isi laporan global anyar 1

82
Laporan Praktek Belajar Lapangan Penyakit Global –PSIK Universitas Jember 2015 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan, jutaan kasus dilaporkan setiap tahun dan diperkirakan sekitar 4-5 juta orang meninggal karena diare akut. Epidimologi penyakit diare dapat ditemukan pada seluruh daerah geografis baik negara yang telah maju ataupun di negara berkembang seperti di Indonesia. Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari (Hidayat, 2006). Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan lain. Diare akut adalah buang air besar lembek / cair konsistennya encer, lebih sering dari biasanya disertai belendir, bau amis, berbusa bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (Depkes, 2009). Dengan demikian diare adalah buang air besar yang tidak normal berbentuk cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari. Diperkirakan insidensi diare 0,5-2/episode/orang/tahun ada di negara maju sedangkan 1

Upload: yulva-intand-lukita-ii

Post on 17-Dec-2015

245 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Laporan mata kuliah penyakit global

TRANSCRIPT

BAB 1. PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDiare saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan, jutaan kasus dilaporkan setiap tahun dan diperkirakan sekitar 4-5 juta orang meninggal karena diare akut. Epidimologi penyakit diare dapat ditemukan pada seluruh daerah geografis baik negara yang telah maju ataupun di negara berkembang seperti di Indonesia.Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atautidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, sertafrekuensi lebih dari 3 kali sehari (Hidayat, 2006). Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan lain. Diare akut adalah buang air besar lembek / cair konsistennya encer, lebih sering dari biasanya disertai belendir, bau amis, berbusa bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (Depkes, 2009). Dengan demikian diare adalah buang air besar yang tidak normal berbentuk cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari.Diperkirakan insidensi diare 0,5-2/episode/orang/tahun ada di negara maju sedangkan di negara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta penderita diare setiap tahunnya. Berdasarkan laporan organisasi kesehatan dunia(WHO,2000), di Bangladesh selama kurun waktu 10 tahun (1974-1984) angka kejadian diare berkisar1,93%-4,2% (Setiawan, 2006; Suzanna, 1993). Di Indonesia diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya insidensi, angka kematian serta masih sering terjadinya kejadian luar biasa (KLB) (Loehoeri, 1998). Angka kesakitan diare (insidensi) diare di Indonesia pada tahun 2000 (survei P2 diare) 301 per 1000 penduduk (Depkes RI 2005).Masih tingginya angka kesakitan diare akut saat ini, maka pemerintah melalui program pemberantasan penyakit diare (program PD) pada pelita VI menekan angka kesakitan, angka kematian serta penanggulangan KLB (kejadian luar biasa) diare. Adanya kebijakan tersebut, diharapkan angka kematian saat KLB di lapangan tidak lebih dari 1,5 % dan angka kematian di rumah sakit dibawah 1 %. (Loehoeri S 1998) Pengelolaan diare yang benar dapat mengurangi angka kematian sampai 95% (Widodo, 2000).Diare dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya infeksi (bakteri, parasit dan virus), keracunan makanan, efek obat-obatan dan lain-lain. Menurut world gastroenterology organisation global guidelines 2005, etiologi diare akut dibagi dalam 4 penyebab: bakteri, virus, parasit dan noninfeksi (Setiawan. 2006).Gambaran klinis diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat kali atau lebih dalam sehari, yang sering disertai dengan muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoranrasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh virus (Vila J et all, 2000).Selain masalah diare yang banyak terjadi di Lingkungan palinggihan Tengah ada juga masalah kurang gizi yang banyak dialami oleh masyarakat Lingkungan Palinggihan Tengah. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Penyebab gizi buruk dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling terkait, antara lain asupan makanan yang kurang disebabkan karena tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang, pola makan yang salah, serta anak sering menderita sakit. Kekurangan konsumsi makanan yang berlangsung lama, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan gizi anak, serta rendahnya kondisi kesehatan lingkungan, selain itu juga dipengaruhi oleh masalah ekonomi dan pelayanan kesehatan, serta pola asuh yang kurang memadai sehingga berdampak pada meningkatnya jumlah balita dengan status gizi buruk (Depkes, 2000).Gizi merupakan unsur yang sangat penting didalam tubuh. Dengan gizi yang baik, tubuh akan segar dan dapat melakukun aktivitas dengan baik. Gizi harus dipenuhi justru masih anak-anak, kurang gizi selain penting untuk pertumbuhan badan, juga penting untuk perkembangan otak, untuk itu, orang tua harus mengerti dengan baik kebutuhan gizi anak agar tidak mengalami kurang gizi selain itu, orang tua juga harus mengetahui apa dan bagaimana kuranggiziitu (Supariasa, dkk 2002). Keterlambatan dalam pemberian gizi yang baik akan mengakibatkan gagal tumbuh pada bailta. Pertumbuhan manusia dewasa, tergantung pada kondisi gizi dan kesehatan sewaktu balita. Begitu juga dengan pertumbuhan otak, untuk menentukan tingkat kecerdasan ditentukan oleh pertumbuhan pada waktu balita. Oleh karena itu usaha-usaha peningkatan gizi ditujukan pada balita.Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Dinas Kesehatan Jember tahun 2012 menunjukkan bahwa di Kabupaten Jember prevalensi pendek pada balita sebesar 43,3% , dan jumlah kasus balita gizi buruk sebanyak 2,34 % (Dinkes Jember, 2013). Salah satu stategi utama perbaikan gizi balita adalah perbaikan pola asuh dan pemberian makan bayi dan anak yang dapat mencukupi asupan nutrisi yang seimbang. Dari hasil evaluasi kasus balita gizi buruk terjadi karena pola asuh dan dari kelurga miskin. Pola asuh menjadi penyebab utama karena ibu belum siap untuk mengasuh anak atau menikah pada usia dini, pendidikan dan pengetahuan yang kurang. Sedangkan faktor kemiskinan menjadi penyebab karena keluarga tidak mampu menyediakan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi untuk keluarganya.Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa PSIK Universitas Jember pada tanggal 14 April 2015 pada warga RW 07 Lingkungan Palinggihan Tengah Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember diperoleh data dari 80 Kepala Keluarga (KK) bahwa terdapat 255 jiwa. Terdapat 13 kasus Diare, 72% anak tidak mencuci tangan setelah bermain, 100% anak tidak mencuci tangan sebelum dan setelah makan, 46% sayur dipotong baru dicuci, 13% menyajikan makanan secara terbuka, 8% sumber air bersih berasal dari sungai, 49% sumber air minum berasal dari sungai, 25% air minum kadang dimasak (hasil pengkajian lihat di Bab III). Hal tersebut merupakan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) penduduk yang masih kurang baik yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit Diare. Berdasarkan hasil pengkajian penyakit yang terjadi di Lingkungan Palinggihan Tengah angka penyakit yang paling tinggi yaitu penyakit hipertensi, diare, dan kebanyakan ibu dengan balita kurang mengetahui terkait pentingnya status gizi pada balita. Hal itu dapat disebabkan karena perilaku hidup yang tidak bersih dan tidak sehat yang dilakukan oleh masyarakat di lingkungan tersebut. Serta Warga memiliki pengetahuan yang rendah terkait asupan-asupan yang dibutuhkan pada balita hingga anak-anak yang dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Warga juga kurang mengerti terhadap tugas perkembangan anak sesuai usia sehingga tidak memiliki arah, serta tidak tahu dalam menentukan permainan yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Dari uraian tersebut. Dari uraian tersebut kelompok kami mengambil suatu program yang berjudul Jajanan Sehat untuk mengurangi angka kejadian diare dan program Pojok Gizi Dan Pojok Pintar Sebagai Upaya Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak.

1.2 Tujuan1.2.1 Tujuan Umum1. Membantu masyarakat menangani permasalahan penyakit menular (communicable disease) khususnya diare yang terjadi di Ling. Palinggihan Tengah Kel. Antirogo;2. Membantu masyarakat menangani permasalah penyakit tidak menular (non communicable disease) khususnya tentang optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan pada anak di Ling. Palinggihan Tengah Kel. Antirogo.

1.2.2 Tujuan Khususa) Penyakit Menular1. Membantu mencegah terjadinya diare pada anak melalui pendidikan kesehatan tentang jajanan sehat di sekolah dasar;2. Memberdayakan orang tua, pihak sekolah, dan penjual jajanan agar menyediakan makanan yang sehat sehingga kejadian diare dapat berkurang.b) Penyakit Tidak Menular1. Membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya status gizi pada balita serta melalui pendidikan kesehatan dengan sasaran kader, tokoh masyarakat, dan masyarakat itu sendiri;2. Membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang tugas perkembangan anak sesuai usia;3. Membantu keluarga dalam menciptakan permainan yang dapat mengoptimalisasi tumbuh kembang anak.1.3 Implikasi KeperawatanMaraknya penyakit atau masalah kesehatan Diare di dalam masyarakat akan menyebabkan derajat kesehatan masyarakat menurun, terutama dalam hal ini kesehatan anak. Tingginya angka diare pada anak dalam masyarakat akan membawa dampak yang buruk bagi kesehatan utamanya pada anak tersebut, yang mana apabila diare ini dibiarkan maka akan menyebabkan kematian. Dunia keperawatan tentunya gempar dan mendapatkan tekanan apabila angka kejadian diare dalam masyarakat meningkat. Dalam hal ini peran perawat sebagai seorang edukator haruslah dijalankan, tingkat pengetahuan seorang ibu tentang penyakit diare ini tentunta bermacam-macam, khususnya untuk ibu-ibu yang tinggal di daerah pedesaan yang jauh atau sulit untuk mengakses sarana kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit. Sebagai seorang perawat haruslah tanggap dalam menangani hal seperti ini, khususnya pada anak dapat dijadikan patokan untuk menangani atau mencegahnya dengan memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga khususnya ibu-ibu sebagai seorang yang secara umum menjadi care giver, sehingga dapat mengurangi terjadinya peningkatan angka diare di suatu daerah terutama pada anak.

Laporan Praktek Belajar Lapangan Penyakit Global PSIK Universitas Jember2015

12

BAB 2. PEMBAHASAN2.1 Manajemen Pelayanan Kesehatan Pada Program Makan Sehat Anak Sehat2.1.1 Analisis Manajemen Pelayanan Kesehatan Pada Kasus Diare Dengan Fish Bone1. Pengertian Diagram FishboneDiagram tulang ikan (Fishbone diagram)disebutCause-and-Effect DiagramatauIshikawa Diagram. Diagram inidiperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7 basic quality tools).Diagram Fishbone digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika sebuahtimcenderung jatuh berpikir pada rutinitas(Tague, 2005).Suatu tindakan dan langkahimprovementakan lebih mudah dilakukan jika masalah dan akar penyebab masalah sudah ditemukan. Manfaatfishbone diagramini dapat menolong kita untuk menemukan akar penyebab masalah secarauser friendly,toolsyanguser friendlydisukai orang-orang di industri manufaktur di mana proses di sana terkenal memiliki banyak ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan (Purba, 2008).

Cara penyusunan Diagram Fishbone dalam rangka mengidentifikasi penyebab suatu keadaan yang tidak diharap adalah sebagai berikut:1. Mulai dengan pernyataan masalah-masalah utama penting dan menkelurahank untuk diselesaikan;2. Tuliskan pernyataan masalah itu pada kepala ikan, yang merupakan akibat (effect). Tulislah pada sisi sebelah kanan dari kertas (kepala ikan), kemudian gambarkan tulang belakang dari kiri ke kanan dan tempatkan pernyataan masalah itu dalam kotak;3. Tuliskan faktor-faktor penyebab utama (sebab-sebab) yang mempengaruhi masalah kualitas sebagai tulang besar, juga ditempatkan dalam kotak. Faktor-faktor penyebab atau kategori-kategori utama dapat dikembangkan melalui stratifikasi ke dalam pengelompokan dari faktor-faktor: manusia, mesin, peralatan, material, metode kerja, lingkungan kerja, pengukuran, dll. Atau stratifikasi melalui langkah-langkah aktual dalam proses. Faktor faktor penyebab atau kategori-kategori dapat dikembangkan melalui brainstorming. Adapun faktor penyebab dalam dunia keperawatan dimana merupakan salah satu industri yang menyediakan jasa antara lain:a. Faktor primer yang meliputi adalah 4s, yakni: 1) surroundings, 2)suppliers, 3) systems, dan 4) skills;b. Faktor sekunder: penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebab-penyebab utama (tulang-tulang besar) dan dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran sedang;c. Faktor tersier: penyebab tersier yang mempengaruhi penyebab-penyebab sekunder (tulang-tulang berukuran sedang), serta penyebab-penyebab tersier dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran kecil.2. Analisis Manajemen Pelayanan Kesehatan Diare Menggunakan FishboneKelurahan Antirogo merupakan sebuah kelurahan yang terletak di kecamatan Sumbersari. Selain itu, KelurahanAntirogo termasuk kedalam kecamatan kota namun kehidupan masyarakat seperti di pedesaan. Masyarakat dalam kesehariannya bermatapencaharian sebagian besar sebagai buruh tani, petani, dan tukang becak. Rata-rata penghasilan masyarakat lingkungan Palinggian Kelurahan Antirogo kurang lebih Rp 800.000,-/bulan dengan pengeluaran sekitar Rp 1.000.000,-/bulan. Lingkungan Palinggian tersebut dialiri oleh beberapa aliran sungai yang digunakan oleh warganya untuk mandi cuci kakus. Rumah-rumah penduduk rata-rata setengah tembok, tidak memiliki sumur dan tidak memiliki kamar mandi. Penghasilan tersebut menyebabkan rendahnya daya beli masyarakat terutama untuk jajan anak-anak usia sekolah.Rendahnya pendidikan warga dan minimnya jumlah tenaga kesehatan di Kelurahan tersebut menyebabkan penanganan diare menjadi terhambat.Banyak warga yang tidak mengetahui apa yang harus dilakukan untuk melakukan tindakan pencegahan agar tidak terkena diare. Hal tersebut memicu munculnya angka kasakitan akibat diare meningkat di lingkungan PalinggianKelurahan Antirogo. Selain itu, kebiasaan BAB di sungai juga merupakan salah satu kebiasaan yang kurang bagus di masyarakat. Beberapa waktu, banyak warga yang mengusulkan pada kepala kelurahannya untuk meminta bantuan dari pemerintah setempat mengenai pencegahan diare. Namun, kurangnya kualitas sumber daya manusia lagi-lagi menjadi ganjalan sehingga pemerintah kurang dapat menerima usulan dari pejabat kelurahan setempat yang berakhir pada macetya bantuan dan pengembangan kelurahan di segala bidang termasuk kesehatan. Hal tersebut tentunya tidak hanya menjadi masalah bagi warga sekitar tetapi juga bagi para tenaga kesehatan yang ada di kelurahan tersebut. Mereka mengeluhkan kurangnya dana untuk melengkapi sarana dan prasarana mandi cuci kakus di kelurahan. Selain itu, mereka juga belum pernah melakukan sosialisasi mengenai program prilaku hidup bersih sehat (PHBS) termasuk jajanan sehat, sehingga masyarakat sehingga menyebabkan mereka cenderung malas untuk membuat jajanan sehat sebagaimana mestinya. Mereka cenderung bergerak di klinik namun jarang turun ke masyarakat karena disamping kurangya dana juga kurangnya sumber daya manusia yang kompeten.

3. Analisis Kasus dengan FishboneDari kasus diatas, pernyataan masalah-masalah utama penting untuk diselesaikan:a. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang program prilaku hidup bersih sehat (PHBS): anak sehat makan sehatberhubungan dengan kurangnya sosialisasi oleh tenaga kesehatan. b. Tingginya angka kejadian diare di berhubungan dengan belum optimalnya pelaksanaanprogram prilaku hidup bersih sehat (PHBS): anak sehat makan sehat.c. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang program prilaku hidup bersih sehat (PHBS): anak sehat makan sehat berhubungan dengan tidak adanya pelatihan pembuatan jajajan sehat. d. Belum tersebarnya informasi mengenai programprilaku hidup bersih sehat (PHBS): anak sehat makan sehat berhubungan dengan keterbatasan sumber dana dan kinerja tenaga kesehatan yang kurang.e. Rendahnya cakupan penemuan kasus diare berhubungan dengan tidak adanya alur pelaporan yang jelas; tidak adanya pendataan dan pencatatan pasien diare yang memeriksakan diri ke palayanan kesehatan swastaf. Kegiatan supervise tidak berjalan rutin berhubungan dengan kurangnya komitmen dari sumber daya yang ada.

OrganizingPlanning

Masalah Manajemen:Belum tersebarnya informasi program prilaku hidup bersih sehat (PHBS): anak sehat makan sehat berhubungan dengan kurangnya sosialisasi oleh tenaga kesehatan. Belum adanya pelatihan mengenai program prilaku hidup bersih sehat (PHBS): anak sehat makan sehat berhubungan dengan kurangnya sumber daya tenaga kesehatan. Rendahnya cakupan penemuan kasus diare berhubungan dengan tidak adanya alur pelaporan yang jelas; tidak adanya pendataan dan pencatatan pasien diare yang memeriksakan diri ke palayanan kesehatan swastaKegiatan supervise tidak berjalan rutin berhubungan dengan kurangnya komitmen dari sumber daya yang ada. Belum ada indicator jangka panjang dan pendek dari program Belum adanya pembentukan kader untuk membantu memberikan penyuluhan tentang pencegahan diare: anak sehat makan sehatProgram jajanan sehata belum dilaksanakan secara optimal Pelaporan tentang diare menjadi lambat akibat pencatatan yang tidak jelasKurangnya komitmen dari tim supervisor untuk melakukan control pelaksanaan program di desa setempat Kurang adanya pengawasan pelaksanaan program jajanan sehatBelum optimalnya penilaian bagi penjual makananuntuk melaksanakan program Belum optimalnya penilaian bagi penjual makanan untuk melaksanakan program Belum ada pelatihan bagi penjual jajanan disekolahan untuk anak sehat makan sehatBelum adanya rapat koordinasi lintas sektoral untuk penatalaksanaan diareTidak ada pelaporan dari yankes swastaAlur pelaporan kasus tidak jelas Motivasi nakes utuk memberikan penyuhan tentang program jajanan sehat masih rendah Sosialisasi mengenai diare dan program jajanan sehatBelum adanya pengarahan dan bimbimgan dari pihak pusat pada nakes dalam mencegah kasus diare: pelatihan pembuatan jajanan sehatPengoptimalan fungsi nakes di Desa belum dilakukan Kurangnya minat dan kemampuan masyrakat untuk menjajakan jajanan sehatDana program belum dianggarkanBelum ada monev tentang penyelenggaraan program Belum ada perencanaa screening masyarakat resiko diareControllingActuating4. Daftar Masalah Manajemen Pelayanan Kesehatan (Diare)Analisis Fishbone tentang manajemen pelayanan diare diatas, dapat disimpulkan beberapa masalah manjemen pelayanan keperarawatan komunitas pada masyarakat di lingkungan Palinggian Kelurahan Antirogo. Adapun beberapa masalah manajemen yang dpat diidentifikasi adalah sebagi berikut:a. Belum tersebarnya informasi program prilaku hidup bersih sehat (PHBS): anak sehat makan sehat berhubungan dengan kurangnya sosialisasi oleh tenaga kesehatan. b. Belum adanya pelatihan mengenai program prilaku hidup bersih sehat (PHBS): anak sehat makan sehat berhubungan dengan kurangnya sumber daya tenaga kesehatan. c. Rendahnya cakupan penemuan kasus diare berhubungan dengan tidak adanya alur pelaporan yang jelas; tidak adanya pendataan dan pencatatan pasien diare yang memeriksakan diri ke palayanan kesehatan swastad. Kegiatan supervise tidak berjalan rutin berhubungan dengan kurangnya komitmen dari sumber daya yang ada. 2.2 Manajemen Pelayanan Kesehatan pada Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak2.2.1 Analisis Fishbone dalam Manajemen Pelayanan Kesehatan Pojok Gizi dan Pojok PintarPerencanaan (planning)Populasi anak yang ada saat ini membutuhkan penanganan yang baik guna menunjang tumbuh kembangnya secara optimal. Jumlah populasi anak di lingkungan Palinggian usia 0-5 tahun berdasarkan hasil pengkajian didapatkan sebanyak 20 anak dari jumlah sampel 80 kepala keluarga dari total 387 kepala keluarga. Pada pengkajian yang dilakukan pada hari Selasa, 14 April 2015 di RW. VII Lingkungan Palinggian diketahui banyak masyarakat yang menikah pada usia muda, yaitu pada usia 15-19 tahun. Hasil pengkajian mengenai pemanfaatan pelayanan kesehatan didapatkan bahwa kesadaran orang tua membawa anaknya ke posyandu sudah baik namun fasilitas yang terdapat di posyandu masih belum memenuhi tugas perkembangan anak. Berdasarkan masalah tersebut, dalam mengoptimalkan pelayanan kesehatan kami merancang suatu program yaitu Pojok Gizi dan Pojok Pintar. Program Pojok Pintar meliputi program membuat origami dan bermain mozaik. Kegiatan membuat origami bertujuan untuk mengajarkan pada anak agar terampil dalam membuat berbagai bentuk dari kertas dan kegiatan bermain mozaik bertujuan untuk mengenal berbagai bentuk baik bangun datar, buah-buahan maupun sayur-sayuran beserta warnannya. Sedangkan Program Pojok Gizi dilakukan karena kurangnya pengetahuan ibu di RW. VII Lingkungan Palinggian tentang kebutuhan gizi balita sehingga dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak. Hal ini diketahui berdasarkan pada hasil pengkajian bahwa sebagian besar orang tua tidak mengetahui jenis makanan seperti apa yang sebaiknya dikonsumsi oleh anaknya dan ibu memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sebelum waktunya kepada anaknya, seperti pemberian pisang yang dilumatkan. Program Pojok Gizi dilakukan dengan pemanfaatan lahan kosong di RW. VII Lingkungan Palinggian, yaitu dengan dilakukan penanaman berbagai sayuran dan buah-buahan, seperti bayam, pandan, singkong, kelor, dan tomat. Program Pojok Gizi dan Pojok Pintar akan dipengaruhi oleh lingkungan luar. Faktor dari lingkungan luar organisasi kemungkinan akan memiliki dampak negatif dan cenderung menjadi penghambat untuk pemenuhan tugas pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usianya, yaitu:a. Sebagian besar masyarakat dan keluarga di RW. VII Lingkungan Palinggian belum memiliki kesadaran yang baik tentang pentingnya pemenuhan tugas pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usianya. Hal ini dikarenakan nilai dan budaya keluarga dan masyarakat yang masih banyak mengganggap nikah muda merupakan hal yang wajar dan tidak bertentangan dengan agama. Namun, mereka kurang mengetahui tentang dampak bagi kesehatan dan kesiapan membina hubungan keluarga.b. Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung tugas perkembangan anak sesuai dengan usianya.c. Kurangnya pemanfaatan lahan kosong untuk penanaman sayuran dan buah-buahan yang mengandung gizi sehingga dapat menunjang kesehatan dan tumbuh kembang anak.Pengorganisasian (organizing)Pengorganisasian (organizing) merupakan upaya untuk menghimpun semua sumber daya yang dimiliki daerah dan memanfaatkannya secara efisien guna mencapai tujuan (goals) yang telah ditetapkan (Swansburg, 1994). Pengorganisasian (organizing) di dalam pelaksanaannya yang juga harus diperhatikan adalah menentukan siapa dan melakukan apa (staffing) (Gillies, 1993).Fungsi pengorganisasian pada suatu organisasi adalah untuk membentuk kerangka dalam menjalankan rencana yang telah ditetapkan, menentukan jenis pelayanan kesehatan yang paling sesuai, mengkategorikan tindakan dalam mencapai tujuan masing-masing unit, bekerja dalam struktur organisasi, serta memahami dan menggunakan kekuatan dan kekuasaan dengan tepat. Kegiatan dalam program yang menunjang tugas pertumbuhan dan perkembangan anak belum berjalan dengan baik, yaitu:a. Hasil wawancara dengan kader di posyandu bayi dan balita yang ada di RW. VII ditemukan bahwa kurangnya sumber daya kader yang memadai sehingga kegiatan yang berjalan di posyandu kurang berkembang.b. Belum ada format untuk deteksi dini tumbuh kembang anak.c. Kurangnya kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor dalam pelaksanaan program yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.d. Kurangnya kerjasama dengan masyarakat terkait adanya program untuk memenuhi tugas pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usianya.

Pelaksanaan (actuating)Dalam penggerakan pelaksanaan (actuating) manajemen perencanaan suatu organisasi, maka administrator atau top manager perlu melakukan koordinasi (Swansburg, 1994). Seluruh komponen dan stakeholder pelayanan dipersatukan dalam suatu tempat untuk memperoleh suatu kompromi atau komitmen tentang program pelayanan.Fungsi pengarahan yang terkait upaya pengelolaan program yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak belum dilaksanakan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan kurangnya pemantauan tentang kebutuhan gizi anak sehingga mempengaruhi tugas pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usianya. Selain itu, kegiatan posyandu balita di RW. VII Lingkungan Palinggian yang merupakan sarana untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak yang dilakukan setiap satu bulan sekali yaitu pada tanggal 15.

Pengendalian (controlling)Pengawasan dan pengendalian (controlling), merupakan proses untuk mengamati secara terus menerus (berkesinambungan) pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi (perbaikan) terhadap penyimpangan yang terjadi. Fungsi pengendalian terkait upaya pengelolaan program posyandu sebagian sudah dilaksanakan. Hal ini dibuktikan dengan adanya:a. Terdapat tenaga untuk monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan program pembinaan kesehatan di masyarakat;b. Terdapat alokasi anggaran untuk monitor dan evaluasi pelaksanaan program pembinaan kesehatan;c. Adanya pelaksanaan monitor dan evaluasi pelaksanaan program pembinaan kesehatan bayi dan balita yang dilaksanakan tiap tahun.

Diagram fish bone tentang masalah kebutuhan gizi dan tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut:

ORGANIZINGPLANNING

Masyarakat belum memiliki kesadaran tentang pentingnya pemenuhan tugas tumbang anak sesuai dengan usianyaKurangnya sumber daya kader yang memadai.

Kurangnya pemanfaatan lahan kosong.

Belum ada format untuk deteksi dini tumbuh kembang anak.

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kebutuhan gizi pada anak.Kurangnya pengetahuan dan pemantauan tentang tugas pertumbuhan dan perkembangan.

Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung tugas perkembangan anak sesuai usianya.Kurangnya kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor.

Kurangnya pemantauan tentang kebutugan gizi anak.

Monev yang dilakukan hanyaterkait program yangdianggarkan.

Evaluasi program Pojok Gizi dan Pojok Pintarbelum ada, hanyaevaluasi kegiatan posyandu.Kurangnya pemantauan tentang tugas pertumbuhan dan perkembangan balita.

ACTUATINGCONTROLLINGRumusan Masalah Manajemen Pelayanan Keperawatan KomunitasAnalisis fish bone tentang manajemen pelayanan kesehatan pojok gizi dan pojok pintar khususnya kesehatan dan pertumbuhan serta perkembangan anak berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan beberapa masalah manajemen pelayanan keperawatan komunitas pada aggregate bayi dan balita dengan tugas perkembangan sesuai dengan usianya. Masalah manajemen yang teridentifikasi tersebut adalah sebagai berikut:1) Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kebutuhan gizi pada anak.2) Kurangnya pengetahuan dan pemantauan tentang tugas pertumbuhan dan perkembangan.

BAB 3. IMPLEMENTASI3.1 Manajemen Pelayanan Kesehatan Pada Program Makan Sehat Anak Sehat3.1.1 Pilot Project Manajemen Pelayanan Kesehatan Pada Program Makan Sehat Anak Sehat1. Pilot Projecta. Judul Program: Makan Sehat, Anak Sehat.b. Deskripsi Komunitas:Lingkungan Palinggihan merupakan sebuah lingkungan di kelurahan Antirogo di Kabupaten Jember dengan prevalensi tinggi diare. Dari jumlah ... penduduk, diambil sampel sejumlah 80 KK didapatkan .... dan diantaranya merupakan usia sekolah. Komunitas masyarakat di lingkungan Palinggihan masih memiliki pengetahuan yang kurang terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Dari pengkajian yang dilakukan ditemukan tidak sedikit anak usia sekolah tersebut mengalami diare akibat kurangnya kesadaran tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Selama ini, pemerintah setempat masih belum optimal dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat sebagai upaya pencegahan, penanggulangan dan dukungan pada penderita diare di komunitas.c. Diagnosis Manajemen Pelayanan Kesehatan Komunitas:Belum optimalnya pelaksanaan program pemerintah berbasis masyarakat dalam pencegahan, penanggulangan pada penderita diare berhubungan dengan kurangnya kesadaran tentang perilaku hidup bersih dan sehat serta masyarakat terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan diare.d. Deskripsi Populasi TargetMasyarakat Lingkungan Palinggihan belum menyadari pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan diare. Sulitnya mengubah kebiasaan masyarakat Lingkungan Palinggihan terhadap perilaku hidup bersih dan sehat diare merupakan masalah yang ada pada lingkungan Palinggihan. Sementara itu kejadian diare terutama anak usia sekolah membutuhkan dukungan keluarga dan lingkungan sekolah terutama pedagang makanan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan anak usia sekolah Lingkungan Palinggihan.e. PuskesmasMahasiswaTokoh masyarakatAnak usia sekolah dengan diareLingkungan sekolahKeluarga Rumah SakitModel Program Perencanaan

f. Deskripsi ProgramProgram ini di usahakan untuk memberdayakan kerjasama antara pemerintah, petugas kesehatan serta masyarakat dalam upaya pencegahan, dan penanggulangan pada anak usia sekolah dengan diare. Upaya ini mengacu pada program strategi nasional pencegahan dan penanggulangan diare. Dalam hal ini keluarga yang memiliki anak usia sekolah dengan resiko mengalami diare akan diberikan pembinaan, misalnya keluarga diberi pendidikan kesehatan dan demonstrasi pembuatan makanan sehat untuk mengurangi resiko kejadian diare.Model program perencanaan sesuai dengan yang sudah tergambar diatas, dimana nantinya mahasiswa akan menjembatani antara masyarakat dan petugas kesehatan di puskesmas. Mahasiswa berkoordinasi dengan petugas puskesmas penyelenggaraan program tersebut. Kemudian mahasiswa dan Puskesmas akan meminta kerjasama tokoh masyarakat untuk memfasilitasi hubungan dengan keluarga dan lingkungan sekolah. Petugas kesehatan dan dibantu oleh mahasiswa memberikan pendidikan kesehatan dan demonstrasi pembuatan makanan sehat pada keluarga dengan anak usia sekolah sehingga tujuan dari program dapat tercapai.Tokoh masyarakat, anak usia sekolah beserta keluarganya, dan juga lingkungan sekolah akan diberikan pendidikan kesehatan dan demonstrasi pembuatan makanan sehat. g. Tujuan ProgramUntuk meningkatkan kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat khususnya tingkat keluarga terhadap penanggulangan diare dengan pendidikan kesehatan dan demonstrasi pembuatan makanan sehat terhadap keluarga dan lingkungan sekolah. Program ini mengupayakan kesadaran masyarakat setempat tentang pentingnya hidup bersih dan sehat untuk mencegah kejadian diare.h. Kriteria Evaluasi ProgramKriteria evaluasi yang dapat disusun adalah:1. terlaksananya pendidikan kesehatan dan demonstrasi pembuatan makanan sehat terhadap keluarga, tokoh masyarakat dan lingkungan sekolah; 2. terbentuknya kerjasama antara masyarakat dengan Puskesmas melalui aktivitas mahasiswa;3. adanya pengawasan dari pihak puskesmas terkait pelaksanaan program tersebut.i. Aktivitas Intervensi ProgramAktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan program adalah memberikan pendidikan kesehatan dan demonstrasi pembuatan makanan sehat pada keluarga dan lingkungan sekolah sehingga dapat mengurangi resiko diare. Dengan adanya program ini, selain perubahan perilaku, pengendalian penularan dan penyebarluasan diare diharapkan juga dapat dikontrol.j. Sumber-sumber dan KeterbatasanKeterbatasan yang mungkin dapat muncul yakni kurangnya antusiasme dari masyarakat dan lingkungan sekolah untuk mengikuti program dari mahasiswa. Komitmen yang kuat untuk terus mendampingi dan memantau perkembangan program dapat pula menjadi hambatan. Masalah pendanaan tampaknya juga sedikit akan menghambat terlaksananya program ini, oleh karena itu diperlukan biaya dalam menjalankan program tersebut. Sumber-sumber yang dapat mendukung program ini adalah peran keluarga sebagai pendorong perilaku hidup bersih dan sehat anak usia sekolah. k. Budget No.UraianRincianJumlah

1.Program Anak Sehat, Makan Sehat

a. Komposisi bahan b. Media pendidikan kesehatan (leaflet, booklet)c. Gas elpijiRp 30.000,00Rp 5.000,00

Rp 15.000,00

TOTALRp 50.000,00

3.2 Manajemen Pelayanan Kesehatan pada Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak3.2.1 Pilot Project Manajemen Pelayanan Kesehatan Pada Program Pojok Gizi1. Pilot Project1. Judul Program: Pojok Gizi di Lingkungan Pelinggian Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari2. Deskripsi Komunitas:Kelurahan Antirogo merupakan sebuah kelurahan di Kabupaten Jember dengan kondisi penduduk yang masih kurang sadar terhadap pentingnya gizi. pada balita, anak usia sekolah dan warga masyarakat sendiri. Hal ini terlihat dari kurangnya pemanfaatan sumber-sumber pangan yang sebenarnya bermanfaat bagi masyarakat. Masyarakat cenderung makan-makanan yang seadanya dan tanpa memperhitungkan kandungan gizi pada makanan yang dikonsumsi. Gizi sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama pada balita dan anak sekolah tetapi dari pengkajian yang dilakukan ditemukan tidak sedikit anak-anak sekolah mengkonsumsi makanan-makanan instan dan bersantan serta tidak ada kandungan gizi yang sebenarnya dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.Selain itu ibu-ibu yang ada di kelurahan komunitas umumnya merupakan ibu dengan riwayat menikah dini yang cenderung kurang perhatian dengan variasi makanan yang diberikan apakah sesuai dengan kebutuhan gizi atau tidak. Masyarakat di kelurahan Antirogo ini masih mengkonsumsi makanan-makanan yang terbilang kurang gizi seperti masih ada beberapa masyarakat yang memakan nasi aking atau nasi sisa yang di olah ulang padahal nasi tersebut kandungan gizinya sudah berkurang sehingga perlu sebuah alternative pengganti sumber makanan terutama karbohidrat agar kebutuhan gizi masyarakat tetap terpenuhi.

3. Diagnosis Manajemen Pelayanan Kesehatan Komunitas:Belum optimalnya pelaksanaan program pemerintah berbasis masyarakat dalam pemenuhan gizi pada balita, anak sekolah dan masyarakat setempat. Dalam melakukan pemenuhan gizi pada daerah kelurahan antirogo, dilakukan kegiatan penanaman tanaman untuk memenuhi gizi pada balita, anak sekolah, dan masyarakat setempat, sehiggga dilakukan penanaman tumbuhan seperti tumbuhan kelor, tumbuhan tomat, singkong, pandan, dan bayam. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kurang gizi pada masyarakat Antirogo. Karena kurangnya kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi secara seimbang.4. Deskripsi Populasi TargetMasyarakat kelurahan antirogo kurang menyadari tentang pentingnya pemenuhan gizi dan kurang menyadari pentingnya peran serta masyarakat dalam upaya penanggulangannya seperti menanam tumbuhan yang bermanfaat untuk pemenuhan gizi. Hal ini dapat dilihat dimasyarakat Antirogo yang selalu membeli makanan dan pada anak sekolah selalu jajan sembarangan. Dalam meningkatkan pemenuhan gizi dibutuhkan peran serta masyarakat untuk penanaman tumbuhan seperti tumbuhan kelor, tumbuhan tomat, singkong, pandan, dan bayam untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Antirogo.

5. Model Program Perencanaan

Kerjasama lintas sektoral

MahasiswaTokoh Masyarakat

Mayarakat

Pemilihan Lahan Tanam

Penanaman sumber pangan

Pojok Gizi

6. Deskripsi ProgramProgram ini di usahakan untuk pemenuhan gizi masyarakat lingkungan Pelinggian Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari dengan melakukan kerjasama antara tokoh masyarakat, mahasiswa dan masyarakat sendiri dalam upaya pemenuhan gizi masyarakat untuk penanaman sumber-sumber pangan yang dibutuhkan masyarakat untuk memenuhi gizi anak dan keluarganya. Selain itu program ini juga dapat dilakukan kerjasama lintas sektoral yakni dengan bidang pangan dan makanan dalam penanaman sumber pangan yang mengandung gizi yang dibutuhkan masyarakat.

Sebelumnya masyarakat di berikan informasi pentingnya gizi bagi masyarakat dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Kekurangan zat gizi pada anak akan membuat pertumbuhannya tidak optimal dan tentunya mengganggu kesehatan anak. Beberapa gangguan kesehatan yang sering dialami oleh anak dengan asupan gizi kurang baik, diantaranya adalah gagal tumbuh, obesitas, anemia, caries gigi, infeksi, dan lain-lain. Anak-anak di Lingkungan Pelinggian Kelurahan Antirogo masih rawan terkena infeksi karena banyak dari mereka gizinya kurang menunjang. Selain itu, anak-anak di kelurahan ini kebanyakan berasal dari orang tua yang menikah di usia dini yang cenderung kurang mengetahui pentingnya asupan gizi bagi balita dan anaknya.Program ini dilaksanakan oleh masyarakat bersama-sama mahasiswa serta tokoh masyarakat sekitar melakukan penanaman sumber pangan di lahan warga yang bersedia untuk di jadikan tempat penananaman untuk dimanfaakan semua warga. Warga dapat menanam sayur-sayuran yang kaya vitamin dan zat besi, kacang-kacangan yang kaya protein, dan buah-buahan sehingga masyarakat tidak perlu membeli untuk memenuhi kebutuhan hariannya.Model program perencanaan sesuai dengan yang sudah tergambar diatas, dimana nantinya mahasiswa akan ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan pembuatan pojok gizi. Mahasiswa berkoordinasi dengan tokoh masyarakat untuk mengajak seluruh masyarakat berpartisipasi dalam program tersebut.7. Tujuan ProgramUntuk meningkatkan peran serta masyarakat khususnya tingkat keluarga terhadap peningkatan status gizi dilakukan kegiatan penanaman tumbuhan seperti tumbuhan kelor, tumbuhan tomat, singkong, pandan, dan bayam. Kegiatan ini dilakukan dengan masyarakat antirogo dengan melakukan secara langsung penanaman tumbuhan. Program ini dilakukan untuk mengupayahkan kesadaran kepada masayakat tentang pentingnya penanaman tumbuhan disekitar rumah untuk pemenuhan gizi pada balita, anak sekolah, dan masyarakat setempat.

8. Kriteria Evaluasi ProgramKriteria evaluasi yang dapat disusun adalah:a. Terlaksananya kegiatan penanaman tumbuhan bersama-sama masyarakat antirogo;b. Terbentuknya kelompok masyarakat antirogo beserta struktur organisasinya;c. Adanya aktivitas penanaman tumbuhan di kelurahan antirogo;d. Terlaksananya kegiatan penanaman tumbuhan pada minggu-minggu berikutnya;e. Bertambahnya pengetahuan mengenai pentingnya penanaman tumbuhan untuk pemenuhan gizi;f. Terbentuknya kerjasama antara masyarakat dengan tokoh masyarakat dalam melakukan kegiatan penanaman tumbuhan seperti tumbuhan kelor, tumbuhan tomat, singkong, pandan, dan bayam;g. Terlihat adanya tumbuhan kelor, tumbuhan tomat, singkong, pandan, dan bayam diperkarangan rumah masyarakat antirogo;9. Aktivitas Intervensi ProgramAktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan program adalah memberikan pembinaan dan kegiatan penanaman tumbuhan secara langsung dengan masyarakat Antirogo. Demonstrasi penanaman secara langsung dapat menambah pengetahuan masyarakat antirogo mengenai pentingnya penanaman tumbuhan untuk pemenuhan gizi pada masyarakat setempat. Dengan dibentuknya kelompok dan kegiatan ini diharapkan para ibu-ibu dapat memanfaatkan sayur-sayuran yang sudah ditanam di perkarangan rumah nya untuk memenuhi peningkatan gizi pada balita, anak sekolah, dan keluarga. Diharapkan dengan adanya kegiatan penanaman tumbuhan tomat, singkong, pandan, dan bayam masyarakat dapat merubah pola hidup yang lebih sehat dan memanfaatkan perkarangan rumahnya untuk penanaman tumbuhan.10. Sumber-sumber dan KeterbatasanKeterbatasan yang mungkin dapat muncul yakni penyediaan lahan yang kemungkinan perlu strategi dan pendekatan lebih jauh kepada warga untuk membuat warga bersedia menyediakan lahan yang dipakai untuk ditanami.Selain itu masalah pendanaan tampaknya juga sedikit akan menghambat terlaksananya program ini karena dalam menyediakan bibit-bibit tanaman yang akan di jadikan sumber pangan juga perlu pendanaan karena tidak semua bibit ada di lingkungan rumah masyarakat. Sumber-sumber yang dapat mendukung program ini adalah peran tokoh masyarakat yang terlihat sangat mendukung dengan kegiatan-kegiatan yang disusun oleh mahasiswa dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Karakteristik masyarakat yang ada di Lingkungan Pelinggian Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumber Sari ini melakukan kegiatan jika dengan instruksi dari tokoh masyarakat sehingga apabila tokoh masyarakat sudah mendukung program ini diharapkan partisipasi masyarakat juga akan tinggi.

11. Budget No.UraianRincianJumlah

1.Program pozok gizid. Transportasi petugas: 20000e. Cetak lembar quesioner untuk keluarga

Rp 20.000,00

Rp 8.000,00

2.Program kegiatana. Bibit tomat 50 buah @ 1000b. Bibit bayam 100 buah @50c. Bibit kelor 100 @ 200d. Bibit singkong 100 @ 100e. Bibit pandan 100 @50f. Air minum peserta ( 1 kali kegiatan ), target 80 org.Rp 20.000,00

Rp 10.000,00

Rp 10.000,00Rp 10.000,00 Rp 5.000,00 Rp 30.000,00

TOTALRp 113.000,00

3.2.2 Pilot Project Manajemen Pelayanan Kesehatan Pada Program Pojok Pintar1. Judul Program: Pojok Pintar di Lingkungan Pelinggian Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari2. Deskripsi Komunitas:Lingkungan Palenggian Tengah merupakan salah satu lingkungan yang ada di Kelurahan Antirogo, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember dengan tingginya gangguan tumbuh kembang. Dari hasil pengkajian ditemukan sekitar 20 ibu dari 80 orang yang dikaji memiliki bayi dibawah usia 5 tahun. Komunitas ibu di Lingkungan Palenggian Tengah masih memiliki pengetahuan yang kurang terkait tumbuh kembang anak yang sesuai dengan usianya. Stigma masyarakat di Lingkungan Palenggian Tengah masih menyamaratakan tugas tumbuh kembang anak dalam semua umur. Hal ini juga didukung dengan dukungan sosial dari keluarga, terutama suami. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan kedua orang tua yang rata-rata lulusan SD dan SMP menyebabkan orang tua kurang mengetahui tugas tumbuh kembang anak yang sesuai dengan umur. Rata-rata ibu di Lingkungan Palenggian Tengah menikah di usia yang masih sangat muda sehingga mempengaruhi tingkat pengetahuannya dalam melaksanakan kewajibannya sebagai seorang ibu. Ibu cenderung untuk mencampuradukkan semua tugas tumbuh kembang anak di segala umur tanpa memperhatikan kebutuhannya. Dari pengkajian yang dilakukan ditemukan tidak sedikit anak tertukar dalam menghadapi tumbuh kembang anak sehingga menyebabkan anak mengalami masalah tumbuh kembang.3. Diagnosis Manajemen Pelayanan Kesehatan Komunitas:Belum adanya pelayanan penunjang tumbuh kembang sesuai dengan umur anak berhubungan dengan ketidaktahuan dan ketidakmampuan orang tua mengidentifikasi kebutuhan sensorik dan motorik anak. 4. Deskripsi Populasi TargetOrang tua di Lingkungan Palenggian Tengah dengan tingkat pengetahuan yang rendah terkait tumbuh kembang anak yang sesuai dengan usianya. Selain itu, bidan setempat juga tidak menyediakan alat-alat penunjang tumbuh kembang anak saat posyandu. Hal ini beresiko mengganggu tumbuh kembang anak. Orang tua, khususnya ibu tidak mengetahui jenis-jenis permainan yang dapat menstimulasi tumbuh kembang anak sehingga hal ini berpengaruh signifikan terhadap kepintaran sensorik dan motorik anak.5. Model Program Perencanaan

Mahasiswa Petugas Kesehatan dan Posyandu

Toga/ Toma dan Kader

Ibu dan Balita

6. Deskripsi ProgramProgram Pojok Pintar dilaksanakan untuk memberdayakan kerjasama antara ibu, petugas kesehatan, toga/ toma, dan kader. Pojok Pintar ini lebih berfokus pada pemberdayaan ibu-ibu dalam menyiapkan alat-alat sederhana yang dapat digunakan dalam menstimulasi fungsi sensorik dan motorik dalam tumbuh kembang anak sesuai dengan usia dengan harga yang sesuai dengan kemampuan ibu. Program ini dibangun antara pihak petugas kesehatan di posyandu dengan ibu balita. Mahasiswa dan toma/ toga bertindak sebagai fasilitator antara petugas kesehatan di posyandu dengan ibu balita.Alur kerja dari program ini, yaitu mahasiswa berkoordinasi dengan pihak petugas kesehatan di posyandu untuk menyediakan alat-alat penunjang untuk mendongkrak tingkat perkembangan sensorik dan motorik anak. Alat-alat penunjang yang dibutuhkan tidak harus mahal, namun bisa memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak. Dari koordinasi ini, petugas kesehatan bersama mahasiswa menjalin kerja sama dengan toga/toma sebagai key person. Hal ini dapat dilakukan untuk mempermudah mahasiswa dan petugas kesehatan menjalankan program Pojok Pintar. Umumnya, masyarakat mengikuti anjuran yang dikatakan oleh toga/ toma karena pengaruhnya dalam masyarakat yang sangat besar.Kegiatan ini dapat digunakan sebagai deteksi dini adanya gangguan tumbuh kembang pada anak. Tempat yang dijadikan Pojok Pintar bisa ada di posyandu balita yang diadakan tergantung dari keputusan bidan setempat. Toga/ toma bertugas sebagai koordinator untuk menggerakkan ibu-ibu datang ke posyandu balita dan mengikuti Pojok Pintar selain memeriksakan anaknya sesuai dengan KMS. Stimulasi permainan yang dapat dilakukan sesuai dengan umur balita antara lain sebagai berikut.1. Usia 0-3 bulan, contoh menggerakkan berwarna mencolok atau berbunyi sehingga anak terangsang untuk meraih dan memegang mainan.2. Usia 3-6 bulan, contoh mengajari bayi bermain cilukba, mengajari bayi tengkurap, terlentang, bolak-balik, dan duduk.3. Usia 6-9 bulan, contoh mengajari anak tepuk tangan, merangsang anak berdiri sambil berpegangan tangan.4. Usia 9-12 bulan, contoh mengajari anak menyebut nama mama, papa, ayah, ibu, kakak, adik, memasukkan mainan ke dalam wadah, minum dari gelas, menggelindingkan bola, dan berjalan.5. Usia 12-18 bulan, contoh mencoret kertas dengan pensil warna, menyusun kubus dan puzzle, memasukkan dan mengeluarkan benda dari wadah, bermain dengan boneka, berjalan tanpa berpegangan, berjalan mundur, menendang bola, serta menunjuk berbagai benda sambil menyebutkan namanya.6. Usia 18-24 tahun, contoh mengenal bagian tubuh, menanyakan benda di sekitar rumah, mengajari kegiatan sehari-hari, menggambar garis, mewarnai, mencuci tangan, main lempar bola, dan melompat.7. Usia 2-3 tahun, contoh melatih mengenal warna, bermain masak-masakan, menggambar garis, lingkaran, menggunakan kata sifat sederhana seperti besar kecil, menyebutkan nama teman, menghitung benda, mengenakan pakaian, menyikat gigi, dan toilet training.8. Usia 3-5 tahun, contoh memegang pensil, menulis, menghitung, berbagi dengan teman, dan lain-lain.7. Tujuan ProgramUntuk meningkatkan peran serta masyarakat dan memandirikan masyarakat dalam tumbuh kembang anak, terutama ibu balita. Program ini dilakukan untuk mengupayakan kesadaran ibu balita tentang pentingnya tumbuh kembang sensorik dan motorik yang sesuai dengan usia anak.8. Kriteria Evaluasi Programa. Kriteria evaluasi yang dapat disusun adalah:b. terlaksananya pembinaan tumbuh kembang anak pada ibu;c. terbentuknya Pojok Pintar yang ada di setiap bulan;d. adanya aktivitas Pojok Pintar;e. pengetahuan masyarakat semakin meningkat dalam tumbuh kembang anak yang sesuai dengan usianya;f. adanya penguatan koping pada ibu untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan tumbuh kembang anak;g. terbentuknya kerjasama antara ibu balita dengan petugas kesehatan di posyandu melalui Pojok Pintar; danh. adanya pengawasan dari pihak petugas kesehatan posyandu terkait pelaksanaan program tersebut.9. Aktivitas Intervensi ProgramAktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan program adalah memberikan pembinaan dan pelatihan kepada ibu balita terhadap tugas tumbuh kembang anak.10. Sumber-sumber dan KeterbatasanKeterbatasan yang mungkin dapat mucul yakni masih kurangnya jumlah dan kemapuan tenaga kesehatan yang benar-benar memiliki kompetensi untuk melakukan promosi tugas tumbuh kembang anak pada ibu dengan balita. Komitmen yang kuat untuk terus mendampingi dan memantau perkembangan program Pojok Pintar dapat pula menjadi hambatan. Selain itu, jumlah ketersediaan serta komitmen ibu dengan balita juga perlu diusahakan dalam pembentukan Pojok Pintar. Sumber-sumber yang dapat mendukung program ini adalah peran keluarga sebagai orang terdekat yang sehari-hari berkumpul dengan ibu balita dapat lebih ditingkatkan untuk menguatkan koping ibu meneruskan program ini. 11. Budget No.UraianRincian

1.Kertas warna 50 lembarRp. 5.000,-

2.Gelas Platik 5 buahRp. 7.500,-

3.Mobil mainan 5 buahRp. 25.000,-

4.Bola 4 buahRp. 20.000,-

5. Pensil warna 2 buahRp. 20.000,-

6.Kertas PutihRp. 5.000,-

7.Puzzle Rp. 25.000,-

8.Kubus mainanRp. 30.000,-

9.Pengaris 2 buahRp. 2.000,-

10.Sabun cuci tanganRp. 8.000,-

11.Sikat gigi latihan 5 buahRp. 20.000,-

12.Pensil 5 buahRp. 12.500,-

13.Penghapus 2 buahRp. 6.000,-

JumlahRp. 186.000,-

BAB 4. EVALUASI4.1. Analisis SWOT Terkait Manajemen Pelayanan Kesehatan Pada Program Makan Sehat Anak Sehat (PENYAKIT MENULAR)a. Analisis Faktor InternalNoKekuatan(Strengths : S)Kelemahan(Weakness : W)

1Dana yang digunakan untuk program Makan Sehat Anak Sehat terjangkau oleh warga RW 07 Lingkungan Pelinggian Tengah dan juga murah

Kurangnya kecakapan mahasiswa dalam menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada sasaran

2Bahan-bahan yang digunakan membuat makanan mudah didapatkan oleh warga dengan harga yang murah

Tidak semua bahan diketahui zat gizinya oleh warga Bahan tidak tahan lama jika disimpan di luar pendingin karena tidak menggunakan bahan pengawet

3Langkah-langkah yang digunakan untuk membuat makanan sehat menggunakan cara yang sederhana sehingga dapat memudahkan bagi warga untuk membuat di rumah secara mandiriRendahnya ketelitian mahasiswa dalam proses melakukan sebagian langkah-langkah pendemonstrasian makanan sehat pada sasaran

i. Analisis Faktor Eksternal

NoKesempatan (Oportunity)Ancaman (Threats)

1Tokoh masyarakat di RW 07 Lingkungan Pelinggian Kelurahan Antirogo sangat antusias dalam pelaksanan Anak Sehat Makan Sehat.

Warga tidak antusias terhadap program yang dijalankan oleh mahasiswa

2Kerjasama dengan tokoh masyarakat yaitu Ketua 07 Lingkungan Pelinggian Kelurahan Antirogo yang sangat berpengaruh di daerahnya.

Waktu yang terbatas memaksa mahasiswa mengontrak sekolah dalam keadaan mendadak

3Kerjasama dengan kepala sekolah SDN 1 Antirogo memudahkan untuk mendapatkan sarana prasarana yang diperlukan

Pedagang jajanan di sekitar sekolah kurang antusias terhadap program Anak Sehat Makan Sehat

4Antusiasme murid sekolah yang tinggi untuk mengikuti program yang ditentukanRendahnya antusias wali murid karena mendadaknya mahasiswa dalam mengundang dan benturnya waktu kerja dengan waktu program

j. Matriks Analisa SWOTMatriks SWOT adalah alat untuk menyusun faktor-faktor strategis organisasi yang menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan anacaman eksternal yang dihadapi organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

IFAS

EFASKEKUATAN(Strength:S)

1. Dana yang digunakan untuk program Anak Sehat Makan Sehat terjangkau oleh warga RW 07 Lingkungan Pelinggian Tengah dan juga murah2. Bahan-bahan yang digunakan membuat makanan mudah didapatkan oleh warga dengan harga yang murah3. Langkah-langkah yang digunakan untuk membuat makanan sehat menggunakan cara yang sederhana sehingga dapat memudahkan bagi warga untuk membuat di rumah secara mandiriKELEMAHAN(Weakness:W)

1. Kurangnya kecakapan mahasiswa dalam menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada sasaran2. Tidak semua bahan diketahui zat gizinya oleh warga3. Bahan tidak tahan lama jika disimpan di luar pendingin karena tidak menggunakan bahan pengawet4. Rendahnya ketelitian mahasiswa dalam proses melakukan sebagian langkah-langkah pendemonstrasian makanan sehat pada sasaran

KESEMPATAN(Opportunities:O)

1. Tokoh masyarakat di RW 07 Lingkungan Pelinggian Kelurahan Antirogo sangat antusias dalam pelaksanan Anak Sehat Makan Sehat.2. Kerjasama dengan tokoh masyarakat yaitu Ketua 07 Lingkungan Pelinggian Kelurahan Antirogo yang sangat berpengaruh di daerahnya.3. Kerjasama dengan kepala sekolah SDN 1 Antirogo memudahkan untuk mendapatkan sarana prasarana yang diperlukan4. Antusiasme murid sekolah yang tinggi untuk mengikuti program yang ditentukan

Strategi(S-O)

1. Mengajak masyarakat untuk membuat makanan sehat yang terbuat dari bahan yang murah dan cara yang mudah2. Mengajak guru untuk memantau jajanan yang dibeli oleh murid-muridnya3. Mengajarkan penjual jajanan di sekitar sekolah untuk menjual jajanan sehat yang bergizi dan terjangkau oleh muridStrategi(W-O)

1. Mengajak masyarakat untuk memanfaatkan bahan-bahan yang ada disekitar lingkungannya yang mudah didapatkan untuk membuat jajanan sehat2. Mempelajari lebih dalam bagaimana cara membuat makanan sehat dan kandungan gizinya3. Membuat makanan sehat dengan teliti

Ancaman(Threats)

1. Warga tidak antusias terhadap program yang dijalankan oleh mahasiswa2. Waktu yang terbatas memaksa mahasiswa mengontrak sekolah dalam keadaan mendadak3. Pedagang jajanan di sekitar sekolah kurang antusias terhadap program Anak Sehat Makan Sehat4. Rendahnya antusias wali murid karena mendadaknya mahasiswa dalam mengundang dan benturnya waktu kerja dengan waktu program

Strategi(S-T)

1. Memotivasi warga sekitar untuk membuat makanan sehat 2. Memotivasi guru untuk memantau jajanan yang dibeli oleh murid-muridnya3. Memotivasi penjual jajanan di sekitar sekolah untuk menjual jajanan sehat yang bergizi dan terjangkau oleh muridStrategi(W-T)

1. Memberikan penjelasan kepada warga tentang maksud dan manfaat dari program secara jelas serta mengajak warga berpartisipasi dalam mendemonstrasikan cara pembuatannya2. Berinteraksi dengan sasaran agar mendapatkan kepercayaan serta meningkatkan antusiasme sasaran agar jalannya demonstrasi menjadi lancar

Tingkat Kegiatan Implementasi di KomunitasNoLevelTargetIntervensi

1DownstreamAgregat usia sekolahPendidikan kesehatan mengenai makanan sehat.

2MidstreamKomunitasa. Melakukan demonstrasi bersama keluarga dan lingkungan sekolah termasuk pedagang makanan tentang pembuatan makanan sehat, cara pengemasan dan biaya yang dibutuhkan.b. Evaluasi pada kelompok dan komunitas.

3UpstreamPemerintahKoordinasi dengan Puskesmas terkait keberlangsungan Program

2. EvaluasiKriteria evaluasi yang dapat disusun adalah:NoLevelTargetIntervensi

1DownstreamAgregat a. Evaluasi strukturKegiatan Makan Sehat Anak Sehat berlangsung satu kali selama 1,5 jam b. Evaluasi prosesProses pendidikan kesehatan dan demonstrasi berjalan dengan lancar selama kurang lebih 1,5 jam, namun beberapa wali murid terlihat kurang antusias sehingga ketika diajak untuk memasak, hanya 3 wali murid yang bersedia berpartisipasic. Evaluasi hasilKegiatan pendidikan kesehatan dihadiri oleh 2 guru, 6 anggota dan kurang lebih 20 anak. Setelah selesai memasak, anak SD, wali murid dan guru bersama-sama mencoba makanan dan minuman sehat.

2MidstreamKomunitasa. Evaluasi strukturKegiatan Makan Sehat Anak Sehat berlangsung di SDN 01 Antirogo.b. Evaluasi prosesKegiatan awal tidak disambut secara antusias oleh masyarakat setempat, sehingga harus menunggu selama sekitar 30 menit untuk mengumpulkaan warga. Selama proses para wali murid dan guru memperhatikan dengan seksama selama proses.

c. Evaluasi hasilMasyarakat mengiikuti dengan sampai akhir sesi pendidikan kesehatan dan demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa PSIK UNEJ.

3UpstreamPemerintaha. Evaluasi strukturPemateri telah melakukan proses perizinan kepada RW Lingkungan Palinggihan Tengah dan berkoordinasi dengan pihak SD 01 Antirogo untuk membantu kesuksesan kegiatan ini.b. Evaluasi prosesPemerintah bersama pihak sekolah mendukung kegiatan Makan Sehat Anak Sehat agar angka kejadian diare khususnya pada anak mengalami penurunaanc. Evaluasi hasilDua orang guru menghadiri kegiatan yang diadakan oleh mahasiswa dengan tujuan agar para guru turut serta dalam mengawasi makanan yang dijual di kantin. Wali murid yang datang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi anak dengan baik dengan bahan-bahan yang murah dan mudah didapatkan serta cara membuat yang mudah

Evaluasi FormatifProgram ini dilaksanakan sebagai upaya penanggulangan berbasis masyarakat dimana dilakukan penguatan peran serta masyarakat dan keluarga. Sumber daya dari masyarakat dioptimalkan melalui adanya program tersebut. Hasil yang diharapkan dari program tersebut adalah menurunnya angka kejadian diare dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan masyarakat dalam hal pemenuhan kebutuhan nutrisi anak.Evaluasi ProsesKegiatan yang dilaksanakan terkait program tersebut adalah melakukan pendidikan kesehatan mengenai diare dan gizi sehat, melakukan demonstrasi memasak masakan yang sehat, mudah, dan murah untuk anak. Pendidikan kesehatan berisi tentang pemberian informasi mengenai penyebab diare, pencegahan diare, dan apa yang harus dilakukan ketika anak mengalami diare. Demonstrasi memasak makanan dan minuman sehat agar dapat dicontoh oleh para penjual kantin untuk menyediakan makanan dan minuman yang sehat bagi anak tentunya tanpa melupakan mengenai laba yang diperoleh, agar orang tua dapat menyediakan makanan dan minuman yang mudah di buat namun gizi yang didapatkan oleh anak tercukupi, serta agar pada guru dapat mengawasi ketika anak berada di lingkungan sekolah dalam hal makanan dan minuman.Evaluasi SumatifProgram Makan Sehat Anak Sehat diharapkan dapat menjadi awal agar masyarakat menjadi sadar gizi dan memahami penyebab, pencegahan serta penatalaksanaan dari diare yang sering terjadi pada anak sehingga diharapkan derajat kesehatan Lingkungan Palinggihan Tengah akan meningkat.

4.2 Analisis SWOT Terkait Manajemen Pelayanan Kesehatan pada Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak (PENYAKIT TIDAK MENULAR)Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi suatu perusahaan atau orgainsasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threat) (Suroyo, 2007). Berikut adalah analisis SWOT untuk masalah pada analisis fish bone.a. Analisis faktor strategi Internal Factor Analysis Summary (IFAS)Faktor Internal Keterangan

Kekuatan Dana program dari Pojok Gizi terjangkau karena bibit tanaman mudah ditemukan sedangkan Pojok Pintar hanya menyediakan lembaran DDST untuk petugas pelayanan kesehatan serta sarana dan prasarana untuk klien (anak) dapat disiapkan dengan mudah. Tupoksi penanggulangan optimalisasi tumbuh kembang telah disusun Pelaksananaan Pojok Gizi dapat dengan mudah dilaksanakan karena banyak tersedia lahan di setiap RT di RW 07 Kelurahan Antirogo Lingkungan Pelinggian. Tokoh masyarakat di RW 07 Kelurahan Antirogo Lingkungan Pelinggian sangat antusias dalam pelaksanan Pojok Gizi dan Pojok Pintar.

Kelemahan 1. Mayoritas masyarakat di RW 07 Kelurahan Antirogo Lingkungan Pelinggian termasuk dalam keluarga pra sejahtera dan sejahtera Tingkat pengetahuan masyarakat di RW 07 Kelurahan Antirogo Lingkungan Pelinggian terkait masalah kesehatan tergolong rendah Antusiame warga rendah dalam mengikuti program Pojok Pintar dan Pojok Gizi Dana program Pojok Pintar dan Pojok Gizi berasal dari mahasiswa sendiri sehingga penyediaan sarana dan prasarananya kurang optimal.

b. Analisis faktor strategi External Factor Analysis Summary (EFAS)

Faktor EksternalKeterangan

Peluang Kerjasama dengan tokoh masyarakat yaitu Ketua 07 Kelurahan Antirogo Lingkungan Pelinggian yang sangat berpengaruh di daerahnya. Kerjasama dengan Kader di posyandu RW 07 Kelurahan Antirogo Lingkungan Pelinggian Pelibatan masyarakat dan pemilik lahan yang akan digunakan dalam program Pojok Gizi dan Pojok Pintar

Ancaman 1. Kebiasaan masyarakat akan kembali lagi seperti semula ketika program Pojok Gizi dan Pojok Pintar telah selesai dilaksanakan 2. Keberlanjutan program Pojok Gizi tidak berjalan lama karena daerah RW 07 Kelurahan Antirogo Lingkungan Pelinggian termasuk wilayah kota sehingga membuat masyaraka cenderung membeli kebutuhan sehari- hari terkait pemenuhan gizi di kota.

Matriks Analisa SWOTMatriks SWOT adalah alat untuk menyusun faktor-faktor strategis organisasi yang menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan anacaman eksternal yang dihadapi organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

IFAS

EFASKEKUATAN(Strength:S)

1. Dana program dari Pojok Gizi terjangkau karena bibit tanaman mudah ditemukan sedangkan Pojok Pintar hanya menyediakan lembaran DDST untuk petugas pelayanan kesehatan serta sarana dan prasarana untuk klien (anak) dapat disiapkan dengan mudah.2. Tupoksi penanggulangan optimalisasi tumbuh kembang telah disusun3. Pelaksananaan Pojok Gizi dapat dengan mudah dilaksanakan karena banyak tersedia lahan di setiap RT di RW 07 Kelurahan Antirogo Lingkungan Pelinggian.4. Tokoh masyarakat di RW 07 Kelurahan Antirogo Lingkungan Pelinggian sangat antusias dalam pelaksanan Pojok Gizi dan Pojok Pintar.KELEMAHAN(Weakness:W)

1. Mayoritas masyarakat di RW 07 Kelurahan Antirogo Lingkungan Pelinggian termasuk dalam keluarga pra sejahtera dan sejahtera 2. Tingkat pengetahuan masyarakat di RW 07 Kelurahan Antirogo Lingkungan Pelinggian terkait masalah kesehatan tergolong rendah3. Antusiame warga rendah dalam mengikuti program Pojok Pintar dan Pojok Gizi4. Dana program Pojok Pintar dan Pojok Gizi berasal dari mahasiswa sendiri sehingga penyediaan sarana dan prasarananya kurang optimal.

KESEMPATAN(Opportunities:O)1. Kerjasama dengan tokoh masyarakat yaitu Ketua 07 Kelurahan Antirogo Lingkungan Pelinggian yang sangat berpengaruh di daerahnya.2. Kerjasama dengan Kader di posyandu RW 07 Kelurahan Antirogo Lingkungan Pelinggian3. Pelibatan masyarakat dan pemilik lahan yang akan digunakan dalam program Pojok Gizi dan Pojok PintarStrategi(S-O)1. Meningkatkan kerjasama dengan tokoh masyarakat2. Lebih membuka diri kepada masyarakat yang mempunyai lahan melalui tokoh masyarakatStrategi(W-O)1. Mengajak masyarakat untuk meningkatkan motivasi melalui tokoh masyarakat yang sangat berpengaruh di RW 072. Membuka diri kepada masyarakat supaya masyarakat lebih bersimpati kepada program

Ancaman(Threats)

1. Kebiasaan masyarakat akan kembali lagi seperti semula ketika program Pojok Gizi dan Pojok Pintar telah selesai dilaksanakan 2. Keberlanjutan program Pojok Gizi tidak berjalan lama karena daerah RW 07 Kelurahan Antirogo Lingkungan Pelinggian termasuk wilayah kota sehingga membuat masyaraka cenderung membeli kebutuhan sehari- hari terkait pemenuhan gizi di kota.

Strategi(S-T)

1. Memotivasi warga sekitar untuk mengikuti program2. Memotivasi tokoh masyarakat dan pemilik lahan untuk memantau keberlanjutan program3. Memotivasi kader posyandu untuk menindaklanjuti program pojok pintar Strategi(W-T)

1. Memberikan penjelasan kepada warga tentang maksud dan manfaat dari program secara jelas serta mengajak warga berpartisipasi 2. Berinteraksi dengan sasaran agar mendapatkan kepercayaan serta meningkatkan antusiasme sasaran

Tingkat Kegiatan Implementasi Pojok GiziNoLevelTargetIntervensi

1DownstreamIndividua. Pendidikan kesehatan terkait upaya pencegahan balita kurang gizi.b. Konseling gizi

2MidstreamKomunitasa. Pengarahan dan sosialisasi informasi pentingnya pemenuhan gizi pada balita dan anak sekolahb. Melakukan pelatihan terhadap kader untuk tetap memperhatikan status gizi balita dan anak sekolahc. Melatih tokoh masyarakat untuk memantau keberlangsungan program.d. Monitoring dan evaluasi secara berkala pada individu, kelompok, dan lingkungan yang terlibat dalam program.

3UpstreamLintas Sektoral Koordinasi dengan Lintas sektoral terkait keberlangsungan Program

EvaluasiKriteria evaluasi yang dapat disusun adalah:NoLevelTargetIntervensi

1DownstreamIndividua. Evaluasi strukturKegiatan Pojok Gizi berlangsung satu kali di Bulan Aprilb. Evaluasi prosesProses penanaman berlangsung baik dengan kerjasama dari semua pihak baik tokoh masyarakat, mahasiswa dan masyarakat. c. Evaluasi hasilKegiatan dihadiri oleh 4 orang perwakilan tokoh masyarakat, semua mahasiswa, dan 10 perwakilan dari warga. Setelah dilakukan kegiatan pola gizi masyarakat terpenuhi.

2MidstreamKomunitasa. Evaluasi strukturKegiatan Pojok Gizi berlangsung di Lahan milik masyarakat yang bersedia dijadikan lahan bersama. b. Evaluasi prosesKegiatan awal tidak disambut secara antusias oleh masyarakat setempat, namun lama kelamaan kegiatn ini dapat diterima.c. Evaluasi hasilMasyarakat mengiikuti dengan antusias kegiatan Pojok Gizi.

3UpstreamLintas Sektorala. Evaluasi strukturPemateri mencoba menanyakan kepada masyarakat terkait sector yang bersedia mendukung program ini. b. Evaluasi prosesTerbentuk kerjasama antara masyarakat dengan Puskesmas melalui kelompok Petani untuk mendukung penanaman sumber pangan.c. Evaluasi hasilKelompok petani bersedia memberikan dukungan baik berupa bibit tanaman maupun jasa penanaman.

Evaluasi FormatifProgram ini dilaksanakan sebagai upaya pemenuhan gizi balita dan anak sekolah di Lingkungan Pelinggian Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari dimana dilakukan penanaman sumber pangan di lahan milik salah satu masyarakat Lingkungan Pelinggian. Sumber daya dari masyarakat dioptimalkan melalui adanya program tersebut. Hasil yang diharapkan dari program tersebut adalah terpenuhinya gizi balita dan anak sekolah sehingga tumbuh dan perkembangan bayi dapat optimal dengan didukung oleh gizi yang tercukupi.Evaluasi ProsesKegiatan yang dilaksanakan terkait program tersebut adalah melakukan penanaman bermacam-macam tanaman seperti tumbuhan kelor, tumbuhan tomat, singkong, pandan, dan bayam. Tanaman-tanaman tersebut akan dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk memenuhi kebutuhan gizi balita dan anak sekolah. Terselenggaranya program ini harus ada kerjasama dan komitmen baik dari masyarakat sendiri, tokoh masyarakat dan mahasiswa untuk tetap melanjutkan kegiatan tersebut.

Evaluasi SumatifPembentukan program pojok gizi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi semua warga dan meningkatkan hubungan sosial di masyarakat di Lingkungan Pelinggian Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari.

Tingkat Kegiatan Implementasi Pojok PintarNoLevelTargetIntervensi

1DownstreamIndividua. Pendidikan kesehatan terkait tugas tumbuh kembang anakb. Konseling dan penguatan koping ibu dalam melaksanakan program Pojok Pintar

2MidstreamKomunitasa. Kemitraan dengan masyarakat terutama ibu dengan balitab. Koordinasi dengan tokoh agama atau tokoh masyarakat dan kaderc. Kerjasama lintas sektorald. Pengarahan dan sosialisasi Pojok Pintar

3UpstreamPemerintahKoordinasi dengan petugas kesehatan di posyandu terkait keberlangsungan program

12. EvaluasiKriteria evaluasi yang dapat disusun adalah:NoLevelTargetIntervensi

1DownstreamIndividua. Evaluasi strukturb. Kegiatan Pojok Pintar berlangsung satu kali setiap bulan.c. Evaluasi prosesd. Kegiatan berlangsung baik dengan kerjasama dari semua pihak dari toma/ toga, petugas kesehatan di posyandu, dan ibu balita.e. Evaluasi hasilKegiatan dihadiri oleh minimal 10 ibu yang mempunyai balita, 2 orang perwakilan toma/ toga, dan 2 orang perwakilan petugas kesehatan.

2MidstreamKomunitasa. Evaluasi strukturKegiatan pojok pintar berlangsung di posyandu yang diadakan setiap bulan untuk balita.b. Evaluasi prosesKegiatan awal disambut kurang antusias oleh ibu balita karena kurangnya minat dan sosialisasi, namun setelah diadakan beberapa kali, kegiatan ini disambut antusias oleh ibu balita.c. Evaluasi hasilIbu balita mengikuti dengan antusias kegiatan Pojok Pintar.

3UpstreamPemerintaha. Evaluasi strukturPemateri menanyakan kembali kepada ibu balita terkait dukungan program kepada petugas kesehatan.b. Evaluasi prosesTerjalin kerjasama antara ibu balita dengan petugas kesehatan serta toma/ toga dalam mendukung kegiatan Pojok Pintar ini.c. Evaluasi hasilIbu balita bersedia memberikan dukungan terhadap kegiatan ini.

Evaluasi FormatifProgram ini dilaksanakan sebagai upaya menyadarkan ibu balita untuk tetap memenuhi tumbuh kembang anak sesuai dengan usianya. Sumber daya dari ibu balita dioptimalkan melalui adanya program tersebut. Hasil yang diharapkan dari program tersebut adalah terbentuknya Pojok Pintar yang berada dibawah naungan setiap posyandu. Dengan adanya kegiatan tersebut akan dapat meningkatkan pengetahuan ibu dalam memenuhi tumbuh kembang anak.Evaluasi ProsesKegiatan yang akan dilaksanakan terkait program tersebut adalah melakukan pembinaan dan konseling kepada ibu balita yang ada di lingkungan sekitar posyandu. Pembinaan ibu balita dilakukan dengan mengajarkan kepada ibu tentang permainan-permainan yang dapat menstimulasi tumbuh kembang anak sesuai dengan usia. Permainan juga disesuaikan dengan budget ibu balita.Evaluasi SumatifPembentukan program Pojok Pintar diharapkan dapat memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak sesuai dengan usianya.

a. Tingginya angka kejadian typhoid berhubungan dengan belum optimalnya pelaksanaan program prilaku hidup bersih sehat (PHBS): be healthy bye tipes.b. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang program perilaku hidup bersih sehat (PHBS): be healthy bye tipes berhubungan dengan kurangnya kesadaran masyarakat yang membuang air besar di sungaic. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang program perilaku hidup bersih sehat (PHBS): be healthy bye tipes berhubungan dengan kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya cuci tangand. Belum tersebarnya informasi mengenai program perilaku hidup bersih sehat (PHBS): be healthy bye tipes berhubungan dengan rendahnya tenaga kesehatan

BAB 5. PENUTUP

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari (Hidayat, 2006). Program pengendalian penyakit diare yang sudah dilaksanakan dalam PBL menghasilkan program yang dapat terus dijalankan oleh masyarakat di kel. Antirogo. Jajanan sehat dapat mencegah anak dalam mengkonsumsi makanan yang tidak sehat yang dapat beresiko menimbulkan diare. Gizi dalam jajanan sehat sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama pada balita dan anak sekolah tetapi dari pengkajian yang dilakukan ditemukan tidak sedikit anak-anak sekolah mengkonsumsi makanan-makanan instan dan bersantan serta tidak ada kandungan gizi yang sebenarnya dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.Jumlah populasi anak di lingkungan Palinggian usia 0-5 tahun berdasarkan hasil pengkajian didapatkan sebanyak 20 anak dari jumlah sampel 80 kepala keluarga dari total 387 kepala keluarga sehingga dalam upaya peningkatan atau optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita, program yang sudah dilaksanakan berupa pojok gizi dan pojok pintar. Program ini dapat masuk dalam kegiatan rutin dari posyandu sehingga diharapkan anak dapat tumbuh sesuai dengan tugas perkembangannya masing-masing. Program yang sudah ada dilaksanakan oleh masyarakat bersama-sama mahasiswa serta tokoh masyarakat dan berjalan dengan baik. Keberlanjutan program Jajanan Sehat, Pojok Gizi dan Pojok Pintar diharapkan terus berjalan di daerah RW 07 Kelurahan Antirogo Lingkungan Pelinggian sehingga masyarakat menjadi lebih mandiri, lebih sehat dan lebih sejahtera.