ilmu tentang teknik manufaktur.

Sesuai dengan definisi manufaktur, keilmuan teknik manufaktur mempelajari

perancangan produk manufaktur dan perancangan proses pembuatannya serta

pengelolaan sistem produksinya (sistem manufaktur). Meskipun teknik manufaktur

pada berbagai perguruan tinggi memiliki ke-khas-an sendiri-sendiri namun selalu ada

bagian yang sama pada jurusan-jurusan tersebut. Keilmuan teknik manufaktur selalu

berbasis kepada aktifitas pembuatan produk manufaktur yang melibatkan berbagai

aktifitas dan sumberdaya seperti yang telah diuraikan di atas.

Perusahaan manufaktur (manufacturing bussines) adalah perusahaan yang

kegiatannya membeli bahan baku kemudian mengolah bahan baku dengan

mengeluarkan biaya-biaya lain menjadi barang jadi yang siap untuk di jual. Dari

definisi perusahaan manufaktur tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam perusahaan

manufaktur terdapat persediaan bahan baku dan persediaan barang jadi.

Pada akhir periode pada perusahaan manufaktur biasanya terdapat produk

yang belum selesai dikerjakan. Produk yang belum selesai dikerjakan dinamakan

persediaan barang dalam proses. Sehingga pada perusahaan manufaktur terdapat 3

unsur persediaan, yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan

persediaan barang jadi.

Kegiatan khusus dalam perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan baku

menjadi barang jadi, kegiatan ini sering disebut sebagai proses produksi. Selama

proses produksi tentunya dibutuhkan biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya-

biaya yang terjadi dalam proses pengelolahan bahan baku menjadi barang jadi

sehingga barang jadi siap untuk dijual.

C. Perkembangan Sektor Manufaktur di Indonesia

Industri diklasifikasikan:

a) Industri primer/hulu yaitu mengolah output dari sektor pertambangan (bahan

mentah) menjadi bahan baku siap pakai untuk kebutuhan proses produksi pada

tahap selanjutnya

b) Industri sekunder/manufaktur yang mencakup: industri pembuat modal (mesin),

barang setengah jadi dan alat produksi, dan industri hilir yang memproduksi

produk konsumsi

Page 3: Presentasi Makro s3 - Nilai Tambah Sektor Manufaktur

Pertumbuhan output.

Pertumbuhan output yang tinggi disebabkan oleh permintaan eksternal yang tinggi.

Pertumbuhan PDB 3 sektor penting di LDCs sebagai berikut:

Sumber Utama Pertumbuhan PDB menurut Tiga Sektor di Negara Berkembang 2003

-2012 (%)

Sektor Laju Pertumbuhan Rata rata Pangsa dari Kontribusi thd

Pertumbuhan PDB

Pertanian

Manufaktur

Jasa

PDB 100 100 100 100

Laju pertumbuhan output rata rata pertahun untuk sektor manufaktur ( ) lebih

tinggi dari pertanian ( ) periode .

Kontribusi thd pertumbuhan PDB tahun ( %) & tahun (

% )

Pertmbuhan output sektor manufaktur karena permintaan eksternal ekspor tinggi

Pendalaman Struktur Industri.

Pembangunan ekonomi jangka panjang dapat merubah pusat kekuatan ekonomi dari

pertanian menuju manufaktur dan menggeser struktur industri yang memiliki

keunggulan kompetitif dan komparatif.

Perubahan struktur manufaktur disebabkan oleh

a) Penawaran aggregat perkembangan teknolgi, kualitas SDM, inovasi material

baru untuk produksi

b) Permintaan aggregat peningkatan pendapatan perkapita yang mengubah volume

& pola konsumsi

Page 4: Presentasi Makro s3 - Nilai Tambah Sektor Manufaktur

Distribusi PDB Per Sektor pada Harga Konstan 2003 - 2012 (Milyar Rupiah)

Sektor 2003 Harga Konstan

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Primer:

1. Pertanian

2. Pertambangan

Sekunder:

1. Manufaktur

2. Listrik, gas & Air

3. Konstruksi

Tersier:

1. Perdag, Hotel,

Restoran

2. Transportasi &

Komunikasi

3. Bank & Keuangan

4. Penyewaan & Real

Estate

5. Jasa Lainnya

PDB

Kesimpulan:

Berdasarkan analisis tingkat pendalaman struktur industri:

Orientasi perkembangan industri manuafktur di Indonesia masih pada barang

konsumsi sederhana seperti makanan, minuman pakaian jadi sampai bambu, rotan

& kayu

Sisi permintaan aggergat, pasar domestik barang konsumsi berkembang pesat laju

penduduk & peningkatan pendapatan masyarakat per kapita

Sisi penawaran aggregat, Sarana dan prasarana menunjang untuk produksi barang

konsumsi tersebut dibandingkan barang modal

Aspek teknolgi, kandungan teknologi barang konsumsi lebih rendah

Page 5: Presentasi Makro s3 - Nilai Tambah Sektor Manufaktur

Tingkat Teknologi produk manufaktur.

Teknologi yang digunakan dalam industri manufaktur mencakup:

a) Tekonolgi tinggi mencakup: komputer, obat-obatan, produk elektronik, alat

komunikasi dan sebagainya

b) Teknologi sedang mencakup: plastik, karet, produk logam sederhana, penyulingan

minyak, produk mineral bukan logam

c) Teknolgi rendah mencakup: kertas, percetakan, tekstil, pakaian jadi, minuman,

rokok, dan mebel

Kinerja Sektor Manufaktur 2000 - 2012 (%)

Perub. Struktural Pertumbahan Rata-Rata Per Tahun (%)

2010 2011 2012 2000-03 2004-07 2008-12

% NTM

% Manufaktur dalam

Ekspor

NTM

EM

E4

NTM = Nilai tambah manufaktur, EM = Ekspor manufaktur, E4 = Ekspor 4 produk

unggulan: kayu lapis, tekstil, pakaian jadi dan alas kaki.

D. Permasalahan dalam Industri Manufaktur:

1. Keterbatasan teknologi

2. Kualitas Sumber daya Manusia

3. Keterbatasan dana pemerintah (selalu difisit) dan sektor swasta

4. Kerja sama antara pemerintah, industri dan lembaga pendidikan & penelitian

masih rendah

Masalah dalam industri manufaktur nasional:

1. Kelemahan struktural

Basis ekspor & pasar masih sempit walaupun Indonesia mempunyai banyak

sumber daya alam & TK, tapi produk & pasarnya masih terkonsentrasi:

Page 6: Presentasi Makro s3 - Nilai Tambah Sektor Manufaktur

a. terbatas pada empat produk (kayu lapis, pakaian jadi, tekstil & alas kaki)

b. Pasar tekstil & pakaian jadi terbatas pada beberapa negara: USA, Kanada,

Turki & Norwegia

c. USA, Jepang & Singapura mengimpor 50% dari total ekspor tekstil &

pakaian jadi dari Indonesia

d. Produk penyumbang 80% dari ekspor manufaktur indonesia masih mudah

terpengaruh oleh perubahan permintaan produk di pasar terbatas

e. Banyak produk manufaktur terpilih padat karya mengalami penurunan

harga muncul pesaing baru seperti cina & vietman

f. Produk manufaktur tradisional menurun daya saingnya sbg akibat factor

internal seperti tuntutan kenaikan upah

Ketergantungan impor sangat tinggi

Indonesia menarik banyak PMA untuk industri berteknologi tinggi seperti

kimia, elektronik, otomotif, dsb, tapi masih proses penggabungan, pengepakan

dan assembling dengan hasil:

a. Nilai impor bahan baku, komponen & input perantara masih tinggi diatas

45%

b. Industri padat karya seperti tekstil, pakaian jadi & kulit bergantung kepada

impor bahan baku, komponen & input perantara masih tinggi.

c. PMA sector manufaktur masih bergantung kepada suplai bahan baku &

komponen dari LN

d. Peralihan teknologi (teknikal, manajemen, pemasaran, pengembangan

organisasi dan keterkaitan eksternal) dari PMA masih terbatas

e. Pengembangan produk dengan merek sendiri dan pembangunan jaringan

pemasaran masih terbatas

Konsentrasi regional

Industri mnengah & besar terkonsentrasi di Jawa.

2. Kelemahan organisasi

Industri kecil & menengah masih terbelakangproduktivtas rendah Jumlah

TK masih banyak (padat Karya)

Page 7: Presentasi Makro s3 - Nilai Tambah Sektor Manufaktur

Konsentrasi Pasar

Kapasitas menyerap & mengembangkan teknologi masih lemah

SDM yang lemah

E. Strategi Pengembangan Sektor Manufaktur

1. Strategi substitusi impor (Inward Looking).

Bertujuan mengembangkan manufaktur berorientasi domestik yang dapat

menggantikan produk impor. Negara yang menggunakan strategi ini adalah Korea &

Taiwan

Pertimbangan menggunakan strategi ini:

Sumber daya alam & Faktor produksi cukuo tersedia

Potensi permintaan dalam negeri memadai

Sebagai pendorong perkembangan industri manufaktur dalam negeri

Kesempatan kerja menjadi luas

Pengurangan ketergantungan impor, shg defisit berkurang

2. Strategi promosi ekspor (outward Looking)

Beorientasi ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri dalam

negeri yang memiliki keunggulan bersaing.

Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil :

Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar yang merefleksikan

kelangkaan barang baik pasar input maupun output

Tingkat proteksi impor harus rendah

Nilai tukar harus realistis

Ada insentif untuk peningkatan ekspor

Penelaahan terhadap permasalahan spesifik di sektor industri manufaktur, yaitu

sebagai berikut:

KKN dan layanan umum yang buruk mengakibatkan tingginya biaya

overhead. Menurut kajian Komite Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah

(KPPOD), pengeluaran untuk berbagai pungutan dan untuk biaya buruknya

layanan umum menambah biaya overhead sekitar 8.7 persen - 11.2 persen.

Page 8: Presentasi Makro s3 - Nilai Tambah Sektor Manufaktur

Cost of money yang relatif tinggi. Banyak pengusaha masing menganggap

tingkat suku bunga saat ini sangat tinggi. Pengusaha dalam negeri yang

mengandalkan perbankan dalam negeri akan kalah bersaing dengan

perusahaan yang modal kerjanya dari luar negeri yang bunganya berkisar 4 – 6

persen.

Administrasi perpajakan yang belum optimal. Pengusaha menganggap

administrasi perpajakan terutama dalam kaitannya dengan restitusi produk-

produk industri ekspor sangat tidak efisien. Hal tersebut mengakibatkan daya

saing produk ekspor menjadi berkurang karena pengusaha pada akhirnya

membebankan ke harga jualnya. Selain itu, hal tersebut juga tidak kondusif

untuk integrasi antar industri terkait untuk pengadaan bahan antaranya. Pada

umumnya mereka memilih untuk impor bahan baku atau produk antara karena

sejak awal tidak berurusan dengan PPN 10 persen.

Kandungan impor sangat tinggi. Nilai impor bahan baku, bahan antara

(intermediate), dan komponen untuk seluruh industri meningkat. Tingginya

kandungan impor ini mengakibatkan rentannya biaya produksi terhadap

fluktuasi nilai tukar rupiah dan kecilnya nilai tambah yang mengalir pada

perekonomian domestik.

Lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi. Nilai tambah industri

nasional relatif rendah, hal ini menunjukkan bahwa karakteristik industri

manufaktur masih banyak tipe “tukang jahit,” meskipun dalam komposisi

ekspor telah diamati mulai adanya peningkatan proporsi produk ekspor

berteknologi menengah dan tinggi. Kehadiran foreign direct investment (FDI)

yang mempunyai potensi sebagai basis untuk alih teknologi belum dapat

dimanfaatkan.

Kualitas SDM relatif rendah. SDM dengan kualitas ini akan sulit diharapkan

menghasilkan peningkatan produktivitas yang dituntut apalagi inovasi-inovasi

yang bermutu untuk teknologi produksinya.

Iklim persaingan yang kurang sehat. Banyak sub-sektor industri yang

beroperasi dalam kondisi mendekati ”monopoli”. Keadaan ini menyebabkan

insentif untuk penurunan biaya produksi menjadi kecil.

F. Sasaran sektor manufaktur:

Page 9: Presentasi Makro s3 - Nilai Tambah Sektor Manufaktur

1. Peningkatan pangsa sektor industri manufaktur di pasar domestik, baik untuk

bahan baku maupun produk akhir, sebagai cerminan daya saingnya sektor ini

dalam menghadapi serbuan produk-produk impor.

2. Meningkatnya volume ekspor sektor industri manufaktur dalam total ekspor

nasional, terutama pada produk ekspor yang memiliki kandungan teknologi

menengah dan tinggi.

3. Meningkatnya proses alih teknologi dari foreign direct investment (FDI) yang

dicerminkan dari meningkatnya pemasokan bahan antara dari produk lokal

serta meningkatnya penyebaran sektor industri manufaktur ke luar pulau Jawa,

terutama industri pengolahan hasil sumberdaya alam.

4. Meningkatnya iklim persaingan secara sehat.

5. Meningkatnya kesadaran pelaku industri akan pentingnya standar produk

barang sebagai faktor penguat daya saing produk nasional.

6. Sektor industri manufaktur (non-migas) ditargetkan tumbuh dengan laju rata-

rata 8,56 persen per tahun.

G. Arah Kebijakan

Pada tingkat makro, peningkatan kinerja daya saing manufaktur secara

berkelanjutan membutuhkan landasan ekonomi yang kuat melalui terutama upaya

menjaga stabilitas ekonomi makro serta perwujudan iklim usaha dan investasi yang

sehat. Kondisi tersebut akan memfasilitasi terciptanya inovasi dan peningkatan

produktivitas serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih luas dan

dapat dijangkau sampai pada segmen sektor manufaktur yang kecil sekalipun.

Dalam tataran mikro, meminjam identifikasi UNIDO, 4 (empat) faktor utama

yang perlu diperhatikan di dalam meningkatkan kinerja daya saing sektor industri

manufaktur adalah: (a) kemampuan (ketrampilan) SDM, (b) penguasaan dan

penerapan teknologi, (c) aliran masuk FDI sebagai potensi sumber alih teknologi dan

perluasan pasar ekspor, dan (d) kapasitas infrastruktur (termasuk infrastruktur bagi

pengembangan teknologi

Dalam lima tahun mendatang, arah pengembangan sektor industri manufaktur

adalah mendorong terwujudnya peningkatan utilitasi kapasitas; memperluas basis

usaha dengan penyederhanaan prosedur perijinan dan penyelenggaraan usaha untuk

peningkatan peran industri kecil dan menengah; meningkatkan iklim persaingan yang

sehat dan berkeadilan; memperluas penerapan standarisasi produk industri; dan

Page 10: Presentasi Makro s3 - Nilai Tambah Sektor Manufaktur

mendorong perkuatan struktur industri pada sub-sektor yang memiliki potensi

keuntungan kompetitif ke depan.

Apabila mekanisme pasar tidak dapat berlangsung efisien, langkah-langkah

intervensi strategis diselenggarakan secara fungsional dalam kepentingan menjaga

kesinambungan pembangunan sekaligus perkuatan struktur industri. Hal tersebut

terutama terkait dengan pengembangan teknologi dan keterampilan tenaga kerja

industri, layanan informasi pasar baik di dalam maupun luar negeri, serta sarana dan

prasarana umum pengendalian mutu dan pengembangan produk.

Dengan semakin ketatnya persaingan global dan semakin pesat dan

spesifiknya perkembangan teknologi, kualitas kebijakan industri dituntut lebih baik

dan lebih tepat sasaran. Oleh karena itu, diperlukan rumusan strategis dan kebijakan

pengembangan industri manufaktur pada tingkat sub-sektor. Sesuai dengan

permasalahan yang mendesak dihadapi serta terbatasnya kemampuan sumberdaya,

prioritas pengembangan sub-sektor industri dalam lima tahun kedepan ditetapkan

pada sub-sektor industri manufaktur yang memenuhi satu atau lebih kriteria sebagai

berikut: (1) menyerap banyak tenaga kerja; (2) memenuhi kebutuhan dasar dalam

negeri; (3) memiliki potensi pengembangan ekspor; dan (4) mengolah sumberalam

dalam negeri. Langkah-langkah intervensi pada tingkat sub-sektor tetap bersifat

fungsional sebagaimana diuraikan pada paragraf sebelumnya. Pola pengembangan

jaringan produksinya didekati dengan menggunakan unit analisis klaster industri.

Adapun untuk masing-masing sub-sektor industrinya, penanganan isunya

diprioritaskan pada upaya: (1) merevitalisasi kinerja sub-sektor industrinya,

khususnya peningkatan utilitas kapasitas terpasang hingga 80 persen; (2) memperkuat

struktur industri, termasuk di dalamnya pemberdayaan sumberdaya industri; (3)

memperluas basis produksi, baik dengan mendorong terciptanya investasi baru

maupun mendorong pengembangan industri skala kecil-menengah; serta (4)

mempertahankan dan bila mungkin bahkan meningkatkan daya saingnya di pasar

global.

H. Penguatan daya saing Industri Manufaktur

1. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

Tujuan program ini adalah menjadikan industri kecil dan menengah (IKM)

sebagai basis industri nasional. Agar dapat menjadi basis industri nasional, IKM

Page 11: Presentasi Makro s3 - Nilai Tambah Sektor Manufaktur

dituntut mampu menghasilkan barang yang berkualitas tinggi dengan harga yang

kompetitif dan mampu menepati jadwal penyerahan secara disiplin baik untuk

memenuhi kebutuhan konsumen akhir maupun untuk memenuhi pasokan bagi

industri yang lebih hilir. Secara alami IKM memiliki kelemahan dalam

menghadapi ketidakpastian pasar, mencapai skala ekonomi, dan memenuhi

sumberdaya yang diperlukan. Sehingga untuk mencapai tujuan program ini,

pemerintah akan membantu IKM dalam mengatasi permasalahan yang muncul

akibat dari kelemahan alami tersebut. Ukuran keberhasilan program ini adalah

jumlah perusahaan IKM yang mendapat kontrak pasokan dari industri hilir,

memperoleh sertifikat kualitas, memperoleh kredit dari perbankan dengan prestasi

pengembalian yang baik, serta yang berhasil tumbuh ke skala lebih besar.

2. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri

Upaya-upaya dalam program ini selaras dengan berbagai kebijakan dan

program peningkatan Kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam salah

satu programnya yaitu Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi.

Tujuan dari program ini adalah meningkatkan kemampuan industri dalam

mencipta, mengembangkan, dan menerapkan pengetahuan dan teknologi baik

dalam rancangan produk baru, proses produksi, maupun dalam sistem distribusi

dan logistik perusahaan.

Secara umum pengelola industri nasional belum memandang kegiatan

pengembangan dan penerapan teknologi layak dilakukan karena dianggap

memiliki eksternalitas yang tinggi berjangka panjang, dan dengan tingkat

kegagalan yang tinggi. Hal ini dapat ditunjukkan dari miskinnya industri nasional

dalam hal pemilikan sumberdaya teknologi. Sehingga dalam rangka mendorong

kalangan industri meningkatkan kegiatan pengembangan dan penerapan teknologi,

kegiatan pokok pemerintah antara lain: (1) meningkatkan dukungan kegiatan

penemuan dan pengembangan teknologi di industri baik dalam bentuk insentif

pajak, asuransi teknologi baik bagi usaha kecil, menengah, dan koperasi; (2)

pengembangan klaster industri berbasis teknologi; (3) kemitraan antara litbang

industri dan lembaga litbang pemerintah; dan mengoptimalkan pemanfaatan

sumberdaya teknologi nasional yang tersebar di berbagai litbang pemerintah,

perguruan tinggi, lembaga-lembaga swasta, dan tenaga ahli perorangan.

Page 12: Presentasi Makro s3 - Nilai Tambah Sektor Manufaktur

Ukuran keberhasilan program ini adalah meningkatnya daya saing industri

nasional dengan tumbuhnya basis baru industri dalam bentuk tumbuhnya produk-

produk baru rancangan dalam negeri, lahirnya industri baru yang meningkatkan

nilai tambah sumber-daya alam, serta lahirnya wiraswastawan berbasis

pengetahuan dan teknologi.

Perlu cermati bahwa dalam rangka meningkatkan daya saing industri

manufaktur, FDI memiliki peran penting karena kehadirannya jelas merupakan

sumber potensi dalam penerapan dan alih teknologi serta peningkatan akses pasar

ekspor. Oleh karena itu, keberhasilan menarik FDI dari hasil berbagai kegiatan

dalam Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi serta Program

Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi perlu dimanfaatkan seoptimal

mungkin untuk mendukung upaya peningkatan teknologi industri.

3. Penataan Struktur Industri

Tujuan program ini adalah untuk memperbaiki struktur industri nasional baik

dalam hal konsentrasi penguasaan pasar maupun dalam hal kedalaman jaringan

pemasok bahan baku dan bahan pendukung, komponen, dan barang setengah-jadi

bagi industri hilir. Pada tahap awal pembangunan industri nasional, sumberdaya

industri dan wiraswastawan industri masih sangat langka sehingga kebijakan

nasional sangat permisif terhadap praktek-praktek monopoli. Itu sebabnya hingga

saat ini angka konsentrasi industri nasional termasuk sangat tinggi. Kondisi lain

yang dihadapi industri nasional adalah tingginya ketidakpastian hubungan antara

unit usaha. Kondisi ini mendorong industri tumbuh dengan pola yang sangat

terintegrasi secara vertikal.

Untuk mewujudkan tujuan program ini dalam memperbaiki konsentrasi

industri, pemerintah akan melakukan upaya-upaya untuk menegakkan prinsip-

prinsip tata pengelolaan korporasi yang baik dan benar (good corporate

governance, GCG) secara sistematis dan konsisten, dan menurunkan besarnya

hambatan masuk unit usaha baru ke pasar yang monopolistis,

Sedangkan untuk mewujudkan tujuan program ini dalam pembangunan

jaringan pemasok industri hilir pemerintah akan meningkatkan kepastian

hubungan antar unit usaha dengan antara lain membangun jaringan pengukuran,

standardisasi, pengujian, dan kualitas (MSTQ, measurement, standardisasi,

testing, and quality), jaringan informasi baik kebutuhan industri hilir maupun

Page 13: Presentasi Makro s3 - Nilai Tambah Sektor Manufaktur

kemampuan industri pemasok yang handal dan akurat, jaringan promosi

kemampuan industri pemasok, dan jaringan pendampingan pengelolaan bagi

industri pemasok.

Ukuran keberhasilan program ini adalah (1) terbentuknya struktur penguasaan

pasar yang makin sehat dan kompetitif; dan (2) terbangunnya klaster-klaster

industri yang sehat dan kuat dengan jaringan industri pendukung setimpal dan

sarana umum yang memadai. Perlu pula ditingkatkan iklim persaingan secara

sehat untuk mendorong perusahaan berkompetisi sehubungan dengan semakin

ketatnya persaingan global.

4. Peningkatan Kapasitas Infrastruktur

Dalam rangka mengantisipasi peningkatan utilitasi kapasitas, pertumbuhan

investasi baru, penyebaran kegiatan industri ke luar Pulau Jawa, dan peningkatan

basis produksi sektor ini di daerah-daerah perdesaan, percepatan pembangunan

infrastruktur menjadi sangat penting. Berbagai langkah-langkah yang ditempuh

dalam bidang ini selaras dengan berbagai kebijakan dan program sebagaimana

diuraikan tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur.

5. Optimalisasi Administrasi dan Insentif Perpajakan

Upaya untuk menggairahkan peningkatan basis produksi, produktivitas, dan

investasi sektor industri manufaktur sangat tergantung dari komitmen pemerintah

di dalam memfasilitasi berlangsungnya efisiensi usaha. Dalam hubungan ini,

peranan penyelenggaraan fasilitasi dan pelayanan publik dalam hal perpajakan

yang efisien sangat penting. Meskipun demikian, upaya tersebut tetap perlu

diselenggarakan dalam disiplin untuk tetap menjaga stabilitas makro ekonomi

yang telah dicapai selama ini. Program-program pembangunan yang memiliki

keterkaitan erat adalah Program Peningkatan Penerimaan dan Pengamanan

Keuangan Negara yang di dalam kegiatannya antara lain adalah

menyelenggarakan reformasi perpajakan dan reformasi kepabeanan, serta Program

Pengembangan Kelembagaan Keuangan yang di dalamnya mempunyai langkah-

langkah untuk memberikan dukungan terhadap peningkatan penyaluran kredit

bagi UMKM dan sektor pertanian.

6. Peningkatan Nilai Tambah Industri Manufaktur Berbasis Sumber Daya Alam

Berkenaan dengan peningkatan basis produksi, berbagai upaya untuk

Page 14: Presentasi Makro s3 - Nilai Tambah Sektor Manufaktur

meningkatkan nilai tambah sub-sektor industri yang berbasis sumberdaya alam

sangat diperlukan. Langkah ini selaras dengan berbagai program tentang

Revitalisasi Pertanian yang di dalamnya juga mencakup pengembangan untuk

berbagai kegiatan produksi perikanan dan kehutanan. Sementara itu, dalam

menumbuhkan basis produksi, kegiatan non-pertanian yang modern

(industrialisasi) di kawasan-kawasan perdesaan, langkah-langkahnya diselaraskan

dengan arahan di dalam Pembangunan Perdesaan.