bab i pendahuluaneprints.umm.ac.id/41003/2/bab i.pdf · 2018. 11. 28. · butadiene, carbon...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Segala jenis dan bentuk kegiatan yang dilakukan oleh manusia selalu
memerlukan dukungan fisik atau jasmani karena kemampuan fisik selalu menjadi dasar
untuk segala aktivitas manusia. Setiap individu tidak akan pernah terlepas dari
kebugaran jasmani, karena kebugaran jasmani merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya (Rizaldy,
Afriwardi, & Sabri, 2016).
Kebugaran jasmani merupakan kemampuan individu dalam melakukan suatu
aktivitas tanpa menyebabkan kelelahan yang berlebihan. Tingkat kebugaran jasmani
dapat diketahui melalui daya tahan kardiorespirasi (cardiorespiratory fitness/CRF), karena
daya tahan kardiorespirasi memberikan gambaran kemampuan dan efisiensi sistem
jantung, respirasi dan sistem vaskuler untuk memasok oksigen ke otot yang dibutuhkan
selama aktivitas fisik. Daya tahan kardiorespirasi (cardiorespiratory fitness/CRF)
merupakan salah satu faktor yang menentukan kemampuan dan ketahanan tubuh
dalam melaksanakan aktivitas jangka panjang dan termasuk unsur kebugaran jasmani
yang paling penting. Daya tahan kardiorespirasi dapat diketahui melalui konsumsi
oksigen maksimum (maximal oxygen consumption/VO2 max) yang merupakan indikator
independen terbaik yang dapat diukur secara langsung maupun tidak langsung dan
dinyatakan dalam ml/KgBB/menit (Kaminsky et al, 2013; Lee et al, 2010).
Individu dengan daya tahan kardiorespirasi yang baik, tidak akan cepat
mengalami kelelahan saat melakukan serangkaian aktivitas (Lubis et al, 2015). Daya
2
tahan kardiorespirasi bersifat individualistik, artinya daya tahan kardiorespirasi pada
satu individu dengan individu yang lainnya memungkinkan didapatkan hasil yang
berbeda dan bervariasi tergantung dengan individu tersebut. Perubahan daya tahan
kardiorespirasi dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah kebiasaan
merokok (Bustan, 2013).
Merokok sudah lama dikenal sebagai masalah serius dalam kesehatan
masyarakat di berbagai negara dunia. Hal ini karena merokok merupakan faktor risiko
utama untuk morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler dan respirasi serta dianggap
sebagai penyebab utama kematian yang dapat dicegah. Penelitian yang dilakukan oleh
Borba et al (2014) tentang pengaruh perokok aktif dan perokok pasif terhadap daya
tahan kardiorespirasi pada orang dewasa menunjukkan bahwa nilai VO2 max pada
kelompok bukan perokok lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perokok aktif
dan perokok pasif. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Durakovic et al (2012), menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kelompok bukan perokok dan kelompok perokok yang memiliki riwayat merokok
selama ≤5 tahun, 5-10 tahun, ≥10 tahun, di mana pada kelompok bukan perokok
memiliki nilai VO2 max lebih tinggi.
Prevalensi perokok di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013), jumlah perokok aktif di
Indonesia pada usia di atas 15 tahun adalah 36,3% dan dari jumlah tersebut 66% di
antaranya merupakan perokok laki-laki. Fakta yang lebih mengkhawatirkan adalah trend
usia memulai merokok setiap tahunnya meningkat pada usia remaja, yaitu pada
kelompok umur 10-19 tahun (Riskesdas, 2013). Bahkan populasi perokok di Indonesia
pada tahun 2014 diketahui menempati urutan ke-4 tertinggi di dunia setelah Cina, Rusia
3
dan Amerika Serikat dengan perkiraan konsumsi 240 miliyar batang rokok/tahun
(Eriksen et al, 2015; Ruslan, 2015).
Rokok mengandung lebih dari 5000 bahan kimia yang sangat berbahaya bagi
tubuh khususnya pada fungsi kardiovaskular dan respirasi. Bahan kimia berbahaya
tersebut antara lain nikotin, karbon monoksida (CO), tar, nitrogen monoksida (NO),
nitrogen dioksida (NO2), oxidative gases, polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH), carbonyls,
butadiene, carbon disulphide, dan benzene (Talhout et al, 2011). Tidak hanya berbahaya bagi
perokok itu sendiri (perokok aktif), asap rokok juga membahayakan orang-orang
disekitarnya yang tidak sengaja menghirup asap rokok (perokok pasif atau second hand
smoke) karena asap rokok yang ditimbulkan akibat pembakaran rokok juga
mengandung bahan kimia yang sama berbahayanya (Borba et al, 2014).
Merokok dapat memicu terbentuknya radikal bebas yang berlebihan dan
menyebabkan terbentuknya lipid peroksida yang lebih lanjut merusak dinding sel
khususnya pada saluran nafas dan paru-paru (Pesta et al, 2013; Papathanasiou et al,
2014). Bahkan menurut Suradi (2007) kerusakan kronik pada sel saluran nafas dan
epitel paru disertai dengan infiltrasi makrofag, sehingga terjadi peradangan serta pada
akhirnya mengganggu fungsi paru dengan berbagai macam gejala klinisnya.
Merokok juga dapat merusak lapisan dalam pembuluh darah, meningkatkan
fibrinogen dan zat penggumpal darah (blood-cloting factor) serta mengurangi kolesterol
HDL (high-density lipoprotein/kolesterol baik). Jika fibrinogen tinggi dan kolesterol HDL
kurang, darah akan menjadi lebih kental dan lemak akan mudah bertumpuk
membentuk plak di saluran pembuluh darah. Hal ini akan menjadi proses awal
terjadinya aterosklerosis yang dapat menyebabkan terjadinya berbagai penyakit
kardiovaskuler (Bustan, 2013). Berbagai dampak fisiologis yang diakibatkan oleh
merokok tersebut mengakibatkan dalam diri seorang perokok tidak hanya berisiko
4
mengakibatkan ganguan paru-paru tetapi juga berisiko terhadap gangguan jantung dan
pembuluh darah yang lebih lanjut akan berakibat pada penurunan kinerja daya tahan
kardiorespirasi (cardiorespiratory fitness/CRF) (Borba et al, 2014).
Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada bulan Oktober 2017 di
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang, diketahui
bahwa dari 129 orang mahasiswa laki-laki angkatan 2014-2017 didapatkan jumlah
mahasiswa yang merokok sebanyak 48 orang atau sebesar 37,2%. Hasil wawancara
dengan beberapa mahasiswa yang merokok didapatkan bahwa mereka merasakan efek
buruk dari merokok, khususnya pada sistem pernafasan dan jantung. Keluhan yang
sering mereka rasakan yaitu cepat lelah terutama pada saat beraktivitas fisik berat
seperti berolahraga. Hal ini mengindikasikan bahwa pada diri mahasiswa perokok
tersebut mengalami penurunan daya tahan kardiorespirasi.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul ”Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Daya Tahan
Kardiorespirasi Pada Mahasiswa Perokok Di Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Malang”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kebiasaan merokok pada mahasiswa perokok di Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang ?
2. Bagaimana daya tahan kardiorespirasi pada mahasiswa mahasiswa perokok di
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang ?
5
3. Bagaimana hubungan antara kebiasaan merokok dengan daya tahan kardiorespirasi
pada mahasiswa perokok di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Malang ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan daya tahan
kardiorespirasi pada mahasiswa perokok di Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Malang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan kebiasaan merokok pada mahasiswa perokok di Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Mendeskripsikan daya tahan kardiorespirasi pada mahasiswa perokok di Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang
3. Menganalisis hubungan antara kebiasaan merokok dengan daya tahan
kardiorespirasi pada mahasiswa perokok di Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Malang.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak
antara lain:
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan ilmu
pengetahuan dalam bidang ilmu keperawatan terkait dengan kesehatan sistem
kardiorespirasi khususnya tentang hubungan antara kebiasaan merokok dengan daya
6
tahan kardiorespirasi pada mahasiswa perokok di Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Malang serta diharapkan dapat memberikan kesadaran
akan bahaya merokok bagi kesehatan dan menjauhi kebiasaan merokok.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rekomendasi dan
informasi yang berguna untuk menambah sumber belajar dan referensi terkait dengan
bahaya merokok terhadap kesehatan khususnya sistem kardiorespirasi.
3. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan, informasi, dan referensi
bagi peneliti berikutnya dalam melakukan penelitian yang lebih baik dan menyeluruh
terkait dengan topik yang peneliti angkat.
1.5 Keaslian Penelitian
1. Borba et al (2014), Multidiciplinary Respiratory Medicine “The Influence of Active and
Passive Smoking on The Cardiorespiratory Fitness Of Adults”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa nilai VO2 max pada kelompok bukan perokok lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok perokok (p<0,001) maupun kelompok perokok
pasif (p=0,022). Selain itu, korelasi negatif dan signifikan juga didapatkan antara
VO2 max dan usia, persentase lemak tubuh, dan lingkar pinggang. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah: (1) variabel penelitian,
terdapat 7 variabel dalam penelitian ini, yaitu merokok aktif, merokok pasif, tidak
merokok, cardiorespiratory fitness, usia, persentase lemak tubuh, dan lingkar pinggang
sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan hanya terdapat 2 variabel, yaitu
kebiasaan merokok dan daya tahan kardiorespirasi; (2) sampel penelitian, dalam
penelitian ini sampel penelitian yang digunakan adalah orang dewasa (laki-laki dan
7
perempuan) usia antara 18 dan 50 tahun, sampel terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu
kelompok perokok aktif, perokok pasif, dan tidak merokok sedangkan pada
penelitian yang akan dilakukan sampel penelitian yang digunakan hanya laki-laki usia
17-22 tahun, yaitu mahasiswa perokok.
2. Das (2013), Journal of Human Sport & Exercise “ Estimation of Maximum Oxygen
Uptake by Evaluating Cooper 12-min run test in Female Students of West Bengal,
India”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai VO2 max pada kelompok
pelajar wanita pedesaan lebih tinggi dari kelompok urban (p<0,001). Nilai VO2 max
berkorelasi negatif dengan usia, tinggi badan, berat badan, body surface area, dan
indeks masa tubuh pada kedua kelompok. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang akan dilakukan adalah: (1) variabel penelitian, terdapat 8 variabel
dalam penelitian ini, yaitu pelajar wanita pedesaan, pelajar wanita urban, VO2 max,
usia, tinggi badan, berat badan, body surface area, dan indeks masa tubuh sedangkan
pada penelitian yang akan dilakukan hanya terdapat 2 variabel, yaitu kebiasaan
merokok dan daya tahan kardiorespirasi; (2) sampel penelitian, dalam penelitian ini
sampel penelitian yang digunakan adalah pelajar wanita usia 16-21 tahun yang
terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok pedesaan dan urban sedangkan dalam
penelitian yang akan dilakukan sampel penelitian yang digunakan hanya laki-laki usia
17-22 tahun, yaitu mahasiswa perokok.
3. Suminski et al (2009). Journal of Physical Activity and Health “ The Effect of Habitual
Smoking on Measured and Predicted VO2 max”. Hasil penelitian berdasarkan
pengukuran VO2 max didapatkan bahwa kelompok perokok berat mengalami
penurunan VO2 max yang signifikan dibandingkan dengan kelompok lainnya dan
didapatkan bahwa aktifitas fisik, usia, indeks masa tubuh, dan jenis kelamin
berpengaruh secara signifikan terhadap VO2 max. Perbedaan penelitian ini dengan
8
penelitian yang akan dilakukan adalah: (1) variabel penelitian, terdapat 6 variabel
dalam penelitian ini, yaitu kebiasaan merokok, VO2 max, aktifitas fisik, usia, indeks
masa tubuh dan jenis kelamin sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan hanya
terdapat 2 variabel, yaitu kebiasaan merokok dan daya tahan kardiorespirasi; (2)
sampel penelitian, sampel penilitian pada penelitian ini yaitu 2372 orang laki-laki
dan 377 orang perempuan usia 19-82 tahun yang bekerja di NASA/JSC sedangkan
sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan sampel penelitian yang digunakan
hanya laki-laki usia 17-22 tahun, yaitu mahasiswa perokok.