bab ii anyar

57
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Klinik 1. Definisi Pembelajaran Klinik Pembelajaran adalah suatu proses yang kompleks. Pembelajaran klinik dalam keperawatan merupakan wahana yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untukmenerjemahkan pengetahuan teoritis kedalam pembelajaran (Emilia,2008). Pembelajaran klinik harus ditata sedemikian rupa sehingga mahasiswa mempunyai kemampuan untuk berhubungan dengan masalah nyata tersebut. Pembelajaran klinik memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari di tahap akademik. Mahasiswa dalam mengaplikasikan teori tersebut mencoba untuk mempelajari kembali teori yang sudah pernah diperoleh di tahap akademik, membendingkan dengan realitas yang ada di lahan praktik, da kemudian

Upload: ari-puji-astuti

Post on 07-Aug-2015

203 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Anyar

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Klinik

1. Definisi Pembelajaran Klinik

Pembelajaran adalah suatu proses yang kompleks. Pembelajaran klinik

dalam keperawatan merupakan wahana yang memberikan kesempatan

kepada mahasiswa untukmenerjemahkan pengetahuan teoritis kedalam

pembelajaran (Emilia,2008).

Pembelajaran klinik harus ditata sedemikian rupa sehingga

mahasiswa mempunyai kemampuan untuk berhubungan dengan masalah

nyata tersebut. Pembelajaran klinik memberikan kesempatan bagi

mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari

di tahap akademik. Mahasiswa dalam mengaplikasikan teori tersebut

mencoba untuk mempelajari kembali teori yang sudah pernah diperoleh di

tahap akademik, membendingkan dengan realitas yang ada di lahan

praktik, da kemudian mencoba memahami realitas tersebut

(Syahreni&Waluyanti,2007).

Page 2: Bab II Anyar

Peran Pembimbing

Tehnik/Strategi

Metode

Kualitas Bimbingan

Mahasiswa

Sarana/Kebijakan

Pasien

2. Faktor Pendukung Pembelajaran Klinik

a. Peran Pembimbing

1) Prinsip-prinsip bimbingan

Menurut Hidayat, (2000) upaya untuk mendapatkan bimbingan

di lapangan yang lebih optimal waktu di dalam pelaksanaan

bimbingan praktek lapangan hendaknya memperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

a) Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menerapkan

ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari di kelas

dari berbagai disiplin ilmu secara terintegrasi dalam situasi

nyata.

b) Mengembangkan potensi peserta didik untuk mengumpulkan

perilaku atau ketrampilan yang bermutu dalam situasi nyata di

tempat pelayanan kesehatan.

c) Memberi kesempatan pengalaman belajar kepada peserta didik

bekerja secara tim kesehatan dan membantu proses

penyembuhan pasien.

7

Page 3: Bab II Anyar

d) Memberikan pengalaman awal dan memperkenalkan kepada

peserta didik dunia kerja professional.

e) Membantu mengatasi masalah yang dihadapi peserta didik yang

ditemukan.

2) Pembimbing Lahan/ Klinik

Pembimbing klinik merupakan tenaga perawat yang ditunjuk

atau diangkat oleh instansi yang digunakan sebagai lahan praktek.

Membimbing adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-

menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing

agar tercapai kemandirian diri dalam pemahaman diri, penerimaan

diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat

perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan

lingkungan (Asyahadi, 2004).

Menurut Asyahadi, (2004) tugas dari pembimbing klinik adalah

sebagai berikut :

a) Pembimbing mengikuti dan memandu pre dan post conference

b) Membimbing dan mendampingi mahasiswa selama

melaksanakan keterampilan.

c) Mengevaluasi keterampilan mahasiswa.

d) Mengoreksi laporan mahasiswa.

e) Mengecek kehadiran mahasiswa.

f) Memberi nilai bimbingan selama praktik.

8

Page 4: Bab II Anyar

3) Pembimbing Akademik

a) Melaksanakan bimbingan dari laporan kasus

b) Membimbing ke lapangan untuk pencapaian keterampilan yang

telah ditentukan

c) Memberikan nilai bimbingan

4) Kriteria Pembimbing

Menurut Nursalam dan Efendy, (2008) pembimbing klinik dan

lapangan perlu ditingkatkan kualitasnya karena pembimbing sangat

berperan pada perkembangan kemampuan kpgnitif dan afektif

peserta didik. Peran pembimbing klinik yang perlu ditingkatkan

adalah peran sebagai model/ contoh, pengamat, peserta, dan

narasumber. Kriteria yang harus dipenuhi pembimbing antara lain:

a) Memiliki pengetahuan keilmuan yang dalam dan luas serta

minimal setara dengan jenjang pendidikan peserta didik.

b) Kompeten dalam kemampuan klinik.

c) Terampil dalam pengajaran klinik

d) Mempunyai komitmen dalam pembelajaran klinik, salah satu cara

meningkatkan kualitas pembimbing adalah dengan mengadakan

pelatihan clinical educator.

Komunitas yang terbentuk dari para perawat professional yang ada

di Rumah Sakit dan melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan

yang professional perlu dikembangkan dan dibangun dengan cara

sebagai berikut:

9

Page 5: Bab II Anyar

a) Membangun dan membina pelayanan/asuhan keperawatan Rumah

Sakit sebagai bagian integral dari pelayanan Rumah Sakit,

sehingga dapat diterima dan diakui sebagai pelayanan

professional.

b) Mengidentifikasi dan membina perawat yang diakui dan diberi

kewenangan serta tanggung jawab melaksanakan

pelayanan/asuhan keperawatan secara professional.

c) Membina para perawat sebagai komunitas dengan tradisi/budaya

sebagai komunitas professional.

Upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang suportif

diperlukan pembimbing klinik yang mempunyai pengetahuan yang

kokoh, mempunyai kemampuan klinik, trampil sebagai pengajar dan

mempunyai komitmen sebagai pembimbing klinik (Oermann, 1985).

Pembimbing harus mempunyai latar belakang pendidikan

keperawatan yang lebih tinggi dari pendidikan mahasiswa bila ia

sudah lulus, mempunyai kemampuan profesional dalam area klinik

tertentu sehingga dapat memberikan pelayanan atau asuhan

keperawatan berdasarkan prinsip saintifik. Hal ini sangat esensial

karena “role model” yang diciptakan oleh pengajar klinik akan

dengan mudah dipelajari oleh mahasiswa. Disamping secara terus-

menerus memperbarui pengetahuan dan ketrampilan mengikuti

perkembangan ilmu dan teknologi khusus keperawatan (Oermann,

1985).

10

Page 6: Bab II Anyar

Pembimbing menganjurkan mahasiswa untuk belajar mandiri dan

bertanggung jawab atas kebutuhan belajarnya. Dengan kemandirian

ini mahasiswa belajar untuk mengembangkan tanggung jawab dan

kreatifitas. Pengajaran klinik juga diciptakan agar mahasiswa tidak

takut untuk membuat kesalahan tetapi menggunakan setiap

kesempatan sebagai proses belajar. Untuk ini pembimbing klinik

bertanggung jawab dalam menentukan proses belajar yang

digunakan sebagai pengajaran sehingga dalam memberikan asuhan

keperawatan dapat dihindari kesalahan yang membahayakan pasien.

Pembimbing klinik diharapkan memenuhi kriteria-kriteria sebagai

berikut (Hidebrand, 1971):

a) Profesional dalam ketrampilan yang diajarkan

b) Mendorong mahasiswa untuk mempelajari ketrampilan baru

c) Meningkatkan komunikasi yang terbuka (2 arah)

d) Memberikan umpan balik segera

e) Mengatur stress para mahasiswa

f) Memusatkan pada keberhasilan mahasiswa bukan pada kegagalan

g) Sabar dan mendukung

h) Memberi penghargaan dan dukungan positif

i) Memperbaiki kesalahan mahasiswa tapi tetap mempertahankan

rasa harga diri

j) Mendengar aktif

k) Humor yang tepat

11

Page 7: Bab II Anyar

l) Memberi kesempatan untuk istirahat

m)Mengamati respon peserta didik

n) Memberi pujian

Karakteristik dari seorang pembimbing klinik yang efektif dapat

dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu :

a) Pengetahuan dan kompetensi klinik

Pengetahuan dan kompetensi klinik disini meliputi

pengetahuan akan ilmu keperawatan yang dimiliki pengajar harus

luas dan memahaminya secara mendalam. Disamping ilmu

keperawatan yang diberikan kepada peserta didik, pengajar juga

harus memiliki pengetahuan akan materi-materi yang

berhubungan dengan hal itu. Kemampuan untuk menganalisa

teori dan mengumpulkannya dari berbagai sumber, menitik

beratkan pada pemahaman, kemauan untuk mendiskusikan

dengan peserta didik mengenai pandangan atau pendapat yang

berkaitan dengan bimbingan. Pengajar klinik yang efektif juga

berperan sebagai perawat pelaksana ( clinician ).

Mempertahankan kompetensi klinik sangat penting, diantaranya

untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan

peserta didik.

b) Hubungan interpersonal dengan peserta didik

Kemampuan dalam berinteraksi dengan para peserta didik

dan tenaga kesehatan lain juga merupakan perilaku dari pengajar

12

Page 8: Bab II Anyar

yang efektif. Disamping itu adalah kemampuan untuk

menyatukan kelompok-kelompok dari peserta didik ke dalam

kesatuan dan membangun respek serta mengadakan hubungan

yang baik antara pengajar dengan peserta didik.

c) Kemampuan membimbing

Kemampuan dalam membimbing termasuk diantaranya

kemampuan kebutuhan proses bimbingan bagi peserta didik,

merencanakan bahan pembimbingan (plan instruction) dalam

tiap-tiap bagian atau pokok bahasan dan tujuan yang harus

dicapai, mensupervisi peserta didik dan mengevaluasi proses

bimbingan. Seorang pengajar yang efektif juga memberikan

informasi yang terstruktur, memberikan penjelasan yang lengkap

dan langsung kepada peserta didik, menjawab pertanyaan secara

jelas, mendemonstrasikan prosedur dan beberapa proses

perawatan lainnya dengan efektif. Pembimbing klinik juga harus

mampu mengkomunikasikan atau mentransfer pengetahuan ke

peserta didik.

d) Karakteristik pribadi

Karakteristik pribadi dapat mengasosiasikan antara

dinamisasi dari program studi dengan semangat untuk pengajaran

di area klinik. Pengamatan yang tajam atau kepandaian dalam

memutuskan dan semangat tersebut bisa didapat jika merasa

nyaman bekerja dengan para peserta didik dan memiliki

13

Page 9: Bab II Anyar

kepercayaan diri terhadap kemampuan mengajarnya dan

ketrampilan kliniknya. Penelitian lain menyatakan karakteristik

lainnya yaitu bersahabat, dapat memahami, mendukung, dan

bersemangat tinggi . Kejujuran, kemampuan untuk mengakui

kesalahan dan keterbatasan serta kekurangan dalam pengetahuan.

b. Teknik / Strategi Pembelajaran Praktik

1) Mahasiswa memperoleh informasi tentang target kegiatan yang

harus dicapai.

2) Mahasiswa memperoleh pembekalan sebelum praktek.

3) Pelaksanaan praktek klinik KDPK

4) Proses belajar praktik

Menurut Ngalim, (2002) bahwa proses belajar dalam praktik

dibagi menjadi tiga yaitu:

a) Pre – Conference

b) Informasi tentang pelaksananan praktek

(1) Penjajagan tentang kesiapan praktek

(2) Perencanaan praktek mahasiswa

c) Ronde

(1) Penyeliaan pembimbing praktek dari pendidikan / lahan

praktek

(2) Problem solving masalah – masalah praktek dan kasus –

kasus yang ditemukan mahasiswa

(3) Pembinaan mahasiswa dalam praktek

14

Page 10: Bab II Anyar

d) Post – Conference

Evaluasi pelaksanaan praktek mahasiswa.

c. Metode bimbingan klinik

Menurut Nursalam dan Efendy, (2008) metode pembelajaran yang perlu

diterapkan dalam pembelajaran klinik antara lain:

1) Metode pengalaman dengan penugasan klinik, penugasan tertulis

2) Metode pemecahan masalah

3) Konferensi

4) Observasi

5) Medis

6) Metode pengarahan Individu

7) Metode bimbingan individu

Menurut Nursalam, (2002) ada empat metode bimbingan klinik yang

dianjurkan, yaitu :

1) Exsperensial

Yaitu suatu metode yang dipergunakan pembimbing akademik

dalam membatu peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan

mengambil keputusan terhadap kasus yang terjadi dengan pasien

atau keluarga pasien. Metode eksperensial meliputi situasi

penyelesaian masalah (membantu peserta didik meningkatkan sikap

profesional, mampu menerapkan masalah konseptual keperawatan

dalam kurikulum berdasarkan masalah aktual, menggambarkan

secara tertulis kejadian atau peristiwa klinik) dan situasi

15

Page 11: Bab II Anyar

pengambilan keputusan (pengujian data yang ada, pengidentifikasian

alternatif tindakan, penentuan prioritas tindakan, pembuatan

keputusan) (Nursalam, 2002).

2) Proses Insiden

a) Membantu peserta didik mengembangkan keterampilan

reflektif  berdasarkan kejadian klinik/insiden.

b) Insiden berasal dari pengalaman praktik aktual atau

dikembangkan secara hipotetikan.

c) Bisa dalam bentuk insiden terkait klien, staf atau tatanan praktik.

(Nursalam, 2002)

3) Konferensi

a) Dirancang melalui diskusi kelompok

b) Meningkatkan pembelajaran penyelesaian masalah dalam

kelompok, melalui analisis kritikal, pemilihan alternatif

pemecahan masalah, dan pendekatan kreaktif.

c) Memberikan kesempatan mengemukakan pendapat dalam

menyelesaikan masalah.

d)  Menerima umpan balik dari kelompok atau pengajar.

e) Memberi kesempatan terjadi peer review, diskusi

kepedulian, issue, dan penyelesaian masalah oleh disiplin lain.

f)  Berinteraksi dan menggunakan orang lain sebagai narasumber.

g)  Meningkatkan kemampuaan memformulasikan idea.

h)  Adanya kemampuan konstribusi peserta didik.

16

Page 12: Bab II Anyar

i) Meningkatkan percaya diri dalam berinteraksi dengan kelompok.]

j) Kemampuan menggali perasaan, sikap dan nilai-nilai yang

mempengaruhi praktik.

k)  Mengembangkan keterampilan beragumentasi.

l) Mengembangkan keterampilan kepemimpinan.

m)Jenis konferensi adalah pre dan post konferensi, peer review,

issue dan multidisiplin. (Nursalam, 2002)

n)  Konferen hari pertama

Konferen pra praktik klinik dimana Pembimbing

menjelaskan tentang karakteristik ruang rawat, staf dan tim

pelayanan kesahatan lain dimana para peserta didik akan

ditempatkan. Pembimbing mengkaji kembali persiapan peserta

didik untuk menghadapi dan memberikan asuhan keperawatan

dengan klien secara baik. mengingatkan peserta didik untuk

membawa perlengkapan dasar. Sedangakan konferensi paska

praktik klinik dimana Pembimbing melakukan diskusi dengan

peserta didik untuk membahas tentang klien, pembimbing

memberikan kesempatan untuk peserta didik dalam mengutarakan

pendapat, diskusi dilakukan ditempat khusus atau terpisah.

o) Konferen hari ke dua dan selanjutnya

Konferen pra praktik klinik dimana pembimbing membahas

tentang perkembangan klien dan rencana tinakan dihari kedua dan

selanjutnya, menyiapkan kasus lain apabila kondisi klien tidak

17

Page 13: Bab II Anyar

mungkin untuk diintervensi. Sedangkan konfenren pasca praktik

klinik dilakukan segera setelah praktik, konferen ini berguna

untuk memperoleh kejelasan tentang asuhan yang telah diberikan,

membagi pengalaman antar peseta didik, dan mengenali kualitas

keterlibatan peserta didik.

4) Observasi (Ronde Keperawatan)

a) Pengertian

Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik

yang memungkinkan peserta didik menstranfer dan

mengaplikasikan pengetahuan teoritis kedalam praktik

keperawatan langsung (Nursalam, 2002).

b) Karakteristik

(1) Klien dilibatkan langsung

(2) Klien merupakan fokus kegiatan peserta didik

(3) Pesrta didik dan pembimbing melakukan diskusi

(4) Pembimbing memfasilitasi kreaktifitas pesrta didik adanya

ide-ide baru.

(5) Pembimbing klinik membantu mengembangkan kemampuan

peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dalam

mengatasi masalah.

c) Kelemahan

Klien dan keluarga merasa kurang nyaman

dan privacy  terganggu.

18

Page 14: Bab II Anyar

d) Tujuan Ronde Keperawatan

(1) Menumbuhkan cara berpikir kritis

(2) Menumbuhkan pemikiran bahwa tindakan keperawatan

berasal dari masalah klien.

(3) Meningkatkan pola pikir sistematis

(4) Meningkatkan validitas data klien

(5) Menilai kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.

(6) Menilai kemampuan membuat justifikasi

(7) Menilai kemampuan menilai hasil kerja

(8) Menilai kemampuan memodifikasi rencana keperawatan.

e) Masalah

(1) Berorientasi pada prosedur keperawatan.

(2) Persiapan sebelum praktik kurang memadai

(3) Belum ada keseragaman tentang hasil ronde keperawatan.

(4) Belum ada kesepakatan tentang rmodel ronde keperawartan

5) Observasi (Bed Side Teaching)

a) Pengertian

Bed Side Teaching merupakan metode mengajar pada peserta

didik, dilakukan disamping tempat tidur klien meliputi kegiatan

mempelajari kondisi klien dan asuhan keperawatan yang

dibutuhkan oleh klien (Nursalam, 2002).

19

Page 15: Bab II Anyar

b) Manfaat

Agar pembimbing klinik dapat mengajarkan dan mendidik peserta

didik untuk menguasai keterampilan prosedural, menumbuhkan

sikap profesional, mempelajari perkembangan biologis/fisik,

melakukan komunikasi melalui pengamatan langsung (Nursalam,

2002).

c) Prinsip

(1) Sikap fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik

peserta didik  dan klien.

(2) Jumlah peserta didik dibatasi (ideal 5-6 orang)

(3)  Diskusi pada awal dan paska demonstrasi didepan klien

dilakukan seminimal mungkin.

(4) Lanjutkan dengan redemonstrasi

(5)  Kaji pemahaman peserta didik sesegera mungkin terhadap

apa yang didapatnya saat itu.

(6) Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum

pernah diperoleh peserta didik sebelumnya, atau apabila

peserta didik menghadapi kesulitan menerapkan (Nursalam,

2002).

d)  Persiapan

(1) Mendapatkan kasus yang sesuai yang dapat memberikan

kesempatan pada peserta didik untuk menerapkan

keterampilan teknik prosedural dan interpersonal.

20

Page 16: Bab II Anyar

(2) Koordinasi dengan staff diklinik agar tidak mengganggu

jalannya rutinitas perawatan klien.

(3) Melengkapi peralatan atau fasilitas yang akan digunakan

(Nursalam, 2002)

Sedangkan menurut Ngalim (2002) ada empat metode bimbingan

klinik yang dianjurkan, yaitu :

a) Konferensi

Diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik yang bertujuan

untuk menyelesaikan masalah.

Konferensi yang dianjurkan :

(1) Konferensi awal (Pre-conference)

Diskusi tentang persiapan peserta didik, pengenalan masalah

klien, rencana tindakan keperawatan, cara dan strategi

pelaksanaan tindakan

(2) Konferensi akhir (Post-conference)

Diskusi tentang penyelesaian masalah klien, evaluasi

perkembangan klien, pengalaman praktik langsung

b) Bed-side teaching/demonstrasi

Metode bimbingan klinik untuk meningkatkan kemampuan

psikomotor peserta didik

Pelaksanaan bed-side teaching/demonstrasi :

(1) Sebelumnya diskusikan tindakan yang akan dilakukan oleh

peserta didik

21

Page 17: Bab II Anyar

(2) Awalnya pembimbing dapat memberikan contoh langsung

pada peserta didik

(3) Selanjutnya pembimbing mengobservasi kegiatan atau

tindakan keperawatan yang dilakukan oleh peserta didik

(4) Setelah selesai pembimbing bersama peserta didik

mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan dan memberikan

umpan balik

c) Penugasan klinik

Penempatan peserta didik pada lahan praktik

Tujuan : memberikan pengalaman praktik klinik yang nyata

sebagai tempat mengembangkan ketrampilan professional

Pelaksanaan penugasan klinik :

(1) Buat kontrak yang jelas dengan peserta didik :

(2) Lamanya waktu penugasan klinik

(3) Objektif dan kompetensi yang harus dicapai

(4) Metode bimbingan

(5) Metode evaluasi

(6) Bagi peserta didik dalam kelompok yang beranggotakan

maksimal

(7) Setiap hari setiap kelompok dibimbing oleh satu orang

pembimbing

22

Page 18: Bab II Anyar

d) Diskusi kelompok

Modifikasi dari metode pengajaran diskusi, diskusi kasus dan

brainstorming.

Tujuan : membahas masalah-masalah atau kebutuhan-kebutuhan

yang ditemukan dalam praktik klinik setiap hari.

Pelaksanaan diskusi kelompok:

(1) Dilakukan dipertengahan proses klinik setiap hari

(2) Dilakukan dalam satu kelompok praktik

(3) Dipimpin oleh satu orang pembmbing yang berfungsi

sebagai fasilitator

(4) Mendiskusikan kesulitandan keberhasilan dalam melakukan

askep maupun isu-isu terkait

(5) Pembimbing menstimulus kelompok untuk mencari

penyelesaan masalahnya sendiri.

d. Mahasiswa

1) Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai peserta didik

Menurut Hidayat, (2000) ada beberapa hal yang perlu dilakukan

mengenai peserta didik, hal ini ditujukkan agar lebih optimal dalam

pembelajaran klinik :

23

Page 19: Bab II Anyar

a) Jumlah

b) Tingkatan

c) Kesiapan belajar

d) Motivasi belajar

e) Status kesehatan

2) Tugas Mahasiswa:

a) Mengikuti pre dan post conference

b) Membuat laporan praktik

c) Melaksanakan ujian praktik.

3) Evaluasi

Evaluasi dilaksanakaan dengan cara :

a) Aspek kognitif diperoleh dari responsi dan penyususnan laporan

b) Aspek psikomotor diperoleh dari observasi pada saat melakukan

keterampilan

c) Aspek afektif diperoleh dari sikap yang meliputi

kedisiplinan,kejujuran dan penampilan / kerapihan mahasiswa

selama praktik.

e. Sarana/ Lingkungan Praktik (Rumah Sakit)

Menurut Nursalam dan Efendy, (2008) tempat praktik (Rumah

Sakit) yang digunakan untuk melaksanakan pengalaman belajar klinik

pada program pendidikan profesi dalam bidang kesehatan harus

memenuhi beberapa criteria sebagai berikut:

24

Page 20: Bab II Anyar

1) Terdapat pelayanan/asuhan keperawatan professional dengan

berbagai kekhususan yang diperlukan dan dilaksanakan oleh

perawat professional.

2) Manajemen Rumah Sakit memungkinkan berbagai kegiatan

pengembangan pengalaman belajar klinik, penelitian, pengabdian

kepada masyarakat dilaksanakan

3) Teknologi keperawatan merupakan teknologi maju untuk

melaksanakan asuhan keperawatan yang diperlukan.

4) Klien dan lingkungan, terutama hubngan interpersonal dan

kepemimpinan, memungkinkan terlaksananya proses pendidikan,

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, termasuk

pelayanan /asuhan keperawatan.

5) Lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman sehingga tiga

fungsi utama pendidikan tinggi dapat dilaksanakan.

6) Tersedia cukup peralatan dan staf professional sehingga

pelaksanaan pelayanan keperawatan, serta kegiatan pendidikan dan

penelitian dapat berjalan dengan baik.

7) Terdapat model peran untuk penumbuhan dan pembinaan sikap,

tingkah laku, serta keterampilan professional keperawatan pada

peserta didik.

f. Pasien

Ketrampilan berpikir kritis tidak dapat dicapai dengan hamya

pembelajaran di kelas atau di klinik saja tetapi juga melalui pengalaman

25

Page 21: Bab II Anyar

yang bervariasi mulai dari pengalaman melakukan pengkajian hingga

menyelesaikan masalah pasien. Mahasiswa menghadapi peristiwa-

peristiwa yang di luar perkiraan saat berhadapan dengan kondisi nyata

respon pasien yang tidak diharapkan. Mahasiswa disini juga harus

berperan sebagai perawat yang memberikan perawatan langsung kepada

pasien (Syahreni&Waluyanti,2007).

3. Perencanaan pembelajaran Klinik

Menurut William H Newman dalam bukunya Administrative

Action Techniques of Organization and Management dalam Majid (2005)

menyatakan bahwa perencanaan adalah menentukan apa yang akan

dilakukan. Sedangkan menurut Nana Sujana dalam sumber yang sama

menyatakan bahwa perencanaan adalah proses yang sistematis dalam

pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu

yang akan datang. Dalam konteks pembelajaran, perencanaan juga dapat

dikatakan sebagai proses penyusunan materi, penggunaan media,

penggunaan pendekatan dan metode pengajaran. Sebelum membuat

rancangan, sebaiknya dilakukan pengkajian terlebih dahulu. Melalui

pengkajian akan didapatkan status kemampuan awal peserta didik

sehingga akan membantu menetapkan tujuan pembelajaran. Tidak semua

mahasiswa harus mendapatkan proses pembelajaran yang sama walaupun

tujuan akhir dari pembelajarannya sama. Sedangkan untuk makna

26

Page 22: Bab II Anyar

pembelajaran, banyak ahli pendidikan yang menyatakan bahwa pengajaran

merupakan terjemahan dari instruction atau teaching.

4. Pelaksanaan Pembelajaran Klinik

Menurut Schweek and Gebbie (1996) praktek klinik merupakan

“the heart of the total curriculum plan ”. Hal ini berarti unsur yang paling

utama dalam pendidikan keperawatan adalah bagaimana proses

pembelajaran dikelola di lahan praktek. Untuk itu perlu disiapkan panduan

pembelajaran klinik bagi mahasiswa dan juga bagi pembimbing atau

instruktur klinik agar dapat melakukan asuhan keperawatan yang

menitikberatkan pada kualitas melalui terciptanya suatu lingkungan belajar

yang sarat dengan model peran (role model).

Pembelajaran di lahan praktik atau praktik klinik diharapkan tidak

hanya menjadi kesempatan untuk menerapkan teori yang dipelajari di

kelas ke dalam praktik profesional. Akan tetapi melalui praktik klinik

mahasiswa diharapkan lebih aktif dalam setiap tindakan sehingga akan

menjadi orang yang cekatan dalam menggunakan teori tindakan. Lebih

jauh lagi, praktik profesional di bidang pelayanan keperawatan mencakup

banyak hal diantaranya keputusan klinis yang berasal dari teori, hukum,

pengetahuan, prinsip dan pemakaian keterampilan khusus. Tidak kalah

pentingnya adalah bagaimana perawat menerima klien sebagai makhluk

hidup yang unik dan mandiri dengan hak-hak yang tidak dapat dipisahkan.

27

Page 23: Bab II Anyar

Pelaksanaan pembelajaran klinik terkait erat dengan peran pengajar

pada lingkungan klinis yang bertujuan untuk mendorong kemandirian dan

kepercayaan diri mahasiswa. Bukan mendukung berkembangnya

ketergantungan dan kepercayaan terhadap pengajar. Setelah melalui proses

pembelajaran diharapkan ma hasiswa benar-benar mandiri sebab mereka

akan kembali ke masyarakat sebagai pengguna (user ) jasa. Oleh karena itu

kemampuan mahasiswa selama pembelajaran di klinik sangat dipengaruhi

oleh kemampuan dan pengalaman instruktur klinik.

Pembelajaran klinik bagi mahasiswa keperawatan di rumah sakit

dilakukan secara kolaborasi antara perseptor atau instruktur klinik yang

berasal dari institusi pendidikan dan perseptor yang berasal dari lahan

praktik yang diperbantukan untuk mengajar mahasiswa selama

pembelajaran klinik. Beberapa tanggung jawab perseptor klinis antara lain

sebagai berikut:

a. Mengorientasikan mahasiswa yang praktik terkait dengan prosedur-

prosedur dan kebijakan di lahan praktik.

b. Berperan menjadi seorang praktisi klinis, guru sekaligus pementor.

c. Melaksanakan supervisi terhadap mahasiswa selama berada di lahan

praktik.

d. Memperbaiki kemampuan mahasiswa untuk mendukung perencanaan

dan tindakan keperawatan.

e. Memberi masukan dan membantu serta mendorong kemampuan

mahasiswa untuk tujuan klinis.

28

Page 24: Bab II Anyar

f. Berkordinasi dengan institusi pendidikan untuk membahas masalah-

masalah yang muncul selama pengajaran klinik.

g. Memberikan pendelegasian untuk menjaga hal-hal tidak diharapkan

saat perseptor tidak dapat mendampingi mahasiswa selama

pengajaran klinik.

h. Mendokumentasikan perkembangan mahasiswa selama pengajaran

sebagai bahan untuk evaluasi.

i. Memberikan laporan tertulis pada institusi sebagai bahan evaluasi

pada akhir pembelajaran klinis.

5. Evaluasi Pembelajaran Klinik

Menurut Nursalam dan Efendy, (2008) evaluasi dapat dibagi menjadi:

a. Observasi

Observasi sering digunakan dalam evaluasi klinik, mengingat

kemampuan utama yang harus dimiliki melalui pengalaman belajar

klinik adalah kemampuan melaksanakan tindakan. Observasi

digunakan untuk mengevaluasi penampilan psikomotor; sikap,

perilaku; interaksi, baik verbal maupun non verbal.

b. Tertulis

Digunakan untuk mengevaluasi kemampuan kognitif, yaitu pada

jenjang dan aplikasi pemecahan masalah (problem solving) melalui

proses analisis, ini dilakukan dengan cara memberikan penugasan

pada peserta didik untuk menuliskan hasil pengamatan atau hasil

29

Page 25: Bab II Anyar

rangkaian kegiatan dalam melakukan tindakan atau asuhan

keperawatan berupa laporan tertulis.

Tulisan mahasiswa yang dapat dijadikan bahan evaluasi adalah

sebagai berikut:

1) Rencana keperawatan

2) Laporan studi kasus

3) Laporan proses keperawatan

4) Rencana pendidikan kesehatan

5) Catatan studi obat atau cairan

B. Problem Solving dalam Manajemen Bimbingan klinik

1. Definisi Problem Solving\

Problem solving adalah suatu cara yang digunakan untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi (Rangkuti, 2006).

Langkah-langkah pemecahan masalah dengan metode problem

solving cycle Pendekatan integral dan komprehensif dalam penyusunan

rencana dan program Membantu memberikan pemahaman situasi dan

masalah yang dihadapi terdiri atas berbagai teknik dan metode kerja,

Road-map pengembangan program

30

Page 26: Bab II Anyar

Problem solving cycle

31

Page 27: Bab II Anyar

32

Problem Solving Cycle

Analisis Situasi

Identifikasi Masalah

Prioritas Masalah

Tujuan

Alternatif Pemecahan Masalah

Rencana Operasional

Pelaksanaan & Penggerakkan

Pemantauan

Pengawasan & Pengendalian

Evaluasi

Page 28: Bab II Anyar

a. Definisikan masalah.

Ada dua hal untuk mendefinisikan masalah, antara lain :

b. Susun pernyataan masalah

Pernyataan masalah harus objektif dan ditulis dengan kalimat jelas dan

sederhana.

c. Identifikasi keadaan yang diinginkan / tujuan

Bila masalah telah teridentifikasi, maka akan memudahkan

mengidentifikasi masalah yang mereka inginkan sehingga bisa

memberikan fokus dan arahan. Tujuan yang terukur memungkinkan

untuk mengikuti perkembangan pada saaat masalah sedang dipecahkan.

Juga membuat evaluasi efektifitas solusi akan menjadi lebih mudah.

d. Prioritas masalah

Dari berbagai masalah yang ditemukan tidak mungkin seluruhnya dapat

ditanggulangi, untuk itu perlu adanya prioritas masalah, metode untuk

penentuan prioritas masalah dapat menggunakan :

1) Metode Delphi

Kelompok masalah yang akan diprioritaskan dengan cara diskusi,

masalah diambil dari stratifikasi. Metode ini diterapkan terutama

bila dihadapi masalah yang kompleks, sementara data kwantitatif

yang mendukung kejelasan masalah tersebut tidak dan tersedia.

33

Page 29: Bab II Anyar

Tiap orang anggota kelompok penilai diminta pendapatnya untuk

tiap masalah yang kemudian tiap penilai tadi menetapkan kategori

masalah tadi menjadi berat sekali (skor 5), berat (skor 4), sedang

(skor 3), ringan (skor 2), ringan sekali (skor 1). Kemudian hasil

penilaian untuk masalah tadi dikumpulkan untuk mendapatkan skor

total untuk setiap masalah. Skor total inilah yang dipakai untik

menetapkan prioritas masalah.

2) Metode Delberg

a) Menentukan faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya

nilai permasalahan sehingga masalah yang satu dengan yang

lain dapat dibedakan.

b) Mengkaji apakah kriteria tersebut dapat dipakai untuk dapat

menilai suatu permasalahan

c) Menentukan bobot dari masing-masing kriteria.

d) Menentukan skala nilai misalnya 1-10

e) Menentukan prioritas masalah

3) Metode Hanlon

Menurut Hanlon dalam winarni (2000) menyebutkan bahwa Hanlon

terdiri dari

a) Hanlon kwantitatif

Prinsip dasarnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor dari luar

yang dapat diikut sertakan dalam proses penentuan masalah.

Untuk mengubah faktor dan nilai sesuai dengan kebutuhannya.

34

Page 30: Bab II Anyar

b) Hanlon kwalitatif

c) Prinsip dasarnya adalah membandingkan pentingnya masalah

satu dengan yang lainnya dengan cara matching untuk tiap-tiap

masalah.

4) Analisis sebab-sebab potensial.

Yaitu tahap pemecahan masalah ke tempat mana pernyataan perlu

diajukan dan informasi perlu dikumpulkan serta disaring. Analisis

sebab-sebab pemecahan masalah dapat dilakukan dengan langkah-

langkah :

a) Identifikasi sebab potensial.

Sebab potensial bisa di kategorikan dengan berbagai cara

misalnya materials (bahan), methods (metode), machines

(mesin), dan people (orang) yang biasa dikenal dengan 3M dan

1P yaitu materials (bahan), methods (metode), machine

( mesin) dan people ( orang) atau dengan sistem 4S yaitu

surroundings( lingkaran), suppliers(pemasok), systems

(sistem)dan skills (ketrampilan). Penggunaanya tegantung

stituasi.

Diagram Sebab Akibat

35

SebabSebab

SebabSebab

Akibat

Page 31: Bab II Anyar

Dari diagaram kita bisa melihat bahwa kotak diujung panah

mencantumkan akibat, atau masalah aktualnya.Seluruh kategori

dari sebab-sebab potensial menyusuri garis mendatar atau tulang

belakang dari diagram tulang ikan.

Diagram Sebab Akibat

36

SebabSebab

SebabSebab

Akibat

SebabSebab

SebabSebab

Sebab Sebab

Sebab Sebab

Page 32: Bab II Anyar

Diagram sebab akibat mungkin tidak membangkitkan jumlah

gagasan seperti sumbang saran tetapi pendekatannya lebih

terstruktur.Dalam menggunakan kategori akan membawa suatu

tim menjadi lebih dekat kepada klarifikasi sebab-sebab

potensial.

b) Menentukan sebab-sebab kemungkinan

Gunakan perangkat semacam bagan pareto atau kesepakatan tim

untuk mengidentifikasi sebab-sebab mana yang paling

memungkinkan, sebab-sebab yang memberi andil paling besar

pada masalah. Bagan Pareto membantu menghindari jebakan

yang memusatkan pada bidang-bidang yang mudah

dipersalahkan. Didalamnya juga menggunakan kaidah 80/20

(disebut juga Hukum Pareto) yang menyatakan bahwa 80 %

dari akibat biasanya dapat didistribusikan kepada 20%

penyebab. Untuk membantu mengorganisasi sebab-sebab yang

paling memungkinkan yang merupakan langkah selanjutnya

dalam proses menyelesaikan masalah.

c) Identifikasi akar penyebab.

Analisis kembali sebab-sebab yang paling memungkinkan untuk

mengidentifikasi akar penyebab dengan menanyakan

“mengapa?” beberapa kali. Teknik lain adalah membangun

37

Page 33: Bab II Anyar

suatu aliran proses kerja dibelakang sebab yang teridentifikasi.

Teknik ini membantu menentukan apa yang sedang terjadi.

d) Menetapkan tujuan

Setelah memikirkan tentang masalah dari sudut yang berbeda

dapat mengidentifikasi tujuan-tujuan. Tujuan adalah bagian

penting dari proses pemecahan masalah.

e) Alternatif pemecahan masalah

Ketika telah memutuskan tujuan, perlu mencari solusi yang

mungkin.Yang mungkin solusi yang lebih menemukan semakin

besar kemungkinan adalah bahwa akan dapat menemukan solusi

yang efektif. . Tujuan dari brainstorming adalah untuk

mengumpulkan bersama sebuah daftar panjang

kemungkinan. Tidak masalah apakah ide-ide yang berguna atau

praktis atau dikelola: hanya menuliskan ide-ide ketika mereka

datang ke kepala. Beberapa solusi terbaik timbul dari pemikiran

kreatif selama otak-storming. Tujuannya adalah untuk

mengumpulkan sebagai solusi alternatif sebanyak mungkin.

f) Pemilihan solusi

Dari daftar solusi yang memungkinkan dapat pilih yang paling

relevan dengan situasi dan yang realistis dan dikelola. Lakukan

dengan memprediksi hasil untuk solusi yang mungkin dan juga

memeriksa dengan orang lain apa yang mereka pikir hasil

mungkin.

38

Page 34: Bab II Anyar

g) Menerapkan solusi

Sekali memilih solusi yang mungkin kemudian siap untuk

memasukkannya ke dalam tindakan. Perlu memiliki energi dan

motivasi untuk melakukan ini karena menerapkan solusi

mungkin memerlukan beberapa waktu dan usaha kemudian

dapat mempersiapkan diri untuk mengimplementasikan solusi

dengan perencanaan kapan dan bagaimana akan melakukannya.

5) Analisis SWOT

a) Pengertian

Analisis adalah suatu kegiatan untuk memahami seluruh

informasi yang terdapat pada suatu kasus, mengetahui isu apa

yang sedang terjadi, dan memutuskan tindakan apa yang harus

segera dilakukan untuk memecahkan masalah (Rangkuti, 2006).

Menurut Rangkuti, (2006) analisis SWOT itu adalah suatu

bentuk analisis situasi dengan mengidentifikasi berbagai faktor

secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan (Strengths) dan

kelemahan-kelemahan (Weaknesses) suatu organisasi dan

kesempatan-kesempatan (Opportunities) serta ancaman-

ancaman (Threats) dari lingkungan untuk merumuskan strategi

organisasi yang terdiri dari :

(1) Kekuatan (Strengths) adalah kegiatan-kegiatan organisasi

yang berjalan dengan baik atau sumber daya yang dapat

dikendalikan.

39

Page 35: Bab II Anyar

(2) Kelemahan (Weaknesses) adalah kegiatan-kegiatan

organisasi yang tidak berjalan dengan baik atau sumber

daya yang dibutuhkan oleh organisasi tetapi tidak dimiliki

oleh organisasi.

(3) Kesempatan (Opportunities) adalah faktor-faktor

lingkungan luar yang positif.

(4) Ancaman (Threatss) adalah faktor-faktor lingkungan luar

yang negatif.

(5) Matrik SWOT

(6) Matrik SWOT adalah alat untuk menyusun faktor-faktor

strategis organisasi yang dapat menggambarkan secara jelas

bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi

organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan

kelemahan yang dimilikinya.

Alat yang digunakan dalam menyusun faktor-faktor strategis

perusahaan adalah matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara

jelas bagaimana peluang dan ancaman internal yang dihadapi dapat

disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki.

Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif

strategis, seperti pada Tabel 1. berikut :

Tabel 1. Contoh Matrik SWOT

40

Page 36: Bab II Anyar

E F I

E F E

STRENGTH (S)

(Tentukan 5-10 faktor

kekuatan internal)

WEAKNESSES (W)

(Tentukan 5-10 faktor

kelemahan internal)

OPPORTUNITIES

(O)

(Tentukan 5-10 faktor

peluang eksternal)

Strategi SO

Daftar kekuatan untuk

meraih keuntungan dari

peluang yang ada

Strategi WO

Daftar untuk memperkecil

kelemahan dengan

memanfaatkan keuntungan

dari peluang yang ada

THREATS (T)

(Tentukan 5-10 faktor

ancaman eksternal)

Strategi ST

Daftar kekuatan untuk

menghindari ancaman

Strategi WT

Daftar untuk memperkecil

kelemahan dan

menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti, 2006

Berdasarkan Matriks SWOT diatas maka didapatkan 4 langkah

strategi yaitu sebagai berikut :

1) Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu

dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan

memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi SO

menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan

peluang eksternal.

2) Strategi ST

41

Page 37: Bab II Anyar

Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan

untuk mengatasi ancaman. Strategi ST menggunakan kekuatan

internal perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak

ancaman eksternal.

3) Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang

ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO

bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan

memanfaatkan peluang eksternal.

4) Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan

berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman.

Strategi WT bertujuan untuk mengurangi kelemahan internal

dengan menghindari ancaman eksternal.

Matrik SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk

membantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi: Strategi

SO (Strengths-Opportunities), Strategi WO (Weaknesses-

Opportunities), Strategi ST (Strengths-Threats), dan Strategi WT

(Weaknesses-Threats).

Terdapat 8 langkah dalam menyusun matrik SWOT, yaitu:

1) Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan.

2) Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan.

3) Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang menentukan.

42

Page 38: Bab II Anyar

4) Tuliskan ancaman eksternal perusahaan yang menentukan.

5) Mencocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan

mencatat resultan strategi SO dalam sel yang tepat.

6) Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan

mencatat resultan strategi WO dalam sel yang tepat.

7) Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan

mencatat resultan strategi ST dalam sel yang tepat.

8) Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan

mencatat resultan strategi WT dalam sel yang tepat

43