praktikum 1

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara bahari dan tepatnya dikatakan negara kepulauan. Indonesia ditutupi dua pertiga oleh air, wilayah tanah air Indonesia memiliki potensi sumberdaya hayati perikanan yang besar dan belum seluruhnya dapat dikelola Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di bidang Perikanan. Luas wilayah Indonesia sebesar 7,9 juta km 2 atau sekitar 81 % dari wilayah seluruh Indonesia. Sedangkan luas perairan Indonesia saat ini lebih kurang 14 juta Ha, yang terdiri dari sungai dan rawa sebesar 11,9 juta Ha, 1,78 juta Ha danau alam dan 0,93 juta Ha danau buatan. Hal ini merupakan potensi yang sangat bagus untuk pengembangan usaha perikanan (Nyabakken, 1992). Pemeriksaan jenis kelamin dalam budidaya sangatlah penting. Karena hal tersebut menentukan dalam proses- proses selanjutnya dalam kegiatan budidaya, termasuk dalam merekayasa utnuk mendapatkan produksi ikan yang maksimum. Selain itu, identifikasi dan pembedaan jenis kelamin ini dapat digunakan untuk menguji hasil ginogenesis (Anonymous.2006).

Upload: mega-ramadhandi-sallie

Post on 22-Jan-2016

206 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: praktikum 1

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara bahari dan tepatnya dikatakan negara

kepulauan. Indonesia ditutupi dua pertiga oleh air, wilayah tanah air Indonesia

memiliki potensi sumberdaya hayati perikanan yang besar dan belum seluruhnya

dapat dikelola

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di

bidang Perikanan. Luas wilayah Indonesia sebesar 7,9 juta km2 atau sekitar 81 %

dari wilayah seluruh Indonesia. Sedangkan luas perairan Indonesia saat ini lebih

kurang  14 juta Ha, yang terdiri dari sungai dan rawa sebesar 11,9 juta Ha, 1,78

juta Ha danau alam dan 0,93 juta Ha danau buatan. Hal ini merupakan potensi

yang sangat bagus untuk pengembangan usaha perikanan (Nyabakken, 1992).

Pemeriksaan jenis kelamin dalam budidaya sangatlah penting. Karena hal

tersebut menentukan dalam proses-proses selanjutnya dalam kegiatan budidaya,

termasuk dalam merekayasa utnuk mendapatkan produksi ikan yang maksimum.

Selain itu, identifikasi dan pembedaan jenis kelamin ini dapat digunakan untuk

menguji hasil ginogenesis (Anonymous.2006).                                   

Ikan merupakan makanan manusia yang paling utama sejak awal dari abad

sejarah manusia. Daging ikan banyak mengandung protein dan lemak, seperti juga

daging-daging hewan ternak. Daging ikan nudah dicerna dibandingkan tumbuh-

tumbuhan. Kadar protein dalam ikan dapat mencapai 13-20 %, sedangkan 60-80

% berupa air dan selebihnya lemak. Daging ikan banyak mengandung vitamin-

vitamin terutama hatinya. Vitamin tersebut didapat dari plankton secara langsung

ataupun tidak langsung, yang menjadi makanan ikan. Mengingat bahwa tiga

perempat bagian dari permukaan bumi tertutup dengan lautan dan banyak perairan

tawar yang dihuni oleh bermacam-macam ikan (Djuhanda, 1981).

Ikan terdiri dari banyak sekali spesies di dunia yang memiliki kekhasan

tersendiri dan yang telah berhasil diidentifikasi para ahli ikhtiologi di dunia ini

Page 2: praktikum 1

ada sekitar 20.000 – 40.000 spesies. Bahkan ratusan spesies diantaranya telah

memiliki varietas atau strain yang mencapai ratusan varietas.

Studi mengenai jenis kelamin dari suatu spesies yang memiliki banyak

strain merupakan suatu hal yang sangat menarik dan penting untuk dilakukan

terutama bagi orang-orang yang menekuni bidang budidaya perikanan dan

melakukan penelitian di bidang Biologi Perikanan. Hal ini karena setiap individu

dari setiap spesies ikan memiliki ciri – ciri khusus sebagai penentu apakah indi-

vidu ikan itu berjenis kelamin jantan atau betina. Penampakan ciri – ciri seksual

ini pada beberapa spesies ikan baru nyata terlihat apabila individu ikan mengalami

kematangan gonad (kelamin), akan tetapi pada beberapa spesies ikan lainnya ciri–

ciri seksual itu dapat terlihat dengan jelas walaupun individu ikan tersebut belum

matang gonad ataupun sudah selesai memijah karena dapat terlihat pada ciri – ciri

morfologi pada permukaan tubuhnya. Oleh karena itu sangat diperlukan

pengetahuan tentang tingkat kematangan gonad dari setiap individu ikan sehingga

membantu mereka yang berkecimpung di bidang budidaya perikanan dan biologi

perikanan untuk menghitung jumlah ikan dewasa yang siap bereproduksi dan

memijah, kapan mereka akan memijah dan bertelur serta kapan dan berapa telur

yang akan dibuahi dan menetas serta perbandingan antara ikan yang belum

matang gonad dengan yang sudah matang, ikan yang belum dewasa dengan yang

sudah dewasa dan ikan yang belum bereproduksi dengan yang sudah (Pulungan,

2006).

Mahasiswa perikanan harus dapat mengenali tingkat kematangan gonad

setiap jenis ikan yang populer di masyarakat sehingga dapat membantu jika ingin

membudidayakannya. Karena itulah praktikum tentang tingkat kematangan gonad

sangat diperlukan untuk memberikan latihan kepada mahasiswa.

1.2. Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengenal ikan yang dewasa, siap

bereproduksi dan memijah serta tingkat kematangan gonad dan untuk mengenal

secara jelas jenis kelamin  ikan yang diamati, baik diamati dengan ciri seksual

primer maupun cirri seksual sekunder. Sehingga pada praktikum ini para

Page 3: praktikum 1

praktikan mampu untuk mengenali setiap jenis kelamin ikan baik itu jantan, betina

ataupun hermaprodit.

1.3. Manfaat

Manfaat dari praktikum yang diperoleh adalah untuk mengetahui

bagaimana dan apa saja organ-organ yang digunakan dalam sistem reproduksi

seperti testes, ovari,mengetahui apakah ikan tersebut berkelamin jantan atau

betina . Dan dapat memberikan informasi terhadap ilmu pengetahuan yang ada.

Page 4: praktikum 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Morfologi Ikan Selar tetengkek (Megalaspis cordyla)

Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk luar tubuh suatu

makhluk hidup atau suatu organisme. Pada ikan  Morfologi (bentuk luar) dari ikan

ini dapat dilihat secara jelas dan dapat dibedakan bagian-bagian tubuhnya. Secara

historis, morfologi ikan merupakan sumber utama informasi untuk studi

taksonomi dan evolusi.

Ikan Pelagis adalah ikan yang umumnya berenang mendekati permukaan

perairan hingga kedalaman 200m. Ikan pada pelagis umumnya berenang

berkelompok dalam jumlah yang sangat besar. Ikan pelagis (pelagic fish) disebut

juga ikan berminyak adalah ikan yang memiliki minyak di jaringan tubuh mereka

dan dalam rongga perut di sekitar usus. Fillet mereka mengandung hingga 30

persen minyak, meskipun angka ini bervariasi baik di dalam dan antar spesies.

Sumberdaya ikan pelagis dibagi berdasarkan ukuran, yaitu kelompok Pelagis

Kecil seperti Ikan Selar (Selaroides leptolepis) dan Sunglir (Elagastis

bipinnulatus), Klupeid Teri (Stolephorus indicus), Japuh (Dussumieria spp),

Tembang (Sadinella fimbriata), Lemuru (Sardinella Longiceps) dan Siro

(Amblygaster sirm), dan kelompok Skrombroid seperti Kembung (Rastrellinger

spp).

Ikan pelagis kecil biasa berada di tubiran karang dan selalu berpindah

tempat. Ikan pelagis kecil misalnya : teri, lemuru, tembang, japuh,

kembung. Ditangkap dengan alat penangkap berupa jaring, seperti jaring

insang, jaring lingkar, pukat cincin, payang, bagan, pukat tepi dan pakaya.

Ikan pelagis besar biasanya dapat ditemukan dekat terumbu karang atau

tubiran dimana arus hangat dekat perairan pantai. Juga ditemukan di laut

terbuka dengan suhu yang berubah ubah, bahkan ada beberapa ikan pelagis

besar di terumbu yang dalam. Ikan pelagis besar: Ikan tuna, cakalang dan

cucut ditangkap dengan teknik memancing: pancing trolling atau

Page 5: praktikum 1

tonda. Umpan buatan yang umum dipakai untuk mencari ikan pelagis

besar adalah: Poppers, Plugs, Crankbaits, Spooner serta Trolling lures

memakai Rapala ™ dan Konahead : untuk ikan sejenis Marlin, Layaran

dan Lemadang .

Megalaspis cordyla atau yang disebut ikan Tetengkek memiliki ciri-ciri

khusus yaitu memiliki skut dan finlet,memiliki lemak pada mata, kil atau rigi-rigi

pada batang ekor dan ikan inimemiliki sirip caudal berbentuk bulan sabit yang

dimiliki oleh ikan perenang cepat. Ikan ini dapat mencapai panjang 40 cm,

umumnya 30 cm dan beratnya dapat mencapai 4 kg. Ikan ini mempunyai dua sirip

punggung. Termasuk ikan pelagis kecil yang buas, penangkapan dengan bubu,

Jaring insang, pancing, payang, purse seine, tonda, dipasarkan dalam bentuk

segar, asin- kering, harga agak mahal.

2.2. Klasifikasi Selar tetengkek (Megalaspis cordyla)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

SubFilum : Vertebrata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Peciformes

Family : Carangidae

Genus : Megalaspis

Spesies : Megaslapis cordyla

2.3. Karakteristik Megalaspis cordyla :

Badan bulat memanjang, bagian belakang agak pipih. Di belakang sirip

punggung kedua dan di belakang sirip dubur terdapat 7 – 10 finlet yang terpisah

satu sama lain. Gurat sisi membentuk kurva di bagian depan badan dan berbelok

pada duri keras ke-lima dari sirip punggung pertama. Setelah itu gurat sisi

membentuk scute. Kepala dan punggung berwarna abu kebiruan sampai hijau,

bagian perut keperakan. Pada operculum terdapat noda berwarna hitam yang

Page 6: praktikum 1

berukuran cukup besar dan jelas. Ujung sirip ekor berwarna gelap. Spesies yang

paling umum ditemukan dari hasil tangkapan di Indonesia adalah Megalaspis

cordyla. Nama lokal: Cengkurungan, Kacangan, Panga, Sarisi, Selar Tengkek,

Kerongan, Cencaru, Keras Ekor.

2.4. Habitat Megalaspis cordyla :

Ikan ini tersebar pada hampir seluruh wilayah perairan Indonesia,

termasuk jenis ikan pelagis dan bergerombol (schooling). Jenis makanannya

adalah ikan-ikan kecil. tergantung dari spesiesnya, habitat dari ikan Kuwe sangat

beragam, dari pantai sampai Laut lepas (Oseanik) dan dariyang bersifat pelagis

sampai mendekati dasar (demersal). Alat tangkap yang paling sering digunakan

adalah Purse Seine, Payang dan Pancing Tonda. Ikan ini sebenarnya bisa

mencapai panjang 70 cm. Namun lebih sering tertangkap pada ukuran 25 – 35 cm.

Sayangnya ikan ini sudah mulai jarang didapat oleh nelayan di Indonesia.

Morfologi dari ikan Tetengkek – ciri utama: sirip punggung pertama lebih

pendek dibanding sirip punggung kedua, scute sangat besar (sebagai perluasan

dari gurat sisi) dan caudal peduncle sangat kecil (Sumber: Carpenter & Niem,

1999. The Living Marine Resources of the Western Pacific).

Ikan Tetengkek ini memiliki tubuh yang memanjang dan agak pipih

seperti cerutu. Sirip punggungpertamanya memiliki 8-9 jari-jari keras, sedangkan

sirip punggung yang kedua memiliki 1 jari-jari keras dan 10 jari-jari lemah,

diikuti 8-9 jari-jari siriptambahan. Sirip duburnya terdiri dari 2 jari-jari keras yang

saling lepas satu samalain, 1 jari-jari keras yang menyatu dengan 10 jari-jari

lemah diikuti 6-8 jari-jari sirip tambahan (finlet). Sirip dadanya berbentuk sabit,

memanjang dan ujungnya meruncing. Bagian depan garis rusuk melengkung dan

lurus dibelakangnya. Terdapat 53-58 sisik duri, berukuran besar dan kuat serta

berbentuk lancip. Batang ekornya kuat dan kaku (Direktorat Jenderal Perikanan,

1979).

Menurut Torres (2010) dalam situs www.fishbase.org, ikan ini hidup di

daerah tropis pada perairan laut maupun payau dengan kisaran kedalaman 20-100

m dan berasosiasi dengan karang dan biasanya membentuk gerombolan. Makanan

Page 7: praktikum 1

utama ikan ini adalah ikan. Tetengkek dapat tumbuh hingga mencapai panjang

maksimum 80 cm tetapi panjang umumnya adalah 45 cm. Tetengkek mencapai

kematangan gonad pada ukuran 22 cm. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan

(1979), warna tubuh ikan ini hijau keabuan pada bagian atas dan putih perak pada

bagian bawah. Sirip punggung, dada dan ekornya berwarna keabuan sedikit

kekuningan.

2.5. Rasio Panjang dan Berat Ikan

Panjang tubuh sangat berhubungan dengan berat tubuh. Hubungan penjang

dengan berat seperti hukum kubik, yaitu bahwa berat sebagai pangkat tiga dari

panjangnya. Namun, hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak

demikian karena bentuk dan panjang ikan dan udang berbeda-beda. Rumus

menentukan berat ikan:

W= a.Lb , dengan W=berat ikan, L=panjang ikan, a&b=konstanta.

Rumus umum tersebut bila ditransformasikan ke dalam logaritma, maka

kita akan mendapatkan persamaan sebagai berikut: log W = log a + b log L, yaitu

persamaan linier atau persamaan garis lurus. Harga konstanta n ialah harga

pangkat yang harus cocok dari panjang ikan agar sesuai dengan berat ikan.

Menurut Carlander (1969) dan Effendie (1997) harga eksponen ini telah diketahui

dari 398 populasi ikan berkisar 1,2-4,0. Namun, biasanya harga konstanta n

berkisar dari 2,4-3,5. Bilamana harga konstanta n sama dengan 3,0 menunjukkan

bahwa pertumbuhan ikan tidak berubah bentuknya yaitu pertambahan panjang

ikan seimbang dengan pertambahan beratnya, yang disebut isometrik. Apabila

harga konstanta n lebih besar atau lebih kecil dari 3,0 dinamakan pertumbuhan

allometrik.

Harga konstanta n yang kurang dari 3,0 menunjukkan keadaan ikan yang

kurus yaitu pertumbuhan panjangnya lebih cepat dari pertumbuhan beratnya,

sedangkan harga konstanta n lebih besar dari 3,0 menunjukkan ikan itu montok,

pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan panjangnya.

Page 8: praktikum 1

2.6. Indek Kematangan Gonad

Cara menentukan tingkat kematangan gonad dengan metode kuantitatif

atau pengukuran. IKG ditentukan dengan membandingkan berat gonad dengan

berat tubuh yang dinyatakan dengan persen. Rumusnya:

IKG: (berat gonad/berat tubuh) x 100%

Nilai IKG akan semakin meningkat saat iakn siap memijah. Nilai IKG ikan

betina lebih besar dibandingkan nilai IKG ikan jantan. Nilai IKG dapat

dibandingkan dengan TKG, misal membandingkan nilai IKG pada berbagai TKG.

2.7. Tingkat Kematangan Gonad

Tingkat kematangan gonad atau TKG adalah cara menentukan kematangan

gonad berdasarkan morfologi gonad. Cara ini banyak diapakai peneliti

dibandingkan metode histologi. Praktikum kali ini menggunakan TKG menurut

Kesteven:

a. Dara, organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung.

Testes dan ovarium transparan, dari tidak berwarna sampai berwarna abu-

abu. Telur tidak terliohat dengan mata biasa.

b. Dara berkembang, testes dan ovarium jernih, abu-abu merah. Panjangnya

setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu per satu

dapat terlihat dengan kaca pembesar.

c. Perkembangan I, testes dan ovarium bentuknya bulat telur, berwrna

kemerah-merahan dengan pembuluh kapiler. Gonad megisi kira-kira

setengah ruang ke bagian bawah. Telur dapat terlihat seperti serbuk putih.

d. Perkembangan II, testes berwarna putih kemerah-merahan. Tidak ada

sperma kalau bagian perut ditekan. Ovarium berwarna oranye kemerah-

merahan. Telur jelas dapat dibedakan, bentuknya bulat telur. Ovarium

mengisi kira-kira dua per tiga ruang bawah.

e. Bunting, organ seksual mengisi ruang bawah. Testes berwarna putih,

keluar tetesan sperma kalau ditekan perutnya. Telur bentuknya bulat,

beberapa dari padanya jernih dan masak.

Page 9: praktikum 1

f. Mijah, telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan ke perut.

Kebanyakan telur berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat

telur tinggal di dalam ovarium.

g. Mijah/Salin, gonad belum kosong sama sekali. Tidak ada telur yang bulat

telur

h. Salin, testes dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur

sedang ada dalam keadaan dihisap kembali.

i. Pulih Salin, testes dan ovarium berwarna jernih, abu-abu sampai merah.

2.8.  Fekunditas

Fekunditas merupakan aspek yang penting dalam biologi perikanan. Dari

fekunditas kita dapat menaksir jumlah ikan yang akan dihasilkan. Hal ini akan

berhubungan dengan masalah populasi, produksi maupun restocking.

Fekunditas memiliki banyak arti di kalangan ahli. Ada yang berpndapat

fekunditas adalah jumlah telur yang akan dikeluarkan pada satu kali pemijahan.

Atau jumlah telur yang dierami seperti pada ikan mujair, dan juga pengertian

lainnya. Dalam praktikum kali ini, praktikan menggunakan pengertian fekunditas

adalah jumlah telur yang dikeluarkan saat pemijahan.

2.9. Food and Feeding Habits

Food habits memiliki arti yang berbeda dengan feeding habits., karena

keduanya sering disamakan dalam hal defiisi. Food habits mencakup kualitas dan

kuantitas makanan yang dimakan ikan sementara feding habits mencakup cara

ikan dalam mendapatkan makanan. Kebiasaan makan dan cara memakan ikan itu

secara alami bergantung kepada lingkungan itu hidup.

Ikan dibagi menjadi tida macam berdasarkan jeni makanannya, yaitu:

Omnivora: ikan pemakan tumbuhan dan daging, biasanya memiliki

usus yang tidak terlalu panjang dan dinding usus tidak terlalu tebal.

Karnivora: ikan pemakan daging, biasanya memiliki usus yang

pendek dan dindingnya yang tebal.

Page 10: praktikum 1

Herbivora: ikan pemakan tumbuhan, biasanya memiliki usus yang

panjangnya melebihi panjang tubuhnya serta dinding ususnya sangat

halus dan basah.

Page 11: praktikum 1

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu : 05 April 2013

Tempat : Laboratorium MSP FPIK Unpad

3.2 Alat dan Bahan

Pada praktikum ini digunakan alat dan bahan sebaga berikut:

3.2.1 Alat

a. Cawan Petri

b. Cover Glass

c. Gunting

d. Mikroskop

e. Mistar kayu

f. Pingset

g. Timbangan

3.2.2. Bahan

a. Ikan Megalposi cordyla

3.3 Prosedur

1. Ambil ikan lalu timbang beratnya, catat.

2. Ukur total length dan standart length dari ikan tersebut, catat.

3. Ikan Megalopis cordyla yang sudah mati lemas dipotong melingkar disisi

perut sehingga rongga yang ada didalam perut dapat terlihat dengan mata

telanjang.

4. Ambil dan pisahkan gonad dari organ lain.

5. Timbang dan amati (tingkat kematangan dan kelamin) gonad, catat.

6. Ambil dan pisahkan usus ikan dari organ lain.

7. Ukur panjang usus, catat.

8. Keluarkan isi pakan yang terkandung dalam usus kemudian amati

komposisinya.

Page 12: praktikum 1

3.3.1. Perhitungan Rasio Kelamin

Dimasukkan data banyaknya kelamin jantan dan betina dengan ketentuan

Presentase kelamin=Banyaknya kelamin jantan atau betinaBanyaknya jumlahikan yang diamati

× 100 %

3.3.2. Perhitungan Rasio Tingkat Kematangan Gonad

Identifikasi tingkat kematangan gonad menggunakan gambaran Kesteven

(Bagenal dan Braum, 1968). Kemudian hitung rasionya dengan rumus:

PersentaseTKG= Banyaknya fase TKG tertentuBanyaknya jumlahikan yang diamati

×100 %

3.3.3. Indeks Kematangan Gonad

Masukan data berat gonad dan berat tubuh kedalam rumus:

IKG=Berat Gonad(gram)

Berat tubuhtanpa gonad (gram)×100 %

3.3.4. Fekunditas

Fekunditas hanya diukur minimal pada saat TKG ikan telah berada dalam

fase bunting. Perhitungan menggunakan metode volumetrik, yaitu perbandingan

volume gonad keseluruhan dengan volume gonad sebagian. Apabila jumlah telur

dari volume sebagian gonad dikethui, maka fekunditas dicari dengan rumus :

Jumlahtelur seluruh gonad ( fekunditas)= Volume seluruh gonadVolumesebagian gonad

× jumlahtelur sebagian gonad

3.3.5 Makanan dan Kebiasaan Makan pada Ikan

Pengamatan dilakukan dengan melihat isi pencernaan ikan yang

diusahakan berada pada pencernaan anterior dengan menggunakan mikroskop.

Parameter yang diamati adalah komposisi makanan yang berada pada saluran

pencernaan. Komposisi pakan terbagi kedalam Zooplankton, Fitoplankton,

Benthos, Bagian tumbuhan, Bagian Hewan, detritus dan ikan. Persentase

komposisi pakan dapat dihitung dengan rumus:

Page 13: praktikum 1

Persentase Makana= Banyaknya jenismakanan tertentuTotalbanyaknya jenismakanan yangditemukan

×100 %

Persentase makanan dapat digunakan untuk penentuan ikan berdasarkan

jenis makanannya, apakah ikan tersebut tergolong karnivora, omnivora maupun

herbivora. Selain melihat persentase makanan, penentuan jenis makanan ikan juga

dapat dilihat dari ciri-ciri fisik lain nya, seperti panjang usus dan penampakan

tapis insang.

3.3.5 Hubungan Panjang dan Berat pada Ikan

Penentuan hubungan panjang dan berat pada ikan ditentukan dengan

koefisian a dan b (berupa konstanta). Perhitungan tersebut dapat dilakukan dengan

rumus:

log a=∑ log W×∑ (log L )2−∑ log L×∑ ( log L× logW )

N× ( log L )2−(∑ log L )2

b=∑ log W− (N×log a )

∑ log L

Dengan keterangan : W= Berat ikan

L= Panjang ikan

Jika b ≠ 3, maka ikan tersebut memiliki tipe pertumbuhan allometrik (panjang

dan berat ikan tidak proporsional). Sedangkan jika b = 3 maka tipe pertumbuhan nya

adalah isometrik (panjang dan berat proporsional).

Page 14: praktikum 1
Page 15: praktikum 1

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Tabel 1. Panjang, berat, TKG, IKG, fekunditas dan kelamin

Ikan

pada

kel

Panjang (mm)

Berat TKG IKGFekund

itas

Kelamin

TL SL FL ♀ ♂

1 195 170 175 98 Dara Berkembang

1.02 - v

2 190 160 175 105 Perk. II 5.72 - v

3 192 165 155 97 Bunting 4.3 - V

4 200 165 175 109 Perk. II 2.83 - V

5 185 155 165 107 Dara Berkembang 3.9 - V

6 200 160 185 123 Perk. II 5.12 - V

7 200 170 180 108 Perk. I 0.95 - V

8 195 160 165 130 Perk. II 5.1 - v

9 210 160 175 129 Bunting 3.65 - V

10 190 155 173 101.8 Perk. II 5.74 - v

11 195 153 176 101.3 Perk. II 4.85 - V

12 205 150 180 121.5 Perk. II 2.59 - V

13 208 158 180 122 Perk. II 2.58 - V

14 213 183 171 124.2 Perk. II 3.19 - V

16 186 150 167 93.2 Perk. I 2.02 - V

17 210 180 170 90.83 Dara Berkembang 1.37 - v

18 205 150 180 115Dara

Berkembang 3.08 - V

19 195 152 166 103.4 Perk. I 0.030 - v

20 200 163 182 107.7Dara

Berkembang 3.28 - V

21 197 152 175 188 Perk. I 0.78 - V

22 180 150 170 108 Dara Berkembang

2.84 - v

Tabel 2. Jenis dan kelompok makanan

Page 16: praktikum 1

Tabel 3. Seksualitas

Ikan pada Kel.

Jenis pakan (%)Kelompok

Pemakanfito zoo Benthos Bag.Hewan

Bag.Tumbuhan

Detritus Ikan

1 25 5 30 - - 40 - Omnivora

2 23,2 46.1 - - - 30,7 - Karnivora

3 40 50 - - 10 - - Karnivora

4 28.57 42.86 - - 3 28.57 - Herbivora

5 V V - - - - - Omnivora

6 V V - - - 20.45 - Omnivora

7 - V - - - - - Karnivora

8 - V - - - - - Karnivora

9 - V - - - - - Karnivora

10 v V - - - - - Karnivora

11 v V - - - - - Omnivora

12 - V - - - - - Karnivora

13 - V - - - - - Karnivora

14 - V - - - - - Karnivora

16 - V - - - - - Karnivora

17 - - - v - - V Karnivora

18 - V - - - - - Karnivora

19 25 5 30 - - 40 - Karnivora

20 23 46.1 - - - 30.7 - Karnivora

21 - V - - - - - Karnivora

22 26.76 69.23 3.84 - - - - Karnivora

Page 17: praktikum 1

Perbandingan Jenis Kelamin Jantan dan Betina

Jantan betina

14 7

- Rasio jenis kelamin:

♂ : 14/21 x 100% = 66,67%

♀ : 7/21 x 100% = 33,33%

Gambar 2. Grafik Perbandingan Jenis Kelamin

Tabel 4. Tingkat Kematangan Gonad

TKG JUMLAHDara -

Dara berkembang 6

Perkembangan I 4

Perkembangan II 9Bunting 2Mijah -

Matang siap mijah -pulih salin -

Rasio Tingkat Kematangan Gonad :

Dara Berkembang : 6

21x100 %=28 %

Perkembangan I : 4

21x100 %=19 %

Perbandingan Jenis Kelamin Jantan dan Betina

Jantan

Betina

Page 18: praktikum 1

Perkembangan II : 9

21x100 %=43 %

Bunting : 2

21x100 %=10 %

Gambar 3. Grafik Tingkat Kematangan Gonad

Tabel 5. Hubungan Relasi Panjang dan Berat

Kel L(SL) Log L W Log WLog L x

Log W(Log L)2

1 170 2,23 98 1,99 4,44 4,972 160 2,20 105 2,02 4,45 4,863 165 2,22 97 1,99 4,41 4,924 165 2,22 109 2,04 4,52 4,925 155 2,19 107 2,03 4,45 4,806 160 2,20 123 2,09 4,61 4,867 170 2,23 108 2,03 4,54 4,978 160 2,20 130 2,11 4,66 4,869 160 2,20 129 2,11 4,65 4,8610 155 2,19 101,8 2,01 4,40 4,8011 153 2,18 101,3 2,01 4,38 4,7712 150 2,18 121,5 2,08 4,54 4,7413 158 2,20 122 2,09 4,59 4,8314 183 2,26 124,2 2,09 4,74 5,1216 150 2,18 93,2 1,97 4,29 4,7417 180 2,26 90,83 1,96 4,42 5,0918 150 2,18 115 2,06 4,48 4,7419 152 2,18 103,4 2,01 4,40 4,76

Tingkat Kematangan Gonad

Dara berkembangPerkembangan IPerkembangan IIBunting

Page 19: praktikum 1

20 163 2,21 107,7 2,03 4,50 4,8921 152 2,18 188 2,27 4,96 4,7622 150 2,18 108 2,03 4,42 4,74

Jumlah 3361 46,27 2382,93 43,03 94,82 101,98

log=∑ LogW × ∑ ( LogL )2−∑ LogL× ∑(LogL × LogW )

N × ∑ ( LogL )2−(∑ LogL )2

log a=4388,703484−4387,8548622141,580389−2141,312783

log a=0,84862232720,2676059145

Log a = 3,171164318

b=∑ LogW−¿¿

b=−23,5595155246,27432099

b = -0,5091272009

2.17 2.18 2.19 2.2 2.21 2.22 2.23 2.24 2.25 2.26 2.271.8

1.85

1.9

1.95

2

2.05

2.1

2.15

2.2

2.25

2.3

f(x) = − 0.509125737922754 x + 3.17116109405803 Series2Linear (Series2)

Page 20: praktikum 1

4.2. Pembahasan

Dari hasil praktikum seperti yang sudah dipaparkan diatas terlihat jika

terdapat 5 tabel hasil pengamatan. Tabel 1 merupakan tabel hasil penelitian yang

memberikan tentang informasi ikan secara umum, seperti panjang dan bobot

tubuh ikan, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, dan jenis

kelamin dari ikan itu sendiri.

Berdasarkan tabel 1 tersebut, kita dapat mengetahui jika panjang maupun

bobot tubuh ikan relatif tidak begitu berbeda, ini terlihat dari hasil panjang dan

bobot ikan yang berdekatan nilainya pada setiap ikan yang diamati. Dengan

demikian, ikan yang diamati dilihat dari ukuran, bobot, dan bentuk tubuhnya

relatif hampir seragam untuk semua ikan yang diamati.

Berbeda dengan tabel 1, pada tabel 2 ini merupakan hasil pengamatan

terhadap jenis dan kelompok makanan yang di konsumsi oleh ikan Megaslapis

cordyla. Berdasakan hasil pengamatan tersebut dapat diketahui jika ikan ini

merupakan ikan omnivora yang cenderung karnivora, ini dapat dibuktikan dengan

melihat tabel tersebut, hampir pada semua ikan yang diamati pada saluran

pencernaannya ditemukan sisa-sisa zooplanton yang belum sempurna tercerna.

Pada saat melakukan pembedahan pun terlihat jika usus ikan Megaslapis cordylaI

ini begitu pendek, hal ini berarti menandakan jika ikan tersebut merupakan ikan

karnivora.

Namun, tidak semua hasil memperlihatkan jika ikan Megaslapis cordyla

ini merupakan ikan karnivora, ini terlihat dengan ditemukannya zooplankton dan

bagian-bagian tumbuhan pada saluran pencernaannya. Dengan demikian terbukti

jika ikan Megaslapis cordyla ini merupakan ikan yang bersifat omnivora namun

lebih cenderung karnivora, karena cenderung lebih memilih memakan produk

hewani seperti zooplankton ketimbang memakan fitoplankton.

Selain itu, ditemukan pula beberapa ikan Megaslapis cordyla yang

mengonsumsi detritus dan benthos namun jumahnya tidak seberapa. Hal tersebut

membuktikan jika ikan Megaslapis cordyla ini merupakan ikan euryphagic atau

dapat dikatakan sebagai ikan yang memakan berbagai macam jenis makanan lebih

dari satu jenis makanan.

Page 21: praktikum 1

Tabel 3 ini merupakan tabel hasil pengamatan terhadap seksualitas ikan,

yangmana didalamnya meliputi jenis kelamin ikan entah itu jenis kelamin ikan

jantan maupun jenis kelamin ikan betina. Dari pengamatan yang dilakukan, dapat

dilihat bahwa ikan Megaslapis cordyla yang diamati lebih didominasi oleh ikan

jantan dengan persentase 66,74 %, sedangkan persentase ikan betina hanya 33,3%

dari sampel populasi ikan tetengkek yang diamati.

Tabel 4 merupakan tabel pengamatan terhadap tingkat kematangan gonad,

dimana hasilnya menunjukan bahwa 28% ikan masih berada dalam tahap dara

berkembang, 19 % ikan berada dalam tahap perkembangan I, 43% ikan berada

dalam tahap perkembangan II, dan hanya 10 % ikan yang telah mencapai tahap

bunting. Dengan demikian dapat dilihat jika ikan Megaslapis cordyla yang

diamati tersebut belum siap untuk bereproduksi.

Hal mengenai TKG ini juga didukung dengan nilai persentase Indeks

Kematangan Gonad (IKG) yang menunjukan nilai untuk semua ikan yang diamati

tidak lebih dari 6%. Ini berarti jika ikan tersebut memang belum mampu untu

melakukan reproduksi, karena ikan yang telah dianggap matang dan sanggup

mengeluarkan telurnya ialah ikan dengan IKG mulai dari 19% keatas.

Berhubungan dengan belum dewasanya ikan Megaslapis cordyla ini, maka

fekunditasnya tidak dapat untuk diamati, karena pengamatan terhadap jumlah

telur yang telah masak tidak dapat dilakukan karena hampir semua ikan yang

diamati sedang dalam tahap perkembangan sehingga belum siap untuk

memproduksi telur.

Tabel 5 merupakan tabel hasil pengamatan dan perhitungan korelasi antara

panjang ikan dan berat, dalam proses perhitungan ditemukan sedikit keanehan

terhadap nilai b yang didapat, dimana besarnya koefisien b yang didapat

menunjukkan tipe pertumbuhan ikan bernilai -0,50913. Dengan demikian, hal ini

menunjukkan bahwa ikan selar tetengkek memiliki tipe pertumbuhan Allometrik,

yangmana artinya pertumbuhan panjang dan beratnya tidak seimbang.

Menurut effendie (1997), pada umumnya nilai kebanyakan dari koefisien b

adalah 2,4 – 3,5. Hal ini memperlihatkan besar nya harga koefisien b dari

pengamatan ikan Megaslapis cordyla sangatlah jauh dari kisaran yang seharusnya.

Page 22: praktikum 1

Ada beberapa faktor yang membuat nilai b yang didapat jauh dari nilai kisaran,

salah satunya ialah telah terjadi penyusutan berat badan ikan. Seperti yang kita

ketahui jika berat ikan cenderung lebih bersifat berubah ubah dan tidak stabil

apabila dibandingkan dengan ukuran panjang ikan, penyusutan berat tubuh ikan

ini dapat diakibatkan oleh berbagai faktor.

Page 23: praktikum 1

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

1. Ikan selar tetengkek berjenis kelamin jantan lebih mendominasi dengan

persentase 66,74 %, dibandingkan dengan ikan betina dengan persentase

hanya 33,3%.

2. Ditinjau dari tingkat kematangan gonad (TKG), secara umum ikan selar

tetengkek yang diamati belum mencapai kedewasaan.

3. Ikan selar tetengkek yang diamati tidak memiliki nilai fekunditas

4. Secara umum ikan selar tetengkek bersifat omnivora namun cenderung

bersifat karnivora

5. Pertumbuhan ikan selar tetengkek bersifat allometrik.

6. Ikan selar tetengkek yang diamati telah mengalami penyusutan bobot

tubuh.

5.2. Saran

1. Sebaiknya para praktikan betul-betul memahmi tentag materi yang akan

dipraktikan, agar pada saat praktikum berjalan tidak terjadi kebingungan

Page 24: praktikum 1

DAFTAR ACUAN

Effendie Ichsan. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta : Yayasan Pustaka

Nusantara.

Effendie Ichsan. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Bogor : Yayasan Dewi sri.

http://id.scribd.com Diakses pada tanggal 09 April 2013

http://wiadnyadgr.lecture.ub.ac.id Diakses pada tanggal 09 April 2013

http://repository.ipb.ac.id Diakses pada tanggal 09 April 2013

http://stp.kkp.go.id Diakses pada tanggal 09 April 2013

http://dkpmm-bidang.blogspot.com Diakses pada tanggal 09 April 2013

http://rosalindanababan.blogspot.com Diakses pada tanggal 09 April 2013