pranata anyar

Upload: ony-van-java

Post on 02-Mar-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas pranata

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Perilaku konsumtif yang berlebihan adalah salah satu ciri dari sifat hedonisme yaitu suatu cara pendang hidup yang beranggapan bahwa seseorang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin, dan meghindari hal-hal yang dapat menyakitkan. Sebenarnya sifat tersebut tidaklah semuanya berdampak negatif, tetapi juga ada dampak positifnya yaitu seseorang dapat termotivasi untuk bekerja lebih keras demi terpenuhi kepuasan dan kesenangan dirinya. Tetapi yang kita lihat pada masyarakat Indonesia lebih banyak dampak negatifnya yang tidak lain adalah perilaku konsumtif yang berlebihan demi terciptanya kebahagiaan dalam dirinya. Perilaku ini kini tidak lagi hanya dimiliki penduduk kota-kota besar yang cenderung memiliki penghasilan tinggi saja, tetapi juga merambah ke penduduk di kota-kota yang lebih kecil yang rata-rata penduduknya berpenghasilan menengah. Tolak ukur konsumtif tidaknya penduduk pada suatu wilayah dapat dilihat dari banyaknya mall atau tempat hiburan lain pada wilayah tersebut. Kini mall-mall tidak hanya dibangun di kota-kota besar saja, tetapi juga di kota-kota yang lebih kecil ataupun kota-kota satelit. Berbeda dengan kota-kota besar yang cenderung peruntukkan lahannya sebagian besar untuk bisnis, peruntukkan lahan untuk bisnis atau perniagaan di kota-kota yang lebih kecil biasanya tidaklah terlalu besar. Tak hayal pembangunan pusat-pusat perbelanjaan di kota-kota kecil akan cenderung memakan lahan-lahan yang bukan diperuntukkan untuk perniagaan. Hal ini tentu menimbulkan berbagai pertanyaan seperti bagaimana suatu bangunan dapat dibangun di suatu tempat/lahan yang tidak diperuntukkan untuk fungsi bangunan tersebut, sampai pertanyaan tentang sikap pemerintah daerah yang terlihat tidak bisa berbuat apa-apa atau bahkan kurang peduli terhadap pembangunan bangunan-bangunan bermasalah tersebut. Salah satu bangunan bermasalah tersebut adalah Mall Olympic Garden. Mall Olympic Garden (MOG) adalah salah satu mall terbesar di Kota Malang, yang tepatnya berlokasi di Jalan Kawi no. 24 Malang. MOG mulai dibangun pada tahun 2006 dan mulai beroperasi tahun 2008. Pembangunan MOG sendiri merupakan bagian dari proyek pemugaran Stadion Gajayana yang pada saat itu diperuntukkan untuk kesebelasan Arema Indonesia yang akan berlaga di Liga Champions Asia dan even-even olahraga yang akan digelar di Malang. Tetapi entah bagaimana di wilayah yang diperuntukkan sebagai pusat olahraga akhirnya juga dibangun sebuah pusat perbelanjaan yang tentu saja pada waktu itu terjadi banyak penolakan atas rencana pembangunan MOG tersebut karena tidak sesuai dengan Perda Kota Malang pada saat itu. Tetapi pada akhirnya pemerintah Kota Malang tidak dapat berbuat banyak untuk mencegah pembangunannya dan pembangunan MOG-pun tetap dilakukan. Hingga sampai saat ini tempat perbelanjaan tersebut tetap berdiri dan belum ada solusi ataupun perubahan pada kawasan tersebut.

2.2 Rumusan MasalahBerikut adalah beberapa permasalahan yang diangkat sebagai topik bahasan adalah.a. Peraturan apa saja yang dilanggar sehingga Mall Olympic Garden dapat disebut bangunan bermasalah?b. Apa saja dampak yang timbul dari dibangunnya Mall Olympic Garden?c. Apa saja solusi untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh pembangunan Mall Olympic Garden?

2.3 TujuanTujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut.a. Mengetahui dan memahami beberapa peraturan yang mungkin dilanggar dalam proses pembangunan Mall Olympic Garden. b. Memahami dampak negatif yang ditimbulkan akibat menyalahi peraturan-peraturan tersebut.c. Mencari solusi untuk menguangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh pembangunan Mall Olympic Garden.

2.4 Batasan MasalahRuang lingkup dalam penulisan ini adalah membahas mengenai permasalahan yang timbul dari pembangunan Mall Olympic Garden di kawasan Stadion Gajayana dan bagaimana hubungannya dengan Perda Kota Malang dan peraturan-peraturan lain, serta solusi dari permasalahan tersebut.

BAB IITINJAUAN TEORI

Pengertian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka (11) Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan / atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Menurut Tamin (2000), analisis dampak lalu lintas pada dasarnya merupakananalisis pengaruh pengembangan tata guna lahan terhadap sistem pergerakan aruslalu-lintas disekitarnya yang diakibatkan oleh bangkitan lalu-lintas yang baru, lalulintasyang beralih, dan oleh kendaraan keluar masuk dari / ke lahan tersebut. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2001 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2001-2011. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, yaitu pada bagian kedua tentang Penataan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. RTRW Kota Malang 2001-2011.

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 Permasalahan dampak fungsi lahan.

Pembangunan MOG sendiri hendaknya mengacu pada Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2001 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2001 yang berlaku sampai tahun 2011. Dimana daerah sekitar stadion gajayana ditetapkan sebagai kawasan ruang terbuka hijau dan sebisa mungkin tidak dapat dirubah fungsinya, hal ini tertera pada pasal-pasal berikut :

Pasal 20 ayat 5 poin D yaituUntuk lapangan olah raga yang ada sekarang sebisa mungkin dihindari untuk peralihanfungsi sebagai kawasan terbangun, dan hanya difungsikan sebagai RTH baik untuktempat olah raga, taman kota maupun sebagai peresapan air.Mengacu pada pasal tersebut seharusnyawilayah Stadion Gajayana tidak dapat dialihfungsikan, apalagi pada saat itu wilayah tersebut sudah ditetapkan sebagai wilayah yang tidak terbangun atau ditujukan untuk Ruang Terbuka Hijau. Tetapi ada kata-kata pada pasal tersebut yang menimbulkan penafsiran ganda, yaitu kata-kata sebisa mungkin dihindari yang pada akhirnya tentu menjadi celah bagi investor dan juga pihak pemkot Malang untuk mendirikan MOG di kawasan Stadion Gayajana yang merupakan lahan kritis, potensi banjir tinggi dan tidak dapat dialihfungsikan menjadi mall atau lainnya. Seharusnya wilayah tersebut khusus untuk sarana olah raga, bukan untuk kawasan perbelanjaan.

Pasal 20 ayat 5 poin C tertulis "untuk kawasan-kawasan yang merupakan daerah aliran air (tangkapan air) terutama pada musim hujan diupayakan sebagai RTH yang berfungsi sebagai daerah peresapan air, misalnya pada daerah GOR Pulosari dan sekitarnya", GOR Pulosari yang dimaksudkan adalah Stadion Gajayana itu sendiri. Pasal 20 ayat 5 poin M tertulis "ruang terbuka hijau yang ada sekarang keberadaannya tetap dipertahankan dan dihindari peralihan fungsi maupun pemanfaatan selain RTH atau sejenisnya" poin ini mendukung poin sebelumnya yang menyatakan kawasan RTH dihindari peralihan fungsinya.

Penetapan daerah tersebut sebagai RTH tidaklah tanpa alasan,dapat dilihat dari gambar dibawah sebelum dibangunnya MOG luas daerah resapan di sekitar Stadion Gajayana hingga Jalan Kawi adalah 8.408 Ha dan setelah dibangun MOG luas lahan resapan berkurang hingga tinggal 1.607 Ha. Hal ini tentu berdampak besar pada lingkungan keseimbangan lingkungan daerah sekitar MOG bahkan lebih luas lagi.

Kawasan Stadion Gajayana sebelum pembangunan MOGKawasan Stadion Gajayana setelah pembangunan MOG Dari gambar tersebut dapat terlihat betapa besarnya lahan resapan yang hilang akibat dibangunnya MOG.

kawasan perniagaan

kawasan pemukiman

kawasan lindung setempat & RTH

kawasan fasilitas umum dan sosial

Peta tata guna lahan kawasan MOG dan sekitarnya tahun 2011-2030

Gambar tersebut menunjukkan RTRW Kota Malang 2012-2030, pada area yang dilingkari sebelumnya pada RTRW tahun 2001-2011 hanya diperuntukkan untuk RTH (warna hijau) dan Pemukiman (warna kuning), tetapi pada RTRW 2012-2030 ditambahkan area perniagaan (ungu) yaitu pada area MOG. Hal ini sungguh aneh karena seharusnya MOG berpegang pada RTRW Berkurangnya lahan resapan ini berdampak pada munculnya banjir di kawasan Jalan Kawi, Jalan Tenes dan sekitar wilayah MOG. Banyak warga Malang yang mulai merasakan bahwa banjir yang terjadi di kawasan tersebut lambat laun akan semakin meluas jika lahan resapan air tidak memadai. Walaupun sudah dibuat besi pengaman yang membuka aliran air menuju gorong-gorong, tetap saja banjir masih sering terjadi. Selain menyebabkan banjir, dampak lain dari berkurangnya ruang terbuka hijau adalah kondisi Kota Malang yang semakin panas. Pohon-pohon yang seharusnya ada di sekitar Stadion Gajayana ditebang dan dialihfungsikan menjadi tempat parkir liar untuk tempat parkir kendaraan yang akan masuk ke kawasan MOG.Hal ini sekaligus menjadi bukti bahwa AMDAL MOG bermasalah dan patut dipertanyakan kebenarannya.

Selain Perda, peraturan tentang pembangunan pusat perbelanjaan juga diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, yaitu pada bagian kedua tentang Penataan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern disebutkan dalam mendirikan pusat perbelanjaan harus memenuhi syarat-syarat, berikut :

1. Lokasi pendirian Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern wajib mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota, termasuk Peraturan Zonasinya.peraturan ini menunjukkan bahwa pembangunan pusat perbelanjaan hendaknya mengacu pada RTRW daerah dimana pusat perbelanjaan tersebut akan dibangun.

2. Batasan luas lantai penjualan Toko Modern adalah sebagai berikut: a. Minimarket, kurang dari 400 m2 (empat ratus a. Minimarkets, less than 400 m2 (four hundred meter per segi); meters square); b. Supermarket, 400 m2 (empat ratus meter per segi) sampai dengan 5.000 m2 (lima ribu meter persegi); c. Hypermarket, diatas 5.000 m2 (lima ribu meter persegi); d. Department Store, diatas 400 m2 (empat ratus meter persegi); e. Perkulakan, diatas 5.000 m2 (lima ribu meter persegi).3. Sistem penjualan dan jenis barang dagangan Toko Modern adalah sebagai berikut:a. Minimarket, Supermarket dan Hypermarket menjual secara eceran barang konsumsi terutama produk makanan dan produk rumah tangga lainnya; b. Department Store menjual secara eceran barang konsumsi utamanya produk sandang dan perlengkapannya dengan penataan barang berdasarkan jenis kelamin dan/atau tingkat usia konsumen; dan c. Perkulakan menjual secara grosir barang konsumsi.

1. Pendirian Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern wajib:a. Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan Pasar Tradisional, Usaha Kecil dan Usaha Menengah yang ada di wilayah yang bersangkutan; b. Memperhatikan jarak antara Hypermarket dengan Pasar Tradisional yang telah ada sebelumnya; c. Menyediakan areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1 (satu) unit kendaraan roda empat untuk setiap 60 m2 (enam puluh meter per segi) luas lantai penjualan Pusat Perbelanjaan dan/atau Toko Modern; dan d. Menyediakan fasilitas yang menjamin Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang bersih, sehat (hygienis), aman, tertib dan ruang publik yang nyaman.2. Penyediaan areal parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat dilakukan berdasarkan kerjasama antara pengelola Pusat Perbelanjaan dan/atau Toko Modern dengan pihak lain.3. Pedoman mengenai ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b diatur lebih lanjut oleh Menteri.

a. Selain permasalahan AMDAL, pembangunan MOG disinyalir juga tidak memperhatikan AMDALALIN. Peraturan tentang lalin diatur dalam UU nomor 38 tahun 2004 Tentang Jalan. Kawasan jalan kawi sendiri sudah dikenal ramai dan padat lalu lintasnya, tetapi tidaklah sampai menimbulkan kemacetan disana. Pembangunan MOG membuat lalu lintas di kawasan tersebut semakin padat hingga menimbulkan kemacetan rutin pada akhir pekan.Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor yang secara langsung berhubungan dengan keberadaan MOG tersebut, yaitu :

Warga sekitar Jalan Tenes juga harus memutar jauh jika ingin masuk ke Jalan Tenes, yaitu melewati Jl. Kawi terlebih dulu, sebelumnya mereka cukup melewati Jl. Tangkuban Perahu saja dan langsung ke Jl. Tenes. Hal ini tentu menambah volume kendaraan di Jl. Kawi. Tingkat kecelakaan juga relatif sering terjadi karena kemacetan yang tidak teratasi. Hal ini disebabkan karena pengguna kendaraan terutama kendaraan bermotor saling berebut jalan. Pengendara yang melewati jalan Kawi sering terhalang oleh kendaraan yang keluar-masuk ke area MOG.Meski saat ini pihak MOG telah mengalihkan pintu parkir ke samping (sebelah pom bensin), akan tetapi masih belum cukup menanggulangi kemacetan. Laju kendaraan yang melewati Jl. Kawi sering terhambat dan terhenti oleh perputaran kendaraan menuju MOG. MOG menjadi magnet yang baru sehingga tentu kepadatan jalan menuju MOG akan bertambah, padahal sebelumnya lalu lintas kawasan ini sudah cukup padat.

BAB IVPENUTUP

4.1 KesimpulanMOG sebenarnya kawasan ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai daerah resapan air. MOG menyalahi banyak peraturan yang sudah ditetapkan seperti yang tertera di Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2001 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2001 dan oleh karena itu akibat pembangunan MOG banyak menimbulkan permasalahan. Salah satu permasalahan yang ditimbulkan oleh MOG adalah banjir, kemacetan, dll.hal ini menunjukkan bahwa pembangunan MOG mengabaikan peraturan-peraturan yang telah berlaku sehingga menimbulkan bermbagai permasalahan.

4.2 Saran

Untuk mengurangi dampak berkurangnya lahan resapan:

Untuk saluran drainase lebih diperbanyak lagi bukaan-bukaan yang berada di sisi jalan, sehingga air hujan dapat masuk ke saluran dan tidak terperangkap di jalan Untuk jalan sekunder di daerah MOG bisa menggunakan paving untuk membantu peresapan air. Membuat lubang-lubang biopori. Lahan resapan air sudah teralihkan fungsi sebagai kawasan perbelanjaan, penambahan resapan air bisa dilakukan di sekitar bangunan.

Untuk mengurangi dampak lalu lintas : Tempat parkir yang terlalu kecil mengakibatkan kendaraan saling mengantri dan menyebabkan kendaraan pasif di jalan utama atau di jalan raya. Sehingga butuh perluasan area parkir, hal ini menyesuaikan dengan MOG yang merupakan pusat perbelanjaan yang terbesar di kota Malang. Untuk alur masuk parkiran sebaiknya tidak berhubungan langsung dengan area parkir, butuh jalur masuk yang lebih luas untuk menuju tempat parkir. Hal ini dikarenakan agar tidak ada kendaraan berderet di jalan raya hanya untuk menunggu antrian parkir. Jalur masuk parkir sepeda motor dan mobil sebaiknya dibedakan jalannya atau dipisah jalurnya dengan pembatas jalan.

8