91943511 klmpok 10 skenario c blok 10
DESCRIPTION
niceTRANSCRIPT
-
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Blok kardiovaskuler adalah blok 10 dari semester ketiga Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran
untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis
memaparkan kasus yang diberikan mengenai ayu usia 7 tahun yang mempunyai BMI kurang
dan mengeluh infeksi saluran nafas yang berulang dan kadang-kadang dia mengeluh sesak
nafas setelah aktivitas dan mudah lelah.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari tutorial ini, yaitu :
1 Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2 Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan
pembelajaran diskusi kelompok.
3 Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.
-
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Praktikum
Tutorial 1
Tutor : dr. Theodorus, M.Med, Sc
Moderator : K.M .Azandy Akbar
Notulis : Sri dayang intan
Sekretaris : Novrilia kumala sari
Waktu : Senin, 9 Januari 2012
Rabu, 11 Januari 2012
Peraturan tutorial : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan.
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat dengan
cara mengacungkan tangan terlebih dahulu dan apabila telah
dipersilahkan oleh moderator.
3. Tidak diperkenankan meninggalkan ruangan selama proses
tutorial berlangsung.
4. Tidak diperbolehkan makan dan minum.
2.2 Skenario C Blok 10 Tahun 2011
Ayu, 7 year-old girl was referred to MH hospital for poor weight gain. She always complains
of frequent respiratory tract infection. Sometimes she complains of shortness of breath after
activities and easily fatique. Post natal history : her birth weight was 3 kg
Psysical examination :
Ayus body weight : 15 kg, body height : 85 cm, temp : 37,1 C, RR : 28 x/min, HR : 100bpm
regular, BP : 90/70 mmHg.
Chest : precordial bulging, hyperactive precordium, second heart sound (S2) is fixed and
widle split. A nonspecific 3/6, almost vibratory systolic ejection murmur is best heard at the
upper left sternal border, and there is also a middiastolic rumble murmur at the lower left
sterna.
-
ECG :
Sinus rhythm, right bundle branch block (RBBB) pattern, right ventricular hypertrophy
(RVH), right atrial hypertrophy (RAH)
Chest X ray :
Cardiothoracic ratio 60%, upward apex, increased pulmonary vascular makings.
2.3 Paparan
I . Klarifikasi Istilah
1) Precocardial bulging : Daerah disekitar toraks yang menonjol
2) Right bundle branch block pattern : gangguan sistem konduksi pada bagian
cabang berkas kanan, sering dijumpai pada stenosis, mitral, ASD, IMA.
3) Sistolic ejection murmur : adanya aliran darah berlebihan kekatup pulmonal
sehingga menimbulkan bising diruangan antar iga kiri kedua.
4) Mid diastolic rumble murmur : suara bising yang bergemuruh pada saat diastolis.
5) Second heart sound is fexed and widely split : S2 yang terdengar mendua ketika
inspirasi dan ekspirasi dan membelah lebar selama 0,05 detik atau lebih.
6) Hyperactive precordium : detak jantung yang terlihat didaerah pericordial.
7) Shortness of breath : pernafasan yang sukar atau sesak.
8) Upward apex : apeks yang terangkat
9) Nonspesific 3/6 : derajat bising jantung yang menunjukkan suara bising yang
cukup keras tapi tidak disertai getaran bising, penjalaran sedang.
10) CTR 60% : menunjukkan kardiomegali, CTR yang normal
-
Chest : precordial bulging, hyperactive precordium, second heart sound (S2) is
fixed and widle split. A nonspecific 3/6, almost vibratory systolic ejection murmur
is best heard at the upper left sternal border, and there is also a middiastolic
rumble murmur at the lower left sterna.
4) Pemeriksaan EKG :
Sinus rhythm, right bundle branch block (RBBB) pattern, right ventricular
hypertrophy (RVH), right atrial hypertrophy (RAH)
5) Pemeriksaan X-Ray :
Cardiothoracic ratio 60%, upward apex, increased pulmonary vascular makings.
III. Analisis Masalah
1. a). Bagaimana berat badan normal pada perempuan berusia 7 tahun?
b). Bagaimana hubungan berat badan kurang dengan penyakit yang dialami Ayu?
2. a). Apa faktor yang menyebebkan infeksi saluran nafas?
b). Apa patofisiologi infeksi saluran nafas pada kasus ini?
c). Mengapa infeksi saluran nafasnya berulang?
d). Apakah ada hubungan infeksi saluran nafas berulang dengan sesak nafas serta
mudah lelah?
e). Bagaimana patofisiologi sesak nafas?
f). Bagaimana patofisiologi mudah lelah?
3. a). Bagaimana anatomi dan patofisiologi jantung?
b). Bagaimana embriologi jantung?
c). Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik?
d). Bagaimana mekanisme abnormal pemeriksaan fisik?
4. Bagaimana DD?
5. a). Bagaimana interpretasi pemeriksaan EKG?
b). Bagaimana mekanisme abnormal pemeriksaan EKG?
6. a). Bagaimana interpretasi pemeriksaan X-Ray?
b). Bagaimana mekanisme abnormal pemeriksaan X-Ray?
c). Bagaimana mengukur CTR?
-
7. a). Bagaimana penegakaan diagnosis pada kasus ini?
b). Bagaimana WD pada kasus ini?
c). Apa etiologi?
d). Apa epidemiologi?
e). Bagaimana patofisiologi?
f). Apa manifestasi klinis?
g). Bagaimana penatalaksanaan?
h). Apa prognosis?
i). Apa komplikasi?
j). Apa KDU?
IV. Jawaban Analisis Masalah
a). Bagaimana berat badan normal pada perempuan berusia 7 tahun?
Jawab:
Menurut Nelsons Pediatric Text Book, untuk anak usia 7-12 tahun , berat badan
normal dapat dihitung dengan rumus :
( )
( )
Jadi, berat badan Ayu seharusnya 22 kg pada usianya yang 7 tahun.
-
Adapun , menurut kurva pertumbuhan, berat badan Ayu yang sekarang yaitu 15 kg
berada di bawah persentil ke 5, dan hal ini menunjukkan bahwa Ayu mengalami poor
weight gain.Normalnya, berat badan Ayu seharusnya berada di antara persentil ke 5
dan 95.
b). Bagaimana hubungan berat badan kurang dengan penyakit yang dialami Ayu?
Jawab:
Akibat suplai nutrisi yang kurang Infeksi berulang menyebabkan
meningkatnya proses metabolisme.
8. a). Apa faktor yang menyebebkan infeksi saluran nafas?
Jawab:
1) Penumpukan cairan dalam rongga paru-paru : kongesti pulmoner atau edema
pulmoner
2) Penyakit obstruktive jalan napas
-
a). Asma
b). Bronkhitis
c). Chronic obstructive pulmonary disease
d). Cystic fibrosis
e). Emphysema
f). Laryngeal edema karena alergi
3) Immobilisasi diafragma
4) Restriksi volume dada
a). Ankylosing spondylitis
b). Kerusakan tulang rusuk
c). Kifosis
d). Onesitas
e). Kehamilan
f). Petus excavatum
g). Skoliosis
5) Kelainan sistem kardiovaskuler
a). Aortic dissection
b). Cardiomyopathy
c). Congenital heart disease
d). Gagal jantung
e). Ischemic heart disease
f). Malignant hipertensi
g). Kelainan pericardium termasuk cardiac tamponade, constrictive
pericarditis, pericardial effusion
h). Edema pulmonar
i). Embolisme pulmonary
j). Valvular heart disease
6) Gangguan fungsi pengangkutan oksigen
a). Anemia
b). Hipoksia
c). Asidosis metabolik
d). Sepsis
7) Hipermetabolisme hipertiroidisme
8) Kelainan yang mempengaruhi saraf dan otot pernapasan
-
a). Anyotrophioc lateral sclerosis
b). Guillain-Barre syndrome
c). Multiple sclerosis
d). Myasthenia gravis
9) Kondisi psikologis : neurosis atau cemas
10) Penyakit heartwormPenyakit pada parenkim paru-paru dan pleura
11) Penyakit menular
a. Antrax karena Bacillus anthracis
b. Pneumonia
c. Sindrom respiratori akut
12) Penyakit tidak menular
a. Fibrosing alveolitis
b. Atelectasis
c. Pneumonitis hipersensitivitas
d. Penyakit paru interstitial
e. Kanker paru-paru
f. Pleural effision
g. Pneumoconiosis
h. Pneumothorax
i. Non kardiogenik pulonary edema atau acute respiratory distress
syndrome
j. Sarcoidosis
13) Penyakit pulmonary-vaskular
a. Pulmonary emboli akut
b. Pulmonari hipertensi
c. Pulmonary veno-occlusive disease
d. Superior vena cava syndrome
14) Penyebab lain
a. Kerusakan jalan napas
b. Kanker laring atau faring
c. Empty nose syndrome
d. Pulmonary aspiration
e. Epiglottitis
f. Imlobilisasi diafragma
-
g. Lesi saraf phrenicus
h. Polycystic liver disease
i. Tumor di diafragma
c). Mengapa infeksi saluran nafasnya berulang?
Jawab:
Seseorang dengan ASD rentan mengalami infeksi paru yang berulang akibat
meningkatnya aliran darah pulmoner cenderung mengakibatkan banyaknya cairan
yang mengalir menuju paru, membanjiri paru dan menyebabkan paru lebih rentan
terhadap infeksi mikroorganisme.Selain itu adanya hipertrofi ventrikel kanan
menyebabkan penekanan pada bronkus. Silia yang terdapat di dalam bronkus akan
terganggu , sputum tidak dapat dikeluarkan. Sputum tersebut berpotensi untuk
menjadi tempat berkembangbiaknya bakteri dan juga dapat membuat sesak nafas.
e). Bagaimana patofisiologi sesak nafas?
Jawab:
suplai nutrsi dari luar kurang sistem imun menurun mudah infeksi infeksi
berulang menyebabkan tubuh mengalami kelelahan melawan infeksi yang
berdampak poor weight gain
Infeksi berulang menyebabkan meningkatnya proses metabolisme, proses ini
seharusnya menyebabkan demam sebagai mekanisme pertahanan tubuh, tetapi pada
kasus, demam tidak terjadi karena proses metabolisme membutuhkan O2 yang banyak
sedangkan suplai O2 yang di bawa oleh darah ke jaringan sendiri berkurang karena
darah lebih banyak masuk ke sistem pulmonaris daripada ke sistemik.
f). Bagaimana patofisiologi mudah lelah?
Jawab:
Kelainan kongenital defek pada septum atrium shunt dari atrium kiri ke atrium
kanan jumlah darah yang masuk ke ventrikel kiri berkurang cardiac output
-
berkurang perfusi O2 ke jaringan (otot rangka) berkurang ketika beraktivitas
kebutuhan otot rangka akan O2 meningkat mudah lelah setelah beraktivitas
9. a). Bagaimana anatomi dan patofisiologi jantung?
a. Jawab:
Perikardium ( jaringan ikat tebal)
Terdiri dari 2 lapisan:
a. Perikardium viseral ( epikardium)
Meluas sampai beberapa centimeter diatas pangkal aorta dan arteri pulmonal.
b. Perikardium parietal
Terdapat ligamen perikardiosternal superior, yang merupakan perlekatan
perikardium parietal yang manubrium sterni. Dan perlekatan prosesus sifoideus
sebagai ligamen perikardiosterna inferior. Kolumna vertebral disebut ligamen
perikardiovertebral disebut ligament perikardiofrenikus.
Pada orang normal jumlah cairan perikardium 10-20 cm.
Kerangka jantung ( Jaringan ikat)
Bagian tengah badan jaringan ikat disebut trigonum fibrosa dekstra yang mengikat
bagian medial katup trikuspid, mitral, anulus aorta. Meluas membentuk trigonum
fibrosa sinistra, perluasan ini melingkari katup trikuspid dan mitral membentuk anuli
fibrosa kordis.
Persarafan jantung
Dipersarafi oleh sistem saraf otonom yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis.
a. Saraf simpatis
Mempersarafi daerah atrium dan ventrikel dan pembuluh darah koroner.
-
Persarafaan simpatis efren preganglionik berasal dari medula spinalis torakal
atas yaitu 3 sampai 6 melalui pleksus kardialis dan berakhir pada ganglionik
servikalis superior, medial, dan inferior.
Dihantarkan oleh norepinefrin.
b. Saraf parasimpatis
Memberi persarafan pada nodus atrial, atrio-ventrikular dan serabut-serabut
otot atrium dapat pula menyebar keventrikel kiri.
Berasal dari saraf vagus di medula oblongata dan serabut-serabutnya
bergabung dengan sraf simpatis di pleksus kardialis.
Dihantarkan oleh asetilkolin.
Pendrahan jantung
Arteri
Pendarahan otot jantung berasal dari aorta, melalui arteri koroner kanan ( RCA dan
arteri koroner kiri ( LMCA ). Keduanya keluar dari sinus valsava aorta, arteri koroner kiri
berjalan dibelakang arteri pulmonal sebagai arteri koroner kiri utama sepanjang 1 sampai 2
cm, bercabang menjadi ateri sirkumfleks kiri, yang berjalan pada sulkus atrio-ventrikuler
mengelilingi permukaan
Posterior jantung dan arteri desndens anterior kiri , berjalan pada sulkus inter-
ventrikuler sampai keapeks. Arteri koroner kanan< berjalan dalam sulkus atrio-ventrikuler ke
kanan bawah mencapai kruks, cabang pertama arteri atrium anterior kanan, untuk mendarahi
nodus sino atrial dan cabang lainnya adalah arteri koronaria desndens posterior yang akan
mendarahi nodus atrio ventrikuler.
Vena
Aliran darh balik dari otot jantung dan sekitarnya melalui vena koroner yang berjalan
berdampingan dengan arteri koroner yang akan masuk kedalam atrium kanan melalui sinus
koronarius. Terdapat juga vena-vena kecil yang disebut vena thebesii yang bermuara
kedalam atrium kanan.
Pembuluh limfe
-
Ada tiga kelompok pleksus:
Subendokardial
Miokardial
Subepikardial
Penampung cairan limfe yangpaling besar adalah pleksus subendokardial, dimana
pembuluh-pembuluh limfe akan membentuk satu trunkus yang berjalan sejajar dengan arteri
koroner yang kemudian meninggalkan jantuk didepan arteri pulmonal dan berakhir pada
kelenjar limfe antara vena kava superior dan arteri inominata.
b). Bagaimana embriologi pembentukan septum atrium jantung?
Jawab:
Tumbuhnya sekat yang akan memisahkan atrium terjadi pada minggu ke-5
kehamilan. Sekat berasal dan tumbuh dari 2 tempat, yaitu :
Septum primum
Septum ini tumbuh terlebih dahulu pada pada minggu kelima.Septum berasal
dari atap atrium komunis ke arah kaudal menuju endocardium cushion
(bantalan endokardium) dan sekat ventrikel yang sedang tumbuh juga.
Septum Sekundum
Septum tumbuh setelah pertumbuhan septum primum, pada minggu keenam,
dari sebelah kanan septum primum, dari kaudal dan anterior.
Dimulai dengan septum primum yang tumbuh berbentuk bulan sabit, yang akan
membentuk bagian yang konkaf dan berbentuk lubang dan disebut ostium primum. Septum
primum akan terus tumbuh ke bawah hingga menutup ostium primum.Namun, sebelum
ostium primum menutup dan berfusi dengan bantalan endokardium, pada bagian atas septum
primum akan terbentuk lubang yang disebut ostium sekundum. Ostium sekundum ini berguna
untuk mempertahankan shunt dari atrium kanan ke atrium kiri selama masa janin sebagai
sirkulasi normal janin.
Pada minggu berikutnya akan tumbuh septum kedua, yang disebut septum
sekundum.Septum yang juga berbentuk bulan sabit ini akan tumbuh secara normal menutup
bekas ostium primum dan sekundum yang dibentuk oleh septum primum.Walaupun demikian
-
, septum sekundum akan membentuk lubang yang terletak sedikit lebih inferior dari ostium
sekundum dan kedua septum ini tidak berfusi atau menyatu, membiarkan darah tetap
mengalir dari atrium kanan ke atrium kiri. Septum primum akan berfungsi sebagai klep yang
membuat darah hanya dapat mengalir searah dari atrium kanan ke atrium kiri pada saat janin.
Dari embriologi tersebut diketahui bahwa bila septum sekundum tidak tumbuh dengan
baik, terjadilah defek sekat atrium tipe sekundum (tipe II) dengan tetap terbukanya ostium
sekundum dari septum primum.Bila septum primum tidak menutup sempurna dan tidak
berfusi dengan bantalan endokardium, terjadilah defek sekat atrium tipe primum (tipe I)
dengan ostium primum yang tetap terbuka.
Defek sekat atrium tipe I kadangkala disertai dengan kelainan pada katup mitral dan
atau katup trikuspidal. Variasi kelainan ini berkaitan dengan embriologi dari bantalan
endokardium yang berhubungan dengan ostium primum. Defek bantalan endokardium ini
biasa juga disebut sebagai defek kanal atrioventrikular atau defek sekat atrioventrikular (AV).
Sekat AV ini ikut terlibat dalam pembentukan katup mitral dan katup trikuspidal.
c). Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal pemeriksaan fisik?
Nilai Normal Pada Kasus Interpretasi
Tinggi Badan Menggunakan
rumus : (umur x 6)
+ 77; TB normal
usia 7 tahun yaitu
119 cm, dan pada
kurva pertumbuhan
di antara persentil 5
sampai 95.
85 cm Gangguan
pertumbuhan
Berat Badan Menggunakan 15 kg Poor weight gain
-
rumus ( )
;
BB normal pada
usia 7 tahun yaitu
22 kg, dan pada
kurva pertumbuhan
di antara persentil
ke 5 sampai 95.
Suhu badan 36,5 -37,2 c 37,1 c Normal tinggi
RR (Respiratory
Rate)
18-30x / menit 28x / menit Normal
HR (Heart Rate) 70-115 x / menit 100 x/ menit Normal
BP ( Blood
Pressure)
Sistol 75-100
mmHg, Diastol 50-
75 mmHg
90/70 mmHg Normal
Chest:
Precordial bulging daerah dinding dada yang menonjol , dan menunjukkan adanya
kardiomegali
Hyperactive precordium gerakan kedutan dinding dada karena bertambahnya
peningkatan aktivitas kontraksi ventrikel sebagai mekanisme kompensasi
Second heart sound (S2) is fixed and widely split Suara jantung dua yang membelah
lebar (wide split) selama 0,05 detik atau lebih secara konstan (tak berubah dengan respirasi)
khas untuk kelainan defek sekat atrium yang cukup besar, pembelahan lebar itu disebabkan
oleh pengosongan beban berlebih ventrikel kanan yang tertundaSplit (mendua) itu sendiri
merupakan akibat penutupan katup pulmonal yang terlambat dibanding katup aorta sehingga
bunyi jantung terdengar mendua. Splitting dapat bersifat fisiologis pada anak muda dan
hanya terdengar ketika inspirasi akibat peningkatan aliran balik vena ke atrium kanan yang
kemudian masuk ke ventrikel kanan. Karenan adanya peningkatan volume darah di ventrikel
kanan, sehingga aliran ke arteri pulmonal meningkat, katup pulmonal membuka lebih lama
ketika sistol , dan katup aorta menutup dengan cepat karena mengurangi volume ventrikel kiri
, sehingga timbulah suara mendua akibat perbedaan waktu penutupan katup.Ketika ekspirasi ,
volume ventrikel kanan tidak meningkat dan katup pulmonal menutup lebih awal dan
-
bersamaan dengan katup aorta sehingga tidak terdengar split. Kedua hal ini merupakan
splitting yang fisiologis, namun dalam kasus ini split yang terjadi terdengar saat fase inspirasi
dan ekspirasi , akibat adanya defek pada sekat atrium yang menyebabkan aliran darah dari
atrium kiri ke atrium kanan sehingga volume ventrikel kanan meningkat.Katup pulmonal
menutup lebih lama dibanding aorta dan tidak dipengaruhi fase inspirasi maupun
ekspirasi.Selain itu, suara jantung kedua membelah lebar yang menandakan besarnya defek
pada sekat atrium sehingga waktu penutupan katup pulmonal menjadi lebih lama.
A nonspecific 3/6, almost vibratory systolic ejection murmur suara bising yang
terdengar pada saat sistolik dan di area katup pulmonal. Menunjukkan adanya turbulensi pada
daerah katup pulmonal.Karena jumlah darah yang dipompakan ke arteri pulmonalis
meningkat sehingga terjadi turbulensi yang saat diauskultasi terdengar suara bising fase
sistolik.Nonspecific 3/6 menunjukkan derajat bising jantung yaitu bising yang keras tetapi
tidak disertai getaran bising , dengan penjalaran yang sedang.
Middiastolic rumble murmur at the lower left sterna suara bising yang terdengar pada
saat diastolik, dan bising bersifat kasar , menunjukkan adanya turbulensi pada area katup
trikuspidalis akibat stenosis relatif katup trikuspidalis. Stenosis relatif katup trikuspidalis ini
terjadi karena aliran darah yang berlebihan melalui katup trikuspid pada fase pengisian cepat
ventrikel kanan sehingga menyebabkan adanya regurgitasi dan timbulah getaran- getaran
dalam dinding ventrikel yang pada saat auskultasi terdengar suara murmur (bising).
10. Bagaimana DD?
Jawab:
Stenosis pulmonalis
Primary atrial septa defect
Inoscent murmur
11. a). Bagaimana interpretasi pemeriksaan EKG?
Jawab:
-
Right Bundle Branch Block (RBBB) pattern, menunjukkan adanya blok cabang berkas kanan
dan waktu depolarisasi ventrikel yang memanjang akibat adanya pembesaran ventrikel
kanan.Karakteristik EKG :
- Pola rSR di sadapan aVR dan V1
- Gelombang S lebar (durasi 0,04 detik) dan tumpul (slurred) di sadapan I,
aVL, V5 dan V6.
- Durasi kompleks QRS > 0,12 detik (blok komplit) atau antara 0,10-0,12 detik
(blok tidak komplit).
Right Ventricular Hypertrophy (RVH) menunjukkan adanya pembesaran pada
ventrikel kanan dengan karakteristik EKG :
- Deviasi aksis ke kanan (tanda awal)
- Gelombang R yang tinggi disertai depresi segmen ST dan gelombang T
terbalik di sadapan II, III, aVF. Sadapan aVR sering menunjukkan tingginya
gelombang R yang dapat berupa qR, QR atau hanya kompleks R.
- Gelombang R yang tinggi terlihat pada V1. Pada V1, rasio R/S >1 atau durasi
gelombang R lebih dari 0,03 detik. Durasi QRS bisa melebar, menyerupai blok
berkas cabang.
- Gelombang S menetap (persistent S) di sadapan V5 dan V6
Right Atrial Hypertrophy (RAH) , menunjukkan adanya pembesaran pada atrium
kanan dengan karakteristik EKG :
- Gelombang P yang tinggi (> 2,5 mm) di sadapan II, III, aVF, disebut P
pulmonal
- Gelombang P bifasik di sadapan V1 dan dominan defleksi positif
-
12. a). Bagaimana interpretasi pemeriksaan X-Ray?
Jawab:
Pemeriksaan X-Ray :
Cardiothoracic ratio 60%, upward apex, increased pulmonary vascular makings.
Cardiothoracic ratio (CTR) 60% menunjukkan adanya kardiomegali (nilai
normal CTR < 50%)
Upward apex (apeks jantung terangkat) menunjukkan adanya pembesaran
ventrikel kanan
Increased pulmonary vascular markings (peningkatan corak arteri
pulmoner) menunjukkan adanya peningkatan aliran arteri pulmonal
-
b). Bagaimana mengukur CTR?
Jawab:
Perhitungan Cardiothoracic Ratio (CTR)
1. Buat garis lurus dari pertengahan thorax (mediastinum) mulai dari atas sampai ke
bawah thorax.
2. Tentukan titik terluar dari kontur jantung sebelah kanan dan namakan sebagai titik
A.
3. Tentukan titik terluar dari kontur jantung sebelah kiri dan namakan sebagai titik B.
4. Buat garis lurus yang menghubungkan antara titik A dan B
5. Tentukan titik terluar bayangan paru kanan dan namakan sebagai titik C.
6. Buat garis lurus yang menghubungkan antara titik C dengan garis mediastinum.
7. Perpotongan antara titik C dengan garis mediastinum namakan sebagai titik D
Jika foto thorax digambar dengan menggunakan aturan di atas maka akan di dapatkan foto
thorax yang sudah di beri garis seperti di bawah ini :
Setelah dibuat garis-garis seperti di atas pada foto thorax, selanjutnya kita hitung dengan
menggunakan rumus perbandingan sebagai berikut :
Ketentuan : Jika nilai perbandingan di atas nilainya 50% (lebih dari/sama dengan 50% maka
dapat dikatakan telah terjadi pembesaran jantung (Cardiomegally)
-
a). Bagaimana penegakaan diagnosis pada kasus ini?
Anamnesis
1). Riwayat gestasi dan kelahiran : premature, kebiasaan dan konsumsi ibu saat
mengandung, cara kelahiran
2). Riwayat penyakit pasien : infeksi, dll
3). Riwayat penyakit keluarga : riwayat penyakit cardiovascular
4). Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas
terbatas)
5). Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi
jantung tambahan (machinery mur-mur), edera tungkai, hepatomegali, angina,
palpitasi, sinkop.
6). Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger
7). Kaji adanya hiperemia pada ujung jari
8). Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan
9). Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping
yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak,
koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress
Pemeriksaan Fisik
BMI
Tekanan darah
Temperature
Inspeksi
palpasi
perkusi
aukultasi
pemeriksaan penunjang
EKG
Foto thorak
Ekokardiogram
est
-
b). Bagaimana WD pada kasus ini?
Jawab: Atrial Septal Defect (ASD)
c). Apa etiologi?
Jawab:
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang
diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD. Faktor-faktor
tersebut diantaranya :
1)Faktor Prenatal
Ibu menderita infeksi Rubella
Ibu alkoholisme Umur ibu lebih dari 40 tahun Ibu menderita IDDM Ibu meminum
obat-obatan penenang atau jamu
2)Faktor genetic Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB Ayah atau ibu menderita
PJB Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down Lahir dengan kelainan bawaan
lain ASD merupakan suatu kelainan jantung bawaan.
d). Apa epidemiologi?
Jawab:
Angka kejadian ASD berkisar 1 dari 1500 kelahiran hidup dan 7% dari seluruh
penyakit jantung bawaan.Prevalensi defek sekat atrium bertambah secara progresif
pada populasi yang hidup di tempat tinggi. Sebesar 70 % defek sekat atrium tipe
sekundum (tipe II) terjadi pada perempuan. Defek septum atrium sekundum lebih
sering terjadi pada perempuan dengan rasio 2:1 antara perempuan dan pria, sedangkan
pada tipe sinus venosus rasio 1:1. kelainan katup jantung ini terjadi pada 10-20%
remaja, tetapi kelainan ini asimptomatik dan jarang terdiagnosa. Angka kejadian ASD
berkisar 30-40% dari semua angka kejadian penyakit jantung kongenital.
e). Bagaimana patofisiologi?
Jawab:
-
Darah dari atrium kiri dapat masuk ke atrium kanan melalui defek sekat ini. Aliran ini
tidak deras karena perbedaan tekanan pada atrium kiri dan kanan tidak begitu besar (tekanan
pada atrium kiri 6 mmHg sedang pada atrium kanan 5 mmHg).1
Adanya aliran darah menyebabkan penambahan beban pada ventrikel kanan, arteri
pulmonalis, kapiler paru-paru dan atrium kiri. Bila shunt besar, maka volume darah yang
melalui arteri pulmonalis dapat 3-5 kali dari darah yang melalui aorta.
Dengan bertambahnya volume aliran darah pada ventrikel kanan dan arteri
pulmonalis, maka tekanan pada kedua bagian tersebut akan naik., dengan adanya kenaikan
tekanan, maka tahanan katup arteri pulmonalis naik, sehingga adanya perbedaan tekanan
sekitar 15 -25 mmHg. Akibat adanya perbedaan tekanan ini, timbul suatu bising sistolik ( jadi
bising sistolik pada ASD merupakan bising dari stenosis relative katup pulmonal ).
Juga pada valvula trikuspidalis ada perbedaan tekanan, sehingga disini juga terjadi
stenosis relative katup trikuspidalis sehingga terdengar bising diastolik.
Karena adanya penambahan beban yang terus menerus pada arteri pulmonalis, maka
lama kelamaan akan terjadi kenaikan tahanan pada arteri pulmonalis dan akibatnya akan
terjadi kenaikan tekanan ventrikel kanan yang permanen. Tapi kejadian ini pada ASD
terjadinya sangat lambat (ASD I sebagian sama dengan ASD II). Hanya bila ada defek pada
katup mitral atau katup trikuspid, maka darah dari ventrikel kiri atau ventrikel kanan mengalir
kembali ke atrium kiri dan atrium kanan pada waktu sistolik. Keadaan ini tidak pernah terjadi
pada ASD II.
f). Apa manifestasi klinis?
-
Jawab:
Sebagian besar penderita ASD tidak menampakkan gejala (asimptomatik) pada masa
kecilnya, kecuali pada ASD besar yang dapat menyebabkan kondisi gagal jantung di
tahun pertama kehidupan pada sekitar 5% penderita. Kejadian gagal jantung
meningkat pada dekade ke-4 dan ke-5, dengan disertai adanya gangguan aktivitas
listrik jantung (aritmia).3, 4
Gejala yang muncul pada masa bayi dan kanak-kanak adalah adanya infeksi saluran
nafas bagian bawah berulang, yang ditandai dengan keluhan batuk dan panas hilang
timbul (tanpa pilek). Selain itu gejala gagal jantung (pada ASD besar) dapat berupa
sesak napas, kesulitan menyusu, gagal tumbuh kembang pada bayi atau cepat capai
saat aktivitas fisik pada anak yang lebih besar. Selanjutnya dengan pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang seperti elektro-kardiografi (EKG), rontgent dada dan
echo-cardiografi, diagnosis ASD dapat ditegakkan.
Gejalanya bisa berupa:
- Sering mengalami infeksi saluran pernafasan
- Dispneu (kesulitan dalam bernafas)
- Sesak nafas ketika melakukan aktivitas
- jantung berdebar-debar (palpitasi)
- Pada kelainan yang sifatnya ringan sampai sedang, mungkin sama sekali tidak
.......ditemukan gejala atau gejalanya baru timbul pada usia pertengahan
- Aritmia
g). Bagaimana penatalaksanaan?
Jawab:
Adanya defek sekat atrium ukuran sedang-besar yang tidak menutup setelah umur
lebih dari 3 bulan dan besar defek lebih dari 8 mm merupakan indikasi untuk
melakukan penutupan defek secara intervensi bedah atau non bedah dengan
kateterisasi.Disarankan melakukan penutupan DSA pada usia 5 tahun atau lebih dan
memiliki berat badan lebih dari 20 kg.Adapun secara pengobatan (medikamentosa)
tidak akan menyebabkan menutupnya lubang ASD sedang-besar, dan bersifat
simptomatik saja.
-
Terapi intervensi non bedah
ASO (Anplatzer Septal Occluder) adalah alat khusus yang dibuat untuk menutup ASD
tipe sekundum secara non bedah yang dipasang melalui kateter secara perkutaneus lewat
pembuluh darah di lipat paha (arteri femoralis). Alat ini terdiri dari 2 buah cakram yang
dihubungkan dengan pinggang pendek dan terbuat dari anyaman kawat Nitinol yang dapat
teregang menyesuaikan diri dengan ukuran ASD. Di dalamnya ada patch dan benang
polyester yang dapat merangsang trombosis sehingga lubang/komunikasi antara atrium kiri
dan kanan akan tertutup sempurna. 6 (Gambar 2)
Gb. 2. Penutupan ASD dengan pemasangan ASO (Courtessy of dr. Poppy S. Roebiono,
SpJP(K))
Alat ini pertama kali diteliti pada hewan coba sejak tahun 1997, kemudian pada
manusia melalui berbagai studi multisenter sampai didapatkan kesimpulan bahwa tindakan
ini sangat efektif, aman dan menunjukkan hasil yang sangat baik. 12-14
Penutupan ASD secara intervensi non bedah ini menunjukkan hasil yang baik, angka
kesakitan periprosedural yang minimal, dapat mengurangi kejadian aritmia atrium dan dapat
digunakan pada ASD berdiameter sampai dengan 34 mm. Keuntungan lain adalah risiko
infeksi pasca tindakan yang minimal dan masa pemulihan-perawatan di rumah sakit yang
lebih singkat, trauma bedah minimal serta secara subyektif dirasakan lebih nyaman bagi
penderita dan keluarga karena tidak memerlukan tindakan bedah jantung terbuka. 14
Adapun
indikasi dari intervensi ASO sama dengan indikasi operasi, namun harus memenuhi beberapa
kriteria khusus (Tabel 1). 6 Kendala yang masih muncul adalah besarnya biaya yang
diperlukan karena harga alat ASO yang relatif mahal, dan belum adanya jaminan pembiayaan
kesehatan yang memadai di negara kita. Vida VL, et.al melaporkan bahwa biaya pemasangan
-
ASO di negara berkembang masih lebih tinggi dibandingkan dengan biaya penutupan ASD
dengan tindakan bedah konvesional. 16
Tabel 1. Kriteria penderita ASD yang akan dilakukan pemasangan ASO. 6
1. ASD sekundum
2. Diameter kurang atau sama dengan 34 mm
3. Flow ratio lebih atau sama dengan 1,5 atau terdapat tanda-tanda beban
volume pada ventrikel kanan
4. Mempunyai rim minimal 5 mm dari sinus koronarius, katup atrio-
ventrikular, katup aorta dan vena pulmonalis kanan
5. Defek tunggal dan tanpa kelainan jantung lainnya yang memerlukan
intervensi bedah
6. Muara vena pulmonalis normal ke atrium kiri
7. Hipertensi pulmonal dengan resistensi vaskuler paru (Pulmonary Artery
Resistance Index = PARi) kurang dari 7 - 8 U.m2
-
8. Bila ada gagal jantung, fungsi ventrikel (EF) harus lebih dari 30%.
Pasca Pemasangan ASO/ADO/AVO
Karena alat tersebut merupakan benda asing yang dapat memacu pembekuan darah,
maka pasien akan diberikan obat anti-trombosis seperti aspirin dosis rendah dan
clopidrogel untuk 3-6 bulan sampai terbentuk sepalut/membran yang membungkus
alat amplatzer tersebut.
Terapi Intervensi Bedah
Terapi intervensi bedah tidak boleh dilakukan apabila telah terjadi sindrom
eisenmenger (pembalikan aliran darah dari kanan ke kiri).Tindak bedah ini dilakukan
dengan jalan penutupan dengan menjahit langsung DSA dengan jahitan jelujur atau
menambal defek menggunakan sepotong dakron.
- Indikasi operasi bila left to right shunt dengan Qp/Qs 1,5 :1
- Kontraindikasi operasi jika PVR 10 U/m, > 7 U/m dengan vasodilator)
- Timing operasi : menunggu usia 3 atau 4 tahun karena masih ada
kemungkinan menutup spontan (sebelum usia sekolah)
- Mortalitas < 1%
- Komplikasi: aritmia, cerebral accident
h). Apa prognosis?
Jawab:
Prognosis Atrial Septal Defect (ASD)
Biasanya ASD dapat ditoleransi dengan baik pada bayi maupun pada anak. Hanya
kadang kadang pada ASD dengan shunt yang besar menimbulkan gejala gejala gagal
jantung, dan pada keadaan ini perlu dibantu dengan digitalis. Kalau dengan digitalis tidak
berhasil perlu dioperasi, untuk ASD dengan shunt yang besar, operasi segera dipikirkan, guna
mencegah terjadinya hipertensi pulmonal. Hipertensi pulmonal pada ASD jarang sekali
-
terjadi pada anak. Umur harapan penderita ASD sangat tergantung pada besarnya shunt. Bila
shunt kecil dan tekanan darah pada ventrikel kanan normal operasi tedak perlu dilakukan.
Pada defek sekat atrium primum lebih sering terjadi gagal jantung dari pada ASD II. Gagal
jantung biasanya terjadi pada umum kurang dari 5 tahun. Endokarditis Infektif Sub akut lebih
sering terjadi pada ASD I, sedang terjadinya hipertensi pulmonal hampir sama dengan ASD
II.
i). Apa komplikasi?
Jawab:
Akibat sulitnya dan ketiadaan tanda yang khas pada kelainan ini, penemuan secara
insidental biasanya telah menunjukkan suatu kondisi yang cukup berat. Hipertensi
pulmoner merupakan kondisi yang paling sering ditemui. Demikian pula dengan
flutter atrium dan fibrilasi atrium yang semakin meningkat kejadiannya seiring
dengan pertambahan usia. Keadaan yang berat tanpa intervensi cenderung
mengakibatkan gagal jantung. Penyebab kematian tersering orang dengan ASD adalah
emboli pulmoner, trombosis pulmoner, emboli paradoksikal (akibat pirau yang
terjadi), abses otak, maupun infeksi (terutama infeksi paru).3,4
j). Apa KDU?
Jawab:
3b,mampu melakukan pemeriksaan fisik dan tambahan kemudian merujuk ke
dokter spesialis.
V. Hipotesis
Ayu perempuan 7 tahun, mengalami Atrial Septal Defect ( ASD ) tipe sukundum
VI.Kerangka Konsep
Besar tekanan
Aliran shunting darah dari left atrium ke right atrium
Besar/kecil defek melalui defek pada sekat atrium
-
volume-overload pada jantung kanan CardiacOutput
Dilatasi RA, RV, a. Pulmonalis Lung overflow perfusi ke perifer
Depolarisasi RV memanjang tekanan vaskularisasi paru pembentukan ATP
(hipertensi pulmonal)
Gambaran RBBB Mudah lelah
Turbulensi darah saat melewati katup pulmonalis
Shortness of breath Murmur sistolik di area auskultasi pulmonal
VII. Keterbatasan Pengetahuan dan Learning Issues
No Learning
Objective
What I
know
What I dont
know
What I have to
prove
Source
1. Anatomi dan
Fisiologi
Jantung
- Definisi IT,
buku,
internet
2. embriologi - Definisi
- Gejala
Khas
- Patofisiologi
- Kriteria
- Penatalaksanaan
Hubungan
embriologi
dengan kasus
3. ASD - Definisi - Patofisologi
- Tata Laksana
- Etiologi
- Epidemiologi
- Prognosis
- Komplikasi, dll
Menderita
ASD
4. Pemeriksaan
Fisik
Interpretasi - Mekanisme
abnormal
- Hubungann
pemeriksaan
fisik dan kasus
5. Pemeriksaan
Lab dan
Penunjang
- jenis
pemeriksaan
- prosedur
- Hubungan
nya dengan
kasus
-
BAB III
SINTESIS
Defek Sekat Atrium (Atrial Septal Defect, ASD)
Pendahuluan
Kelainan jantung bawaan merupakan salah satu kelainan yang paling sering
ditemukan dalam kelahiran hidup (mencapai 1% dari seluruh kelainan hidup).1 Kelainan
jantung yang dapat terjadi antara lainadalah kelainan dalam pembentukan sekat jantung.
Sekat jantung merupakan suatu batas pemisah antara jantung kiri dengan jantung kanan,
menjaga agar darah di dalam kedua pompa ini tidak bercampur
yang dapat menyebabkan gangguan saturasi oksigen darah yang
meninggalkan jantung. Salah satu bentuk kelainan sekat yang
banyak diketahui adalah defek sekat atrium, atau Atrial Septal
Defect, yang selanjutnya disebut dengan ASD.
Epidemiologi
Studi mengenai insidens penyakit jantung kongenital di
dunia barat menggambarkan bahwa ASD menempati posisi
kedua, setelah defek sekat ventrikel (VSD), dalam frekuensi
malformasi jantung kongenital yang lahir hidup.2 Namun
demikian pada literatur lain ASD merupakan kelainan jantung kongenital terbanyak kelima.3
Etiologi
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa penyakit jantung kongenital banyak
disebabkan oleh interaksi kompleks antara faktor genetik dengan faktor lingkungan (paparan
terhadap zat teratogen).1 Tidak dapatlah ditunjuk satu penyebab saja penyebab kelainan
jantung kongenital.4
Abnormalitas genetik dapat disebabkan oleh mutasi gen tunggal (single gene
mutation), kelainan kromosomal (delesi, trisomi, monosomi). Mutasi gen tunggal
menyebabkan terbentuknya protein struktural maupun regulator serta protein untuk
-
pengaturan persinyalan molekular yang defek dan biasanya dapat diprediksi pola
penurunannya mengingat diturunkan dengan pola Mendelian.3 Kelainan kromosomal yang
sering menyebabkan ASD di antaranya sindrom Turner (45X), sindrom Down (trisomi 21),
serta sindrom Miller Dieker (delesi 17p). Namun demikian perlu diingat bahwa banyak
kelainan kromosomal dapat menyebabkan penyakit jantung kongenital, meskipun tidak
spesifik menyebabkan kelainan tertentu.3 Kelainan jantung pada sindrom Down merupakan
kelainan yang paling jelas mekanismenya karena melibatkan anomali struktur yang berasal
dari bantalan endokardium (termasuk sekat atrioventrikular dan katup jantung).2
Teratogen merupakan faktor lingkungan yang paling berperan dalam menyebabkan
penyakit jantung kongenital, termasuk di antaranya ASD. Telah diketahui bahwa pajanan
terhadap infeksi rubella kongenital, diabetes gestasional, alkohol, talidomit, asam retinoat
dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung kongenital pada anak. Kurangnya konsumsi
asam folat juga dituding sebagai penyebab terjadinya hal demikian.
Kelainan Struktural dan Patofisiologi Kelainan
ASD perlu dibedakan dengan patent foramen ovale. ASD memungkinan komunikasi
interatrium akibat sekat atrium yang tidak sempurna. Patent foramen ovale pada dasarnya
juga hal yang serupa dengan ASD, namun melibatkan struktur normal yang terdapat pada
masa fetal. Namun demikian patent foramen ovale cenderung terlihat hanya ketika terjadi
peningkatan tekanan di atrium kanan (misal: hipertensi pulmonal, batuk) menyebabkan pirau
kanan-kiri (bandingkan dengan ASD yang tampak
sebagai pirau kiri-kanan akibat tekanan di atrium
kiri yang secara alamiah lebih tinggi dibandingkan
tekanan atrium kanan).
ASD dapat digolongan menjadi empat
golongan, yakni4:
defek di fossa ovalis (ostium sekundum)
merupakan tipe yang tersering (~70%). Keadaan ini
sering disebabkan oleh kematian (apoptosis) sel-sel
di septum primum yang berlebihan, menyisakan
bukaan ostium sekundum yang terlampau besar atau
kelainan pembentukan septum sekundum;
-
(1) defek kanal AV parsial sering merupakan suatu kompleks dengan defek kanal
atrioventrikular;
(2) defek sinus venosus defek di dekat bukaan
dengan vena kava superior (lebih jarang di
vena kava inferior); dan
(3) defek di sinus koronarius.
Dengan adanya pirau kiri-kanan (left-to-right
shunt), hal ini tidak serta merta menegaskan tekanan di dalam atrium (atau secara umum
jantung) belahan kiri lebih tinggi dibandingkan dengan belahan jantung kanan. Perlu
diketahui bahwa perbedaan tekanan atrium kiri dengan kanan tidaklah terlalu signifikan
untuk menghasilkan pirau yang sedemikian besar. Oleh karena itu faktor lain perlu
dipertimbangkan untuk menjelaskan aliran darah dari kiri ke kanan.Sistem atrium kanan lebih
mudah teregang (more distensible) dibandingkan dengan atrium kiri.4 Dinding ventrikel
kanan yang lebih tipis juga memiliki kemampuan untuk menampung darah tambahan lebih
baik dibandingkan dengan ventrikel kiri yang berdinding lebih tebal. Seiring dengan
berjalannya pirau ini, aliran darah pulmoner meningkat hingga dia sampai empat kali normal.
Kelebihan darah di ventrikel kanan disertai dengan peningkatan aliran darah pulmoner
dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kanan (akibat pressure dan volume overload).
Respons kompensasi akan muncul berupa konstriksi arteri pulmoner yang menjaga perfusi
kapiler pulmoner tetap dalam batas yang normal serta mencegah edema
pulmoner.3Vasokonstriksi yang persisten ini justru akan meningkatkan kerja jantung kanan
untuk melawan resistensi pulmoner yang meningkat akibat vasokonstriksi ini. Sebagai
akibatnya dinding ventrikel kanan akan beradaptasi dengan melakukan proliferasi serupa
dengan perubahan pada arteriol akibat hipertensi sistemik). Pada akhirnya resistensi
pulmoner dapat meningkat drastis nyaris menyamai resistensi sistemik, mengakibatkan
terjadinya pirau kanan-kiri (akibat peningkatan tekanan ventrikel kanan yang sangat drastis,
mengalahkan tekanan ventrikel kiri). Dalam kondisi kompensasi ini dapat terjadi sianosis
(late cyanotic congenital, kid blue bdk. dengan early cyanotic congenital, baby blue pada
pirau kanan-kiri) yang dikenal dengan sindrom Eisenmenger. Tidak hanya ASD, segala
kelainan pirau kiri-kanan pada akhirnya dapat mengalami patofisiologi yang sama sehingga
justru terjadi inversi pirau.
Gambar 1 Beberapa tipe komunikasi
interatrial yang tergolong sebagai ASD. A:
tipe ostium sekundum; B: tipe sinus venosus;
C: tipe ostium sekundum yang sangat besar;
D: tipe kanal atrioventrikular
(Hurst, 2006)
-
Dapat disimpulkan bahwa untuk seluruh kelainan jantung kongenital dengan adanya
pirau, terjadi gangguan hemodinamik yang mengakibatkan abnormalitas struktur jantung
sebagai mekanisme kompensasi dan adaptasik, seperti atrofi atau justru hipertrofi.
Gejala Klinis
Pada umumnya saat kelahiran ASD asimptomatik. ASD biasanya terlihat saat
mencapai usia remaja atau dewasa. Dapat dikatakan bahwa secara umum penyakit jantung
kongenital yang merupakan masalah saat dewasa merupakan penyakit jantung kongenital
dengan pirau kiri-kanan yang tidak menyebabkan sianosis saat masa bayi (misal: ASD, VSD,
PDA, CoA, serta ToF).4
Gejala yang paling sering menyertai penderita ASD adalah sesak nafas dan rasa lelah
yang cepat timbul setelah aktivitas fisik. Sesak nafas dapat terjadi pasa aktivitas biasa disertai
dengan berdebar-debar (takiartimia). Tanda-tanda sianosis sentral (seperti kebiruan di kuku
dan sekitar bibir) biasanya kurang ditemukan kecuali defek terjadi dalam intensitas yang
besar (suatu kondisi yang jarang dapat disebabkan oleh bukaan yang sangat lebar akibat
ketiadaan septum interatrial, disebut dengan istilah cor trilokulare biventrikulare1 dan
sering disertai defek fatal lain di daerah jantung). Semakin tua usia seseorang dengan
kelainan ini makin rentan mengalami gagal jantung kongestif (terutama dekade keempat dan
kelima) disertai dengan aritmia.
Seseorang dengan ASD juga rentan mengalami infeksi paru yang berulang akibat
meningkatnya aliran darah pulmoner cenderung mengakibatkan banyaknya cairan yang
mengalir menuju paru, membanjiri paru dan menyebabkan paru lebih rentan terhadap
infeksi mikroorganisme.
Temuan Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
Temuan pemeriksaan fisik juga tidaklah menunjukkan arahan diagnosis yang spesifik.
Oleh karena itu ASD sering ditemukan secara insidental melalui pemeriksaan foto toraks
maupun ekokardiografi.
-
Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemui individu yang cenderung kurus. Pada
pemeriksan pulsasi vena jugular ditemui peningkatan pulsasi gelombang v yang nyaris sama
besar dengan gelombang a (dalam kondisi normal gelombang a mendominasi). Pada saat
dilakukan auskultasi terjadi abnormal splitting berupa wide fixed splitting bunyi jantung
kedua serta splitting yang terdengar jelas baik pada waktu ekspirasi maupun inspirasi (bahkan
pada saat melakukan Manuver Valsava).3Hal ini dapat terjadi mengingat terjadinya
peningkatan aliran darah pulmoner menahan penutupan katup pulmonal yang normalnya
hanya akan mengalami pelambatan penutupan pada saat terjadi peningkatan venous return
akibat seseorang menarik nafas dalam (inspirasi fisiologis). Bunyi lain yang dapat pula
ditemukan adalah sistolik tipe ejeksi pada daerah pulmonal, mid-diastolik pada daerah
trikuspid, pengerasan bunyi jantung kedua di daerah pulmonal. Temuan bunyi ini merupakan
bunyi fungsional akibat peningkatan kerja ventrikel kanan.
Pemeriksaan elektrokardiografi menampakkan deviasi aksis ke kanan, blok bundel
kanan, hipertrofi ventrikel kanan, pemanjangan interval PR, serta aksis gelombang P
abnormal maupun bentuk gelombang P itu sendiri. Pada saat mencapai usia dewasa gambaran
EKG sering menampilkan flutter maupun fibrilasi atrium.
Foto toraks biasanya menampakkan pembesarn jantung (atrium kanan) secara ringan
hingga sedang dengan daerah retrosternal terisi pada foso lateral, tampakan dan corakan arteri
pulmoner cenderung meningkat. Gambaran yang bisa membedakan dengan pirau kiri-kanan
lainnya adalah sedikitnya perpindahan atrium kiri.
-
Gambar 2 Gambaran foto toraks seorang anak berusia 4 tahun yang menampakkan
pembesaran ventrikel kanan (terutama foto lateral) disertai dengan peningkatan corakan
vaskuler paru (Hurst, 2006)
Prognosis dan Komplikasi
Akibat sulitnya dan ketiadaan tanda yang khas pada kelainan ini, penemuan secara
insidental biasanya telah menunjukkan suatu kondisi yang cukup berat. Hipertensi pulmoner
merupakan kondisi yang paling sering ditemui. Demikian pula dengan flutter atrium dan
fibrilasi atrium yang semakin meningkat kejadiannya seiring dengan pertambahan usia.
Keadaan yang berat tanpa intervensi cenderung mengakibatkan gagal jantung. Penyebab
kematian tersering orang dengan ASD adalah emboli pulmoner, trombosis pulmoner, emboli
paradoksikal (akibat pirau yang terjadi), abses otak, maupun infeksi (terutama infeksi paru).3,4
Tatalaksana
Terapi dengan obat-obatan berguna bagi beberapa bayi yang menunjukkan gejala
gagal jantung. Persistensi gejala mengindikasi penutupan defek melalui pembedahan. Pada
sebagian besar kasus penutupan disarankan untuk dilakukan sebelum anak tersebut memasuki
usia sekolah. Indikasi penutupan ASD melalui temuan pemeriksaan penunjang antara lain
pembesaran jantung pada foto toraks dengan dilatasi ventrikel kanan, hipertensi pulmoner
masif, serta adanya riwayat iskemik transien (ministroke maupun stroke) dan foramen ovale
yang persisten.Penutupan dilakukan melalui tindakan pembedahan. Penutupan dapat
dilakukan dengan menjahit secara langsung lubang yang terbuka atau menggunakan alat
amplatzer septal occluder
Embriologi
Defek septum ventrikel disebabkan oleh keterlambatan penutupan sekat interventrikuler
sesudah kehidupan interauterin 7 minggu pertama, alasan penutupan terlambat atau tidak
sempurna belum diketahui. Kemungkinan faktor keturunan berperan dalam hal ini. Defek
septum ventrikel adalah jelas lebih sering pada bayi prematur dan pada mereka yang berat
badan lahir rendah, dengan laporan insidensi setinggi 7,06 per 1000 kelahiran prematur hidup
(Fyler, 1996).
Klasifikasi
-
Berdasarkan lokasi lubang, dibagi 3 : tipe perimembran (60%), tipe subarterial (37%), dan
tipe muskuler (3%) (Chandrasoma, 2006; Purwaningtyas, 2007).
Patofisiologi
Ukuran defek secara anatomis menjadi penentu utama besarnya pirau kiri-ke-kanan (right-to-
left shunt). Pirau ini juga ditentukan oleh perbandingan derajat resistensi vaskular dan
sistemik. Ketika defek kecil terjadi (1.0 cm2), tekanan ventrikel kiri dan kanan adalah sama. Pada defek jenis ini,
arah pirau dan besarnya ditentukan oleh rasio resistensi pulmonal dan sistemik.
Setelah kelahiran (dengan VSD), resistensi pulmonal tetap lebih tinggi melebihi normal dan
ukuran pirau kiri-ke-kanan terbatas. Setelah resistensi pulmonal turun pada minggu-minggu
pertama kelahiran, maka terjadi peningkatan pirau kiri-ke-kanan. Ketika terjadi pirau yang
besar maka gejala dapat terlihat dengan jelas. Pada kebanyakan kasus , resistensi pulmonal
sedikit meningkat dan penyebab utama hipertensi pulmonal adalah aliran darah pulmonal
yang besar. Pada sebagian pasien dengan VSD besar, arteriol pulmonal menebal. Hal ini
dapat menyebabkan penyakit vaskular paru obstuktif. Ketika rasio resistensi pulmonal dan
sistemik adalah 1:1, maka pirau menjadi bidireksional (dua arah), tanda-tanda gagal jantung
menghilang dan pasien menjadi sianotik. Namun hal ini sudah jarang terlihat karena adanya
perkembangan intervensi secara bedah.
Besarnya pirau intrakardia juga ditentukan oleh berdasarkan rasio aliran darah pulmonal dan
sistemik. Jika pirau kiri-ke-kanan relatif kecil (rasio aliran darah pulmonal dan sistemik
adalah 1.75:1), maka ruang-ruang jantung tidak membesar dan aliran darah paru normal.
Namun jika pirau besar (rasio 2.5:1) maka terjadi overload volume atrium dan ventrikel kiri,
peningkatan EDV dan peningkatan tekanan vena pulmonal akibat aliran darah dari kiri masuk
ke kanan dan ke paru dan kembali lagi ke kiri (membentuk suatu aliran siklus). Peningkatan
tekanan di bagian kanan (normal ventrikel kanan 20 mmHg, ventrikel kiri 120mmHg) juga
menyebabkan hipertrofi ventrikel kanan, peningkatan aliran pulmonal dan hipertensi arteri
pulmonal. Trunkus pulmonalis, atrium kiri dan ventrikel kiri membesar karena aliran
pulmonal yang juga besar. Selain itu, karena darah yang keluar dari ventrikel kiri harus
terbagi ke ventrikel kanan, maka jumlah darah yang mengalir ke sistemik pun berkurang
(akan mengativasi sistem Renin-Angiotensin dan retensi garam).
-
Manifestasi klinis
Tampilan klinis pasien VSD bervariasi, bergantung kepada besarnya defek/pirau dan aliran
dan tekanan arteri pulmonal. Jenis yang paling sering terjadi ialah defek kecil dengan pirau
kiri-ke-kanan yang ringan dan tekanan arteri pulmonal yang normal. Pasien dengan defek
tersebut umumnya asimtomatis dan lesi kelainan jantung ditemukan pada pemeriksaan fisik
rutin. Dapat ditemukan murmur holosistolik parasternal yang keras, kasar dan bertiup serta
ada thrill. Pada beberapa kasus murmur tersebut berakhir sebelum bunyi jantung 2,
kemungkinan disebabkan oleh penutupan defek pada akhir sistolik. Pada neonatus murmur
mungkin tidak terdengar pada beberapa hari pertama setelah kelahiran (sebab tekanan
ventrikel kanan yang turun perlahan), hal ini berbeda dengan kelahiran prematur di mana
resistensi paru turun lebih cepat sehingga murmur dapat terdengar lebih awal. Pada pasien
dengan VSD kecil, roentgenogram dada umumnya normal walaupun dapat terlihat sedikit
kardiomegali dan peningkatan vaskulatur pulmonal. EKG umumnya normal walau dapat juga
terlihat hipertrofi ventrikel kiri. Adanya hipertrofi ventrikel kanan menunjukkan bahwa defek
tidak kecil serta ada hipertensi pulmonal atau stenosis pulmonal.
Defek besar dengan aliran darah pulmonal yang besar dan hipertensi pulmonal dapat
menyebabkan dyspnoe, kesulitan makan, pertumbuhan terhambat, berkeringat, infeksi paru
rekuren atau gagal jantung pada saat bayi. Sianosis biasanya tidak terlihat, tetapi ruam hitam
(duskiness) dapat terlihat jika ada infeksi atau pada saat menangis. Penonjolan prekordial kiri
dan sternum sering terjadi (pada kardiomegali), penonjolan parasternal yang dapat diraba,
thrust apikal atau thrill sistolik. Murmur holosistolik dapat menyerupai murmur pada VSD
kecil namun terdengar lebih halus. Komponen pulmonal pada suara jantung 2 dapat
meningkat, menunjukkan adanya hipertensi pulmonal. Adanya bunyi middiastolik di apeks
disebabkan oleh peningkatan aliran darah melalui katup mitral dan adanya pirau kiri-ke-
kanan dengan rasio 2:1 atau lebih. Pada VSD besar, roentgenogram dada menunjukkan
adanya kardiomegali dengan penonjolan pada kedua ventrikel, atrium kiri, dan arteri
pulmonal. Edema dan efusi pleura dapat timbul. EKG menunjukkan adanya hipertrofi kedua
ventrikel.
Diagnosis
Dengan menggunakan echocardiography dua dimensi dapat ditentukan posisi dan besarnya
VSD. Pada defek yang sangat kecil terlebih pada pars muskular, defek sangat sulit untuk
-
dicitrakan sehingga membutuhkan visualisasi dengan pemeriksaan Doppler berwarna.
Aneurisma septum ventrikel (yang terdiri dari jaringan katup trikuspid) dapat menutupi defek
dan menurunkan jumlah aliran pirau kiri-ke-kanan. Echo juga bermanfaat untuk
memperkirakan ukuran pirau dengan menilai derajat overload cairan di atrium dan ventrikel
kiri; besarnya peningkatan yang terlihat dapat merefleksikan besarnya pirau kiri-ke-kanan.
Pemeriksaan Doppler juga dapat membantu menilai tekanan ventrikel kanan dan menentukan
apakah pasien berisiko menderita penyakit vaskular paru.
Efek dari VSD terhadap sirkulasi (secara umum) dapat dilihat dengan kateterisasi jantung,
namun prosedur pemeriksaan ini tidak selalu mutlak diperlukan. Kateterisasi biasanya
dilakukan jika pemeriksaan komprehensif lainnya masih belum dapat menentukan ukuran
pirau atau jika data laboratorium tidak sesuai dengan temuan di klinik. Selain itu, kateterisasi
juga dapat digunakan untuk mencari apakah ada kelainan jantung lain yang terkait.
Ketika kateterisasi dilakukan, oxymetri akan menunjukkan adanya peningkatan kadar oksigen
di ventrikel kanan terhadap atrium kanan. Jika defek berukuran kecil maka kateterisasi belum
tentu dapat menunjukkan adanya peningkatan saturasi oksigen di ventrikel kanan. Defek yang
kecil dan restriktif biasanya diasosiasikan dengan tekanan ventrikel kanan dan resistensi
vaskular yang normal. Sedangkan defek yang besar dan nonrestriktif biasanya diasosiasikan
dengan keseimbangan yang dibentuk oleh tekanan sistolik pulmonal dan sistemik.
Prognosis dan komplikasi
Perjalanan penyakit VSD bergantung pada derajat besarnya defek yang terjadi. Sebanyak 30-
50% defek ringan dapat menutup spontan pada tahun pertama kehidupan, sisanya menutup
sebelum usia 4 tahun. Defek seperti ini biasanya memiliki aneurisma septum ventrikel yang
memperkecil ukuran defek/pirau. Kebanyakan anak dengan defek ringan tetap asimtomatis
tanpa ada peningkatan ukuran jantung, tekanan atau resistensi arteri pulmonal. Risiko
penyakit yang sering terjadi adalah endokarditis infektif pada 2% anak dengan VSD dan
jarang terjadi di bawah usia 2 tahun. Risikonya bergantung pada ukuran defek.
Sedangkan defek yang lebih besar biasanya lebih sulit untuk menutup spontan. Anak akan
sering menderita infeksi paru hingga gagal jantung kongestif yang menyebabkan gagal
-
tumbuh. Pada beberapa kasus, gagal tumbuh merupakan gejala tunggal. Hipertensi pulmonal
terjadi akibat peningkatan aliran darah pulmonal dan pasien berisiko menderita penyakit
vaskular pulmonal.
Sebagian kecil pasien VSD juga mengalami stenosis pulmonal, yang bermanfaat menjaga
sirkulasi pulmonal dari peningkatan aliran (oversirkulasi) dan efek jangka panjang penyakit
vaskular pulmonal. Pasien akan menunjukkan gejala klinis stenosis pulmonal. Aliran melalui
pirau dapat bervariasi, seimbang, bahkan berbalik menjadi pirau kanan-ke-kiri.
Tatalaksana
Pada pasien dengan ukuran VSD kecil, orangtua harus diyakinkan mengenai lesi jantung
yang relatif jinak (tidak membahayakan), dan anak tetap diperlakukan sebagaimana normal
(tidak ada batasan aktifitas). Perbaikan secara bedah tidak mutlak disarankan. Anak harus
diberi asupan kalori yang memadai untuk mencapai pertumbuhan dan berat badan yang
optimum. Pemberian diuretik (furosemid) apabila ada kongesti paru dan ACE inhibitor untuk
menurunkan tekanan sistemik dan pulmonal serta mengurangi pirau. Terkadang juga
diberikan digoksin. Untuk mencegah endokarditis infektf, maka kesehatan gigi dan mulut
harus dijaga dan menggunakan antibiotik profilaksis pada saat berobat gigi. Pasien dapat di
follow up dengan pemeriksaan fisik dan penunjang noninvasif sampai defek menutup
spontan. EKG dapat digunakan untuk melihat adanya hipertrofi.
Sedangkan pada pasien dengan VSD besar, maka tujuan pengobatan adalah: (1)
mengendalikan gagal jantung kongestif dan (2) mencegah penyakit vaskular pulmonal.
Pasien dapat menunjukkan adanya penyakit pulmonal yang berulang dan sering gagal
tumbuh. Terapeutik ditujukan untuk mengendalikan gejala gagal jantung serta memelihara
tumbuh-kembang yang normal. Jika terapi awal berhasil, maka pirau akan menutup selama
tahun pertama kehidupan. Operasi dengan metode transkateter dapat dilakukan pada anak
dengan risiko rendah (low risk) setelah berusia 15 tahun.
Setelah terjadi penutupan pirau, maka keadaan hiperdinamik akan menjadi normal, ukuran
jantung mengecil kembali ke normal, thrill dan murmur menghilang serta hipertensi arteri
pulmonal menghilang. Kebanyakan anak akan bertumbuh secara normal dan pengobatan
tidak diperlukan lebih lanjut. Anak dapat mengejar ketertinggalan tumbuh kembangnya
-
dalam 1-2 tahun. Namun murmur ejeksi sistolik dengan intensitas rendah dapat terus
terdengar selama beberapa bulan. Prognosis jangka panjang setelah operasi adalah baik.
Right Bundle Branch Block (RBBB) pattern, menunjukkan adanya blok cabang
berkas kanan dan waktu depolarisasi ventrikel yang memanjang akibat adanya
pembesaran ventrikel kanan.Karakteristik EKG :
- Pola rSR di sadapan aVR dan V1
- Gelombang S lebar (durasi 0,04 detik) dan tumpul (slurred) di sadapan I,
aVL, V5 dan V6.
- Durasi kompleks QRS > 0,12 detik (blok komplit) atau antara 0,10-0,12 detik
(blok tidak komplit).
Right Ventricular Hypertrophy (RVH) menunjukkan adanya pembesaran pada
ventrikel kanan dengan karakteristik EKG :
- Deviasi aksis ke kanan (tanda awal)
- Gelombang R yang tinggi disertai depresi segmen ST dan gelombang T
terbalik di sadapan II, III, aVF. Sadapan aVR sering menunjukkan tingginya
gelombang R yang dapat berupa qR, QR atau hanya kompleks R.
- Gelombang R yang tinggi terlihat pada V1. Pada V1, rasio R/S >1 atau durasi
gelombang R lebih dari 0,03 detik. Durasi QRS bisa melebar, menyerupai blok
berkas cabang.
- Gelombang S menetap (persistent S) di sadapan V5 dan V6
Right Atrial Hypertrophy (RAH) , menunjukkan adanya pembesaran pada atrium
kanan dengan karakteristik EKG :
- Gelombang P yang tinggi (> 2,5 mm) di sadapan II, III, aVF, disebut P
pulmonal
- Gelombang P bifasik di sadapan V1 dan dominan defleksi positif
Pemeriksaan X-Ray :
Cardiothoracic ratio 60%, upward apex, increased pulmonary vascular makings.
-
Cardiothoracic ratio (CTR) 60% menunjukkan adanya kardiomegali (nilai
normal CTR < 50%)
Upward apex (apeks jantung terangkat) menunjukkan adanya pembesaran
ventrikel kanan
Increased pulmonary vascular markings (peningkatan corak arteri
pulmoner) menunjukkan adanya peningkatan aliran arteri pulmonalCTR?
Perhitungan Cardiothoracic Ratio (CTR)
1. Buat garis lurus dari pertengahan thorax (mediastinum) mulai dari atas sampai ke bawah
thorax.
2. Tentukan titik terluar dari kontur jantung sebelah kanan dan namakan sebagai titik A.
3. Tentukan titik terluar dari kontur jantung sebelah kiri dan namakan sebagai titik B.
4. Buat garis lurus yang menghubungkan antara titik A dan B
5. Tentukan titik terluar bayangan paru kanan dan namakan sebagai titik C.
6. Buat garis lurus yang menghubungkan antara titik C dengan garis mediastinum.
7. Perpotongan antara titik C dengan garis mediastinum namakan sebagai titik D
Jika foto thorax digambar dengan menggunakan aturan di atas maka akan di dapatkan foto
thorax yang sudah di beri garis seperti di bawah ini :
-
Setelah dibuat garis-garis seperti di atas pada foto thorax, selanjutnya kita hitung dengan
menggunakan rumus perbandingan sebagai berikut :
Ketentuan : Jika nilai perbandingan di atas nilainya 50% (lebih dari/sama dengan 50% maka
dapat dikatakan telah terjadi pembesaran jantung (Cardiomegally)
I. Anatomi dan Fisiologi Jantung beserta Pembuluh Darah
1. Anatomi
Jantung terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga dada diantara
kedua paru. Terdapat selaput yang mengitari jantung yang disebut perikardium,
terdiri dari dua lapisan:
- Perikardium parietalis : lapisan luar melekat pada tulang dada dan paru
- Perikardium viseralis : lapisan permukaan jantung/epikardium
Diantara kedua lapisan ini terdapat cairan perikardium.
Jantung memiliki 3 lapisan :
- Endokardium, lapisan jantung yang paling dalam melapisi katup dan
jantung bagian dalam.
- Miokardium, lapisan jantung tengah dan miokardium ini memiliki lapisan
otot yang paling tebal karena sebagai sel otot pada saat berkontraksi.
-
- Perikardium terbagi atas pericardium parietal yang merupakan kantung
jantung dan pericardium visceral (epikardium) yang merupakan bagian dari
pericardium yang merupakan lapisan jantung yang terluar.
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu :
Dua berdinding tipis disebut atrium (serambi) dan dua berdinding tebal
disebut ventrikel (bilik).
- Atrium
Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen dari
seluruh tubuh. Kemudian darah dipompakan keventrikel kanan melalui
katub dan selanjutnya ke paru.
Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui
4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri
melalui katub dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta.
Kedua atrium dipisahkan oleh sekat yang disebut septum atrium.
- Ventrikel
Merupakan alur alur otot yang disebut trabekula. Alur yang menonjol
disebut muskulus papilaris, ujungnya dihubungkan dengan tepi daun
katub atrioventrikuler oleh serat yang disebut korda tendinae.
Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke
paru melalui arteri pulmonalis
Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan
keseluruh tubuh melalui aorta
Kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel.
Katup Katup Jantung :
- Katup atrioventrikuler
Yaitu katub yang terletak antara atrium dan ventrikel.
Tricuspid
-
Terletak antara atrium kanan dan Ventrikel kanan. Memiliki 3 daun
katup (kuspis) jaringan ikat fibrosa irregular yang dilapisi
endokardium.
Bagian ujung daun katup yang mengerucut melekat pada korda
tendinae, yang malekat pada otot papilaris. Chorda tendinae
mencegah pembalikan daun katup ke arah belakang menuju
atrium.
Jika tekanan darah pada atrium kanan lebih besar daripada tekanan
arah atrium kiri, daun katup tricuspid terbuka dan darah mengalir
dari atrium kanan ke ventrikel kanan.
Jika tekanan darah dalam ventrikel kanan lebih besar dari tekanan
darah diatrium kanan, daun katup akan menutup dan mencegah
aliran balik ke dalam atrium kanan.
Bicuspid (mitral)
Terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri. Katup ini melekat pada
Chorda tendinae dan otot papilaris, fungsinya sama dengan fungsi
katup tricuspid.
- Katup Semilunar
Katup Pulmonal terletak pada arteri pulmonalis dan memisahkan
pembuluh ini dari ventrikel kanan.
Katup Aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
Kedua katup ini mempunyai bentuk yang sama terdiri dari 3 buah daun katup
yang simetris. Danya katup ini memungkinkan darah mengalir dari masing -
masing ventrikel ke arteri selamasistole dan mencegah aliran balik pada
waktu diastole.
Pembukaan katup terjadi pada waktu masing-masing ventrikel berkontraksi,
dimana tekanan ventrikel lebih tinggi dari tekanan didalam pembuluh
darah arteri.
Tanda Permukaan :
-
- Sulkus Coronarius (atrioventricular) mengelilingi jantung diantara atrium
dan ventrikel.
- Sulkus interventricular anterior dan posterior menandai letak septum
interventrikuler yang memisahkan ventrikel kiri dan kanan.
Rangka Fibrosa Jantung :
Tersusun dari nodul-nodul fibrokartilago dibagian atas septum interventricular
dan cincin jaringan ikat rapat di sekeliling bagian dasar trunkus pulmonary dan
aorta. Kerangka fibrosa ini berfungsi sebagai tempat perlekatan otot dan katup
jantung.
Sirkulasi yang memperdarahi dinding Jantung :
- Arteri koroner kanan
Cabang aorta tepat diatas katup semlunar aorta, diatas sulkus koroner.
Cabang utama :
Arteri interventricular posterior yang mensuplai darah untuk kedua
dinding ventrikel.
Arteri marginalis kanan yang mensuplai darah untuk atrium kanan dan
ventrikel kanan.
- Arteri koroner kiri
Cabang utama :
Arteri interventricular anterior yang mensuplai darah ke bagian anterior
ventrikel kanan dan kiri.
Arteri sirkumflexa mensuplai darah ke atrium kiri dan ventrikel kiri.
Yang nantinya
- Vena: vena tebesian, vena kardiaka anterior, dan sinus koronarius.
2. Fisiologi
-
Sirkulasi jantung
- Sirkulasi pulmonal yaitu aliran darah dari jaringan masuk ke vena cava baik
inferior atau posterior dalam hal ini aliran darah yang membawa CO2
kemudian masuk ke atrium kanan langsung ke ventrikel kanan kemudian
artery pulmonal dan ke paru-paru.
- Sirkulasi sistemik yaitu aliran darah bersih yang berasal dari paru-paru
dibawa ke atrium kiri melalui vena pulmonalis kemudian masuk ke
ventrikel kiri dan aorta langsung aliran darah yang kaya akan O2 langsung
di alirkanke semua jaringan tubuh untuk metabolism.
- Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan jantung dan membawa
oksigen untuk miokardium melalui cabang cabang intar miokardialyang
kecil.
Aktifitas Listrik Jantung
Terdapat dua jenis sel otot jantung yaitu:
- Sel kontraktil yang mana sel ini berkontraksiatau yang memompa dan tidak
sama sekali mengeluarkan potensial aksi.
- Sel otoritmik yang mana sel ini tidak berkontraksi melainkan mengeluarkan
potensial aksi.
Jantung membutuhkan aliran listrik atau yang dikenal dengan potensial aksi
untuk berkontraksi atau depolarisasi dalam hal ini nodus SA sebagai pemacu
pengeluaran potensial aksi yang utama sehingga pada saat nous SA
mengeluarkan potensial aksi dengan kecepatan depolarisasi 70 mil per jam pada
saat itu pula atrium mulai berkontraksi kemudian dengan perlahan potensial aksi
masuk ke nodus AV sekitar 0,1 detik sesudah kontraksi atrium nodus AV akan
mengeluarkan potensial aksi kemudian di alirkan ke berkas His dan melalui
serat purkinje depolarisasi pada ventrikel terjadi dan ventrikel pun berkontraksi.
Siklus Jantung :
- Fase kontraksi isovolumetrik
- Fase ejeksi cepat
- Fase diastasis
-
- Fase pengisian cepat
- Fase relaksasi isovolumetrik
Faktor-faktor penentu kerja jantung :
Faktor jantung dipengaruhi oleh 4 faktor utama yang saling berkaitan dalam
menentukan isi sekuncup (stroke volume) dan curah jantung(cardiac output)
- Beban Awal (Preload)
Derajat dimana otot jantung diregangkan sebelum ventrikelkiri
berkontraksi (ventrikel end diastolic volume)
Berhubungan dengan panajng otot jantung, regangan dan volume.
Semakin regang serabut otot jantung pada batas tertentu semakin kuat
kontraksi.
Faktor penentu beban awal:
Insufisiensi mitral beban awal
Stenosis mitral beban awal
volume sirkulasi
Obat-obatan : vasokontriktor , vasodilator
- Beban Akhir (Afterload)
Tahanan yang harus dihadapi saat darah keluar dari ventrikelkiri
Beban untuk membuka katup aorta dan mendorong darah selama
fase sistolik.
Systemic vascular resistance (SVR)
Faktor penentu beban akhirr:
Stenosis aorta meningkatkan beban akhir
Vasokontriksi perifer meningkatkan beban akhir
Hipertensi meningkatkan beban akhir
obat-obatan.
- Kontraktilitas
Hukum Frank Straling
Makin besar isi jantung sewaktu diastole semakin besar jumjalh darah
yang dipompaakan ke aorta
-
Dalam batas-batas fisiologis jantung memompkan keseluruh tubuh
darah yang kembali ke jantung tanpa menyebabklan penumpukan
di vena
Jantung dapat memompakan jumlah darah yang sedikit ataupun jumlah
darah yang besar bergantung pada jumlah darah yang mengalir kembali
ke vena
- Pengontrolan Curah Jantung
Curah jantung (cardiac output): jumlah darah yg dipompa oleh tiap
ventrikel dlm waktu 1 menit
Pada org dewasa (istirahat) 5 L/menit; meningkat sesuai dg
kebutuhan
Curah jantung = Isi sekuncup x denyut jantung per menit
Isi sekuncup (stroke volume): volume darah yang dipompa ventrikel
tiap denyut.
Setiap berdenyut, ventrikel memompa 2/3 volume ventrikel;
Jumlah darah yang dipompa : fraksi ejeksi
Sisa darah yg masih ada di ventrikel setelah sistol berakhir :
volume akhir sistol (ESV = end systolic volume)
Jumlah darah yang dpt ditampung ventrikel sampai diastole
berakhir : volume akhir diastol (ESD = end diastolic volume)
KESIMPULAN
Ayu 7 tahun mempunyai BMI yang tidak normal selalu mengeluh infeksi saluran
nafas yang berulang dan kadang-kadang dia mengeluh sesak nafas setelah aktivitas dan
mudah lelah dan hasil pemeriksaan fisik dan tambahan dia mengalami mengalami Atrial
Septal Defect ( ASD )
-
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliagman, Arvin. Nelson Textbook of Pediatrics. 15 th ed. United States: WB
Saunders Company;1996.
Hiraishi S, Agata Y, Nowatari M, Oguchi K, et al. Incidence and natural course of trabecular
ventricular septal defect: Two-dimensional echocardiography and color Doppler flow image
study. J Pediatr 1992 [cited 2010 May 25];120:409-15.
Roguin N, Du ZD, Barak M, Nasser N, Hershkowitz S, Milgram E. High prevalence of
muscular ventricular septal defect in neonates. J Am Coll Cardiol 1995 November 15 [cited
2010 May 25];26(6):1545-8
Ramaswamy P. Ventricular septal defect, general concepts. [Online]. 2009 Feb 10 [cited
2010 May 25]; Available from: URL: http://emedicine.medscape.com/article/892980-
overview
Arthur C. Harrisons principle of Internal Medicine. Kasper, Braunwld[et al]-ed.16-
McGraw-hill companies,Inc;2005
Agoes Azwar[et al]-ed.2-. Kumpulan Kuliah Farmakologi . Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2004, hal.381-391
AY. Sutedjo, SKM. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Yogyakarta : Amara Books; 2009, hal.75-89, 115-118.
Richard S. Snell. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Hartanto[et al]-ed.6
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC;2006, hal.101-102,109-110
http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-elias%20tarigan.pdf diakses pada tanggal
3Januari 20