praktikum 1
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara bahari dan tepatnya dikatakan negara
kepulauan. Indonesia ditutupi dua pertiga oleh air, wilayah tanah air Indonesia
memiliki potensi sumberdaya hayati perikanan yang besar dan belum seluruhnya
dapat dikelola
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di
bidang Perikanan. Luas wilayah Indonesia sebesar 7,9 juta km2 atau sekitar 81 %
dari wilayah seluruh Indonesia. Sedangkan luas perairan Indonesia saat ini lebih
kurang 14 juta Ha, yang terdiri dari sungai dan rawa sebesar 11,9 juta Ha, 1,78
juta Ha danau alam dan 0,93 juta Ha danau buatan. Hal ini merupakan potensi
yang sangat bagus untuk pengembangan usaha perikanan (Nyabakken, 1992).
Pemeriksaan jenis kelamin dalam budidaya sangatlah penting. Karena hal
tersebut menentukan dalam proses-proses selanjutnya dalam kegiatan budidaya,
termasuk dalam merekayasa utnuk mendapatkan produksi ikan yang maksimum.
Selain itu, identifikasi dan pembedaan jenis kelamin ini dapat digunakan untuk
menguji hasil ginogenesis (Anonymous.2006).
Ikan merupakan makanan manusia yang paling utama sejak awal dari abad
sejarah manusia. Daging ikan banyak mengandung protein dan lemak, seperti juga
daging-daging hewan ternak. Daging ikan nudah dicerna dibandingkan tumbuh-
tumbuhan. Kadar protein dalam ikan dapat mencapai 13-20 %, sedangkan 60-80
% berupa air dan selebihnya lemak. Daging ikan banyak mengandung vitamin-
vitamin terutama hatinya. Vitamin tersebut didapat dari plankton secara langsung
ataupun tidak langsung, yang menjadi makanan ikan. Mengingat bahwa tiga
perempat bagian dari permukaan bumi tertutup dengan lautan dan banyak perairan
tawar yang dihuni oleh bermacam-macam ikan (Djuhanda, 1981).
Ikan terdiri dari banyak sekali spesies di dunia yang memiliki kekhasan
tersendiri dan yang telah berhasil diidentifikasi para ahli ikhtiologi di dunia ini
ada sekitar 20.000 – 40.000 spesies. Bahkan ratusan spesies diantaranya telah
memiliki varietas atau strain yang mencapai ratusan varietas.
Studi mengenai jenis kelamin dari suatu spesies yang memiliki banyak
strain merupakan suatu hal yang sangat menarik dan penting untuk dilakukan
terutama bagi orang-orang yang menekuni bidang budidaya perikanan dan
melakukan penelitian di bidang Biologi Perikanan. Hal ini karena setiap individu
dari setiap spesies ikan memiliki ciri – ciri khusus sebagai penentu apakah indi-
vidu ikan itu berjenis kelamin jantan atau betina. Penampakan ciri – ciri seksual
ini pada beberapa spesies ikan baru nyata terlihat apabila individu ikan mengalami
kematangan gonad (kelamin), akan tetapi pada beberapa spesies ikan lainnya ciri–
ciri seksual itu dapat terlihat dengan jelas walaupun individu ikan tersebut belum
matang gonad ataupun sudah selesai memijah karena dapat terlihat pada ciri – ciri
morfologi pada permukaan tubuhnya. Oleh karena itu sangat diperlukan
pengetahuan tentang tingkat kematangan gonad dari setiap individu ikan sehingga
membantu mereka yang berkecimpung di bidang budidaya perikanan dan biologi
perikanan untuk menghitung jumlah ikan dewasa yang siap bereproduksi dan
memijah, kapan mereka akan memijah dan bertelur serta kapan dan berapa telur
yang akan dibuahi dan menetas serta perbandingan antara ikan yang belum
matang gonad dengan yang sudah matang, ikan yang belum dewasa dengan yang
sudah dewasa dan ikan yang belum bereproduksi dengan yang sudah (Pulungan,
2006).
Mahasiswa perikanan harus dapat mengenali tingkat kematangan gonad
setiap jenis ikan yang populer di masyarakat sehingga dapat membantu jika ingin
membudidayakannya. Karena itulah praktikum tentang tingkat kematangan gonad
sangat diperlukan untuk memberikan latihan kepada mahasiswa.
1.2. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengenal ikan yang dewasa, siap
bereproduksi dan memijah serta tingkat kematangan gonad dan untuk mengenal
secara jelas jenis kelamin ikan yang diamati, baik diamati dengan ciri seksual
primer maupun cirri seksual sekunder. Sehingga pada praktikum ini para
praktikan mampu untuk mengenali setiap jenis kelamin ikan baik itu jantan, betina
ataupun hermaprodit.
1.3. Manfaat
Manfaat dari praktikum yang diperoleh adalah untuk mengetahui
bagaimana dan apa saja organ-organ yang digunakan dalam sistem reproduksi
seperti testes, ovari,mengetahui apakah ikan tersebut berkelamin jantan atau
betina . Dan dapat memberikan informasi terhadap ilmu pengetahuan yang ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Morfologi Ikan Selar tetengkek (Megalaspis cordyla)
Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk luar tubuh suatu
makhluk hidup atau suatu organisme. Pada ikan Morfologi (bentuk luar) dari ikan
ini dapat dilihat secara jelas dan dapat dibedakan bagian-bagian tubuhnya. Secara
historis, morfologi ikan merupakan sumber utama informasi untuk studi
taksonomi dan evolusi.
Ikan Pelagis adalah ikan yang umumnya berenang mendekati permukaan
perairan hingga kedalaman 200m. Ikan pada pelagis umumnya berenang
berkelompok dalam jumlah yang sangat besar. Ikan pelagis (pelagic fish) disebut
juga ikan berminyak adalah ikan yang memiliki minyak di jaringan tubuh mereka
dan dalam rongga perut di sekitar usus. Fillet mereka mengandung hingga 30
persen minyak, meskipun angka ini bervariasi baik di dalam dan antar spesies.
Sumberdaya ikan pelagis dibagi berdasarkan ukuran, yaitu kelompok Pelagis
Kecil seperti Ikan Selar (Selaroides leptolepis) dan Sunglir (Elagastis
bipinnulatus), Klupeid Teri (Stolephorus indicus), Japuh (Dussumieria spp),
Tembang (Sadinella fimbriata), Lemuru (Sardinella Longiceps) dan Siro
(Amblygaster sirm), dan kelompok Skrombroid seperti Kembung (Rastrellinger
spp).
Ikan pelagis kecil biasa berada di tubiran karang dan selalu berpindah
tempat. Ikan pelagis kecil misalnya : teri, lemuru, tembang, japuh,
kembung. Ditangkap dengan alat penangkap berupa jaring, seperti jaring
insang, jaring lingkar, pukat cincin, payang, bagan, pukat tepi dan pakaya.
Ikan pelagis besar biasanya dapat ditemukan dekat terumbu karang atau
tubiran dimana arus hangat dekat perairan pantai. Juga ditemukan di laut
terbuka dengan suhu yang berubah ubah, bahkan ada beberapa ikan pelagis
besar di terumbu yang dalam. Ikan pelagis besar: Ikan tuna, cakalang dan
cucut ditangkap dengan teknik memancing: pancing trolling atau
tonda. Umpan buatan yang umum dipakai untuk mencari ikan pelagis
besar adalah: Poppers, Plugs, Crankbaits, Spooner serta Trolling lures
memakai Rapala ™ dan Konahead : untuk ikan sejenis Marlin, Layaran
dan Lemadang .
Megalaspis cordyla atau yang disebut ikan Tetengkek memiliki ciri-ciri
khusus yaitu memiliki skut dan finlet,memiliki lemak pada mata, kil atau rigi-rigi
pada batang ekor dan ikan inimemiliki sirip caudal berbentuk bulan sabit yang
dimiliki oleh ikan perenang cepat. Ikan ini dapat mencapai panjang 40 cm,
umumnya 30 cm dan beratnya dapat mencapai 4 kg. Ikan ini mempunyai dua sirip
punggung. Termasuk ikan pelagis kecil yang buas, penangkapan dengan bubu,
Jaring insang, pancing, payang, purse seine, tonda, dipasarkan dalam bentuk
segar, asin- kering, harga agak mahal.
2.2. Klasifikasi Selar tetengkek (Megalaspis cordyla)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
SubFilum : Vertebrata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Peciformes
Family : Carangidae
Genus : Megalaspis
Spesies : Megaslapis cordyla
2.3. Karakteristik Megalaspis cordyla :
Badan bulat memanjang, bagian belakang agak pipih. Di belakang sirip
punggung kedua dan di belakang sirip dubur terdapat 7 – 10 finlet yang terpisah
satu sama lain. Gurat sisi membentuk kurva di bagian depan badan dan berbelok
pada duri keras ke-lima dari sirip punggung pertama. Setelah itu gurat sisi
membentuk scute. Kepala dan punggung berwarna abu kebiruan sampai hijau,
bagian perut keperakan. Pada operculum terdapat noda berwarna hitam yang
berukuran cukup besar dan jelas. Ujung sirip ekor berwarna gelap. Spesies yang
paling umum ditemukan dari hasil tangkapan di Indonesia adalah Megalaspis
cordyla. Nama lokal: Cengkurungan, Kacangan, Panga, Sarisi, Selar Tengkek,
Kerongan, Cencaru, Keras Ekor.
2.4. Habitat Megalaspis cordyla :
Ikan ini tersebar pada hampir seluruh wilayah perairan Indonesia,
termasuk jenis ikan pelagis dan bergerombol (schooling). Jenis makanannya
adalah ikan-ikan kecil. tergantung dari spesiesnya, habitat dari ikan Kuwe sangat
beragam, dari pantai sampai Laut lepas (Oseanik) dan dariyang bersifat pelagis
sampai mendekati dasar (demersal). Alat tangkap yang paling sering digunakan
adalah Purse Seine, Payang dan Pancing Tonda. Ikan ini sebenarnya bisa
mencapai panjang 70 cm. Namun lebih sering tertangkap pada ukuran 25 – 35 cm.
Sayangnya ikan ini sudah mulai jarang didapat oleh nelayan di Indonesia.
Morfologi dari ikan Tetengkek – ciri utama: sirip punggung pertama lebih
pendek dibanding sirip punggung kedua, scute sangat besar (sebagai perluasan
dari gurat sisi) dan caudal peduncle sangat kecil (Sumber: Carpenter & Niem,
1999. The Living Marine Resources of the Western Pacific).
Ikan Tetengkek ini memiliki tubuh yang memanjang dan agak pipih
seperti cerutu. Sirip punggungpertamanya memiliki 8-9 jari-jari keras, sedangkan
sirip punggung yang kedua memiliki 1 jari-jari keras dan 10 jari-jari lemah,
diikuti 8-9 jari-jari siriptambahan. Sirip duburnya terdiri dari 2 jari-jari keras yang
saling lepas satu samalain, 1 jari-jari keras yang menyatu dengan 10 jari-jari
lemah diikuti 6-8 jari-jari sirip tambahan (finlet). Sirip dadanya berbentuk sabit,
memanjang dan ujungnya meruncing. Bagian depan garis rusuk melengkung dan
lurus dibelakangnya. Terdapat 53-58 sisik duri, berukuran besar dan kuat serta
berbentuk lancip. Batang ekornya kuat dan kaku (Direktorat Jenderal Perikanan,
1979).
Menurut Torres (2010) dalam situs www.fishbase.org, ikan ini hidup di
daerah tropis pada perairan laut maupun payau dengan kisaran kedalaman 20-100
m dan berasosiasi dengan karang dan biasanya membentuk gerombolan. Makanan
utama ikan ini adalah ikan. Tetengkek dapat tumbuh hingga mencapai panjang
maksimum 80 cm tetapi panjang umumnya adalah 45 cm. Tetengkek mencapai
kematangan gonad pada ukuran 22 cm. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan
(1979), warna tubuh ikan ini hijau keabuan pada bagian atas dan putih perak pada
bagian bawah. Sirip punggung, dada dan ekornya berwarna keabuan sedikit
kekuningan.
2.5. Rasio Panjang dan Berat Ikan
Panjang tubuh sangat berhubungan dengan berat tubuh. Hubungan penjang
dengan berat seperti hukum kubik, yaitu bahwa berat sebagai pangkat tiga dari
panjangnya. Namun, hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak
demikian karena bentuk dan panjang ikan dan udang berbeda-beda. Rumus
menentukan berat ikan:
W= a.Lb , dengan W=berat ikan, L=panjang ikan, a&b=konstanta.
Rumus umum tersebut bila ditransformasikan ke dalam logaritma, maka
kita akan mendapatkan persamaan sebagai berikut: log W = log a + b log L, yaitu
persamaan linier atau persamaan garis lurus. Harga konstanta n ialah harga
pangkat yang harus cocok dari panjang ikan agar sesuai dengan berat ikan.
Menurut Carlander (1969) dan Effendie (1997) harga eksponen ini telah diketahui
dari 398 populasi ikan berkisar 1,2-4,0. Namun, biasanya harga konstanta n
berkisar dari 2,4-3,5. Bilamana harga konstanta n sama dengan 3,0 menunjukkan
bahwa pertumbuhan ikan tidak berubah bentuknya yaitu pertambahan panjang
ikan seimbang dengan pertambahan beratnya, yang disebut isometrik. Apabila
harga konstanta n lebih besar atau lebih kecil dari 3,0 dinamakan pertumbuhan
allometrik.
Harga konstanta n yang kurang dari 3,0 menunjukkan keadaan ikan yang
kurus yaitu pertumbuhan panjangnya lebih cepat dari pertumbuhan beratnya,
sedangkan harga konstanta n lebih besar dari 3,0 menunjukkan ikan itu montok,
pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan panjangnya.
2.6. Indek Kematangan Gonad
Cara menentukan tingkat kematangan gonad dengan metode kuantitatif
atau pengukuran. IKG ditentukan dengan membandingkan berat gonad dengan
berat tubuh yang dinyatakan dengan persen. Rumusnya:
IKG: (berat gonad/berat tubuh) x 100%
Nilai IKG akan semakin meningkat saat iakn siap memijah. Nilai IKG ikan
betina lebih besar dibandingkan nilai IKG ikan jantan. Nilai IKG dapat
dibandingkan dengan TKG, misal membandingkan nilai IKG pada berbagai TKG.
2.7. Tingkat Kematangan Gonad
Tingkat kematangan gonad atau TKG adalah cara menentukan kematangan
gonad berdasarkan morfologi gonad. Cara ini banyak diapakai peneliti
dibandingkan metode histologi. Praktikum kali ini menggunakan TKG menurut
Kesteven:
a. Dara, organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung.
Testes dan ovarium transparan, dari tidak berwarna sampai berwarna abu-
abu. Telur tidak terliohat dengan mata biasa.
b. Dara berkembang, testes dan ovarium jernih, abu-abu merah. Panjangnya
setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu per satu
dapat terlihat dengan kaca pembesar.
c. Perkembangan I, testes dan ovarium bentuknya bulat telur, berwrna
kemerah-merahan dengan pembuluh kapiler. Gonad megisi kira-kira
setengah ruang ke bagian bawah. Telur dapat terlihat seperti serbuk putih.
d. Perkembangan II, testes berwarna putih kemerah-merahan. Tidak ada
sperma kalau bagian perut ditekan. Ovarium berwarna oranye kemerah-
merahan. Telur jelas dapat dibedakan, bentuknya bulat telur. Ovarium
mengisi kira-kira dua per tiga ruang bawah.
e. Bunting, organ seksual mengisi ruang bawah. Testes berwarna putih,
keluar tetesan sperma kalau ditekan perutnya. Telur bentuknya bulat,
beberapa dari padanya jernih dan masak.
f. Mijah, telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan ke perut.
Kebanyakan telur berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat
telur tinggal di dalam ovarium.
g. Mijah/Salin, gonad belum kosong sama sekali. Tidak ada telur yang bulat
telur
h. Salin, testes dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur
sedang ada dalam keadaan dihisap kembali.
i. Pulih Salin, testes dan ovarium berwarna jernih, abu-abu sampai merah.
2.8. Fekunditas
Fekunditas merupakan aspek yang penting dalam biologi perikanan. Dari
fekunditas kita dapat menaksir jumlah ikan yang akan dihasilkan. Hal ini akan
berhubungan dengan masalah populasi, produksi maupun restocking.
Fekunditas memiliki banyak arti di kalangan ahli. Ada yang berpndapat
fekunditas adalah jumlah telur yang akan dikeluarkan pada satu kali pemijahan.
Atau jumlah telur yang dierami seperti pada ikan mujair, dan juga pengertian
lainnya. Dalam praktikum kali ini, praktikan menggunakan pengertian fekunditas
adalah jumlah telur yang dikeluarkan saat pemijahan.
2.9. Food and Feeding Habits
Food habits memiliki arti yang berbeda dengan feeding habits., karena
keduanya sering disamakan dalam hal defiisi. Food habits mencakup kualitas dan
kuantitas makanan yang dimakan ikan sementara feding habits mencakup cara
ikan dalam mendapatkan makanan. Kebiasaan makan dan cara memakan ikan itu
secara alami bergantung kepada lingkungan itu hidup.
Ikan dibagi menjadi tida macam berdasarkan jeni makanannya, yaitu:
Omnivora: ikan pemakan tumbuhan dan daging, biasanya memiliki
usus yang tidak terlalu panjang dan dinding usus tidak terlalu tebal.
Karnivora: ikan pemakan daging, biasanya memiliki usus yang
pendek dan dindingnya yang tebal.
Herbivora: ikan pemakan tumbuhan, biasanya memiliki usus yang
panjangnya melebihi panjang tubuhnya serta dinding ususnya sangat
halus dan basah.
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu : 05 April 2013
Tempat : Laboratorium MSP FPIK Unpad
3.2 Alat dan Bahan
Pada praktikum ini digunakan alat dan bahan sebaga berikut:
3.2.1 Alat
a. Cawan Petri
b. Cover Glass
c. Gunting
d. Mikroskop
e. Mistar kayu
f. Pingset
g. Timbangan
3.2.2. Bahan
a. Ikan Megalposi cordyla
3.3 Prosedur
1. Ambil ikan lalu timbang beratnya, catat.
2. Ukur total length dan standart length dari ikan tersebut, catat.
3. Ikan Megalopis cordyla yang sudah mati lemas dipotong melingkar disisi
perut sehingga rongga yang ada didalam perut dapat terlihat dengan mata
telanjang.
4. Ambil dan pisahkan gonad dari organ lain.
5. Timbang dan amati (tingkat kematangan dan kelamin) gonad, catat.
6. Ambil dan pisahkan usus ikan dari organ lain.
7. Ukur panjang usus, catat.
8. Keluarkan isi pakan yang terkandung dalam usus kemudian amati
komposisinya.
3.3.1. Perhitungan Rasio Kelamin
Dimasukkan data banyaknya kelamin jantan dan betina dengan ketentuan
Presentase kelamin=Banyaknya kelamin jantan atau betinaBanyaknya jumlahikan yang diamati
× 100 %
3.3.2. Perhitungan Rasio Tingkat Kematangan Gonad
Identifikasi tingkat kematangan gonad menggunakan gambaran Kesteven
(Bagenal dan Braum, 1968). Kemudian hitung rasionya dengan rumus:
PersentaseTKG= Banyaknya fase TKG tertentuBanyaknya jumlahikan yang diamati
×100 %
3.3.3. Indeks Kematangan Gonad
Masukan data berat gonad dan berat tubuh kedalam rumus:
IKG=Berat Gonad(gram)
Berat tubuhtanpa gonad (gram)×100 %
3.3.4. Fekunditas
Fekunditas hanya diukur minimal pada saat TKG ikan telah berada dalam
fase bunting. Perhitungan menggunakan metode volumetrik, yaitu perbandingan
volume gonad keseluruhan dengan volume gonad sebagian. Apabila jumlah telur
dari volume sebagian gonad dikethui, maka fekunditas dicari dengan rumus :
Jumlahtelur seluruh gonad ( fekunditas)= Volume seluruh gonadVolumesebagian gonad
× jumlahtelur sebagian gonad
3.3.5 Makanan dan Kebiasaan Makan pada Ikan
Pengamatan dilakukan dengan melihat isi pencernaan ikan yang
diusahakan berada pada pencernaan anterior dengan menggunakan mikroskop.
Parameter yang diamati adalah komposisi makanan yang berada pada saluran
pencernaan. Komposisi pakan terbagi kedalam Zooplankton, Fitoplankton,
Benthos, Bagian tumbuhan, Bagian Hewan, detritus dan ikan. Persentase
komposisi pakan dapat dihitung dengan rumus:
Persentase Makana= Banyaknya jenismakanan tertentuTotalbanyaknya jenismakanan yangditemukan
×100 %
Persentase makanan dapat digunakan untuk penentuan ikan berdasarkan
jenis makanannya, apakah ikan tersebut tergolong karnivora, omnivora maupun
herbivora. Selain melihat persentase makanan, penentuan jenis makanan ikan juga
dapat dilihat dari ciri-ciri fisik lain nya, seperti panjang usus dan penampakan
tapis insang.
3.3.5 Hubungan Panjang dan Berat pada Ikan
Penentuan hubungan panjang dan berat pada ikan ditentukan dengan
koefisian a dan b (berupa konstanta). Perhitungan tersebut dapat dilakukan dengan
rumus:
log a=∑ log W×∑ (log L )2−∑ log L×∑ ( log L× logW )
N× ( log L )2−(∑ log L )2
b=∑ log W− (N×log a )
∑ log L
Dengan keterangan : W= Berat ikan
L= Panjang ikan
Jika b ≠ 3, maka ikan tersebut memiliki tipe pertumbuhan allometrik (panjang
dan berat ikan tidak proporsional). Sedangkan jika b = 3 maka tipe pertumbuhan nya
adalah isometrik (panjang dan berat proporsional).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel 1. Panjang, berat, TKG, IKG, fekunditas dan kelamin
Ikan
pada
kel
Panjang (mm)
Berat TKG IKGFekund
itas
Kelamin
TL SL FL ♀ ♂
1 195 170 175 98 Dara Berkembang
1.02 - v
2 190 160 175 105 Perk. II 5.72 - v
3 192 165 155 97 Bunting 4.3 - V
4 200 165 175 109 Perk. II 2.83 - V
5 185 155 165 107 Dara Berkembang 3.9 - V
6 200 160 185 123 Perk. II 5.12 - V
7 200 170 180 108 Perk. I 0.95 - V
8 195 160 165 130 Perk. II 5.1 - v
9 210 160 175 129 Bunting 3.65 - V
10 190 155 173 101.8 Perk. II 5.74 - v
11 195 153 176 101.3 Perk. II 4.85 - V
12 205 150 180 121.5 Perk. II 2.59 - V
13 208 158 180 122 Perk. II 2.58 - V
14 213 183 171 124.2 Perk. II 3.19 - V
16 186 150 167 93.2 Perk. I 2.02 - V
17 210 180 170 90.83 Dara Berkembang 1.37 - v
18 205 150 180 115Dara
Berkembang 3.08 - V
19 195 152 166 103.4 Perk. I 0.030 - v
20 200 163 182 107.7Dara
Berkembang 3.28 - V
21 197 152 175 188 Perk. I 0.78 - V
22 180 150 170 108 Dara Berkembang
2.84 - v
Tabel 2. Jenis dan kelompok makanan
Tabel 3. Seksualitas
Ikan pada Kel.
Jenis pakan (%)Kelompok
Pemakanfito zoo Benthos Bag.Hewan
Bag.Tumbuhan
Detritus Ikan
1 25 5 30 - - 40 - Omnivora
2 23,2 46.1 - - - 30,7 - Karnivora
3 40 50 - - 10 - - Karnivora
4 28.57 42.86 - - 3 28.57 - Herbivora
5 V V - - - - - Omnivora
6 V V - - - 20.45 - Omnivora
7 - V - - - - - Karnivora
8 - V - - - - - Karnivora
9 - V - - - - - Karnivora
10 v V - - - - - Karnivora
11 v V - - - - - Omnivora
12 - V - - - - - Karnivora
13 - V - - - - - Karnivora
14 - V - - - - - Karnivora
16 - V - - - - - Karnivora
17 - - - v - - V Karnivora
18 - V - - - - - Karnivora
19 25 5 30 - - 40 - Karnivora
20 23 46.1 - - - 30.7 - Karnivora
21 - V - - - - - Karnivora
22 26.76 69.23 3.84 - - - - Karnivora
Perbandingan Jenis Kelamin Jantan dan Betina
Jantan betina
14 7
- Rasio jenis kelamin:
♂ : 14/21 x 100% = 66,67%
♀ : 7/21 x 100% = 33,33%
Gambar 2. Grafik Perbandingan Jenis Kelamin
Tabel 4. Tingkat Kematangan Gonad
TKG JUMLAHDara -
Dara berkembang 6
Perkembangan I 4
Perkembangan II 9Bunting 2Mijah -
Matang siap mijah -pulih salin -
Rasio Tingkat Kematangan Gonad :
Dara Berkembang : 6
21x100 %=28 %
Perkembangan I : 4
21x100 %=19 %
Perbandingan Jenis Kelamin Jantan dan Betina
Jantan
Betina
Perkembangan II : 9
21x100 %=43 %
Bunting : 2
21x100 %=10 %
Gambar 3. Grafik Tingkat Kematangan Gonad
Tabel 5. Hubungan Relasi Panjang dan Berat
Kel L(SL) Log L W Log WLog L x
Log W(Log L)2
1 170 2,23 98 1,99 4,44 4,972 160 2,20 105 2,02 4,45 4,863 165 2,22 97 1,99 4,41 4,924 165 2,22 109 2,04 4,52 4,925 155 2,19 107 2,03 4,45 4,806 160 2,20 123 2,09 4,61 4,867 170 2,23 108 2,03 4,54 4,978 160 2,20 130 2,11 4,66 4,869 160 2,20 129 2,11 4,65 4,8610 155 2,19 101,8 2,01 4,40 4,8011 153 2,18 101,3 2,01 4,38 4,7712 150 2,18 121,5 2,08 4,54 4,7413 158 2,20 122 2,09 4,59 4,8314 183 2,26 124,2 2,09 4,74 5,1216 150 2,18 93,2 1,97 4,29 4,7417 180 2,26 90,83 1,96 4,42 5,0918 150 2,18 115 2,06 4,48 4,7419 152 2,18 103,4 2,01 4,40 4,76
Tingkat Kematangan Gonad
Dara berkembangPerkembangan IPerkembangan IIBunting
20 163 2,21 107,7 2,03 4,50 4,8921 152 2,18 188 2,27 4,96 4,7622 150 2,18 108 2,03 4,42 4,74
Jumlah 3361 46,27 2382,93 43,03 94,82 101,98
log=∑ LogW × ∑ ( LogL )2−∑ LogL× ∑(LogL × LogW )
N × ∑ ( LogL )2−(∑ LogL )2
log a=4388,703484−4387,8548622141,580389−2141,312783
log a=0,84862232720,2676059145
Log a = 3,171164318
b=∑ LogW−¿¿
b=−23,5595155246,27432099
b = -0,5091272009
2.17 2.18 2.19 2.2 2.21 2.22 2.23 2.24 2.25 2.26 2.271.8
1.85
1.9
1.95
2
2.05
2.1
2.15
2.2
2.25
2.3
f(x) = − 0.509125737922754 x + 3.17116109405803 Series2Linear (Series2)
4.2. Pembahasan
Dari hasil praktikum seperti yang sudah dipaparkan diatas terlihat jika
terdapat 5 tabel hasil pengamatan. Tabel 1 merupakan tabel hasil penelitian yang
memberikan tentang informasi ikan secara umum, seperti panjang dan bobot
tubuh ikan, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, dan jenis
kelamin dari ikan itu sendiri.
Berdasarkan tabel 1 tersebut, kita dapat mengetahui jika panjang maupun
bobot tubuh ikan relatif tidak begitu berbeda, ini terlihat dari hasil panjang dan
bobot ikan yang berdekatan nilainya pada setiap ikan yang diamati. Dengan
demikian, ikan yang diamati dilihat dari ukuran, bobot, dan bentuk tubuhnya
relatif hampir seragam untuk semua ikan yang diamati.
Berbeda dengan tabel 1, pada tabel 2 ini merupakan hasil pengamatan
terhadap jenis dan kelompok makanan yang di konsumsi oleh ikan Megaslapis
cordyla. Berdasakan hasil pengamatan tersebut dapat diketahui jika ikan ini
merupakan ikan omnivora yang cenderung karnivora, ini dapat dibuktikan dengan
melihat tabel tersebut, hampir pada semua ikan yang diamati pada saluran
pencernaannya ditemukan sisa-sisa zooplanton yang belum sempurna tercerna.
Pada saat melakukan pembedahan pun terlihat jika usus ikan Megaslapis cordylaI
ini begitu pendek, hal ini berarti menandakan jika ikan tersebut merupakan ikan
karnivora.
Namun, tidak semua hasil memperlihatkan jika ikan Megaslapis cordyla
ini merupakan ikan karnivora, ini terlihat dengan ditemukannya zooplankton dan
bagian-bagian tumbuhan pada saluran pencernaannya. Dengan demikian terbukti
jika ikan Megaslapis cordyla ini merupakan ikan yang bersifat omnivora namun
lebih cenderung karnivora, karena cenderung lebih memilih memakan produk
hewani seperti zooplankton ketimbang memakan fitoplankton.
Selain itu, ditemukan pula beberapa ikan Megaslapis cordyla yang
mengonsumsi detritus dan benthos namun jumahnya tidak seberapa. Hal tersebut
membuktikan jika ikan Megaslapis cordyla ini merupakan ikan euryphagic atau
dapat dikatakan sebagai ikan yang memakan berbagai macam jenis makanan lebih
dari satu jenis makanan.
Tabel 3 ini merupakan tabel hasil pengamatan terhadap seksualitas ikan,
yangmana didalamnya meliputi jenis kelamin ikan entah itu jenis kelamin ikan
jantan maupun jenis kelamin ikan betina. Dari pengamatan yang dilakukan, dapat
dilihat bahwa ikan Megaslapis cordyla yang diamati lebih didominasi oleh ikan
jantan dengan persentase 66,74 %, sedangkan persentase ikan betina hanya 33,3%
dari sampel populasi ikan tetengkek yang diamati.
Tabel 4 merupakan tabel pengamatan terhadap tingkat kematangan gonad,
dimana hasilnya menunjukan bahwa 28% ikan masih berada dalam tahap dara
berkembang, 19 % ikan berada dalam tahap perkembangan I, 43% ikan berada
dalam tahap perkembangan II, dan hanya 10 % ikan yang telah mencapai tahap
bunting. Dengan demikian dapat dilihat jika ikan Megaslapis cordyla yang
diamati tersebut belum siap untuk bereproduksi.
Hal mengenai TKG ini juga didukung dengan nilai persentase Indeks
Kematangan Gonad (IKG) yang menunjukan nilai untuk semua ikan yang diamati
tidak lebih dari 6%. Ini berarti jika ikan tersebut memang belum mampu untu
melakukan reproduksi, karena ikan yang telah dianggap matang dan sanggup
mengeluarkan telurnya ialah ikan dengan IKG mulai dari 19% keatas.
Berhubungan dengan belum dewasanya ikan Megaslapis cordyla ini, maka
fekunditasnya tidak dapat untuk diamati, karena pengamatan terhadap jumlah
telur yang telah masak tidak dapat dilakukan karena hampir semua ikan yang
diamati sedang dalam tahap perkembangan sehingga belum siap untuk
memproduksi telur.
Tabel 5 merupakan tabel hasil pengamatan dan perhitungan korelasi antara
panjang ikan dan berat, dalam proses perhitungan ditemukan sedikit keanehan
terhadap nilai b yang didapat, dimana besarnya koefisien b yang didapat
menunjukkan tipe pertumbuhan ikan bernilai -0,50913. Dengan demikian, hal ini
menunjukkan bahwa ikan selar tetengkek memiliki tipe pertumbuhan Allometrik,
yangmana artinya pertumbuhan panjang dan beratnya tidak seimbang.
Menurut effendie (1997), pada umumnya nilai kebanyakan dari koefisien b
adalah 2,4 – 3,5. Hal ini memperlihatkan besar nya harga koefisien b dari
pengamatan ikan Megaslapis cordyla sangatlah jauh dari kisaran yang seharusnya.
Ada beberapa faktor yang membuat nilai b yang didapat jauh dari nilai kisaran,
salah satunya ialah telah terjadi penyusutan berat badan ikan. Seperti yang kita
ketahui jika berat ikan cenderung lebih bersifat berubah ubah dan tidak stabil
apabila dibandingkan dengan ukuran panjang ikan, penyusutan berat tubuh ikan
ini dapat diakibatkan oleh berbagai faktor.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
1. Ikan selar tetengkek berjenis kelamin jantan lebih mendominasi dengan
persentase 66,74 %, dibandingkan dengan ikan betina dengan persentase
hanya 33,3%.
2. Ditinjau dari tingkat kematangan gonad (TKG), secara umum ikan selar
tetengkek yang diamati belum mencapai kedewasaan.
3. Ikan selar tetengkek yang diamati tidak memiliki nilai fekunditas
4. Secara umum ikan selar tetengkek bersifat omnivora namun cenderung
bersifat karnivora
5. Pertumbuhan ikan selar tetengkek bersifat allometrik.
6. Ikan selar tetengkek yang diamati telah mengalami penyusutan bobot
tubuh.
5.2. Saran
1. Sebaiknya para praktikan betul-betul memahmi tentag materi yang akan
dipraktikan, agar pada saat praktikum berjalan tidak terjadi kebingungan
DAFTAR ACUAN
Effendie Ichsan. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta : Yayasan Pustaka
Nusantara.
Effendie Ichsan. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Bogor : Yayasan Dewi sri.
http://id.scribd.com Diakses pada tanggal 09 April 2013
http://wiadnyadgr.lecture.ub.ac.id Diakses pada tanggal 09 April 2013
http://repository.ipb.ac.id Diakses pada tanggal 09 April 2013
http://stp.kkp.go.id Diakses pada tanggal 09 April 2013
http://dkpmm-bidang.blogspot.com Diakses pada tanggal 09 April 2013
http://rosalindanababan.blogspot.com Diakses pada tanggal 09 April 2013