pra rancangan pabrik alkil benzene sulfonate - zeffa & widya
TRANSCRIPT
PRA RANCANGAN PABRIK KIMIA
ALKIL BENZENE SULFONATE DARI DODEKIL BENZENE DAN
OLEUM 20% DENGAN PROSES SULFONASI
KAPASITAS 150.000 TON/TAHUN
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Kimia
Disusun Oleh :
Zeffa Aprilasani ( 2008430039 )
Widya Putri ( 2009437021 )
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
CEMPAKA PUTIH, JAKARTA PUSAT
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik
Dewasa ini kebutuhan akan dodekil benzene sulfonat semakin meningkat, baik
sebagai bahan baku pada industri detergen maupun sebagai bahan untuk menurunkan
tegangan muka atau tegangan antar muka pada industri, terutama industri pengeboran minyak
dengan teknologi enhanced oil recovery yang salah satunya mengambil minyak dengan
surfactant looding.
Dilihat dari fungsinya, maka kebutuhan Alkil Benzene Sulfonat akan semakin
meningkat seiring dengan kemajuan industri dalam bidang kimia. Dengan didirikannya
pabrik ini diharapkan akan tumbuh industri-industri baru yang berskala kecil untuk membuat
detergen yang siap untuk dipasarkan, sehingga dapat memperluas lapangan kerja dan
meningkatkan taraf hidup.
1.2. Prospek Produk
Perancangan pabrik Alkil Benzene Sulfonate ini direncanakan dengan pertimbangan
untuk memenuhi kebutuhan akan Alkil Benzene Sulfonate di dalam negeri. Meningkatnya
pendirian pabrik pada industri hilir pemakai bahan baku Alkil Benzene Sulfonat akan
meningkatkan kebutuhan akan Alkil Benzene Sulfonate pada tahun-tahun mendatang,
sehingga perlu bekerja sama dengan pabrik-pabrik yang lain untuk menyediakan bahan baku
dan bahan pembantu. Untuk bahan baku Dodekil Benzene pabrik Alkil Benzene Sulfonate ini
bekerja sama dengan pabrik kimia di Cilegon dan untuk Oleum 20% bekerja sama dengan
pabri kimia di daerah Tangerang dan Gresik. Untuk pendistribusian produk Alkil Benzene
Sulfonat ini bekerjsama dengan pabrik yang membutuhkan Alkil Benzene Sulfonat sebagai
bahan baku pembuatan detergen, seperti PT. Unilever di Surabaya.
2
Berdasarkan pertimbangan faktor-faktor diatas, maka perancangan pabrik Alkil
Benzene Sulfonate secara komersial menguntungkan sehingga perlu direalisasikan.
Berdasarkan dari data [31] tahun 1994-2003 di dapat data kebutuhan Alkil Benzene Sulfonate
sebagai berikut :
Tabel 1.1 Data Statistik Kebutuhan Industri Alkil Benzene Sulfonat.
Tahun Kebutuhan (Ton/Tahun) Pertumbuhan
1994 44.399 -
1995 52.581 0,18428343
1996 57.498 0,093512866
1997 61.682 0,072767748
1998 77.792 0,261178302
1999 86.920 0,117338544
2000 93.180 0,072020249
2001 105.880 0,136295342
2002 126.610 0,195787684
2003 136.860 0,08095727
Dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 13,49 % maka diperoleh prediksi
kebutuhan Alkil Benzene Sulfonate tahun 2014 berdasarkan persamaan:
F = Fo (1 + i )n (Peter&Timmerhaus, 2003)
Dimana :
F = Nilai pada tahun ke-n
Fo = Nilai pada tahun awal
i = Pertumbuhan rata-rata
n = selisih waktu
3
Dengan pertumbuhan penjualan Alkil Benzene Sulfonate sekitar 13,49 % per tahun,
maka pada tahun 2014 diperkirakan kebutuhan Alkil Benzene Sulfonate sebesar 550.000
ton/tahun.
Karena mempertimbangkan asupan Alkil Benzene Sulfonate dari berbagai industri,
salah satunya yang sudah besar adalah PT. Unggul Indah Corporation dengan kapasitas
61.000 ton/tahun, juga beberapa industri skala kecil, dan masih belum mencukupi kebutuhan
Alkil Benzene Sulfonate dalam negeri, sehingga Indonesia terpaksa mengimpor.
Maka dipertimbangkan untuk membuat pabrik Alkil Benzene Sulfonate untuk
mencukupi kebutuhan kurang lebih 30% dari perkiraan kebutuhan Alkil Benzene Sulfonate
tahun 2014. Dan dipilihlah kapasitas 150.000 ton/tahun, karena pabrik Alkil Benzene
Sulfonate ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan impor karena dari kapasitas
pabrik yang sudah beroperasi namun tidak mencukupi untuk kebutuhan dalam negeri. Juga
diharapkan dengan berdirinya pabrik ini dapat mengurangi jumlah pengangguran yang ada di
Indonesia.
Untuk pemilihan lokasi, karena pertimbangan penyediaan bahan baku, maka pabrik
akan didirikan di Gresik, dimana tersedia bahan baku Oleum 20% yang terletak di Gresik,
sehingga mempermudah proses produksi dengan pemipaan langsung bahan baku ke unit
proses. Dan bahan baku Dodekil Benzene didapatkan dari industri petrokimia di Cilegon
yang dekat dengan transportasi laut yaitu melalui pelabuhan Banten sehingga pengangkutan
bahan baku lebih mudah.
4
BAB II
PERANCANGAN PRODUK
Untuk memenuhi kualitas produk sesuai target pada perancangan ini, maka
mekanisme pembuatan Alkil Benzene Sulfonate dirancang berdasarkan variabel utama yaitu :
spesifikasi produk, spesifikasi bahan baku, spesifikasi bahan pembantu dan pengendalian
kualitas.
2.1 Spesifikasi Produk
1) Alkil Benzene Sulfonat
Bentuk, 30 °C, 1 atm : Cair
Berat Molekul (BM) : 348,5 g/gmol
Rumus molekul : C6H4(C12H25)SO3Na
Kemurnian : 85%
Viscositas (μ) : 230 Cp
Kapasitas panas (Cp) : 1,001 kal/g °C
Densitas (ρ) : 1,029172 g/cc
Konduktivitas : 622 kal/m.j.°K
2) H2SO4 98%
Bentuk, 30 °C, 1 atm : Cair
Berat Molekul (BM) : 98,1
Viscositas (μ) : 9 Cp
Densitas (ρ) : 1,834 gr/cc
2.2 Spsesifikasi Bahan Baku
1) Dodekil Benzene (DDB)
Bentuk, 30 °C, 1 atm : Cair
Rumus Kimia : C6H5.C12H25
Berat Molekul (BM) : 246 g/gmol
Kemurnian : 44%
Viscositas (μ) : 12 Cp
Kapasitas panas (Cp) : 0,585 kal/g °C
5
Densitas (ρ) : 0,873 g/cc
Temperatur kritis (Tc) : 446,7 °C
Tekanan kritis (Pc) : 16,01 atm
Titik didih (Td) : 293,5 °C
Konduktivitas : 135 kal/m.j.°K
2) Oleum 20%
Bentuk, 30 °C, 1 atm : Cair
Rumus Kimia : H2SO4 SO3
Komposisi berat : 20% SO3 + 80% H2SO4
Berat Molekul (BM) : 94,4 g/gmol
Kemurnian : 56%
Viscositas (μ) : 9 Cp
Kapasitas panas (Cp) : 0,33 kal/g °C
Densitas (ρ) : 1,915 g/cc
Titik didih (Td) : 44,8 °C
Konduktivitas : 334 kal/m.j.°K
2.3 Spesifikasi Bahan Pembantu
1) NaOH 20%
Bentuk, 30 °C, 1 atm : Cair
Berat Molekul (BM) : 21,84 g/gmol
Viscositas (μ) : 3,87 Cp
Kapasitas panas (Cp) : 0,784 kal/g °C
Densitas (ρ) : 1,43 g/cc
Konduktivitas : 1140 kal/m.j.°K
2) Air
Bentuk, 30 °C, 1 atm : Cair
Berat Molekul (BM) : 18 g/gmol
Rumus kimia : H2O
Viscositas (μ) : 0,8 Cp
Kapasitas panas (Cp) : 1 kal/g °C
Densitas (ρ) : 1 g/cc
Konduktivitas : 726 kal/m.j.°K
Titik leleh : 0°C
6
Titik didih : 100°C
2.4 Pengendalian Kualitas
2.4.1 Pengendalian Kualitas Bahan Baku
Sebelum dilakukan proses produksi, dilakukan pengujian terhadap kualitas bahan
baku yang diperoleh. Pengujian ini dilakukan dengan tujuan agar bahan baku yang digunakan
sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan. Evaluasi yang digunakan yaitu standart yang
hampir sama dengan standart Amerika yaitu ASTM 1972.
Adapun parameter yang akan diukur adalah :
1) Kemurnian dari bahan baku Dodekil Benzene dan Oleum 20%
2) Kandungan di dalam Dodekil Benzene dan Oleum 20%
3) Kadar air
4) Kadar zat pengotor
2.4.2 Pengendalian Kualitas Produk
Setelah perencanaan produksi dijalankan perlu adanya pengawasan dan pengendalian
produksi agar proses berjalan dengan baik. Kegiatan proses produksi diharapkan dapat
menghasilkan produk yang mutunya sesuai dengan standart dan jumlah produksi yang sesuai
dengan rencana serta waktu yang tepat sesuai jadwal. Untuk itu perlu dilaksanakan
pengendalian produksi sebagai berikut :
1) Pengendalian Kualitas
Penyimpangan kualitas terjadi karena mutu bahan baku jelek, kesalahan operasi dan
kerusakan alat. Penyimpangan dapat diketahui dari hasil monitor/analisa pada bagian
laboratorium pemeriksaan.
2) Pengendalian Kuantitas
Penyimpangan kuantitas terjadi karena kesalahan operator, kerusakan mesin,
keterlambatan pengadaan bahan baku, perbaikan alat terlalu lama dan lain-lain.
Penyimpangan tersebut perlu diidentifikasi penyebabnya dan diadakan evaluasi.
Selanjutnya diadakan perencanaan kembali sesuai dengan kondisi yang ada.
3) Pengendalian Waktu
Untuk memcapai kuantitas tertentu perlu adanya waktu tertentu pula.
4) Pengendalian Bahan Proses
7
Bila ingin dicapai kapasitas produksi yang diinginkan, maka bahan untuk proses harus
mencukupi. Karenanya diperlukan pengendalian bahan proses agar tidak terjadi
kekurangan.
8