pr portofolio
DESCRIPTION
indoTRANSCRIPT
NAMA : Gerald Mandra Dwi Putra
NPM : H1A010015
PEMBIMBING : dr. Suryo Bantolo, S.Psi, M.Sc, Sp.S
1.
Interpretasi :
skor 76-100 : normal
skor 66-75 : borderline
skor < 66 : impaired
2. Anamnesis Kejang
1) Onset, Durasi, apa yang sudah dilakukan untuk kejang ini
2) Aktifitas sebelum kejang terjadi
3) Pre-Iktal: Apakah terdapat aura (sakit kepala, bayangan, pengliahatan kabur, melihat cahaya, mata berair)
4) Iktal:
– Kesadaran ?
– Jenis kejang(tonik, klonik, grand mal, petit mal)? bagian yang terlibat(parsial, general)?
– Lamanya kejang?
5) post iktal: penurunan kesadaran, tidur, lemah, lelah
6) apakah pernah kejang sebelumnya?
7) jika pernah kejang:
a. Kapan kejang pertama?
b. apakah kejang yang dulu tipe nya (pre-iktal-post) sama dengan yang sekarang?
c. Seberapa sering kejang terjadi (frekuensi)
d. Sudah diminumkan obat (kapan mulai, nama obat, dosis, efek samping)?
e. kapan kejang terakhir?
f. pemicu kejang biasanya apa? misal: kelelahan, menstruasi, lupa minum obat atau obat habis?
3. Kejang Epilepsi dan Kejang non Epilepsi
Kejang merupakan gerakan atau perilaku abnormal akibat aktivitas listrik di otak
yang tidak biasa. Kejang ini merupakan salah satu gejala epilepsi. Tetapi tidak semua
orang yang tampaknya mengalami kejang berarti mempunyai epilepsi. Sebaliknya,
epilepsi adalah sekelompok gangguan yang terkait dengan karakteristik
kecenderungan mengalami kejang berulang. Kejang non-epilepsi (disebut
pseudoseizures) tidak disertai dengan aktivitas listrik abnormal di otak dan mungkin
disebabkan oleh masalah psikologis atau stres.
Epilepsi adalah manifestasi gangguan fungsi (malfungsi) otak secara intermitten
sebagai kondisi kronis hasil dari lepas muatan listrik abnormal neuron-neuron secara
paroksismal akibat berbagai macam sebab selain penyakit otak akut
(unprovoked).Epilepsi adalah sebuah sindrom, bukan suatu penyakit. Keadaan ini bisa
disebabkan oleh sebab apapun yang mempengaruhi korteks cerebri. Epilepsi tidak
selalu berciri kejang. Sebaliknya, kejang tidak secara otomatis berarti epilepsi.
4. Cara Tappering off OAEPenghentian OAE dilakukan secara bertahap setelah 2-5 tahun pasien bebas kejang,
tergantung dari bentuk bangkitan dan sindroma epilepsi yang diderita pasien. Ada
beberapa syarat yang perlu diperhatikan ketika hendak menghentikan OAE yaitu :
a. Penghentian OAE apabila penderita sekurang-kurangnya 2 tahun bebas kejang
b. Gambaran EEG normal
c. Harus dilakukan bertahap, umumnya 25 % dari dosis semula setiap bulan dalam
jangka waktu 3-6 bulan
d. Bila penderita menggunakan lebih dari satu OAE maka penghentian dimulai dari
OAE yang bukan utama
e. Kemungkinan kekambuhan setalah penghentian OAE tergatung dari :
- Usia semakin tua semakin tinggi kemungkinan kambuhnya.
- Epilepsi simtomatik
- Gambaran EEG abnormal
- Penggunaan OAE lebih dari satu
- Masih mendapatkan satu atau lebih bangkitan setelah memulai terapi
- Mendapat terapi 10 tahun atau lebih.
5. Interpretasi Romberg Test
Pasien yang memiliki gangguan propioseptif masih dapat mempertahankan
keseimbangan menggunakan kemampuan sistem vestibular dan penglihatan. Pada tes
romberg, pasien diminta untuk menutup matanya. Hasil tes positif bila pasien
kehilangan keseimbangan atau terjatuh setelah menutup mata. Tes romberg digunakan
untuk menilai propioseptif yang menggambarkan sehat tidaknya fungsi kolumna
dorsalis pada medula spinalis. Pada pasien ataxia (kehilangan koordinasi motorik) tes
romberg digunakan untuk menentukan penyebabnya, apakah murni karena defisit
sensorik/propioseptif, ataukah ada gangguan pada serebelum. Pasien ataxia dengan
gangguan serebelum murni akan menghasilkan tes romberg negatif.
Untuk melakukan tes romberg pasien diminta untuk berdiri dengan kedua tungkai
rapat atau saling menempel. Kemudian pasien disuruh untuk menutup matanya.
Pemeriksa harus berada di dekat pasien untuk mengawasi bila pasien tiba – tiba
terjatuh. Hasil romberg positif bila pasien terjatuh. Pasien dengan gangguan
serebelum akan terjatuh atau hilang keseimbangan pada saat berdiri meskipun dengan
mata terbuka.
6. Arah Nistagmus? Nistagmus dengan kelainan sentral memiliki ciri sebagai berikut :
a. Arah vertikal, ke atas atau ke bawah
b. Arah memutar (sirkular) searah atau berlawanan arah jarum jam
c. Gaze nistagmus, nistagmus yang fase cepatnya berubah bila arah lirikan mata
berubah dan arah nistagmus selalu sesuai dengan arah lirikan.
d. Nistagmoid Jerks (gerak mata mirip nistagmus)
Nistagmus dengan kelainan perifer memiliki ciri sebagai berikut :
a. Arah Horizontal dan rotatori
7. Tatalaksana SNHa. mempertahankan fungsi vital : paru-paru, jantung, ginjal, keseimbangan elektrolit
dan cairan, gizi dan higieneb. pencegahan dan pengobatan komplikasic. Penatalaksanaan khusus :
- anti agregasi platelet : aspirin, klopidogrel, dipiridamol- trombolitik- antikoagulan- neuroprotektan
d. terapi komplikasi- antiedema : larutan Manitol 20%- antibiotika, antidepresan dan antikonvulsan sesuai indikasi