praktek pa jansen
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prinsip keja irgasi tetes adalah pemberian air ke tanah untuk pemenuhan kebutuhan air bagi
tanaman, dengan cara meneteskan air melalui emiter, yang mengarah langsung pada zona
perakaran. Irigasi tetes merupakan pengembangan dari irigasi yang sudah ada sebelumnya,
misalnya saja irigasi permukaan, irigasi pancar dll. Irigasi ini sangatlah efektif untuk efisiensi
penggunaan air, karena sasaran irigasi tetes ini langsung ke akar sehingga kecil kemungkinan air
mengalami penguapan.
Irigasi tetes pertamakali digunakan di kawasan gurun dimana air sangat langka dan berharga.
Pada pertanian skala besar, irigasi tetes cocok untuk sistem pertanian berjajar, untuk buah-
buahan, juga sistem irigasi di dalam greenhouse. Irigasi tetes juga menjadi sarana penting di
negara-negara maju di seluruh dunia dalam mensiasati pasokan air yang terbatas. Drip irrigation
dirancang khusus untuk pertanian bunga-bungaan, sayuran, tanaman keras, greenhouse,
bedengan, patio dan tumbuhan di dak. Selain oleh petani tradisional, sistem mikro irigasi ini
cocok untuk kebun perkotaan, sekolah, rumahan, operator greenhouse. Pada dasarnya siapapun
yang bercocok tanam yang butuh pengairan yang tepat dan efisien, bisa menggunakan sistem ini
Perancangan sistem irigasi tetes meliputi perancangan layout jaringan perpipaan beserta
pompa air dsb., perancangan kalender tanam dan pola tanam, perhitungan kebutuhan air irigasi
pada tingkat tanaman (modulus irigasi), perhitungan maximum interval irigasi, perhitungan
maximum lama penyiraman, perhitungan kebutuhan debit dan daya pompa untuk operasional
sistem tersebut. Perhitungan Reference Crop Evapotranspiration (ETo) menggunakan metoda
Blaney-Criddle. Untuk mengetahui jarak optimal penempatan pompa air untuk tujuan irigasi
sistem tetes pada sumur pompa yang satu dengan yang lainnya pada luasan lahan yang sama,
digunakan pendekatan persamaan aliran air ke dalam sumur dengan kondisi aliran air yang tetap
pada aquifer phreatic dan semi-tertekan.
.
Sistem irigasi tetes cepat dan mudah dirakit. Komponennya utama adalah pipa paralon
dengan dua ukuran yang berbeda. Yang berdiameter lebih besar digunakan sebagai pipa utama,
sementara yang lebih kecil digunakan sebagai pipa tetes. Pipa utama berfungsi sebagai pembagi
air ke setiap pipa tetes. Pipa tetes diberi lubang-lubang untuk meneteskan air ke setiap tanaman
dengan jarak sesuai jarak antar tanaman.
Untuk mengalirkan air dari sumbernya diperlukan pompa air, juga dilengkapi kran dan
saringan air ke pipa utama, tidak lupa pipa konektor untuk sambungan. Untuk instalasi sistem
perpipaan memang membutuhkan biaya. Tapi banyak alternatif yang layak dicoba selain
menggunakan pipa-pipa dan pompa. Contoh irigasi tetes yang paling sederhana adalah dengan
menggunakan bambu yang dilubangi antar ruasnya atau memanfaatkan botol plastik bekas
kemasan air mineral yang diletakkan terbalik.
Dibandingkan dengan sprinkler atau penyiram taman sistem semprot perlu jumlah air yang
banyak. Diperlukan sebanyak 400 galon air per jam, sementara tanah tidak diberi waktu untuk
menyerap air. Hasilnya air lolos di permukaan mengakibatkan erosi. Sementara dengan irigasi
tetes air bisa dihemat hingga 50%. Drip irrigation tidak membuang-buang air, tidak
menyebabkan erosi dan sedikit air yang menguap. Air memiliki waktu untuk menyerap ke dalam
dan secara kapiler ke seluruh area perakaran. Hasilnya irigasi tetes memiliki efisiensi hingga
95% dibanding sistem sprinkler yang hanya 50% - 65%. Dengan penambahan pengatur waktu
(timer) yang diprogram, sistem irigasi mikro ini secara otomatis akan menyiram tanaman dengan
jumlah air yang tepat setiap hari sementara anda bisa berleha-leha di rumah atau bisa tenang
bepergian.
Salah satu rahasia membuat tanaman subur dan sehat adalah dengan cara mengalirkan air
yang sering sampai ke dalam akar. Sistem irigasi tetes sangat bagus digunakan untuk tanaman
bunga, sayuran, pohon, semak dan tanaman rumah kaca, karena sytemnya yang terus menerus
mengalirkan air tetes demi tetes. dengan menggunakan sytem ini kita akan banyak sekali
menghemat waktu dan uang karena kita tidak perlu menyiram air berlebihan setiap waktu yang
hal ini akan sangat memboroskan pasokan air dan membuat tanaman rusak.
Sangat mudah untuk mengotomatisasi irigasi tetes dengan menambahkan baterai yang
dioperasikan timer dan menghemat waktu Anda yang berharga untuk tugas-tugas lain yang lebih
penting. Digital timer dapat diatur untuk mengaktifkan secara otomatis pada setiap saat, siang
dan untuk selama diperlukan.
Manfaat dengan melakukan irigasi tetes ini, adalah :
(1) menyediakan air selama musim kemarau;
(2) membantu penyimpanan air dan menghemat persediaan air selama seminggu;
(3) menyalurkan air ke tempat yang kami inginkan; dan yang terpenting
(4) mengusahakan tanah tempat media tumbuh tanaman selalu basah terairi tetesan air dan
cukup untuk mengairi tanaman buah atau tanaman lain di halaman belakang rumah kami
yang ada di dalam pot.
Sistem irigasi adalah suatu sistem pengairan tanaman atau suatu sistem yang diciptakan
untuk menyuplai atau memberikan air bagi kebutuhan tanaman yang dapat dilakukan dengan
lima cara diantaranya; (1) dengan penggenangan (flooding); (2) dengan menggunakan alur, besar
atau kecil; (3) dengan menggunakan air di bawah permukaan tanah melalui sub irigasi, sehingga
menyebabkan permukaan air tanah naik; (4) dengan penyiraman (sprinkling); atau dengan sistem
cucuran (trickle) (Hansen dkk, 1986).
Sistem irigasi merupakan suatu sistem pengairan tepat guna yang memiliki dua fungsi, yaitu
fungsi umum dan fungsi spesifik. Secara garis besar, fungsi umum dari suatu sistem irigasi
adalah untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, sedangkan fungsi spesifik dari sistem irigasi
diantaranya; mengambil air dari sumber (diverting), membawa/mengalirkan air dari sumber ke
lahan pertanian (conveying), mendistribusikan air kepada tanaman (distributing) dan mengatur
dan mengukur aliran air (regulating and measuring).
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui manfaat dan cara menggunakan irigasi tetes bagi tanaman
yang dapat bermanfaat untuk menjaga kelembaban tanah dan mampu mempertahankan pada
tingkat yang optimal bagi pertumbuhan tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Irigasi Tetes
Irigasi tetes adalah suatu sistem untuk memasok air (dan pupuk) tersaring ke dalam tanah
melalui suatu pemancar (emitter). Irigasi tetes menggunakan debit kecil dan konstan serta
tekanan rendah. Air akan menyebar di tanah baik ke samping maupun ke bawah karena adanya
gaya kapiler dan gravitasi. Bentuk sebarannya tergntung jenis tanah, kelembaban, permeabilitas
tanah, dan jenis tanaman (Keller dan Bliesner, 1990).
Sehingga irigasi tetes diklasifikasikan sebagai irigasi bertekanan rendah. Sistem irigasi
tetes didesain untuk dioperasikan secara harian (minimal 12 jam per hari) dan tingkat
kelembaban tanaman dapat diatur.
Irigasi tetes mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya:
a. Meningkatkan nilai guna air
Secara umum, air yang digunakan pada irigasi tetes lebih sedikit dibandingkan dengan metode
lain
b. Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil
Dengan irigasi tetes, kelembaban tanah dapat dipertahankan pada tingkat yang
optimal bagi pertumbuhan tanaman
c. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemberian
Pemberian pupuk dan bahan kimia pada metode ini dicampur dengan air irigasi, sehingga
pupuk atau bahan kimia yang digunakan menjadi lebih sedikit, frekuensi pemberian lebih tinggi
dan distribusinya hanya di sekitar daerah perakaran
d. Menekan resiko penumpukan garam
Pemberian air secara terus-menerus akan melarutkan dan menjauhkan garam dari daerah
perakaran
e. Menekan pertumbuhan gulma
Pemberian air pada irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar tanaman, sehingga
pertumbuhan gulma dapat ditekan
f. Menghemat tenaga kerja
Sistem irigasi tetes dapat dengan mudah dioperasikan secara otomatis, sehingga tenaga
kerja yang diperlukan lebih sedikit (James, 1982).
2.1.1 Komponen Irigasi Tetes
A. Jaringan pipa pada irigasi tetes
Pipa yang digunakan pada irigasi tetes terdiri dari pipa lateral, pipa sekunder dan pipa
utama komponen penting dari irigasi tetes. Tata letak dari irigasi tetes dapat sangat bervariasi
tergantung kepada berbagai faktor seperti luas tanah, bentuk dan keadaan topografi. Irigasi tetes
tersusun atas dua bagian penting yaitu pipa dan emiter. Air dialirkan dari pipa dengan banyak
percabangan yang biasanya terbuat dari plastik yang berdiameter 12 mm (1/2 inci) - 25 mm (1
inci) (Hansen dkk, 1986).
Pipa utama (main line, head unit) terdiri dari pompa, tangki injeksi, filter utama,
pengukur tekanan, pengukuran debit dan katup pengontrol. Pipa utama umumnya terbuat dari
pipa polyvinylchloride (PVC), galvanized steel atau besi cord yang berdiameter antara 7,5 – 25
cm. Pipa utama dapat dipasang di bawah permukaan tanah (Prastowo, 2003). Pipa pembagi (sub-
main, manifold) dilengkapi dengan filter kedua yang lebih halus (80-100 m), katup solenoid,
regulator tekanan, pengukur tekanan dan katup pembuang. Pipa sub-utama terbuat dari pipa PVC
atau pipa HDPE (high density polyethylene) dan diameter antara 50 - 75 mm. Penyambungan
pipa pembagi dengan pipa utama (Prastowo, 2003).
Pipa lateral umumnya terbuat dari pipa PVC fleksibel atau pipa politeline dengan
diameter 12 mm - 32 mm. Emiter dimasukkan ke dalam pipa lateral pada
jarak yang ditentukan yang dipilih sesuai dengan tanaman dan kondisi tanah. Pipa lubang ganda,
pipa porous dan pipa dengan perforasi yang kecil digunakan pada beberapa instalasi untuk
menggunakan keduanya sebagai pipa pembawa dan sebuah emitter system (Hansen dkk, 1986).
Menurut Keller dan Bliesner (1990) dalam sistem irigasi tetes tersusun atas pipa dan emiter. Air
dialirkan dari pipa dengan banyak percabangan yang biasanya terbuat dari plastik yang diameter
12 mm (1/2 inci) - 25 mm (1 inci).
B. Emiter
Emiter merupakan alat pengeluaran air yang disebut pemancar. Emiter mengeluarkan air
dengan cara meneteskan air langsung ke tanah ke dekat tanaman. Emiter mengeluarkan air hanya
beberapa liter per jam. Dari emiter air keluar menyebar secara menyamping dan tegak oleh gaya
kapiler tanah yang diperbesar pada arah gerakan vertikal oleh gravitasi. Daerah yang dibasahi
emiter tergantung pada jenis tanah, kelembaban tanah, permeabilitas tanah. Emiter harus
menghasilkan aliran yang relatif kecil menghasilkan debit yang mendekati konstan. Penampang
aliran perlu relatif lebar untuk mengurangi tersumbatnya emiter (Hansen dkk, 1986).
C. Tabung marihot
Tabung Marihot merupakan tabung untuk mengalirkan air dengan head sesuai dengan
rancangan (20 cm - 250 cm). Prinsip kerja tabung marihot adalah pengaliran air dengan tekanan
atmosfir atau dengan kata lain low pressure, sehingga air yang keluar pada setiap emiter akan
seragam (Tusi, 2006).
Cara kerja tabung marihot yaitu udara luar yang mempunyai tekanan 1 atm masuk ke
dalam tabung marihot melalui lubang masuk udara, karena berat udara yang lebih ringan dari
larutan nutrisi (air irigasi) maka udara luar yang masuk akan naik ke bagian atas tabung marihot.
Udara yang berada di bagian atas tabung akan menekan air irigasi (larutan nutrisi) yang ada
dalam tabung marihot dengan tekanan tetap sebesar 1 atm sehingga larutan nutrisi akan mengalir
keluar melalui lubang pengaliran dengan kecepatan yang tetap. Adanya tekanan udara dan beda
head yang tetap ini akan menyebabkan kecepatan aliran nutrisi tetap.
D. Tekanan
Menurut Erizal (2003) keseragaman pemberian air ditentukan berdasarkan variasi debit
yang dihasilkan emiter. Karena debit merupakan fungsi dari tekanan operasi, maka variasi
tekanan operasi merupakan faktor keseragaman aliran. Oleh karena tekanan berpengaruh pada
debit emiter maka semakin besar tinggi air tangki penampungan akan semakin tinggi pula
tekanan. Sehingga debit akan semakin besar.
E. Debit
Debit adalah banyaknya volume air yang mengalir per satuan waktu. Pada irigasi tetes
debit yang diberikan hanya beberapa liter per jam. Umumnya debit rata-rata dari emiter tersedia
dari suplier peralatan. Debit untuk irigasi tetes bergantung dari jenis tanah dan tanaman. Debit
irigasi tetes yang umum digunakan 4 ltr/jam, namun ada beberapa pengelolaan pertanian
menggunakan debit 2, 6, 8 ltr/jam. Penggunaan debit berdasarkan jarak tanam dan waktu operasi
(Keller dan Bliesner, 1990). Debit air keluaran emiter rata-rata adalah volume dari keseluruhan
air yang tertampung dari semua emiter per satuan waktu dan jumlah emiter yang ada.
F. Tingkat Pembasahan
Parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat pembasahan tanah adalah
persentase terbasahkan (Pw, wetted percentage), yaitu merupakan nisbah antara luas areal yang
terbasahkan (pada kedalaman 15-30 cm dari permukaan tanah). Persentase terbasahkan
dipengaruhi oleh debit dan volume pemberian air dari setiap alat aplikasi, spasi alat aplikasi dan
jenis tanah.
G. Efisiensi Penyebaran Irigasi Tetes
Dalam pemberian air irigasi adalah distribusi air irigasi normal yag merata pada daerah
perakaran. Pada hampir seluruh keadaan, makin merata air yang didistribusikan makin baik
reaksi tanaman. Penyebaran air yang tidak sama mengandung banyak karakteristik yang tidak
diinginkan. Daerah yang kering terlihat perbedaan yang diberi air irigasi secara tidak merata
kecuali kelebihan air yang tidak digunakan, yang sebaliknya berakibat pada pemborosan air.
Apabila ada kecenderungan untuk akumulasi garam, daerah tersebut yang menerima
air lebih sedikit dari kedalaman air yang diinginkan akan menunjukkan akumulasi garam yang
paling besar.
2.2 Sawi pakcoy (Brassica rapa)
Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau
bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa
spesies Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama lain.
Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi hijau (Brassica rapa)
kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso, caisim, atau caisin). Selain itu, terdapat
pula sawi putih (Brassica rapa kelompok pekinensis, disebut juga petsai) yang biasa dibuat sup
atau diolah menjadi asinan. Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau adalah
sesawi sayur (untuk membedakannya dengan caisim). Kailan (Brassica oleracea kelompok
alboglabra) adalah sejenis sayuran daun lain yang agak berbeda, karena daunnya lebih tebal dan
lebih cocok menjadi bahan campuran mi goreng. Sawi sendok (pakcoy atau bok choy)
merupakan jenis sayuran daun kerabat sawi yang mulai dikenal pula dalam dunia boga
Indonesia.
2.2.1 Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Capparales
Famili: Brassicaceae (suku sawi-sawian)
Genus: Brassica
Spesies: Brassica rapa var. parachinensis L.
2.2.2 Kebutuhan Air Tanaman
A. Kebutuhan air tanaman teoritis
Kebutuhan air tanaman adalah jumlah air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
evapotranspirasi tanaman agar tanaman dapat tumbuh dengan baik (Doorenbos and Pruitt, 1984).
B. Kebutuhan air tanaman riil
Kebutuhan air tanaman riil adalah besarnya pemakaian air untuk metabolisme tanaman
yang ditentukan dengan mengukur volume pemakaian air oleh tanaman. Permatasari (2001)
menyimpulkan bahwa kebutuhan air tanaman riil lebih kecil dari kebutuhan air tanaman teoritis.
Jika air bebas diberikan kesempatan merambah ke dalam suatu kolom tanah yang kering dan
posisi mendatar dan yang mempunyai keragaman struktur berat isi, tingkat kekeringan, maka
akan menunjukkan hubungan yang erat antar jarak perambatan, kecepatan, dan waktu yang
diperlukan untuk mencapai jarak tersebut (Kertonegoro dkk, 1998).
C. Tingkat Produktivitas Tanaman
Tingkat produktivitas tanaman dihitung berdasarkan berat tanaman keseluruhan (akar,
batang, daun) secara langsung di lapangan, yaitu dengan menimbang tanaman setelah di panen.
Pengukuran berat masing-masing tanaman pada setiap polibag bertujuan untuk mengetahui berat
tiap tanaman apakah memiliki berat yang merata atau tidak.
BAB III
METODE PRAKTIKUM3.1 Tempat dan waktu
Adapun pelaksanaan praktikum pengelolaan air ini dilaksanakan di samping laboratorium
mekanisasi pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
Hari/tanggal : dilaksanakan dari bulan Mei – Juni 2012.
3.2 Alat dan Bahan
Alat
Kayu
Polibag
Ember
Selang infus
Selang irigasi
Gergaji besi
Penggaris
Alat tulis
Bahan
Air
Pupuk
Tanah
Benih caisim yang sudah disemai
Pupuk kandang
3.3 Cara Kerja
1) Sediakan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat praktikum
2) Isilah polibag yang berukuran 3 kg dengan campuran tanah dan pupuk kandang.
3) Buatlah jaringan irigasi sesuai dengan struktur yang telah diberikan.
4) Sambungkanlah selang infus yang telah disediakan dengan pipa jaringan irigasi.
5) Letakkan polibag tepat dibawah selang infus dan ikatkan dengan kayu sehingga selang
infus tidak bergeser kesana kemari.
6) Aturlah tetesan air sesuai dengan kelompok.
7) Tanam lah benih caisim yang telah disemai dengan jarak 10 cm dan 5 cm sebanyak 4
buah.
8) Campurlah air penyiraman dengan pupuk.
9) Kemudian amatilah parameter dari tinggi tanaman, jumlah daun dan persentase
kehidupan dari masing-masing tanaman setiap minggu .
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel Pengamatan Tanaman Caisim
Minggu ke - 1
Parameter
Tanaman
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Persentasekehidupan
Tanaman 1 8 475 %
Tanaman 2 11 6
Tanaman 3 7,5 2
Minggu ke – 2
Parameter
Tanaman
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Persentasekehidupan
Tanaman 1 10 475 %
Tanaman 2 12 6
Tanaman 3 10 5
Minggu ke – 3
Parameter
Tanaman
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Persentasekehidupan
Tanaman 1 19 575 %
Tanaman 2 22 6
Tanaman 3 19 5
4.2 Pembahasan
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian air irigasi dengan menggunakan irigasi
tetes sebanyak 19 tetes per menit pertumbuhannya bagus, karena dengan sistem irigasi tetes
maka kelembaban tanah dapat dipertahankan pada tingkat yang optimal bagi pertumbuhan
tanaman juga meningkatkan efisiensi dan pemberian pupuk bahan kimia,karena pada metode ini
dicampur dengan air irigasi, sehingga pupuk atau bahan kimia yang digunakan menjadi lebih
sedikit. Frekuensi pemberian dan distribusinya hanya di sekitar daerah perakaran.
Menekan pertumbuhan gulma,pemberian air pada irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar
tanaman, sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan. Meningkatkan pertumbuhan tanaman
Menghemat tenaga kerja. Sistem irigasi tetes dapat dengan mudah dioperasikan secara otomatis,
sehingga tenaga kerja hanya diperlukan lebih sedikit.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Prinsip dasar irigasi tetes adalah memompa air dan mengalirkannya ke tanaman dengan
perantaraan pipa-pipa yang dibocorkan tiap 15 cm (tergantung jarak antartanaman). Penyiraman
dengan sistem ini biasanya dilakukan dua kali sehari pagi dan petang selama 10 menit. Sistem
tekanan air rendah ini menyampaikan air secara lambat dan akurat pada akar- akar tanaman, tetes
demi tetes.
Manfaat dengan melakukan irigasi tetes ini, adalah : (1) menyediakan air selama musim
kemarau; (2) membantu penyimpanan air dan menghemat persediaan air selama seminggu; (3)
menyalurkan air ke tempat yang kami inginkan; dan yang terpenting (4) mengusahakan tanah
tempat media tumbuh tanaman selalu basah terairi tetesan air dan cukup untuk mengairi tanaman
buah atau tanaman lain di halaman belakang rumah kami yang ada di dalam pot.
Untuk metodologi merancangan sistem irigasi tetes meliputi perancangan layout jaringan
perpipaan beserta pompa air dsb, perancangan kalender tanam dan pola tanam, perhitungan
kebutuhan air irigasi pada tingkat tanaman (modulus irigasi).
5.2 Saran
Jumlah air irigasi yang diberikan ditetapkan berdasarkan kebutuhan tanaman,
kemampuan tanah memegang air, serta sarana irigasi yang tersedia.
Dibutuhkan naungan karena jika terjadi hujan maka air tidak meluapi polibag sehingga
pemberian air sesuai dengan jumlah tetes yang telah diberikan dan tidak tercampur oleh air
hujan.
DAFTAR PUSTAKA
AAK.1992.Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran.Yogyakarta:Kanisius
Anonymous.2009. http://id.wikipedia.org/wiki/Budidaya Tanaman Sawi. diakses tanggal 13 juni
2012.
Anonymous.2009. http://id.wikipedia.org/wiki/Sawi_putih. diakses tanggal 1 Februari 2009.
Kloppenburg.1993.Petunjuk Lengkap mengenai Tanam-tanaman di Indonesia dan Khasiatnya
sebagai Obat-obatan Tradisional. Yogyakarta:Yayasan Dana Sejahtera.
http://id.wikipedia.org/wiki/sawi. Diakses 12 juni 2012. Pukul 13.00 WIB.