ppi_kel.10

19
PENYAKIT DAN PARASIT IKAN TRANSVERSOTEMA, SANGUINICOLA, CLINOSTOMUM “Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada Mata Kuliah Penyakit dan Parasit Ikan” Disusun oleh: Kelompok 10 Sarimanah 230110130141 e!i N 2301101300"# Nurul Amali$ah 23011013013% Ri&a au&i 23011013011' Aris(a Tania 230110130 )NI*ERSITAS PAD+AD+ARAN AK),TAS PERIKANAN DAN I,-) KE,A)TAN PR./RA- ST)DI PERIKANAN +ATINAN/.R 201'

Upload: fauzisulaiman

Post on 05-Oct-2015

67 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

nvvhv

TRANSCRIPT

PENYAKIT DAN PARASIT IKANTRANSVERSOTEMA, SANGUINICOLA, CLINOSTOMUMDibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada Mata KuliahPenyakit dan Parasit IkanDisusun oleh:Kelompok 10Sarimanah230110130141Fevi N230110130098Nurul Amaliyah 230110130137Riza Fauzi230110130115Arisca Tania230110130

UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANANJATINANGOR201510

KATA PENGANTARPuji serta syukur kami panjatkan kehadirat illah robbi yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai Transversotema, sanguinicola, clinostomum, yang merupakan sub bab dari mata kuliah Penyakit dan Parasit Ikan. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah limpahkan pada Nabi Muhammad SAW kepada keluarganya kepada para sahabat serta pada umatnya hingga akhir jaman.Kami berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan makalah hingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya, terutama kepada kelompok 10 yang telah menyusun makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca kami harapkan untuk kemajuan penulisan makalah ini dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Jatinangor,01 Maret2015

Kelompok 10

DAFTAR ISI

BABJudul Halaman

KATA PENGANTAR ..........................................................iDAFTAR ISI.......................................................................iiDAFTAR GAMBAR ............................................................iiiI. PENDAHULUAN ..........................................................11.1. Latar Belakang ........................................................11.2. Tujuan .....................................................................1II. PEMBAHASAN.............................................................22.1. Pengertian Penyakit dan Parasit.................................2.2. Clinostomum ............................................................2.3. Transversotrema .......................................................2.4. Sanguinicola.............................................................III. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................4.1 Kesimpulan .............................................................4.2 Saran .........................................................................DAFTAR PUSTAKA ..........................................................

DAFTAR GAMBAR

Gambar Jenis HalamanGambar.1.......................................................Gambar.2.........................................................Gambar.3........................................................Gambar.4....................................................Gambar.5................................................Gambar.6.......................................................Gambar.7...................................................Gambar.8..........................................................Gambar.9..............................................

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakangParasit adalah istilah yang digunakan untuk menyebut makhluk hidup yang hidupnya tergantung pada makhluk hidup lainnya. Kata parasit berasal dari bahasa Yunani Parasitos yang artinya di samping makanan (para=di samping/di sisi, dan sitos=makanan). Parasit hidup dengan menempel dan menghisap nutrisi dari makhluk hidup yang di tempelinya. Makhluk hidup yang di tempeli oleh parasit di sebut dengan istilah inang. Secara umum, keberadaan parasit pada suatu inang akan merugikan dan menurunkan produktivitas inang. Karena selain menumpang tempat tinggal, parasit juga mendapatkan nutrisi dan sari makanan dari tubuh inang. Hal seperti ini akan menyebabkan tubuh inang mengalami mal nutrisi yang akan mempengaruhi metabolisme tubuhnya. Contohnya parasit yang dapat menyerang pada ikan, di antaranya adalah Transversotema, sanguinicola, clinostomum.Transversotema adalah jenis parasit yang menginfeksi tubuh ikan dengan gambaran bintil-bintil merah pada tubuh ikan yang di infeksinya. Sanguinicola adalah penyakit yang disebabkan oleh termatoda, sedangkan clinostomom adalah genus dari parasit cacing (kelas Trematoda ). Hal ini biasa disebut "grub kuning". Hal ini ditemukan di banyak ikan air tawar1.2 TujuanTujuan disusunnya makalah ini yaitu untuk mengetahui beberapa jenis parasit mulai dari siklus hidup, cara dan gejala penginfeksian dan pengobatannya.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Pengertian penyakit dan parasit ikanPenyakit ikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat mengganggu suatu fungsi atau struktur dan alat tubuh atau sebagian alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi air), kondisi inang (ikan budi daya), dan adanya jasad patogen (jasad penyakit). Dengan demikian, timbulnya serangan penyakit itu merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara lingkungan, ikan dan jasad/organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stres pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan dirinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit.Parasit adalah istilah yang digunakan untuk menyebut makhluk hidup yang hidupnya tergantung pada makhluk hidup lainnya. Kata parasit berasal dari bahasa Yunani Parasitos yang artinya di samping makanan (para=di samping/di sisi, dan sitos=makanan). Parasit hidup dengan menempel dan menghisap nutrisi dari makhluk hidup yang di tempelinya. Makhluk hidup yang di tempeli oleh parasit di sebut dengan istilah inang. Secara umum, keberadaan parasit pada suatu inang akan merugikan dan menurunkan produktivitas inang. Karena selain menumpang tempat tinggal, parasit juga mendapatkan nutrisi dan sari makanan dari tubuh inang. Hal seperti ini akan menyebabkan tubuh inang mengalami mal nutrisi yang akan mempengaruhi metabolisme tubuhnya. Contohnya parasit yang dapat menyerang pada ikan, di antaranya adalah Transversotema, sanguinicola, clinostomum.

2.2. Clinostomum 2.2.1 klasifikasi Clinostonum dari wikipediaKingdom:Animalia

Phylum:Platyhelminthes

Class:Trematoda

Order:Strigeidida

Family:Clinosomatidae

Genus:Clinostomum

Species:C. complanatum

Gambar 1. clistomumClinostomum complanatum pertama sekali ditemukan oleh Rudolphi pada tahun 1814, jenis yang sama dengan nama baru menjadi Clinostomum marginatum ditemukan pada tahun 1819. Sejak saat itu parasit ini dikenal di berbagai negara dan ditemukan dapat menginfeksi pada hewan, ikan dan termasuk manusia.

2.2.2 Morfologi ClinostomumSerkaria dari Clinostomum complanatum yang ditemukan pada siput air tawar (Radix auricularia coreana) .Tubuh memiliki sirip dorsal transparan yang memanjang secara longitudinal dan ditutupi oleh duri-duri halus. Organ penetrasi berkembang dengan baik berada di ujung anterior .Celah mulut berada di sebelah ventral di belakang organ penetrasi. Sepasang bintik mata terletak di sepertiga bagian anterior. Redia ditemukan pada siput air tawar (Radix auricularia coreana) dengan morfologi bentuk irregular, berisi 10-45 bola-bola germinal. Pharinx redia berada di dekat ujung. Usus memanjang kearah posterior. Lubang genital berada di bagian lateral di bawah pharynx. Metaserkaria Clinostomum complanatum ditemukan di otot, jaringan sekitar insang, dan sirip ikan. Metasersaria yang berada dalam bentuk kista bentuknya seperti daun, sedikit tipis pada daerah postacetabular, panjang berkisar 3.28 - 4.27 mm dan lebar berkisar 0.94 1.46 mm.Pada permukaan tubuh tidak memiliki duri. Oral sucker anterior, panjang 0.22 0.32 mm, lebar 0.27 - 0.43 mm. Ventral sucker sepertiga anterior, panjang 0.51 0.77 mm, lebar 0.52 0.75 mm. Ususnya bercabang dua, memiliki sejumlah kantong tengah posterior dibelakang acetabulum. Organ genital sepertiga tengah tubuh. Testis berpasangan, berlobus. Uterus memanjang antara dua testis sampai ke postacetabular. Ovari kecil. Lubang genital terletak di sebelah kanan anteriodexter testis. Clinostomum complanatum dewasa berbentuk daun, panjang 4.20 - 4.86 mm, lebar 1.14 - 1.49 mm. Tubuh membesar di bagian ventral sucker. Pada permukaan kulit tidak terdapa duri. Oral sucker subterminal, panjang 0.28 - 0.34, lebar 0.37 - 0.44 mm. Pharynx dan oesophagus tak jelas. Ceca bercabang dua, di belakang oral sucker, berisi material coklat. Lubang ventral sucker longitudinal. Testis dipisahkan oleh uterus. Testis anterior 0.38 - 0.44 mm dan 0.41 -0.62 mm, testis posterior 0.31 - 0.40 mm dan 0.53 - 0.71 mm. Ovarium oval, berukuran 0.21 - 0.29 mm dan 0.14 - 0.21 mm terletak diantara testis menyentuh bagian kanan ceca. Kantong cirrus tidak jelas. Uterus terletak diantara ventral sukcer dan testis posterior. Vitellaria folicular, postacetabular sampai ujung caudal, di lateral tubuh. 2.2.3 Siklus hidupGambar.2 siklus hidup clistomumSiklus hidup Clinostomum complanatum merupakan siklus yang rumit . Parasit dewasa ditemukan pada burung seperti burung bangau biru (heron), cacing melekat dengan menggunakan otot-otot sucker. Telur dikeluarkan dari cacing dewasa dan masuk ke perairan ketika burung sedang makan. Mirasidium yang dilengkapi dengan silia akan keluar dari telur, berenang di dalam air dan memiliki stylet atau tonjolan duri untuk penetrasi ke hospes berikutnya yaitu siput. Di dalam tubuh siput, mirasidium berkembang menjadi sporokista. Sporokista berisi stadium redia, redia berisi serkaria yang keluar dengan berenang bebas di dalam air dan kontak dengan ikan yang cocok sebagai hospes perantara kedua. Serkaria melakukan penetrasi melalui kulit ikan di dalam otot hospesnya, melepaskan ekornya dan membentuk kista yang kemudian disebut dengan yellow grub. Pada saat burung memakan ikan yang terinfeksi serkaria, kista tersebut akan pecah dan akhirnya menjadi metaserkaria dan berkembang menjadi dewasa. Siklus hidup C. complanatum melibatkan 2 hospes perantara dan hospes definitif. Hospes perantara pertama banyak ditemukan pada moluska atau gastropoda, hospes perantara kedua ditemukan pada berbagai ikan dan hospes definitif kebanyakan ditemukan pada burung. Terdapat 12 spesies ikan air tawar yang berperan sebagai hospes perantara kedua, diantaranya ada 3 spesies dan dua subspesies, yaitu Acheilognathus koreensis, Microphysogobio yaluensis, Rhodeus uyekii, Sqalidus chankaensis tsuchigae, S. gracilis majimae. Jenis ikan ini merupakan hospes perantara kedua yang baru dari Clinostomum. Ikan hias seperti ikan Misgurnus anguillicaudatus, Carasssius auratus dan Plecoglossus altivelis juga dijumpai sebagai hospes perantara kedua C. complanatum. Di Texas ditemukan metaserkaria C. complanatum pada Ambystoma tigrinum mavortium dengan prevalensi sebesar 62.5%, sedangkan Notophthalmus viridescens dengan prevalensi C. complanatum hanya 7.4% ditemukan di Michigan. Xenopus laevis ditemukan sebagai hospes dari Afrika dan Eurycea lucifuga sebagai hospes C. complanatum yang baru di Tennessee, Kalifornia. Di Amerika Utara 6 parasit ini umum ditemukan di kolam budidaya ikan air tawar. Di Jepang ditemukan prevalensi pada benih Misgurnus anguillicaudatus sebesar 8 % dan juga menginfeksi 4 jenis ikan air tawar yaitu Carassius carassius, Rhodeus lanceolatus, Cobitis anguillicaudatus dan Pseudogobio esocinus. C. complanatum adalah agen kausatif penyebab infeksi Clinostomum yang dilaporkan di Jepang, infeksi terjadi akibat memakan ikan mentah. Clinostomum tilapiae ditemukan di dalam usus ikan nila (Oreochromis niloticus) dan Seratherodon galilaeus dari Sungai Niger. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metaserkaria C. tilapiae ditemukan dengan prevalensi tertinggi pada ikan Tilapia mariae. Selain itu C. complanatum ditemukan juga menginfeksi ikan dari sungai Niger, sedangkan C. piscidium ditemukan pada ikan budidaya di Thailand dan Indonesia . Hospes definitif C. complanatum ditemukan pertama sekali pada spesies amphibia yaitu pada Ambystoma tigrinum mavortium, Bufo cognatus dan Spea multiplicata dengan ciri morfologi sebagai berikut: ukuran diameter kista 1.5 - 2 mm dengan lebar kira-kira 10 m, terdapat dua sucker yaitu oral dan ventral dan sepasang digesti caeca. Hasil penelitian dilaporkan bahwa C. complanatum ditemukan juga pada burung heron, pelican, cormorant dan daerter (Anhinga rufa) dan genus Ardea, Jabiru, Cochlearis, 7 Casmerodius, Nictanassa, Phalacrocorax, Anhinga, Nycticorax dan Butorides. Metaserkaria C. complanatum banyak ditemukan di bagian operkulum, mulut, sirip punggung, sirip dada dan sirip perut, akan tetapi jarang sekali ditemukan menginfeksi sirip ekor. Infeksi pada bagian sirip ekor ternyata lebih rendah bila dibandingkan dengan infeksi di bagian sirip dada dan sirip punggung, hal ini dimungkinkan karena pergerakan dari sirip ekor lebih lambat dari pada sirip lainnya sehingga penetrasi masuknya serkariapun lebih sulit . 2.2.4 Gejala serangan clinostomum C. complanatum yang ditemukan pada manusia dan burung dapat menyerang membran mukus yang terdapat di pharinx. Histopathologi menunjukkan adanya perubahan degenerasi pada jaringan otot sekitar kista, atrophi, degenerasi hati, infiltrasi sel pada ginjal, infiltrasi sel inflamantori, hemoragik pada otot ikan, dan degenerasi hyalin dengan indikasi myositis pada tubuh. Infeksi C. complanatum pada kulit ikan Tilapia dapat mengakibatkan dermatitis, nekrosis insang, proliferasi eosinofil pada lamella sekunder . Infeksi kista C. tilapiae pada organ menyebabkan lesi, dan proliferasi eosinofil pada insang dan kongesti kapiler dengan keberadaan melanomakrofag .Infeksi metaserkaria C. detruncatum juga ditemukan pada otot ikan air tawar (Rhamdia quelen). Hubungan kekerabatan secara genetik dari dua spesies Clinostomum berdasarkan data molekuler yang diperoleh dari sekuen gen small sub-unit (SSU) rDNA mengindikasikan adanya persamaan yang cukup dekat antara Clinostomum complanatum dan Clinostomum marginatum dengan perbedaan identitas sekuen hanya 2% . Perbedaan genetik dan morfologi digenea dari famili clinostomidae dan perbedaan antara Clinostomum sp. didasari adanya perbedaan rDNA. 2.3 Transversotrema laruei, 2.3.1 klasifikasi transversotrema menurut species.freshwaterlife.org/index/fish-parasites/Kingdom: AnimaliaPhylum: PlatyhelminthesClass: TrematodaOrder: PlagiorchiidaFamily: TransversotrematidaeGenus: TransversotremaSpesies: Transversotrema laruei2.3.2. MorfologiTubuh pipih, melintang memanjang, berbentuk lanset, Permukaan ventral sedikit cekung, punggung yang sedikit cembung, keduanya ditutupi dengan duri pendek dan gemuk. Pembukaan mulut memiliki bentuk celah memanjang di tengah tubuh, membuka ke faring bulat. Pembukaan mulut atau mulut 161,65-214,36mm dari tepi anterior tubuh. Dibalik pembukaan mulut ada acetabulum berbentuk piringan datar. Pembukaan mulut mengarah ke kerongkongan sempit yang terbagi menjadi cabang usus. Bintik mata, satu pasang, hitam, bulat dan pada tingkat faring. Testis simetris, satu di setiap sisi dari acetabulum. Lobed Ovarium ke kiri dari testis kiri. Vitellaria sebagian besar lateral dan posterior usus. Pori genital di pinggir midanterior tubuh2.3.3 Siklus hidup transversotrema

2.3.4GejalaCiri ciri gejala umum ikan terserang infeksi adalah wajah terlihat pucat, nafsu makan menurun, gelisah, gerakan lamban, sering menggosok gosokkan badan ke benda di sekitarnya (gatal), sering meloncat loncat, frekuensi pernapasan meningkat, iritasi sel epitel kulit, produksi lendir berlebih, dan sirip rontok.2.3.5 Pencegahan dan penanggulangan- pertahankan suhu air lebih dari 29oC selama 2 minggu atau lebih.- jaga stamina dan tingkatkan ketahanan tubuh ikan- jaga kualitas air dengan menambah frekuensi pergantian air.- rendam ikan dengan acriflavin 10 15 ppm selama 15 menit dan Coopersulphat 0,0001 mg/L selama 24 jam. Ulangi setiap dua hari.- rendam ikan dengan hidrogen peroksida (3 %) 17,5 ml/L selama 10 menit. Ulangi setiap dua hari.- rendam ikan dengan potassiumpermanganat (PK) 2 5 mg/L selama 24 jam.

2.4 Penyakit Cacing Darah2.4.1 klasifikasi sanguinicolaKingdom: Animalia Phylum: Platyhelminthes Class: Trematoda Order: Strigeida Family: Sanguinicolidae Genus:SanguinicolaSpecies: S.Inermis

Penyakit cacing darah disebabkan oleh cacing darah jenis Sanguinicola inermis. Cacing ini menyebabkan pembekuan darah dan tersumbatnya pembuluh kapiler insang yang diakibatkan oleh telur-telur cacing. 2.4.2. morfologi Integument tanpa marjinal striations; Denticulations di ujung anterior tubuh; Struktur otot kecil di bawah mulut Memiliki 6 usus Ceca; dalam rongga.2.4.3 siklus hidup sanguicola inermisGambar.4 siklus hidup sanguicola2.4.4. Gejala yang di timbulkanTanda: Ada goresan pada kulit ikan. Banyak lendir yang membungkus insang ikan Insang pada ikan bergerak dengan cepat. Makananny keluar dari insang. Kulitnya memerah.Note: Ikan yang pucat mengakibatkan siripnya terkulai, respirasinya cepat, atau perut berongga menunjukkan indikasi yang lebih luas. Penyebab:Jika populasi cacing yang menyerang ikan berjumlah besar, maka ikan mengalami pendarahan, nekrosis, dan akhirnya mati. Hingga kini belum ditemukan obat yang cocok untuk menanggulanginya. Kondisi lingkungan yang tidak layak airnya kotor, terlalu padat, dan stress yang diakibatkan oleh spesies- menciptakan kondisi yang dapat menyebabkan wabah yang merusak. Cacing (cacing pipih sebesar 1mm) sering hadir dalam akuarium namun tetap berbahaya dalam kondisi ideal. Cara pencegahan paling baik adalah menghindari kondisi stress pada ikan, tetapi setelah wabah terjadi, pengobatan yang tepat sangat penting.2.4.5 penangananPerawatan:Tetra Parasite Guard dengan praziquantel sangat efektif namun dalam penggunaannya harus dikontrol sesuai petunjuk. 1 tablet per 10 galon (10 galon = 19 lt). Hilangkan karbon yang aktif dan ulangi setelah 48 jam. Dalam perawatan harus sering mengganti air. Infeksi sekunder juga umum dan dapat diobati dengan antibiotik atau obat umum seperti Lifeguard atau Fungus Guard .Cara yang efektif untuk mencegah serangan cacing ini adalah dengan memberantas siput (keong) di kolam yang merupakan inang perantaranya.

Daftar pustakahttp://www.jual-arwana.com/blog--aqua-tips/penyakit-pada-ikan-dan-bagaimana-cara-mengatasinya diakses pada tanggal 28 Februari 2015 pukul 08.00 WIBhttp://www.banyudadi.com/penanggulangan-penyakit-ikan-bawal/ diakses pada tanggal 28 Februari 2015 pukul 08.10 WIBhttp://perikananummks.blogspot.com/2012/06/makalah-parasit.html diakses pada tanggal 28 Februari 2015 pukul 08.30 WIBhttp://budilaksonoputra.blogspot.com/2013/11/mengidentifikasi-penyakit-ikan.html diakses pada tanggal 28 Februari 2015 pukul 08.45 WIBhttp://aludinkedang.blogspot.com/2011/06/makalah-parasit-dan-penyakit-ikan.html diakses pada tanggal 28 Februari 2015 pukul 09.00 WIBhttps://aigiolokola.wordpress.com/2012/01/26/penyakit-parasit-pada-ikan-2/ diakses pada tanggal 28 Februari 2015 pukul 10.00 WIBhttp://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=52300 diakses pada tanggal 1 Maret 2015 pukul 08.00 WIBhttp://ogie-manjaddawajadda.blogspot.com/2013_03_24_archive.html 1 Maret 2015 pukul 08.30 WIBspecies.freshwaterlife.org/index/fish-parasites/.../sanguinicola-inermis 1 Maret 2015 pukul 09.00 WIBhttp://www.banyudadi.com/penanggulangan-penyakit-ikan-bawal/ 1 Maret 2015 pukul 09.10 WIBhttp://www.banyudadi.com/penyakit-yang-menyerang-larva-dan-benih-ikan-nila/ 1 Maret 2015 pukul 09.15 WIBwww.wkipedia.com

1. PencegahanMencegah lebih baik daripada mengobati. Selain tidak bisa menjamin penyembuhan 100%, pengobatan juga membutuhkan biaya dan tenaga yang cukup besar. Ada beberapa teknik pencegahan yang dapat dilakukan, yaitu secara mekanik, kimia, maupun biologis. Tindakan pencegahan secara mekanik adalah upaya mencegah serangan penyakit dengan bantuan peralatan mekanik. Pencegahan secara kimiawi adalah usaha pencegahan terhadap serangan penyakit dengan memanfaatkan berbagai senyawa kimia. Sedangkan pencegahan secara biologis adalah usaha pencegahan terhadap serangan penyakit dengan menggunakan prinsip-prinsip biologis atau organisme lain.Agar hasilnya memuaskan, pemilihan teknik pencegahan harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat. Beberapa teknik pencegahan hama dan penyakit ikan antara lain adalah sebagai berikut. Pembersihan KolamPembersihan (dekontaminasi) kolam dimaksudkan untuk membersihkan organisme parasit, virus, jamur dan bakteri serta hama yang terdapat di dalamnya. Dekontaminasi dilakukan dengan pengeringan/penjemuran terpal plastik atau dengan menggunakan bahan kimia telah umum diterapkan. Bahan kimia yang sering digunakan adalah kalium permanganat (PK) dan metilin biru(methylene blue). Pembersihan PeralatanPembudi daya menggunakan berbagai peralatan pembersihan sebagai alat bantu, seperti seser, baskom, ember, kantong plastik dan lain-lain. Peralatan ini sering digunakan oleh organisme lain sebagai media untuk menimbulkan penyakit. Untuk mencegah timbulnya serangan penyakit, semua peralatan yang akan atau telah digunakan segera dibersihkan agar kotoran dan organisme penyebab penyakit yang menempel pada alat tersebut dapat dihilangkan. Caranya adalah dengan dengan mencelupkannya ke dalam larutan PK dosis rendah, sekitar 320 ppm selama 30 menit. Pembersihan alat juga dapat dilakukan dengan menggunakan klorin. Pembersihan Ikan PeliharaanPembersihan ikan bisa dilakukan dengan sistem karantina. Caranya adalah dengan memelihara ikan-ikan tersebut dalam wadah khusus selama waktu tertentu. Dengan cara ini dapat diketahui apakah ikan tersebut bersih atau mengandung jenis organisme tertentu yang mampu menyebabkan penyakit, sehingga langkah pengamanan dapat segera diambil.Cara lain adalah dengan membersihkan benih sebelum ditebar ke kolam. Benih yang telah diperoleh terlebih dahulu disucihamakan sebelum ditebar ke dalam kolam terpal dengan menggunakan larutan kalium permanganat (PK) sebanyak 4 mg/liter air selama 30 menit atau bisa juga direndam dalam air garam dapur sebanyak 10 g/liter air selama 1530 menit. Meningkatkan Kekebalan IkanTeknik lain untuk mencegah serangan penyakit pada ikan adalah meningkatkan kekebalan (imunitas) ikan. Salah satu caranya adalah melakukan imunisasi, yaitu penyuntikan antibodi ke tubuh ikan untuk mendapatkan kekebalan (imun) terhadap infeksi penyakit. Peningkatan kekebalan tubuh ikan juga dapat dilakukan dengan vaksinasi, yaitu menyuntikkan vaksin tertentu ke tubuh ikan. Selain penyuntikan, pemberian vaksin juga dapat dilakukan dengan teknik perendaman, pencelupan, penyemprotan, atau melalui pakan.Vaksin adalah suatu antigen yang digunakan untuk memvaksinasi ikan,yang terbuat dan organisme penyakit yang telah dilemahkan dengan menggunakan senyawa kimia tertentu. Jenis vaksin yang dapat digunakan misalnyaSepticaemia haemorrhagica, yang memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit bercak merah yang disebabkan oleh bakteriAeromonas hydrophila.Caranya, benih ikan direndam dalam larutan vaksin selama 30 menit dengan dosis 1 ml vaksin dicampur dalam 10 liter air untuk 150 ekor benih. Vaksinasi ini mampu memberikan kekebalan ikan selama 4 bulan dengan masa inkubasi 15 hari.Kekebalan ikan juga dapat ditingkatkan dengan penggunaan vitamin C dosis 250-500 mg/kg berat tubuh selama beberapa hari. Bisa juga menggunakan probiotik sebagai imunostimulan misalnya lipo polisakanida 10 mg/l untuk mempertahankan stamina ikan. Pada musim kemarau, petani ikan di Jawa Tengah dan Yogyakarta menggunakan probiotik dan molases seminggu sekali untuk meningkatkan kekebalan ikan. Probiotik dan molases diencerkan, kemudian disemprotkan ke pakan sebelum diberikan kepada ikan budi daya.