prelium juni09

43
ANALISIS KETERKAITAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK ANALISIS KETERKAITAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK DI WILAYAH PESISIR TERHADAP KELIMPAHAN BAKTERI Vibrio spp. DI WILAYAH PESISIR TERHADAP KELIMPAHAN BAKTERI Vibrio spp. DI KAWASAN TAMBAK UDANG DI KAWASAN TAMBAK UDANG Oleh : Oleh : Nurul Istiqomah Nurul Istiqomah SEKOLAH PASCASARJANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR BOGOR 2009 2009

Upload: api-19966426

Post on 14-Jun-2015

399 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: prelium juni09

ANALISIS KETERKAITAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK ANALISIS KETERKAITAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK DI WILAYAH PESISIR TERHADAP KELIMPAHAN BAKTERI Vibrio spp. DI WILAYAH PESISIR TERHADAP KELIMPAHAN BAKTERI Vibrio spp.

DI KAWASAN TAMBAK UDANGDI KAWASAN TAMBAK UDANG

Oleh :Oleh :

Nurul IstiqomahNurul Istiqomah

SEKOLAH PASCASARJANASEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGORINSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGORBOGOR

20092009

Page 2: prelium juni09

Pendahuluan

Kerangka Pemikiran

Permasalahan Umum

Tujuan Hipotesis

Page 3: prelium juni09

PENDAHULUANPENDAHULUANIndonesia Indonesia sebagaisebagai negaranegara kepulauankepulauan terbesarterbesar didi duniadunia yang yang memilikimemiliki 17.508 17.508 pulaupulau dengandengan panjangpanjang garisgaris pantaipantai 81.000 km, 81.000 km, memilikimemiliki potensipotensi sumbersumber dayadaya pesisirpesisir dandan lautanlautan yang yang sangatsangat besarbesar ( (BengenBengen, 2001). , 2001). DalamDalam 25 25 tahuntahun terakhirterakhir, , penurunanpenurunan stokstok ikanikan didi kawasankawasan Asia- Asia-PasifikPasifik sekitarsekitar 6-33% (FAO, 2004) 6-33% (FAO, 2004) penurunanpenurunan hasil produksi udang nasional dan kualitas produk hasil produksi udang nasional dan kualitas produk seafood yang ditandai dengan adanya pengembalian produk seafood yang ditandai dengan adanya pengembalian produk dari importir. dari importir. (DKP 2008).(DKP 2008). Penyakit karena bakteri Vibrio spp. telah terdeteksi di IndonesiPenyakit karena bakteri Vibrio spp. telah terdeteksi di Indonesia sejak tahun 2006, karena menginfeksi udang jenis a sejak tahun 2006, karena menginfeksi udang jenis L. vannamae L. vannamae and and P. monodonP. monodon di Sulawesi Selatan. Jenis bakteri ini akan berkembang melimp di Sulawesi Selatan. Jenis bakteri ini akan berkembang melimpah jika didukung oleh faktor pendukung utama seperti bahan orah jika didukung oleh faktor pendukung utama seperti bahan organik dalam air melimpah (Agung 2007).ganik dalam air melimpah (Agung 2007).Bakteri ini akan berkembang dan menjadi pathogen jika terjadi Bakteri ini akan berkembang dan menjadi pathogen jika terjadi penurunan mutu air akibat penumpukan bahan organik yang bepenurunan mutu air akibat penumpukan bahan organik yang berasal dari sisa pakan dan kotoran udang (rasal dari sisa pakan dan kotoran udang (Madeali et al., Madeali et al., 1998)1998)

Page 4: prelium juni09

Kerangka PemikiranKerangka Pemikiran

Analisis Keterkaitan Kandungan Bahan Organik di Wilayah Pesisir terhadap Kelimpahan Vibrio spp. pada Kawasan Tambak Udang

Skenario pengelolaan tambak udang yang sehat

Penurunan kualitas produk seafood Input

Proses

Output

Pemanfaatan kawasan pesisir

Penurunan kualitas lingkungan di kawasan pesisir

Munculnya bakteri Vibrio spp. sebagai penyebab penyakit vibriosis pada udang hasil budidaya di tambak

Salah satu pemanfaatan kawasan pesisir adalah pengembangan budidaya udang

Peningkatan kandungan bahan organik di wilayah pesisir

Page 5: prelium juni09

Perumusan MasalahPerumusan Masalah

Peningkatan kandungan bahan organik dan bakteri Vibrio spp. di kawasan tambak udang

Kurangnya aplikasi teknologi pengelolaan limbah di kawasan tambak udang

Penurunan pengawasan mutu lingkungan di kawasan tambak udang

Penurunan kualitas air di kawasan tambak udang

Kurangnya teknik pengawasan yang efektif dan efisien

Lemahnya peraturan dan pelaksanaan nya

Kurangnya perhatian stakehol- ders terkait

Meningkatnya kandungan limbah di wilayah pesisir

Sebab

Problem inti

Akibat

Penurunan devisa negara

Penurunan nilai ekspor udang nasional

Penurunan kepercayaan konsumen akan kualitas produk seafood nasional

Penurunan keuntungan produsen

Menurunnya kesadaran stakeholders dalam mencegah meningkatnya kandungan limbah di pesisir/laut

Kurangnya dana untuk aplikasi teknologi modern

Meningkatnya aktivitas di kawasan pesisir

Penurunan kualitas produk seafood

Page 6: prelium juni09

Tujuan PenelitianTujuan Penelitian

Mengetahui perubahan konsentrasi bahan Mengetahui perubahan konsentrasi bahan organik (yang terkandung dalam bahan organik (yang terkandung dalam bahan tersuspensi total, TSS) diwilayah pesisir akibat tersuspensi total, TSS) diwilayah pesisir akibat adanya limbah buangan dari kegiatan tambak adanya limbah buangan dari kegiatan tambak udang. udang.

Mengetahui kelimpahan total bakteri Mengetahui kelimpahan total bakteri Vibrio Vibrio spp. spp. di kawasan tambak udang. di kawasan tambak udang.

Mengetahui hubungan keberadaan Mengetahui hubungan keberadaan Vibrio Vibrio harveyiharveyi dan dan Vibrio parahaemolyticusVibrio parahaemolyticus dengan dengan perubahan kandungan bahan organik dalam perubahan kandungan bahan organik dalam TSS.TSS.

Page 7: prelium juni09

HipotesisHipotesis

””Jika kandungan bahan organik (dalam Jika kandungan bahan organik (dalam TSS) di wilayah pesisir meningkat, maka TSS) di wilayah pesisir meningkat, maka adanya kecenderungan peningkatan adanya kecenderungan peningkatan kelimpahan bakteri Vibrio spp. pada kelimpahan bakteri Vibrio spp. pada kawasan tambak udang.” kawasan tambak udang.”

Page 8: prelium juni09

Tinjauan Pustaka

Dinamika Bahan Dinamika Bahan organik dalam perairanorganik dalam perairan

Mikrobiologi Pengganggu Budidaya Udang

Pengelolaan Tambak Udang yang Sehat

Page 9: prelium juni09

TINJAUAN PUSTAKATINJAUAN PUSTAKA

Dinamika Bahan organik dalam perairanDinamika Bahan organik dalam perairan

Padatan tersuspensi total (total suspended Padatan tersuspensi total (total suspended solid/TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi solid/TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi yang tertahan pada yang tertahan pada kertas saring ukuran pori- kertas saring ukuran pori-pori 0,45 pori 0,45 μμmm. TSS terdiri atas lumpur dan . TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air erosi tanah yang terbawa ke badan air (Effendi 2003).(Effendi 2003).Kandungan padatan tersuspensi maksimal Kandungan padatan tersuspensi maksimal adalah 400 mg/l. (Hamsiah, 2000)adalah 400 mg/l. (Hamsiah, 2000)

Page 10: prelium juni09

Mikroorganisme pengganggu budidaya udangMikroorganisme pengganggu budidaya udang

Pencemaran yang disebabkan oleh bakteri dapat menyebabkan Pencemaran yang disebabkan oleh bakteri dapat menyebabkan menurunnya kualitas perairan. Kontaminan di laut yang menurunnya kualitas perairan. Kontaminan di laut yang prinsipal pada negara-negara berkembang adalah limbah yang prinsipal pada negara-negara berkembang adalah limbah yang tidak diolah (Ginting 1995).tidak diolah (Ginting 1995).Beberapa jenis Vibrio spp. bersifat patogen karena Beberapa jenis Vibrio spp. bersifat patogen karena mengeluarkan toksin ganas dan seringkali mengakibatkan mengeluarkan toksin ganas dan seringkali mengakibatkan kematian pada manusia dan ikan (Austin 1988).kematian pada manusia dan ikan (Austin 1988). Vibriosis adalah penyakit pada ikan atau hewan akuatik yang Vibriosis adalah penyakit pada ikan atau hewan akuatik yang disebabkan oleh serangan bakteri Vibrio spp. Penyakit vibriosis disebabkan oleh serangan bakteri Vibrio spp. Penyakit vibriosis adalah penyakit bakterial yang paling utama dalam budidaya adalah penyakit bakterial yang paling utama dalam budidaya udang, yang disebabkan oleh bakteri Vibrio spp. khususnya udang, yang disebabkan oleh bakteri Vibrio spp. khususnya bakteri Vbakteri Vibrio harveyiibrio harveyi (Rukyani 1999). (Rukyani 1999). Vibrio parahaemolyticus Vibrio parahaemolyticus merupakan bakteri yang merupakan bakteri yang mengakibatkan acute gastroenteritis (pada manusia) dan mengakibatkan acute gastroenteritis (pada manusia) dan bersifat pathogen bagi organisme yang hidup di lingkungan bersifat pathogen bagi organisme yang hidup di lingkungan pesisir (Bacteriol 1998). pesisir (Bacteriol 1998).

Page 11: prelium juni09

Pengelolaan Tambak Udang Intensif yang Pengelolaan Tambak Udang Intensif yang SehatSehat

Melakukan kajian terhadap faktor-faktor yang berpengaruh Melakukan kajian terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyebab menurunnya kesehatan udang, yaitu terhadap penyebab menurunnya kesehatan udang, yaitu diantaranya mencegah peningkatan bahan organik dan diantaranya mencegah peningkatan bahan organik dan mencegah munculnya bakteri Vibrio spp. ditambak.mencegah munculnya bakteri Vibrio spp. ditambak.Melaksanakan strategi pengelolaan dalam mencegah Melaksanakan strategi pengelolaan dalam mencegah penyebaran penyakit udang selama proses budidaya. penyebaran penyakit udang selama proses budidaya. Melakukan praktek pengelolaan dengan cara menurunkan Melakukan praktek pengelolaan dengan cara menurunkan stress pada udang dan lingkungan. stress pada udang dan lingkungan. Menerapkan biosecurity dan meminimumkan penyakit pada Menerapkan biosecurity dan meminimumkan penyakit pada stok induk, system hatchery dan pembesaran udang. stok induk, system hatchery dan pembesaran udang. Meminimumkan penggunaan obat dan antibiotik.Meminimumkan penggunaan obat dan antibiotik.Meyakinkan pengamanan dan kualitas produk udang dengan Meyakinkan pengamanan dan kualitas produk udang dengan mengurangi resiko penggunaan bahan-bahan kimia yang mengurangi resiko penggunaan bahan-bahan kimia yang membahayakan kesehatan manusia.membahayakan kesehatan manusia.Peningkatan produk yang aman untuk dikonsumsi manusia Peningkatan produk yang aman untuk dikonsumsi manusia sesuai tuntutan pasar internasional (sesuai tuntutan pasar internasional (Poernomo 1979).Poernomo 1979).

Page 12: prelium juni09

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Denah Lokasi Penelitian

Kawasan Lokasi Penelitian

Page 13: prelium juni09

Kondisi Umum Lokasi PenelitianKondisi Umum Lokasi Penelitian

Luas lahan sekitar 450 Ha, telah diintegrasikan Luas lahan sekitar 450 Ha, telah diintegrasikan sebanyak 300 Ha atau 66,3% ke dalam pengelolaan sebanyak 300 Ha atau 66,3% ke dalam pengelolaan pemerintah melalui Satuan Kerja Tambak Pandu pemerintah melalui Satuan Kerja Tambak Pandu Karawang, sementara 33,4% atau 151 Ha lainnya Karawang, sementara 33,4% atau 151 Ha lainnya masih dalam proses pemulihan di bawah pengelolaan masih dalam proses pemulihan di bawah pengelolaan plasma TIR.plasma TIR.

Kegiatan pengembangan budidaya dilakukan sejak Kegiatan pengembangan budidaya dilakukan sejak tahun 2007, yaitu budidaya udang vannamae intensif, tahun 2007, yaitu budidaya udang vannamae intensif, vannamae semi intensif, vannamae tradisional plus, vannamae semi intensif, vannamae tradisional plus, windu organik, bandeng gelondongan dan bandeng air windu organik, bandeng gelondongan dan bandeng air tawar.tawar.

Page 14: prelium juni09
Page 15: prelium juni09
Page 16: prelium juni09

Bahan dan Metode

Tempat dan Tempat dan WaktuWaktu

Metode Pengumpulan

Data

Pengambilan Sampel

Pengukuran Parameter Fisika dan

Kimia Perairan

Pengamatan Bakteri

Vibrio spp

Penyiapan Media

Menumbuhkan Bakteri

Uji Biokimia

Page 17: prelium juni09

Tempat dan WaktuTempat dan Waktu

Penelitian ini rencananya akan Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan di Kawasan Tambak Pandu dilaksanakan di Kawasan Tambak Pandu Karawang. Penelitian dilaksanakan pada Karawang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember bulan Juli sampai dengan Desember 2009.2009.

Page 18: prelium juni09

Metode Pengumpulan DataMetode Pengumpulan Data

Penelitian ini bersifat deskriptif Penelitian ini bersifat deskriptif korelasional yaitu berusaha korelasional yaitu berusaha menggambarkan atau mendeskripsikan menggambarkan atau mendeskripsikan secara sistematis mengenai fakta-fakta secara sistematis mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang serta hubungan antar fenomena yang diteliti. Melalui pendekatan ini diharapkan diteliti. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat memperoleh gambaran yang dapat memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam mengenai komprehensif dan mendalam mengenai obyek yang diteliti (Nazir 1983).obyek yang diteliti (Nazir 1983).

Page 19: prelium juni09

Pengambilan sampelPengambilan sampel

Sampel diambil (masing-masing 3 kali untuk ulangan,Sampel diambil (masing-masing 3 kali untuk ulangan,dengan menggunakan botol sampel steril dan cool box)dengan menggunakan botol sampel steril dan cool box)dari lokasi:dari lokasi:

Laut lepasLaut lepasKawasan pesisir Kawasan pesisir Muara sungai Muara sungai Saluran pemasukan air (inlet) Saluran pemasukan air (inlet) Kolam treatment Kolam treatment Kolam tandon airKolam tandon airPetak tambak budidaya intensif (di daerah Petak tambak budidaya intensif (di daerah pinggiran tambak (1-2 meter dari tanggul), daerah 5 pinggiran tambak (1-2 meter dari tanggul), daerah 5 -10 mater dari pinggir tanggul dan daerah central -10 mater dari pinggir tanggul dan daerah central drainage) drainage) Saluran pengeluaran air (outlet)Saluran pengeluaran air (outlet)

Page 20: prelium juni09

Prosedur pengukuran TSSProsedur pengukuran TSS

GF/C + aluminium foil cup dikeringkan dengan oven pada temperature 105oC selama 1-2 jam

Mendinginkan dalam desikator sampai temperature ruangan

Menimbang GF/C + aluminium foil

100 ml sample disaring melalui GF/C dengan alat section pump

Mengeringkan dalam oven 105oC selama 1 jam, memasukkan dalam desikator sampai temperature ruangan

Menimbang sampai bobot tetap

Page 21: prelium juni09

PerhitunganPerhitungan

TSS (ppm) = TSS (ppm) = (A-B) X (A-B) X 1.000.0001.000.000

Vol. SampelVol. Sampel

A = bobot padatan + GF/C + aluminium foil cupA = bobot padatan + GF/C + aluminium foil cup

B = bobot GF/C + Aluminium foil cupB = bobot GF/C + Aluminium foil cup

Page 22: prelium juni09

Chlorophyl dan PhaeopytinChlorophyl dan Phaeopytin

Menyaring sample air(100 – 200 ml) tergantung pada kerapatan plankton dengan suction pump

Setelah sample disaring, melipat GF/C kertas dan masukkan dalam tabung reaksi tertutup

Mixer (1 – 2 menit) dan saring ekstraktan

Menambah chloroform : methanol = 2:1 (10 – 15 ml) ke dalam tabung dan tutup rapat

Membiarkan pada ruangan gelap selama semalam pada temperature ruangan

Mixer (1 – 2 menit)

Membaca absorbansi pada panjang gelombang 665 nm dan 750 nm dengan menggunakan kloroform : methanol sebagai blanko

Setelah pembacaan absorbansi, ditambah 1 tetes HCl 0,5 N

Mixer (1-2 menit)

Mengukur absorbansi pada panjang gelombang 665 nm dan 750 nm

Menentukan ratio (A665 – A750) : (A665 – A750) dan merubah menjadi persen dari klorofil dan pheophytin

Menghitung nilai total dari klorofil a + pheophytin a (mg/l)

Mengalikan persen klorofil a dengan nilai total (diperoleh konsentrasi klorofil a, mg/l)

Menghitung konsentrasi pheophytin a yaitu konsentrasi total (klorofil a + pheopytin a) – konsentrasi klorofil a

Page 23: prelium juni09

Klorofil aKlorofil a

Saring sample air 50 ml – 100 ml tergantung pada kerapatan plankton dengan section pump

Setelah disaring, lipat GF/C kertas dan masukkan dalam tabung rekasi tertutup

Tambahkan Aceton 90% 10 ml ke dalam tabung dan tutup rapat

Gerus kertas saring dengan glass rod atau batang pengaduk sampai hancur.

Tutup dan biarkan semalam dalam ruang gelap pada temperatur kamar.

Pisahkan kertas saring dari aseton dengan sentrifuge atau kapas

Ukur absorbansi pada panjang gelombang 750 nm (absorbansi sampel di 750 harus < 0,050, jika > 0,050 ulangi sentrifuge untuk pencegahan turbidity

Lanjutkan cek absorbansi pada panjang gelombang 664, 647 dan 630 nm pipet aseton sisa dari tabung reaksi (V = aseton)

Page 24: prelium juni09

Jumlah klorofil a dalam sampel = mg klorofil Jumlah klorofil a dalam sampel = mg klorofil m3 = Ca x vm3 = Ca x v

VV

Ca = Chlorophyl aCa = Chlorophyl a

v = Volume aseton akhir v = Volume aseton akhir

V= Volume sampelV= Volume sampel

Page 25: prelium juni09

Pengukuran parameter kualitas air Pengukuran parameter kualitas air lainnyalainnya

No Parameter Satuan Alat /Bahan Pengamatan

Fisika

1. Suhu oC Thermometer Insitu

2. Salinitas ppt Refraktometer Insitu

Kimia

3. pH - pH- meter Insitu

4. Oksigen terlarut/DO mg/l Titrimetrik, modifikasi Winkler

Insitu

Sumber: APHA (2005)

Page 26: prelium juni09

Pengamatan Bakteri Vibrio sppPengamatan Bakteri Vibrio spp ((Penyiapan MediaPenyiapan Media))

4.2.3

Timbang 68 gr TCBS pure dan 8,5 gr NaCl ke dalam erlenmeyer steril

Larutkan ke dalam 1000 ml aquades yang sudah disterilkan, aduk hingga homogen dengan menggunakan MS

Ukur pH media dengan pH meter, dan tepatkan 8,6 + 0,2

Panaskan dan didihkan media + 1 menit (untuk 1000 ml larutan aquades + media) dengan hotplate, hindarkan panas berlebihan (media diangkap menjelang mendidih) yang akan meninggalkan kerak di dasar erlenmeyer dan media menjadi rusak

Masukkan media ke dalam waterbath bersuhu 45oC

Tuang media ke petri steril sebanyak 10 -15 ml dan biarkan membeku

Page 27: prelium juni09

Menumbuhkan BakteriMenumbuhkan Bakteri

Mengambil sampel

Menumbuhkan bakteri dalam media TCBSA untuk Vibrio harveyi dan Vibrio parahaemolyticus

Memasukkan sampel air ke dalam botol steril dan dimasukkan dalam ice box

Menyimpan pada suhu 32oC, selama 1 x 24 jam

Mengamati penampakan koloni

Menghitung jumlah bakteri Vibrio sp.

Mengamati bakteri Vibrio harveyi dan Vibrio parahaemolyticus secara biokima

Menimbang 68 gr TCBSA pure dan 8,5 gr NaCl ke dalam erlenmeyer steril

Page 28: prelium juni09

Uji Vibrio secara BiokimiaUji Vibrio secara Biokimia

Uji oxidase, dengan prossedur kerja: kertas filter Uji oxidase, dengan prossedur kerja: kertas filter dibasahi dengan reagan oksidase (1% tetramethyl-p-dibasahi dengan reagan oksidase (1% tetramethyl-p-phenylenediamine dihydro-chlorideaquose), kemudian phenylenediamine dihydro-chlorideaquose), kemudian bakteri yang diambil dengan lidi steril dioleskan pada bakteri yang diambil dengan lidi steril dioleskan pada kertas filter tersebut. kertas filter tersebut. Apabila pada kertas filter timbul Apabila pada kertas filter timbul warna biru pada daerah yang diolesi biakan bakteri warna biru pada daerah yang diolesi biakan bakteri menunjukkan bahwa bakteri tersebut dapat menunjukkan bahwa bakteri tersebut dapat mengkonsumsi oksigen, berarti hasil test positif (+).mengkonsumsi oksigen, berarti hasil test positif (+).Uji katalase, dengan prosedur kerja: bakteri dioleskan Uji katalase, dengan prosedur kerja: bakteri dioleskan pada obyek gelas (slide) dengan menggunakan ose pada obyek gelas (slide) dengan menggunakan ose (loop), kemudian diteteskan larutan Hydrogen (loop), kemudian diteteskan larutan Hydrogen Peroxide 30% pada daerah yang telah diolesi bakteri. Peroxide 30% pada daerah yang telah diolesi bakteri. Apabila setelah tetesan Hydrogen Peroxide timbul Apabila setelah tetesan Hydrogen Peroxide timbul gelembung gas menunjukkan terjadi pelepasan gelembung gas menunjukkan terjadi pelepasan oksigen (+).oksigen (+).

Page 29: prelium juni09

Uji Hugh-Leifson (O/F), dengan prosedur kerja: dipersiapkan Uji Hugh-Leifson (O/F), dengan prosedur kerja: dipersiapkan medium Hugh-Leifson (O/F) dengan komposisi (Pepton 2 gr, medium Hugh-Leifson (O/F) dengan komposisi (Pepton 2 gr, NaCl 5 gr, Bromothymol Blue 2 ml dalam larutan stock 15%, NaCl 5 gr, Bromothymol Blue 2 ml dalam larutan stock 15%, agar 3 gr dilarutkan dalam aquades 1 l), kemudian agar 3 gr dilarutkan dalam aquades 1 l), kemudian dipersiapkan larutan glukose (10%) yang disterilkan dengan dipersiapkan larutan glukose (10%) yang disterilkan dengan filter sterilization. Setelah semua bahan dilarutkan, filter sterilization. Setelah semua bahan dilarutkan, ditambahkan 10 cc larutan glukose 10% sehingga konsentrasi ditambahkan 10 cc larutan glukose 10% sehingga konsentrasi akhir glukose menjadi 1%. Selanjutnya medium dituangkan ke akhir glukose menjadi 1%. Selanjutnya medium dituangkan ke dalam tabung reaksi setinggi 4 cm, kemudian diinokulasikan dalam tabung reaksi setinggi 4 cm, kemudian diinokulasikan secara tusukan pada dua tabung reaksi untuk setiap jenis secara tusukan pada dua tabung reaksi untuk setiap jenis bakteri dan dua tabung lainnya untuk kontrol. Ditambahkan bakteri dan dua tabung lainnya untuk kontrol. Ditambahkan minyak paraffin steril pada satu tabung reaksi yang diinokulasi minyak paraffin steril pada satu tabung reaksi yang diinokulasi dan satu tabung kontrol dengan kedalaman 1 cm dan dan satu tabung kontrol dengan kedalaman 1 cm dan diinkubasikan selama 24 jam. Hasil uji fermentatif (F) apabila diinkubasikan selama 24 jam. Hasil uji fermentatif (F) apabila kedua tabung, baik yang terbuka (tanpa minyak paraffin) kedua tabung, baik yang terbuka (tanpa minyak paraffin) maupun tertutup (dengan minyak paraffin) berwarna kuning. maupun tertutup (dengan minyak paraffin) berwarna kuning. Oksidatif, apabila tabung terbuka berwarna kuning dan tabung Oksidatif, apabila tabung terbuka berwarna kuning dan tabung tertutup berwarna hijau atau biru. Alkaline (Alk), apabila tabung tertutup berwarna hijau atau biru. Alkaline (Alk), apabila tabung terbuka bagian atas berwarna biru dan tabung tertutup terbuka bagian atas berwarna biru dan tabung tertutup berwarna hijau. Tanpa reaksi (NR), apabila kedua tabung berwarna hijau. Tanpa reaksi (NR), apabila kedua tabung berwarna hijau dan perkembangan lambat. Tidak tumbuh (NG) berwarna hijau dan perkembangan lambat. Tidak tumbuh (NG) apabila tidak terdapat pertumbuhan.apabila tidak terdapat pertumbuhan.

Page 30: prelium juni09

Uji sulfida, dengan prosedur kerja: suspensi Uji sulfida, dengan prosedur kerja: suspensi bakteri diinokulasikan secara tusukan pada bakteri diinokulasikan secara tusukan pada medium tegak yang mengandung Sulfide Indol medium tegak yang mengandung Sulfide Indol Motility (SIM) atau Triple Sugar Iron Agar Motility (SIM) atau Triple Sugar Iron Agar (TSIA) dengan komposisi (Pepton 20 gr, NaCl 5 (TSIA) dengan komposisi (Pepton 20 gr, NaCl 5 gr, Lactose 10 gr, Sucrose 10 gr, Glucose 1 gr, gr, Lactose 10 gr, Sucrose 10 gr, Glucose 1 gr, Ferrous Ammonium Sulphate 0,2 gr, Sodium Ferrous Ammonium Sulphate 0,2 gr, Sodium Thio Sulphate 0,2 gr, Phenol Red 0,025 gr dan Thio Sulphate 0,2 gr, Phenol Red 0,025 gr dan agar 13 gr), bahan kemudian dilarutkan menjadi agar 13 gr), bahan kemudian dilarutkan menjadi 1 l dengan penambahan aquades, kemudian 1 l dengan penambahan aquades, kemudian secara goresan pada medium miring, secara goresan pada medium miring, diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 27oC. diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 27oC. Hasil uji positif jika terlihat warna kehitaman Hasil uji positif jika terlihat warna kehitaman sepanjang goresan pada medium.sepanjang goresan pada medium.

Page 31: prelium juni09

Uji indole, dengan prosedur kerja: suspensi bakteri diinokulasi Uji indole, dengan prosedur kerja: suspensi bakteri diinokulasi dengan cara tusukan pada medium SIM atau dicelupkan dengan cara tusukan pada medium SIM atau dicelupkan menggunakan ose ke dalam larutan broth, diinkubasikan menggunakan ose ke dalam larutan broth, diinkubasikan selama 1-2 hari pada suhu 27oC, kemudian ditambahkan selama 1-2 hari pada suhu 27oC, kemudian ditambahkan reagan Kovacs (P-Dymethyle Aminobenzaldehyde 5 gr, Amyl reagan Kovacs (P-Dymethyle Aminobenzaldehyde 5 gr, Amyl Alkohol 75 gr, HCl pekat 25 ml) yang berwarna kuning cerah Alkohol 75 gr, HCl pekat 25 ml) yang berwarna kuning cerah sampai coklat cerah sebanyak 0,4 ml. Hasil uji setelah 20 sampai coklat cerah sebanyak 0,4 ml. Hasil uji setelah 20 menit menunjukkan reaksi positif (+) jika terbentuk warna menit menunjukkan reaksi positif (+) jika terbentuk warna merah muda sampai tua pada lapisan reagan. merah muda sampai tua pada lapisan reagan. Uji reduksi nitrat, dengan prosedur kerja: suspensi bakteri Uji reduksi nitrat, dengan prosedur kerja: suspensi bakteri diinokulasikan pada medium Nitrat Broth (Nitrat Broth 8 gr dan diinokulasikan pada medium Nitrat Broth (Nitrat Broth 8 gr dan KNO3 1 gr yang dilarutkan dalam aquades menjadi 1 ltr) KNO3 1 gr yang dilarutkan dalam aquades menjadi 1 ltr) dengan menggunakan ose, diinkubasikan selama 24 jam pada dengan menggunakan ose, diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 27oC, kemudian ditambahkan 5 tetes Sulphanilic Acid dan suhu 27oC, kemudian ditambahkan 5 tetes Sulphanilic Acid dan 5 tetes α-Naphtylamine. Dipersiapkan Reagan A dengan 5 tetes α-Naphtylamine. Dipersiapkan Reagan A dengan komposisi ( 0,8% Sulfanilic Acid dalam 5 N Acetic Acid, 0,6 % komposisi ( 0,8% Sulfanilic Acid dalam 5 N Acetic Acid, 0,6 % α-naphtylamine dalam 5 N Acetic Acid, serbuk zink). Hasil uji α-naphtylamine dalam 5 N Acetic Acid, serbuk zink). Hasil uji terjadi reaksi positif (+) jika terbentuk warna merah setelah 1-2 terjadi reaksi positif (+) jika terbentuk warna merah setelah 1-2 menit penambahan reagen A. Apabila tidak terbentuk warna menit penambahan reagen A. Apabila tidak terbentuk warna merah, kemudian ditambahkan sedikit serbuk zink, merah, kemudian ditambahkan sedikit serbuk zink, terbentuknya warna merah menunjukkan bahwa reaksi negatif terbentuknya warna merah menunjukkan bahwa reaksi negatif (nitrat tidak tereduksi).(nitrat tidak tereduksi).

Page 32: prelium juni09

Uji citrate, dengan prosedur kerja: suspensi bakteri di Uji citrate, dengan prosedur kerja: suspensi bakteri di inokulasikan secara goresan dengan menggunakan jarum inokulasikan secara goresan dengan menggunakan jarum steril pada medium Simmon’s Citrate Agar (Ammonium steril pada medium Simmon’s Citrate Agar (Ammonium Dihydrogen Phosphate 1 gr, Dipottasium phosphate 1 gr, NaCl Dihydrogen Phosphate 1 gr, Dipottasium phosphate 1 gr, NaCl 5 gr, Sodium Citrate 2 gr, Magnesium Sulfat 2 gr, Agar 15 gr, 5 gr, Sodium Citrate 2 gr, Magnesium Sulfat 2 gr, Agar 15 gr, Bromothymol Blue 0,007 gr), bahan kemudian dilarutkan Bromothymol Blue 0,007 gr), bahan kemudian dilarutkan menjadi 1 ltr dengan penambahan aquades, pH akhir adalah menjadi 1 ltr dengan penambahan aquades, pH akhir adalah 6,9 kemudian diinkubasikan selama 1-4 hari. Hasil uji positif (+) 6,9 kemudian diinkubasikan selama 1-4 hari. Hasil uji positif (+) jika terbentuk warna biru dan negatif (-) jika terbentuk warna jika terbentuk warna biru dan negatif (-) jika terbentuk warna kuning.kuning.Uji penggunaan gula, dengan prosedur kerja: dipersiapkan Uji penggunaan gula, dengan prosedur kerja: dipersiapkan medium TSIA. Suspensi bakteri diinokulasikan secara tusukan medium TSIA. Suspensi bakteri diinokulasikan secara tusukan pada medium tegak (SIM) dan goresan pada medium miring pada medium tegak (SIM) dan goresan pada medium miring (TSIA), kemudian diinkubasikan selama 18-24 jam pada suhu (TSIA), kemudian diinkubasikan selama 18-24 jam pada suhu 27oC. Hasil uji K/A apabila hanya glukose yang terfermentasi, 27oC. Hasil uji K/A apabila hanya glukose yang terfermentasi, A/A apabila glukose dan laktose atau sukrose terfermentasi, A/A apabila glukose dan laktose atau sukrose terfermentasi, A/K apabila laktose atau sukrose terfermentasi, K/K apabila A/K apabila laktose atau sukrose terfermentasi, K/K apabila gula tidak terfermentasi, H2S apabila terbentuk wana gula tidak terfermentasi, H2S apabila terbentuk wana kehitaman pada bekas goresan, terbentuk gas apabila terjadi kehitaman pada bekas goresan, terbentuk gas apabila terjadi retakan pada medium. Cara pembacaan K=basa (merah), retakan pada medium. Cara pembacaan K=basa (merah), A=asam (kuning) dibaca sebagai medium tegak/kuning.A=asam (kuning) dibaca sebagai medium tegak/kuning.

Page 33: prelium juni09

Uji lipase, dengan prosedur kerja: dipersiapkan medium Uji lipase, dengan prosedur kerja: dipersiapkan medium (pepton 1 gr, NaCl 1 gr, CaCl2 0,01 gr dan agar 2 gr), (pepton 1 gr, NaCl 1 gr, CaCl2 0,01 gr dan agar 2 gr), kemudian dilarutkan menjadi 100 ml aquades. Suspensi kemudian dilarutkan menjadi 100 ml aquades. Suspensi dipanaskan sambil diaduk sampai mendidih, disterilkan dengan dipanaskan sambil diaduk sampai mendidih, disterilkan dengan autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit. Setelah suhu autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit. Setelah suhu medium menjadi 50oC dilarutkan tween 40 (ester asam medium menjadi 50oC dilarutkan tween 40 (ester asam palmitat) atau tween 60 (ester asam stearat) atau tween 80 palmitat) atau tween 60 (ester asam stearat) atau tween 80 (ester asam oleat) sebanyak 1 ml. (ester asam oleat) sebanyak 1 ml. Selanjutnya kultur bakeri Selanjutnya kultur bakeri diinokulasikan secara spot inokulating, diinkubasi selama 24 – diinokulasikan secara spot inokulating, diinkubasi selama 24 – 48 jam sampai terlihat penumbuhan yang nyata. Hasil uji positif 48 jam sampai terlihat penumbuhan yang nyata. Hasil uji positif (+) jika terbentuk daerah yang kusam (seperti awan) di sekitar (+) jika terbentuk daerah yang kusam (seperti awan) di sekitar pertumbuhan bakteri.pertumbuhan bakteri.Uji sensitivitas 0/129 disk, untuk identifikasi jenis bakteri Vibrio Uji sensitivitas 0/129 disk, untuk identifikasi jenis bakteri Vibrio spp. dengan prosedur: dipersiapkan Vibriostatic Agent yang spp. dengan prosedur: dipersiapkan Vibriostatic Agent yang mengandung senyawa (2,4 Diamino – 6,7 Diisopropyl pteridine mengandung senyawa (2,4 Diamino – 6,7 Diisopropyl pteridine (0/129) yang dimasukkan ke dalam 0/129 Sensitivity Disc, (0/129) yang dimasukkan ke dalam 0/129 Sensitivity Disc, kemudian dengan menggunakan table identifikasi dapat kemudian dengan menggunakan table identifikasi dapat ditentukan jenis bakteri yang diisolasi apakah termasuk jenis ditentukan jenis bakteri yang diisolasi apakah termasuk jenis Vibrio spp. (sensitive) atau bakteri lainnya (resisten).Vibrio spp. (sensitive) atau bakteri lainnya (resisten).

Page 34: prelium juni09

Uji swarming, untuk menguji apakah Uji swarming, untuk menguji apakah pertumbuhan bakteri memiliki sifat pertumbuhan bakteri memiliki sifat pertumbuhan melebar (swarming) pada pertumbuhan melebar (swarming) pada permukaan media padat seperti NA.permukaan media padat seperti NA.Uji pertumbuhan bakteri dengan media selektif Uji pertumbuhan bakteri dengan media selektif Vibrio (TCBSA), maka dapat dilihat Vibrio (TCBSA), maka dapat dilihat kenampakan koloni besar-kuning maka jenis kenampakan koloni besar-kuning maka jenis bakteri V. alginolyticus, kenampakan koloni bakteri V. alginolyticus, kenampakan koloni datar dengan diameter 2-3 mm dan berwarna datar dengan diameter 2-3 mm dan berwarna kuning adalah jenis bakteri V. cholerae, kuning adalah jenis bakteri V. cholerae, kenampakan koloni berukuran lebih kecil kenampakan koloni berukuran lebih kecil dengan pusat dengan pusat berwarna hijau kebiruan, berwarna hijau kebiruan, diameter 3- 5 mm, pusat koloni berwarna hijau diameter 3- 5 mm, pusat koloni berwarna hijau tua adalah V. Parahaemolyticus, kenampakan tua adalah V. Parahaemolyticus, kenampakan koloni hijau berpendar adalah V. harveyikoloni hijau berpendar adalah V. harveyi

Page 35: prelium juni09

Uji lipase, dengan prosedur kerja: dipersiapkan Uji lipase, dengan prosedur kerja: dipersiapkan medium (pepton 1 gr, NaCl 1 gr, CaCl2 0,01 dan medium (pepton 1 gr, NaCl 1 gr, CaCl2 0,01 dan agar 2 gr), kemudian dilarutkan menjadi 100 ml agar 2 gr), kemudian dilarutkan menjadi 100 ml dengan autoclave pada suhu 121 oC selama 15 dengan autoclave pada suhu 121 oC selama 15 menit. Setelah suhu medium menjadi 50oC menit. Setelah suhu medium menjadi 50oC dilarutkan tween 40 (ester asam palmitat atau dilarutkan tween 40 (ester asam palmitat atau tween 60 (ester asam stearat atau tween 80 tween 60 (ester asam stearat atau tween 80 (ester asam oleat) sebanyak 1 ml. Selanjutnya (ester asam oleat) sebanyak 1 ml. Selanjutnya kultur bakeri diinokulasikan secara spot kultur bakeri diinokulasikan secara spot inokulating, diinkubasi selama 24 – 48 jam inokulating, diinkubasi selama 24 – 48 jam sampai terlihat penumbuhan yang nyata. Hasil sampai terlihat penumbuhan yang nyata. Hasil uji positif (+) jika terbentuk daerah yang kusam uji positif (+) jika terbentuk daerah yang kusam (seperti awan) di sekitar pertumbuhan bakteri.(seperti awan) di sekitar pertumbuhan bakteri.(Bacteriological Analytical Manual, 1998)(Bacteriological Analytical Manual, 1998)

Page 36: prelium juni09

Karakteristik Uji Biokimia pada Karakteristik Uji Biokimia pada bakteri Vibrio spp.bakteri Vibrio spp.

V. harveyi: V. harveyi: TCBSA: hijau, ukuran diameter 2-3 mmTCBSA: hijau, ukuran diameter 2-3 mmTumbuh pada 3%, 6%, 8%, 10% NaClTumbuh pada 3%, 6%, 8%, 10% NaClTumbuh pada suhu 35-37Tumbuh pada suhu 35-37ooC, 42C, 42ooC selama 18-24 jamC selama 18-24 jamUji oksidase: positifUji oksidase: positifONPG : positifONPG : positifGelatinase : positifGelatinase : positifUrease : negatifUrease : negatifBerpendar / tidak berpendarBerpendar / tidak berpendarMotility : motileMotility : motileAcid from sucrose: positifAcid from sucrose: positifAcid from lactose : positifAcid from lactose : positif(triple sugar ron agar) TSIA : positif(triple sugar ron agar) TSIA : positifGram stain: negatifGram stain: negatifBentuk: batangBentuk: batangSensitif pada 150 µg 0/129Sensitif pada 150 µg 0/129

Page 37: prelium juni09

V. ParahaemolyticusV. Parahaemolyticus

TCBSA: hijau kebiruan, ukuran diameter 2-3 mmTCBSA: hijau kebiruan, ukuran diameter 2-3 mmTumbuh pada 3%, 6%, 8%, NaClTumbuh pada 3%, 6%, 8%, NaClTumbuh pada suhu 35-37Tumbuh pada suhu 35-37ooC, 42C, 42ooC selama 18-24 jamC selama 18-24 jamUji oksidase: positifUji oksidase: positifUji Motility: motileUji Motility: motileUji Urea hidrolysis: positifUji Urea hidrolysis: positifAcid from sucrose : negatifAcid from sucrose : negatifAcid from lactose : negatifAcid from lactose : negatifONPG : negatifONPG : negatifGelatinase : positifGelatinase : positifUrease : negatifUrease : negatifArginine glucose slant (AGS) medium: alkaline (K) acid (A)Arginine glucose slant (AGS) medium: alkaline (K) acid (A)(triple sugar ron agar) TSIA: negatif (triple sugar ron agar) TSIA: negatif Gram stain: negatifGram stain: negatifBentuk: batangBentuk: batangSensitif pada 150 µg 0/129Sensitif pada 150 µg 0/129

Page 38: prelium juni09

Analisis Data

Analisis Analisis DeskriptifDeskriptif

Persentase Fase

Tingkat Perubahan

Analisis PCA (Principal

Component Analysis)

Cluster Analysis

Page 39: prelium juni09

Analisis DeskriptifAnalisis Deskriptif

Analisa deskriptif dilakukan untuk Analisa deskriptif dilakukan untuk menggambarkan kondisi perairan secara menggambarkan kondisi perairan secara umum, kandungan bahan organik (TSS) umum, kandungan bahan organik (TSS) dan kelimpahan bakteri Vibrio sp. di dan kelimpahan bakteri Vibrio sp. di perairan kawasan tambak udang. perairan kawasan tambak udang.

Page 40: prelium juni09

Persentase Fase Tingkat PerubahanPersentase Fase Tingkat Perubahan Perubahan konsentrasi bahan organik, Perubahan konsentrasi bahan organik, parameter fisika kimia dan jumlah parameter fisika kimia dan jumlah VibrioVibrio spp. spp. untuk mengetahui persentase perubahan yang untuk mengetahui persentase perubahan yang terjadi terhadap beberapa parameter – terjadi terhadap beberapa parameter – parameter pada awal pengamatan dan akhir parameter pada awal pengamatan dan akhir pengamatan.pengamatan.

% perubahan = a-b/a X 100%% perubahan = a-b/a X 100%Keterangan:Keterangan:

a = nilai awal parameter, b= nilai akhir pengamatana = nilai awal parameter, b= nilai akhir pengamatan

Page 41: prelium juni09

Analisa PCA (Principal Component Analysis)Analisa PCA (Principal Component Analysis)

Untuk melihat hubungan faktor-faktor yang berpengaruh Untuk melihat hubungan faktor-faktor yang berpengaruh dalam perbedaan kelimpahan bakteri Vibrio spp. dengan dalam perbedaan kelimpahan bakteri Vibrio spp. dengan kandungan bahan organik di kawasan tambak udang kandungan bahan organik di kawasan tambak udang deilakukan dengan analisis komponen utama (Principal deilakukan dengan analisis komponen utama (Principal Component Analysis/PCA).Component Analysis/PCA).Analisa komponen utama (PCA) merupakan metode Analisa komponen utama (PCA) merupakan metode statistic deskriptif yang bertujuan untuk menampilkan statistic deskriptif yang bertujuan untuk menampilkan data dalam bentuk grafik dan informasi maksimum yang data dalam bentuk grafik dan informasi maksimum yang terdapat dalam suatu matriks data. Matriks data yang terdapat dalam suatu matriks data. Matriks data yang dimaksud terdiri dari variable sebagai kolom dan hasil dimaksud terdiri dari variable sebagai kolom dan hasil observasi sebagai baris.observasi sebagai baris. Analisis ini digunakan untuk mereduksi dimensi dari Analisis ini digunakan untuk mereduksi dimensi dari segugus data peubah ganda yang besar.segugus data peubah ganda yang besar.

Page 42: prelium juni09

Cluster AnalysisCluster Analysis

Cluster analysis adalah merupakan metode matematika untuk menganalisa Cluster analysis adalah merupakan metode matematika untuk menganalisa data yang jumlahnya ratusan dan dapat digunakan untuk mendapatkan data yang jumlahnya ratusan dan dapat digunakan untuk mendapatkan kesamaan suatu obyek. Obyek yang sama akan dikelompokkan secara kesamaan suatu obyek. Obyek yang sama akan dikelompokkan secara matematika sehingga menjadi 1 kelompok.matematika sehingga menjadi 1 kelompok.

Tujuan dari analysis ini adalah untuk mendapatkan kelompok-kelompok obyek Tujuan dari analysis ini adalah untuk mendapatkan kelompok-kelompok obyek yang sama maupun yang tidak sama, sehingga bisa diklasifikasikan. Jika yang sama maupun yang tidak sama, sehingga bisa diklasifikasikan. Jika kita memiliki segugus pengamatan (obyek) dan kita ingin membuat kita memiliki segugus pengamatan (obyek) dan kita ingin membuat kelompok-kelompok (sehingga menjadi lebih sedikit kelompok) dari kelompok-kelompok (sehingga menjadi lebih sedikit kelompok) dari pengamatan-pengamatan yang mirip sehingga pada sebiah kelompok, pengamatan-pengamatan yang mirip sehingga pada sebiah kelompok, obyek yang ada lebih mirip satu sama lain, dibandingkan dengan antar obyek yang ada lebih mirip satu sama lain, dibandingkan dengan antar obyek di kelompok yang lain.obyek di kelompok yang lain.

Tahapan dalam analysis ini adalah:Tahapan dalam analysis ini adalah:Mengumpulkan data matrik untuk kolomnya yaitu obyek yang akan Mengumpulkan data matrik untuk kolomnya yaitu obyek yang akan dikelompokkan, sedangkan pada baris adalah atribut yang menggambarkan dikelompokkan, sedangkan pada baris adalah atribut yang menggambarkan obyek.obyek.Menstandarisasikan data matriksMenstandarisasikan data matriksMenggunakan data matriks yang telah distandarisasikan dalam bentuk nilai Menggunakan data matriks yang telah distandarisasikan dalam bentuk nilai kesamaan kelompok obyek.kesamaan kelompok obyek.

Page 43: prelium juni09

Terima Terima kasihkasih