prak audit kasus 9 individu

5
Denny Aiki / 115020300111031 / Kasus 9 Pertanyaaan Diskusi 1. Konfirmasi piutang usaha merupakan salah satu metode audit untuk memenuhi tujuan eksistensi, keakuratan dan pisah batas. Konfirmasi harus dilakukan kecuali terhadap tiga kondisi, yaitu: Piutang usaha tidak material. Auditor mempertimbangkan konfirmasi bukti yang tidak efektif karena tingkat responsnya kemungkinan tidak akan memadai atau tidak dapat diandalkan Gabungan tingkat resiko inheren dan resiko pengendalian rendah dan bukti substantif lainnya dapat diakumulasi untuk menyediakan bukti yang mencukupi. Apabila auditor tidak melakukan konfirmasi atas piutang usaha, alasannya harus didokumentasikan dalam file audit. Terdapat beberapa jenis konfirmasi, yaitu: Konfirmasi Positif Komunikasi dengan debitur yang meminta pihak penerima untuk mengkonfirmasi secara langsung apakah saldo yang dinyatakan pada permintaan konfirmasi terrbut benar atau salah. Pada konfirmasi jenis ini terdapat dua jenis konfirmasi, yaitu formulir konfirmasi yang kosong dan konfirmasi faktur. Formulir konfirmasi yang kosong merupakan jenis konfirmasi positif yang tidak menyatakan jumlah pada konfirmasi tetapi meminta penerimanya untuk mengisi saldo atau melengkapi informasi lainnya. Sedangkan konfirmasi faktur merupakan jenis konfirmasi positif dimana setiap faktur akan dikonfirmasi dan bukan saldo piutang usaha secara keseluruhan. Hasil konfirmasi positif lebih dapat diandalkan sebagai bukti audit. Konfirmasi Negatif Konfirmasi yang ditujukan pada debitor tetapi hanya akan meminta respons jika debitor tidak setuju dengan jumlah

Upload: dennyaiki

Post on 15-Feb-2016

14 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Prak audit Kasus 9 individu

TRANSCRIPT

Page 1: Prak audit Kasus 9 individu

Denny Aiki / 115020300111031 / Kasus 9

Pertanyaaan Diskusi

1. Konfirmasi piutang usaha merupakan salah satu metode audit untuk memenuhi tujuan eksistensi, keakuratan dan pisah batas. Konfirmasi harus dilakukan kecuali terhadap tiga kondisi, yaitu:

Piutang usaha tidak material. Auditor mempertimbangkan konfirmasi bukti yang tidak efektif karena tingkat

responsnya kemungkinan tidak akan memadai atau tidak dapat diandalkan Gabungan tingkat resiko inheren dan resiko pengendalian rendah dan bukti

substantif lainnya dapat diakumulasi untuk menyediakan bukti yang mencukupi.

Apabila auditor tidak melakukan konfirmasi atas piutang usaha, alasannya harus didokumentasikan dalam file audit.

Terdapat beberapa jenis konfirmasi, yaitu:

Konfirmasi Positif Komunikasi dengan debitur yang meminta pihak penerima untuk mengkonfirmasi secara langsung apakah saldo yang dinyatakan pada permintaan konfirmasi terrbut benar atau salah. Pada konfirmasi jenis ini terdapat dua jenis konfirmasi, yaitu formulir konfirmasi yang kosong dan konfirmasi faktur. Formulir konfirmasi yang kosong merupakan jenis konfirmasi positif yang tidak menyatakan jumlah pada konfirmasi tetapi meminta penerimanya untuk mengisi saldo atau melengkapi informasi lainnya. Sedangkan konfirmasi faktur merupakan jenis konfirmasi positif dimana setiap faktur akan dikonfirmasi dan bukan saldo piutang usaha secara keseluruhan. Hasil konfirmasi positif lebih dapat diandalkan sebagai bukti audit.

Konfirmasi NegatifKonfirmasi yang ditujukan pada debitor tetapi hanya akan meminta respons jika debitor tidak setuju dengan jumlah yang dinyatakan. Standar audits menyatakan bahwa penggunaan konfirmasi negatif hanya dapat diterima jika terdapat tiga situasi berikut:· Piutang usaha tercipta dari sejumlah besar akun-akun yang kecil· Penilaian resiko pengendalian dan resiko inhern gabungannya rendah· Tidak ada alasan untuk percaya bahwa penerima konfirmasi tidak mungkin memberikan pertimbangannya.Konfirmasi negatif sering kali digunakan apabila auditor menekankan pada keefektifan pengendalian internal, pengujian substantif dan prosedur analitis sebagai bukti kewajaran piutang usaha.

2. Pada umumnya piutang timbul ketika sebuah perusahaan menjual barang atau jasasecara kredit dan berhak atas penerimaan kas di masa mendatang. Piutang lain-lain

Page 2: Prak audit Kasus 9 individu

adalahpiutang yang timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha normal perusahaan. Contoh daripiutang ini adalah ketika perusahaan memberikan pinjaman uang kepada perusahaan lain danmenerima wesel, melakukan suatu jasa atau transaksi lain yang menciptakan suatu hubungandimana satu pihak berutang kepada yang lain seperti pinjaman kepada pimpinan ataukaryawan.

Piutang merupakan salah satu elemen yang paling penting dalam modal kerja suatuperusahaan. Sebagian piutang dapat dimasukkan dalam modal kerja yaitu bagian piutang yangterdiri dari dana yang diinvestasikan dalam produk yang terjual dan sebagian lain yangtermasuk modal kerja potensial yaitu bagian yang merupakan keuntungan.Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu berputar secara terus menerus dalamrantai perputaran modal kerja yaitu Kas - persediaan - piutang - kas. Dalam keadaan normaldan dimana penjualan pada umumnya dilakukan dengan kredit, piutang mempunyai tingkatlikuiditas yang lebih tinggi dari pada persediaan, karena perputaran dari piutang ke kasmembutuhkan satu langkah, yang penting kebijaksanaan kredit yang efektif dan prosedur penagihan yang baik untuk menjamin penagihan piutang yang tepat pada waktunya danmengurangi kerugian akibat piutang tak tertagih.

Tujuan Audit Piutang Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang

baik ataspiutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (keotentikan) daripada

piutang. Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup

tidaknyaperkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih) Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang

timbulkarena pendiskontoan wesel tagih. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan prinsip

akuntansiyang berlaku umum di Indonesia

Berdasarkan SA Seksi 316 PSA 70 Auditor dapat mendeteksi kemungkinan kecenderungan kecurangan dengan beeberapa tindakan berikut ini:

accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu totalnya ke general ledger.

Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales invoice.

Memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan.

Memeriksa apakah ada wesel tagih yang didiskontokan untuk mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.

Memeriksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang disediakan oleh klien sudah cukup

Test sales cut-off dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca.

Memeriksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan sebagai jaminan.

Page 3: Prak audit Kasus 9 individu

Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK

3. Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut. Auditor seringkali mengetahui dimana saldo-saldo akun dan transaksi yang mungkin sekali mengandung salah saji. Auditor mempertimbangkan pengetahuan ini dalam perencanaan prosedur auditnya, termasuk sampling audit. Auditor biasanya tidak memiliki pengetahuan khusus tentang saldo-saldo akun atau transaksi lainnya yang menurut pertimbangannya, perlu diuji untuk memenuhi tujuan auditnya. Dalam hal terakhir ini, sampling audit sangat berguna.

Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian, maupun pengujian substantif. Meskipun demikian, auditor biasanya tidak menerapkan sampling audit dalam prosedur pengujian yang berupa pengajuan pertanyaan atau tanya jawab, observasi, dan prosedur analitis. Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam prosedur pengujian yang berupa vouching, tracing, dan konfirmasi. Sampling audit jika diterapkan dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai dengan yang diinginkan standar pekerjaan lapangan yang ketiga.

Beberapa tingkat ketidakpastian secara implisit termasuk dalam konsep “sebagai dasar memadai untuk suatu pendapat” yang diacu dalam standar pekerjaan lapangan ketiga. Dasar untuk menerima beberapa ketidakpastian timbul dari hubungan antara faktor-faktor seperti biaya dan waktu yang diperlukan untuk memeriksa semua data dan konsekuensi negatif dari kemungkinan keputusan yang salah yang didasarkan atas kesimpulan yang dihasilkan dari audit terhadap data sampel saja. Jika faktor-faktor ini tidak memungkinkan penerimaan ketidakpastian, maka alternatifnya hanyalah memeriksa semua data. Karena hal ini jarang terjadi, maka konsep dasar sampling menjadi lazim dalam praktik audit.

Ketidakpastian yang melekat dalam penerapan prosedur-prosedur audit disebut risiko audit. Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadarinya tidak memodifikasi sebagaimana mestinya pendapatnya atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Risiko audit terdiri dari: (a) risiko [meliputi risiko bawaan (inherent risk) dan risiko pengendalian (control risk)] bahwa saldo akun atau golongan transaksi mengandung salah saji (disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan) yang dapat menjadi material terhadap laporan keuangan apabila digabungkan dengan salah saji pada saldo akun atau golongan transaksi lainnya, dan (b) risiko [risiko deteksi (detection risk)] bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji tersebut.