prabowo aristo

12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan perpolitikan di Indonesia semakin menuju kearah tidak beretika lagi, dengan berbagai manuver politik dilakukan dengan tujuan untuk mencapai kemenangan. Hal ini dapat dilihat dari persaingan memperebutkan R1 dalam Pilpres 2014. Untuk memenangkan suatu pertarungan besar dana dunia perpolitikan, kemampuan untuk menguasai komunikasi politik sangatlah diperlukan. Hal ini sangat penting karena dengan menguasai komunikasi politik yang baik, maka akan dapat tersampaikan segala program yang nantinya akan dijalankan apabila terpilih menjadi presiden. Meski demikian penguasaan terhadap komunikasi politik ini hendaknya dibarengi dengan sikap dan perilaku yang baik serta tidak menyudutkan lawan politiknya. Salah satu faktor yang menjadi penyebab kegagalan seorang capres dalam memenangkan pemilu adalah kurangnya konsistensi terkait apa yang dikomunikasikan untuk menekan lawan politiknya. Hal ini telihat dari kurang konsistensinya Prabowo terkait kebijakan Subsidi BBM, yang mana sebelumnya Pabowo begitu getol untuk menolak kenaikan BBM, yang

Upload: s1mb4h

Post on 20-Sep-2015

224 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Perjalanan perpolitikan di Indonesia semakin menuju kearah tidak beretika lagi, dengan berbagai manuver politik dilakukan dengan tujuan untuk mencapai kemenangan. Hal ini dapat dilihat dari persaingan memperebutkan R1 dalam Pilpres 2014. Untuk memenangkan suatu pertarungan besar dana dunia perpolitikan, kemampuan untuk menguasai komunikasi politik sangatlah diperlukan. Hal ini sangat penting karena dengan menguasai komunikasi politik yang baik, maka akan dapat tersampaikan segala program yang nantinya akan dijalankan apabila terpilih menjadi presiden. Meski demikian penguasaan terhadap komunikasi politik ini hendaknya dibarengi dengan sikap dan perilaku yang baik serta tidak menyudutkan lawan politiknya.Salah satu faktor yang menjadi penyebab kegagalan seorang capres dalam memenangkan pemilu adalah kurangnya konsistensi terkait apa yang dikomunikasikan untuk menekan lawan politiknya. Hal ini telihat dari kurang konsistensinya Prabowo terkait kebijakan Subsidi BBM, yang mana sebelumnya Pabowo begitu getol untuk menolak kenaikan BBM, yang pada ujungnya perjalanannya justru mendukung kenaikan BBM.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang ingin penulis sampaikan dalam makalah ini yaitu Kegagalan Prabowo dalam pemilihan Capres terkait issue kenaikan BBM

BAB IIPEMBAHASAN

A. Komunikasi PolitikPraktek politik jelang pilpres 2014 yang diperankan minimal oleh Capres-Cawapres, partai koalisi, tim pemenangan/sukses, relawan dan simpatisan lewat berbagai media komunikasi juga komunikasi secara lansung.Dengan pemahaman tentang ilmu politik dan pemilu masih minim dan lemah dari semua kalangan di negara ini. Hal ini terjadi karena lembaga/institusi/partai politik yang mestinya menjalankan fungsi salahsatunya sebagai pendidikan politik bagi rakyat masih berjalan ditempat.Kedua, akibat dari hal pertama, menyebabkan cara-cara menjalankan politik dan pemilu termasuk jelang pilpres 2014, masih diwarnai tindak kekerasan, kampanye hitam, propaganda negative, praktek arogansi dan egoisme kubu yang berlebihan, kesombongan, keangkuhan, gaya komunikasi top down dan sebagainya. Masih jauh dari praktik politik yang elegan, bermartabat, penuh etika, nihil komunikasi efektif, bahkan masih jauh sikap-sikap negarawan.Lihat saja bagaimana gaya komunikasi dipraktekkan dihadapan rakyat. Padahal gaya komunikasi dari masing-masing kubu merupakan jendela untuk memahami bagaimana rakyat bahkan dunia memandang dirinya. Mestinya calon pemimpin dan tim pemenangannya mampu mengkomunikasikan programnya kepada rakyat pemilih dengan cara-cara elegan, beretika, sehingga terbentuk kepercayaan (trust) rakyat sehingga dapat menumbuhkan harapan rakyat.Secara teoritis kita dapat melihat bagaimana gaya komunikasi atau communication style yang dipraktekkan masing-masing kubu dalam pilpres 2014, sebagai bahan masukan bagi kita dalam menentukan pilihan dalam Pilpres 2014. Gaya komunikasi merupakan seperangkat perilaku komunikasi yang terspesialisasi dalam suatu situasi tertentu. Gaya komunikasi tentu ada yang model pasif, agresif, penggabungan pasif-agresif dan ada yang tegas atau asertif.Masing-masing gaya komunikasi tersebut terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respons atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu terutama situasi menjelang pilpres.Memang yang diharapkan terbentuk gaya komunikasi The Equalitarium style dimana terjadi kesamaan dan kebersamaa dengan rakyat. Gaya komunikasi ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan politik verbal dan nonverbal maupun tertulis yang bersifat dua arah atau two-way traffic of communication. Dalam gaya ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap rakyat dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan rakyat mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Gaya komunikasi yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan baik dengan rakyat baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan politik. Gaya komunikasi yang jauh dari arogansi dan egoism kubu-kubuan. Dengan gaya ini akan lebih memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi politik, gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama dengan semua kalangan juga rakyat. Gaya ini dalam situasi apapun mudah mengambil keputusan terhadap permasalahan yang dihadapi.Atau minimal menggunakan, gaya komunikasi The Relinquishing style; gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan dari rakyat, dari pada keinginan untuk memberi perintah, meskipun sender mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol rakyat. Pesan-pesan politik dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika sender sedang bekerja sama dengan rakyat yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti, serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.Namun yang banyak terlihat adalah, gaya komunikasi yang bersifat Controling Style; yang bersifat mengendalikan, di tandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan rakyat. Bisa disebut komunikator satu arah atau one-way communicators. Yang memakai controling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berbagi pesan dengan rakyat. Tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan kubunya. Para komunikator satu arah ini tidak khawatir dengan pandangan negatif rakyat, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasan untuk memaksa rakyat mematuhi pandangan-pandangannya.Pesan-pesan politik yang berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha menjual gagasan agar dibicarakan bersama, namun lebih pada usaha menjelaskan kepada rakyat apa yang dilakukannya. The controling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi rakyat supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demikian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif dan arogan sehingga menyebabkan rakyat memberi respon atau tanggapan yang negatif pula.Selain itu, ada gaya komunikasi yang disebut dengan The dinamic style; gaya ini memiliki kecenderungan agresif, yang berorientasi pada tindakan atau action-oriented. Gaya ini juga banyak digunakan juru kampanye selama kampanye pilpres 2014. Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah menstimulasi atau merangsang rakyat untuk merubah sikap lebih cepat. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa rakyat mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah tersebut.Ada juga gaya komunikasi The withrawal style; gaya ini di gunakan malah dapat melemahkan tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari sender yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan rakyat, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antar pribadi bahkan organisasi politik yang dihadapi oleh sender tersebut. Sebagai contoh, ketika seseorang mengatakan tidak ingin dilibatkan dalam persoalan yang sedang dihadapi. Bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan sesuatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan rakyat dalam hal tema-tema tertentu.Dari beberapa gaya komunikasi yang tergambarkan diatas, gaya komunikasi the equalitarium style of communication, merupakan gaya komunikasi yang ideal dalam proses politik jelang pilpres 2014. Karena salah dalam menerapkan gaya komunikasi, dikhawatirkan tingkat partisipasi rakyat dalam proses politik pilpres 2014 akan menurun, dan hal ini merupakan cerminan atau gambaran kualitas demokrasi kita.

B. Kegagalan Prabowo dan Kenaikan BBMFenomena pemilu 2014, dengan rivalitas antara Prabowo (Partai Gerindra) vs Jokowi (PDIP), seolah bisa kecenderungan untuk terulang kembali seperti pada saat pemilu 2004 lalu. Dengan kata lain faktor Prabowo effect lebih besar ketimbang Jokowi effect. Besarnya Prabowo effect ini menunjukkan poin pertama kemenangan dari pergerakan politik kubu Prabowo dan Partai Gerindra.Perubahan perilaku pemilih yang akhirnya memenangkan Jokowi-JK menjadi presiden adalah karena buruknya komunikasi politik yang dilakukan oleh Prabowo. Pernyataan menentang kenaikan BBM pada masa kampanye yang digembar-gemborkan Prabowo adalah salah satu cara untuk menarik pemilih di pihak Jokowi. Namun hal ini nampaknya kurang memberikan hasil yang maksimal. Mensiasati hal tersebut Prabowo mencoba untuk mengubah komunikasi politiknya dengan mendukung kebijakan kenaikan BBM. Hal ini justru menjadi Boomerang bagi Prabowo, dimana masa pemilih yang sebelumnya berada dibelakangnya, seolah tidak percaya dengan apa yang telah disampaikan Prabowo. Untuk pemilih yang masuk dalam kategori pemilih yang tidak militan, hal ini menjadikan mereka berubah penilaiannya terhadap Prabowo. Keliru apabila capres cenderung menggunakan pola komunikasi politik yang instant, misalnya dengan hanya memasang iklan secara besar-besaran, turun ke masyarakat dengan membagi-bagikan uang (money politics), menggunakan fasilitas negara, pengaruh jabatan yang sebelumnya dipegang (incumbent), dan bahkan pula dengan cara intimidasi maupun kekerasan. Sejarah telah membuktikan, cara-cara seperti itu tidak akan berhasil di tengah-tengah negara dan masyarakat yang demokratis, kecuali di negara-negara yang totaliter. Oleh karena itu, proses adaptasi, penyerapan dan komunikasi terhadap dinamika perubahan di masyarakat tersebut harus melalui proses yang terprogram dan berkelanjutan dengan aksi nyata di lapangan. Hakekat para pemilih yang menilai bahwa komunikasi politik yang dikembangkan Prabowo dengan mendukung kenaikan BBM adalah faktor yang paling signifikan dalam menentukan beralihnya suara pilihannya.

BAB IIIP E N U T U P

A. Kesimpulan Konsistensi menjadi bagian dari komunikasi politik yang harus dipegang oleh para politikus, dalam kasus ini adalah Prabowo, dengan tidak konsistensinya Prabowo untuk menentang kemudian mendukung kenaikan BBM menjadi salah satu faktor terpilihnya Jokowi menjadi presiden. Hal ini terjadi karena dengan tidak konsistensinya materi komunikasi publik yang dilakukan tersebut, menjadikan Prabowo kurang mendapat simpati di hati pemilih.

B. Saran Kemampuan menguasai komunikasi politik mutlak harus dikuasai oleh Capres atau politikus lainnya demi tercapainya kemenangan. Dengan komunikasi politik yang baik, maka program-program yang hendak disampaikan dapat mengena di hati para pemilih.