bab 1 perkembangan ekonomi makro regional · laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor...

57
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2009 8 Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral dan Penggunaan (yoy) Grafik 1.1. Struktur Perekonomian Kepulauan Riau BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Mementum pemulihan ekonomi makro regional Kepulauan Riau diperkirakan terjadi pada triwulan ini. Laju penurunan nilai tambah ekonomi (PDRB) semakin melandai di level 0,20%, dimana pada triwulan III masih mengalami kontraksi 0,43% (y-o-y). Hasil estimasi sementara Badan Pusat Statistik (BPS) tersebut searah dengan proyeksi Bank Indonesia Batam di kisaran -0,39% s/d 0,26%. Faktor pendorong di sisi permintaan berasal dari kenaikan konsumsi, terutama pada golongan rumah tangga sehubungan dengan musim liburan sekolah dan perayaan Idul Fitri. Penguatan ekspor juga mulai terlihat dengan adanya ekspansi permintaan global, namun menjadi kurang optimal akibat buruknya sistem administrasi Free Trade Zone (FTZ) yang menjadi keluhan sebagian besar pelaku industri di kota Batam. Pengaruhnya di sisi produksi terlihat jelas pada kinerja sektor Industri Pengolahan yang diestimasi turun 3,15% (y-o-y), semakin melambat dibanding triwulan sebelumnya. Distorsi pemulihan ekonomi juga berasal dari kebijakan tarif listrik yang membuat aktivitas sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan tingkat persaingan bisnis yang semakin tinggi. Penguatan di sisi penawaran baru terbatas pada sektor Perdagangan dan Pertanian yang mulai tumbuh positif didorong oleh tingginya konsumsi masyarakat selama triwulan berjalan. I II III IV I II* III** KOMPONEN PENGGUNAAN 1. Konsumsi Rumah Tangga 23.04% 17.48% 18.59% 17.45% 19.03% 11.42% 18.34% 22.53% 2. Konsumsi Lembaga Swasta 16.74% 11.26% 11.94% 13.91% 13.41% 30.78% 17.75% 24.18% 3. Konsumsi Pemerintah 18.06% 13.30% 9.15% 13.01% 13.26% 7.11% 11.69% 21.20% 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 26.50% 34.38% 31.22% 25.72% 29.38% 16.31% 11.07% 13.48% 5. Ekspor Barang dan Jasa 7.07% 5.88% 0.60% -1.39% 2.94% -5.50% -5.62% -6.46% 6. Impor Barang dan Jasa 12.95% 15.59% 23.46% 19.57% 18.01% 16.42% 3.57% 3.69% SEKTOR EKONOMI 1. Pertanian 8.37% 5.78% 2.18% -0.72% 3.80% -0.12% -0.29% 0.23% 2. Pertambangan & Penggalian -1.89% -2.99% -2.85% -3.09% -2.71% -1.29% -1.04% -0.33% 3. Industri Pengolahan 5.56% 6.35% 4.67% 1.78% 4.56% -2.66% -2.94% -3.15% 4. Listrik, Gas & Air Bersih 13.49% 12.34% 5.12% 1.65% 7.94% 0.23% 1.16% 2.45% 5. Bangunan 45.93% 42.58% 28.52% 24.03% 34.26% 14.81% 13.65% 13.61% 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 10.52% 10.37% 8.36% 2.21% 7.77% -0.87% -0.38% 0.73% 7. Pengangkutan & Komunikasi 18.56% 16.34% 13.84% 9.64% 14.44% 5.71% 5.40% 6.91% 8. Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 11.69% 10.69% 9.59% 7.10% 9.71% 6.12% 5.46% 4.56% 9. Jasa-Jasa 20.57% 17.47% 14.77% 10.36% 15.59% 8.29% 9.12% 8.66% P D R B 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% 6.65% -0.35% -0.43% -0.20% 2009 2008 2008

Upload: vuquynh

Post on 06-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

8

Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral dan Penggunaan (yoy)

Grafik 1.1. Struktur Perekonomian Kepulauan Riau

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

1.1. KONDISI UMUM

Mementum pemulihan ekonomi makro regional Kepulauan Riau diperkirakan terjadi

pada triwulan ini. Laju penurunan nilai tambah ekonomi (PDRB) semakin melandai di level

0,20%, dimana pada triwulan III masih mengalami kontraksi 0,43% (y-o-y). Hasil estimasi

sementara Badan Pusat Statistik (BPS) tersebut searah dengan proyeksi Bank Indonesia Batam

di kisaran -0,39% s/d 0,26%.

Faktor pendorong di sisi permintaan berasal dari kenaikan konsumsi, terutama pada

golongan rumah tangga sehubungan dengan musim liburan sekolah dan perayaan Idul Fitri.

Penguatan ekspor juga mulai terlihat dengan adanya ekspansi permintaan global, namun

menjadi kurang optimal akibat buruknya sistem administrasi Free Trade Zone (FTZ) yang

menjadi keluhan sebagian besar pelaku industri di kota Batam.

Pengaruhnya di sisi produksi terlihat jelas pada kinerja sektor Industri Pengolahan

yang diestimasi turun 3,15% (y-o-y), semakin melambat dibanding triwulan sebelumnya.

Distorsi pemulihan ekonomi juga berasal dari kebijakan tarif listrik yang membuat aktivitas

sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan tingkat

persaingan bisnis yang semakin tinggi. Penguatan di sisi penawaran baru terbatas pada

sektor Perdagangan dan Pertanian yang mulai tumbuh positif didorong oleh tingginya

konsumsi masyarakat selama triwulan berjalan.

I II III IV I II* III**

KOMPONEN PENGGUNAAN1. Konsumsi Rumah Tangga 23.04% 17.48% 18.59% 17.45% 19.03% 11.42% 18.34% 22.53%2. Konsumsi Lembaga Swasta 16.74% 11.26% 11.94% 13.91% 13.41% 30.78% 17.75% 24.18%3. Konsumsi Pemerintah 18.06% 13.30% 9.15% 13.01% 13.26% 7.11% 11.69% 21.20%4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 26.50% 34.38% 31.22% 25.72% 29.38% 16.31% 11.07% 13.48%5. Ekspor Barang dan Jasa 7.07% 5.88% 0.60% -1.39% 2.94% -5.50% -5.62% -6.46%6. Impor Barang dan Jasa 12.95% 15.59% 23.46% 19.57% 18.01% 16.42% 3.57% 3.69%

SEKTOR EKONOMI1. Pertanian 8.37% 5.78% 2.18% -0.72% 3.80% -0.12% -0.29% 0.23%2. Pertambangan & Penggalian -1.89% -2.99% -2.85% -3.09% -2.71% -1.29% -1.04% -0.33%3. Industri Pengolahan 5.56% 6.35% 4.67% 1.78% 4.56% -2.66% -2.94% -3.15%4. Listrik, Gas & Air Bersih 13.49% 12.34% 5.12% 1.65% 7.94% 0.23% 1.16% 2.45%5. Bangunan 45.93% 42.58% 28.52% 24.03% 34.26% 14.81% 13.65% 13.61%6. Perdagangan, Hotel & Restoran 10.52% 10.37% 8.36% 2.21% 7.77% -0.87% -0.38% 0.73%7. Pengangkutan & Komunikasi 18.56% 16.34% 13.84% 9.64% 14.44% 5.71% 5.40% 6.91%8. Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 11.69% 10.69% 9.59% 7.10% 9.71% 6.12% 5.46% 4.56%9. Jasa-Jasa 20.57% 17.47% 14.77% 10.36% 15.59% 8.29% 9.12% 8.66%

P D R B 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% 6.65% -0.35% -0.43% -0.20%

20092008 2008

Page 2: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

9

1.2. SISI PERMINTAAN

1.2.1. Konsumsi

Tingginya pertumbuhan Konsumsi - sebagai faktor dominan pendorong

pertumbuhan di sisi permintaan - sebagian besar dipengaruhi oleh penguatan nilai tukar

Rupiah, rendahnya tingkat inflasi, serta kenaikan pola konsumsi masyarakat menjelang

perayaan Idul Fitri. Selain itu, kecenderungan harga komoditas yang meningkat berperan

cukup penting dalam mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga hingga mencapai

22,53%. Pertumbuhan konsumsi pemerintah juga semakin berakselerasi akibat besarnya

angka realisasi belanja menjelang akhir tahun anggaran.

Penguatan nilai tukar mempengaruhi peningkatan impor barang-barang konsumsi

masyarakat, antara lain daging-dagingan, ikan, udang, susu, buah-buahan, sayuran, susu

dan minuman dalam kemasan. Impor produk minuman tercatat mengalami peningkatan

signifikan dengan rata-rata mencapai 97% dibanding periode triwulan II 2009. Kenaikan

Sumber : BPS Kepulauan Riau & MTI Singapore (diolah) *) Angka Sementara

Sumber : Kurs Tengah Bank Indonesia

Grafik 1.3. Perkembangan Kurs IDR terhadap USD dan SGD

Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Kepri. &Singapura (y-o-y)

Sumber : Bloomberg

Grafik 1.4. Perkembangan Harga Minyak & Gas Dunia

Sumber : Bloomberg

Grafik 1.5. Perkembangan Impor Komoditas Konsumsi

Page 3: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

10

permintaan masyarakat terhadap produk makanan terutama daging, memberi pengaruh

positif pada harga yang diterima petani di sub-sektor peternakan. Hasilnya, indeks Nilai Tukar

Petani (NTP) di bulan Juli dan Agustus 2009 mengalami kenaikan dibanding 3 bulan

sebelumnya.

`

Kondisi serupa juga terlihat pada indikator konsumsi non makanan seperti

pendaftaran kendaraan bermotor baru dan realisasi pengadaan semen di Kepulauan Riau.

Meski masih tumbuh negatif, namun tren pembalikan sangat terlihat pada permintaan

kendaraan bermotor baru, baik untuk jenis roda 2 maupun roda 4. Tingkat pertumbuhan

kendaraan yang masih negatif dikonfirmasi oleh turunnya pertumbuhan kredit konsumsi

perbankan yang pada posisi September hanya tumbuh 19,4%. Adapun hampir 40% dari

total kredit konsumsi perbankan disalurkan untuk pembelian kendaraan bermotor.

Grafik 1.9. Kredit Konsumsi Perbankan Kepri.

Sumber : Laporan Bulanan Bank

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah (diolah)

Grafik 1.8. Realisasi Pengadaan Semen di Kepulauan Riau

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1.6. Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani (NTP)

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau

Grafik 1.7. Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru

Page 4: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

11

1.2.2. Investasi

Indikator investasi memperlihatkan pergerakan positif. Pertumbuhan investasi fisik

PMTB di triwulan III relatif meningkat dibanding triwulan sebelumnya, dari 11,1% (angka

revisi) menjadi 13,5%. Sebagaimana perkiraan di triwulan II 2009, peningkatan investasi

dipengaruhi oleh banyaknya proyek konstruksi yang sedang berjalan – seperti pembangunan

Hotel Harmony One, Grand Quarter (Integrated Condominium, Hotel, Supermarket), Kepri

Mall, Mall Harbour Bay, Batam City Condominium, Apartemen Harris, Kantor Pemerintahan

di Pulau Dompak, Water Treatment Plan (WTP) Duriangkang III oleh perusahaan air minum

PT. Adhya Tirta Batam, serta pengerjaan proyek-proyek properti residensial. Kondisi ini

diharapkan menjadi optimisme awal pelaku usaha terhadap kondisi perekonomian ke depan.

Peningkatan ini terkonfirmasi dari naiknya impor barang modal (capital goods) yang

masuk ke wilayah kepabeanan Kepulauan Riau. Adapun indikator pembiayaan kredit

investasi perbankan yang masih melambat menunjukkan bahwa pembiayaan proyek-proyek

konstruksi tersebut bukan berasal dari perbankan lokal, melainkan dari kantor regional/pusat

maupun luar negeri. Outstanding kredit investasi di posisi September tercatat sebesar Rp 2,52

triliun atau tumbuh 8,15% dibanding posisi yang sama tahun 2008, turun dibanding posisi

triwulan II (Juni 2009) yang mengalami pertumbuhan sebesar 8,73%.

Grafik 1.10. Perkembangan Investasi PMTB

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau (diolah)

Grafik 1.11. Perkembangan Impor Capital Goods

Sumber : SEKDA - BI Sumber : Laporan Bulanan Bank

Grafik 1.12. Kredit Investasi Perbankan Kepulauan Riau

Page 5: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

12

Grafik 1.16. Perkembangan Volume Produk Impor Utama

Grafik 1.15. Perkembangan Volume Produk Ekspor Utama

1.2.3. Ekspor-Impor

Proses recovery yang sedang berlangsung di negara-negara mitra dagang utama

belum memberi dampak yang signifikan pada kinerja ekspor di periode ini. Ekspor masih

mencatat perlambatan yang cukup besar, diperkirakan mencapai 6,46%. Berdasarkan

informasi yang diperoleh secara langsung dari pelaku industri, sulitnya administrasi barang

masuk melalui pelabuhan FTZ diklaim sebagai salah satu penyebab yang mengakibatkan

tertundanya proses produksi. Hal tersebut akhirnya berimbas pada pengiriman barang

kepada pembeli di luar negeri juga menjadi tertunda, sebagaimana tercermin dari penurunan

volume bongkar-muat peti kemas untuk tujuan internasional selama bulan Juli dan Agustus

2009 melalui pelabuhan FTZ, yakni pelabuhan Batu Ampar, Sekupang dan Kabil.

Dilihat dari volume perdagangan, kinerja ekspor di triwulan ini dipengaruhi oleh

kenaikan relatif pada ekspor barang-barang mesin elektrik, barang logam (besi dan baja),

serta elektronik. Sebagaimana dipaparkan pada kajian periode sebelumnya, adanya tren

kenaikan ekspor barang elektronik di Singapura diduga berpengaruh positif pada

perkembangan ekspor elektronik Kepulauan Riau di triwulan berjalan. Adapun ekspor barang

perlengkapan transportasi yang sebagian besar merupakan komponen pendukung industri

galangan kapal belum sepenuhnya pulih seperti kondisi sebelum krisis.

Grafik 1.13. Pertumbuhan Ekspor dan Impor (y-o-y)

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau (diolah) Sumber : Otorita Batam, Pelabuhan FTZ Batam : Batu Ampar, Sekupang dan Kabil

Grafik 1.14. Aktivitas Peti Kemas (Kontainer) Internasional

Periode Krisis 

Page 6: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

13

Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah – Bank Indonesia

Sedangkan jika dilihat dari negara tujuan ekspor, pemulihan permintaan sebagian

besar berasal dari negara-negara Eropa, sedangkan AS dan Jepang relatif stagnan. Sementara

itu penurunan volume ekspor ke Negara China dan Hongkong dipengaruhi turunnya ekspor

bijih alumunium akibat cadangan bauksit berkualitas di pulau Bintan semakin habis. Bauksit

dengan kualitas terbaik, mengandung unsur Al di atas 52, dan Si di bawah 10. Meski

demikian bauksit berkadar Al di atas 47 dan kadar Si sekitar 13 juga dapt terjual meski hanya

negara China yang bersedia membeli dengan spesifikasi seperti itu. Adapun bauksit

merupakan bahan dasar utama pembuatan alumunium.

1.3. SISI PENAWARAN

Dari aspek produksi, laju pertumbuhan didorong oleh membaiknya sektor-sektor

traded, terutama sektor Pertanian dan Industri Pengolahan. Sementara di sektor non-traded

lebih dipengaruhi oleh pemulihan aktivitas perdagangan dan jasa-jasa.

1.3.1. Sektor Industri Pengolahan

Di triwulan III 2009, perlambatan sektor industri diperkirakan mulai melandai dengan

mencatat kontraksi sebesar 3,15%, sedangkan di triwulan II 2009 sebesar -2,94% (angka

revisi). Kontribusi penurunan masih berasal dari lesunya aktivitas di industri Alat Angkutan,

Mesin dan Peralatannya, di samping industri pengolahan Kayu, serta industri Logam Dasar

Besi dan Baja.

Nilai tambah yang dihasilkan dari industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya

diperkirakan mengalami penurunan 2,9% atau sekitar Rp 62 milyar dibanding posisi yang

sama tahun 2008. Sedangkan industri Kayu dan Logam Dasar (besi dan baja) masing-masing

berkontraksi sebesar 11,9% dan 2,9%. Sedangkan laju penurunan sub-sektor industri

Grafik 1.18. Perkembangan Volume Ekspor ke Negara Asia

Grafik 1.17. Perkembangan Volume Ekspor Ke Negara G3

Page 7: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

14

pengolahan lainnya seperti industri Makanan, Tekstil, Kertas, Pupuk, Kimia dan Semen relatif

lebih kecil dibanding triwulan II 2009.

Sebagian perusahaan manufaktur di kota Batam memiliki keterkaitan dengan industri

manufaktur Singapura sebagai representative office and marketing, antara lain industri

elektronik, mesin dan alat angkutan. Perekonomian Singapura di triwulan III-2009 diestimasi

mengalami penguatan yang signifikan. Laju pertumbuhan mencatat angka positif 0,8% (yoy),

naik tajam dibanding triwulan II yang berkontraksi 3,2%. Kondisi ini didorong oleh

peningkatan kinerja sektor manufaktur dengan tingkat pertumbuhan mencapai 8,3%,

sedangkan di triwulan sebelumnya masih -1,1%. Faktor pendorong pertumbuhan terutama

berasal dari industri biomedical dan elektronik terkait dengan inventory restocking dan

kenaikan permintaan global secara relatif.

Perkembangan volume ekspor dan impor produk utama sektor Industri Pengolahan

(termasuk Kawasan Berikat) cukup mengkonfirmasi kondisi tersebut. Ekspor bahan baku

elektronik, mesin-mesin dan perlengkapan kantor mulai bergerak positif, sedangkan industri

perlengkapan transportasi justru semakin menurun sampai dengan bulan Agustus 2009.

Sementara dari aspek pembiayaan perbankan terlihat bahwa outstanding kredit industri

cenderung meningkat, meskipun tingkat pertumbuhannya belum membaik.

Grafik 1.19. Pertumbuhan Sub-Sektor Industri Pengolahan

Tw.I & Tw.II-2009

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah Sumber : MTI Singapore – Oktober 2009 *) angka sementara

Grafik 1.20. Pertumbuhan GDP Singapura,

Sektor Manufaktur, Konstruksi dan Jasa (yoy)

Grafik 1.21. Perkembangan Volume Ekspor Utama

Sektor Industri Pengolahan

Sumber : SEKDA - BI

Grafik 1.22. Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan

Sumber : Laporan Bulanan Bank

Page 8: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

15

1.3.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor andalan kedua di provinsi ini belum sepenuhnya membaik karena baru

didorong oleh pemulihan aktivitas sub sektor Perdagangan Besar dan Eceran. Sedangkan

industri perhotelan masih terus menunjukkan perlambatan, dan bisnis restoran cenderung

bergerak stagnan.

Perbaikan kinerja sektor perdagangan besar dan eceran di triwulan ini sangat

terbantu oleh kenaikan konsumsi masyarakat menjelang perayaan Idul Fitri. Perdagangan

antar pulau mengalami kenaikan yang cukup tajam sebagaimana terlihat dari lonjakan

volume peti kemas domestik di 3 pelabuhan FTZ kota Batam.

Sementara itu kinerja sektor perhotelan terlihat semakin menurun sejak krisis global

ditambah dengan kebijakan pemerintah Singapura terkait virus H1N1 yang mewajibkan

warganya untuk dikarantina saat pulang dari negara suspect H1N1 termasuk Indonesia.

Imbasnya ke kota Batam khususnya cukup besar mengingat sekitar 50% wisatawan asing

berasal dari negara tersebut. Menurunnya nilai tambah yang dihasilkan industri perhotelan

juga berkaitan erat dengan lonjakan tarif listrik mencapai 48%. Berdasarkan informasi yang

diperoleh dari kegiatan Liaison1 pada 5 hotel berbintang di kota Batam, kebijakan yang

anomali di tengah kelesuan ekonomi tersebut menjadi keluhan dominan dari seluruh pelaku

usaha di hotel berbintang. Kondisi tersebut berakibat pada turunnya tingkat hunian

(occupancy rate) rata-rata sebesar 5% - 15%. Secara agregat, konsekuensinya tercermin

pada indikator tingkat hunian hotel berbintang yang turun drastis di bulan Agustus menjadi

hanya 36,5%.

1 Liaison merupakan suatu kegiatan survey yang dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu upaya untuk memperoleh data/statistik dan informasi secara langsung mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi untuk mendukung formulasi kebijakan moneter.

Grafik 1.23. Aktivitas Peti Kemas (Kontainer) Domestik

Sumber : Otorita Batam, Pelabuhan FTZ Batam : Batu Ampar, Sekupang dan Kabil.

Grafik 1.24. Tingkat Hunian Hotel Berbintang (occ.rate)

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

Page 9: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

16

Tekanan di sektor pariwisata salah satunya juga dapat terindikasi dari turunnya

jumlah penumpang yang datang melalui bandara Hang Nadim Batam selama triwulan III

2009 jika dibandingkan periode sebelumnya. Perkembangan di pembiayaan perbankan lokal

juga mencerminkan hal tersebut. Pertumbuhan kredit untuk sektor distribusi dan

perdagangan cenderung meningkat, sementara untuk sektor hotel dan restoran kembali

melambat di bulan September setelah sempat naik sejak bulan Mei 2009. Akibatnya, aktivitas

bisnis travel agent juga menurun drastis sebagaimana dikonfirmasi oleh perlambatan kredit di

subsektor biro perjalanan.

1.3.3. Sektor Bangunan

Pertumbuhan sektor bangunan diperkirakan mulai stabil memasuki triwulan III 2009,

dengan level perlambatan yang sangat terbatas. Kondisi ini didorong oleh munculnya proyek-

proyek properti di triwulan berjalan, antara lain dilakukan oleh Intan Property kluster terbaru

di Diamond Palace Residence, Dimas Pratama Indah yang membangun 20 twin block Batam

Centre Park di atas lahan seluas 14 hektare, dan Mulia Batindo yang memulai pembangunan

1000 unit rumah di Karimun.

Indikator pembiayaan perbankan pada sektor konstruksi juga mulai meningkat

dibanding periode triwulan sebelumnya yang mencatat titik terendah pada bulan Mei 2009.

Optimisme juga didorong oleh meningkatnya pertumbuhan realisasi pengadaan semen

selama triwulan III 2009 (Juli – September). Indikator impor komoditi utama sektor bangunan

juga mengkonfirmasi hal tersebut. Impor besi dan baja, serta barang kayu mengalami

kenaikan, sementara impor keramik dan furniture cenderung stagnan dibanding bulan-bulan

sebelumnya.

Sumber : Laporan Bulanan Bank

Grafik 1.26. Pertumbuhan Kredit Sektor Distribusi, Perdagangan Eceran, Hotel & Restoran

Sumber : Otorita Batam, Bandara Hang Nadim - Batam

Grafik 1.25. Volume Penumpang (Domestik & Int’l)

yang Datang Melalui Bandara Hang Nadim Batam

Page 10: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

17

Berbagai indikator tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas sektor bangunan masih

terbatas pada tahap konstruksi, namun belum didukung oleh pulihnya daya beli masyarakat

terhadap properti. Hal ini terlihat dari indikator pembiayaan perbankan untuk Kredit

Pemilikian Rumah (KPR) yang tumbuh melambat sampai dengan posisi September 2009.

Perlambatan terbesar terjadi pada pembiayaan KPR tipe di atas 70 m2 dimana pada akhir

triwulan III hanya tumbuh 5%, sedangkan di akhir triwulan II masih tumbuh 20,2%.

Sementara perlambatan kredit KPR untuk tipe ≤70 m2 relatif moderat, dari 16,2% menjadi

14,6%, terbantu dengan adanya permintaan pada rumah bersubsidi yang memiliki tingkat

bunga rendah.

Grafik 1.27. Perkembangan Sektor Bangunan

Sumber : BPS Kepulauan Riau

Grafik 1.28. Perkembangan Kredit Konstuksi

Sumber : Laporan Bulanan Bank

Sumber : SEKDA - BI

Grafik 1.30. Perkembangan Volume Impor Utama

Sektor Bangunan

Grafik 1.29. Realisasi Pengadaan Semen di Kepulauan Riau

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1.32. Perkembangan KPR Type >70m2

Grafik 1.31. Perkembangan KPR Type <70m2

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum

Page 11: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

18

1.3.4. Sektor-sektor Lainnya

Nilai tambah perekonomian yang berasal dari sektor Pertambangan dan Penggalian

terus membaik hingga mencatat tingkat kontraksi yang cukup rendah sebesar 0,33%.

Perbaikan kinerja sektor Pertambangan dipengaruhi oleh tingginya realisasi lifting minyak dari

blok Belanak dimana pada bulan Oktober 2009 telah mencapai 12.948 ribu barel, atau

154% dari target lifting sebesar 8.395 ribu barel. Sebagai penghasil minyak utama yakni

mencapai 65% dari total produksi minyak Kepulauan Riau, kontribusi yang dihasilkan

lapangan minyak Belanak milik Conoco Philips sangat mempengaruhi nilai tambah

perekonomian di sektor migas Kepulauan Riau.

Namun demikian, pencapaian lifting blok Belida yang juga dimiliki oleh Conoco

Phillips, blok Kerapu milik Star Energy dan blok Anoa oleh Premier Oil belum cukup optimal,

berkisar antara 50% – 65%. Di samping aspek produksi, naiknya kinerja sektor

pertambangan di triwulan ini juga dipengaruhi oleh faktor kenaikan harga minyak di pasaran

dunia.

Sementara di sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, perlambatan dipicu

oleh stagnasi kinerja perbankan regional selama triwulan berjalan. Langkah penurunan suku

bunga kredit oleh 14 bank belum diikuti oleh peningkatan jumlah kredit akibat masih

tingginya resiko di dunia usaha, terutama pada sektor industri pengolahan. Aktivitas industri

yang belum sepenuhnya pulih masih berimplikasi negatif pada sektor industri pendukung

yang menjadi target pembiayaan perbankan lokal. Selain itu, resiko pembiayaan pada kredit

kendaraan juga relatif meningkat yang memicu kenaikan rasio kredit bermasalah (NPL’s).

Sumber : ESDM Dirjen Minyak dan Gas Bumi

Grafik 1.33. Perkembangan Lifting Minyak & Gas Kepulauan Riau 

Grafik 1.34. Pencapaian Lifting Minyak berdasarkan Lokasi 

Lapangan Minyak di Kepulauan Riau 

Sumber : ESDM Dirjen Minyak dan Gas Bumi

Page 12: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

19

Grafik 1.38. Pertumbuhan Kredit Sub-sektor

Tanaman Pangan, Perikanan & Peternakan

Terakhir, akselerasi sektor Pertanian didukung oleh tingginya konsumsi masyarakat

terhadap makanan termasuk daging-dagingan selama bulan Ramadhan dan menjelang Idul

Fitri. Output sektor Pertanian pada triwulan III diestimasi meningkat 0,23% (yoy), sedangkan

di triwulan sebelumnya tumbuh negatif 0,29%. Kenaikan output sebagian besar berasal dari

sub sektor Tanaman Bahan Makanan serta sub sektor Peternakan dan Hasil-hasilnya. Di lain

pihak, berakhirnya musim panen ikan memasuki musim utara berimplikasi negatif terhadap

nilai tambah sektor perikanan, yang juga terefleksi pada pertumbuhan kredit sub-sektor

perikanan yang melambat tajam.

Sumber : Laporan Bulanan Bank

Grafik 1.36. Perkembangan LDR dan NPL Perbankan

di Kepulauan Riau Grafik 1.35.

Pertumbuhan Aset, DPK & Kredit Perbankan Kepulauan Riau

Sumber : Laporan Bulanan Bank

Sumber : Laporan Bulanan Bank (BU+BPR)

Grafik 1.37. Produksi Padi, Jagung & Kacang Tanah

Sumber : BPS Kepulauan Riau *Angka Tetap ; **Angka Ramalan

Page 13: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

20

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL

2.1 INFLASI KOTA BATAM

2.1.1. Kondisi Umum

Laju inflasi Kota Batam sampai dengan triwulan III 2009 jauh lebih rendah

dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini selain dipicu oleh penurunan harga komoditas

primer dan kelancaran supply barang kebutuhan pokok dari wilayah pemasok, juga

dipengaruhi oleh faktor tingginya indeks harga pada periode yang sama tahun 2008. Sampai

dengan triwulan III 2009, laju inflasi tahun kalender (ytd) Kota Batam sebesar 1,98%,

sedangkan di tahun 2008 tercatat sebesar 7,76%. Sementara itu, tingkat inflasi headline

mengalami sedikit kenaikan dari 2,52% (yoy) di triwulan II 2009 menjadi 2,57% (yoy) di

periode laporan. Laju inflasi tahunan kota Batam tetap berada dibawah inflasi nasional yang

tercatat sebesar 2,83%.

Grafik 2.1.

Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Kota Batam & Nasional

2.1.2. Inflasi Triwulanan

Perkembangan harga di Kota Batam selama triwulan III diidentifikasi mengalami

kenaikan harga (inflasi) sebesar 1,75% setelah pada triwulan sebelumnya mengalami

penurunan harga (deflasi) sebesar 0,43% (qtq). Inflasi sepanjang triwulan laporan terutama

dipengaruhi oleh kenaikan harga yang terjadi di bulan Agustus dan September dimana pada

saat itu bertepatan dengan bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Pada bulan Agustus

Sumber : BPS, diolah

Page 14: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

21

Kota Batam mengalami kenaikan harga sebesar 0,33% (mtm) sedangkan kenaikan harga

yang lebih tinggi terjadi di bulan September yang mengalami inflasi sebesar 1,27% (mtm).

Sementara itu kenaikan harga yang terjadi di Kota Batam pada bulan Juli relatif rendah

dengan angka inflasi sebesar 0,15%. Inflasi pada bulan Juli banyak dipengaruhi oleh

kenaikan harga biaya pendidikan menjelang pembukaan tahun ajaran baru sekolah.

Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Batam

KELOMPOK Triwulan II -2009 Triwulan III -2009 Inflasi Sumbangan Inflasi Sumbangan

I Bahan Makanan -1,93 -0,46 3,07 0,71 II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1,17 0,19 0,96 0,16 III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 0,16 0,04 0,04 0,01 IV Sandang -3,56 -0,25 2,96 0,21 V Kesehatan 1,38 0,06 1,05 0,04 VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,00 0 0,21 0,01 VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0,03 -0,01 0,67 0,13

INFLASI -0,43 1,75

Sumber : BPS Kota Batam

Berdasarkan kontribusinya, kelompok bahan makanan menjadi penyumbang inflasi

terbesar di triwulan III 2009. Kelompok ini mengalami kenaikan harga sebesar 3,07% (qtq)

dengan sumbangan terhadap inflsi yang terjadi secara umum sebesar 0,71% (qtq).

Selanjutnya diikuti oleh kenaikan harga (inflasi) kelompok sandang sebesar 2,96% (qtq)

dengan kontribusi mencapai 0,21% (qtq). Saat bersamaan, kelompok makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau memberi kontribusi inflasi sebesar 0,16% (qtq) dengan

tingkat inflasi mencapai 0,96% (qtq), di samping kelompok kesehatan dengan kontribusi

inflasi sebesar 0,04% (qtq) dan angka inflasi sebesar 1,05% (qtq).

2.1.3. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang

Secara umum, harga-harga di Kota Batam selama triwulan III 2009 mengalami

kenaikan (inflasi) sebesar 1,75% (qtq), berbeda dengan triwulan sebelumnya yang

mengalami deflasi sebesar 0,43% (qtq).

Page 15: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

22

2.1.3.1. Bahan Makanan

Pada triwulan III 2009, kelompok bahan makanan di Kota Batam mengalami inflasi

yang cukup tinggi yaitu sebesar 4,25% (qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,98% (qtq).

Sub kelompok yang mengalami kenaikan harga terbesar adalah sub kelompok bumbu-

bumbuan dengan tingkat kenaikan harga sebesar 24,43%, dipengaruhi oleh tingginya inflasi

yang terjadi pada bulan September 2009 mencapai 20,46% (mtm). Kenaikan harga yang

terjadi pada kelompok ini dipengaruhi oleh peningkatan yang cukup tinggi saat Ramadhan

dan Idul Fitri yang jatuh pada bulan tersebut.

Sedangkan sub kelompok daging melanjutkan trend penurunan harga sejak triwulan I

2009 hingga triwulan laporan. Sub kelompok daging pada triwulan III 2009 mengalami

deflasi sebesar 2,87% (qtq). Sub kelompok lain yang mengalami penurunan harga adalah

sub kelompok lemak dan minyak yang mengalami penurunan harga sebesar 2,91% (qtq).

penurunan yang terjadi pada dua sub kelompok tersebut dipengaruhi oleh supply daging

untuk masyarakat Kota Batam yang lancar. Kebutuhan daging ayam masyarakat Kota Batam

selain dipenuhi dari luar pulau Batam juga dipenuhi dari peternakan yang ada di Pulau

Batam.

2.1.3.2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan III 2009

mengalami inflasi sebesar 2,06% (qtq). Sumbangan inflasi terbesar diberikan oleh sub

kelompok tembakau dan minuman beralkohol yang mencatat inflasi sebesar 3,66%.

Sedangkan sub kelompok minuman tidak beralkohol mengalami inflasi 3,19%, dan sub

kelompok makanan jadi mengalami tingkat inflasi terendah sebesar 1,01%.

Grafik 2.2. Inflasi Kota Batam Berdasarkan Kelompok Barang

Sumber : BPS Kota Batam, diolah

Page 16: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

23

2.1.3.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan laporan

mengalami kenaikan harga sebesar 0,06% (qtq). Inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok

perlengkapan rumah tangga yang mengalami inflasi sebesar 2,63% (qtq) diikuti sub

kelompok penyelenggaraan rumah tangga dengan tingkat inflasi 0,06% (qtq). Sub kelompok

bahan bakar, penerangan dan air tidak mengalami kenaikan harga.

Sedangkan sub kelompok biaya tempat tinggal di triwulan ini mengalami penurunan

tarif sebesar 0,1% (qtq), yang terjadi berlangsung terus menerus selama periode laporan.

Penurunan harga yang terjadi pada sub kelompok biaya tempat tinggal terkait dengan

perkembangan penduduk Kota Batam yang relatif stagnan dengan kecenderungan menurun

terkait dengan dampak krisis ekonomi global yang berimbas pada pengurangan karyawan di

beberapa perusahaan di bidang industri pengolahan.

2.1.3.4. Kelompok Sandang

Kelompok sandang pada triwulan III 2009 ini mengalami inflasi sebesar 3,08% (qtq).

Kenaikan harga kelompok sandang ini dipengaruhi oleh peningkatan permintaan sandang

terutama dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Fitri. Semua sub kelompok dalam

kelompok sandang mengalami kenaikan harga. Kenaikan harga tertinggi dialami oleh sub

kelompok sandang wanita yang mengalami kenaikan harga sebesar 5,49% (qtq). Sementara

itu sub kelompok sandang laki-laki mengalami kenaikan harga sebesar 4,58% (qtq) diikuti

oleh sub kelompok sandang anak-anak dengan angka inflasi sebesar 2,07% (qtq) dan sub

kelompok barang pribadi dan sandang lain dengan angka inflasi sebesar 1,02% (qtq).

2.1.3.5. Kelompok Kesehatan

Kelompok kesehatan pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 1,52% (qtq).

Sub kelompok jasa perawatan jasmani yang pada triwulan sebelumnya tidak mengalami

kenaikan harga pada triwulan laporan mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi yaitu

sebesar 10,94% (qtq). Sedangkan sub kelompok jasa kesehatan mengalami kenaikan harga

sebesar 1,8% (qtq) diikuti oleh sub kelompok obat-obatan dengan angka inflasi sebesar

0,81% dan sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetik dengan angka inflasi sebesar

0,03% (qtq).

2.1.3.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan III 2009 mengalami

kenaikan harga sebesar 0,38% (qtq). Kenaikan harga kelompok ini dipengaruhi oleh

Page 17: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

24

dimulainya tahun ajaran baru pada bulan Juli dan Agustus yang mengakibatkan tingginya

permintaan untuk pendidikan dan kebutuhan lain seperti buku dan seragam sekolah.

Kenaikan harga tertinggi dialami sub kelompok perlengkapan sekolah yang mengalami inflasi

sebesar 0,98% (qtq). Sehubungan dengan musim liburan sub kelompok rekreasi juga

mengalami kenaikan harga dengan angka inflasi sebesar 0,59% (qtq).

2.1.3.7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Setelah selama tiga triwulan berturut-turut mengalami penurunan harga (deflasi)

yang dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah menurunkan BBM pada akhir tahun 2008, pada

triwulan III 2009 kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi

sebesar 0,64% (qtq). Sub kelompok yang mengalami kenaikan harga tertinggi adalah sub

kelompok transportasi dengan angka inflasi sebesar 0,86% (qtq). Sedangkan sub kelompok

jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 0,52% (qtq) diikuti oleh sub kelompok sarana dan

penunjang transportasi dengan angka inflasi sebesar 0,38% (qtq). Sementara itu sub

kelompok komunikasi pada triwulan laporan tidak mengalami perubahan harga.

2.2 INFLASI KOTA TANJUNG PINANG

2.2.1. Kondisi Umum

Searah dengan trend inflasi nasional dan beberapa kota lainnya, laju inflasi Kota

Tanjung Pinang selama triwulan III 2009 mengalami penurunan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Laju inflasi tahunan Kota Tanjung Pinang pada triwulan laporan tercatat sebesar

2,07%, menurun tajam dibanding triwulan II 2009 yang tercatat sebesar 4,13% (yoy). Tidak

seperti triwulan sebelumnya, inflasi tahunan Kota Tanjung Pinang pada triwulan III 2009

tetap lebih rendah dibanding angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 2,83% (yoy).

Grafik 2.3. Laju Inflasi Tahunan Kota Tanjung Pinang dan Nasional

Sumber : BPS, diolah

Page 18: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

25

Setelah mengalami inflasi yang cukup tinggi dalam beberapa periode akibat pengaruh

economic of scale, pada triwulan laporan laju inflasi Kota Tanjung Pinang mulai menunjukkan

trend penurunan dengan skala yang cukup rendah. Sejak peralihan ibukota Provinsi

Kepulauan Riau dari Kota Batam ke Kota Tanjung Pinang, banyak terjadi pergerakan

penduduk dan kegiatan ekonomi dari Kota Batam ke Kota Tanjung Pinang. Oleh karena itu,

terjadi peningkatan permintaan terhadap kebutuhan pokok masyarakat baik untuk konsumsi

maupun sebagai bahan baku distribusi. Setelah untuk beberapa periode terjadi over demand

pada triwulan III 2009 penawaran sudah mulai mengalami peningkatan sehingga tingkat

harga sudah mulai mengarah ke titik keseimbangan yang baru.

2.2.2. Inflasi Triwulanan

Setelah pada triwulan II 2009 mengalami penurunan harga (deflasi) pada triwulan

laporan Kota Tanjung Pinang mengalami kenaikan harga dengan angka inflasi sebesar

1,28% (qtq). Kenaikan harga yang terjadi di triwulan III 2009 dipengaruhi oleh peningkatan

permintaan yang terjadi pada saat Ramadhan dan Idul Fitri.

Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Tanjung Pinang

KELOMPOK Triwulan II -2009 Triwulan III -2009

Inflasi Sumbangan Inflasi Sumbangan I Bahan Makanan -4,2 -1,14 2,88 0,75 II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 2 0,45 1,43 0,32 III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar -0,07 -0,01 0,25 0,06 IV Sandang -2,04 -0,13 1,48 0,09 V Kesehatan 2,07 0,08 0,09 0 VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,2 0,01 1,97 0,07 VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,15 0,02 -0,06 -0,01

INFLASI -0,72 1,28

Sumber : BPS, diolah

Kelompok bahan makanan menjadi kelompok dengan sumbangan inflasi tertinggi

dengan angka inflasi sebesar 2,88% (qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,75% (qtq).

Pada saat Ramadhan dan Idul Fitri permintaan masyarakat Kota Tanjung Pinang terhadap

bahan makanan mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang berakibat pada

kenaikan harga. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau juga mengalami

inflasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 1,43% (qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,32%

(qtq). Peningkatan permintaan selama Ramadhan dan Idul Fitri juga berdampak pada

kenaikan harga yang dialami oleh kelompok sandang yang mengalami inflasi sebesar 1,48%

(qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,09% (qtq).

Page 19: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

26

Selain faktor Ramadhan dan Idul Fitri yang terjadi di bulan Agustus dan September,

pada triwulan III 2009 juga bersamaan dengan dimulainya tahun ajaran baru. Oleh karena itu

permintaan terhadap jasa pendidikan maupun perlengkapan sekolah mengalami peningkatan

yang cukup signifikan. Akibatnya kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami

kenaikan harga yang cukup tinggi pada triwulan III 2009 yaitu sebesar 1,97% (qtq) dengan

sumbangan inflasi sebesar 0,07% (qtq).

Sementara itu kelompok transportasi transportasi, komunikasi dan jasa keuangan

pada triwulan III 2009 justru mengalami deflasi. Penurunan harga ini dipengaruhi oleh

penurunan harga yang terjadi di sub kelompok transportasi dan komunikasi akibat semakin

banyaknya supply di kedua bidang tersebut terkait dengan status baru Kota Tanjung Pinang

sebagai ibukota Provinsi Kepulauan Riau.

2.2.3. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang

2.2.3.1. Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan di Kota Tanjung Pinang pada triwulan III 2009 mengalami

inflasi sebesar 2,88% (qtq). Inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok bumbu-bumbuan

yang mengalami inflasi sebesar 20,99% (qtq) diikuti oleh sub kelompok ikan segar

mengalami inflasi sebesar 10,91% (qtq). Sub kelompok daging juga mengalami kenaikan

harga dengan angka inflasi sebesar 3,28% (qtq).

Sementara itu, sub kelompok sayur-sayuran justru mengalami penurunan harga

sebesar 21,43% (qtq). Pada triwulan III 2009 sub kelompok sayur-sayuran terus mengalami

penurunan harga selama tiga bulan. Penurunan harga sub kelompok sayur-sayuran ini

dipengaruhi cuaca yang mendukung dalam proses distribusi sayur-sayuran ke Kota Tanjung

Pinang. Sub kelompok lain yang mengalami deflasi adalah sub kelompok buah-buahan

dengan angka deflasi sebesar 1,41%, (qtq).

2.2.3.2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami kenaikan harga

sebesar 1,43% (qtq). Inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok tembakau dan minuman

beralkohol yang mencatat inflasi sebesar 4,16% diikuti sub kelompok minuman tidak

beralkohol dengan tingkat inflasi sebesar 2,48% dan harga-harga pada sub kelompok

makanan jadi yang meningkat sebesar 0,14%.

Page 20: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

27

2.2.3.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan laporan

mengalami peningkatan harga sebesar 0,25% (qtq), dipengaruhi oleh peningkatan harga

yang terjadi pada sub kelompok perlengkapan rumah tangga dengan angka inflasi sebesar

2,07% (qtq). Sementara itu sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga dan sub

kelompok biaya tempat tinggal mengalami kenaikan harga masing-masing dengan angka

inflasi sebesar 0,33% (qtq) dan 0,17% (qtq). Sementara itu sub kelompok bahan bakar,

penerangan dan air pada triwulan III 2009 tidak mengalami perubahan harga.

2.2.3.4. Kelompok Sandang

Pada triwulan III 2009 kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 1,48% (qtq)

yang dipengaruhi oleh kenaikan harga pada sub kelompok barang pribadi dan sandang

lainnya yang mengalami inflasi sebesar 4,45% (qtq). Sementara itu sub kelompok sandang

anak-anak mengalami inflasi sebesar 0,12% (qtq) diikuti oleh sub kelompok sandang laki-laik

dan sub kelompok sandang wanita dengan angka inflasi masing-masing sebesar 0,11% (qtq)

dan 0,095 (qtq).

2.2.3.5. Kelompok Kesehatan

Kelompok kesehatan pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 0,09% (qtq)

dipengaruhi oleh kenaikan harga yang terjadi pada sub kelompok obat-obatan. Sementara

itu sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika justru mengalami deflasi sebesar 0,27%

(qtq). Sementara itu sub kelompok jasa kesehatan dan sub kelompok jasa perawatan jasmani

tidak mengalami perubahan sepanjang triwulan III 2009.

2.2.3.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Tahun ajaran baru pendidikan yang dimulai bulan Juli dan Agustus berpengaruh

pada peningkatan permintaan terhadap jasa pendidikan dan perlengkapan pendidikan.

Peningkatan permintaan tersebut berpengaruh pada kenaikan harga yang terjadi di triwulan

III 2009. Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan III 2009 mengalami

kenaikan harga sebesar 1,97% (qtq). Kenaikan harga yang dialami oleh kelompok ini

dipengaruhi oleh kenaikan harga yang dialami oleh sub kelompok jasa pendidikan dan sub

kelompok perlengkapan pendidikan yang masing-masing mengalami kenaikan harga dengan

angka inflasi sebesar 4,04% (qtq) dan 0,87% (qtq).

Page 21: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

28

2.2.3.7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan III 2009

mengalami penurunan harga dengan angka deflasi sebesar 0,06% (qtq). Penurunan harga ini

dipengaruhi oleh penurunan harga yang terjadi pada sub kelompok transportasi dan

komunikasi yang mengalami penurunan harga dengan angka deflasi masing-masing sebesar

0,04% (qtq) dan 0,12% (qtq). Sebaliknya, sub kelompok jasa keuangan mengalami kenaikan

harga dengan angka inflasi sebesar 0,71% (qtq). Sub kelompok sarana penunjang

transportasi pada triwulan III 2009 tidak mengalami perubahan harga dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya.

Page 22: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

29

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN REGIONAL

3.1 KONDISI UMUM

Perkembangan perbankan di wilayah provinsi Kepulauan Riau selama triwulan III

2009 mengalami peningkatan dibanding periode sebelumnya. Di satu pihak, pertumbuhan

kredit secara triwulan lebih tinggi dibanding dengan total aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK).

Namun di sisi lain, pertumbuhan tahunan indikator kredit perbankan tercatat lebih rendah

dibanding pertumbuhan total aset dan DPK di posisi September 2009. Penurunan BI Rate

terlihat mulai direspon bersamaan dengan semakin membaiknya ekspektasi kalangan

Perbankan terhadap kondisi ekonomi secara umum.

Total asset perbankan di Provinsi Kepulauan Riau di triwulan III 2009 tercatat sebesar

Rp22,62 triliun atau naik sekitar Rp1,31 triliun (6,16%) dibanding posisi akhir triwulan II

2009 yang tercatat sebesar Rp21,31 miliar. Secara tahunan total asset perbankan mengalami

kenaikan Rp4,25 triliun (18,81%) dibanding posisi September 2008 yang tercatat sebesar

Rp18,38 triliun. Sementara itu, total DPK yang dihimpun oleh perbankan juga mengalami

peningkatan sebesar Rp514 miliar (2,97%) dibandingkan triwulan sebelumnya dan

meningkat sebesar Rp2,82 triliun (18,81%) dibandingkan posisi triwulan III 2008, sehingga

menjadi Rp17,83 triliun.

Grafik. 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan

Sumber : Bank Indonesia

Page 23: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

30

Penyaluran kredit di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan III 2009 tercatat sebesar

Rp12,23 triliun atau meningkat Rp837,05 miliar (7,35%) dibandingkan triwulan II 2009 yang

tercatat sebesar Rp11,39 triliun. Sedangkan secara tahunan penyaluran kredit perbankan

mengalami peningkatan sebesar Rp1,74 triliun (16,65%) dibandingkan posisi yang sama

tahun sebelumnya. Hasilnya, tingkat LDR perbankan di triwulan III 2009 menjadi lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 65,76% menjadi 68,56%. Kondisi ini dapat dibaca

sebagai salah satu bentuk optimisme perbankan terhadap prospek ekonomi Provinsi

Kepulauan Riau ke depan.

3.2. KONDISI BANK UMUM

Setelah pada triwulan sebelumnya total asset dan DPK bank umum mengalami

penurunan, pada triwulan III 2009, kedua indikator tersebut mengalami kenaikan. Kenaikan

total asset dan DPK tersebut didukung oleh kinerja penyaluran kredit pada triwulan III yang

juga mengalami pergerakan positif.

Jumlah jaringan kantor cabang bank umum di wilayah Provinsi Kepulauan Riau

tercatat sebanyak 48 kantor cabang pada triwulan III 2009 atau mengalami pertambahan 1

kantor cabang dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu Bank Syariah Mandiri Tanjung

Pinang.

Grafik 3.2. Perkembangan Total Asset, Kredit,

DPK, dan LDR Bank Umum

Grafik 3.3. Perkembangan Kredit dan NPL’s Bank Umum di Kepulauan Riau

Sumber : Bank Indonesia

Page 24: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

31

Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Bank Umum

(juta rupiah)

Indikator Periode

2008 2009 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2

1. Jaringan BU 45 45 46 46 48 a. Batam 29 29 29 29 30 b. Tj. Pinang 13 13 14 14 15 c. Karimun 2 2 2 2 2 d. Natuna 1 1 1 1 1 2. Total Asset 16.709.890 17.600.675 19.898.329 20.242.439 21.348.919 a. Batam 12.319.472 12.891.294 14.478.579 14.578.187 15.515.182 b. Tj. Pinang 3.619.643 3.830.760 4.392.858 4.621.290 4.856.914 c. Dati II lain 770.775 878.621 1.026.892 1.042.962 976.906 3. Total DPK 14.071.918 14.446.343 16.332.781 16.601.580 16.890.612 a. Batam 9.873.065 9.966.579 11.249.163 11.245.003 11.441.182 b. Tj. Pinang 3.442.043 3.609.408 4.067.217 4.328.898 4.502.862 c. Dati II lain 756.810 870.356 1.016.401 1.027.679 946.568 4. Total Kredit 9.291.399 9.944.195 10.653.877 10.529.216 11.498.798 a. Batam 7.623.089 8.139.988 8.729.088 8.512.180 9.181.084 b. Tj. Pinang 1.319.883 1.423.511 1.539.970 1.622.192 1.844.085 c. Dati II lain 348.427 380.696 384.819 394.844 473.629 5. LDR (%) 66,03 68,84 65,23 63.42 68.08 a. Batam 77,21 81,67 77,6 77.73 80.25 b. Tj. Pinang 38,35 39,44 37,86 37.47 40.95 c. Karimun 41,65 39,89 38,41 38.32 44.27 d. Natuna 59,59 54,34 36,83 38.63 65.95 6. NPLs (%) 2,33 2,94 2,60 2.96 3.06 a. Batam 2,14 2,96 2,76 3.15 2.93 b. Tj. Pinang 3,21 2,64 2,04 2.44 4.21 c. Karimun 4,84 5,29 1,72 1.47 1.63 d. Natuna 0 0 0 0.04 0.18

Sumber : Bank Indonesia

3.2.1. Total Asset Bank Umum

Pada triwulan III 2009 total asset bank umum tercatat sebesar Rp21,35 triliun atau

naik sebesar Rp1,16 triliun (5,74%) dibanding triwulan II 2009 yang tercatat sebesar Rp20,19

triliun. Secara tahunan terjadi peningkatan sebesar Rp3,74 triliun (21,30%) terhadap posisi

September 2008.

Berdasarkan Dati II, aktivitas bank umum masih terkonsentrasi di Kota Batam, dengan

total asset mencapai Rp15,51 triliun atau 72,67% dari seluruh total asset bank umum di

provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan total asset bank umum di Tanjung Pinang sebesar

Page 25: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

32

Rp4,85 triliun dengan pangsa sekitar 22,75%. Sementara di wilayah lainnya yakni kabupaten

Tanjung Balai Karimun, Natuna dan Tanjung Uban tercatat sebesar Rp976,91 miliar (4,57%).

Peningkatan total asset bank umum terjadi di semua dati II di Provinsi Kepulauan

Riau. Total asset bank umum di Kota Batam mengalami peningkatan sebesar Rp806,23 miliar

(5,48%) dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga pada triwulan III 2009 tercatat sebesar

Rp15,52 triliun. Secara tahunan, total asset bank umum di Kota Batam tercatat meningkat

sebesar Rp2,62 triliun dibandingkan dengan posisi yang sama di tahun sebelumnya.

Total asset bank umum di Kota Tanjung Pinang pada triwulan III 2009 tercatat

sebesar Rp4,86 triliun atau mengalami peningkatan sebesar Rp273,18 miliar (5,96%)

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan secara tahunan peningkatan yang

dialami oleh total asset bank umum di Kota Tanjung Pinang adalah sebesar Rp1,03 triliun

(26,79%).

Sementara itu, total asset bank umum di Tanjung Uban, Tanjung Balai Karimun dan

Natuna mulai mengalami peningkatan setelah pada triwulan sebelumnya sempat mengalami

penurunan. Total asset bank umum di wilayah ini pada triwulan III 2009 meningkat sebesar

Rp79,33 miliar (8,84%) dibandingkan triwulan II 2009 menjadi sebesar Rp976,91 miliar.

Sementara itu secara tahunan indikator total asset bank umum di Tanjung Uban, Tanjung

Balai Karimun dan Natuna mengalami peningkatan sebesar Rp98,23 miliar (11,19%).

3.2.2. Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum

Secara triwulanan, jumlah dana masyarakat yang dihimpun bank umum pada posisi

September 2009 mengalami peningkatan sebesar Rp386,35 miliar (2,34%) menjadi Rp16,89

Diagram 3.1. Share Asset Bank Umum

Grafik 3.4. Perkembangan Asset Bank Umum

Sumber : Bank Indonesia

Page 26: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

33

triliun. Peningkatan tersebut sebagian besar disumbangkan oleh peningkatan simpanan

dalam bentuk tabungan yang meningkat sebesar Rp150,79 miliar (2,49%) dibandingkan

triwulan sebelumnya menjadi Rp6,21 triliun. Sementara itu simpanan dalam bentuk deposito

meningkat sebesar Rp136,86 miliar terhadap triwulan II 2009 menjadi Rp3,99 triliun pada

triwulan laporan. Simpanan dalam bentuk giro mengalami peningkatan sebesar Rp98,69

miliar menjadi sebesar Rp6,69 triliun dibandingkan dengan triwulan II 2009 yang tercatat

sebesar Rp6,59 triliun.

Meskipun peningkatan yang dialami oleh simpanan dalam bentuk giro paling rendah,

namun secara nominal porsi simpanan giro masih merupakan jenis simpanan terbesar

(39,64%) diantara dua jenis simpanan lain dengan nilai nominal sebesar Rp6,69 triliun. Porsi

simpanan jenis tabungan tercatat sebesar Rp6,21 triliun (36,74%). Sedangkan simpanan

dalam bentuk deposito tercatat sebesar Rp3,99 triliun (23,62%). Dominasi sektor industri dan

sektor perdagangan pada perekonomian Kota Batam turut mempengaruhi jenis transaksi

perbankan di Provinsi Kepulauan Riau. Kebutuhan masyarakat akan dana likuid serta

transaksi ekonomi yang membutuhkan waktu singkat menyebabkan simpanan berbentuk

giro memiliki porsi terbesar terhadap total simpanan masyarakat di perbankan.

3.2.3. Kredit Bank Umum

Jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum di wilayah kerja Kantor Bank

Indonesia Batam pada triwulan III 2009 tercatat sebesar Rp11,49 triliun atau naik Rp750,49

miliar (6,98%) dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan jumlah kredit yang lebih

tinggi dibandingkan dengan peningkatan DPK berdampak pada kenaikan tingkat LDR (Loan

to Deposit Ratio) bank umum di Provinsi Kepulauan Riau, dari 65,12% pada triwulan II 2009

menjadi 68,08% di triwulan laporan. Peningkatan kredit tersebut diikuti dengan peningkatan

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.5. Perkembangan DPK Bank Umum

Diagram 3.2. Share DPK Bank Umum

Page 27: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

34

kredit bermasalah (NPLs) yang mengalami kenaikan dari 2,79% pada triwulan II 2009

menjadi 3,06% pada triwulan III 2009.

Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit yang disalurkan di wilayah kerja KBI Batam

sebagian besar digunakan untuk kredit konsumsi sebesar Rp4,77 triliun atau 41,46% dari

total kredit yang diberikan. Sedangkan kredit untuk modal kerja dan investasi masing-masing

sebesar Rp4,21 triliun (36,62%) dan Rp2,52 triliun (21,92%).

Kredit konsumsi di triwulan ini mengalami peningkatan sebesar Rp221,52 miliar

(4,87%) terhadap triwulan II 2009, sedangkan secara tahunan meningkat Rp726,27 miliar

(17,97%). Searah dengan itu, kredit untuk modal kerja juga meningkat secara triwulanan

sebesar Rp449,89 miliar (11,96%), dimana pertumbuhan tahunannya mencapai 17,87%

atau naik sebesar Rp638,44 miliar. Sementara itu kredit investasi mengalami peningkatan

sebesar Rp79,08 miliar (3,24%) terhadap triwulan II 2009, sedangkan secara tahunan

mengalami kenaikan Rp189,90 miliar (8,15%).

3.2.4. Kredit UMKM Bank Umum

Penyaluran kredit UMKM bank umum selama triwulan III 2009 juga menunjukkan

peningkatan. Jika pada triwulan II 2009 penyaluran kredit UMKM tercatat sebesar Rp5,81

triliun, pada triwulan III 2009 ini naik menjadi Rp5,98 triliun, atau tumbuh 3,10%. Secara

tahunan, kredit UMKM mengalami peningkatan mencapai Rp405,33 miliar (7,26%).

Setelah mengalami peningkatan yang cukup tajam pada triwulan II 2009, share kredit

UMKM terhadap total kredit kembali menunjukkan penurunan sebagaimana yang terjadi di

Grafik 3.6. Perkembangan Kredit Jenis Penggunaan Bank Umum

Diagram 3.3. Kredit Jenis Penggunaan Bank Umum

Sumber : Bank Indonesia

Page 28: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

35

awal tahun 2009. Share kredit UMKM di posisi September 2009 tercatat sebesar 52,32%,

menurut dibanding posisi Juni yang tercatat sebesar 54,05%. Peningkatan share kredit

UMKM ini merupakan salah satu bentuk perhatian perbankan terhadap pengembangan

bisnis berskala kecil dan mikro di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

3.3 BANK PERKREDITAN RAKYAT

Sebagai daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi cukup tinggi dan

pergerakan ekonomi yang cukup dinamis, Provinsi Kepulauan Riau menarik minat investor

untuk menanamkan modalnya untuk diinvestasikan pada bisnis perbankan, khususnya BPR.

Adapun alasan investor tersebut memilih BPR karena bisnis BPR tidak terlalu membutuhkan

modal besar dan proses pendiriannya tidak terlalu rumit.

Tabel 3.2.

Perkembangan Indikator BPR (dalam jutaan rupiah)

KETERANGAN 2008 2009

Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 TOTAL ASSET 776.379 918.784 1.086.223 1.120,17 1.274.141 TOTAL DANA 564.556 660.973 801.204 816,64 944.313 a. Tabungan 51.715 63.749 82.123 102,99 113.645 b. Deposito 512.841 597.224 719.079 713,65 830.668 TOTAL KREDIT 538.346 563.476 593.136 642,73 729.281 a. Investasi 50.540 52.551 54.784 61,32 68.975 b. Modal Kerja 128.903 128.638 134.479 143,82 178.359 c. Konsumsi 358.903 382.287 403.873 437,59 481.947

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.7. Perkembangan Kredit UMKM dan Share terhadap Total Kredit

Sumber : Bank Indonesia

Page 29: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

36

Sampai dengan triwulan III 2009 jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tercatat

ada 28 kantor BPR dan 3 (tiga) kantor cabang BPR atau terjadi penambahan 2 (dua) BPR yaitu

BPR Mutiara Cemerlang Barelang dan BPR Global Mentari. Perkembangan BPR yang sudah

beroperasi juga tergolong cukup baik yang ditunjukkan oleh kenaikan share beberapa

indikator kinerja BPR terhadap perbankan di Provinsi Kepulauan Riau secara keseluruhan.

Dilihat dari total asset, share asset BPR terhadap total asset perbankan di Provinsi

Kepulauan Riau mengalami peningkatan secara gradual tiap triwulan. Pada triwulan III 2009

terjadi peningkatan yang cukup tinggi. Jika pada triwulan II 2009 share asset BPR terhadap

total asset perbankan di Provinsi Kepulauan Riau tercatat 5,26% maka pada triwulan III 2009

share total asset BPR Provinsi Kepulauan Riau terhadap perbankan provinsi Kepulauan Riau

tercatat sebesar 5,63%. Peningkatan share ini disebabkan adanya penambahan 2 BPR baru

sehingga memberikan masyarakat lebih banyak pilihan dalam memenuhi kebutuhan

pembiayaan baik konsumsi, investasi maupun modal kerja, di samping fungsi utamanya

dalam mendorong pertumbuhan sektor usaha kecil-menengah dan koperasi.

Di sisi pembiayaan, share kredit BPR terhadap total kredit perbankan di Provinsi

Kepulauan Riau mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Pada triwulan III 2009 share kredit BPR terhadap total kredit perbankan tercatat sebesar

5,96% sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,98%.

3.3.1. Total Asset Bank Perkreditan Rakyat

Total asset BPR yang berada di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Batam sampai

dengan triwulan III 2009 terus melanjutkan trend peningkatan. Sampai dengan triwulan III

2009, total asset BPR mengalami peningkatan sebesar Rp153,97 miliar (13,75%) menjadi

Grafik 3.8. Share Total Asset BPR terhadap Total Asset Perbankan

Grafik 3.9. Share Kredit BPR terhadap Kredit Perbankan

Sumber : Bank Indonesia

Page 30: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

37

sebesar Rp1,27 triliun dibanding triwulan II 2009 yang tercatat sebesar Rp1,12 triliun. Secara

tahunan total asset BPR mengalami peningkatan sebesar Rp497,76 miliar (64,11%).

3.3.2. DPK Bank Perkreditan Rakyat

Sebagaimana indikator BPR yang lain, total dana yang berhasil dihimpun oleh BPR

pada triwulan laporan meningkat dengan triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan II 2009

total dana yang dihimpun BPR tercatat sebesar Rp816,64 miliar, maka pada triwulan III 2009

DPK BPR meningkat menjadi Rp944,31 miliar atau naik sebesar Rp127,67 miliar (15,63%).

Secara tahunan dana yang berhasil dihimpun oleh BPR mengalami peningkatan sebesar

Rp379,76 miliar (67,27%). Sebagaimana karakteristik BPR, sebagian besar dana masyarakat

yang dihimpun oleh BPR disimpan dalam bentuk deposito. Sedangkan simpanan dalam

bentuk tabungan biasanya digunakan oleh nasabah untuk proses pencairan kredit. Dana

simpanan dalam bentuk deposito yang dihimpun oleh BPR di Provinsi Kepulauan Riau tercatat

sebesar Rp830,67 miliar atau 87,97% dari seluruh total DPK BPR. Sedangkan 12,03%

disimpan dalam bentuk tabungan sebesar Rp113,65 miliar.

Grafik 3.10. Perkembangan Asset BPR

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.11. Perkembangan DPK BPR

Sumber : Bank Indonesia

Diagram 3.4. Share DPK BPR

Page 31: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

38

Dibandingkan posisi triwulan sebelumnya, simpanan dalam bentuk deposito selama

triwulan laporan meningkat sebesar Rp117,01 miliar (16,40%), sedangkan simpanan dalam

bentuk tabungan meningkat sebesar Rp10,66 miliar (10,35%). Ditinjau secara tahunan

terdapat kenaikan yang lebih besar, dimana deposito tercatat meningkat Rp317,83 miliar

(61,97%), dan tabungan mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi mencapai Rp61,93

miliar atau tumbuh 119,75% dibanding periode yang sama tahun 2008. Peningkatan jumlah

tabungan ini searah dengan peningkatan kredit karena rekening tabungan digunakan untuk

menampung pencairan kredit yang dilakukan oleh BPR kepada nasabahnya.

3.3.3. Kredit Bank Perkreditan Rakyat

Searah dengan kredit bank umum yang meningkat, penyaluran kredit yang dilakukan

oleh BPR selama periode triwulan III 2009 juga mengalami kenaikan, baik jika dibandingkan

triwulan II 2009 maupun secara tahunan. Jumlah kredit yang disalurkan oleh 28 BPR yang

beroperasi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau posisi akhir triwulan III 2009 tercatat sebesar

Rp729,28 miliar, bertambah Rp86,55 miliar (13,47%) dibandingkan triwulan sebelumnya

atau naik sebesar Rp190,93 miliar (35,47%) dibandingkan triwulan III 2008.

Penyaluran kredit yang dilakukan oleh BPR di wilayah kerja KBI Batam sebagian besar

digunakan untuk keperluan konsumsi. Kredit untuk konsumsi yang disalurkan BPR di wilayah

kerja KBI Batam pada triwulan III 2009 tercatat sebesar Rp481,95 miliar atau 66,09% dari

seluruh total kredit yang diberikan oleh BPR. Sementara kredit untuk modal kerja sebesar

Rp178,36 miliar atau 24,46% dari seluruh total kredit yang diberikan oleh BPR. Sedangkan

porsi kredit investasi hanya sebesar Rp68,98 miliar (9,46%).

Kredit konsumsi BPR di triwulan ini mengalami kenaikan sebesar Rp44,36 miliar

(10,14%) dibanding triwulan II 2009 yang tercatat sebesar Rp437,59 miliar, sedangkan

Grafik 3.12. Perkembangan DPK BPR

Diagram 3.5. Share Kredit BPR

Sumber : Bank Indonesia

Page 32: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

39

secara tahunan tercatat meningkat sebesar Rp123,04 miliar (34,28%). Sementara itu kredit

modal kerja BPR secara triwulanan naik Rp34,54 miliar (24,02%) atau naik Rp49,46 miliar

(38,37%) terhadap posisi yang sama tahun 2008. Adapun kredit investasi yang disalurkan

oleh BPR mencatat penambahan sebesar Rp7,66 miliar (12,49%) dibandingkan triwulan II

2009, atau tumbuh sebesar Rp18,44 miliar (36,48%) terhadap posisi yang sama tahun

sebelumnya.

Besarnya kredit BPR untuk keperluan konsumsi mencerminkan intermediasi yang

dilakukan BPR terhadap dunia usaha masih belum optimal. Sebagian besar BPR di Provinsi

Kepulauan Riau menyalurkan kredit untuk keperluan pembelian mobil dan beberapa untuk

pembelian rumah atau ruko. Sedangkan porsi yang untuk kredit produktif terutama

pemberdayaan UMKM masih kurang optimal. Kondisi ini menjadi perhatian penting

mengingat sebagaimana diamanatkan oleh ketentuan bahwa keberadaan BPR adalah

sebagai lembaga pembiayaan sektor-sektor produktif untuk UMKM dan Koperasi.

Sementara itu, NPLs kredit yang diberikan oleh BPR sampai dengan triwulan III 2009

relatif tetap dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Namun jika dibandingkan dengan

posisi yang sama tahun sebelumnya, NPLs kredit BPR di Provinsi Kepulauan Riau mengalami

penurunan. Jika pada triwulan III 2008 NPLs kredit BPR tercatat sebesar 1,84% makan pada

triwulan III 2009 NPLs kredit BPR tercatat sebesar 1,48%.

Grafik 3.13. Perkembangan Kredit dan NPLs BPR

Sumber : Bank Indonesia

Page 33: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

40

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

4.1 TARGET APBD TAHUN BERJALAN

APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) merupakan sarana yang strategis

dan mutlak untuk menyelenggarakan roda pemerintahan dan pembangunan guna

menyediakan pelayanan publik, meningkatkan kesejahteraan serta melindungi hak-hak

masyarakat. Terkait dengan itu, pemerintah daerah cukup menyadari bahwa krisis keuangan

global akan berdampak pada kondisi perekonomian regional Kepulauan Riau. Karenanya

kebijakan-kebijakan yang menjadi prioritas pembangunan di tahun 2009 diupayakan dapat

menjadi instrumen pendorong yang memacu pertumbuhan ekonomi daerah.

Dengan disahkannya APBD Kabupaten Kepulauan Anambas sebagai daerah

pemekaran terbaru maka total APBD T.A. 2009 untuk seluruh kabupaten/kota di provinsi

Kepulauan Riau mencapai Rp 6,97 triliun, atau meningkat sekitar 35% dari APBD tahun 2008

yang tercatat sebesar Rp 5,15 triliun. Sekitar 76% dari anggaran pengeluaran tersebut

diperkirakan bersumber dari sisi penerimaan yang ditargetkan sebesar Rp 5,34 triliun, naik

mencapai 27,7% dibanding tahun 2008.

Tabel 4.1. Perkembangan Total APBD Provinsi Kepulauan Riau

Tahun Anggaran 2007 s.d. 2009

2007 2008 % ∆ 2007-2008 2009* % ∆

2008-2009PENDAPATAN 4,815,445 4,178,569 -13.2% 5,336,421 27.7%

BAGIAN PENDAPATAN ASLI DAERAH 598,897 952,217 59.0% 1,050,396 10.3%DANA PERIMBANGAN 3,969,281 2,903,001 -26.9% 4,089,414 40.9%LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 247,267 323,351 30.8% 196,611 -39.2%

BELANJA 6,220,533 5,155,325 -17.1% 6,973,402 35.3%BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,687,938 1,959,360 16.1% 2,574,573 31.4%- Belanja subsidi 35,044 79,218 126.1% 123,996 56.5%- Belanja hibah 87,153 61,420 -29.5% 157,308 156.1%- Belanja bantuan sosial 240,368 194,997 -18.9% 240,188 23.2%

BELANJA LANGSUNG 4,532,595 3,195,965 -29.5% 4,398,829 37.6%- Belanja pegawai 616,802 400,679 -35.0% 607,547 51.6%- Belanja barang dan jasa 1,477,486 1,330,753 -9.9% 1,617,929 21.6%- Belanja modal 2,438,307 1,464,533 -39.9% 2,173,353 48.4%

SURPLUS/(DEFISIT) (1,405,088) (976,756) -30.5% (1,635,981) 67.5%

Kenaikan target penerimaan antara lain dipengaruhi oleh penyesuaian harga

komoditas internasional, sehingga dana perimbangan yang diterima atas pemanfaatan

Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), diolah *) termasuk Kabupaten Kepulauan Anambas

Page 34: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

41

sumber daya alam yang ada di daerah relatif meningkat. Pos Dana Perimbangan ditargetkan

sebesar Rp 4,09 triliun atau meningkat 40,9%, dari Rp 2,9 triliun di tahun 2008. Alokasi

APBN tersebut diberikan dalam bentuk Dana Sektoral sekitar Rp 1,35 triliun, Dana

Dekonsentrasi Rp 234,8 miliar, Dana Tugas Pembantuan sekitar Rp82,5 miliar, Dana Alokasi

Umum (DAU) sebesar Rp 1,56 triliun, serta Dana Alokasi Khusus (DAK) sekitar Rp 224,2

miliar. Meningkatnya APBD 2009 ini diharapkan mampu menjadi penopang pertumbuhan

provinsi Kepulauan Riau di tengah kontraksi perekonomian yang terjadi dalam 2 kuartal

terakhir.

Tabel 4.2. Perkembangan APBD Kabupaten dan Kota di Provinsi Kepulauan Riau T.A. 2009

Pendapatan Asli Daerah 424,686 223,613 132,761 13,793 184,208 41,955 29,380 0 1,050,396Pajak daerah 407,182 191,458 115,970 3,607 136,932 12,986 2,000 0 870,135Retribusi daerah 3,550 12,235 2,075 241 39,141 12,442 1,880 0 71,564Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan 680 1,720 7,000 3,600 1,355 3,190 0 0 17,545Lain-lain PAD yang sah 13,274 18,200 7,716 6,345 6,780 13,337 25,500 0 91,152

Dana Perimbangan 905,314 322,485 345,328 715,196 758,330 504,506 285,177 253,078 4,089,414Dana bagi hasil pajak/bukan pajak 481,250 105,294 163,088 585,937 362,576 239,982 70,652 215,966 2,224,745Dana alokasi umum 403,132 183,940 161,220 90,285 279,663 229,303 178,517 33,015 1,559,075Dana alokasi khusus 20,932 33,251 21,020 38,974 34,651 35,221 36,008 4,097 224,154Lain-lain 0 0 0 0 81,440 0 0 0 81,440

Lain-lain pendapatan daerah yang sah 0 10,225 22,202 10,380 64,068 33,095 40,000 16,641 196,611TOTAL PENDAPATAN 1,330,000 556,323 500,291 739,369 1,006,606 579,556 354,557 269,719 5,336,421Belanja tidak langsung 460,302 352,957 265,642 402,075 473,815 323,684 184,662 111,436 2,574,573

Belanja pegawai 174,549 273,717 201,670 213,180 388,193 269,324 134,181 88,696 1,743,510Belanja subsidi 0 0 0 88,344 32,318 0 2,334 1,000 123,996Belanja hibah 44,948 20,930 14,940 27,345 18,930 16,300 13,915 0 157,308Belanja bantuan sosial 66,505 22,600 17,369 36,648 25,030 33,060 21,176 17,800 240,188Belanja bagi hasil kpd Prop/Kab/Kota/Desa 168,800 0 0 0 4,344 1,000 9,056 0 183,200Belanja bantuan keu. kpd Prop/Kab/Kota/Desa 5,000 34,710 29,663 34,558 0 2,500 0 1,940 108,371Belanja tidak terduga 500 1,000 2,000 2,000 5,000 1,500 4,000 2,000 18,000

Belanja langsung 1,175,698 544,423 428,229 597,294 730,927 315,890 446,904 159,464 4,398,829Belanja pegawai 198,747 86,001 50,279 60,861 98,878 46,876 48,527 17,378 607,547Belanja barang dan jasa 340,085 180,117 132,607 265,377 276,259 177,170 147,507 98,807 1,617,929Belanja modal 636,866 278,305 245,343 271,056 355,790 91,844 250,870 43,279 2,173,353

TOTAL BELANJA 1,636,000 897,380 693,871 999,369 1,204,742 639,574 631,566 270,900 6,973,402SURPLUS/(DEFISIT) (306,000) (341,057) (193,580) (260,000) (198,136) (60,018) (277,009) (1,181) (1,636,981)

- Penerimaan Pembiayaan Daerah 310,000 341,207 196,580 260,000 200,136 60,018 262,353 1,181 1,631,475- Pengeluaran Pembiayaan Daerah 4,000 150 3,000 0 2,000 0 3,675 0 12,825

Kabupaten Lingga

Kab. Kep. Anambas Total Kep.RiauJENIS ANGGARAN Provinsi

Kep. RiauKabupaten

KarimunKabupaten

BintanKabupaten

NatunaKota

Batam Kota

Tj. Pinang

Terkait dengan upaya antisipasi dampak krisis global di Kepulauan Riau, Pemerintah

Pusat telah mengalokasikan stimulus fiskal untuk pembangunan infrastruktur senilai Rp 60

miliar. Untuk stimulus infrastruktur ini, provinsi Kepulauan Riau mendapatkan alokasi dana di

atas provinsi lain. Stimulus fiskal itu diharapkan dapat membantu perekonomian masyarakat

yang terkena krisis ekonomi. Stimulus itu dianggarkan untuk pembangunan Pelabuhan

Malarko di Karimun senilai Rp 20 miliar, pembangunan fasilitas Pelabuhan Dompak

dianggarkan Rp 15 miliar, dukungan ekspansi sektor riil Departemen Perdagangan di

Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), diolah

Page 35: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

42

Kabupaten Kepulauan Anambas senilai Rp 10 miliar dan di Karimun Rp 15 miliar. Program

tersebut sudah disahkan Panitia Anggaran DPR-RI dan segera dilaksanakan akhir Maret ini.

4.2. APBD PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

APBD TA. 2009 pemerintah provinsi Kepulauan Riau mengalami kenaikan sebesar

18,12% jika dibandingkan dengan APBD Tahun 2008. Kenaikan tersebut dikarenakan

terjadinya kenaikan pada target Pendapatan Daerah sebesar 10,35% dibandingkan tahun

2008, dan besarnya estimasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) yang dianggarkan

pada RAPBD tahun 2009 yaitu sebesar 13,68% dari APBD 2008.

Target penerimaan Pendapatan Daerah Provinsi Kepulauan Riau pada Tahun 2009

direncanakan berasal dari Pajak Daerah sebesar Rp 407,18 milyar, Retribusi Daerah Rp 3,55

milyar, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan (PT. Pembangunan Kepri)

sebesar Rp 680 juta dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah sebesar Rp 13,27 milyar,

serta porsi Dana Perimbangan sebesar Rp 905,31 milyar. Sampai saat ini penerimaan Pajak

Daerah masih bertumpu pada sektor Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor (BBN-KB) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB) yang

memberikan kontribusi sebesar 99,6% dari total target Pajak Daerah. Peningkatan

penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dimungkinkan karena adanya kenaikan jumlah

kendaraan bermotor, kebijakan pemutihan dan penyuluhan kepada wajib pajak. Sedangkan

kenaikan komponen Retribusi Daerah diatas 100% diperkirakan sejalan dengan mulai

diterapkannya Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah.

4.2.1. Realisasi Penerimaan

Penerimaan pemerintah provinsi Kepulauan Riau sampai dengan triwulan III 2009

tercatat sekitar Rp 938 milyar atau 70,6% dari target penerimaan sebesar Rp 1,33 triliun.

Realisasi peneriman ini meningkat tajam dibanding triwulan sebelumnya yang hanya 37,6%.

Lonjakan penerimaan sebagian besar masih berasal dari pencairan Dana Alokasi Umum

(DAU) yang pada triwulan ini telah terealisasi sebanyak Rp 336 milyar atau 83,3% dari target.

Adapun pendapatan dari Pajak Daerah serta Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak juga

mengalami kenaikan signifikan dengan tingkat realisasi yang cukup optimal. Sementara itu,

pos-pos penerimaan lainnya masih memiliki tingkat realisasi yang cukup rendah, di bawah

60%.

Page 36: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

43

Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Penerimaan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau

Tw.III 2009

Total Total Total(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1. PENDAPATAN ASLI DAERAH

Pajak Daerah 407,182,211,139     86,478,585,767 179,699,444,040 278,627,533,590 68.43%Retribusi Daerah 3,550,000,000         743,778,947 1,033,063,897 1,941,535,499 54.69%‐ Retribusi  Jasa Umum 2,130,000,000         514,526,887 542,328,387 1,232,316,589 57.86%‐ Retribusi  Jasa Usaha 1,420,000,000         229,252,060 490,735,510 709,218,910 49.94%Lain‐lain Pendapatan Asli Daerah 13,274,294,104 9,744,217,962 13,652,507,101 17,060,295,578 128.52%

TOTAL PAD 424,006,505,243     96,966,582,676 194,385,015,038 297,629,364,667 70.19%

2. DANA PERIMBANGANBagi Hasil Pajak / Bukan Pajak 185,871,207,341     4,229,437,316 23,348,320,655 90,347,544,159 48.61%‐ Bagi Hasil Pajak 99,000,000,000       1,760,921,565 2,862,129,415 49,385,418,371 49.88%‐ Bagi Hasil Bukan Pajak 16,607,427,341       2,468,515,751 6,433,435,184 12,856,613,676 77.41%‐ Pajak Penghasilan Orang Pribadi 70,263,780,000       0 14,052,756,056 28,105,512,112 40.00%Bagi Hasil Bukan Pajak 295,378,807,416     1,383,218,447 47,190,697,463 204,957,562,355 69.39%Dana Alokasi Umum 403,132,480,000     134,377,496,000 235,160,618,000 335,943,740,000 83.33%Dana Alokasi Khusus 20,931,000,000       0 0 9,418,950,000 45.00%

TOTAL DANA PERIMBANGAN 905,313,494,757 139,990,151,763 305,699,636,118 640,667,796,514 70.77%

TOTAL PENERIMAAN DAERAH 1,329,320,000,000 236,956,734,439 500,084,651,156 938,297,161,181 70.58%

Tw.I 2009 Tw.II 2009Realisasi   

(%)JENIS PENERIMAAN

TARGET TA. 2009

Penerimaan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sampai dengan bulan

September diperkirakan sebesar Rp 298 milyar atau 70,2% dari target PAD tahun 2009.

Tingkat penerimaan tersebut sedikit lebih rendah dibanding kondisi tahun 2008 yang

mencapai 73,3%. Rendahnya realisasi diduga akibat tidak disetujuinya beberapa rancangan

Peraturan Daerah (ranperda) terkait dengan optimalisasi sumber-sumber penerimaan di

daerah. Kondisi tersebut juga tercermin dari rendahnya penerimaan yang berasal dari Pajak

Daerah, dimana sampai bulan September baru terealisasi sekitar Rp 279 milyar atau 68,4%,

sementara di posisi yang sama tahun 2008 realisasi penerimaan yang berasal dari pajak

daerah mencapai 81%.

4.2.2. Realisasi Belanja

Adapun penyerapan anggaran belanja Pemerintah Provinsi sampai dengan triwulan

laporan lebih baik dibandingkan pencapaian tahun 2008. Hal ini secara tidak langsung

menunjukkan adanya peningkatan kinerja aparat pengelola dan pelaksana anggaran daerah

dalam meredam dampak krisis global. Anggaran belanja sampai dengan posisi September

2009 diperkirakan mencapai Rp 1 triliun atau 61,9% dari target APBD sebesar Rp 1,64 triliun.

Realisasi belanja di triwulan ini juga naik signifikan dibanding triwulan sebelumnya yang

hanya tercatat sebesar 38,9%.

Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah

Page 37: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

44

Tabel 4.4. Perkembangan Realisasi Pengeluaran Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau

Tw.III 2009

Total Total Total(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1. BELANJA TIDAK LANGSUNG‐ Belanja Pegawai 174,549,153,245     57,630,940,802 102,169,162,054 135,909,366,705 77.86%‐ Belanja Subsidi ‐                                 871,704,000 871,704,000 871,704,000 ‐‐ Belanja Hibah 44,947,814,000       16,312,505,000 30,311,005,000 37,343,830,600 83.08%‐ Belanja Bantuan Sosial 66,505,000,000       18,903,714,000 35,986,094,000 45,694,380,666 68.71%‐ Belanja Bagi Hasil kpd Provinsi/Kab/Kot 168,800,000,000     0 2,410,208,900 77,424,499,300 45.87%‐ Belanja Bantuan Keuangan  5,000,000,000         0 0 1,250,000,000 25.00%‐ Belanja Tidak Terduga 500,000,000             0 0 267,927,200 53.59%

Total Belanja Tidak Langsung 460,301,967,245 93,718,863,802 171,748,173,954 298,761,708,471 64.91%

2. BELANJA LANGSUNG‐ Belanja Pegawai 198,746,557,593     23,713,054,393 92,962,391,465 120,032,056,078 60.39%‐ Belanja Barang dan Jasa 340,085,093,262     86,088,762,523 164,334,780,134 260,349,980,187 76.55%‐ Belanja Modal 636,866,381,900     25,393,135,871 208,570,028,679 333,641,237,033 52.39%

Total Belanja Langsung 1,175,698,032,755 135,194,952,787 465,867,200,278 714,023,273,298 60.73%

TOTAL BELANJA 1,636,000,000,000 228,913,816,589 637,615,374,232 1,012,784,981,769 61.91%

Tw.I 2009 Tw.II 2009Realisasi   

(%)JENIS BELANJA

TARGET TA. 2009

Realisasi belanja terbesar pada periode Juli-September 2009 terjadi pada pos Belanja

Modal yakni mencapai Rp 125 milyar, sekitar 20% dari target belanja Modal yang ditetapkan

sebesar Rp 637 milyar. Meski demikian, tingkat realisasinya sepanjang tahun 2009 tergolong

belum optimal dimana hanya 52,4% dari target. Hal ini harusnya menjadi perhatian

pemerintah mengingat pentingnya percepatan realisasi belanja investasi pemerintah di

tengah kelesuan bisnis sektor swasta akibat krisis global. Rendahnya tingkat realisasi juga

mengakibatkan kontribusinya dalam pembentukan komponen Investasi fisik PMTB

(Pembentukan Modal Tetap Bruto) pada struktur PDRB Kepulauan Riau menjadi kurang

optimal.

Sebaliknya, porsi belanja konsumsi pemerintah yang berasal dari pos Belanja Barang

dan Jasa melampaui target proporsionalnya, dengan tingkat realisasi 76,6%. Pencapaian ini

memberi kontribusi kurang dari 5% terhadap pembentukan komponen Konsumsi dalam

PDRB Kepulauan Riau. Adapun konsumsi menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi

Kepulauan Riau selama masa krisis global.

Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah

Page 38: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

45

Tabel 4.4. Rasio & Realisasi Belanja Barang & Jasa serta Belanja Modal

Peran pemerintah provinsi dalam meminimalisasi dampak krisis global ditunjukkan

dari penyerapan anggaran belanja Subsidi, Hibah dan Bantuan Sosial yang cukup baik di

triwulan laporan. Pemerintah provinsi telah mengeluarkan dana sebesar Rp 871,7 juta untuk

Belanja subsidi yang sebelumnya tidak ditargetkan. Untuk belanja Hibah, anggaran yang

telah teralisasi mencapai Rp 37,3 milyar atau 83,1%. Sementara untuk belanja Bantuan Sosial

sebesar Rp 45,7 milyar, yang berarti 68,7% dari target yang ditetapkan.

Sumber : BPS & BKKAD Provinsi Kepulauan Riau

Page 39: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

46

BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

5.1. PENGEDARAN UANG KARTAL

Perkembangan aliran uang di Kantor Bank Indonesia Batam pada triwulan III 2009

ditandai dengan kenaikan jumlah outflow diiringi angka inflow yang cenderung menurun.

Outflow tercatat sebesar Rp1,49 triliun, naik Rp726,79 miliar (95,73%) dibanding triwulan

sebelumnya. Sementara itu aliran uang masuk (inflow) ke Kantor Bank Indonesia Batam naik

sebesar Rp51,90 miliar (84,08%) menjadi Rp113,63 milyar. Kombinasi outflow dan inflow

tersebut mengakibatkan net outflow di triwulan laporan tercatat sebesar Rp1,37 triliun.

Peningkatan outflow KBI Batam yang cukup tinggi pada triwulan berjalan

dipengaruhi oleh tingginya permintaan uang masyarakat menjelang Hari Raya Idul Fitri yang

jatuh pada bulan September 2009. Peningkatan permintaan masyarakat terhadap uang

pecahan kecil juga dipengaruhi oleh terbitnya pecahan baru Rp2000.

Tabel 5.1. Perkembangan Uang Kartal

(dalam milyar rupiah)

Keterangan 2008 2009

Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Inflow 60,95 64,57 278,55 165,41 61,73 113,63 Outflow (791,49) (1.527,09) (1.496,47) (582,64) (759,19) (1.485,98)

Net (730,54) (1.462,53) (1.217,92) (417,23) (697,46) (1.372,35)

Sumber: Bank Indonesia

5.1.1. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar

Peracikan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) merupakan salah satu upaya yang dilakukan

oleh Bank Indonesia dalam melaksanakan kebijakan uang bersih (clean money policy) yaitu

Bank Indonesia senantiasa menyediakan uang rupiah dalam kondisi yang layak kepada

masyarakat. Di samping itu, Bank Indonesia juga memberikan pelayanan kepada perbankan

dan masyarakat untuk kegiatan setoran, penarikan dan penukaran untuk pecahan besar ke

pecahan kecil serta untuk uang rupiah lusuh. Selama triwulan III 2009, jumlah UTLE yang

diracik di KBI Batam Rp14,81 milyar atau mengalami penurunan sebesar Rp19,27 miliar

(19,27%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp34,08 miliar.

Page 40: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

47

5.2. LALU LINTAS PEMBAYARAN GIRAL

5.2.1. Kliring Lokal

Untuk wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Batam, terdapat 3 (tiga) wilayah kliring

lokal, yaitu: di Kantor Bank Indonesia Batam untuk wilayah Kota Batam, PT. Bank Mandiri

untuk wilayah Tanjung Pinang, dan PT. BNI untuk wilayah Tanjung Balai Karimun.

Nilai transaksi melalui sistem kliring lokal di wilayah Provinsi Kepulauan Riau pada

triwulan III 2009 mencapai Rp2,67 triliun dengan jumlah warkat sebanyak 107.009 lembar.

Nilai total kliring tersebut meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar Rp2,54 triliun dengan jumlah warkat sebanyak 105.943 lembar.

Sementara itu, penolakan Cek/BG kosong di wilayah kerja KBI Batam pada triwulan III

2009 tercatat sebesar Rp72,35 milyar dengan jumlah warkat sebanyak 2.923 lembar. Jumlah

ini meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp56,45 miliar

dengan jumlah warkat 2.036 lembar.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 5.1.Perkembangan UTLE

Grafik 5.2. Perputaran Kliring

Grafik 5.3. Penolakan Cek/BG Kosong

Sumber : Bank Indonesia

Page 41: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

48

Tabel 5.2. Perkembangan Kliring Lokal

Keterangan 2008 2009

Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Perputaran Kliring

Jumlah Warkat (lembar) 108.574 111.429 102.838 101.670 105.943 107.009 Nominal (Rp Miliar) 2.719 2.964 2.742 2.597 2.549 2.667

Penolakan Cek/BG Kosong Jumlah Warkat (lembar) 1.770 1.986 2.160 1.812 2.036 2.923 Nominal (Rp Miliar) 71,27 49,34 56,80 56.98 56,45 72,35

Sumber: Bank Indonesia

5.2.2. Transaksi BI-RTGS

Transaksi masyarakat melalui sarana Bank Indonesia Real Time Gross Settlement

(RTGS) di Provinsi Kepulauan Riau sebagian besar masih terjadi di Kota Batam. Transaksi BI-

RTGS keluar dari Kota Batam selama triwulan III 2009 tercatat sebesar Rp5,26 triliun atau

85,75% dari total seluruh transaksi BI-RTGS dari Provinsi Kepulauan Riau ke wilayah lainnya

di Indonesia. Sedangkan transaksi RTGS dari Kabupaten Tanjung Balai Karimun dan Kota

Tanjung Pinang masing-masing tercatat sebesar Rp447,97 milyar dan Rp425,31 milyar

dengan share masing-masing 7,31% dan 6,94%.

Sementara itu, transaksi BI-RTGS yang masuk ke Kota Batam selama triwulan III 2009

tercatat sebesar Rp7,43 triliun atau 85,56% dari seluruh transaksi BI-RTGS yang masuk ke

Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan transaksi BI-RTGS yang masuk ke Kabupaten Natuna

masing-masing tercatat sebesar Rp87,00 miliar dengan share 0,93%. Adapun transaksi BI-

RTGS yang masuk ke Kota Tanjung Pinang dan Kabupaten Tanjung Balai tercatat sebesar

Rp404,60 miliar dan Rp768,51 miliar dengan share masing-masing sebesar 4,66% dan

8,85%.

Tabel 5.3.

Perkembangan BI-RTGS Tw. III 2009

Region 

 FROM       TO     FROM ‐ TO     

 Nilai    Volume    Nilai    Volume    Nilai    Volume  

 (Milyar Rp)    

 (Milyar Rp)    

(Milyar Rp)     

BATAM                 5.256,86  

         9.941,00  

        7.433,46  

   13.094,00  

      2.450,99  

         3.794,00  

NATUNA                                 ‐    

                         ‐    

                81,10  

              87,00  

                       ‐    

                          ‐    

TANJUNG BALAI                     447,97  

         1.992,00  

             404,60  

      1.038,00  

              17,85  

                 35,00  

TANJUNG PINANG                     425,31  

         1.177,00  

             768,51  

      1.451,00  

           159,38  

              492,00  

Sumber: Bank Indonesia

Page 42: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

49

5.3. UANG PALSU

Jumlah uang rupiah palsu yang dilaporkan ke Bank Indonesia Batam pada triwulan III

2009 berjumlah Rp2.280.000,00 dengan jumlah lembar sebanyak 108 lembar. Jumlah

tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan I 2009 yang tercatat sebesar

Rp2.030.000,00 dengan jumlah lembar sebanyak 37 lembar.

Tabel 5.4. Perkembangan Uang Palsu

Pecahan Tw. II 2009 Tw. III 2009 Nominal Lembar Nominal Lembar

100.000 500.000 5 1.000.000 10 50.000 1.500.000 30 350.000 7 20.000 20.0000 1 40.000 2 10.000 10.000 1 890.000 89 5.000 - - - - 1.000 - - - - Total 2.030.000 37 2.280.000 108

Sumber: Bank Indonesia

Berdasarkan jenis pecahan, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp100.000,00

dilaporkan sebanyak 10 lembar, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp50.000,00 dilaporkan

sebanyak 7 lembar, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp20.000,00 dilaporkan sebanyak 2

lembar, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp10.000,00 dilaporkan sebanyak 89 lembar.

Diagram 5.1. Persentase Pecahan Uang Palsu

Terkait dengan uang palsu yang beredar di masyarakat, Bank Indonesia Batam terus

melakukan berbagai upaya untuk menekan peredarannya, antara lain dengan melakukan

sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada berbagai kalangan (perbankan, pelajar,

mahasiswa, masyarakat umum). Selain itu, Kantor Bank Indonesia Batam juga memasang

iklan layanan masyarakat tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah di beberapa media, antara lain

di seluruh jaringan studio film XXI yang ada di Kota Batam.

Nominal  Lembar 

Sumber : Bank Indonesia

Page 43: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

50

BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

6.1. KETENAGAKERJAAN

Jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2009 meningkat dibandingkan

tahun sebelumnya. Penduduk Provinsi Kepulauan Riau meningkat sebesar 62.211 jiwa

(4,28%) menjadi 1.515.294 jiwa dibandingkan tahun 2008 yang tercatat sebesar 1.453.073

jiwa.

Berdasarkan wilayahnya, peningkatan penduduk terbesar terjadi di Kota Batam yang

mengalami peningkatan jumlah penduduk sebesar 43.809 jiwa (5,94%) dibandingkan tahun

2008 sehingga pada tahun 2009 tercatat sebesar 781.342 jiwa. Selanjutnya diikuti

Kabupaten Karimun yang meningkat sebesar 7.780 (3,48%) menjadi 231.658 jiwa pada

tahun 2009. Kota Tanjung Pinang mengalami peningkatan jumlah penduduk sebesar 4.778

jiwa (2,62%) dibandingkan dengan tahun 2008 sehingga tercatat sebesar 187.529 jiwa pada

tahun 2009.

Sedangkan jumlah penduduk Kabuten Bintan meningkat 2.346 jiwa (1,88%)

dibandingkan dengan tahun 2008 yang tercatat sebesar 125.058 jiwa menjadi 127.404 jiwa

pada tahun 2009. Sementara itu jumlah penduduk Kabupaten Lingga Natuna pada tahun

2009 mengalami peningkatan sebesar 1.405 jiwa dibandingkan dengan 2008 menjadi

89.737 jiwa pada tahun 2009.

Pada tahun 2009 jumlah penduduk Kabupaten Natuna mengalami penurunan

33.553 jiwa (35,12%). Penurunan yang terjadi di Kabupaten Natuna terjadi akibat adanya

pemekaran wilayah menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Natuna dan Kabupaten

Kepulauan Anambas. Meskipun jumlah penduduk Kabupaten Natuna, namun apabila jumlah

penduduk Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas digabung, maka terjadi

peningkatan sebesar 2.093 jiwa (2,19%).

Pembentukan Kabupaten Anambas sesuai dengan UU Undang-Undang No. 33 Tahun

2008 tanggal 24 Juli 2008. Kabupaten Kepulauan Anambas terdiri dari 6 Kecamatan yaitu

Kecamatan Siantan, Kecamatan Siantan Timur, Kecamatan Siantan Selatan, Kecamatan

Palmatak, Kecamatan Jemaja dan Kecamatan Jemaja Timur. Ditambah dengan 1 Kecamatan

yaitu Kecamatan Siantan Tengah yang dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati Kabupaten

Natuna Nomor 17 Tahun 2008 dengan cakupan wilayah administrasi Desa Air Asuk, Desa Air

Sena dan Desa Teluk Siantan.

Page 44: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

51

Tabel 6.1 Perkembangan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota

Kab./Kota 2007 2008 2009 Pertumbuhan

Selisih Pert. (%) Karimun 216.221 223.878 231.658 7.657 3,54 Bintan 122.677 125.058 127.404 2.381 1,94 Natuna 93.424 95.531 61.978 2.107 2,26 Lingga 86.894 88.332 89.737 1.438 1,65 Kepulauan Anambas - - 35.646 - - Batam 695.739 737.533 781.342 41.794 6,01 Tanjung Pinang 177.963 182.741 187.529 4.778 2,68 Total 1.392.918 1.453.073 1.515.294 60.155 4,32

Sumber : BPS Prov. Kepri

Penyebaran penduduk Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2009 sebagian besar

masih terkonsentrasi di Kota Batam. Jumlah penduduk Kota Batam pada tahun 2009 tercatat

sebesar 781.342 jiwa atau 51,56% dari total penduduk Provinsi Kepulauan Riau. Secara

trend, share jumlah penduduk Kota Batam juga terus mengalami peningkatan yang cukup

tajam selama tiga tahun terakhir. Selanjutnya diikuti oleh jumlah penduduk Kabupaten

Karimun yang tercatat sebesar 231.658 jiwa (15,29%) dan jumlah penduduk Kota Tanjung

Pinang yang tercatat sebesar 187.529 jiwa (12,78%). Penduduk Kabupaten Bintan

mempunyai porsi 8,41% dari total penduduk Provinsi Kepulauan Riau. Sementara itu

penduduk Kabupaten Lingga mempunyai porsi 5,92%. Sedangkan Kabupaten Natuna dan

Kabupaten Kepulauan Anambas masing-masing memiliki porsi 4,09% dan 2,35% dari total

penduduk Provinsi Kepulauan Riau.

Diagram 6.1. Share Jumlah Penduduk di Provinsi Kepulauan Riau

Grafik 6.1. Perkembangan Share Penduduk Kota Batam Terhadap Provinsi Kepulauan

Riau

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau

15,29%

8,41%

4,09%

5,92%

2,35%51,56%

12,38% Karimun

Bintan

Natuna

Lingga

Kepulauan Anambas 

Batam

Tg. Pinang

Page 45: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

52

6.2. KETENAGAKERJAAN

Sampai dengan bulan Februari 2009 jumlah angkatan kerja di Provinsi Kepulauan

Riau mencapai 668.510 orang atau mengalami peningkatan sebanyak 2.510 orang (0,38%)

dibandingkan bulan Agustus 2008. Dari total agkatan kerja pada Februari 2009 tersebut

sebanyak 616.273 orang telah bekerja atau mengalami peningkatan sebanyak 3.606 orang

(0,59%) terhadap bulan Agustus 2008. Sebagai catatan, data ketenagakerjaan dirilis oleh

Badan Pusat Statistik setahun dua kali yaitu bulan Februari dan Agustus.

Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional sampai dengan Februari 2009

52.237 orang tercatat sebagai pengangguran atau mengalami penurunan sebanyak 1.096

orang (2,06%). Tingkat pertumbuhan orang yang bekerja yang lebih tinggi dibandingkan

dengan pertumbuhan angkatan kerja dan pertumbuhan pengangguran ini menunjukkan

lapangan kerja yang ada di Provinsi Kepulauan Riau masih dapat menampung angkatan kerja

meskipun belum maksimal.

Jumlah bukan angkatan kerja di Provinsi Kepulauan Riau sampai dengan Februari

2009 mengalami peningkatan dibandingkan dengan Agustus 2008. Jumlah bukan angkatan

kerja mengalami peningkatan sebanyak 22.143 orang (6,48%) sehingga tercatat sebanyak

363.914 orang. Peningkatan jumlah bukan angkatan kerja terutama disebabkan karena

terjadinya peningkatan bukan angkatan kerja yang mengurus rumah tangga mengalami

kenaikan sebesar 13.304 orang (5,34%) dibandingkan data Agustus 2008. Sedangkan

jumlah penduduk yang masih sekolah mengalami peningkatan sebesar 4.945 orang (8,16%).

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

Grafik 6.2. Perkembangan Penduduk Angkatan Kerja

Grafik 6.3. Perkembangan Penduduk Bukan Angkatan Kerja

Page 46: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

53

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Seminggu yang Lalu

URAIAN Feb.’07 Agt.’07 Feb.’08 Agt.’08 Feb.’09

Angkatan kerja Bekerja 583.155 535.797 597.159 612.667 616.273

Pengangguran 56.708 53.077 55.378 53.333 52.237

Total 639.863 588.874 652.537 666.000 668.510

Bukan Angkatan Kerja

Sekolah 67.247 75.895 72.455 60.596 65.541

Mengurus RT 192.966 234.848 240.225 249.224 262.528

Lainnya 23.486 34.059 29.314 31.951 35.845

Total 293.699 344.802 341.994 341.771 363.914 Sumber : BPS Kepulauan Riau, Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional 2006,2007,2008

Tingkat partisipasi angkatan kerja sampai dengan Februari 2009 mengalami

penurunan dibandingkan dengan Agustus 2008. Jika pada Agustus 2008 tingkat partisipasi

angkatan kerja di Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar 66,09%, di bulan Februari 2009

mengalami penurunan menjadi sebesar 64,75%.

Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2009 mengalami

penurunan dibandingkan dengan Agustus 2008. Pada Februari 2009 tingkat pengangguran

terbuka tercatat sebesar 7,81%, lebih rendah dibandingkan dengan tingkat pengangguran

terbuka pada Agustus 2008 yang tercatat sebesar 8,01%.

Dilihat dari lapangan usahanya, jumlah pekerja di Provinsi Kepulauan Riau masih

terkonsentrasi di sektor industri dengan total pekerja sebanyak 223.902 orang atau 36,33%

dari total pekerja di Provinsi Kepulauan Riau. Penduduk yang bekerja di sektor ini mengalami

peningkatan sebanyak 3.487 orang atau 4,30% dibandingkan bulan Agustus 2008. Sektor

yang cukup dominan dalam menyerap pekerja berikutnya adalah sektor perdagangan

dengan jumlah pekerja sebanyak 99.241 orang (16,10%). Pekerja di sektor ini pada bulan

Grafik 6.3. Tingkat Pengangguran Terbuka

dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

Page 47: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

54

Februari 2009 mengalami penurunan sebanyak 25.579 (20,49%) dibandingkan bulan

Agustus 2008.

Sementara itu sektor jasa kemasyarakatan menyerap tenaga kerja sebanyak 97.634

orang (15,84%). Jumlah pekerja pada sektor ini mengalami peningkatan 6.314 orang

(6,91%) dibandingkan dengan Agustus 2008. Sedangkan sektor pertanian menyerap tenaga

kerja sebanyak 84.626 orang atau 13,73% dari total pekerja di Provinsi Kepulauan Riau.

Pekerja di sektor ini pada bulan Februari 2009 mengalami peningkatan sebanyak 3.487 orang

(4,30%) dibandingkan Agustus 2008.

Menurut status pekerjaan utamanya, jumlah penduduk berusia di atas 15 tahun di

Provinsi Kepulauan Riau sebagian besar berkerja sebagai karyawan dengan jumlah 374.251

orang atau 60,73% dari total penduduk yang bekerja di Provinsi Kepulauan Riau. Jumlah

karyawan pada bulan Februari 2009 mengalami peningkatan sebanyak 25.640 orang

(7,35%) dibandingkan bulan Agustus 2008. Sedangkan penduduk yang bekerja sebagai

Grafik 6.4. Perkembangan Pekerja Sektoral

Diagram 6.1. Share Pekerja Sektoral

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

Grafik 6.5. Perkembangan Pekerja menurut Status

Diagram 6.2. Share Pekerja menurut Status

Page 48: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

55

wiraswasta tercatat sebanyak 135.220 (21,94%) atau mengalami penurunan sebanyak

14.916 orang (9,93%).

6.2. KESEJAHTERAAN

6.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Salah satu hal indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan

masyarakat adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pembangunan manusia adalah

proses agar mampu memiliki lebih banyak opsi dalam hal pendapatan, kesehatan,

pendidikan, lingkungan fisik dan sebagainya. IPM mengukur pencapaian kemajuan

pembangunan sosial ekonomi yang dipresentasikan oleh dimensi umur panjang dan sehat,

dimensi pengetahuan dan dimensi kehidupan yang layak. Untuk mengukur IPM tersebut

digunakan beberapa indikator sesuai dengan dimensi yang akan diukur2. Indikator yang

digunakan untuk mengukur dimensi umur panjang dan sehat adalah angka harapan hidup.

Untuk mengukur dimensi pengetahuan indikator yang digunakan adalah angka melek huruf

dan rata-rata lama sekolah. Sedangkan dimensi kehidupan yang layak diukur dengan

menggunakan indikator Purchasing Power Parity atau paritas daya beli.

Sumber data yang digunakan dalam penyusunan IPM adalah dari data hasil Survei

Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Untuk IPM 2008 data yang digunakan meliputi Susenas

Kor 2008, Susenas Modul Konsumsi 2007 dan IHK 2008. Susenas Kor 2008 digunakan

untuk menghitung indikator seperti Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Sekolah, Angka

Harapan Hidup, serta pengeluaran per kapita per bulan.

Secara nasional, Provinsi Kepulauan Riau termasuk provinsi yang mempunyai IPM

dengan kategori baik (74,18). Provinsi Kepulauan Riau menduduki posisi 6 teratas

dibandingkan dengan 33 propinsi di Indonesia. Sedangkan jika dilihat secara regional Kota

Batam dengan IPM tertinggi dengan nilai 77,28. Posisi ke dua adalah Kota Tanjungpinang

dengan nilai 73,92. Sementara itu Kabupaten Bintan berada di posisi tiga dengan nilai IPM

sebesar 73,34 diikuti Kabupaten Karimun di urutan ke empat dengan nilai 72,80. Kabupaten

Lingga berada di posisi enam dengan nilai IPM sebesar 70,74 diikuti oleh Kabupaten Natuna

dengan IPM 69,81 di urutan ke tujuh dan Kabupaten Kepulauan Anambas dengan IPM

67,44 di urutan ke delapan.

2 Konsep Angka Harapan Hidup pada waktu lahir (eo) adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Konsep Angka Melek Huruf penduduk dewasa adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Konsep Rata-rata Lama Sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Konsep Indeks Pendidikan didasarkan pada kombinasi antara angka melek huruf di kalangan penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah. Konsep Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity = PPP): Memungkinkan dilakukan perbandingan harga-harga riil antar propinsi dan antar kabupaten/kota mengingat nilai daya beli yang terukur dari konsumsi perkapita yang telah disesuaikan. Dalam konteks PPP untuk Indonesia, satu rupiah di suatu propinsi memiliki daya beli yang sama dengan satu rupiah di Jakarta.

Page 49: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

56

Secara keseluruhan angka harapan hidup di Provinsi Kepulauan Riau tercatat selama

69,7 tahun. Angka harapan hidup tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau tercapai di Kota Batam

dengan angka harapan hidup 70,70 tahun yang diikuti oleh angka harapan hidup di

Kabupaten Karimun yang tercatat 69,81tahun dan angka harapan hidup Kabupaten Lingga

yang tercatat 69,88 tahun. Angka harapan hidup di Kabupaten Bintan tercatat 69,61 tahun

sedangkan angka harapan hidup Kota Tanjung Pinang tercatat 69,51 tahun diikuti angka

harapan hidup di Kabupaten Natuna yang tercatat 68,10 tahun. Sementara itu angka harapa

hidup terendah tercatat di Kabupaten Kepulauan Anambas dengan angka 67,07 tahun.

Penduduk Provinsi Kepulauan Riau rata-rata mengalami masa sekolah selama 8,94

tahun. Kota Batam tercatat memiliki angka rata-rata lama sekolah tertinggi di Provinsi

Kepulauan Riau dengan angka rata-rata lama sekolah selama 10,70 tahun. Angka rata-rata

lama sekolah tertinggi kedua berada di Kota Tanjung Pinang selama 9,20 tahun diikuti

Kabupaten Bintan dengan angka rata-rata lama sekolah selama 7,95 tahun di urutan ke tiga.

Sementara itu Kabupaten Karimun berada di urutan ke empat dengan angka rata-rata lama

sekolah selama 7,80 tahun diikuti Kabupaten Lingga dengan selama 7,20 tahun di urutan ke

lima. Angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan

Anambas masing-masing selama 6,90 tahun dan 5,25 tahun di urutan enam dan tujuh.

Angka melek huruf penduduk di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2008 tercatat

96%. Angka melek huruf tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau juga terdapat di Kota Batam

dengan angka melek huruf mencapai 98,84% diikuti oleh Kota Tanjung Pinang dengan

angka melek huruf mencapai 97,73%. Kabupaten Natuna yang memiliki letak geografis

relatif jauh dari pusat pemerintahan di Kota Tanjung Pinang memiliki angka melek huruf

yang relatif tinggi yaitu 95,75% berada di atas Kabupaten Karimun dengan angka melek

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

Grafik 6.6. IPM Kabupaten/Kota

di Provinsi Kepulauan Riau

Grafik 6.7. Angka Harapan Hidup Kabupten/Kota

di Provinsi Kepulauan Riau

Page 50: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

57

huruf 95%. Sebanyak 94,40% penduduk di Kabupaten Bintan telah melek huruf lebih

banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang melek huruf di Kabupaten Lingga

dengan proporsi 90,90% dari total seluruh penduduknya. Sementara itu angka melek huruf

terendah terdapat di Kabupaten Kepulauan Anambas dengan angka melek huruf sebesar

89,72%.

Rata-rata pengeluaran per kapita penduduk di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun

2008 tercatat sebesar Rp637.670,00. Kota Batam memiliki angka rata-rata pengeluaran per

kapita tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp645.520,00 diikuti Kabupaten Bintan

dengan angka rata-rata pengeluaran per kapita penduduk sebesar Rp641.600,00. Kabupaten

Karimun tercatat memiliki angka rata-rata pengeluaran per kapita penduduk sebesar

Rp632.900,00. Kota Tanjung Pinang yang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau

tercatat memiliki angka rata-rata pengeluaran per kapita sebesar Rp629.500,00 diikuti rata-

rata pengeluaran per kapita Kabupaten Lingga sebesar Rp623.180,00. Kabupaten Kepulauan

Anambas sebagai kabupaten baru memiliki angka rata-rata pengeluaran per kapita sebesar

Rp622.750,00 diikuti Kabupaten Natuna dengan angka rata-rata pengeluaran per kapita

sebesar Rp612.750,00.

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

Grafik 6.8. Rata-Rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf

Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau

Grafik 6.9. Rata-Rata Pengeluaran Riil Per Kapita

Kabupten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau

Page 51: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

58

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI REGIONAL

Memasuki kuartal akhir 2009, pemulihan yang terjadi pada perekonomian global

menunjukkan indikasi yang semakin menguat dan merata di berbagai negara. Perbaikan

yang paling tampak adalah di negara emerging market Asia, terutama China. Perkembangan

tersebut berdampak pada membaiknya ekonomi domestik, sehingga ekonomi Indonesia

berpotensi tumbuh lebih baik dari perkiraan semula, baik pada 2009 maupun tahun 2010.

Pada 2009, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun

2009 sebesar 4,0%-4,5%, atau lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,5%-4,0%.

Dan pada 2010, pertumbuhan ekonomi diproyeksi mencapai 5,0%-5,5%.

Pengaruhnya di tingkat regional akan terlihat dari kenaikan order produksi pada

industri manufaktur Kepulauan Riau, terutama di kota Batam. Bersamaan dengan itu, kinerja

ekspor luar negeri juga akan lebih menguat. Peningkatan utilisasi kapasitas berkorelasi

langsung terhadap kebutuhan tenaga kerja sehingga berkontribusi terhadap kenaikan

konsumsi di triwulan IV-2009. Tren nilai tukar Rupiah yang terus menguat menjadi

kekhawatiran bagi sebagian pelaku bisnis yang berbasis ekspor. Perbaikan dalam administrasi

impor di pelabuhan Free Trade Zone (FTZ) Batam merupakan hal yang mendesak guna

mendukung pemulihan ekonomi regional.

Sementara tekanan inflasi di triwulan mendatang diproyeksi lebih rendah dibanding

triwulan sebelumnya. Kenaikan harga lebih dipicu oleh faktor tingginya curah hujan di akhir

tahun sehingga mengganggu kelancaran arus barang kebutuhan pokok masyarakat dari luar

wilayah. Sementara pengaruh dari kenaikan harga komoditas dunia terhadap laju inflasi kota

Batam dan Tanjung Pinang diperkirakan masih minimal.

Grafik 7.2. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

terhadap US Dollar dan Singapore Dollar

Sumber : Kurs Tengah Bank Indonesia

Grafik 7.1. Proyeksi Harga Minyak Mentah WTI

dan Natural Gas

Sumber : www.marketvector.com

proyeksi 

Page 52: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

59

77..11.. PPRROOSSPPEEKK PPEERRTTUUMMBBUUHHAANN EEKKOONNOOMMII

Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di triwulan IV 2009 diperkirakan mengalami

ekspansi pada kisaran 1,33% s/d. 2,29% (y-o-y). Dengan demikian perekonomian sepanjang

tahun 2009 diproyeksi bergerak antara -0,2% sampai dengan 1%. Determinan penguatan

disisi permintaan didorong oleh tingginya konsumsi masyarakat menjelang akhir tahun –

terutama pada komponen pengeluaran pemerintah, serta tren pemulihan ekpor. Kondisi

tersebut berpengaruh secara signifikan pada output sektor industri manufaktur. Pemulihan

sektor unggulan tersebut akan berdampak positif pada aktivitas perdagangan, keuangan dan

jasa-jasa.

Ekspansi ekonomi Kepulauan Riau di triwulan mendatang dipengaruhi dari 2 sisi,

eksternal dalam konteks nasional dan global, serta faktor internal di level regional Kepulauan

Riau. Momentum pemulihan ekonomian global di bulan Agustus 2009 mulai terlihat pada

beberapa negara mitra dagang Asia, antara lain China, India, Korea, dan Jepang. Khusus

untuk Jepang, momentum pertumbuhan baru sebatas pada tahap stabilisasi setelah

mengalami keterpurukan ekonomi yang sangat dalam. Berdasarkan laporan IMF terakhir

(Oktober 2009), level kontraksi yang melandai pada kuartal akhir (Q4) diperkirakan terjadi

pada ekonomi Amerika Serikat, Jepang, China, India, Singapura, dan negara-negara yang

tergabung dalam Asean-5 (Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand dan Vietnam).

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau ; *) angka sementara; (P) Proyeksi Kantor Bank Indonesia Batam, Oktober 2009

Tabel 7.1. Proyeksi Laju Pertumbuhan Triwulan IV 2009

berdasarkan Sektor Ekonomi & Komponen Penggunaan

2008 2009Tw‐IV Tw‐III* 2008

KOMPONEN PENGGUNAAN

1. Konsumsi Rumah Tangga 17.45% 22.53% 22.86% ‐ 23.83% 19.03% 18.71% ‐ 19.91%2. Konsumsi Lembaga Swasta 13.91% 24.18% 11.90% ‐ 12.86% 13.41% 20.64% ‐ 21.84%3. Konsumsi Pemerintah 13.01% 21.20% 25.04% ‐ 26.00% 13.26% 16.23% ‐ 17.43%4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 25.72% 13.48% 5.54% ‐ 6.50% 29.38% 11.16% ‐ 12.36%5. Ekspor Barang dan Jasa ‐1.39% ‐6.46% ‐3.23% ‐ ‐2.26% 6.18% ‐5.50% ‐ ‐4.30%6. Impor Barang dan Jasa 19.57% 3.69% 9.65% ‐ 10.62% 2.94% 7.83% ‐ 9.03%

SEKTOR EKONOMI

1. Pertanian ‐0.72% 0.23% ‐0.04% ‐ 0.92% 3.80% ‐0.34% ‐ 0.86%2. Pertambangan & Penggalian ‐3.09% ‐0.33% ‐1.02% ‐ ‐0.05% ‐2.71% ‐1.21% ‐ ‐0.01%3. Industri Pengolahan 1.78% ‐3.15% ‐0.51% ‐ 0.45% 4.56% ‐2.61% ‐ ‐1.41%4. Listrik, Gas & Air Bersih 1.65% 2.45% ‐0.33% ‐ 0.63% 7.94% 0.59% ‐ 1.79%5. Bangunan 24.03% 13.61% 11.61% ‐ 12.58% 34.26% 13.09% ‐ 14.29%6. Perdagangan, Hotel & Restoran 2.21% 0.73% 2.12% ‐ 3.09% 7.77% 0.11% ‐ 1.31%7. Pengangkutan & Komunikasi 9.64% 6.91% 4.85% ‐ 5.81% 14.44% 5.43% ‐ 6.63%8. Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 7.10% 4.56% 5.18% ‐ 6.15% 9.71% 5.04% ‐ 6.24%9. Jasa‐Jasa 10.36% 8.66% 8.54% ‐ 9.50% 15.59% 8.37% ‐ 9.57%

3.05% ‐0.20% 1.33% ‐ 2.29% 6.65% ‐0.20% ‐ 1.00%

year over year

2009 (P)

PDRB (termasuk migas)

year on year

Tw‐IV (P)

Page 53: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

60

Indikasi pemulihan ekonomi pada negara China, Hongkong dan Singapura juga

diperkuat dengan survei Hudson terkait tingginya ekpektasi perusahaan dalam merekrut

tenaga kerja permanen di triwulan IV 2009 berdasarkan hasil survei yang dilakukan Hudson

Highland Group Inc, sebuah perusahaan jasa konsultan tenaga kerja global. Sedangkan pada

skala Nasional, ekonomi Indonesia yang tumbuh baik bersama-sama dengan China dan India,

serta stabilitas politik pasca terbentuknya kabinet baru pemerintahan memberi sentimen

positif bagi investor. Hal ini ditandai dengan masuknya modal-modal asing dalam jumlah

besar di pasar keuangan Indonesia sehingga terus memberi penguatan pada nilai tukar

Rupiah.

Sumber : IMF & berbagai sumber (Oktober 2009) *) Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand dan Vietnam

Grafik 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Beberapa Negara di Dunia

Diagram 7.1. Asesmen Momentum Pertumbuhan Global *)

Sumber : Haver Analytics; Bloomber LP & IMF, Global Data Source database *) Grafik didasarkan pada 4 indikator ekonomi, termasuk industrial production, real retail sales, merchandise exports, dan

purchasing managers index (PMI). Beberapa rating, terutama pada bulan terakhir didasarkan pada data actual dan proyeksi.

Sumber : The Hudson Report; Oct-Dec 2009

Grafik 7.2. Survei Ekspektasi Perekrutan Karyawan Pemanen

di China, Hongkong dan Singapura

Estimates2008 2009 2010 2008 2009 2010

World Output  3.0 ‐1.1 3.1 ‐0.1 0.8 3.2United States 0.4 ‐2.7 1.5 ‐1.9 ‐1.1 1.9Euro Area 0.7 ‐4.2 0.3 ‐1.7 ‐2.5 0.9Japan ‐0.7 ‐5.4 1.7 ‐4.5 ‐1.3 1.4United Kingdom 0.7 ‐4.4 0.9 ‐1.8 ‐2.5 1.3Canada 0.4 ‐2.5 2.1 ‐1.0 ‐1.5 3.0China 9.0 8.5 9.0 6.9 10.1 9.2India 7.3 5.4 6.4 4.8 5.1 7.0ASEAN‐5 *) 4.8 0.7 4.0 1.9 2.8 3.8Singapore 1.1 ‐1.7 4.3 ‐4.2 2.5 ‐Hongkong 2.4 ‐3.6 3.5 ‐2.6 ‐ ‐Middle East 5.4 2.0 4.2 ‐ ‐ ‐

Projections

Year over YearLatest

ProjectionsQ4 over Q4

Page 54: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

61

Optimisme ekstenal tersebut, terutama yang terjadi pada negara Singapura sebagai

mitra dagang dominan, memberi tingkat keyakinan yang lebih besar akan adanya pemulihan

permintaan luar negeri di akhir tahun 2009. Kontraksi ekspor Kepulauan Riau diperkirakan

melandai di level -3,23% s/d. - 2.26%, dibanding triwulan III yang mengalami penurunan

mencapai 6,46%.

Sementara kondisi ekonomi makro regional Kepulauan Riau di triwulan mendatang

diperkuat dengan peningkatan konsumsi sekitar 22,86% - 28,83%. Asesmen tersebut

didorong oleh kenaikan pengeluaran masyarakat sehubungan dengan adanya rencana

penambahan tenaga kerja baru oleh sektor industri manufaktur. Kebutuhan tenaga kerja

diperkirakan mencapai 36.000 orang (Apindo, Oktober 2009) menyusul adanya kenaikan

order dari negara mitra dagang. Selain kebutuhan masyarakat yang relatif meningkat

memasuki musim liburan akhir tahun, komponen pengeluaran pemerintah juga akan lebih

atraktif mengingat adanya ruang anggaran belanja yang cukup besar. Khusus pada anggaran

pemerintah provinsi Kepulauan Riau, anggaran belanja yang belum terealisasi masih sekitar

38%, atau lebih dari Rp 600 milyar.

Ruang anggaran belanja modal pemerintah antara lain digunakan untuk penyelesaian

pembangunan pulau Dompak sebagai pusat pemerintahan Kepulauan Riau. Metode

pembangunan menerapkan konsep multiyears, dimana pencadangan tahun 2007

dianggarkan sekitar Rp125 Miliar, tahun 2008 sebesar Rp387 Miliar, tahun 2009 mencapai

Rp680 Miliar dan untuk tahun 2010 dianggarkan sekitar Rp796 Miliar

Pengerjaan beberapa proyek konstruksi swasta seperti superblok Grand Quarter

Batam mencakup apartemen, kondominium hotel alias kondotel, waterpark, pusat

perbelanjaan, dan olahraga diperkirakan menelan dana investasi mencapai US$120 juta,

dengan tahap pertama direncanakan sebesar US$ 50 juta. Selanjutnya terdapat proyek

pembangunan Harbour Bay Mall dan Kepri Mall yang menelan biaya sekitar Rp 200 milyar,

serta proyek-proyek konstruksi besar lainnya seperti Hotel Harmony One, Batam City Square

(BCS) Condominium, dan Harbour Bay Condo. Di samping itu proyek-proyek perubahan baru

juga mulai bermunculan seperti kluster terbaru di Diamond Palace Residence oleh Intan

Property, 20 twin block Batam Centre Park di atas lahan seluas 14 hektare oleh Dimas

Pratama Indah, dan Mulia Batindo yang memulai pembangunan 1000 unit rumah di

Karimun.

Pemulihan kondisi makro regional sangat mungkin terealisasi dengan adanya status

khusus Batam, Bintan dan Karimun sebagai kawasan FTZ (Free Trade Zone), yang menjadi

insentif tambahan bagi investor. Untuk itu sangat dibutuhkan upaya optimal dari pemangku

Page 55: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

62

dan pelaksana kebijakan khusus FTZ, dalam hal ini Dewan Kawasan (DK) dan Badan

Pengusahaan (BP) FTZ. Pelayanan administrasi yang memadai dengan persyaratan yang lebih

cepat dan mudah mutlak diperlukan demi optimalisasi pelaksanaan FTZ. Hal ini juga perlu

didukung oleh penyediaan infrastruktur yang memadai (energi listrik, gas dan air bersih)

beserta kebijakan-kebijakan yang lebih pro investasi.

77..22.. PPRROOSSPPEEKK IINNFFLLAASSII

Kenaikan harga yang terjadi di kota Batam selama triwulan IV 2009 relatif lebih

rendah dibanding triwulan sebelumnya. Lonjakan inflasi sempat terjadi di bulan September

akibat kenaikan permintaan kebutuhan pangan dan sandang menjelang perayaan Idul Fitri.

Harga-harga secara umum diperkirakan kembali normal di bulan Oktober sehingga

berpeluang membentuk ekspektasi penurunan harga (deflasi). Menjelang akhir tahun harga-

harga diproyeksi kembali meningkat dipicu oleh curah hujan dan tingginya gelombang laut

yang dapat menghambat kelancaran distribusi barang kebutuhan pokok. Laju inflasi di akhir

tahun 2009 diestimasi bergerak antara 2,67% - 3,56%, jauh lebih rendah dibanding tahun

2008 yang tercatat sebesar 8,39%.

 

Pergerakan harga di kota Batam selama triwulan IV 2009 dipengaruhi beberapa

faktor fundamental dan non-fundamental. Faktor fundamental yang mempengaruhi

rendahnya tekanan inflasi dari sisi permintaan (demand side) diantaranya adalah penurunan

permintaan kebutuhan pokok pasca Lebaran, penguatan nilai tukar Rupiah, dan tren

penurunan suku bunga kredit.

Grafik 7.3. Proyeksi Inflasi Umum Kota Batam

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau Ket. : Juli – Desember 2009 adalah Proyeksi Bank Indonesia Batam

Page 56: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

63

Sedangkan dari sisi penawaran (supply side), tekanan harga sebagian besar dipicu

oleh faktor distribusi akibat tingginya curah hujan dan angin dalam 3 bulan ke depan,

terutama di bulan Desember. Kondisi tersebut biasanya menyebabkan gelombang laut yang

tinggi yang mempersulit distribusi barang kebutuhan pokok yang dipasok dari luar daerah.

Penurunan harga pasca Lebaran cukup terlihat pada hasil Survei Pemantauan Harga

kota Batam di bulan Oktober terutama pada kebutuhan makanan, seperti cabe merah,

kacang panjang, kangkung dan ikan-ikanan. Namun di bulan berikutnya, kendala distribusi

akibat faktor cuaca dapat mengganggu kelancaran pasokan bahan pangan tersebut,

sehingga memicu kenaikan harga pada kelompok volatile (harga berjolak). Sementara itu

kekhawatiran akan kenaikan harga gula internasional berpotensi menambah tekanan pada

inflasi inti (core inflation). Sedangkan faktor inflasi yang terkait dengan kebijakan pemerintah

Grafik 7.4. Perkembangan Harga Beberapa

Komoditi Penyumbang Inflasi Terbesar

Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) Kota Batam Ket. : Berdasarkan harga rata-rata 4 pedagang di

pasar tradisional Aviari dan Sagulung

OKTOBER 2009

NOVEMBER 2009

DESEMBER 2009

Gambar 7.1. Prakiraan Curah Hujan di Indonesia Bulan Oktober – Desember 2009

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, Pemutakhiran Oktober 2009

Sumber : BPS, diolah Ket. : Bulan Oktober – Desember 2009 adalah Proyeksi Bank Indonesia Batam, Oktober 2009

Grafik 7.5. Estimasi Inflasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan Jadi dan Sandang di Kota Batam

Page 57: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · Laju penurunan nilai tambah ekonomi ... sektor perhotelan terus menurun di tengah lemahnya daya beli masyarakat dan ... Perkembangan Indeks

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2009 

 

64

(administered) diperkirakan bersumber dari rencana kenaikan harga gas elpiji. Dampak dari

kenaikan harga elpiji diproyeksi cukup minimal sepanjang kenaikan harga di tingkat eceran

dapat terkendali.