pptnd.pdf
DESCRIPTION
PPTND. Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah saranapelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum,bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesiaberdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945. Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalahPemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, DewanPerwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi danDewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dalam Negara KesatuanRepublik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945.Verifikasi administrasi dan verifikasi faktual diperlukan untuk lebihmeyakinkan pada posisi parpol bahwa mereka memang solid dan layakuntuk jadi wakil rakyat.Dengan demikian, demi penyederhanaan partai politik, syaratmenjadi peserta pemilihan umum yang diatur dalam Pasal 8 Ayat (2)UU No 8/2012 harus diberlakukan kepada semua partai politik yangakan mengikuti Pemilihan Umum 2014, tanpa kecuali.Keberadaan syarat verifikasi yang terbilang berat ini diharapkan dapatmembuat partai politik untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Prosesverifikasi administrasi dan faktual yang telah dijalankan oleh KPU sudahsemestinya akan menghasilkan partai politik peserta pemilu yang benarbenarmenjalankan fungsinya selama ini.Proses verifikasi sudah semestinya dilakukan oleh KPU denganmengedepankan syarat formal yang telah ditetapkan oleh UU dandiperkuat oleh MK. Masyarakat juga harus mengawasi dan mengawasiproses ini dengan sebaik-baiknya, kompromi-kompromi politik yangmungkin terjadi untuk meloloskan partai politik yang tidak memenuhisyarat jangan sampai terjadi.Bagi partai politik yang benar-benar menjalankan fungsinya sebagaisarana artikulasi dan agregasi kepentingan, komunikasi, sosialisasi, sertarekrutmen politik maka sembilan syarat tersebut akan mudah dilaluidengan baik. Sebaliknya, jika fungsi-fungsi partai politik tersebut tidakberjalan maka sudah tentu sangat sulit untuk memenuhi syarat tersebut.Dengan jumlah peserta pemilu yang tak terlalu banyak, makadiharapkan partai politik yang lolos ke parlemen, yang berarti juga jumlahfraksi makin sedikit. Makin sedikit jumlah parpol di parlemen, makadiharapkan pemerintahan yang berjalan tidak terlalu gaduh.TRANSCRIPT
![Page 1: PPTND.pdf](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051610/5498ef6eb47959794d8b5647/html5/thumbnails/1.jpg)
1
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana
pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah
Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Sehingga pada dasarnya pemilu adalah proses pemilihan secara umum
yang dilakukan untuk mencari anggota DPR, DPRD, DPD atau juga
Presiden dalam wilayah Republik Indonesia yang dilaksanakan secara
efektif dan efisien berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil.
Pemilu merupakan pesta demokrasi yang ada di Indonesia. Dalam
pemilu tersebut warga Indonesia yang telah memiliki hak suara
menggunakan hak suara tersebut untuk memilih anggota DPR, DPRD,
Presiden dan Wakilnya.
Partisipasi masyarakat tidak hanya dalam pemilihan dan pengawasan
para pejabat negara tetapi juga dalam penentuan kebijakan publik APBN
dan APBD. Dalam demokrasi rakyat adalah segala-galanya dan oleh
karena itu segala sesuatu tentang negara harus dengan persetujuan rakyat.
Partisipasi politik masyarakat dalam menyalurkan aspirasinya tentunya
harus ada sebuah lembaga resmi yang mempunyai jaminan hukum atas
keberadaannya dalam menyampaikan aspirasinya tersebut, lembaga
tersebut yang dinamakan dengan partai politik.
Dalam negara demokrasi, setiap partai politik mempunyai kedudukan,
fungsi, hak, dan kewajiban yang sama dan sederajat. Kedaulatan partai
2
politik berada di tangan anggotanya, dan karena partai politik bersifat
mandiri, pihak-pihak yang berada di luar partai tidak dibenarkan campur
tangan dalam urusan rumah tangga suatu partai politik. Sebagai salah satu
lembaga demokrasi, partai politik berfungsi mengembangkan kesadaran
atas hak dan kewajiban politik rakyat, menyebarluas kan prinsip dan
metode demokrasi, menyalurkan kepentingan masyarakat dalam
pembuatan kebijakan negara, serta mempersiapkan anggota masyarakat
untuk mengisi jabatan-jabatan politik sesuai dengan mekanisme
demokrasi. Partai Politik juga merupakan salah satu wadah guna
menyatakan dukungan dan tuntutan dalam proses politik, agar setiap
warga negara mempunyai kesempatan yang sama untuk mempengaruhi
pembuatan pelaksanaan kebijakan negara.
Partai Politik juga merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan
rakyat yang mana kedaulatan rakyat itu diantaranya tercermin dalam Pasal
1 angka (2) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan “ Kedaulatan berada
di tangan Rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”, kemudian diwujudkan
melalui Pasal 6A angka (1) Undang-Undang Dasar 1945 ” Pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat”.
Pada tahun depan 2014, Indonesia akan menyelenggarakan proses
pemilu kembali. Pemilu kali ini diharapkan dapat berjalan dengan baik dan
lancar tanpa adanya permasalahan seperti golput ataupun money politik.
Pemilu 2014 terasa berbeda dengan pemilu yang ada pada sebelumnya,
karena peserta dari pemilu yaitu partai politik (parpol) diverifikasi oleh
KPU secara administrasi maupun secara faktual untuk lebih meminimalisir
permasalahan yang mungkin akan terjadi.
Pada tanggal 7 September 2012, Komisi Pemilihan Umum
mengumumkan daftar 46 partai politik yang telah mendaftarkan diri untuk
mengikuti Pemilu 2014, dimana beberapa partai diantaranya merupakan
partai politik yang baru pertama kali mengikuti pemilu ataupun baru
mengganti namanya. 9 partai lainnya merupakan peserta Pemilu 2009
yang berhasil mendapatkan kursi di DPR periode 2009-2014.Pada tanggal
10 September 2012, KPU meloloskan 34 partai yang memenuhi syarat
![Page 2: PPTND.pdf](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051610/5498ef6eb47959794d8b5647/html5/thumbnails/2.jpg)
3
pendaftaran minimal 17 buah dokumen. Selanjutnya pada tanggal 28
Oktober 2012, KPU mengumumkan 16 partai yang lolos verifikasi
administrasi dan akan menjalani verifikasi faktual. Pada
perkembangannya, sesuai dengan keputusan Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilihan Umum, verifikasi faktual juga dilakukan
terhadap 18 partai yang tidak lolos verifikasi administrasi. Hasil dari
verifikasi faktual ini ditetapkan pada tanggal 8 Januari 2013, dimana KPU
mengumumkan 10 partai sebagai peserta Pemilu 2014.
Pada 18 Maret 2013, Komisi Pemilihan Umum mengabulkan putusan
Pengadilan Tata Usaha Negara yang memutuskan Partai Bulan Bintang
dapat mengikuti Pemilu 2014. PBB ikut menjadi peserta Pemilu 2014 dan
mendapat nomor urut 14. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia juga
menjadi peserta Pemilu 2014 setelah KPU mengabulkannya pada 25 Maret
2013. PKPI menjadi peserta dengan nomor urut 15.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana regulasi yang mengatur partai politik sehubungan
dengan verifikasi pada pemilu 2014?
2. Bagaimana perkembangan verifikasi partai politik dari tahun 2009
hingga 2014?
B. Kajian Teori
1. Partai Politik
Dalam kehidupan yang demokrasi seperti di Indonesia sekarang
ini, partai politik merupakan instrumen yang wajib ada disuatu negara
yang menjalankan demokrasi. Bahkan pendapat yang ekstrim yang
mengatakan bahwa tidak ada demokrasi ketika tidak ada partai politik
didalamnya, karena partai politiklah yang memainkan peranan penting
dalam sistem demokrasi. Dengan adanya partai politik maka masyarakat
akan merasakan mempunyai negara/pemerintah, karena ketika tidak ada
kekuatan penyeimbang dari penguasa maka kecenderungannya adalah
4
kekuasaan tersebut akan digunakan secara berlebihan dan tentunya
masyarakatlah disini yang akan selalu dirugikan melalui kebijakan-
kebijakanya. menurut Carl J. Friedrich (Miriam Budiarjo: 404)
mendefiniskan partai politik adalah sekompok manusia yang terorganisir
sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut
atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan
partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota
partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil.
Sedangkan menurut Sigmund Neumann (Miriam Budiarjo:404)
mengatakan bahwa Partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis
politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta
merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau
golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda. Kemudian kalau
kita melihat Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2011 tentang partai
politik memberikan definisi sebagai berikut; Partai politik adalah
organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga
negara indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-
cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota,
masyarakat, bangsa dan negara serta memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945.
Dari definisi-definisi yang telah diuraikan diatas dapat kita
simpulkan bahwa partai politik adalah organisasi yang dibentuk oleh
masyarakat dewasa dengan landasan kepercayaan tentang nilai-nilai
tertentu tentang masyarakat yang dicita-citakan. Selanjutnya organisasi
tersebut digunakan untuk menciptakan masyarakat yang cita-citakan
melalui cara-cara yang sah yaitu dengan mendapatkan kekuasaan dibidang
politik. Dengan dimilikinya kekuasaan tersebut maka mereka akan lebih
mudah untuk menciptakan masyarakat yang dicita-citakan melalui
kebijakan- kebijakan yang dibuat. Ketika definisi diatas belum
memberikan gambaran yang utuh tentang partai politik maka untuk lebih
jelasnya kita lihat apa fungsi dari partai politik tersebut. Ada tujuh Fungsi
partai politik (Ramlan Surbakti: 116):
![Page 3: PPTND.pdf](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051610/5498ef6eb47959794d8b5647/html5/thumbnails/3.jpg)
5
Sosialisasi politik
Sosialisasi politik ialah proses pembentukan sikap dan orientasi
politik para anggota masyarakat, melalui proses sosialisasi politik
inilah masyarakat mengetahuinya arti pentingnya politik beserta
instumen-instumennya. Sosialisasi politik kemudian menghasilkan
budaya politik politik dalam bentuk perilaku politik yang tidak
destruktif, mengutamakan konsensus dibanding menggunakan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik, mempunyai pertimbangan
yang rasional dalam menentukan pilihan atau membuat keputusan
yang kemudian perilaku seperti akan menjadi modal untuk
pelaksanaan demokrasi (kedewasaan demokrasi).
Rekrutmen politik
Rekrutmen politik ialah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan
pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan
sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintah
pada khususnya. Dari partai politiklah diharapakan ada proses
kaderisasi pemimpin-pemimpin ataupun individu-individu yang
mempunyai kemampuan untuk menjalankan tugasnya dengan baik
sesuai dengan jabatan yang mereka pegang. Dalam alam demokrasi
walaupun individu disini diberikan kesempatan sama untuk mencapai
derajat tertentu, untuk mendapatkan suatu hal tetapi ada aturan
bagaimana cara individu tersebut mencapai hal tersebut melalui
undang-undang atau peraturan yang ada. Dengan adanya partai politik
maka individu-individu tadi akan lebih mudah untuk mendapatkan
keinginya di bidang politik, dalam artian walaupun tanpa partai
politikpun bisa mendapatkannya tetapi tentunya akan lebih sulit.
Partisipasi politik
Partai politik dengan fungsi komunikasi dan sosialisasi politiknya
akan membawa kepada pencerahan yang rasional kepada masyarakat
untuk kegiatan politik. Dengan fungsi tersebut kemudian diharapkan
akan memunculkan kesadaran masyarakat terkait nasibnya di masa
yang akan datang. Nasib mereka dimasa yang akan datang tersebut
6
akan sangat bergantung pada kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah, baik itu pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah,
presiden, gubernur atau walikota dan bupati, apakah itu dewan
perwakilan rakyat pusat atau dewan perwakilan daerah. Dari pihak-
pihak tersebutlah kebijakan yang ditujukan untuk mengalokasikan
nilai-nilai (ekonomi, pendidikan, kesehatan dan yang lain) akan dibuat
dan diperuntukan kepada masyarakat luas. Partisipasi politik ialah
kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan
dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan dalam ikut menentukan
pemimpinan pemerintah.
Pemandu kepentingan
Dalam masyarakat terdapat sejumlah kepentingan yang berbeda
bahkan acapkali bertentangan, seperti antara kehendak mendapatkan
keuntungan sebanyak-banyaknya dan kehendak untuk mendapatkan
barang dan jasa dengan harga murah tetapi bermutu; antara kehendak
untuk mencapai efisiensi dan penerapan teknologi yang canggih, tetapi
memerlukan tenaga kerja yang sedikit, dan kehendak untuk mendapat
dan mempertahankan pekerjaan; antara kehendak untuk mendapatkan
dan mempertahankan pendidikan tinggi yang bermutu tinggi, tetapi
dengan kegiatan menampung, menganalisis dan memadukan berbagai
kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan menjadi berbagai
alternatif kebijakan umum, kemudian diperjuangkan dalam proses
pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Itulah yang dimaksud
dengan fungsi pemandu kepentingan.
Komunikasi politik
Komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi
mengenai politik dari pemerintahan kepada masyarakat dan dari
masyarakat ke pemerintah. Informasi merupakan hal yang sangat
penting ketika kita berbicara organisasi modern, karena organisasi
(Pemerintah) tersebut akan dapat mempertahan kekuasaan ketika
mengerti apa saja yang menjadi kebutuhan dari masyarakatnya.
Banyak rezim di dunia ini yang tidak dapat mempertahankan
![Page 4: PPTND.pdf](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051610/5498ef6eb47959794d8b5647/html5/thumbnails/4.jpg)
7
kekekuasaannya yang dikarenakan mereka tidak mengerti apa yang
menjadi kebutuhan masyarakat sehingga dari situ muncul ketidak
puasan masyarakat kepada penguasanya yang kemudian berujung pada
proses penggantian penguasa baik itu dengan cara yang diatur secara
konstitusi ataupun dengan kudeta.
Disisi lain informasi juga dibutuhkan oleh masyarakat untuk
mengetahui sejauh mana pemerintah dalam menjalankan fungsinya,
dengan cara seperti apa dan bagaimana capaian yang dikehendaki.
Partai politik ini berada diantara pemerintah dan masyarakat, sehingga
sangat strategis posisinya dalam hubungan ini. Dalam hubunga ini
tentunya akan sangat tergantung di pihak mana partai politik berada,
apakah di pihak pemerintah ataukah oposisi, tentunya hal ini akan
mempengaruhi isi dari pemberian informasi yang diberikan kepada
masyarakat terkait dengan sudut pandang atau nilai-nilai yang
diperjuangkan.
Pengendalian konflik
Berbicara konflik ini kemudian akan berkaitan dengan
kepentingan, konflik ini muncul karena ada kepentingan-kepentingan
yang berbeda saling bertemu. Kepentingan disini adalah kepentingan
dari orang, kelompok, atau golongan-golongan yang ada dalam
masyarakat. Mengingat di dalam masyarakat Indonesia khususnya,
dimana dengan berbagai macam keberagaman yang ada baik itu
golongan, agama, etnis ataupun yang bersifat sektoral. Tentunya akan
banyak sekali kepentingan yang akan saling berbenturan, hal ini
tentunya akan membawa dampak yang luar biasa ketika dibiarkan
begitu saja. Memang konflik dalam masyarakat itu tidak bisa
dihilangkan tetapi yang harus dilakukan adalah bagaimana
memanajemen konflik tersebut supaya konflik tersebut sifatnya tidak
merusak hubunga antar golongan tadi dengan cara-cara kekerasan.
Partai politik sebagai salah satu lembaga demokrasi berfungsi
untuk mengendalikan konflik melalui cara berdialog dengan pihak-
pihak yang berkonflik, menampung dan memadukan berbagai aspirasi
8
dan kepentingan pihak-pihak yang berkonflik dan membawa
permasalahan kedalam musyarawarah badan perwakilan rakyat untuk
mendapatkan penyelesaian berupa keputusan politik.
Kontrol politik
Kontrol politik ialah kegiatan untuk menunjukkan kesalahan,
kelemahan dan penyimpangan dalam isi suatu kebijakan atau dalam
pelaksanaan kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh
pemerintahan. Produk dari pemerintahan ada suatu kebijakan,
kebijakan-kebijakan ini yang kemudian akan menyangkut kepentingan
masyarakat secara umum. Baik buruknya kebijakan tentunya sangat
bisa diperdebatkan mengingat kebijakan pemerintah tidak akan pernah
mungkin bisa memberikan kepuasan kepada semua orang.
Permasalahan yang muncul adalah kepada siapa kebijakan itu akan
memberi keuntungan. Pada titik inilah kemudian kontrol partai politik
memainkan fungsinya untuk menyikapi suatu kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah terkait kelemahan yang ada dan kemana
alokasi nilai-nilai dari kebijakan itu akan diberikan.
Ketika suatu kebijakan telah dibuat dan dimplementasikan pun
perang partai politik masih diperlukan untuk mengawal kebijakan
tersebut sesuai dengan tujuan awal yaitu untuk apa kebijakan itu
dibuat. Ketika kebijakan itu sudah menjadi keputusan tidak serta merta
dapat menyelesaikan permasalahan seperti yang telah direncanakan.
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya kebijakan
tersebut dalam menyelesaikan masalah. Faktor pelaksana kebijakan
merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh, karena
dibanyak kasus banyak kebijakan itu gagal atau kurang berhasil yang
diakibatkan oleh pelaku atau oknum yang mengejar kepentingan
pribadinya.
2. Pemilihan Umum (Pemilu)
Berdasarkan Undang-Undang No.8 tahun 2012 Pasal 1 ayat 1,
Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan
![Page 5: PPTND.pdf](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051610/5498ef6eb47959794d8b5647/html5/thumbnails/5.jpg)
9
kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Pemilihan Umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang(-orang)
untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut
beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat
pemerintahan, sampai kepala desa. Pada konteks yang lebih luas, Pemilu
dapat juga berarti proses mengisi jabatan-jabatan seperti ketua OSIS atau
ketua kelas, walaupun untuk ini kata 'pemilihan' lebih sering digunakan.
Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat
secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika,
public relations, komunikasi massa, lobby dan lain-lain kegiatan.
Meskipun agitasi dan propaganda di Negara demokrasi sangat dikecam,
namun dalam kampanye pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik
propaganda banyak juga dipakaioleh para kandidat atau politikus selalu
komunikator politik.
Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen,
dan kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan
program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama
waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara.
Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai.
Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan
pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para
peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih.
3. Regulasi
Regulasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
pengaturan. Regulasi di Indonesia diartikan sebagai sumber hukum formil
berupa peraturan perundang-undangan yang memiliki beberapa unsur,
yaitu merupakan suatu keputusan yang tertulis, dibentuk oleh lembaga
negara atau pejabat yang berwenang, dan mengikat umum.
10
Regulasi adalah "mengendalikan perilaku manusia atau masyarakat
dengan aturan atau pembatasan." Regulasi dapat dilakukan dengan
berbagai bentuk, misalnya: pembatasan hukum diumumkan oleh otoritas
pemerintah, regulasi pengaturan diri oleh suatu industri seperti melalui
asosiasi perdagangan, Regulasi sosial (misalnya norma), co-regulasi dan
pasar. Seseorang dapat, mempertimbangkan regulasi dalam tindakan
perilaku misalnya menjatuhkan sanksi (seperti denda). Tindakan hukum
administrasi, atau menerapkan regulasi hukum, dapat dikontraskan dengan
hukum undang-undang atau kasus.
Regulasi diamanatkan oleh upaya negara untuk menghasilkan hasil
yang tidak mungkin sebaliknya terjadi, memproduksi atau mencegah hasil
di tempat yang berbeda dengan apa yang dinyatakan mungkin terjadi, atau
memproduksi atau mencegah hasil dalam rentang waktu yang berbeda
daripada yang akan terjadi. Dengan cara ini, Regulasi dapat dilihat sebagai
artefak laporan pelaksanaan kebijakan. Contoh umum regulasi mencakup
kontrol di masukan pasar, harga, upah, persetujuan Pembangunan, efek
polusi, pekerjaan bagi orang-orang tertentu dalam industri tertentu, standar
produksi untuk barang-barang tertentu, pasukan militer dan jasa.
C. Pembahasan
1. Regulasi Yang Mengatur Verifikasi Partai Politik Dalam Pemilu 2014
Akhir bulan Agustus lalu akhirnya Mahkamah Konstitusi (MK)
memutus perkara judicial review terhadap UU Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD. Substansi putusan lembaga
pengawal konstitusi tersebut sangat berpengaruh terhadap eksistensi partai
politik di Indonesia secara keseluruhan, terutama partai politik yang ingin
mengikuti Pemilu 2014.
Substansi putusan MK tersebut mewajibkan semua partai politik untuk
mengikuti proses verifikasi yang dilakukan oleh KPU. Proses ini adalah
tahapan yang harus dilalui semua partai politik agar dapat ditetapkan
sebagai peserta Pemilu 2014. Syarat yang harus dilalui oleh partai politik
![Page 6: PPTND.pdf](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051610/5498ef6eb47959794d8b5647/html5/thumbnails/6.jpg)
11
agar dapat lolos dalam tahapan ini mengacu pada ketentuan Pasal 8 ayat (2)
UU Nomor 8 Tahun 2012 yang sudah diubah MK melalui putusannya.
Ada sembilan syarat yang harus dipenuhi partai politik secara
kumulatif, jika ada satu yang tidak dipenuhi maka otomatis tidak dapat
menjadi peserta pemilu. Syarat yang dianggap krusial tersebut antara lain
adalah memiliki kepengurusan diseluruh provinsi, memiliki kepengurusan
di 75% kabupaten/kota dalam provinsi tersebut, memiliki kepengurusan di
50% kecamatan dalam kabupaten/kota tersebut, keterwakilan 30%
perempuan dalam kepengurusan tingkat pusat, dan memiliki anggota
sekurang-kurangnya 1000 orang atau 1/1000 dari jumlah penduduk pada
kepengurusan partai politik di kabupaten/kota.
Saat ini KPU sudah mulai melakukan verifikasi awal partai politik
dengan cara melengkapi 17 syarat administratif. Dari 46 partai politik yang
diberikan kesempatan untuk melengkapi syarat tersebut, hanya 34 partai
politik yang sanggup melengkapi. Selebihnya dinyatakan gugur, partai
politik yang dinyatakan gugur tersebut ada yang pernah mengikuti pemilu
2009 dan bahkan mendapatkan kursi di beberapa daerah.
Verifikasi yang wajib dilalui oleh semua partai politik tanpa terkecuali
ini bisa dibilang merupakan langkah bijak dari MK. Makna lain dari putusan
MK tersebut adalah keinginan kuat bahwa peserta pemilu legislatif 2014
bukanlah partai lima tahunan, tetapi partai yang setiap waktu hidup bersama
dan ada untuk masyarakat.
Proses verifikasi yang sedang dijalani oleh partai politik ini terbilang
cukup berat. Tidak hanya bagi partai politik baru tetapi juga bagi partai
politik yang sudah memiliki kursi di parlemen. Tahap verifikasi ini akan
menentukan jumlah partai yang akan bertarung di pemilu legislatif tahun
2014. Sedikit atau banyak serta berkualitas atau tidaknya partai yang
menjadi peserta pemilu akan sangat bergantung pada kesuksesan tahap ini.
Verifikasi administrasi
1. Melaksanakan verifikasi administrasi dokumen persyaratan:
a) surat pendaftaran partai politik menjadi calon peserta Pemilu Anggota
DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota ditandatangani
12
oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal partai politik tingkat pusat
atau sebutan lain dan dibubuhi cap/stempel basah.
b) salinan Berita Negara Republik Indonesia yang memuat tanda
terdaftar bahwa partai politik tersebut sebagai badan hukum yang
telah dilegalisir oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
c) surat pernyataan yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik
tingkat pusat berkenaan kepengurusan, alamat dan kantor tetap tingkat
provinsi dan kabupaten/kota serta kepengurusan tingkat kecamatan
sesuai formulir Model F1-Parpol.
d) surat pernyataan yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik
tingkat pusat berkenaan daftar susunan pengurus dan alamat kantor
tetap partai politik tingkat provinsi sesuai formulir Lampiran 1 Model
F1-Parpol.
e) surat pernyataan yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik
tingkat pusat berkenaan daftar susunan pengurus dan alamat kantor
tetap partai politik tingkat kabupaten/kota sesuai formulir Lampiran 2
Model F1-Parpol.
f) surat pernyataan yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik
tingkat pusat berkenaan daftar susunan pengurus partai politik tingkat
kecamatan sesuai formulir Lampiran 3 Model F1-Parpol.
g) surat pernyataan yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik
tingkat pusat berkenaan daftar susunan pengurus dan alamat kantor
tetap partai politik tingkat pusat sesuai formulir Lampiran 4 Model
F1-Parpol.
h) keputusan partai politik tentang pengurus tingkat pusat, provinsi,
kabupaten/kota dan kecamatan.
i) surat pernyataan yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik
tingkat pusat berkenaan memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000
(seribu) orang atau 1/1.000 (satu perseribu) dari jumlah penduduk
pada setiap kepengurusan partai politik sesuai formulir Model F2-
Parpol.
j) surat pernyataan yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik
![Page 7: PPTND.pdf](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051610/5498ef6eb47959794d8b5647/html5/thumbnails/7.jpg)
13
tingkat pusat berkenaan rekapitulasi daftar anggota partai politik
dalam wilayah kabupaten/kota sesuai formulir Lampiran 1 Model F2-
Parpol.
k) softcopy daftar nama anggota partai politik sekurang-kurangnya 1.000
(seribu) orang atau 1/1.000 (satu perseribu) dari jumlah penduduk
pada setiap kabupaten/kota sesuai formulir Lampiran 2 Model F2-
Parpol.
l) surat pernyataan yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik
tingkat pusat berkenaan keterwakilan perempuan 30 % (tiga puluh
persen) pada kepengurusan partai politik tingkat pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota sesuai formulir Model F3-Parpol.
m) surat keterangan domisili kantor tetap dan alamat tetap partai politik
tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dari Camat atau sebutan
lain/Lurah/Kepala Desa atau sebutan lain sesuai formulir Model F11-
Parpol.
n) salinan bukti kepemilikan atau sewa atau pinjam kantor tetap partai
politik tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.
o) surat keterangan tentang pendaftaran nama, lambang, dan/ atau tanda
gambar partai politik dari kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia.
p) fotokopi nomor rekening atas nama partai politik pada tingkat pusat,
provinsi dan kabupaten/kota.
q) salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai politik
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
r) nama dan tanda gambar partai politik ukuran 10 x 10 cm berwarna
sebanyak 5 (lima) lembar.
2. Melaksanakan verifikasi administrasi keanggotaan partai politik:
a) Mencermati dugaan ganda keanggotaan partai politik dalam satu
partai politik atau antar partai politik.
b) Apabila terdapat dugaan ganda dalam satu partai politik, dihitung satu
keanggotaan.
14
c) Apabila terdapat dugaan ganda antar partai politik, ditindaklanjuti
dengan verifikasi faktual oleh KPU Kabupaten/Kota.
d) Setelah melakukan pencermatan, KPU menyampaikan daftar nama
anggota dalam bentuk softcopy kepada KPU Kabupaten/Kota untuk
dicocokkan dengan daftar nama anggota partai politik sebagaimana
formulir Lampiran 2 Model F2- Parpol dan fotokopi Kartu Tanda
Anggota (KTA).
3. Menyampaikan hasil verifikasi administrasi kepada partai politik.
Apabila terdapat dokumen persyaratan yang belum lengkap, partai politik
diberi kesempatan untuk melengkapi atau memperbaiki. Perbaikan
persyaratan disampaikan oleh DPP partai politik kepada KPU, kecuali
daftar nama anggota partai politik dalam bentuk hardcopy dan fotokopi
KTA disampaikan kepada KPU Kabupaten/Kota.
4. Melakukan verifikasi administrasi terhadap perbaikan persyaratan.
Apabila terdapat perbaikan syarat keanggotaan partai politik, KPU
melakukan pencermatan dugaan ganda dan menyampaikan hasilnya
kepada KPU Kabupaten/Kota untuk dicocokkan dengan hardcopy daftar
nama anggota partai politik dan fotokopi KTA hasil perbaikan.
Verifikasi Faktual
Verifikasi faktual dilaksanakan oleh:
1. Komisi Pemilihan Umum
Komisi Pemilihan Umum melaksanakan verifikasi faktual terhadap :
a. Kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) partai politik, yaitu
berkenaan dengan Ketua Umum atau sebutan lain, Sekretaris Jenderal
atau sebutan lain, dan Bendahara partai politik serta keterwakilan
perempuan paling sedikit 30% (tiga puluh perseratus) dalam
kepengurusan DPP partai politik (Model F4-Parpol),
b. Keberadaan kantor tetap DPP partai politik (Model F11-Parpol).
2. Komisi Pemiuhan Umum Provinsi
Komisi Pemilihan Umum Provinsi melaksanakan verifikasi faktual
terhadap:
![Page 8: PPTND.pdf](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051610/5498ef6eb47959794d8b5647/html5/thumbnails/8.jpg)
15
a. Kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) partai politik atau
sebutan lain, yaitu berkenaan dengan Ketua atau sebutan lain,
Sekretaris atau sebutan lain, dan Bendahara partai politik.
b. Keberadaan kantor tetap DPD partai politik di provinsi.
3. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota melaksanakan verifikasi
faktual terhadap :
a. Kepengurusan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) partai politik atau
sebutan lain, yaitu berkenaan dengan Ketua atau sebutan lain,
Sekretaris atau sebutan lain, dan Bendahara partai politik.
b. Keberadaan kantor tetap DPC partai politik di kabupaten/kota.
c. Keanggotaan partai politik di kabupaten/kota.
Verifikasi faktual terhadap kebenaran keberadaan kantor tetap partai politik:
1. Komisi pemilihan umum
a. Melakukan verifikasi faktual terhadap kebenaran keberadaan
alamat kantor partai politik tingkat pusat.
b. Sasaran verifikasi kebenaran kantor partai politik untuk
mengetahui kebenaran bahwa partai politik tersebut memiliki
kantor kepengurusan partai politik tingkat pusat sesuai dengan
alamat dimaksud dalam dokumen.
c. Melakukan pengecekan langsung ke alamat kantor kepengurusan
partai politik tingkat pusat berkenaan dengan kebenaran
keberadaan kantor partai politik di alamat tersebut.
d. Objek verifikasi meliputi:
1) keberadaan secara fisik kantor partai politik;
2) administrasi dan dokumen status kantor;
3) kelengkapan dan sarana alat tulis kantor.
e. Untuk kelengkapan administrasi dan dokumen status kantor,
dilakukan pengecekan terhadap dokumen status kantor (milik sendiri,
sewa menyewa, atau pinjam pakai). Kelengkapan kantor, antara lain
papan nama kantor dan alat tulis kantor.
16
f. Kekurangan kelengkapan kantor tersebut pada huruf d angka 3) tidak
dapat menggugurkan pemenuhan syarat verifikasi kebenaran kantor
partai politik.
g. Kantor partai politik di tingkat pusat wajib berkedudukan di ibu kota
negara.
h. Kantor partai politik dapat berupa rumah tinggal yang telah diubah
menjadi kantor partai politik.
2. Komisi pemilihan umum provinsi
a. Melakukan verifikasi faktual terhadap kebenaran keberadaan alamat
kantor partai politik tingkat provinsi.
b. Sasaran verifikasi kebenaran kantor partai politik untuk mengetahui
kebenaran bahwa partai politik tersebut memiliki kantor di provinsi
tersebut yang sesuai dengan alamat dimaksud dalam dokumen.
c. Jumlah provinsi yang menjadi acuan sebagaimana tertuang dalam
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 106/SK/KPU/Tahun
2008.
d. Provinsi yang dilakukan verifikasi faktual kebenaran kantor hanya
pada provinsi yang dinyatakan memenuhi syarat.
e. Melakukan pengecekan langsung ke alamat kantor tersebut
berkenaan dengan kebenaran keberadaan kantor partai politik di
alamat tersebut.
f. Objek verifikasi meliputi:
1) keberadaan secara fisik kantor partai politik;
2) administrasi dan dokumen status kantor;
3) kelengkapan dan sarana alat tulis kantor.
g. Untuk kelengkapan administrasi dan dokumen status kantor,
dilakukan pengecekan terhadap dokumen status kantor (milik sendiri,
sewa menyewa, atau pinjam pakai). Kelengkapan kantor, antara lain
papan nama kantor dan alat tulis kantor.
h. Kekurangan kelengkapan kantor tersebut pada huruf f angka 3) tidak
dapat menggugurkan pemenuhan syarat verifikasi kebenaran kantor
partai politik.
![Page 9: PPTND.pdf](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051610/5498ef6eb47959794d8b5647/html5/thumbnails/9.jpg)
17
i. Kantor partai politik di tingkat provinsi wajib berkedudukan di ibu
kota provinsi yang bersangkutan. Secara teritorial, ibu kota provinsi
meliputi wilayah kota dari ibu kota provinsi bersangkutan. Jika di
luar Ibu kota provinsi dinyatakan tidak memenuhi syarat.
j. Kantor partai politik dapat berupa rumah tinggal yang telah diubah
menjadi kantor partai politik.
k. Partai politik yang sama dengan kepengurusan provinsi dan kota
dapat berada di satu gedung sepanjang berada di ruangan yang
berbeda.
3. Komisi pemilihan umum kabupaten/kota
a. Melakukan verifikasi faktual terhadap kebenaran keberadaan alamat
kantor partai politik tingkat kabupaten/kota.
b. Sasaran verifikasi kebenaran kantor partai politik untuk mengetahui
kebenaran bahwa partai politik tersebut memiliki kantor di provinsi
tersebut yang sesuai dengan alamat dimaksud dalam dokumen.
c. Jumlah kabupaten/kota yang menjadi acuan sebagaimana tertuang
dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor
106/SK/KPU/Tahun 2008.
d. Kabupaten/kota yang dilakukan verifikasi faktual kebenaran kantor
hanya pada provinsi yang dinyatakan memenuhi syarat.
e. Melakukan pengecekan langsung ke alamat kantor tersebut
berkenaan dengan kebenaran keberadaan kantor partai politik di
alamat tersebut.
f. Objek verifikasi meliputi :
1) keberadaan secara fisik kantor partai politik;
2) administrasi dan dokumen status kantor;
3) kelengkapan dan sarana alat tulis kantor.
g. Untuk kelengkapan administrasi dan dokumen status kantor,
dilakukan pengecekan terhadap dokumen status kantor (milik sendiri,
sewa menyewa, atau pinjam pakai). Kelengkapan kantor, antara lain
papan nama kantor dan alat tulis kantor.
h. Kekurangan kelengkapan kantor tersebut pada huruf f angka 3) tidak
18
dapat menggugurkan pemenuhan syarat verifikasi kebenaran kantor
partai politik.
i. Kantor partai politik di tingkat kota (dulu dikenal dengan sebutan
kota administratif atau kotamadya), wajib di wilayah kota tersebut.
j. Mengingat beragamnya masalah berkenaan ibu kota kabupaten,
kantor partai politik di tingkat kabupaten tidak wajib berada di ibu
kota kabupaten, tetapi dapat berada di seluruh wilayah dalam
kabupaten tersebut. Sedangkan kantor partai politik kabupaten tidak
dibenarkan berada di wilayah kota atau wilayah kabupaten lainnya.
k. Kantor partai politik dapat berupa rumah tinggal yang telah diubah
menjadi kantor partai politik.
l. Partai politik yang sama dengan kepengurusan kota dan provinsi
dapat berada di satu gedung sepanjang berada di ruangan yang
berbeda.
Verifikasi faktual terhadap keanggotaan partai politik bertujuan
untuk membuktikan kebenaran adanya keanggotaan partai politik
tersebut. Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan dalam verifikasi
faktual:
Langkah pertama, melakukan seleksi terhadap keabsahan
dokumen administrasi keanggotaan partai politik yang tidak memenuhi
syarat misainya KTA ganda.
Langkah kedua, setelah jumlah KTA tersebut bersih, kemudian
dilakukan penarikan sample 10% (sepuluh persen) dari total
keanggotaan bersih yang diserahkan partai politik di tiap-tiap
kabupaten/kota. Bukan 10% (sepuluh persen) dari batas minimal
1/1000 jumlah penduduk. Metode acak sample dapat dilakukan secara
manual dengan gulungan kertas atau komputerisasi.
Langkah ketiga, sample tiap-tiap partai politik diklasifikasikan
per kecamatan dan per desa lengkap dengan alamat sample tersebut.
Langkah keempat, anggota PPS melakukan verifikasi kebenaran
keanggotaan partai politik satu per satu ke rumah-rumah anggota partai
politik atau dengan cara lain yang dimungkinkan. Dalam konteks ini,
![Page 10: PPTND.pdf](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051610/5498ef6eb47959794d8b5647/html5/thumbnails/10.jpg)
19
PPS dilarang membocorkan sampel kepada partai politik.
Langkah kelima, total sampel yang memenuhi syarat (MS) dan
tidak memenuhi syarat (TMS) direkapitulasi oleh KPU
Kabupaten/Kota. Apabila total sampel yang dikategorikan MS
memenuhi ketentuan minimal 10% (sepuluh persen) dari 1/1000 atau
1.000 jumlah penduduk, maka partai politik tersebut dinyatakan
memenuhi syarat (MS) keanggotaan partai politik di kabupaten/kota
itu dan tidak perlu dilanjutkan dengan perbaikan sampel, kendatipun
ada sampel yang TMS.
Langkah keenam, bagi partai politik yang tidak memenuhi syarat
ketentuan minimal 10% (sepuluh persen) sampel, maka perbaikan
akan dilakukan.
Langkah ketujuh, dalam waktu 3 (tiga) hari, KPU
Kabupaten/Kota melakukan verifikasi faktual terhadap sampel yang
memenuhi ketentuan angka 8, melalui PPS.
Langkah kedelapan, KPU Kabupaten/Kota merekapitulasi
kembali sampel- sampel yang diverifikasi pada angka 9 di atas dan
dijumlahkan dengan sampel pada tahap verifikasi pertama yang
telah memenuhi syarat. Apabila total sampel yang memenuhi syarat
dari verifikasi tahap pertama dan kedua ternyata masih kurang dari
batas minimal persyaratan, maka dinyatakan partai politik tersebut
tidak memenuhi keanggotaan partai politik di kabupaten/kota yang
bersangkutan.
Dalam hal PPK dan PPS belum terbentuk atau tidak dapat
melaksanakan tugasnya, KPU Kabupaten/Kota dapat melakukan
verifikasi faktual dengan cara- cara yang memungkinkan sepanjang
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Untuk lebih rincinya, berikut ini isi dari Undang-undang No. 8
Tahun 2012 sehubungan dengan partai politik dan verifikasi dalam
pemilihan umum untuk tahun 2014 mendatang:
BAB III
PESERTA DAN PERSYARATAN MENGIKUTI PEMILU
20
Pasal 8
(1) Partai Politik Peserta Pemilu pada Pemilu terakhir yang memenuhi
ambang batas perolehan suara dari jumlah suara sah secara nasional
ditetapkan sebagai Partai Politik Peserta Pemilu pada Pemilu
berikutnya.
(2) Partai politik yang tidak memenuhi ambang batas perolehan suara
pada Pemilu sebelumnya atau partai politik baru dapat menjadi
Peserta Pemilu setelah memenuhi persyaratan:
a. berstatus badan hukum sesuai dengan Undang-Undang
tentang Partai Politik;
b. memiliki kepengurusan di seluruh provinsi;
c. memiliki kepengurusan di 75% (tujuh puluh lima persen)
jumlah kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan;
d. memiliki kepengurusan di 50% (lima puluh persen) jumlah
kecamatan di kabupaten/kota yang bersangkutan;
e. menyertakan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen)
keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai politik
tingkat pusat;
f. memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) orang
atau 1/1.000 (satu perseribu) dari jumlah Penduduk pada
kepengurusan partai politik sebagaimana dimaksud pada
huruf c yang dibuktikan dengan kepemilikan kartu tanda
anggota;
g. mempunyai kantor tetap untuk kepengurusan pada tingkatan
pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sampai tahapan terakhir
Pemilu;
h. mengajukan nama, lambang, dan tanda gambar partai politik
kepada KPU; dan
i. menyerahkan nomor rekening dana Kampanye Pemilu atas
nama partai politik kepada KPU.
Pasal 9
![Page 11: PPTND.pdf](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051610/5498ef6eb47959794d8b5647/html5/thumbnails/11.jpg)
21
(1) KPU melaksanakan penelitian administrasi dan penetapan
keabsahan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.
(2) Ketentuan mengenai tata cara penelitian administrasi dan
penetapan keabsahan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan peraturan KPU.
PENDAFTARAN PARTAI POLITIK SEBAGAI CALON PESERTA
PEMILU
Pasal 14
(1) Partai politik dapat menjadi Peserta Pemilu dengan mengajukan
pendaftaran untuk menjadi calon Peserta Pemilu kepada KPU.
(2) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan
surat yang ditandatangani oleh ketua umum dan sekretaris jenderal
atau sebutan lain pada kepengurusan pusat partai politik.
(3) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilengkapi
dengan dokumen persyaratan yang lengkap.
(4) Jadwal waktu pendaftaran Partai Politik Peserta Pemilu ditetapkan
oleh KPU paling lambat 20 (dua puluh) bulan sebelum hari
pemungutan suara.
VERIFIKASI PARTAI POLITIK CALON PESERTA PEMILU
Pasal 16
(1) KPU melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terhadap partai
politik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2).
(2) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus selesai
dilaksanakan paling lambat 15 (lima belas) bulan sebelum hari
pemungutan suara.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan dan waktu verifikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
peraturan KPU.
22
PENETAPAN PARTAI POLITIK SEBAGAI PESERTA PEMILU
Pasal 17
(1) Partai politik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
ditetapkan sebagai Peserta Pemilu dengan melampirkan dokumen
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a, huruf
b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf g, dan huruf h serta dilengkapi
dengan surat keterangan memenuhi ambang batas perolehan suara
DPR dari jumlah suara sah secara nasional pada Pemilu
sebelumnya dan perolehan kursi di DPR, DPRD provinsi, dan
DPRD kabupaten/kota dari KPU.
(2) Partai politik calon Peserta Pemilu yang lulus verifikasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ditetapkan sebagai Peserta
Pemilu oleh KPU.
(3) Penetapan partai politik sebagai Peserta Pemilu dilakukan dalam
sidang pleno KPU.
(4) Penetapan nomor urut partai politik sebagai Peserta Pemilu
dilakukan secara undi dalam sidang pleno KPU terbuka dan
dihadiri oleh wakil seluruh Partai Politik Peserta Pemilu.
(5) Hasil penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)
diumumkan oleh KPU.
PENGAWASAN ATAS PELAKSANAAN VERIFIKASI PARTAI
POLITIK CALON PESERTA PEMILU
Pasal 18
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Panwaslu Kabupaten/Kota
melakukan pengawasan atas pelaksanaan verifikasi partai politik
calon Peserta Pemilu yang dilaksanakan oleh KPU, KPU Provinsi,
dan KPU Kabupaten/Kota.
(2) Dalam hal Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Panwaslu
Kabupaten/Kota menemukan kesengajaan atau kelalaian yang
dilakukan oleh anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU
Kabupaten/Kota dalam melaksanakan verifikasi partai politik calon
![Page 12: PPTND.pdf](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051610/5498ef6eb47959794d8b5647/html5/thumbnails/12.jpg)
23
Peserta Pemilu sehingga merugikan atau menguntungkan partai
politik calon Peserta Pemilu, maka Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan
Panwaslu Kabupaten/Kota menyampaikan temuan tersebut kepada
KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota.
(3) Temuan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Panwaslu
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib
ditindaklanjuti oleh KPU, KPU Provinsi, dan KPU
Kabupaten/Kota.
Dan aturan-aturan partai politik terkait verifikasi dalam pemilihan
umum juga termasuk dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik. Berikut rinciannya:
Pasal 51
(1) Partai Politik yang telah disahkan sebagai badan hukum berdasarkan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik tetap
diakui keberadaannya dengan kewajiban melakukan penyesuaian
menurut Undang-Undang ini dengan mengikuti verifikasi.
(1a) Verifikasi Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan Partai Politik yang dibentuk setelah Undang-Undang ini
diundangkan, selesai paling lambat 2 ½ (dua setengah) tahun
sebelum hari pemungutan suara pemilihan umum. (1b) Dalam hal
Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memenuhi
syarat verifikasi, keberadaan Partai Politik tersebut tetap diakui
sampai dilantiknya anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD
kabupaten/kota hasil Pemilihan Umum tahun 2014. (1c) Anggota
DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dari Partai Politik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1b) tetap diakui keberadaannya
sebagai anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota
sampai akhir periode keanggotaannya.
2. Verifikasi Partai Politik Dalam Pemilihan Umum 2009 dan 2014
a. Pemilu 2009
24
Partai politik yang lolos verifikasi administrasi pada pemilihan
umum tahun 2009 yaitu:
1.Partai Barisan Nasional
2.Partai Demokrasi Pembaruan
3.Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
4.Partai Hanura
5.Partai Indonesia Sejahtera
6.Partai Karya Perjuangan
7.Partai Kasih Demokrasi Indonesia
8.Partai Kebangkitan Nasional Ulama
9.Partai Kedaulatan
10.Partai Matahari Bangsa
11.Partai Nasional Benteng Kerakyatan
12.Partai Patriot
13.Partai Peduli Rakyat Nasional
14.Partai Pemuda Indonesia
15.Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia
16.Partai Perjuangan Indonesia Baru
17.Partai Persatuan Daerah
18.Partai Republik Nusantara
19. Partai Amanat Nasional (PAN)
20 Partai Bintang Reformasi (PBR)
21. Partai Bulan Bintang (PBB)
22. Partai Damai Sejahtera (PDS)
23. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
24. Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK)
25. Partai Demokrat
26. Partai Golongan Karya (Partai Golkar)
27. Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB)
28. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)
29. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
30. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
![Page 13: PPTND.pdf](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051610/5498ef6eb47959794d8b5647/html5/thumbnails/13.jpg)
25
31. Partai Nasional Indonesia (PNI) Marhaenisme
32. Partai Pelopor
33. Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI)
34. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
Sedangkan daftar 11 parpol yang tidak lolos verifikasi
administrasi KPU pada saat itu :
1. Partai Islam
2. Partai Kristen Demokrasi Indonesia
3. Partai Tenaga Kerja Indonesia
4. Partai Masyarakat Madani
5. Partai Pemersatu Nasional Indonesia
6. Partai Republik
7. Partai Bela Negara
8. Partai Nasional Indonesia
9. Partai Persatuan Perjuangan Rakyat
10. Partai Kerakyatan Nasional
11. Partai Reformasi Demokrasi
b. Pemilu 2014
Dari 16 Partai Politik yang dinyatakan lolos verifikasi administrasi
Tahap II, adalah sebagai berikut :
1. Partai Nasdem
2. PDIP
3. PKB
4. Partai Bulan Bintang
5. Partai Hanura
6. PAN
7. Partai Golkar
8. PKS
9. Partai Gerindra
10. Partai Demokrasi Pembaruan
26
11. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
12. Partai Demokrat
13. Partai Persatuan Pembangunan
14. Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru
15. Partai Peduli Rakyat Nasional
16. Partai Persatuan Nasional
Sementara 18 Partai Politik yang dinyatakan tidak lolos verifikasi
administrasi Tahap II, adalah sebagai berikut :
1. Partai Demokrasi Kebangsaan
2. Partai Kesatuan Demokrasi Indonesia
3. Partai Kongres
4. Partai Serikat Rakyat Independen
5. Partai Karya Republik
6. Partai Nasional Republik
7. Partai Buruh
8. Partai Damai Sejahtera
9. Partai Republika Nusantara
10. Partai Nasional Indonesia Marhaenisme
11. Partai Karya Peduli Bangsa
12. Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia
13. Partai Penegak Demokrasi Indonesia
14. Partai Kebangkitan Nasional Ulama
15. Partai Republik
16. Partai Kedaulatan
17. Partai Bhinneka Indonesia
18. Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia
Selasa, 8 Januari 2013, Komisi Pemilihan Umum KPU mengumumkan
verifikasi faktual partai politik yang lolos verifikasi untuk Pemilu 2014.
Ada 10 Partai yang lolos, yaitu 9 partai yang sudah ada pada Pemilu 2009
dan 1 partai baru. Sedangkan sisanya yaitu 24 partai yang mendaftar tidak
lolos verifikasi. Menurut Ketua KPU Husni Kamil Manik, ke 10 partai
![Page 14: PPTND.pdf](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051610/5498ef6eb47959794d8b5647/html5/thumbnails/14.jpg)
27
politik yang lolos memenuhi syarat verifikasi di 33 provinsi diantaranya,
organisasi cabang yang jelas di setiap propinsi maupun kabupaten baik
dari segi kepengurusan, keberadaan sekretariat, dana pendukung dan
berbadan hokum. Keputusan meloloskan hanya 10 partai politik untuk
Pemilu 2014 oleh KPU memerlukan perjuangan cukup berat. Karena
membutuhkan proses yang panjang, teliti dan dengan data akurat serta
kredibel. KPU mempersilahkan para partai yang tidak lolos untuk
mengajukan gugatan ke Badan Pengawas Pemilu BAWASLU atau
gugatan secara perdata.
10 Partai tersebut adalah:
1. Partai Nasional Demokrat (NasDem)
2. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
3. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
5. Partai Golongan Karya (Golkar)
6. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
7. Partai Demokrat (PD)
8. Partai Amanat Nasional (PAN)
9. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
10. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)
Dalam perkembangannya ternyata ada 2 parpol lagi yang dinyatakan
lolos verifikasi oleh pengadilan sehingga peserta pemilu menjadi 12 parpol
nasional dan 3 parpol lokal di Aceh. 2 parpol yang dinyatakan lolos
verifikasi melalui keputusan pengadilan yakni Partai Bulan Bintang [PBB]
pada tanggal 18 Maret 2013 dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
[PKPI] pada tanggal 25 Maret 2013.
Berikut daftar tetap partai politik peserta pemilu tahun 2014 beserta
nomor urutnya :
1. Partai Nasional Demokrat [Nasdem]
28
2. Partai Kebangkitan Bangsa [PKB]
3. Partai Keadilan Sejahtera [PKS]
4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan [PDIP]
5. Partai Golongan Karya [Golkar]
6. Partai Gerakan Indonesia Raya [Gerindra]
7. Partai Demokrat [PD]
8. Partai Amanat Nasional [PAN]
9. Partai Persatuan Pembangunan [PPP]
10. Partai Hati Nurani Rakyat [Hanura]
11. Partai Damai Aceh [PDA]
12. Partai Nasional Aceh [PNA]
13. Partai Aceh [PA]
14. Partai Bulan Bintang [PBB]
15. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia [PKPI]
![Page 15: PPTND.pdf](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051610/5498ef6eb47959794d8b5647/html5/thumbnails/15.jpg)
29
Seperti yang sudah diketahui, untuk menjadi peserta Pemilu 2009, partai
politik hanya disyaratkan memiliki kepengurusan minimal di 2/3 jumlah
provinsi dan memiliki kepengurusan minimal di 2/3 jumlah
kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan, untuk provinsi yang
bersangkutan. Untuk menuju Pemilu 2014, syarat itu diperberat menjadi
memiliki kepengurusan di seluruh provinsi, memiliki pengurus minimal di
75% jumlah kabupaten/kota di provinsi bersangkutan, dan memiliki
kepengurusan minimal di 50% jumlah kecamatan di kabupaten/kota
bersangkutan.
30
D. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan:
1. Verifikasi administrasi dan verifikasi faktual diperlukan untuk lebih
meyakinkan pada posisi parpol bahwa mereka memang solid dan layak
untuk jadi wakil rakyat.
2. Fakta hukum bahwa syarat yang harus dipenuhi oleh partai politik
untuk mengikuti pemilihan umum legislatif tahun 2009 ternyata
berbeda dengan persyaratan untuk pemilihan umum legislatif tahun
2014. Syarat untuk menjadi peserta pemilihan umum bagi partai politik
tahun 2014 justru lebih berat bila dibandingkan dengan persyaratan
yang harus dipenuhi oleh partai politik baru dalam pemilihan umum
legislatif tahun 2009.
Tidak adil apabila partai politik yang telah lolos menjadi peserta
pemilihan umum pada tahun 2009 tidak perlu diverifikasi ulang untuk
dapat mengikuti pemilihan umum pada tahun 2014 sebagaimana partai
politik baru, sementara partai politik yang tidak memenuhi
parliamentary threshold (PT) harus mengikuti verifikasi dengan syarat
yang lebih berat.
Dengan demikian, demi penyederhanaan partai politik, syarat
menjadi peserta pemilihan umum yang diatur dalam Pasal 8 Ayat (2)
UU No 8/2012 harus diberlakukan kepada semua partai politik yang
akan mengikuti Pemilihan Umum 2014, tanpa kecuali.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan:
Keberadaan syarat verifikasi yang terbilang berat ini diharapkan dapat
membuat partai politik untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Proses
verifikasi administrasi dan faktual yang telah dijalankan oleh KPU sudah
semestinya akan menghasilkan partai politik peserta pemilu yang benar-
benar menjalankan fungsinya selama ini. Dengan diadakannya verifikasi
![Page 16: PPTND.pdf](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051610/5498ef6eb47959794d8b5647/html5/thumbnails/16.jpg)
31
administrasi dan faktual diharapkan lebih membuat masyarakat untuk
lebih terdidik lagi pada sisi politiknya.
Proses verifikasi sudah semestinya dilakukan oleh KPU dengan
mengedepankan syarat formal yang telah ditetapkan oleh UU dan
diperkuat oleh MK. Masyarakat juga harus mengawasi dan mengawasi
proses ini dengan sebaik-baiknya, kompromi-kompromi politik yang
mungkin terjadi untuk meloloskan partai politik yang tidak memenuhi
syarat jangan sampai terjadi.
Bagi partai politik yang benar-benar menjalankan fungsinya sebagai
sarana artikulasi dan agregasi kepentingan, komunikasi, sosialisasi, serta
rekrutmen politik maka sembilan syarat tersebut akan mudah dilalui
dengan baik. Sebaliknya, jika fungsi-fungsi partai politik tersebut tidak
berjalan maka sudah tentu sangat sulit untuk memenuhi syarat tersebut.
Dengan jumlah peserta pemilu yang tak terlalu banyak, maka
diharapkan partai politik yang lolos ke parlemen, yang berarti juga jumlah
fraksi makin sedikit. Makin sedikit jumlah parpol di parlemen, maka
diharapkan pemerintahan yang berjalan tidak terlalu gaduh.