praktikum 1
TRANSCRIPT
I. Pendahuluan
Bila sebuah saraf dirangsang dengan kekuatan yang cukup(optimal) dan
tercapai ambang letup, akan terbentuk potensial aksi yang akan dihantarkan
sepanjang akson berupa impuls saraf. Penghantar ini bergantung pada perubahan
distribusi ion, dengan kata lain penghantar pesan sepanjang saraf merupakan
proses elektrokimia. Bila saraf tidak berdepolarisasi, dikatakan bahwa saraf berada
dalam keadaan istirahat, yang keseimbangan potensialnya dipertahankan berkat
adanya kerja dari pompa natrium – kalium.
Sesuai dengan hukum all or none maka potensial aksi(impuls) tidak akan
terbentuk bila rangsangan tidak dapat menyebabkan depolarisasi yang mencapai
ambang batas (threshold). Penghantar impuls dari sebuah saraf menuju saraf lain
atau otot melintasi sinaps, sepenuhnya bergantung pada pembebasan
neurotransmitter. Neurotransmitter dibebaskan oleh saraf presinaps pada kancing
sinaps, kemudian molekul neurotransmitter tersebut berdifusi melintasi celah
sinaps dan bergabung dengan reseptor pada neuro post sinaps atau otot.
Otot rangka terdiri dari ratusan serat otot yang tersusun dalam fasikulus.
Pembebasan asetilkolin dari serat saraf motorik, member pesan pada otot untuk
menjawab berupa kontraksi atau kerutan otot. Urutan kejadian kontraksi dan
relaksasi otot rangka : Otot rangka dapat dijelaskan lebih dalam misalnya dengan
mempelajari otot gastroknemus pada katak. Otot gastroknemus katak banyak digunakan dalam
percobaan fisiologi hewan. Otot ini lebar dan terletak di atas fibiofibula, serta disisipi oleh
tendon tumit yang tampak jelas (tendon achillus) pada permukaan kaki. Mekanisme kerja otot
pada dasarnya melibatkan suatu perubahan dalam keadaan yang relatif dari filamen- filamen
aktin dan miosin. Selama kontraksi otot, filamen-filamen tipis aktin terikat pada dua garis yang
bergerak ke pita A, meskipun filamen tersebut tidak bertambah banyak. Namun, gerakan
pergeseran itu mengakibatkan perubahan dalam penampilan sarkomer, yaitu penghapusan
sebagian atau seluruhnya garis H. selain itu filamen miosin letaknya menjadi sangat dekat
dengan garis-garis Z dan pita-pita A serta lebar sarkomer menjadi berkurang sehingga kontraksi
terjadi. Kontraksi berlangsung pada interaksi antara aktin miosin untuk membentuk komplek
aktin-miosin (Hickman, 1996).
Serabut otot secara individu merupakan satuan struktural otot kerangka sehingga bukan
merupakan satuan fungsional. Semua neuron motor yang menuju otot kerangka mempunyai
akson-akson yang bercabang, masing-masing berakhir dalam sambungan neuromuskular dengan
satu serabut otot. Impuls syaraf yang melalui neuron dengan demikian akan memicu kontraksi
dalam semua serabut otot yang dapat dikendalikan dengan amat tepat, ukuran satuan motornya
kecil (Kimball, 1988).
Respon suatu serabut tunggal itu menyeluruh atau tidak sama sekali, tetapi seluruh otot
tidak berperilaku dalam cara ini sehingga memungkinkan untuk mengkontraksikan suatu otot
pada tingkat apapun yang diinginkan dari relaks sampai kontraksi yang maksimal. Hal ini dapat
dilihat pada percobaan praktikum yaitu merangsang otot gastroknemus dari seekor katak dengan
stimulator listrik dan mengukur banyaknya kontraksi seluruh otot. Kekuatan kontraksi seluruh
otot meningkat dengan meningkatnya jumlah serabut individu yang berkontraksi. Jadi pada
hewan yang utuh, kekuatan respon muskular itu dikendalikan oleh jumlah satuan motor yang
diaktifkan oleh sistem saraf pusat (Kimball, 1988).
Menurut Guyton (1995), sebuah otot akan berkontraksi sangat cepat bila kontraksi
penuh kira-kira 0,1 detik untuk rata-rata bobot. Keadaan ini menyebabkan amplitudo menjadi
maksimal, dimana dipengaruhi juga oleh voltase yang digunakan, tetapi bila diberi beban
kecepatan kontraksi menurun secara progesif dan amplitudo juga menurun. Apabila beban
meningkat sampai dengan kekuatan maksimum yang digunakan otot tersebut, maka kecepatan
kotraksinya menjadi nol dan tidak terjadi kontraksi sama sekali, walaupun dilakukan pengaktifan
pada serabut otot.
Percobaan yang dilakukan menggunakan otot gastroknemus karena otot tersebut peka
terhadap rangsangan listrik. Cairan dan ion-ion yang ada pada otot gastroknemus selalu dijaga,
pada praktikum ini digunakan larutan ringer. Larutan ringer juga digunakan sebagai penghantar
aliran listrik. Alat yang digunakan pada praktikum pengukuran kontraksi otot gastroknemus
universal kimograf beserta asesorinya fungsi alat ini adalah untuk mengetahui pengaruh
rangsangan listrik terhadap kontraksi otot gastroknemus.
Mekanisme kontraksi otot dapat dijelaskan dengan model pergeseran filamen (filamen-
filamen tebal dan tipis yang saling bergeser saat proses kontraksi), model pergeseran filamen
(filamen sliding). Model ini menyatakan bahwa gaya berkontraksi otot dihasilkan oleh suatu
proses yang membuat beberapa set filamen tebal dan tipis dapat bergeser antar sesamanya.
Menuruut Guyton (1995), menyatakan pada saat kontraksi filamen aktin tidak tertarik ke dalam
filamen miosin sehingga overlap satu sama lainnya secara luas. Discus Z ditarik oleh filamen
aktin sampai ke ujung filamen miosin. Jadi kontraksi otot terjadi karena mekanisme pergeseran
filamen yang disebabkan oleh kekuatan mekanisme kimia atau elektrostatik yang ditimbulkan
oleh interaksi jembatan penyebrangan dari filamen miosin dan filamen aktin.
Menurut Prosser (1961), mekanisme kontraksi otot menurun yaitu ketika otot berkontraksi
menggunakan O2 dan melepaskan CO2 sedangkan glikogen dikurangi, asam laktat berkumpul
dan panas diproduksi. Aktin dan miosin bergabung dalam bentuk globular yang merupakan
kopula dari molekul miosin.
Molekul miosin terdiri atas bagian pengikatan aktin dan ATPase, tidak adanya aktin
menyebabkan tidak reaktifnya ATPase ketika miosin berikatan dengan aktin akan membentuk
aktomiosin ATP. Sel otot juga terdiri atas retikulum sarkoplasmik hampir sama dengan
retikulum yang sangat penting dalam kontraksi. Retikulum endoplasma akan mengikat ion Ca
dan berhenti ketika asam laktat terakumulasi
Urutan kejadian dalam stimulasi, kontraksi dan relaksasi pada otot menurut Prosser (1961), meliputi
1. Stimulasi
• Depolarisasi sarkolema • Depolarisasi T sistem • Depolarisasi Ion Kalsium dari SR • Difusi ion kalsium dari filamen tipis
2. Kontraksi
• Ion kalsium (Ca2+) terikat ke troponin • Komplek troponin Ca2+ remove blocking tropomiosin dari tempat aktin • Head dari filamen tebal membentik cross bridges ke benang aktin • Hidrolisis ATP memicu perubahan konformasi pada head menyebabkan cross bridges bergeser
3. Relaksasi • Ca2+ ditarik dari filamen tipis oleh SR • Ca2+ berdifusi dari filamen tipis ke SR • Ca2+ dilepas dari komplek troponin Ca2+
• Tropomiosin kembali ke posisi blocking
• Cross bridges miosin-aktin terputus
• Komplek miosin-ATP dibentuk kembali dalam heads dan filamen tebal.
. Keratin fosfat merupakan senyawa energy yang tersedia didalam sel otot.
Di samping itu masih ada senyawa energy lainnya. Pada kontraksi isotonic, otot
memendek dan menebal sedang tonus otot relative tetap. Pada kontraksi isometric
panjang otot tidak berubah, akan tetapi tonus (tegangan) otot meningkat.
Aliran listrik dari saraf berpindah ke otot melalui peralihan saraf otot
(neuromuscular junction), dengan bantuan neurotransmitter yang dilepaskan ujung
saraf. Pada otot, dengan segera terjadi perubahan listrik pada daerah peralihan,
yang menghasilkan perubahan listrik local. Bila perubahan local ini tidak mencapai
ambang kontraksi, tidak terjadi kontraksi (rangsang dibawah minimal). Bila
rangsangan digandakan, dan penggandaannya mencapai ambang rangsang, akan
terjadi kontraksi (proses pada sebuah otot tunggal). Untuk otot tunggal ini berlaku
hukum all or none. Pada serabut otot, dengan banyak serabut dan masing – masing
mempunyai ambang batas sendiri – sendiri, pada kekuatan rangsangan tertentu,
tidak semua serabut otot berkontraksi, dan masih ada otot yang tidak ikut
berkontraksi (kekuatan rangsang submaksimal pada berkas otot). Pada kumpulan
berbagai otot (berkas), tidak berlaku hukum all or none. Baru setelah kekuatan
rangsang mampu melewati ambang batas seluruh otot (kekuatan rangsang
maksimal), seluruh serabut otot akan berkontraksi, dan bila kekuatannya
ditingkatkan (supramaksimal), hasil kontraksi tidak bertambah lagi.
Berbagai macam rangsangan dapat mengubah permeabilitas membrane
akson suatu saraf untuk ion natrium, sehingga banyak ion natrium masuk kedalam
sel saraf, akibatnya potensial membrane akan alami depolarisasi. Rangsangan
tersebut antara lain rangsangan mekanis, rangsangan faradis, rangsangan galvanis,
rangsangan osmotic, rangsangan kimiawi, dan rangsangan suhu panas. Setiap
rangsangan yang menurunkan potensial membrane serta mencapai nilai ambang
letup, akan menimbulkan potensial aksi yang merambat sepanjang akson saraf,
yaitu – impuls.
Pada ujung – ujung saraf motoris impuls saraf akan menyebabkan sekresi
asetikolin (ach). Ach akan bergabung dengan reseptor – reseptor pada serat otot
rangka (end-plate). Gabungan ach reseptor ini menimbulkan potensial aksi pada
serabut otot yang akan menjalar berupa impuls melalui tubulus-T sampai pada
system dari reticulum sarkoplasmik. Pada bagian ini impuls menyebabkan
keluarnya ion kalsium. Ion kalsium ini diperlukan untuk berlangsungnya kontraksi
otot, menggunakan energy ATP hasil hidrolisa enzim ATP-ase. Setelah kontraksi
selesai, ion kalisum akan dipompa secara aktif juga di ATP.
Rangsangan galvanis diberikan dengan pinset galvanis yang terdiri dari
tembaga (Cu) dan seng (Zn). Menurut deret volta, antara kedua unsure ini terdapat
perbedaan potensial, sehingga bila dihubungkan melalui suatu larutan elektrolit
akan terjadi arus listrik. Tembaga merupakan kutub positif dan seng merupakan
kutub negative. Rangsangan faradis diberikan dengan suatu induktorium atau
stimulator listrik.
Suatu sediaan rhediskopis adalah suatu sediaan biologis yang dapat
memberikan reaksi – reaksi yang dapat digunakan untuk mempertahankan adanya
arus listrik dalam jaringan hidup tanpa menggunakan alat elektrolit.
II. Tujuan
1. Mempelajari mematikan seekor katak secara legeartis
2. Mempelajari membuat suatu sediaan saraf otot secara legeartis
3. Mempelajari pengaruh berbagai macam rangsangan pada sediaan saraf otot
3. Mempelajari kegiatan listrik pada suatu sediaan rheoskopis
III. Alat dan bahan yang diperlukan
1. Alat diseksi / anatomi set
2. Gelas arloji
3. Pinset galvanis
4. Pengaduk gelas
5. Induktorium Rhumkorff (stimulator), elektroda perangsang dan transformator
6. Papan fiksasi katak, sonde, jarum pentul, benang, dan kapas
7. Larutan Ringer, garam dapur, gliserin, benang dan kapas
8. Hewan percobaan : 3 ekor katak/kelompok
IV. Cara kerja
A. Mematikan seekor katak
1. Genggamlah seekor katak dengan punggung kertas keatas dengan tangan kiri.
Ibu jari kita tekan pada punggung bagian bawah dan kepala katak dijepit antara
telunjuk dan ibu jari tengah dan ditekukan ke depan.
2. Tusukanlah sebuah alat penusuk dengan ujung tajam(sonde) di garis median
antara tulang belakang kepala dan tulang atas secara tegak lurus. Tusukan tersebut
menembus kulit dan jaringan lain sampai masuk kedalam foramen accipitale
magnum, sehingga masuk kedalam rongga kepala. Rusakan jaringan otak dengan
memutar dan menggerakan sonde itu ke kiri dan kekanan.
3. Kemudian sonde ditarik kembali dan melalui lubang yang sama, sonde sekarang
ditusukan serong kebelakang masuk kanalis vertebralis sedalam mungkin, untuk
merusak medulla oblongata dan medulla spinalis. Rusaknya system saraf pusat
(otak, medulla spinalis, medulla oblongata) dapat diketahui dari :
a. Seluruh tubuh katak dengan tungkai – tungkainya menjadi lemas (tonus
otot – otot hilang)
b. Refleks – reflex hilang (reflex kornea dan reflex fleksor tungkai)
Setelah system saraf pusat benar – benar rusak, dapat dimulai dengan membuat
sediaan otot.
B. Membuat sediaan saraf otot ( neuron ischladicus – musculus gartronemius)
1. Katak diletakan terkelungkap di atas papan fiksasi, kakinya dengan jarum pentul.
2. Guntinglah dengan gunting yang kuat os. Cogxygeus dan os. Sacrum setinggi
mungkin, serta jaringan yang menutupinya.
3. terlihat n. ischiadicus yang keluar dari pleksus lumbosacralis, sebagai serat putih
yang mengkilat. Ikatlah n. ischiadicus dengan dua utas benang setinggi mungkin
dekat tulang belakang, dua kali dengan kuat. Guntinglah n. ischiadicus diatas ikatan
(proximal) benang tadi. Gunakan benang ini sebagai pemegang saraf waktu akan
membebaskan n. ischiadicus dari jaringan sekitar. Benang tidak boleh ditarik kuat,
karena akan merusak n. ischiadicus.
4. Lepaskan sekarang seluruh kulit tungkai yang bersangkutan dengan gunting
dengan bantuan pinset, yaitu mulai dari pangkal paha bagian dalam melingkar
keluar kemudian ditarik kea rah distal.
5. Bebaskan sekarang n. ischiadicus mulai bagian cranial(atas) sampai m.
gastrocnemius secara tumpul dengan pinset dengan menyingkirkan otot- otot
berikut : m. biceps, m. piriformis, m. semimembranosus.
Perhatian : n. ischiadicus sama sekali tidak boleh ditarik kuat, tergunting
atau terjepit. Bila hal ini terjadi, saraf tersebut pasti terluka dan
percobaan yang akan saudara lakukan akan gagal. Letakkan untuk
sementara waktu saraf tersebut diatas m.gastrocnemius supaya tidak
menjadi kering.
6. Bebaskan sekarang m.garstrocnemius secara tumpul dengan hati –hati jangan
sampai otot itu rusak dan potonglah tendo Achilles sejauh-jauhnya dari
m.gastrocnemius supaya masih terdapat bagian tendo yang cukup panjang.
Guntinglah os.tibia dan otot – otot tungkai bawah lain , tepat dibawah lutut dan
buang.
7. Guntinglah otot – otot tungkai atas dari os . femur dan buang. Guntinglah
os.femur ±1/2 bagian dari sendi lutut. Sisa os.femur pada m.gastrocnemius akan
dipakai sebagai tangkai sediaan saraf otot yang akan dijepit pada alat penjepit
tulang.
8. Sediaan saraf otot n.ischiadicus – m.gastrocnemius telah diperoleh.
9. Usahakan supaya sediaan saraf otot itu selalu dibasahi (ditetesi menggunakan
pipet) dengan larutan ringer atau garam faali lain, sehingga tidak menjadi kering
dibagian luar. Jika dibiarkan kering untuk beberapa menit n.ischiadicus akan rusak
dan mati.
10. Sebelum dipakai dalam suatu percobaan simpanlah sediaan otot saraf itu dalam
sebuah cawan / gelas arlogi(beker glass) yang berisi larutan ringer/bungkus sediaan
saraf itu dengan kertas saring yang sudah dibasahi dengan larutan ringer.
11. Untuk menghemat banyaknya katak yang dipakai sebaiknya dari satu katak
dibuat sediaan saraf otot dari kedua m.gastrocnemius-nya.
12. Selama suatu latihan berlangsung sediaan yang dipakai itu harus selalui
dibasahi dengan larutan ringer.
C. Pengaruh berbagai jenis rangsang
1. Letakkan sediaan saraf otot dalam cawan atau gelas arloji yang bersih. Jagalah
agar otot dan saraf tetap basah dengan larutan ringer.
2. Berikanlah berbagai jenis rangsang: serta perhatikan apa yang terjadi?
* Rangsang mekanis: tekanlah serat saraf sediaan saraf otot itu dekat ujung
bebasnya dengan sebuah benda tumpul atau pengaduk kaca.
* Rangsang Osmotik: sebutir garam dapur atau setetes gliserin ditempelkan pada
ujung saraf sediaan, dan ditambahkan setetes air pada butir garam tersebut.
Perhatikan apa yang terjadi. setelah selesai bersihkan saraf itu dengan larutan
ringer.
* Rangsang Panas: Ujung pengaduk gelas dipanaskan dalam air mendidih dan
kemudian ditempelkan pada saraf sediaan itu. Apa hasilnya?
* Rangsang Kimiawi: basahi saraf sediaan itu dekat ujung bebasnya dengan larutan
cuka glacial. Apa yang terlihat? Bersihkan lagi dengan larutan ringer.
* Rangsang Galvanis: Tekanlah sebuah pinset galvanis (Kaki satu dari seng, kaki
lainnya dari tembaga) pada saraf dekat ujungnya dan perhatikan apakah terjadi
kontraksi otot waktu menempelkan dan pada waktu menjauhkan pinset tersebut.
* Rangsang faradis: Kita gunakan arus induksi sebuah induktorium. Rangsanglah
saraf sediaan itu mula-mula dengan rangsangan tutup (make shock) dengan
kekuatan sedang. Kemudian dengan rangsang putus (break shock) pada kekuatan
rangsang yang sama.
D. Arus Aksi dan Arus Luka
1. Buat empat sediaan saraf otot (2 ekor katak) yang baru. Letakkan di atas gelas
arloji dan pelihara basanya. Saraf sediaan B diletakkan di atas otot A dan saraf
sediaan C di atas otot B.
2. Rangsang saraf A dengan rangsang mekanis, dan faradis, apa hasilnya?
3. Susunlah sekarang 4 sediaan saraf otot itu dalam bentuk lingkaran (saraf yang
satu di atas otot yang lain) dan ulangi percobaan no. 2, apa hasilnya?
4. Arus luka (Injury current). Buatlah luka irisan pada sebuah otot dan letakkan
dengan cepat saraf sediaan saraf otot sedemikian rupa, sehingga ada bagian saraf
yang menyentuh permukaan otot yang utuh dan permukaan luka. Apa yang
terlihat?
V. Pertanyaan
1. Terangkan dengan jelas mekanisme larutan garam fisiologis dalam
mempertahankan kelangsungan hidup sediaan otot saraf untuk beberapa waktu
lamanya.
2. Terangkan mekanisme terjadinya kontraksi otot pada masing-masing jenis
rangsang yang diberikan pada sediaan otot saraf.
3. terangkan mekanisme terjadinya kontraksi otot pada otot yang luka.