proposal rancangan bermain pada anak pra sekolah

Upload: anggashauma

Post on 15-Jul-2015

1.307 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak hosptalisasi pada anak adalah merupakan pengalaman yang penuh dengan stres yang mana akan menimbulkan reaksi pada anak yang sesuai dengan perkembangannya, diantaranya anak akan merasa cemas dan akan timbul ketakutan akibat perpisahan dengan keluarga ataupun linkungan terutama pada anak yang di rawat lama.

Terapi bermain ini sangat dibutuhkan oleh seorang anak, dimana ini merupakan kebutuhan psikososial anak baik keadaan sehat maupn sakit. Bermain pada anak yang di hospitalisasi dapat meningkatkan kecerdasannya dalam berfikir dan membantu anak untuk mengembangkan imajinasinya serta melatih daya motorik halus dan kasar pada anak. Pada anak prasekolah dan sekolah umumnya perkembangan motorik kasar dan motorik halusnya sudah baik pula dalam berkomunikasi verbal dan non verbal.

Dengan mengerti tentang dunia anak terutama usia anak prasekolah dan sekolah, maka dengan ini kami bermaksud untuk melaksanakan program terapi bermain karena dengan bermain akan membuat anak menjadi lebih rileks. Adapun sasaran utama dalam terapi ini adalah anak-anak yang dirawat dengan diagnosa medis Typhoid ataupun DHF ( Dengue Haemorhagic Fever ), karena pada dasarnya penyakit ini memiliki manifestasi klinis peningkatan

suhu tubuh ( demam ). Selain terapi yang diberikan kepada anak terapi medikasi yang tidak kalah pentingnya yaitu memperbanyak minum air putih untuk mengembalikan homeostatis ( kecendrungan menetap dalam keadaan tubuh normal dalam suatu organisme ) cairan tubuh. Selain itu anak-anak juga harus mengetahui cara untuk mengatasi peningkatan suhu tubuh ( demam )lainnya ,yaitu dengan cara kompres untuk menurunkan suhu tubuh serta mengenal lebih dekat thermometer sebagai alat untuk mengukur suhu tubuh. Banyaknya anak-anak yang menderita Thypoid dan DHF di RSUD Budi asih Lantai V timur dengan berbagai tingkat usia anak, maka kami mengambil tingkat populasi anak usia pre school dan usia sekolah yaitu rentang usia 3 hingga usia 12 tahun untuk melakukan terapi bermain puzzle yang berkaitan dengan demam setelah itu pasien diminta bercerita tentang puzzlenya dan lomba minum aer putih sebagaimana salah satu cara menurunkan demam. Alasan kelompok kami mengadakan therapy kelompok bermain pada anak usia prasekolah dan sekolah karena lebih kooperatif dan memungkinkan untuk diajak bermain. Selain itu alasan kelompok kami mengadakan therapy bermain menyusun puzzle gambar pada usia prasekolah dan sekolah adalah untuk mengembangkan motorik halus, intelektual, keterampilan kognitif dan pasien dapat bercerita tentang puzzlenya terkait dengan kemampuan berbahasa. Selain itu pada usia ini merupakan usia awal dalam berimajinasi serta sudah lebih kooperatif untuk diajak bermain.

B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Setelah dilakukan tindakan program bermain pada anak usia preschool (3-6 tahun) dan usia sekolah ( 6-12 tahun ) selama kurang lebih 45 menit diharapkan anak dapat mengenal demam dan mengekspresikan perasaaannya dan menurunkan kecemasannya serta dapat melanjutkan tumbuh kembang anak yang normal atau sehat.

2. Tujuan Khusus Tujuan dari program bermain ini yaitu agar : a. Dapat menambah wawasannya b. Dapat merangsang imajinasi anak c. Dapat mengembangkan kemampuan bahasa anak d. Dapat merangsang rasa kreatif anak e. Dapat mengembangkan kepercayaan dirinya

BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar Bermain Bermain menurut J.Cpaing ( 1992 ) adalah cara unik bagi anak memahami dan mempelajari dunianya. Bermain yang merupakan cara anak untuk memenuhi kebutuhannya, Sedangkan menurut Chaterine Garvey ( 1997 ) bermain adalah cara anak lebih sering berperan aktif, berkaitan dengan sisi dari kehidupannya seperti untuk melanjutkan perkembangan social dan meningkatkan

kreatifitasnya bermain merupakan media untuk belajar karena melalui bermain anak akan: 1. Berkomunikasi 2. Belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan 3. Melakukan apa yang dapat dilakukan 4. Mengenal waktu, warna dan jenis, dsb Sebagian besar interaksi antara teman sebaya selama masa kanakkanak melibatkan permainan. Karena itu, kebanyakan hubungan sosial dengan teman sebaya dalam masa ini terjadi dalam permainan. Permainan adalah salah satu bentuk aktivitas sosial yang dominan pada awal anak-anak, sebab anak-anak menghabiskan waktu lebih banyak waktunya di luar rumah dengan teman-temannya dibanding dengan aktivitas lainnya. Permainan adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan

itu sendiri. Bagi anak-anak proses melakukan sesuatu lebih menarik daripada hasil yang akan didapatkannya (Schwartman, 1978)

B. Fungsi Permainan. Permainan memiliki banyak fungsi, permainan juga memiliki arti yang sangat penting bagi perkembangan kehidupan anak-anak. Permainan meningkatkan afliasi dengan teman sebaya, mengurangi tekanan,

meningkatkan perkembangan kognitif, meningkatkan daya jelajah dan memberi tempat berteduh yang aman bagi perilaku yang secara potensial berbahaya. Permainan meningkatkan kemungkinan bahwa anak-anak akan berbicara dan berinteraksi dengan satu sama lain. Selama interaksi ini, anakanak mempraktekkan peran-peran yang mereka akan laksanakan dalam hidup masa depannya.

Hetherington & Parker (1979) menyebutkan ada tiga fungsi utama dari permainan:

1. Fungsi Kognitif.

Fungsi kognitif permainan membantu perkembangan kognitif anak, yaitu dengan permainan anak-anak menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek-objek disekitarnya dan belajar memecahkan masalah yang dihadapinya.

2. Fungsi Sosial.

Fungsi sosial permainan dalam meningkatkan perkembangan sosial anak, khususnya dalam permainan fantasi dengan memerankan suatu peran. Anak belajar memahami orang lain dan peran-peran yang akan dimainkan dikemudian hari setelah tumbuh menjadi orang dewasa.

3. Fungsi Emosi

Fungsi emosi permainan memungkinkan anak memecahkan sebagian dari masalah emosionalnya, anak belajar mengatasi kegelisahan dan konflik batin karena kemungkinan besar permainan anak melepaskan energi fisik yang dan membebaskan perasaan-perasaan yang terpendam.

Bagi Freud dan Erikson permainan adalah suatu bentuk penyesuaian diri manusia yang sangat berguna, menolong anak menguasai kecemasan dan konflik karena tekanan-tekanan terlepas di dalam permainan anak dapat mengatasi masalah-masalah kehidupan.

Piaget melihat permainan sebagai suatu media yang meningkatkan perkembangan kognitif anak-anak. Ia juga mengatakan bahwa perkembangan kognitif anak-anak membatasi cara mereka bermain. Piaget juga yakin, bahwa struktur-struktur kognitif perlu dilatih dan permainan memberi setting yang sempurna bagi latihan ini. Misalnya : saat anak belajar dengan angka-angka mereka akan tertawa dan bahagia saat berhasil menyelesaikan dengan baik.

Vygotsky, ia yakin bahwa permainan adalah suatu setting yang sangat bagus bagi perkembangan kognitif. Ia tertarik khususnya pada aspek-aspek simbolis dan kayalan suatu permainan. Contoh : seorang anak menganggap boneka sebabagai sosok bayi yang hidup.

Daniel

Berlyne

menjelaskan

permainan

sebagai

suatu

yang

menegaskan dan menyenangkan karena permainan itu memuaskan dorongan penjelajahan kita, yang meliputi keingintahuan dan hasrat akan informasi tentang sesuatu yang baru atau yang tidak bisa.

C. Jenis-Jenis Permainan. Studi kalsik terhadap aktivitas permainan anak-anak pra sekolah di lakukan oleh Mildred Perten. Berdasarkan oservasinya terhadap anak-anak usia 2 hingga 5 tahun, Perten menentukan 6 ketegori permainan anak-anak yaitu:

1. Unoccupied Play. Anak memperhatikan dan melihat segala sesuatu yang menarik perhatiannya dan melakukan gerakan-gerakan bebas dalam bentuk tingkah laku yang tidak terkontrol. 2. Solitary Play. Anak dalam sebuah kelompok asik bermain sendiri-sendiri dengan bermacam-macam alat permainan, sehingga tidak terjadi kontak antara satu sama lain dan tidak peduli terhadap apapun yang yang sedang terjadi.

3. Onlooker Play. Terjadi ketika anak melihat orang lain bermain, anak ikut berbicara dengan anak-anak lain itu dan mngajukan pertanyaan. Tetapi anak tidak ikut terlibat dalam permainan tersebut. 4. Parallel Play. Anak-anak bermain dengan permainan yang sama, tetapi tidak ada kontak antara satu dengan yang lain atau tukar menukar permainan. 5. Assosiative Play. Anak bermain bersama-sama saling pinjam alat permainan, tetapi p ermainan itu tidak mengarah kepada sastu tujuan, tidak ada pembagian peranan dan pembagian alat-alat permainan 6. Cooperative Play. Anak-anak bermain dalam kelompok yang teroganisir, dengan kegiatan-kegiatan konstruktif dan membuat sesuatu yang nyata dimana setiap anak mempunyai peranan sendiri-sendiri. Kelompok ini di pimpin dan diarahkan oleh satu atau dua orang anak sebagai pimpinan kelompok.

Kategori Parten tersebut berdasarkan kategori permainan yang menekankan di dalam dunia sosial anak, tetapi ada juga permainan yang menekankan pada aspek kognitif dan sosial dari suatu pemainan.

1.

Permainan Sensorimotor / Praktis.Permainan Sensorimotor ialah perilaku yang diperlihatkan oleh bayi untuk memperoleh kenikmatan dan melatih perkembangan sensorimotor mereka. Selama tahun-tahun pra

sekolah anak terlibat dalam permainan yang melibatkan praktek beragam keterampilan. 2. Pemainan Pura-Pura / Simbolis.Pemainan Pura-Pura / Simbolis terjadi ketika anak mentransformasikan lingkungan fisik kedalam suatu simbol. Jenis permaian khayalan ini seringkali nampak pada usia kurang lebih 18 bulan dan mencapai puncak pada usia 4 hingga 5 tahun, kemudian menurun secara berangsur-angsur. 3. Permainan Sosial.Permainan Sosial ialah permainan yang melibatkan interaksi sosial dengan teman-teman sebaya. 4. Permainan Konstruktif.Permainan Konstruktif mengkombinasikan

kegiatan sensorimotor yang berulang dengan representasi gagasangagasan simbolis. Permainan konstruktif terjadi ketika anak-anak melibatkan diri dalam suatu kreasi atau konstruksi suatu produk atau suatu pemecahan masalah ciptaan sendiri. Misalnya menggerakkan jari-jari mereka ke kuas (permainan praktis), anak-anak lebih suka mengambar kerangka rumah atau orang (permainan konstruktif). D. Tujuan Bermain Adapun tujuan bermain pada usia prasekolah dan usia sekolah adalah diantaranya: 1. Menyalurkan emosi / peran anak 2. Mengembangkan keterampilan berbahasa dan kognitif 3. Melatih motorik halus kasar

4. Mampu menyusun gambar yang sudah ditentukan 5. Meningkatkan kemampuan berbahasa 6. Dapat melanjutkan tumbang yang normal 7. Dapat mengekspresikan perasaan,keinginan dan fantasi /ide-ide 8. Mengembangkan masalah 9. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan dirawat kreatifitas dan kemampuan memecahkan

BAB III PENGORGANISASIAN KEGIATAN BERMAIN I. Topik : Mengenal demam dengan puzzle serta express feeling

anak dan memotivasi anak untuk banyak minum air putih dalam upaya mengatasi demam. Jenis Permainan Terapis Sasaran Waktu Tempat II. Kelompok Usia Permainan ini dikelompokkan bagi anak kelompok usia prasekolah dan usia sekolah yaitu dengan rentang usia 3 12 tahun. III. Organisasi A. Waktu Pelaksanaan. Hari/tanggal Waktu Perkenalan Permainan Terminasi : Jumat 10 Februari 2012 : 10.30 11.45 WIB : 5 menit : 30 menit : 10 menit : Menyusun puzzle dan lomba minum air putih. : Delapan orang mahasiswa : Lebih kurang 5 6 klien. : 1 x 45 menit : Ruang rawat anak RSUD Budi Asih Lt.5 Timur.

B.

Tim Terapis 1. Leader Tugas : Memimpin jalannya terapi bermain Dapat mempelajari anggota kelompok dalam waktu yang sama. Memonitor perkembangan kelompok untuk mencapai tujuan Waspada dalam kegiatan terapi kelompok Memberikan kenyamanan setiap anggota dalam : Veby victres

melaksanakan kegiatan terapi Memiliki kemampuan untuk bersikap asertif, sehingga kelompok dapat mencapai tujuan yang disampaikan. Dapat mengorganisasikan keputusan yang diambil dalam kelompok Memperkenalkan diri dan anggota kelompok lainnya. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan. Menjelaskan peraturan bermain

2.

Co.Leader Tugas :

: Angga Shauma

Menyampaikan informasi kepada leader, observer dan fasilitator.

Mengingatkan leader tentang waktu pelaksanaan dan mengingatkan tertinggal. prosedur pelaksanaan kegiatan yang

3.

Fasilitator Tugas :

: Judin, Ida, Ami, Puput, Nisa

Memotivasi anggota kelompok yang kurang aktif Memotivasi agar anggota kelompok merespon sesuai dengan perilaku anggota yang lain.

4.

Observer : Nova Tugas :

Mengamati keamanan jalannya terapi bermain Mencatat perilaku dn aktivitas klien baik verbal maupun non verbal

Menilai

performa

dari

setiap

tim

terapis

dalam

memberikan terapi (Stuart and Laraia, 1998)

C.

Media dan alat Aqua botol ukuran menengah Sedotan Puzzle Alat music

D.

Setting Tempat 1. 2. Tempat : Ruangan rawat anak RSKD Budi Asih Lt.5 Timur

Bentuk Setting :

Keterangan :

: Panggung

: Leader

: Co. leader

: Observer

: Fasilitator

: Peserta

E. 1.

Implementasi Persiapan Membuat kontrak dengan klien yang sesuai dengan indikasi Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2.

Fase orientasi salam terapeutik

Leader : mengucapkan salam dan memperkenalkan diri dan anggota kelompok lain peserta memperkenalkan diri satu persatu. Evaluasi

Menanyakan perasaan klien saat ini. Kontrak

Terapis menjelaskan waktu, tempat, dan tujuan kegiatan yaitu anak dapat lebih mengenal demam melalui puzzle serta mengekpresikan imajinasi anak dan mau minum air putih sebagai salah satu cara menurunkan kenaikan suhu tubuh. 3. Fase Kerja Terapis menjelaskan aturan bermain:

-Leader meminta anak untuk menyusun puzzle gambar yang telah di acak -Waktu untuk menyusun puzzle gambar tersebut adalah 10 menit -Jika puzzle gambar telah selesai disusun, leader meminta anak untuk menyebutkan dan menceritakan kembali. -Setelah semua puzzle selesai disusun peserta diajak untuk lomba minum air putih sebagai salah satu cara menurunkan panas. -Bila anak-anak tersebut mau minum dan menghabiskan minum lebih cepat maka akan diberi hadiah dan dialah juara pertamanya.

-Pemenang dibagi menjadi tiga yaitu juara 1, 2 dan 3 -Jika ada peserta yang ingin keluar harus menunjuk tangan dan memberitahukan fasilitator -Jika ada peserta yang drop out fasilitator menanyakan alasan kalau mungkin motivasi kembali kegiatan -Peserta harus hadir di tempat 5 menit sebelum kegiatan berlangsung Fasilitator menyiapkan peralatan bermain Fasilitator memberi motivasi kepada anak untuk menyusun

puzzle gambar Observer mengamati jalannya kegiatan dan respon selama

program bermain Setelah semua puzzle selesai disusun peserta dimotifasi untuk

lomba minum air putih 4. Fase terminasi Evaluasi respon subyektif

Leader menanyakan perasan klien setelah mengikuti program bermain. Evaluasi respon obyektif

observer mengobservasi prilaku peserta selama kegiatan terkait dengan tujuan Tindak lanjut

Menganjurkan kepada masing- masing anak untuk menebak gambar yang telah disusun.

BAB IV EVALUASI PROGRAM BERMAIN PADA ANAK A. Struktur 1. 2. 3. Proposal sudah disetujui oleh pembimbing Persiapan alat dilakukan 3 ( tiga ) hari sebelumny Persiapan klien terpilih, melakukan kontak untuk pelaksanaan program bermain satu hari sebelumnya 4. 5. Izin menggunakan tempat dengan kepala ruangan Diskusi kelompok untuk membagi tugas dalam bermain ( leader, Co leader, pasilitator, observer ) B. Proses 1. 2. 3. Klien atau peserta aktip mengikuti kegiatan sampai selesai Tidak ada perubahan posisi bermain Leader dan Coleader dapat mengarahkan peserta untuk aktip melaksanakan kegiatan 4. Fasilitator dapat dekolitasi peserta untuk aktip menyelesaikan kegiatan sampai selesai 5. 6. Observer dapat melaporkan jalannya kegiatan Hasil a. Klien mampu bergabung dengan temanya dalam kelompok kecil b. 80% peserta dapat mengikuti kegiatan sampai selesai dan dapat menyusun puzzle sesuai dengan kemampuan kognitip.

c. 50% peserta aktip mengikuti kegiatan permainan karena peserta dalam kondisi yang lemah 7. Kendala dan hambatan a. b. c. d. Kurangnya persiapan personil Kurangnya persiapan alat Peserta yang kurang kooperatif Ada peserta yang keadaan umunya lemah

BAB V PENUTUP Dengan diadakannya terapi bermain ini diharapkan tujuan yang diharapkan dalam terapi ini dapat terlaksana dan memberikan banyak manfaat yang baik bagi anak, keluarga maupun terapis pelaksana dan perawat ruangan. Dengan lomba minum air putih dan menyusun puzzle yang berkaitan dengan demam diharapkan peserta lebih mengenal demam dan mau meminum air putih sebagai salah satu cara mengatasi demam. Serta anak dapat atau mampu mengekspresikan perasaannya lewat bermain yang tentu saja juga memberikan manfaat terhadap proses penyembuhan dan tumbuh kembangnya baik saat berada di Rumah Sakit maupun selama perawatan di rumah.

Lampiran

PERINCIAN BIAYA NO 1 2 3 4 BARANG Aqua Menengah Pembuatan Puzzle Print dan Jilid Hadiah dan Soufenir TOTAL HARGA Rp. 20.000,Rp. 50.000,Rp 30.000,Rp. 50.000,Rp. 200.000,-

Lampiran

SAP TERAPI BERMAIN A. Langkah Kegiatan 1. Orientasi Salam teurapetik : Selamat siang ade-ade, bagaimana kabarnya hari ini. Masih ingat nama suster dan perawat lainnya ? Nama saya suster V disamping saya ada bruder A lalu Bruder J terus ada suster I, suster N, suster A, suster N dan suster P semuanya sudah kenal kan. Evaluasi / Validasi : Bagaimana semuanya semangat ya untuk bermain hari ini, nah sekarang kalo suster Tanya bagaimana kabarnya hari ini jawabnya BAIK dan SEMANGAT. Nah kita coba lagi ia bagus. Kontrak : Nah pada siang ini kita akan melakukan terapi bermain, kita akan bermain puzzle, lalu nanti kalian ceritakan gambar dari puzzlenya dan aka nada lomba minum air putih. Kita akan bermain selama 30 menit di ruangan ini kita semua setuju, Ya baiklah. Nah baiklah nanti kalau ada yang akan keluar kelompok harus meminta izin kepada suster V atau bruder A atau suster yang lain. Kita bermain selama 30 menit. Semuanya harus mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

2.

Kerja Baiklah sekarang kita akan mulai menyusun puzzle, nanti puzzlenya akan suster bagikan lalu ade-ade semua nanti waktu music dimulai kalian mulai menyusun puzzle ya, lalu suster akan bilang pandu positif artinya kita semua harus tepuk tangan, tepuk tangannya seperti tepuk pramuka ya. Masih semangat semua, ya bagus. Semua siap baik ayo kita mulai ya. Iak nah sekarang ayo siapa yang sudah siap lalu ceritakan tentang gambarnya ya. Nah sekarang mari kita mulai lomba minum air putihnya, minum jangan teburu-buru ya.

3.

Terminasi Evaluasi Respon Subjektif Klien : Bagaimana ade-ade dengan kegiatan yang kita lakukan tadi. Ia bagus kita semua memang hebat. Evaluasi Respon Objektif Klien : Ayo semua ada yang masih ingat tadi puzzlenya ada apa saja. Ia bagus sekali. Tindak Lanjut : Nah sekarang ade-ade harus banyak minum air putih supaya demamnya cepat turun. Semua setuju. Ya bagus sekali.

Kontrak yang akan datang. Nah baiklah jangan lupa saat demam dikompres lalu minum air putih yang banyak, semua setuju. Ia bagus. B. No 1 Rencana Pelaksanaan : Terapis Persiapan a. Menyiapkan ruangan. b. Menyiapkan alat-alat. c. Menyiapkan keluarga 2 Proses : a. Membuka proses terapi anak dan Waktu 10 menit Subjek terapi Ruangan,alat,anak keluarga siap dan

bermain dengan mengucap kan salam, memperkenalkan diri. b. Menjelaskan pada anak dan keluarga tentang tujuan dan 15 menit manfaat bermain, 5 menit Menjawab Memperkenalkan Memperhatikan salam, diri,

menjelaskan cara permainan.

2. Mulai menyusun puzzle 3. Anak puzzle 4. Lomba minum air putih 5. Permainan berakir ketika semua anak sudah Bermain bersama dengan bercerita tentang

antusias dan mengungkapkan perasaannya

menghabiskan aqua yang diberikan ( yang paling cepat menghabiskan air putih menjadi pemenang) c. Mengevaluasi respon anak dan keluarga. 3 Penutup (1 menit). Menyimpulkan, mengucapkan salam 5 menit 10 menit Memperhatikan menawab salam dan

IV.

Evaluasi 1. Jenis evaluasi yang digunakan evaluasi formatif 2. Menggunakan evaluasi lisan,anak mampu :

a. Anak termotifasi untuk melakukan anjuran yang diberikan oleh dokter dan perawat b. Anak dapat menghabiskan minuman yang diberikan oleh perawat c. Anak termotifasi untuk minum setelah berakirnya terapi bermain