praktikum farmakol antiinflamasi

11
JURNAL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI  Nama/ NRP : Dian Novita Sari (2443011052 ) Gol/ Kelompok : S / 3 Tanggal Praktikum : Selasa, 4 Maret 2014 Asisten : 1. Judul Antiinflamasi 2. Tujuan - Dapat memahami proses terjadinya inflamasi - Dapat mengenal obat-obat anti inflamasi dan penggolongannya - Dapat mengetahui metode pengujian obat anti inflamasi (Rat Paw Oedema)  dan  pengolahan data yang dihasilkan 3. Teori dan Golongan Obat  Radang atau inflamasi sebenarnya merupakan respon jaringan hidup untuk mempertahankan diri. Misalnya karena adanya benda asing, bakteri, dsb. Inflamasi adalah suatu respon normal terhadap luka dan jaringan yang disebabkan karena trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat-zat mikrobiologi. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak mikroorganisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan dan mengatur derajat  perbaikaniritan. Inflamasi biasanya disertai dengan nyeri. Nyeri disini terjadi karena produksi prostaglandin yang  berlebihan. Radang sendiri dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Inflamasi non imunologis : tidak melibatkan sistem imun (g ada reaksi alergi) misalnya karena luka, cedera fisik, dsb

Upload: dian-novita

Post on 16-Oct-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

JURNAL PRAKTIKUM FARMAKOLOGINama/ NRP: Dian Novita Sari(2443011052 )Gol/ Kelompok: S / 3Tanggal Praktikum: Selasa, 4 Maret 2014Asisten:

1. Judul Antiinflamasi

2. Tujuan Dapat memahami proses terjadinya inflamasi Dapat mengenal obat-obat anti inflamasi dan penggolongannya Dapat mengetahui metode pengujian obat anti inflamasi (Rat Paw Oedema) dan pengolahan data yang dihasilkan

3. Teori dan Golongan ObatRadang atau inflamasi sebenarnya merupakan respon jaringan hidup untuk mempertahankan diri. Misalnya karena adanya benda asing, bakteri, dsb. Inflamasi adalah suatu respon normal terhadap luka dan jaringan yang disebabkan karena trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat-zat mikrobiologi. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak mikroorganisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan dan mengatur derajat perbaikaniritan.Inflamasi biasanya disertai dengan nyeri. Nyeri disini terjadi karena produksi prostaglandin yang berlebihan.Radang sendiri dibagi menjadi 2, yaitu:1. Inflamasi non imunologis : tidak melibatkan sistem imun (g ada reaksi alergi) misalnya karena luka, cedera fisik, dsb2. Inflamasi imunologis : Melibatkan sistem imun, terjadi reaksi antigen-antibodi. Misal pada asmaPada artikel kali ini yang kita bahas yang non imunologis dulu. Yang biasanya terjadi saat ada cedera fisik dan luka.Radang terjadi saat suatu mediator inflamasi (misal terdapat luka) terdeteksi oleh tubuh kita. Lalu permeabilitas sel di tempat tersebut meningkat diikuti keluarnya cairan ke tempat inflamasi. Terjadilah pembengkakan. Nah kemudian terjadi vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah perifer sehingga aliran darah dipacu ke tempat tersebut. Akibatnya timbul warna merah dan terjadi migrasi sel-sel darah putih sebagai pasukan pertahanan tubuh kita.

Mediator InflamasiProstaglandin merupakan mediator pada inflamasi yang menyebabkan kita merasa perih, nyeri, dan panas. Prostaglandin dapat menjadi salah satudonatorpenyebab nyeri kepala primer.

Di membran sel ada yang namanya Phosphatidylcholine dan Phosphatidylinositol. Saat terjadi luka, membran tersebut akan terkena dampaknya juga. Si phosphatidylcholine dan phosphatidylinositol diubah menjadi asam arakidonat. Nah asam arakidonat nantinya bercabang menjadi dua: jalur siklooksigenasi (COX) dan jalur lipooksigenase.Pada jalur COX ini terbentuk Prostaglandin dan thromboxane. Sedangkan pada jalur lipooksigenase terbentuk leukotrin.1. Prostaglandin: mediator inflamasi dan nyeri. Juga menyebabkan vasodilatasi dan edema (pembengkakan)2. Thromboxane: menyebabkan vasokonstriksi dan agregasi (penggumpalan) platelet3. Leukotriene: menyebabkan vasokontriksi,bronkokonstriksiCOX sendiri ada 2 macam secara garis besar: COX-1 dan COX-2.COX-1 fungsinya menghasilkan prostaglandin yang esensial bagi tubuh, misal di lambung dan ginjal. SedangkanCOX-2 baru muncul ketika ada reaksi inflamasiObat anti inflamasi

Obat antiinflamasi dibagi jadi dua: golongan steroid dan nonstreoid.1. Golongan kortikosteroid.Obat ini merupakan antiinflamasi yang poten (yang super duper kuat). Obat2 ini menghambat enzim phospholipase A2 sehingga tidak terbentuk asam arakidonat. Namun, obat anti inflamasi golongan satu ini g boleh digunakan seenaknya karena efek sampingnya besar. Dapat mengakibatkan terjadinya moon face, hipertensi, osteoporosisdll. Selain itu penggunaan steroid jangka panjang juga bisa mempengaruhi homeostasis tubuh karena ini pengaruh ke HPA (Hypothalamus Pituitary Adrenal Axis). Jadi si steroid sendiri di tubuh dihasilkan oleh adrenal, tapi saat memakai obat steroid dari luar jangka panjang maka steroid di dalem tubuh jadi berlebihan dan dapat menimbulkan cushing.Contoh : hidrokortison (di Indonesia cuma ada topikal), deksametason, prednisone, betametason, metilprednisolon2. Golongan NSAID (Non steroid anti inflammatory drug)Cara kerjanya berbeda dengan golongan steroid. Obat golongan AINS menghambat COX sehingga tidak terbentuk prostaglandin dan tromboksan. Potensinya lebih kecil daripada golongan steroid namun ada juga efek sampingnya: Meningkatkan resiko kekambuhan asmaKarena jalur siklooksigenasi dihambat, metabolisme jalur lipooksigenase menjadi meningkat dan produksi leukotrine meningkat. Leukotriene sendiri seperti yang sudah dijelaskan tadi, bisa bikin bronkokonstriksi.

PendarahanTromboksan yang juga dibentuk COX kan dihambat sehingga darah lebih encer dan g ada yg bertugas untuk membekukan darah. Tidak boleh diberikan pada pasien yang misalnya kena demam berdarah. Gangguan Gagal ginjal, gangguan lambungGolongan NSAID menghambat kerja COX padahal COX sendiri ada 2 macam:COX-1dan COX-2. COX-1 merupakan enzim normal yang vital untuk proteksi lambung dan ginjal. Sedangkan COX-2 lah yang menghasilkan prostaglandin.

Pemilihan obatKarena sifat non selektif dari obat2 anti inflamasi telah diciptakan juga yang namanyaCOX-2 inhibitor(Celecoxib,Rofecoxib). Awalnya tentu obat2 tersebut mendapat respon yg bagus. Namun kemudian ditarik. WHY? Karena ternyata para pengguna COX-2 inhibitor yg kemudian didiagnosis menderita stroke, jantung koroner dan lain lain.Well, usut punya usut COX-2 inhibitor ternyata dapat menyebabkan gangguan kardiovaskuler. Karena pembentukan tromboksan g dihambat sehingga akan mengaktivasi platelet. Aktivasi ini kemudian memicu agregasi (penggumpalan) darah. Nah klo ada penggumpalan darah biasanya tekanan darah naik karena terjadi penyumbatan pembuluh. Kondisi ini lambat laun akan memicu terjadinya jantung koroner dan gangguan kardiovaskuler.COX-2 inhibitor sangat riskan untuk digunakan terutama untukpasien dengan riwayat kardiovaskulerParasetamol aman terhadap efek samping pada NSAID lain. Karena parasetamol menghambatCOX-3yang ada di otak dan spinal cord. Sehingga obat ini efektif untuk meringankan rasa sakit, namun kurang poten untuk anti inflamasi.Profil obat AINS serta analgesik:

1.Parasetamol / AcetaminophenSeperti yang sudah dijelaskan di atas karena bekerja pada COX-3 di susunan saraf pusat obat ini hanya berfungsi sebagai analgesik dan antipiretik. Selain itu resiko gangguan kardiovaskular minimal karena tidak menghambat tromboksan.Efeknya dirasakan pada 30 menit dan berlangsung selama 3 jam.Namun pada penggunaan pada jangka lama,parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati.2.Aspirin / Asetosal / Asam asetil salisilatSebagai analgetik, antipiretik, antiinflamasi dan antiplatelet.Berkaitan dengan khasiatnya sebagai antiplatelet atau pencegah pembekuan darah makaaspirintidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan pembekuan darah, pasca operasi serta penderita demam berdarah!Selain itu aspirin dapat memicu terjadinya asma karena penumpukan leukotrien dan sebaiknya bukan pilihan bagi penderita gangguan lambung karena dapat menyebabkanpeptic ulcer disease.Tidak boleh diberikan pada wanita hamil karena menghambat prostaglandin (untuk kontraksi uterus) yang dapat memperpanjang waktu kelahiran, pendarahan.3.Antalgin / metampironKhasiat sebagai analgetik, antipiretik dan anti inflamasi. Namun efek sampingnya dapat menyebabkan leukopenia (penurunan leukosit) dan agranulositosis (penurunan sel-sel darah putih bergranuler). Di beberapa negara antalgin udah ditarik dari peredaran tapi di indonesia well you know it.4.Asam mefenamatKhasiat sebagai analgetik, antipiretik, anti inflamasi (namun potensinya kurang dari aspirin). Terkait sifatnya yang asam maka jangan diminum saat perut kosong.5. IbuprofenKhasiat sebagai analgetik dan antipiretik. Biasanya juga digunakan oleh penderita rheumatoid arthritis dan degenerative joint disease.

4. Alat dan HewanCoba :Alat dan hewan coba Hewan coba Tikus putih jantan galur swiss webster (dipuasakan 18 jam sebelum eksperimen, minum ad libidum) Alat Alat suntik 1 ml Pletysmometer air raksa (Prinsip kerja: Hukum Archimedes) BahanInduksi: Larutan Karagenan 1 % dalam air suling (dibuat semalam sebelum digunakan, digerus dengan PGA). Volume penyuntikan 0,1 ml (SC, Intra Plantar)Obat: Profeneid (Ketoprofen) 5 %50 mg/70 kg BB Voltaren (Na Diklofenak) 2,5 %25 mg/70 kg BB Voltaren (Na Diklofenak) 2,5 %50 mg/70 kg BBRute penyuntikan: IntraperitonealIV. Perhitungan dosis obatA. Profeneid (Ketoprofen) 5 %50 mg/70 kg BBDO = 50 mg x 0,018= 0,9 ml/200 g BB

B. Voltaren (Na Diklofenak) 2,5 %25 mg/70 kg BBDO = 25 mg x 0,018 = 0,45 ml/200 g BB

C. Voltaren (Na Diklofenak) 2,5 %50 mg/70 kg BBDO = 50 mg x 0,018 = 0,9 ml/200 g BB

5. Skema Kerja

Timbang berat badan tikus dan beri tanda pada tikus

Beri tanda pada tanda batas sendi kaki belakang kiri/kanan pada setiap tikus. Hal ini betujuan agar pemasukan ke dalam air raksa selalu sama

Ukur volume kaki tikus dan digunakan sebagai volume dasar untuk setiap tikus (Vol kaki saat t =0)

Pada setiap kali pengukuran volume supaya diperiksa tinggi cairan pada alat dan dicatat sebelum dan sesudah pengukuran.

Cara A:Suntik karagenan secara Intra planar (0,1 ml) pada telapak kaki tikus yang sudah ditandai. Diamkan selama 10 menit. Kemudian suntikkan obat.Ukur volume kaki yang disuntik karagenan pada menit ke 5 dan 10.Catat volume kaki pada menit ke 10, 15, 30, 45 dan 60 setelah penyuntikan obat.

Penyuntikan

Cara B:Suntikkan obat pada tikus, kemudian langsung suntikkan karagenan secara Intra planar (0,1 ml) pada telapak kaki tikus yang sudah ditandai. Catat volume kaki pada menit ke 10, 15, 30, 45 dan 60 setelah penyuntikan obat.

Hitung presentase inhibisi edema dan bandingkan hasil yang diperoleh untuk kelompok A dan B.

Rumus % inhibisi edema:Volume rata-rata kelompok control rata-rata kelompok obat x 100 % Rata-rata kelompok kontrol

Masukkan hasil pengamatan pada tabel

Tabel volume edema, prosentse volume edema dan prosentase inhibisi edemaTikusDosisBB (g)T = 0Volume dasarVolume Kaki

101530456090

TikusVolume Udema

101530456090

Tikus% udema% inhibisi udemaVolume Kaki

10153045601015304590