prakfarm

25
I. PENDAHULUAN Analgesik opiod merupakan kelompok obat yang memiliki sifat seperti opium. opium yang berasal dari getah papaver somniferon mengandung sekitar 20 jenis alkaloid diantaranya morfin, kodein, tebain dan papaverin. Analgesik opioid terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri, meskipun juga memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain. Istilah analgesik narkotik dahulu seringkali digunakan untuk kelompok obat ini, akan tetapi karena golongan obat ini dapat menyebabkan tidur atau menurunnya kesadaran maka istilah analgesik narkotik menjadi kurang tepat. Yang termasuk golongan opiod adalah alkaloid opium, derivat semisintetik alkaloid opium, senyawa sintetik dengan sifat farmakolologik menyerupai morfin. obat yang mengantagonis efek opioid disebut antagonis opioid. Ada 3 jenis utama reseptor opioid yaitu (mu) , (delta),(kappa). ketiga jenis reseptor termasuk pada jenis reseptor yang berpasangan dengan protein G. Karena suatu opioid berfungsi dengan potensi yang berbeda sebagai suatu agonis, agonis parsial atau antagonis pada lebih dari satu jenis reseptor atau subtipe reseptor maka senyawa yang tergolong opiod dapat memiliki efek farmagologik yang beragam. 1

Upload: meryco

Post on 06-Nov-2015

306 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

farmako

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUANAnalgesik opiod merupakan kelompok obat yang memiliki sifat seperti opium. opium yang berasal dari getah papaver somniferon mengandung sekitar 20 jenis alkaloid diantaranya morfin, kodein, tebain dan papaverin. Analgesik opioid terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri, meskipun juga memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain. Istilah analgesik narkotik dahulu seringkali digunakan untuk kelompok obat ini, akan tetapi karena golongan obat ini dapat menyebabkan tidur atau menurunnya kesadaran maka istilah analgesik narkotik menjadi kurang tepat.Yang termasuk golongan opiod adalah alkaloid opium, derivat semisintetik alkaloid opium, senyawa sintetik dengan sifat farmakolologik menyerupai morfin. obat yang mengantagonis efek opioid disebut antagonis opioid. Ada 3 jenis utama reseptor opioid yaitu (mu) , (delta),(kappa). ketiga jenis reseptor termasuk pada jenis reseptor yang berpasangan dengan protein G. Karena suatu opioid berfungsi dengan potensi yang berbeda sebagai suatu agonis, agonis parsial atau antagonis pada lebih dari satu jenis reseptor atau subtipe reseptor maka senyawa yang tergolong opiod dapat memiliki efek farmagologik yang beragam.Reseptor memperantarai efek analgetik mirip morfin, euforia, depresi napas, miosis, berkurangnya motilitas saluran cerna. Reseptor diduga memperantarai analgesia seperti yang ditimbulkan pentazosin, sedasi serta miosis dan depresi napas yang tidak agonis . selain itu di susunan saraf pusat juga didapatkan reseptor yang selektif terhadap enkefalin . Terdapat bukti-bukti yang menunjukkan bahwa reseptor memegang peranan dalam menimbulkan depresi pernafasan yang ditimbulkan opioid. Dari penelitian pada tikus didapatkan bahwa reseptor dihubungkan dengan berkurangnya frekuensi nafas, sedangkan reseptor dihubungkan dengan berkurangnya tidal volume. Reseptor ada 2 jenis yaitu reseptor 1yang hanya didapatkan di SSP dan dihubungkan dengan analgesia supraspinal, penglepasan prolaktin, hipotermia dan katalepsi sedangkan reseptor 2 dihubungkan dengan penurunan tidal volume dan bradikardia. Berdasarkan kerjanya pada reseptor, obat golongan opioid dibagi menjadi: 1. agonis penuh (kuat), 2. Agonis parsial (agonis lemah sampai sedang), 3. campuran agonis dan antagonis dan 4. antagonis. Opioid golongan agonis kuat hanya mempunyai efek agonis,sedangkan agonis parsial dapat menimbulkan efek agonis atau sebagai antagonis dengan menggeser agonis kuat dari ikatannya.pada reseptor opioid dan mengurangi efeknya. opioid yang merupakan campuran agonis dan antagonis adalah opioid yang memiliki efek agonis pada subtipe reseptor opioid dan sebagai suatu parsial lainnya.untuk itu mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami efek dari morfin yang menjadi dasar dilaksanakannya praktikum ini.

II. TUJUANPada akhir percobaan/praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:1. Menjelaskan efek morfin pada berbagai spesies(species difference)2. Menjelaskan efek morfin terhadap manusia berdasarkan pengamatan pada hewan3. Menghubungkan efek morfin pada kucing, tikus, mencit dengan efek pada manusia4. menjelaskan indikasi morfin dan derivat morfin dalam pengobatan

III. TINJAUAN PUSTAKAEfek morfin pada susunan saraf pusat dan usus terutama ditimbulkan karena morfin bekerja sebagaiagonis pada reseptor . Selain itu morfin juga memiliki afinitas yang lebih lemah terhadap reseptor dan . Efek morfin terhadap SSP berupa analgesik dan narkosis. Analgesia oleh morfin dan opioid lain sudah timbul sebelum pasien tidur dan seringkali analgesia terjadi tanpa disertai tidur. Morfin dosis kecil (5-10 mg) menimbulkan euforia pada pasien yang sedang menderita nyeri, sedih, dan gelisah. Sebaliknya, dosis yang sama pada orang normal seringkali menimbulkan disforia berupa perasaan kuatir atau takut disertai mual muntah. Morfin menimbulkan rasa kantuk, tidak dapat berkonsentrasi , sukar berpikir, apatis, aktivitas motorik berkurang, ketajaman penglihatan berkurang dan letargi, ekstremitas terasa berat, badan terasa kering, depresi nafas, dan miosis. Efek analgetik yang ditimbulkan oleh opioid terutama terjadi sebagai akibat kerja opioid pada reseptor . Reseptor dan dapat juga ikut berperan dalam menimbulkan analgesia terutama pada tingkat spinal. Morfin juga dapat bekerja melalui reseptor dan , namun belum diketahui besarnya peran kerja morfin melalui kedua reseptor ini dapat menimbulkan analgesia. Efek analgetik morfin dan opioid lain sangat selektif dan tidak disertai oleh hilangnya fungsi sensorik lain yaitu rasa raba, rasa getar, penglihatan dan pendengaran. Prngaruh morfin terhadap modalitas nyeri yang tidak tajam (dull pain) dan berkesinambungan lebih nyata dibandingkan dengan pengaruh morfin terhadap nyeri tajam dan intermiten.Morfin dan opioid lain sering menimbulkan mual dan muntah, sedangkan delirium dan konvulsi lebih jarang timbul. Faktor yang dapat mengubah eksitasi morfin ialah idiosinkrasi dan tingkat eksitasi refleks SSP. Beberapa individu, terutama wanita dapat mengalami eksitasi oleh morfin, misalnya mual muntah yang mendahului depresi, tetapi delirium dan konvulsi jarang timbul. Pada beberapa spesies efek eksitasi morfin jauh lebih jelas. Misalnya pada kucing, morfin menimbulkan mania, midrasis, hipersalivasi, dan hipertermia, konvulsi tonik dan klonik yang dapat berakhir kematian. Morfin menimbulkan depresi napas secara primer dan bersinambungan berdasarkan efek langsung terhadap pusat nafas di batang otak. Efek emetik morfin terjadi berdasarkan stimulasi langsung pada emetic chemoreceptor trigger zone diarea postrema medulla oblongata, bukan oleh stimulasi pusat emetik kodein, heroin, metildihidromorfinon dan mungkin juga dihidromorfin lebih kecil daripada efek emetik morfin. Morfin memiliki efek langsung pada saluran cerna. Pada lambung, morfin menghambat sekresi HCl, tetapi efek ini lemah. Pada usus halus, morfin mengurangi sekresi empedu dan pankreas, dan memperlambat pencernaan makanan di usus halus. Pada usus besar,efek morfin dapat menghilangkan gerakan propisi ulsi usus besar, meninggikan tonus dan menyebabkab spasme usus besar. Akibatnya penerusan isi kolon dapat di antagonis oleh atropin. Pada sistem kardiovaskular, efek morfin jika diberikan pada dosis terapi tidak mempengaruhi tekanan darah, frekuensi maupun irama denyut jantung. Pada kulit, morfin dengan dosis terapi dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah kulit, sehingga kulit tampak merah dan terasa panas terutama flush area. Efek morfin pada metabolisme dapat menyebabkan suhu badan turun akibat aktivitas otot yang menurun, vasodilatasi perifer dan penghambatan mekanisme neural SSP.Secara farmakokinetik, morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat diabsorsi melalui kulit luka. Morfin juga dapat menembus mukosa. Dengan kedua cara pemberian ini absorpsi morfin kecil sekali. Morfin dapat diabsorpsi usus, tetapi efek analgesik setelah pemberian oral jauh lebih rendah daripada efek analgetik yang timbul setelah pemberian parenteral dengan dosis yang sama. Morfin dapat melintasi sawar urin dan mempengaruhi janin.Eksresi morfin terutama melalui ginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan dalam tinja dan keringatan.Morfin dan opioid lain diindikasikan terutama untuk meredakan atau menghilangkan nyeri hebat dan tidak dapat diobati dengan analgesik non- opioid. nyeri hebat depresi nafas oleh morfin jarang terjadi, sebab nyeri merupakan antidotum fisiologik bagi efek depresi nafas morfin. Morfin sering diperlukan untuk nyeri yang menyertai infark miokard, neoplasma, kolik renal atau kolik empedu, oklusio akut pembuluh darah perifer, perikarditis akut, pleuritis dan pneumotoraks spontan dan nyeri akibat trauma misalnya luka bakar, fraktur dan nyeri pasca bedah. Pada pengahmbatan refleks batukdapat dipertanggungjawabkan pada batuk yang tidak produktif dan hanya iritatif. Alkaloid morfin dapat berguna untuk menghentikan diare berdasarkan efek langsung terhadap otot polos usus. Pada pengibatan diare yang disebabkan oleh intoksikasi makanan atau obat.

IV. METODE PRAKTIKUM Hewan coba, alat, dan bahana. Hewan coba : Kelinci Kucing Tikus Mencitb. Alat-alat : Semprit tuberkulin 1 ml Semprit 2 ml Penggarisc. Obat-obatan : Larutan morfin sulfat 4% Larutan Kafein benzoat 4% Nalokson Cara kerja 1. Efek morfin pada kelinciHewan coba yang digunakan adalah kelinci karena efek morfin pada kelinci menyerupai efek morfin pada manusia.Melakukan observasi dan mencatat baik sebelum serta sesudah pemberian morfin : Frekuensi dan dalamnya napas Frekuensi denyut jatung Reaksi atas tonus rangsang nyeri Reflek dan tonus otot Sikap hewan coba Kelakuan umum hewan coba (tenang, gelisah, dsb) Diameter pupil

a. menyuntikan secara subkutan 0,5 ml/kg BB larutan morfin sulfat 4% pada seekor kelinci: Mengulangi semua observasi dan melakukan pencatatan sebelumnya setiap 5 menit. Jika sesudah 45 menit efek depresi tidak tampak, menyuntikkan lagi morfin sebanyak setengah dosis semula. Memperhatikan reaksi terhadap stimuli tertentu, yang sebelumnya menyebabkan nyeri, sesudah pemberian morfin menjadi tidak ada atau sangat rendah. Reaksi atas perubahan-perubahan mendadak dari kekuatan rangsang tidak berubah. Bila frekuensi napas sudah berkurang menjadi 30 kali per menit, suntikkanlah secara subkutan 0,5 ml larutan kafein benzoat 4% setiap kelinci. Ulangi observasi-observasi di atas setiap 5 menit. Jika sesudah 10 menit belum ada perubahan-perubahan yang nyata, dan jika depresi respirasi sangat hebat, suntikanlah kelinci dengan nalokson dan nalorfin.

2. Mengamati perbedaan efek pada berbagai jenis hewan (species difference)Perbedaan efek suatu obat dapat disebabkan oleh perbedaan jenis hewan, misalnya : morfin menyebabkan eksitasi pada kucing dan kuda, tetapi pada kelinci menyebabkan depresi. Suatu peristiwa pada manusia yang menyerupai species difference ini ialah, peristiwa idiosinkrasi (efek obat yang terjadi pada individu tertentu tetapi berbeda dengan efek yang terjadi umumnya, disebabkan oleh kelainan genetik). Misalnya morfin yang pada kebanyakan orang menyebabkan efek depres, pada orang tertentu khususnya wanita menyebabkan eksitasi.

a. menyuntikkan larutan morfin 4% secara subkutan dan interskapula pada berbagai hewan coba dibawah ini dengan dosis yang sesuaib. melakukan observasi dan perhatikan ; Kucing : Menunjukkan eksitasi (rangsangan) umumnya hebat, pupil melebar, hipersalivasi. Tikus : Menunjukkan perubahan tonus badan. Badan menetapkan dalam sikap yag diberikan oleh pembuat percobaan (katalepsi) Mencit : Menunjukkan eksitasi sedang, ekornya diangkat dan bentuk S (efek Straub)

3. Derivat Morvin yang digunakan untuk penggunaan non-analgesikDari derivat-derivat morfin, dua obat yag kadang-kadang digunakan ialah apomorfin dan nalokson. Apomorfin merupakan obat emetik kuat cara kerjanya adalah merangsang chemoreseptor trigger zoe di area postrema medulla oblongata. Rangsangan tersebut diteruskan ke pusat muntah hingga terjadi muntah. Obat ini digunakan untuk mengasatis keracuna dan digunakan sebagai obat parkinson. Nalokson ialah derivat morfin yang bersifat antagonis murni. Sangat berguna untuk mengatasi depresi napas oleh golongan opioid.

V. PEMBAHASANMorfin merupakan analgesik opioid yang termasuk kelompok obat yang memiliki sifat seperti opium. Opium yang berasal dari getah Papaver somniferum mengandung sekitar 20 jenis alkaloid di anataranya morfin, kodein, tebain dan papaverin. Opium atau candu adalah getah Papaver somniverum L yang telah di keringkan. Alkaloid secara kimia di bagi dalam dua golongan, yaitu: Golongan fenantren: morfin dan kodein Golongan benzilisokinolin: noskapin dan papaverinEfek morfin pada susunan saraf saraf pusat dan usus terutama di timbulkan karena morfin bekerja sebagai agonis pada reseptor . Morfin juga memiliki afinitas yang lebih lemah terhadap reseptor dan k. Efek morfin terhadap SSP berupa analgesik dan narkosis. Morfin dosis kecil 5-10 mg menimbulkan euforia pada pasien yang menderita nyeri, sedih dan gelisah. Sebaliknya pada orang normal pada dosis yang sama menimbulkan disforia berupa perasaan kuatir atau takut di sertai mual dan muntah. Morfin juga menimbulkan rasa kantuk, tidak dapat berkonsentrasi, sukar berpikir, apatis, aktivitas motorik berkurang, ketajaman pengelihatan berkurang, badan terasa panas, muka gatal dan mulut terasa kering.Efek- efek morfin antara lain :1. Analgesia Efek analgesia yang ditimbulkan dari opioid akibat kerja opioid pada reseptor . Reseptor dan k dapat juga ikut berperan dalam menimbulkan analgesia terutama pada tingkat spinal.2. Eksitasi Morfin dan opioid sering menimbulkan mual dan muntah, sedangkan delirium dan konvulsi jarang terjadi. Faktor yang mengubah eksitasi morfin adalah idiosinkrasi dan tingkat eksitasi reflex (reflex excitatoty level) pada SSP. Efek ini berbeda pada setiap individu di sebabkan kelainan genetik. Pada wanita yang mengalami eksitasi biasanya mengalami depresi tetapi depresi dan delirium jarang timbul. Sedangkan pada hewaan coba kelinci menyebabkan depresi. Pada hewan coba kucing dapat menyebabkan mania, midrasis, hipersaliva dan hipertermia, konvulsi tonik, dan klonik yang menyebabakan kematian.3. Miosis Morfin dan kebanyakan agonis opioid yang bekerja di reseptor dan k menyebabkan miosis. Miosis di sebabkan oleh perangsangan pada segmen otonom inti saraf okulomotor. Miosis dapat dilawan oleh atropin dan skolopamin. Pada intoksiskasi morfin, pin point pupil merupakan gejala yang khas. Morfin dalam dosis terapi mempertinggi daya akomodasi dan menurunkan tekanan intraokuler, baik pada orang normal maupun pasien glaucoma.4. Depresi napasMorfin menimbulkan depresi pernapasan secara primer dan efek langsung terhadap pusat napas di batang otak. Pada dosis kecil sudah langsung menimbulkan depresi napas tanpa menyebabkan tidur atau kehilangan kesadaran.

5. Mual dan muntahEfek emetik morfin terjadi berdasarkan stimulasi langsung pada emetic chemoreseptor trigger zone ( CTZ ) di area postrema medulla oblongata, bukan di stimulasi pusat emetic sendiri. Efek mual dan muntah akibat morfin di perkuat oleh stimulasi vestibuler, sebaliknya analgetik opioid sintetik meningkatkan sensitivitas vestibuler.Sedangkan pada saluran cerna efek morfin akan bekerja pada lambung, usus kecil, usus besar, dan duktus koleduktus.Pada praktikum kali ini akan menjelaskan efek mofin pada berbagai spesies yang berbeda (species difference) yang dilakukan pada hewan coba kelinci, tikus, mencit dan kucing.Perbedaan efek pada berbagai jenis hewan terhadap pemberian morfin menghasilkan efek yang berbeda beda dengan dosis yang berbeda- beda pula. Pada percobaan pertama di lakukan pada hewan coba kelinci yang memiliki efek efek morfin menyerupai efek morfin pada manusia. Pertama- tama melakukan penimbangan berat badan pada kelinci, kemudian lakukan observasi dan mencatat keadaan hewan coba kelinci yang meliputi frekuensi dan dalamnya napas, frekuensi denyut nadi, reaksi atas tonus rangsangan nyeri, refleks dan tonus otot, sikap hewan coba, kelakuan hewan coba (gelisah,tenang,dsb) dan diameter pupil. Kemudian suntikan secara subkutan 0,5ml/kg BB larutan morfin sulfat 4%, kemudian lakukan observasi.

Bila frekuensi napas sudah berkurang menjadi 30m kali per menit, suntikan secara subkutan 0,5 ml larutan kafein benzoat 4% secara subkutan pada daerah skapula pada hewan coba kelinci.bila frekuensi napas masih tetap menurun hingga kurang dari 15x per menit dan jika terjadi depresi respirasi sangat berat, suntiklah kelinci dengan nalokson atau nalorfin 0,2 ml pada vena marginalis kelinci. Pada penyuntikan nalorfin kelinci akan tampak pulih seperti pemulihan frekuensi napas dan dalamnya napas, tonus otot dan refleks, frekuensi denyut nadi,diameter pupil,kelakuan hewan coba yang kembali lincah serta sikap hewan coba yang kembali aktif.Pada hewan coba kedua di lakukan kepada tikus. Pertama- tama melakukan penimbangan berat badan pada kelinci, kemudian lakukan observasi dan mencatat keadaan hewan coba kelinci yang meliputi frekuensi dan dalamnya napas, frekuensi denyut nadi, reaksi atas tonus rangsangan nyeri, refleks dan tonus otot, sikap hewan coba, kelakuan hewan coba (gelisah,tenang,dsb) dan diameter pupil. Kemudian suntikan secara subkutan dan interskapula larutan morfin sulfat 4%. Dosis morfin yang di lakukan pada tikus adalah 40-60 mg/kgBB kemudian lakukan observasi pada tikus. Dari hasil pengamatan yang di lakukan, pada hewan coba timbul sikap katatonik pada tubuh tikus. Tikus kelihatan diam dengan posisi yang tetap setelah pemberian suntikan. Sikap katatonik yang muncul pada tikus di sebabkan kekakuan otot tubuh tikus. JAWABAN PERTANYAAN1. Apa perbedaan spesies difference dengan idiosinkrasi Jawab: Spesies difference adalah perbedaan efek obat pada spesies satu dan spesies lain.Misalnya : kelinci akan menimbulkan efek depresi sedangkan kucing akan eksitasi. Idiosinkrasi adalah perbedaan efek obat pada satu spesies.Misalnya: perempuan bila diberikan morfin akan menimbulkan efek : eksitasi, sedangkan laki-laki akan depresi.2. Sebutkan gejala Trias pada keracunan akut morfin!Intoksikasi akut morfin atau opioid lain biasanya terjadi akibat pecobaan bunuh diri atau pada takar lajak. Pasien akan tidur, spoor atau koma jika intoksikasi cukup berat. Frekuensi nafas lambat, 2-4x/menit dan penafasan mungkin berupa Cheyne Stokes. Pasien sianotik, kulit muka merah tidak merata dan agak kebiruan. Tekanan darah yang mula-mula baik akan menurun sampai terjadi syok bila napas memburuk dan ini dapat diperbaiki dengan memberikan oksigen. Pupil sangat kecil(pin point pupils), kemudian midriasis jika telah terjadi anoksia. Pembentukan urin sangat berkurang karena terjadi pelepasan ADH dan turunnya tekanan darah. Suhu badan rendah, kulit terasa dingin, tonus otot rangka rendah, mandibula dalam keadaan relaksasi dan lidah dapat menyumbat jalan napas. Pada bayi mungkin timbul konvulsi. Kematian biasanya disebabkan oleh depresi napas.Jadi. Trias intoksikasi akut morfin adalah:a. Depresi pernafasan (terjadi secara primer dan berkesinambungan)b. Pint point pupil (Miosis terjadi karena perangsangan pada reseptor dan serta perangsangan pada segmen nuclei saraf occulomotor N.IIIc. Koma (efek lanjutan dari efek morfin pada SSP)3. Mengapa morfin hanya diindikasikan pada nyeri hebat misalnya kolik ginjal, kanker dan pasca bedah ?Morfin memiliki efek adiktif dan efek samping yang berbahaya bagi penggunanya serta memiliki intoksikasi yang hebat. Keuntungan penggunaan morfin adalah memiliki masa kerja analgesik yang lebih lama dan lebih stabil. Pada penderita nyeri berat pemberian analgesik opioid di berikan secara kontinue dan berkaitan dengan derajat toleransi dan ketergantungan.pemberian terapi opioid dalam interval yang tetap yakni dengan dengan dosis yang teratur dan waktu pemberian yang terjadwal lebih efektif meredakan nyeri daripada pemberian terapi menurut permintaan pasien.

4. Apa perbedaan antagonis murni dan antagonis parsial ?Antagonis murni merupakan obat yang mempunyai efek antagonis terhadap semua reseptor morfin (inhibitor). Contoh antagonis murni adalah nalokson.Antagonis parsial merupakan obat yang memiliki pengaruh antagonis reseptor morfin, namun dapat berpengaruh sebagai antagonis morfin. Salah satu contoh antagonis parsial adalah nalorfin.

5. Apa yang dimaksud dengan morfin endogen ? Berikan contoh dan jelaskan fungsinya?Morfin endogen adalah suatu peptida yang terdapat pada otak dan jaringan lain yang terikat pada reseptor opioid. Contoh morfin endogen : Enkefalin, Endorphin, Dinorfin.Fungsi : berperan dalam transmisi saraf. Morfin endogen menimbulkan efek analgetik.6. Ada berapa macam reseptor opioid yang anda kenal? Jelaskan peran reseptor-reseptor opioid tersebut? 1) (mu): memperantarai efek analgaetik mirip morfin (euforia, depresi napas, miosis, berkurangnya motilitas saluran cerna)2) (kappa): memperantarai analgesik seperti pentazosin (sedasi serta miosis dan depresi napas tapi tidak sekuat reseptor (mu))3) (delta): terdapat di Sistem Saraf Pusat dan selektif terhadap enkefalin, berperan penting dalam timbulnya depresi nafas oleh opioid4) (sigma): berhubungan dengan efek psikotomimetik yang ditimbulkan oleh pentazosin dan agonis-antagonis5) (epsilon): selektif terhadap -endorfin, tetapi tidak punya afinitas terhadap enkefalin

7. Definisi istilah ?a. Abuse (penyalahgunaan obat) = penggunaan suatu obat secara berlebihan yang dilakukan tanpa kegunaan medis tertentu. Contoh : analgesic jenis narkoba seperti kodein dan morfin.Diazepam terhadap SSP, penurun kecemasan dan sedatif, misalnya diazepam.b. Misuse = mengacu kepada penggunaaan obat yang tidak sesuai pada umumnya karena ketidaktahuan penggunaan obat yang benar.Contoh : diuretik untuk hipertensi dan menurunkan berat badanc. Adiksi = ketergantungan psikis (mental). Kecanduan pada penggunaan suatu zat ; merupakan suatu keadaan fisik maupun psikologis seseorang yang mengakibatkan badan dan jiwanya selalu memerlukan obat tersebut untuk berfungsi normal.Contoh : alcohol, nikotin (rokok), ganja dan morfin.d. Ketergantungan fisik = Dependence. Keadaan dimana tubuh memerlukan suatu zat karena faal dan biokimia tubuh tidak berfungsi lagi tanpa misalnya morfin.Contoh : withdrawal syndrome : rasa sakit yang luar biasa/sakaw bila terjadi putus obat.e. Ketergantungan mental = Seperti adiksi. Seperti berupa munculnya keinginan untuk kembali menggunakan zat tertentu, dan tidak akan hilang walaupun tubuh sudah berfungsi normal.Contoh : Suara yang menggema untuk menggunakan kembali mengonsumsi.f. Detoksifikasi = Pembuangan / pembersihan racun racun tubuh.Contoh : overdosis paracetamol berat diberikan antidotum seperti asetil sistein (parvolex) 8. Bahas 3 variabel yang mempengaruhi terjadinya dan berlanjutnya penyalahgunaan obat dan adiksi ?1) HostKebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai pada masa remaja dimana pada masa remaja dimana pada masa ini proses pencarian jiti diri sedang berlangsung.2) AgenJenis obat, dosis, cara pemberian dan pola konsumsi obat3) LingkunganFaktor Lingkungan, meliputi :a. Lingkungan keluarga Komunikasi orangtua-anak kurang baik/efektuf Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam keluarga, dll.b. Lingkungan sekolah Sekolah yang kurang disiplin Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif, dan lain-lain.c. Lingkungan teman sebayad. Lingkungan masyarakat/sosial Lemahnya penegakkan hukum Situasi politik,sosial dan ekonomi yang kurang mendukung

4) Faktor NAPZA Mudahnya akses untuk mendapatkan NAPZA Efek adiktif NAPZa yang juga menimbulkan sensasi menyenangkan,menghilangkan nyeri, menidurkan, membuat euforia, dan lain-lain.

9. Diskusikan gejala dan penanganan khusus adiksi/penyalahgunaan zat berikut ? Alkohol terjadi ketergantungan fisik.Penanganan : - Benzodiazepin. Pemberian diazepam atau krometiazol untukmencegah serangan. Flushing, disulfiram, suatu obat yang menyebabkan penggunaan alkohol sangat tidak menyenangkan karena menyebabkan akumulasi asetaldehid. Nikotin menyebabkan iritabilitas, tidak sabaran, hostility, kecemasan, mood depresif, sulit berkonsentrasi, restlessness, penurunan denyut jantuing, peningkatan nafsu makan atau berat badan.Penanganan :- Nicorette gun. Nicoderm transdermal patch. Champix. Nicotine-replacement therapy. Opioid menimbulkan euforia, menguap, berkeringat, tremor, iritabilitas, anoreksia, mual dan muntah.Penanganan : - Metadol, naltrekson. Agonis/antagonis parsial. Kokain menimbulkan disforia, depresi, mengantuk, lelah, coccaine cravile, bradikardi.Penanganan :- Rehabilitasi

10. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah penyalahgunaan obat dan adiksi ?a) Pada pecandu Rehabilitasi dengan memberikan agonis parsial atau substitusi obat dengan tipe ligan -reseptor yang sama dengan jenis obat yang dicandu (Contohnya : morfin digantikan dengan Nalorfin) Mengendalikan dosis pemberian atau tappering off terhadap obat yang dicandu bila terjadi gejala sakaw atau obat agonis parsial Terapi mental agar saat pulih pecandu tidak menginginkan kembali obat yag diinginkanb) Memberi penjelasan pada masyarakat terhadap bahaya penggunaan obatc) Pengawasan pemasaran obat-obat bebas yang memiliki efek psikotropik dan adiksi (Contoh : Termazepam yang dipakai untuk gejala putus obat opiat)d) Pendekatan pada agama yang dipercayaie) Pihak pengajar dan orangtua wajib mengawasi pergaulan para siswa dalam penggunaan Napzaf) Menambah kegiatan yang bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan diri

VI. KESIMPULANDari hasil praktikum yang sudah dilakukan, didapatkan bahwa pada percobaan terlihat berbagai efek yang berbeda dari larutan kafein benzoat, larutan morfin, dan nalokson yang diberikan pada masing masing hewan coba. Pada kucing yang diberikan morfin akan menghasilkan efek eksitasi, pupil melebar, dan hipersalivasi, pada kelinci akan menghasilkan efek depresi, efek berbeda juga dihasilkan oleh tikus dan mencit, dimana tikus akan menunjukkan perubahan tonus badan, dan pada mencit menunjukkan eksitasi sedang, ekornya diangkat dan berbentuk S (efek Straub).

DAFTAR PUSTAKA1. Katzung BG. Farmakologi Dasar dan Klinik. Ed. 10. Jakarta: EGC, 2010: 500-536.2. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI 2007. Farmakologi dan Terapi. Ed. 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2009: 210-212.

17