pra proposal
DESCRIPTION
pro proposalTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gaya hidup masyarakat dunia yang makin maju, ikut pula berperanan
dalam menentukan kesehatan mereka. Timbulnya obesitas, diet tinggi purin,
penggunaan thiazide, dan asam salisilat (aspirin) dapat memunculkan kondisi
yang disebut hiperurisemia. Hiperurisemia dapat berkembang menjadi gout,
yaitu penyakit yang ditandai dengan pengendapan monosodium urat (MSU) di
sendi dan jaringan tertentu. Pengendapan MSU pertama kali terjadi pada sendi
tertentu di kaki dan tangan sehingga menimbulkan peradangan yaitu oedema
dan nyeri (Rahmah, 2010).
Di negara maju seperti Amerika Serikat, tercatat 2,2 juta kasus gout
arthritis dilaporkan pada tahun 1986. Pada tahun 1991 diperkirakan dari 1000
pria berumur 35-45 tahun, 15 orang diantaranya adalah penderita gout
arthritis. Para ahli juga meyakini bahwa 1 diantara 100 orang berisiko besar
mengidap penyakit tersebut (Kumar, 2000). Pada 5 tahun terakhir, di Amerika
angka kejadian gout arthritis meningkat menjadi sekitar 18,83% (Rahmah,
2010).
Di Indonesia, penyakit gout arthritis pertama kali diteliti oleh seorang
dokter Belanda, dr. Van Den Horst tahun 1953. Saat itu masih ditemukan 15
kasus gout arthritis berat di Jawa. Pada tahun 1998, dr. John Darmawan
menunjukkan bahwa di Bandungan Jawa Tengah diantara 4.683 orang berusia
15-45 tahun yang diteliti 0,8% menderita asam urat tinggi (1,7% pria dan
0,05% wanita) diantara mereka sudah sampai pada tahap gout arthritis. Angka
ini diprediksi akan bertambah dengan tingginya faktor risiko pada gout
arthritis (Rahmah, 2010).
Gout arthritis adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan secara total,
yang berarti sekali terjerat penyakit ini seseorang harus memperhatikannya
seumur hidup (PDSPDI, 2007). Bahkan ada kalanya penderita disarankan
mengkonsumsi obat penurun asam urat seumur hidup apabila tingkat serangan
sampai pada tahap yang berat. Hal ini misalnya terjadi pada penderita batu
ginjal asam urat ataupun telah terjadi pengendapan asam urat pada persendian
(PDSPDI, 2007).
Pengobatan herbal di Indonesia telah dilakukan sejak zaman dahulu. Ini
disebabkan karena di Indonesia banyak sekali terdapat tanaman yang bisa
digunakan sebagai bahan baku alami untuk pengobatan. Badan Pengawas Obat
dan Makanan telah menetapkan sembilan tanaman obat unggulan yang telah
diteliti atau diuji secara klinis. Sembilan tanaman obat itu adalah : sambiloto,
jambu biji, jati belanda, cabe jawa, temulawak, jahe merah, kunyit, mengkudu
dan salam (Wulandari, 2012).
Salam atau Eugenia polyantha dikenal masyarakat Indonesia sebagai
bumbu masak karena memiliki keharuman khas yang bisa menambah kelezatan
masakan. Daun salam mempunyai rasa yang kelat dan bersifat astringent.
Untuk pengobatan, memang daunlah yang paling banyak digunakan, tetapi
akar, kulit, dan buahnya pun berkhasiat sebagai obat. Pengobatan secara
tradisional menggunakan daun salam untuk mengobati kolesterol tinggi,
kencing manis, hipertensi, gastritis, diare, dan asam urat (Wulandari, 2012).
Eugenia polyantha mengandung tanin, minyak atsiri, seskuiterpen,
triterpenoid, fenol, steroid, sitral, lakton, saponin, dan karbohidrat. Selain itu
daun salam juga mengandung beberapa vitamin, di antaranya vitamin C,
vitamin A, Thiamin, Riboflavin, Niacin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat.
Bahkan mineral seperti selenium terdapat di dalam kandungan daun salam.
Berbagai kandungan zat yang terdapat pada Eugenia polyantha, diharapkan
tanaman ini dapat berfungsi menurunkan kadar asam urat yang tinggi dengan
mekanisme kerja inhibisi sekresi enzim xantin oksidase yang merupakan
flavoprotein untuk mengoksidasi xantin menjadi asam urat sehingga asam urat
tidak terbentuk (Liu, 2009).
Kondisi demikian mendorong keinginan peneliti untuk melakukan riset
dengan judul “Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap Inhibisi Enzim Xantin
Oksidase Dalam Mengurangi Oedema Pada Rattus Norvegicus Galur Wistar
Dengan Gout Arthritis”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh rebusan daun salam terhadap inhibisi enzim xantin
oksidase dalam mengurangi oedema pada rattus norvegicus galur wistar
dengan gout arthritis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan rebusan daun salam terhadap inhibisi enzim xantin oksidase
sehingga oedema berkurang pada rattus norvegicus galur wistar dengan
gout arthritis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Membuktikan rebusan daun salam sebagai inhibitor enzim xantin
oksidase dakam mengurangi oedema pada rattus norvegicus galur
wistar dengan gout arthritis.
2. Mengetahui potensi dan dosis optimal rebusan sebagai inhibitor enzim
xantin oksidase dalam mengurangi oedema pada rattus norvegicus
galur wistar dengan gout arthritis.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Penelitian ini sebagai sumber informasi inhibisi enzim xantin
oksidase oleh rebusan daun salam.
2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian
selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Aplikatif
Rebusan daun salam dapat digunakan sabagai obat herbal dalam
mengurangi oedema pada penderita gout arthritis.
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Rebusan daun salam
Karbohidrat FlavonoidKalsium AlkaloidKalori TanninZat besi EugenolFolat SitratVit A ManganVit B6 Vit B9Vit C
Penumpukan kristal monosodium urat (sendi ibu jari kaki, pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan, jari tangan)
Aktivasi C1, kolikrein, faktor hageman
Ekspresi mediator peradangan (IL-1, TNF, Netrofil, makrofag)
Gout arthritis
Nukleosida purin (adenosin&guanin)
Adenosin deaminase
Deaminase menjadi inosin
Nukleosida purin fosforilase
Fosforilasi ikatan N-glikosidat inosin dengan guanosin
Hipoxantin & guanine
Pelepasan ribosa 1-fosfat & basa purin
Hiperurisemia
Xantin teroksidasi jadi asam urat
Aktivasi sistem komplemen C3a dan C5a
AlkoholThiazid, AspirinLeukemiaLymphomaDiet Tinggi Purin
Genetik
Xantin Oksidase Inhibisi
Oedema berkurang
3.2 Hipotesis
H1 : Ada pengaruh rebusan daun salam terhadap inhibisi enzim xantin
oksidase dalam mengurangi oedema pada rattus norvegicus galur wistar
dengan gout arthritis.
BAB IV
MATERI DAN METODE PENELITIAN
4.1 Jenis/ Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah true eksperimen dengan rancangan penelitian
post test only control. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu
mengidentifikasi inhibisi enzim xantin oksidase oleh rebusan daun salam
dalam mengurangi oedema pada rattus norvegicus galur wistar dengan gout
arthritis.
4.2 Populasi, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi penelitian meliputi rattus norvegicus yang diperoleh dari
Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya. Populasi penelitian ini adalah rattus norvegicus jantan galur
wistar berusia 5 bulan dengan berat 250-350 gram.
4.2.2 Besar Sampel
Sampel penelitian diperoleh dari populasi dengan cara pengambilan
sampel secara simple random sampling kriteria inklusi dan eksklusi
untuk menghindari bias dalam perlakuan diambil sebagai berikut:
Kriteria Inklusi :
1. Faktor tikus, diambil dari populasi tikus putih yang secara genetik
adalah homogen yaitu rattus norvegicus galur wistar.
2. Jenis kelamin jantan
3. Umur 5 bulan
4. Berat badan sebelum perlakuan 250-350 gram
5. Tidak ada kelainan anatomis
6. Sehat dan aktif selama masa adaptasi
7. Penempatan kandang, ditempatkan pada tempat yang sama,
(di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Unair)
Kriteria Eksklusi :
a. Rattus norvegicus galur wistar sakit selama masa adaptasi 7 hari
(gerakan tidak aktif)
b. Rattus norvegicus galur wistar mati selama perlakuan berlangsung
(drop out).
Besar sampel minimal menggunakan rumus besar sampel
eksperimental dari Federer dengan rumus sebagai berikut ( t−1 ) ( r−1 )
≥ 15 dimana t = jumlah perlakuan dan r = Jumlah ulangan atau sampel
perkelompok. Dalam penelitian ini jumlah perlakuan adalah 2, sehingga
jumlah sampel perkelompok perlakuan harus lebih dari atau sama
dengan 15. Pada penelitian ini menggunakan 15 ekor rattus norvegicus
jantan galur wistar perkelompok, sehingga jumlah yang dibutuhkan
untuk penelitian eksperimental laboratorium sebanyak 30 ekor rattus
norvegicus jantan galur wistar.
4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel
penelitian diperoleh dari populasi dengan cara pengambilan sampel
secara simple random sampling.
4.3 Variabel Penelitian
Klasifikasi variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
4.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah rebusan daun salam.
4.3.2 Variabel Kendali
Variabel kendali dalam penelitian ini adalah jenis kelamin. Waktu
pemberian pakan, waktu perlakuan dan jenis pakan.
4.3.3 Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah oedema dan inhibisi
enzim xantin oksidase.
4.3.4 Variabel Modulator
Variabel modulator dalam penelitian ini adalah enzim xantin oksidase.
Definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Rebusan Daun Salam
Rebusan daun salam diberikan dengan dosis tiap pemberian 50 mg/
kgBB selama 14 hari.
2. Jenis Kelamin
Rattus norvegicus galur wistar jenis kelamin jantan.
3. Waktu pemberian pakan dan perlakuan diberikan dalam rentang waktu
yang sama.
4. Jenis Pakan menggunakan jenis pakan yang sama.
5. Oedema : akumulasi cairan transelular sel endotel sendi ibu jari kaki,
pergelangan kaki, lutut, jari tangan, pergelangan tangan dan siku (Kumar
2000).
6. Kadar Enzim Xantin Oksidase
Kadar enzim xantin oksidase bebas adalah kadar enzim xantin oksidase
yang diukur dari serum darah tikus yang diambil pagi hari. Serum
diperiksa menggunakan teknik Enzyme Linked Flourescent Immuno-
Assay (ELFA).
4.4 Bahan Penelitian
4.4.1 Hewan coba
Hewan coba yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
rattus norvegicus galur wistar dengan jenis kelamin jantan berumur 5
bulan dengan berat badan 250-350 gram yang diperoleh dari
Laboratorium Biokimia Universitas Airlangga Surabaya.
4.4.2 Rebusan daun salam
Rebusan daun salam sebanyak 50 mg dalam satu gelas minum
250 cc.
4.4.3 Induksi peningkatan kadar asam urat
Induksi peningkatan kadar asam urat dengan kalium oksonat 7
mg/ 20 grBB diberikan secara intraperitonial kepada kelompok rattus
norvegicus galur wistar yang dikondisikan mengalami gout arthritis
(kelompok perlakuan).
4.5 Instrumen Penelitian
Alat penelitian yang digunakan :
1. Timbangan elektrik untuk menimbang tikus
2. Timbangan untuk menimbang daun salam
3. Spuit yang sudah dimodifikasi untuk memasukkan rebusan daun salam
ke mulut tikus
4. Instrumen untuk pengambilan darah tikus dan alat sentrifugasi untuk
mendapatkan serum darah tikus
5. Instrumen untuk pemeriksaan enzim xantin oksidase dengan metode
ELFA yaitu alat mini-Vidas dan reagen pemeriksaan enzim xantin
oksidase.
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokimia, Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya pada bulan Desember -
Februari 2014.
4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
4.7.1 Prosedur Pengumpulan Data
1) Tiga puluh ekor rattus norvegicus galur wistar jantan berumur 5 bulan di
adaptasikan selama seminggu di laboratorium Biokimia Fakultas
Kedokteran Unair dengan dikandangkan dengan sistem pencahayaan 12
jam dan dengan kondisi suhu ruangan 25-300C dan diberi pakan serta
minum secara ad libitium.
2) Tiga puluh ekor rattus norvegicus galur wistar jantan dibagi menjadi 2
kelompok kecil dimana tiap kelompok terdiri dari 15 ekor rattus
norvegicus galur wistar jantan yang ditentukan dengan cara acak
sederhana lalu dikandangkan perkelompok.
3) Rattus norvegicus galur wistar adalah rattus norvegicus galur wistar yang
diperoleh dari Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Unair. Setiap
kelompok diberi pakan standar sama dan dilakukan penimbangan berat
badan sebelum perlakuan. Hari pertama sampai hari ke 14 diberi
perlakuan pemberian rebusan daun salam.
a Kelompok perlakuan (K1) : rattus norvegicus galur wistar mendapat
pakan standar dan aquadest/hari peroral selama 14 hari dan rattus
norvegicus galur wistar terlebih dahulu dikondisikan mengalami gout
arthritis dengan induksi peningkatan kadar asam urat dengan kalium
oksonat 7 mg/ 20 grBB diberikan secara intraperitonial selama 14
hari. Hari ke-14 tikus dilakukan pemeriksaan oedema pada sendi dan
ELFA guna pemeriksaan kadar enzim xantin oksidase.
b Kelompok kontrol (K2) : rattus norvegicus galur wistar mendapat
pakan standar dan aquadest/hari peroral selama 14 hari dan dipertahan
pada kondisi sehat tanpa diberi perlakuan apa pun. Hari ke-14 rattus
norvegicus galur wistar dilakukan pemeriksaan ELFA guna
pemeriksaan enzim xantin oksidase.
4.8 Cara Pengelolaan dan Analisis Data
Analisis statistik dengan one way ANOVA dengan menggunakan SPSS
versi 16. one way ANOVA digunakan untuk menguji hipotesis komparatif
lebih dari dua sampel secara bersamaan, bila setiap sampel terdiri dari satu
kategori (Sugiyono, 2000). one way ANOVA pada penelitian ini untuk
menguji apakah terdapat perbedaan secara signifikan atau tidak terhadap
rerata dengan data lebih dari dua sampel yaitu kelompok normal, kelompok
tikus putih tidak gout arthritis, dan kelompok tikus putih yang diberi makan
tinggi purin. Variabel bebas yaitu rebusan daun salam. Variabel tergantung
yaitu Oedema dan enzim xantin oksidase kemudian dicari mean dan
standard deviasi (SD) dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05), apabila
diperoleh p>0,05 maka tidak ada perbedaan yang nyata, sebaliknya bila
p<0,05 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Pengujian one
way ANOVA tidak dilakukan jika dalam uji normalitas dan homogenitas
data tidak mempunyai sebaran yang normal dan homogen, sehingga dapat
dilakukan uji non parametrik dengan uji Kruskal Wallis (Notoadmodjo,
2010). Uji Kruskal Wallis dinyatakan signifikan bila nilai p<0,05. Uji
Mann Whitney digunakan untuk menguji dua sampel yang independen dan
merupakan uji non parametrik. Kemudian dilakukan uji Spearman untuk
menguji hipotesis hubungan antara dua variabel.
DAFTAR PUSTAKA
Kumar V, Cotran R, Robbins S. 2000. Buku Ajar Patologi 7th ed. Jakarta: EGC
Liu-Bryan. 2009. Intracellular Innate Immunity in Gouty Arthritis: Role of NALP3 Inflammasome. HTML dari (http://www.nature.com) diakses 18 Desember 2014, 19.14
Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rhineka Cipta.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta : EGC
Rahmah, Ama Ramdhani. 2010.http://amarhaeasta.blogspot.com/2010/09/gout-arthritis.html diakses 18 Desember 2014, 19.07
Sugiono. 2004. Metodologi Penelitian Dalam Ilmu Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Wulandari, Sri. 2012. Inhibisi Xantin Oksidase Oleh Ekstrak Etanol Kulit Melinjo (gnetum gnemon) Relatif Terhadap Allopurinol. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang