praktikum 1
TRANSCRIPT
PRAKTIKUM 1
KINETIKA REAKSI
A. Tujuan
1. Mampu menjelaskan tanda-tanda reaksi kimia
2. Mampu menentukan laju dan orde reaksi.
B. Tinjauan Pustaka
1. Kinetika Kimia
Kinetika kimia merupakan pengkajian laju dan mekanisme reaksi kimia. Besi
lebih cepat berkarat dalam udara lembab dari pada dalam udara kering, makanan lebih
cepat membusuk bila tidak di dinginkan, kulit lebih cepat menjadi gelap dalam musim
panas daripada dalam musim dingin. Ini merupakan tiga contoh yang lazim dari
perubahan kimia yang kompleks dengan laju yang beraneka menurut kondisi reaksi.
(Keenan, 1998)
2. Reaksi Kimia
Reaksi kimia adalah pembentukan ikatan baru. Reaksi yann terjadi karena materi
awal (reaktan) bersama-sama putus atau secara bergantian untuk membentuk atau
beberapa materi yang berbeda (produk).
(Miller, 1997)
Reaksi-reaksi kimia, ditandai dengan gejala :
a. Timbulnya gas
Contoh : 2 H2O (e) + Mg (s) Mg(OH)2(aq) + H2 (g)
b. Terbentuknya endapan
Contoh : Pb(CH3COO)2(aq) + H2SO4(aq) CH3COOH(aq)+ PbSO4 (s)
c. Perubahan suhu
Contoh : NaOH (aq) + H2SO4 (aq) Na2SO4(aq) + 2 H2O(aq)
d. Perubahan warna
Contoh : 2 HCl (aq) + CuSO4 (aq) H2SO4 (aq) + CuCl2 (aq)
(Keenan, 1992)
3. Macam-macam Reaksi Kimia
Berdasarkan gejala yang ditimbulkan, reaksi kimia dibedakan atas:
a. Reaksi Netralisasi
Reaksi netralisasi yaitu reaksi antara suatu asam dan basa yang banyaknya secara
kimiawi sama. Reaksi antara asam dan basa pada umumnya membentuk garam dan air.
(Vogel, 1985)
Reaksi penetralan yaitu reaksi antara asam dan basa. Menurut Arhenius reaksi
penetralan adalah reaksi antara 1 ion H+ dan 1 ion OH-
H+ + OH- H2O
Menurut teori Bronsted Lowry, reaksi netralisasi dapat dirumuskan :
H3O+ + OH- H2O + H2O
asam 1 basa 2 basa 1 asam 2
(Rivai, 1995)
b. Reaksi Pembentukan Endapan
Terjadi jika larutan terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Pada reaksi ini,
terjadi penggabungan ion positif dari basa atau garam pereaksi yang bereaksi dengan ion
negative dari asam atau basa pereaksi. Pada akhir reaksi terbantuklah endapan pada dasar
tabung reaksi, contoh :
NaCl + AgNO3 NaNO3 + AgCl
(Vogel, 1985)
c. Reaksi Pembentukan Gas
Dalam beberapa kasus zat tertentu, dalam suatu reaksi dapat berupa zat yang tidak
larut, yaitu gas atau zat yang mengurai dan akan menguap sebagai gas. Misalnya. Jika
HCl ditambahkan larutan Na2S menghasilkan H2S (elektrolit lemah) dan kelarutannya
dalam air sangat kecil sehingga mudah menguap. Reaksi molekulnya adalah sebagai
berikut :
2 HCl (aq) + 2 Na2S (aq) H2S + 2 NaCl
Gejala lain dalam reaksi ialah terbantuknya elektrolit yang sangat kecil daya
analisanya.
(Brady, 1994)
d. Reaksi Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks dalam analisa kuantitatif sering terlihat dan digunakan
untuk pemisahan atau identifikasi ion kompleks jika ada perubahan warna larutan.
Misalnya :
AgCl (g) + 2 NH3 Ag + [(NH3)2]+ + Cl-
(Vogel, 1985)
Sering dipakai untuk pemisahan atau identifikasi bila ion kompleks terbentuk
maka terjadi karena dalam larutan pembantukan kompleks merupakan penyebab
pelarutnya endapan dari reagensia yang berlebih.
(Brady, 1994)
e. Reaksi Pertukaran Muatan
Reaksi yang bersifat asam dengan logam adalah sifat dari golongan lebih luas
yaitu satu unsur akan menggantikan unsur lain dari suatu senyawa. Misalnya:
Zn (s) + CuSO4 (aq) Cu (s) + ZnSO4 (aq)
Reaksi ini sama dengan reaksi antara senyawa dengan ion hydrogen yaitu :
Zn (s) + 2 H+ (g) H2 (g) + Zn2+ (aq)
Reaksi tersebut dapat terjadi jika logam yang dimasukkan kedalam larutan
memiliki daya oksidasi yang besar, sehingga dapat mereduksi ion logam dalam larutan.
(Vogel, 1985)
f. Reaksi Redoks
Dalam setiap reaksi redoks, perbandingan polar antara zat yang dioksidasi dan zat
yang direduksi didapat dari persamaan yang memenuhi jumlah electron yang dilepas
sama dengan yang diikat. Contoh :
5 Fe2+ + MnO4- + 8H+ 5Fe3+ + 6Mn2+ + 4H2O
(Underwood, 1990)
4. Laju Reaksi
Laju reaksi yaitu perubahan konsentrasi konsentrasi reaktan atau produk terhadap
waktu (m/s). Setiap reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan umum,
Reaktan Produk
Persamaan ini, memberitahukan bahwa selama berlangsungnya suatu reaksi,
molekul reaktan bereaksi sedangkan molekul produk terbentuk.
A B
Menurut jumlah molekul A dan meningkanya jumlah molekul B sering dengan
waktu yang diperlihatkan dalam sebuah grafik. Secara umum akan lebih mudah apabila
dinyatakan laju dalam perubahan konsentrasi terhadap waktu. Jadi untuk reaksi diatas
dapat dinyatakan lajunya sebagai :
Laju = - ΔIAJ atau - ΔIAJ
Δt Δt
(Chang, 2004)
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi
a. Luas Permukaan Bidang Sentuh
Semakin luas permukaan bidang sentuh, reaksi semakin cepat. Karena bidang
sentuh yang luas akan memungkinkan molekul bertabrakan dengan molekul lain. Hal ini
menyebabkan zat yang terbantuk serbuk reaksinya akan semakin lebih cepat dari pada
reaksi zat yang berbantuk kepingan besar.
(Oxtoby, 2001)
b. Suhu
Laju reaksi kimia bertambah dengan naiknya suhu. Dengan naiknya suhu bukan
hanya molekul-molekul lebih sering bertabrakan, tetapi mereka juga bertabrakan dengan
bantuan yang lebih berat karena mereka bergerak lebih cepat.
(Keenan, 1990)
c. Sifat Dasar Pereaksi
Zat-zat berbeda secara nyata, dalam lajunya mereka mengalami perubahan kimia.
Molekul-molekul hydrogen dan fluorida bereaksi secara spontan bahkan pada
temperature kamar dengan menghasilkan hydrogen fluoride.
H2 + F2 2 HF (sangat cepat pada suhu kamar)
Pada kondisi serupa, molekul hydrogen dan oksigen bereaksi sangat lambat,
sehingga tak Nampak pertubahan kimianya.
H2 + O2 2 H2O (sangat lambat pada suhu kamar)
(Keenan, 1990)
d. Katalis
Katalis adalah zat yang mempercepat reaksi tanpa mengalami perubahan
kimiayang permanen. Suatu katalis mempengaruhi kecepatan reaksi dengan jalan:
1) Pembentukan senyawa antara (katalis homogen)
2) Absorbsi (katalis heterogen)
e. Konsentrasi
Perubahan kimia timbul sebagai akibat dari tumbukan molekul. Semakin banyak
tumbukan yang terjadi, semakin besar laju reaksinya. Jika konsentrasi reaktan semakin
tinggi maka tumbukan juga akan semakin besar.
(Keenan, 1990)
6. Persamaan Laju Reaksi
Reaksi : 2N2O3 4NO2 + O2
Laju reaksi sebanding dengan konsentrasi N2O5 dan dapat ditulis :
Laju reaksi ∞ [N2O5]
Laju reaksi k [N2O5]
K disebut konstanta laju reaksi orde pertama. Laju reaksi diatas dapat diukur baik dengan
berdasarkan penurunan [N2O5] atau berdasarkan pada [O2] [NO2] [N2O5] akan
menghasilkan persamaan yang berbeda.
Laju reaksi ¿−d [ N 2O5 ]
dt=k [N 2O5
Laju reaksi ¿+d [O2]
dt=k [N2O5
Laju reaksi ¿+d [ NO2 ]
dt=k [N2O5
Apabila dilakukan pengukuran akan terlihat bahwa laju reaksi’ ≠ laju reaksi” ≠ laju
reaksi”’, sehingga k’≠ k” ≠ k”’. Karena itu untuk memperoleh persamaan laju reaksi yang
seragam, maka berdasarkan perjanjian ditetapkannya laju reaksi yang didasarkan oleh
suatu reaktan atau produk tersebut dalam persamaan reaksi, jadi :
Laju reaksi¿ 12
d [ N 2O 5 ]dt
=14
d [ NO2 ]dt
=td [O 2 ]
dt=k [ N 2O 5 ]
Untuk reaksi umum :
aA + bB cC + Dd
(Keenan, 1990)
7. Orde Reaksi
Orde reaksi dapat didefinisikan sebagai jumlah satu eksponen yang menyatakan
hubungan antara konsentrasi dengan kecepatan reaksi. Orde reaksi dikenal dengan tingkat
reaksi. Untuk reaksi umum A+B C. Maka kecepatan reaksi ditentukan oleh konsentrasi
A dan B. Orde reaksi total yang perlu diperhatikan :
1) Data eksperimen harus pada suhu konstan agar harga V tetap.
2) Metode mencari orde reaksi :
a) Metode Logika
Metode logika menggunakan rumus bahwa
ax = b dengan a = perbesaran konsentrasi
ay = b b = perbesaran laju reaksi
Metode ini memiliki kelemahan, yaitu hanya bisa digunakan jika ada data
yang sama.
b) Metode Komparatif (Perbandingan)
Metode ini membandingkan persamaan kecepatan reaksi
V 1
V 2
=K1
K2 [ A1
A2 ]m
[ B1
B2 ]n
Harga K1 dan K2 (tetapan laju reaksi) pada suhu konstan adalah sama,
sehingga dapat dihilangkan. Dengan demikian perbandingan konsentrasi zat
yang berubah dipangkatkan orde reaksinya masing – masing sama dengan
perbandingan kecepatan reaksinya.
c) Metode Grafik
Bila berupa garis lurus (linear) merupakan orde reaksi satu garis lengkung
(parabola) merupakan orde reaksi dua. Jika berupa garis lengkung, tetapi
bukan bentuk kuadrat orde reaksinya 3,4 dan seterusnya.
a. Reaksi Orde Nol (0)
Reaksi orde nol mempunyai laju yang tidak bergantung pada konsentrasi reaktan.
Sebagai contoh, dekomposisi lebih pada walform panas bertekanan tinggi mempunyai
laju pH 3 terdekomposisi pada laju tetap sampai habis seluruhnya. Hanya reaksi yang
heterogenyang mempunyai hukum laju dengan orde nol secara keseluruhan.rumus laju
reaksi menjadi V.K.
(Khopkar,1990)
b. Reaksi Orde Satu
Jika laju suatu reaksi kimia berlangsung lurus dengan konsentrasi jika suatu
pereaksi V = K [A]. Maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi orde pertama jika
dinyatakan dengan grafik, maka laju reaksi dengan orde pertama berupa garis lurus
liniear.
(Khopkar, 1990)
c. Reaksi Orde Kedua
V
[A]
V
M
Jika laju reaksi sebanding dengan pangkat dua suatu pereaksi atau pangkat satu
konsentrasi dua pereaksi V = K [A]2. Maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi beranak 2
jika dinyatakan dengan grafik, maka laju reaksi dengan orde reaksi dua berupa garis
lengkung.
(Khopkar, 1990)
8. Hukum Laju dan Kostanta Laju
Laju reaksi terukur seringkali sebanding dengan konsentrasi reaktan suatu
pangkat. Contihnya mungkin saja laju itu sebanding dengan konsentrasi dua reaktan A
dan B, sehingga :
V = K [A] [B]
Koefisien K disertai konsentrasinya yang tidak bergantung pada konsentrasi,
tetapi bergantung pada temperature. Harga K menyatakan kondisi yang menguntungkan
reaksi, yaitu bahwa apabila makin besae afinitas antara zat-zat yang bereaksi maka makin
besar pula harga K (Tri Handini, dkk, 2011: 4). Persamaan sejenis ini yang ditentukan
secara eksperimen disebut hukum laju reaksi. Secara formal hukum laju reaksi adalah
persamaan yang menyamakan laju reaksi sebagai fungsi dari konsentrasi semua spesien
yang ada termasuk produknya.
Hukum laju reaksi memiliki dua penerapan utama, penerapan praktisnya setelah
kita mengetahui hukum laju dan komposisi campuran. Penerapan teoritis hukum laju ini
adalah hokum laju menerapkan pemandu untuk mekanisme reaksi. Setiap mekanisme
yang dilanjutkan harus konstan dengan hukum laju yang diamati.
(Atkins, 1993)
9. Teori Tumbukan
V
[A]
Laju reaksi dapat diperoleh dengantiga faktor berikut :
a. Faktor Energi Tumbukan
Jumlah keseluruhan tumbukan antara partikel reaktan dalam volume dari waktu yang
diberikan.
b. Faktor Energi Tumbukan
Fraksi partikel reaktan yang menumbuk dengan energi aktivasi yang cukup untuk
memulai reaksi.
c. Faktor Geometri Tumbukan
Fraksi partikel yang menumbuk dengan orientasi yang benar sehingga atom dapat
memindahkan atom membagi elektron valensi secara terarah ketka mereka
melakukan kontak satu sama lain.
(Miller, 1987)
10. Kecepatan Reaksi
Kecepatan reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi atau hasil reaksi
persatuan waktu. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi
suatu reaktan atau bertambahnya suatu produk. Dapat ditulis :
V = +∆ [B]
∆ tV =
−∆ [ A ]∆ t
Dengan V = kecepatan laju reaksi
[A] = konsentrasi A
[B] = konsentrasi B
t = waktu
(Sastrohamidjojo, 2001)
11. Energi Aktivasi
Reaksi kimia berlangsung sebagai akibat tumbukan antara molekul-molekul yang
bereaksi. Akan tetapi tidak semua tumbukan menghasilkan reaksi. Dari segi energi ada
semacam energi tumbukan minimum yang harus tercapai agar reaksi terjadi. Untuk
bereaksi molekul yang bertumbukan harus memiliki energi kinetic total sama dengan atau
lebih besar daripada energy aktivasi, molekul utuh dan tidak ada perubahan akibat
tumbukan. Spes yang terbentuk sementara oleh molekul reaktan sebagai akibat tumbukan
sebelum membentuk produk dinamakan kompleks teraktifkan (keadaan transisi)
(Chang, 2004).
12. Analisa Bahan
a. Logam Mg
1) Berwarna putih mengkilap
2) Pada suhu biasa mudah diserbukkan
3) Pada suhu tinggi (450oC – 550oC) amat lunak
4) Larut dalam asam encer
5) Mudah dioksidasi, mudah terbakar
6) Nyala dalam cahaya yang menyilaukan
7) 2Mg(s) + O2(g) 2MgO(s)
(Basri, 1996)
b. Asam Klorida (HCl)
1) Merupakan asam kua
2) Tidak berwarna
3) Mudah larut dalam air
4) Baunya menusuk hidung hingga berbahaya bagi pernapasan
5) Tidak larut dalam alcohol
6) Dapat melarutkan logam-logam mulia
7) Bahan baku membuat plastic
Hg(s) + 2HCl(g) MgCl2(aq) + H2(g)
(Vogel, 1985)
c. KMnO4
1) Berwarna ungu
2) Titik dekomposis
3) Larut dalam air
4) Digunakan dalam volumetrik dan agen oksida
(Bird,1987)
d. Asam Oksalat (H2C2O4)
1) Asam organik dan bersifat toksik
2) Merupakan zat padat hablur
3) Tidak berwarna
4) Titik leleh 100oC
5) Dapat bereaksi dengan basa menghasilkan garam dan air
(Basri, 2000)
e. Aquadest
1) Sifat fisik :
Berbentuk cair, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, titik didih 100oC,
titik beku 0oC
2) Sifat kimia :
Senyawa dengan formula H2O,elektrolit lemah,terionisasi menjadi H3O+ dan
OH- dihasilkan dari pengoksidasian hidrogen sebagai bahan pelarut dalam
kebanyakan senyawa dan sumber listrik.
(Basri, 2000)
C. Alat dan bahan
1. Alat : Gelas beker, pipet tetes, pipet volum, gelas ukur, biuret, Erlenmeyer,
stopwatch, tabung reaksi, rak tabung reaksi
2. Bahan : HCl, pita Mg, KMnO4, H2C2O4, akuades
D. Cara Kerja
1. Kinetika Reaksi Logam Magnesium Dengan Asam Klorida
Mengulangi percobaan, masing-masing konsentrasi sebanyak 3 kali
Mencatat waktu dari Mg dimasukkan sampai selesai bereaksi
Dimasukkan pita Mg ± 2 mm
Diambil 7 mL
HCL 0,6MHCL 0,8MHCL 1MHCL 1,2MHCL 1,8M HCL 1,4MHCL 1,6M
HCL 2 M
Diencerkan 25 mL dalam tabung reaksi
2. Kinetika Reaksi Ion Permanganat dengan Asam Oksalat
Mengulangi percobaan untuk masing-masing erlenmeyer
sebanyak 3 kali
Menggojog larutan dan mencatat waktu sampai warna berubah
(dari ungu menjadi kecoklatan)
Ditambah 4 mL KMnO4
Ditambah 2 mL KMnO4
Ditambah 2 mL KMnO4
Erlenmeyer 3
10 mL H2C2O4
10 mL akuades
Erlenmeyer 2
20 mL H2C2O4
2 mL akuades
Erlenmeyer 1
10 mL H2C2O4
12 mL akuades
E. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
a. Kinetika Reaksi logam Magnesium dengan Asam Klorida
Konsentrasi
(M)
t1 (sekon) t2 (sekon) t3 (sekon) t rata-rata (s)
1,8 61 59 50 56,6667
1,6 76 66 61 67,6667
1,4 84 76 56 72
1,2 86 104 92 94
1 98 132 94 108
0,8 184 191 243 206
0,6 263 258 265 262
b. Kinetika Reaksi Ion Permanganat dengan Asam Oksalat
pengamatan Hasil
H2C2O4 +
akuades +
KMnO4 (larutan
berwarna ungu)
Setelah digojog beberapa menit larutan berubah menjadi
berwarna kecoklatan
t1 (sekon) t2 (sekon) t3(sekon) t rata-rata
(sekon)
10 mL H2C2O4 +
12 mL akuades +
2 mL KMnO4
213 200 223 212
20 mL H2C2O4 +
2 mL akuades + 2
mL KMnO4
132 124 138 131,3333
10 mL H2C2O4 +
10 mL akuades +
4 mL KMnO4
183 185 182 183,3333
2. Perhitungan
a. Kinetika Reaksi logam Magnesium dengan Asam Oksalat
M1 . V1 = M2 . V2
2,0 . V1 = 1,8 . 25
V1 =
1,8×2,52,0
= 22,5 ml
M1 .V1 = M3 .V3
2,0 . V1 = 1,6 . 25
V1 =
1,6×2,52,0
= 20,0 ml
M1 .V1 = M4 . V4
2,0 . V1 = 1,4 . 25
V1 =
1,4×252,0
= 17,5 ml
M1 . V1 = M5 . V5
2,0 . V1 = 1,2 . 25
V1 =
1,2×252,0
= 15,0 ml
M1 . V1 = M6 . V6
2,0 . V1 = 1,0 . 25
V1 =
1,0×252,0
= 12,5 ml
M1 . V1 = M7 .V7
2,0 . V1 = 0,8 . 25
V1 =
0,8×252,0
= 10,0 ml
M1 . V1 = M8 .V8
2,0 . V1 = 0,6 . 25
V1 =
0,6×252,0
= 7,5 ml
V = K [A]m[B]n
V = K [HCl]m
1/t = K [HCl]m
Log 1/t = log K + m [HCl]
[HCl]t
(sekon) log [HCl] (x) log 1/t (y) x.y x2
1.8 56.6667 0.2553 -1.7533 -0.447580.06516
4
1.6 67.6667 0.2041 -1.8304 -0.373620.04166
5
1.4 72 0.1461 -1.8573 -0.271410.02135
31.2 94 0.0792 -1.9731 -0.15623 0.006271 108 0.0000 -2.0334 0 0
0.8 206 -0.0969 -2.31390.22423
70.00939
2
0.6 262 -0.2218 -2.41830.53649
70.04921
7Ʃ = 8,4 0.3659 -14.1798 -0.4881 0.1931
m = nƩxy−ƩxƩy
n Ʃx2−(Ʃx)2
m = 7 (−0,4881 )−(0,3659 )(−14,1798)
7 (0,1931 )−(0,3659)2
m = −3,4167−(−5,1883)
1,3517−0,1339
m = 1,77161,2178
m = 1,4548
y = mx + c
y = 1,4548 x + c
-1,7533 = 1,4548 (0,2553) + c
c = -1,7533 – 0,3714
c = -2,1247 ; maka persamaannya menjadi y = 1,4548 x – 2,1247
c = log k
k = antilog -2,1247
k = 7,5041.10-3
Jadi persamaan laju reaksinya = 7,5041.10-3 [HCl]1
b. Kinetika Reaksi Ion Permanganat dengan Asam Oksalat
1) Orde Asam Oksalat
V = K [A]m[B]n
V = K [H2C2O4]m
1/t = K [H2C2O4]m
Log 1/t = log K + m [H2C2O4]
Mol H2C2O4 (1) = [H2C2O4] x volume H2C2O4
= 0,7 M x 10 mL
= 7 mmol
[H2C2O4] = mol asam oksalat : volume total
[H2C2O4]1 = 7 mmol24 mL
=0,2917 M
Mol H2C2O4 (2) = [H2C2O4] x volume H2C2O4
= 0,7 M x 20 mL
= 14 mmol
[H2C2O4]2 = 14 mmol24 mL
=0,5833 M
Mol H2C2O4 (3) = [H2C2O4] x volume H2C2O4
= 0,7 M x 10 mL
= 7 mmol
[H2C2O4] = mol asam oksalat : volume total
[H2C2O4]1 = 7 mmol24 mL
=0,2917 M
[H2C2O4] t (sekon) log[H2C2O4] (x) log 1/t (y) x.y x2
0.2917 212 -0.5351 -2.32631.244
7 0.2863
0.5833 131.3333 -0.2341 -2.11840.495
9 0.0548
0.2917 183.3333 -0.5351 -2.26321.211
0 0.2863
Ʃ -1.3042 -6.70802.951
6 0.6274
m = nƩxy−ƩxƩy
n Ʃx2−(Ʃx)2
m = 3 (2,9516 )−(−1,3042 )(−6,7080)
3 (0,6274 )−(−1,3042)2
m = 8,8548−8,74861,8822−1,7009
m = 0,10620,1813
m = 0,5858
Orde reaksi asam oksalat mendekati 1
y = mx + cy = 0.5858 x + c
-2,3263 = 0,5858 (-0,5351) + c
c = -2,3263 + 0,3135
c = -2,0128 ; maka persaman menjadi y = 0,5858 x – 2,0128
c = log k
k = antilog c
k = antilog -2,0128
k = 9,7096.10-3
Jadi persamaan laju reaksinya V = 9,7096.10-3 [H2C2O4]1
2) Orde reaksi KMnO4
V = K [A]m[B]n
V = K [KMnO4]m
1/t = K [KMnO4]m
Log 1/t = log K + m [KMnO4]
Mol KMnO4 (1) = [KMnO4] x volume KMnO4
= 0,1 M x 2 mL
= 0,2 mmol
[KMnO4] = mol KMnO4 : volume total
[KMnO4]1 = 0,2 mmol
24 mL=0,0083 M
Mol KMnO4 (2) = [KMnO4] x volume KMnO4
= 0,1 M x 2 mL
= 0,2 mmol
[KMnO4]2 = 0,2 mmol
24 mL=0,0083 M
Mol KMnO4 (3) = [KMnO4] x volume KMnO4
= 0,1 M x 4 mL
= 0,4 mmol
[KMnO4] = mol KMnO4: volume total
[KMnO4]1 = 0,4 mmol
24 mL=0,0167 M
m = nƩxy−ƩxƩy
n Ʃx2−(Ʃx)2
m = 3 (13,2715 )−(−5,9391 )(−6,7080)
3 (11,8192 )−(−5,9391)2
m = 39,8145−39,839435,4576−35,2729
m = −0,02490,1847
m = -0,1348
orde reaksi KMnO4 = 0
y = mx + c
y = -0,1348 x + c
-2,3263 = -0,1348 (-2,0809) + c
c = -2,3263 – 2,2157
c = -4,5419 ; maka persaman menjadi y = -0,1348 x – 4,5419
c = log k
k = antilog c
k = antilog -4,5419
[KMnO4] t (sekon) log [KMnO4] (x) log 1/t (y) x.y x2
0.0083 212 -2.0809 -2.3263 4.84094.3302
4
0.0083 131.333 -2.0809 -2.1184 4.40824.3302
4
0.0167 183.333 -1.7773 -2.2632 4.02243.1587
4
Ʃ -5.9391 -6.708013.271
511.819
2
k = 2,8714.10-5
Jadi persamaan laju reaksinya V = 2,8714.10-5 [KMnO4]0
Sehingga persamaan laju dan orde totalnya V= k [H2C2O4]1[KMnO4]0
Atau dapat ditulis V= k [H2C2O4]1
Grafik Laju Reaksi
1. Grafik Log [HCl] vs Log 1/t
-0.3000 -0.2000 -0.1000 0.0000 0.1000 0.2000 0.3000
-3.0000
-2.5000
-2.0000
-1.5000
-1.0000
-0.5000
0.0000
f(x) = 1.45565325349201 x − 2.1017773807134R² = 0.968107608660835
Log 1/t
Series2Linear (Series2)
Log [HCl]
2. Grafik Log [H2C2O4] vs Log 1/t
-0.6000 -0.5000 -0.4000 -0.3000 -0.2000
-2.3500
-2.3000
-2.2500
-2.2000
-2.1500
-2.1000
-2.0500
-2.0000
f(x) = 0.586178766496591 x − 1.98114570439566R² = 0.912462434754842
log 1/t (y)
log 1/t (y)Linear (log 1/t (y))
log [H2C2O4]
Axis Title
3. Grafik Log [KMnO4] vs Log 1/t
-2.1000 -2.0000 -1.9000 -1.8000 -1.7000
-2.3500
-2.3000
-2.2500
-2.2000
-2.1500
-2.1000
-2.0500
-2.0000
f(x) = − 0.134653587183382 x − 2.50255895841386R² = 0.0490116480236446
log 1/t (y)
log 1/t (y)Linear (log 1/t (y))
Log [KMnO4]
Axis Title
4. Grafik Log [H2C2O4]2 vs Log 1/t
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
-2.3500
-2.3000
-2.2500
-2.2000
-2.1500
-2.1000
-2.0500
-2.0000
f(x) = − 0.761771058315335 x − 2.07665494600432R² = 0.912390756429488
Log 1/t
yLinear (y)
Log [H2C2O4]2
Axis Title
5. Grafik Log [KMnO4]2 vs Log 1/t
3 3.2 3.4 3.6 3.8 4 4.2 4.4
-2.35
-2.3
-2.25
-2.2
-2.15
-2.1
-2.05
-2
-2.3263
-2.1184
-2.2632f(x) = 0.0348698250106701 x − 2.3733447110542R² = 0.048956918082248
y
yLinear (y)
Log [KMnO4]2
Axis Title
ANALISA GRAFIK
Dari grafik dapat dilihat bahwa :
1) Grafik hubungan log [HCl] dan log 1/t dapat dilihat bahwa konsentrasi berpengaruh
terhadap waktu. Semakin besar konsentrasi HCl, waktu yang dibutuhkan untuk logam
Mg bereaksi semakin kecil. Grafik mendekati literatur karena R mendekati 2.
2) Grafik antara log [H2C2O4] dengan log 1/t
menyatakan hubungan tingkat reaksi H2C2O4. H2C2O4 dari grafik mempunyai orde
reaksi 0,5862 yang mendekati orde reaksi 1.
3) Grafik ke 3 hubungan log [KMnO4] dengan log 1/t.
Konsentrasi berpengaruh terhadap waktu. Semakin besar konsentrasi larutan, waktu
yang dibutuhkan untuk larutan berubah warna menjadi agak coklat semakin kecil.
Dari grafik didapatkan orde reaksi -0,1347, jadi dapat dikatakan orde reaksi KMnO4 =
0.
4) Grafik ke 4 hubungan log [H2C2O4]2 dengan log 1/t
Grafik menunjukkan bahwa jika konsentrasi asam oksalat dikuadratkan maka orde
reaksi menjadi turun dan nilainya berubah menjadi kecil yaitu -0,7618. Hal ini dapat
dikatakan orde reaksinya menjadi nol.
5) Grafik 5 hubungan log [KmnO4]2 dengan log 1/t
Berdasarkan grafik didapatkan orde reaksi KmnO4 sama dengan nol. Akan tetapi nilai
ordenya menjadi naik sebelum dikuadratkan ordenya bernilai minus setelah
dikuadratkan ordenya bernilai positif.
3. Pembahasan
Telah dilakukan percobaan berjudul “Kinetika Kimia”. Tujuan dari percobaan
ini adalah mampu menjelaskan tanda-tanda reaksi kimia serta mampu menentukan
laju dan orde reaksi. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode
pencampuran, pengenceran, dan titrasi. Prinsip percobaan ini adalah mekanisme
reaksi suatu kimia.
Reaksi kimia adalah suatu proses, dimana zat-zat baru, yaitu hasil reaksi
terbentuk dari berbagai zat aslinya yang disebut pereaksi. Reaksi kimia biasanya
disertai oleh kejadian-kejadian fisik seperti perubahan warna, timbulnua gas, dan
sebagainya (Petrucci, 1992).
Mg(s) + 2HCl(aq) MgCl2(aq) + H2(g)
A + B C
Menurut Keenan, orde suatu reaksi adalah jumlah semua eksponen dari
konsentrasi dalam persamaan laju. Jika laju reaksi berbanding lurus dengan pangkat
satu konsentrasi hanya satu pereaksi.
Laju = k [HCl]
Maka reaksi ini dikatakan sebagai reaksi orde pertama. Penentuan orde reaksi
dengan metode diferensial, metode integral (penentuan orde reaksi pertama dan
penentuan orde reaksi kedua).
(Keenan, 1991)
Laju / kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi dengan produk
dalam satu satuan waktu. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya
konsentrasi pereaksi atau laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Konsentrasi
biasanya dinyatakan dalam mol/ L, tetapi untuk fase gas, digunakan satuan
atmosfer,millimeter merkurium / pascal.
|Laju= perubahan konsentrasi suatu pereaksi / produklama berlangsung pereaksi |
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sifat dasar reaksi,
temperature, katalis, dan konsentrasi.
(Keenan,1991)
a. Kinetika Reaksi Logam Mg dengan HCl
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan persamaan laju antara magnesium
dengan asam klorida. Pada percobaan ini, digunakan konsentrasi HCl 2 M. Metode
yang digunakan dalam percobaan ini adalah pengenceran, Tujuannya adalah agar
didapat konsentrasi HCl yang lebih encer. Tujuan digunakannya konsentrasi yang
bervariasi adalah untuk membandingkan laju reaksi Mg pada masing-masing larutan
HCl yang berbeda konsentrasi tersebut terhadap waktu.
Reaksi ketika Mg dimasukkan dalam HCl dengan berbagai konsentrasi
(Vogel, 1989)
Berdasarkan gejala yang ditimbulkan, reaksi di atas merupakan reaksi
pembentukan gas, dimana pada saat reaksi berlangsung melepaskan gelembung-
gelembung gas hidrogen (H2) sedangkan berdasarkan perubahan bilangan oksidasi
reaksi di atas merupakan reaksi redoks. Adanya pembentukkan gas terlarut pada suatu
reaksi akan menyebabkan semakin meningkatnya laju reaksi suatu senyawa. Sebagai
contoh korosi pada besi yang melibatkan oksigen bebas (M. Fajar, 2013: 28). HCl
merupakan oksidator yang mampu mengoksidasi logam Mg menjadi Mg2+, sedangkan
Mg merupakan logam yang cukup reaktif untuk bereaksi dengan senyawa lainnya,
karena mudah dioksidasi.
Hasil percobaan dapat diketahui bahwa semakin besar konsentrasi HCl maka
reaksinya semakin cepat. Hal ini disebabkan karena semakin besar konsentrasi,
semakin banyak jumlah partikel zat dalam larutan, sehingga semakin banyak
tumbukan yang terjadi. Semakin banyak tumbukan maka semakin cepat mencapai Ea
reaksi.
Persamaan laju hanya ditentukan oleh konsentrasi HCl, karena Mg berbentuk
padatan dan ukuran Mg yang dipakai sama yaitu 0,5 cm sehingga tidak
mempengaruhi konsentrasi larutan dan akhirnya dari persamaan laju di atas, logam
Mg tidak berpengaruh dalam persamaan laju reaksi.
Orde reaksi dari persamaan laju reaksi yang ideal adalah 2, dalam percobaan
baik dari grafik maupun perhitungan diperoleh orde kurang dari 2, yaitu 1,4548 dan
didapatkan konstanta laju reaksi HCl dari percobaan sebesar 7,5041.10 -3. Sehingga
persamaan lajunya dapat dituliskan V = 7,5041.10-3 [HCl]1. Perbedaan hasil
dikarenakan beberapa faktor, yaitu:
1) Temperatur
Temperatur dari percobaan pertama dengan percobaan lainnya
kemungkinan tidak sama, sehingga laju yang diperoleh juga berbeda. Apabila
suhunya semakin besar, maka molekul-molekul dapat bergerak semakin cepat dan
tumbukan lebih sering terjadi. hal ini terjadi karena kecepatan molekul akan
semakin meningkat saat suhu dinaikkan, sehingga energi kinetik akan semakin
besar. Tumbukan yang terjadi pun akan semakin banyak terjadi sehingga laju
reaksinya juga semakin cepat.
2) Konsentrasi
Dalam percobaan ini, apabila konsentrasi HCl yang digunakan semakin
kecil maka semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya reaksi.
Begitupun sebaliknya, semakin besar konsentrasi HCl, maka semakin sedikit
waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya reaksi. Apabila konsentrasi tinggi, maka
molekul-molekul dalam zat-zat pereaksi dapat semakin sering terjadi tumbukan,
sehingga laju reaksinya juga cepat.
3) Luas permukaan logam Mg
Makin besar luas permukaan logam Mg, waktu yang dibutuhkan untuk
bereaksi semakin cepat. Sebagai contoh luas permukaan serbuk lebih besar
daripada padatan, sehingga tumbukan antar partikel akan banyak terjadi. Hal ini
mengakibatkan laju reaksi semakin cepat.
4) Faktor Eksternal
Dalam percobaan ini, cepat lambatnya laju reaksi juga dipengaruhi oleh faktor
penggoyangan larutan HCl, penggoyangan ini dapat mempercepat terjadinya
reaksi.
Hasil percobaan diperoleh grafik yang dihasilkan dari reaksi antara Mg dengan
HCl berupa garis linier. Selain itu, grafik log [HCl] versus log 1/t dihasilkan suatu
persamaan garis linier y = 1,4548 x – 2,1247. Dari persamaan tersebut didapatkan
orde reaksi HCl sebesar 1 dan tetapan laju reaksi sebesar. Jadi hukum atau persamaan
laju reaksi untuk reaksi ini adalah : V= k [HCl]1
b. Kinetika Reaksi ion Permanganat dengan Asam OksalatTujuan percobaan ini adalah untuk menentukan tingkat reaksi antara asam
oksalat dengan KMnO4. Metode yang digunakan adalah titrasi asam basa.
Reaksinya :
3 H2C2O4 (l) + 2K+ + 2 MnO4-(l) 6 CO2 (g)+ 2K+ + 2 OH-
(l) + 2 H2 (g) + 2 MnO2(p)
Reaksi di atas merupakan reaksi redoks, di mana ion MnO4- tereduksi menjadi
MnO2. Sedangkan Oksalat tereduksi membentuk gas CO2. Ion Permanganat (MnO4-)
+3 +4
+7 +4reduksi
oksidasi
berwarna ungu, umumnya tersedia dalam garam potassium (KMnO4) yang berwarna
ungu kehitaman. Apabila ion permanganat (MnO4-) tereduksi dalam keadaan netral
atau larutan bersifat basa, produknya akan berupa mangan oksida (MnO2). Jika pada
keadaan asam permanganat akan tereduksi menjadi mangan (II) yang tidak berwarna.
Sebelum asam oksalat direaksikan dengan KMnO4, terlebih dahulu di
tambahan dengan akuades, sampai larutan homogen. Penggoyangan pada saat
penambahan akuades ini diperlukan untuk mempercepat terbentuknya larutan
homogen. Penambahan akuades bertujuan untuk mengencerkan asam oksalat agar
didapatkan konsentrasi yang berbeda-beda.
Penambahan KMnO4 pada asam oksalat, menjadikan warna larutan menjadi
ungu. Hal ini dikarenakan ion permanganat (MnO4-) berwarna ungu. Pada saat reaksi
berlangsung terjadi perubahan warna dari ungu menjadi kuning kecoklatan, dan
warna tersebut semakin lama semakin memudar. Hal ini dikarenakan ion
permanganat (MnO4-) tereduksi menjadi MnO2 yang menghasilkan perubahan warna
menjadi coklat.
Pada saat penambahan KMnO4 sebaiknya tidak dilakukan penggoyangan. Hal
ini dikarenakan, penggoyangan dapat mempercepat reaksi dengan cara mempercepaat
tumbukan molekul-molekul zat yang bereaksi sehingga akhirnya dapat
mempengaruhi laju reaksinya. Reaksi ini diharapkan dapat berlangsung normal tanpa
pengaruh dari faktor eksternal seperti penggoyangan.
Dari hasil percobaan didapatkan grafik dari hasil reaksi antara asam oksalat
dengan KMnO4 berupa grafik linier. Persamaan liniernya adalah y = 0,5858 x –
2,0128 untuk asam oksalat dan y = -0,1348 x – 4,5419 untuk KMnO4. Reaksi tercepat
pada Elenmeyer 2, karena konsentrasi H2C2O4 lebih besar yang merupakan reduktor
dari reaksi tersebut. Semakin cepat pula mengalami oksidasi. Menurut Mega
Kasmiyatun (2010: 1) dalam penelitiannya Pengaruh Konsentrasi Solut Terhadap
Koefisien Distribusi menyatakan bahwa semakin besar konsentrasi solute dalam
diluen maka semakin besar koefisien distribusi dan presentase pemisahan. Hal ini
sesuai dengan percobaan, konstanta laju reaksi asam oksalat lebih besar (9,7096.10 -3)
dibandingkan dengan konstanta kalium permanganate (2,8714.10-5) sebab konsentrasi
oksalat juga lebih besar yaitu 0,2917 M sedangkan kalium permanganate hanya
0,0167 M. Dari data percobaan baik hasil perhitungan maupun grafik didapatkan orde
reaksi asam oksalat sebesar 1 dan KMnO4 sama dengan nol. Jadi dapat dituliskan
persamaan laju total V = k [H2C2O4]1[KMnO4]0 sehingga V = k [H2C2O4]1, dari
perhitungan didapatkan nilai k asam oksalat 9,7096.10-3, persamaan laju total antara
ion permanganate dan asam oksalat V= 9,7096.10-3[H2C2O4]1.
F. KESIMPULAN
1. Reaksi antara HCl dan Mg merupakan reaksi pembentukan gas dengan menghasilkan
gas H2.
2. Reaksi antara H2C2O4 + KMnO4 merupakan reaksi redoks dimana H2C2O4 teroksidasi
menjadi gas CO2, dan KMnO4tereduksi menjadi MnO2 yang ditandai perubahan
warna ungu menjadi kuning kecoklatan.
3. Orde reaksi HCl adalah 1 dan persamaan lajunya V = 7,5041.10-3 [HCl]1
4. Tingkat reaksi H2C2O4 dengan KMnO4 sebesar 1 dan 0, sehingga persamaan laju
totalnya V = 9,7096.10-3[H2C2O4]1.
G. DAFTAR PUSTAKA
Atkins,P.W ,1993, “ Kimia Fisik II”, edisi keempat, Erlangga, Jakarta.
Brady, J.,1994, “ Kimia Universitas Asas dan Struktur” ,Jilid I, edisi kelima, Erlangga , Jakarta.
Bird,T., 1987, “Kimia untuk Universitas”, Gramedia , Jakarta.
Change,R., 1987, “ Chemistry 3rd edition”, Random House , USA.
Keenan,C., 1992, “ Ilmu Kimia untuk Universitas”, edisi keenam, The University of Tennese Knoxvill, Erlangga , Jakarta.
Khopkar,S.M., 1990, “Konsep Dasar Kimia Analitik”, UI Press, Jakarta.
Mega, Kasmiyatun. 2010. Ekstraksi Asam Sitrat dan Asam Oksalat: Pengaruh Konsentrasi Solut Terhadap Koefisien Distribusi. Seminar Rekayasa Kimia dan Proses, 1-7. ISSN: 1411-4216. Teknik Kimia Untag: Semarang.
Miller, 1987, “Chemistry A Basic Introduction 4th edition”,Wadsorth Publishing Company , California.
M. Fajar, Sidiq. 2013. Analisa Korosi dan Pengendaliannya. Jurnal Foundry, 3(1), 25-30 ISSN: 2087-2259. Akademi Perikanan Baruna Slawi.
Oxtoby,D.W., 1999, “ Prinsip – prinsip Kimia Modern”, edisi keempat,jilid 1, Erlangga , Jakarta.
Rivai,H.,1995, “ Asas Pemeriksaan Kimia”, UI Press , Jakarta.
Basri, S., 1996, “ Kamus Kimia”, Rinaka Cipta , Jakarta.
Sastrohamijoyo,H., 2001, “ Spektroskopi”, Liberty , Yogyakarta.
Tri Handini, dkk. 2011. Menentukan Konstanta Kecepatan Reaksi Pada Ekstraksi Zirkonium-Hafnium Dengan Metode Membran Emulsi. Prosiding Seminar Penelitian dan Pengelolaan Perangkat Nuklir, ISSN 1410-8178. Batan: Yogyakarta.
Underwood, 1990, “ Analisa Kimia Kualitatif”, Erlangga , Jakarta.
Vogel A.I., 1985, “Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro”, Edisi Kelima, PT.Kalman Media Pustaka, Jakarta.
H. PengesahanSemarang, 18 Desember 2013
Mengetahui,
Asisten Praktikan
Desi Nur Anisa
NIM. 5002013012
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
KINETIKA KIMIA
Disusun Oleh:
Desi Nur Anisa
5002013012
PPG KIMIA ANALISIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2013