hukum.cilacapkab.go.idhukum.cilacapkab.go.id/download/perda/ld_perda_clp_2015_02.pdf · created...
TRANSCRIPT
1
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAPPROVINSI JAWA TENGAHNOMOR 2 TAHUN 2015
PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAPNOMOR 2 TAHUN 2015
TENTANG
PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN CILACAP
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI CILACAP,
Menimbang: a. bahwa HIV (Human Immunodeficiency Virus)merupakan virus perusak sistem kekebalantubuh yang proses penularannya sangat sulitdipantau, dan apabila virus tersebut tidakdikendalikan dalam jangka waktu tertentudapat berkembang menjadi AIDS (AcquiredImmune Deficiency Syndrome), sehingga dapatmengancam derajat kesehatan masyarakatdan kelangsungan peradaban manusia;
b. bahwa penularan HIV (HumanImmunodeficiency Virus) semakin meluas,tanpa mengenal status sosial dan batasusia, dengan peningkatan yang sangatsignifikan, sehingga memerlukanpenanggulangan secara melembaga,sistematis, komprehensif, partisipatif danberkesinambungan;
2
c. bahwa Kabupaten Cilacap merupakansalah satu Kabupaten di Jawa Tengahyang mendapat perhatian khusus atasperkembangan HIV (Human ImmunodeficiencyVirus) dan AIDS (Acquired Immune DeficiencySyndrome) yang memperlihatkankecenderungan semakin memprihatinkandimana jumlah kasus HIV (HumanImmunodeficiency Virus) dan AIDS (AcquiredImmune Deficiency Syndrome) terusmeningkat;
d. bahwa berdasarkan pertimbangansebagaimana dimaksud dalam huruf a, hurufb dan huruf c, maka perlu menetapkanPeraturan Daerah Kabupaten Cilacap tentangPenanggulangan HIV dan AIDS di KabupatenCilacap;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950tentang Pembentukan Daerah-daerahKabupaten Dalam Lingkungan Propinsi JawaTengah (Berita Negara Republik Indonesiatanggal 8 Agustus 1950);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970tentang Keselamatan Kerja (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 1818);
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981tentang Hukum Acara Pidana (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1981Nomor 76, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3209);
3
5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999tentang Hak Asasi Manusia (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1999Nomor 165, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3886);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002tentang Perlindungan Anak (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2002Nomor 109, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4235);
7. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004tentang Praktik Kedokteran (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 116, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4431);
8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009tentang Kesejahteraan Sosial (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2009Nomor 12, Tambahan Lembaran Negararepublik Indonesia Nomor 4967);
9. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009tentang Kesehatan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144dan Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5063);
10. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009tentang Rumah Sakit (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5072);
11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011tentang Pembentukan PeraturanPerundang-Undangan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5234);
4
12. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014tentang Pemerintahan Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2014Nomor 244, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5587)sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan Undang-Undang Nomor 9Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua AtasUndang-Undang Nomor 23 Tahun 2014tentang Pemerintahan Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2015Nomor 58, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5679);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011tentang Pelayanan Darah(Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2011 Nomor 18,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5197);
14. Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2006tentang Komisi Penanggulangan AIDSNasional;
15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa TengahNomor 5 Tahun 2009 tentangPenanggulangan HIV dan AIDS; (LembaranDaerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009Nomor 5, Tambahan Lembaran DarahProvinsi Jawa Tengah Nomor 22);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHKABUPATEN CILACAP
danBUPATI CILACAP
MEMUTUSKAN:
5
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANGPENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DIKABUPATEN CILACAP.
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:1. Daerah adalah Kabupaten Cilacap.2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpinpelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadikewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Cilacap.4. Human Immunodeficiency Virus yang selanjutnya disingkat
HIV adalah virus yang menyerang sel darah putih yangmengakibatkan menurunnya sistem kekebalan tubuhmanusia sehingga tubuh manusia mudah terserang olehberbagai macam penyakit.
5. Acquired Immune Deficiency Syndrome yang selanjutnyadisingkat AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yangdisebabkan oleh menurunnya sistem kekebalan tubuhmanusia akibat HIV.
6. Komisi Penanggulangan AIDS selanjutnya disingkat KPAadalah Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Cilacap,adalah lembaga yang melakukan upaya penanggulanganHIV dan AIDS di Kabupaten Cilacap.
7. Satuan Tugas Penanggulangan AIDS selanjutnya disingkatSATGAS PA adalah satuan tugas yang melakukan upayapenanggulangan HIV dan AIDS di tingkat kecamatan.
8. Warga Peduli AIDS yang selanjutnya disingkat WPA adalahforum partisipasi masyarakat dalam membangunkesadaran kritis tentang HIV dan AIDS untuk menciptakanlingkungan hidup yang sehat dan sejahtera di tingkatkelurahan / desa.
6
9. Orang dengan HIV dan AIDS yang selanjutnya disingkatODHA adalah orang yang sudah terinfeksi HIV positif baikpada tahap belum bergejala maupun yang sudah bergejala.
10. Orang Hidup dengan HIV dan AIDS yang selanjutnyadisingkat OHIDHA adalah seseorang yang hidup saturumah dengan ODHA.
11. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikandiri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuandan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidangkesehatan tertentu dan memiliki kewenangan untukmelakukan upaya kesehatan.
12. Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses kegiatanpemulihan secara terpadu, baik fisik, mental maupunsosial, agar ODHA dan OHIDHA dapat kembalimelaksanakan fungsi sosial dalam kehidupanbermasyarakat.
13. Pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatankomprehensif berupa pelayanan kesehatan promotif,preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan kebidanan, danPelayanan Kesehatan Darurat Medis, termasuk pelayananpenunjang yang meliputi pemeriksaan laboratorium danpelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.
14. Penanggulangan adalah upaya yang meliputi pelayananpromotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang ditujukanuntuk menurunkan angka kesakitan, angka kematian,membatasi penularan serta penyebaran penyakit agarwabah tidak meluas ke daerah lain serta mengurangidampak negative yang ditimbulkannya.
15. Perawatan, Dukungan dan Pengobatan yang selanjutnyadisingkat PDP adalah perawatan yang melibatkan suatujejaring sumber daya dan pelayanan, dukungan secaraholistik komprehensif dan luas untuk ODHA dankeluarganya.
7
16. Pencegahan Penularan HIV Ibu ke Anak yang selanjutnyadisingkat PPIA adalah sebuah strategi untuk memberikanharapan bagi anak-anak dari ibu yang terinfeksi untuklahir bebas dari HIV.
17. Konseling dan Test Sukarela yang selanjutnya disingkatKTS adalah merupakan kegiatan konseling yang bersifatsukarela dan rahasia, yang dilakukan sebelum dansesudah tes darah untuk HIV.
18. Konseling dan Test atas Inisiatif Petugas Kesehatan yangselanjutnya disingkat KTIP adalah konseling dan tes HIVyang disarankan oleh penyelenggara pelayanan kesehatankepada seseorang yang datang ke fasilitas pelayanankesehatan sebagai suatu komponen standard daripelayanan medis.
19. Lembaga Swadaya Masyarakat yang selanjutnya disingkatLSM adalah lembaga non pemerintah yangmenyelenggarakan kegiatan dalam bidang penanggulangandan pencegahan HIV dan AIDS menurut prinsip danketentuan perundangan yangberlaku.
20. Kelompok Dukungan Sebaya yang selanjutnya disingkatKDS adalah dukungan oleh dan untuk ODHA/OHIDHAdalam meningkatkan kualitas hidupnya.
21. Pekerja Sosial adalah seseorang yang bekerja, baik dilembaga pemerintah maupun swasta yang memilikikompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepeduliandalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan,pelatihan, dan/atau pengalaman praktek pekerjaan sosialuntuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan danpenanganan masalah sosial.
8
BAB IIASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Penanggulangan HIV dan AIDS diselenggarakan berdasarkanasas kemanusiaan, kesamaan kedudukan dalam hukum danpemerintahan, keadilan serta kesetaraan gender.
Pasal 3
Penanggulangan HIV dan AIDS bertujuan untuk:a. memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi dan
pelayanan kesehatan yang cukup, aman, bermutu danterjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sehinggamampu menanggulangi penularan HIV dan AIDS;
b. melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinankejadian yang dapat menimbulkan penularan HIV danAIDS;
c. memberikan kemudahan pelayanan dalam upayapenanggulangan HIV dan AIDS;
d. meningkatkan derajat kesehatan ODHA sehingga mampumencegah penularan HIV dan AIDS;
e. menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA;dan
f. meningkatkan mutu sumber daya manusia dalampenanggulangan HIV dan AIDS.
9
BAB IIIPENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
Bagian KesatuRuang Lingkup
Pasal 4
Penyelenggaraan penanggulangan HIV dan AIDS dilakukansecara komprehensif dan berkesinambungan meliputi kegiatanpromosi, pencegahan, pemeriksaan, Perawatan, Dukungandan Pengobatan (PDP), serta rehabilitasi dan perlindungansosial.
Paragraf 1Promosi HIV dan AIDS
Pasal 5
(1) Promosi HIV dan AIDS sebagaimana dimaksud dalam Pasal4 dilakukan melalui peningkatan komunikasi, informasidan edukasi.
(2) Komunikasi, Informasi dan edukasi HIV dan AIDS sertaperilaku menyimpang lainnya menjadi bagian materi dalamproses belajar mengajar pada siswa sekolah formal daninformal serta jenjang Perguruan Tinggi.
(3) Kegiatan promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat.
10
Paragraf 2Pencegahan HIV dan AIDS
Pasal 6
Pencegahan HIV dan AIDS meliputi :a. pencegahan HIV dan AIDS melalui transmisi seksual ;b. pencegahan HIV dan AIDS melalui jarum dan alat suntik
yang tidak steril atau bekas dipakai orang yang mengidapHIV dan AIDS;
c. pencegahan HIV dan AIDS melalui transfusi darah yangterkontaminasi HIV dan AIDS; dan
d. pencegahan HIV dan AIDS melalui Ibu ODHA kepadabayinya.
Pasal 7
Pencegahan HIV dan AIDS melalui transmisi seksualsebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a melalui :a. penguatan peran keluarga dalam penerapan kaidah norma
dan agama sebagai upaya pencegahan perilaku seks pranikah dan seks beresiko;
b. pendidikan kesehatan reproduksi kepada masyarakat;c. menghindari perilaku hubungan seks beresiko;d. mendorong dan meningkatkan layanan IMS.
Pasal 8
Pencegahan HIV dan AIDS melalui jarum dan alat suntiksebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b dengan caratidak menggunakan jarum suntik, jarum tato, jarumakupuntur pada tubuhnya sendiri dan/atau tubuh orang lainyang tidak steril dan berulang.
11
Pasal 9
Pencegahan HIV dan AIDS melalui transfusi darahsebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c melalui :a. pemeriksaan HIV terhadap darah dan produk darah donor
oleh PMI;b. menyelenggarakan kewaspadaan umum dalam kegiatan
pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan transfusidan donor darah.
Pasal 10
Pencegahan HIV dan AIDS melalui ibu ODHA kepada bayinyasebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf d dengan caramelakukan 5 (lima) strategi pencegahan yang meliputi :a. pencegahan penularan HIV pada perempuan usia
reproduksi;b. pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu
HIV positif;c. pencegahan penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke
bayi yang dikandungnya;d. pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan
kepada ibu HIV positif beserta anak dan keluarganya;e. melakukan KTS HIV kepada calon pengantin dan ibu hamil
di layanan kesehatan.
Paragraf 3Pemeriksaan HIV
Pasal 11
(1) Pemeriksaan HIV merupakan pemeriksaan darah yangdigunakan untuk mendeteksi keberadaan antiboditerhadap HIV.
12
(2) Antibodi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbentukdalam waktu sekitar 3-6 minggu setelah terinfeksi ataupada individu dengan pembentukan antibodi yang lambatdapat terbentuk setelah 3-6 bulan terinfeksi yangdilakukan melalui KTS dan KTIP di layanan kesehatan yangberkompeten.
(3) KTIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan olehtenaga kesehatan berdasarkan pertimbangan medis dankebijakan masing-masing fasilitas layanan kesehatan.
Pasal 12
Upaya pemeriksaan HIV dilakukan dengan menyediakanlayanan pemeriksaan HIV yang standar, baik SDM, Institusi,logistik, prasarana dan sarana.
Paragraf 4Perawatan, Dukungan dan Pengobatan (PDP) HIV dan AIDS
Pasal 13
Penanganan HIV dan AIDS sebagaimana dimaksud dalamPasal 4 dilakukan melalui upaya PDP dan pendampinganterhadap ODHA yang dilakukan berdasarkan pendekatanberbasis klinis, keluarga, kelompok dukungan sebaya,organisasi profesi dan masyarakat.
Pasal 14
Upaya PDP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dilakukandengan:a. meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya
manusia yang melakukan PDP dan pendampingan;b. mendukung KDS;
13
c. menyediakan obat ARV, obat infeksi opportunistic, obatIMS dan pemeriksaan CD4 (jenis sel darah putih ataulimfosit yang merupakan bagian terpenting dari sistemkekebalan tubuh);
d. menyediakan layanan rujukan kesehatan bagi ODHA;e. menyediakan layanan PDP dan pendampingan terhadap
ODHA.
Paragraf 5Rehabilitasi dan Perlindungan Sosial ODHA
Pasal 15
(1) Rehabilitasi sosial ODHA dimaksudkan untuk memulihkandan mengembangkan ODHA / OHIDHA yang mengalamidisfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnyasecara wajar.
(2) Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat dilaksanakan secara persuasif, motivatif dankomprehensif baik dalam keluarga, masyarakat maupunpanti sosial.
(3) Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diberikan dalam bentuk :a. motivasi dan diagnosa psikososial;b. perawatan dan pengasuhan;c. pembinaan kewirausahaan;d. bimbingan mental spiritual;e. bimbingan sosial dan konseling psikososial;f. pelayanan aksesibilitas;g. bantuan dan asistensi sosial;h. bimbingan resosialisasi;i. bimbingan lanjut;j. terapi kreatifitas;k. kelompok dukungan;l. pendidikan kelompok sebaya;m. advokasi; dan/ataun. rujukan.
14
Bagian KeduaTanggungjawab, Hak dan Larangan Pemerintah Daerah
Pasal 16
Pemerintah Daerah bertanggungjawab:a. memfasilitasi orang yang berperilaku resiko tinggi dan
ODHA untuk memperoleh hak-hak layanan kesehatan diRumah Sakit atau Puskesmas setempat dan layanankesehatan lainnya;
b. menyediakan sarana dan prasarana untuk:1. skrining HIV pada semua darah, produk darah, cairansperma, organ dan/atau jaringan yang didonorkan;
2. layanan untuk pencegahan pada pemakai narkobasuntik;
3. layanan untuk pencegahan dari ibu hamil yang positifHIV kepada bayi yang dikandungnya;
4. layanan KTS dan PDP dengan kualitas baik danterjamin;
5. layanan rehabilitasi medik bagi ODHA;6. layanan pemeriksaan laboratorium penunjang untukCD4 dan viral load (jumlah virus dalam darah);
7. KTS HIV kepada ibu hamil dan calon pengantin;c. mendorong setiap orang yang beresiko terhadap penularan
HIV untuk memeriksakan kesehatannya ke klinik VCT;d. memberikan hak layanan kesehatan dan hak-hak
kerahasiaan kepada orang yang terinfeksi HIV dan AIDS;e. memberikan perlindungan dan dukungan terhadap tenaga
kesehatan dari penularan HIV;f. mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan
kasus-kasus HIV dan AIDS.
15
Pasal 17
Pemerintah Daerah melalui Komisi Penanggulangan AIDS (KPA)Kabupaten Cilacap berhak memperoleh informasi akurattentang penanggulangan HIV dan AIDS dari Dinas/Instansiterkait, fasilitas pelayanan kesehatan, pekerja sosial, LSM danmasyarakat.
Pasal 18
Pemerintah Daerah dilarang:a. meneruskan darah, produk darah, cairan mani, organ dan
jaringan tubuhnya yang telah diketahui terinfeksi HIV danAIDS kepada calon penerima donor;
b. mempublikasikan status HIV dan AIDS seseorang tanpapersetujuan yang bersangkutan kecuali untuk kepentinganmedis dan/atau kepentingan hukum;
c. mensyaratkan tes HIV yang berhubungan denganpekerjaan, pendidikan, dan kepentingan individu lainnya.
Bagian KetigaHak, Kewajiban dan Larangan ODHA
Pasal 19
ODHA berhak:a. mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif
dan berkesinambungan;b. mendapatkan perlakuan yang adil dan tidak diskriminasi
dari Pemerintah Daerah dan masyarakat.
16
Pasal 20
ODHA wajib:a. berobat, melindungi diri dan melindungi orang lain dari
penularan HIV dan AIDS;b. memeriksakan kesehatannya secara rutin sesuai
ketentuan;c. memberitahukan status kesehatan kepada tenaga
kesehatan di layanan kesehatan, apabila mendapatkantindakan medis.
Pasal 21
ODHA dilarang:a. mendonorkan darah, produk darah, cairan mani, organ
dan jaringan tubuhnya kepada orang lain;b. dengan sengaja menularkan HIV kepada orang lain.
Bagian KeempatHak, Kewajiban dan Larangan Tenaga Kesehatan
Pasal 22
Tenaga Kesehatan berhak:a. mendapatkan informasi penanggulangan HIV dan AIDS;b. mendapatkan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
tentang penanganan HIV dan AIDS;c. mendapatkan informasi status kesehatan pasien yang
berkaitan dengan HIV dan AIDS sebelum melakukantindakan medis;
d. mendapatkan perlindungan dari penularan HIV.
17
Pasal 23
Tenaga kesehatan wajib:a. melakukan pemeriksaan HIV untuk keperluan surveilans
dengan cara unlinked anonymous;b. melakukan konseling sebelum dan sesudah test HIV;c. melakukan inisiasi pemeriksaan tes HIV kepada seseorang
yang menunjukkan gejala yang mengarah pada infeksi HIVdan AIDS;
d. memberikan pelayanan kepada ODHA tanpa diskriminasi;e. menjaga kerahasiaan status HIV dan AIDS bagi ODHA yang
dilayani.
Pasal 24
Tenaga kesehatan dilarang :a. melakukan diskriminasi dalam memberikan pelayanan
kepada ODHA;b. mempublikasikan status HIV dan AIDS seseorang tanpa
persetujuan yang bersangkutan;c. memberikan informasi yang tidak benar tentang HIV dan
AIDS kepada masyarakat.
Bagian KelimaHak, Kewajiban dan Larangan Pelaku Usaha
Pasal 25
Pelaku usaha berhak mendapatkan komunikasi, informasi danedukasi (KIE) mengenai penanggulangan HIV dan AIDS.
18
Pasal 26
(1) Pelaku Usaha mempunyai kewajiban :a. menyelenggarakan kegiatan KIE mengenai HIV dan
AIDS bagi para pekerjanya secara berkala;b. memperlakukan pekerja yang terinfeksi HIV dan AIDS
secara adil dan tidak diskriminatif;c. membantu program penanggulangan HIV dan AIDS di
lingkungan perusahaannya.(2) Pelaku usaha tempat hiburan dan/atau sejenisnya yang
berpotensi menjadi tempat beresiko tinggi penularaan HIVdan AIDS mempunyai kewajiban :a. memberikan informasi atau penyuluhan secara berkala
mengenai pencegahan HIV dan AIDS kepada semuapekerjanya;
b. melaksanakan pemeriksaan HIV kepada pekerjanyasecara berkala sesuai dengan prosedur dan standarkesehatan serta melaporkan hasilnya kepada DinasKesehatan Kabupaten Cilacap.
(3) Pelaku usaha ketenagakerjaan melakukan pemeriksaanKTS HIV bagi pekerja di luar negeri yang rekrutnya padasaat kepulangan ke tempat asal.
Pasal 27
Pelaku usaha dilarang:a. menghalang-halangi penyelenggaraan penanggulangan
HIV dan AIDS di tempat kerjanya;b. memperlakukan pekerja yang terinfeksi HIV dan AIDS
secara tidak adil dan diskriminatif;c. mempublikasikan identitas status HIV dan AIDS
pekerjanya.
19
Bagian KeenamHak, Kewajiban dan Larangan LSMPekerja Sosial Peduli HIV dan AIDS
Pasal 28
(1) LSM dan Pekerja Sosial peduli HIV dan AIDS berhakmendapatkan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)mengenai penanggulangan HIV dan AIDS.
(2) LSM dan Pekerja Sosial peduli HIV dan AIDS memperolehkesempatan untuk berperan serta dalam upayapencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS dalamkoordinasi dan pembinaan KPA.
Pasal 29
LSM dan Pekerja Sosial peduli HIV dan AIDS wajib :a. peduli terhadap setiap kegiatan pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS;b. melakukan koordinasi dalam setiap kegiatan
penanggulangan HIV dan AIDS sesuai dengan ketentuan;c. melaporkan hasil kegiatan pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS kepada KPA;d. menjaga kerahasiaan status HIV dan AIDS bagi ODHA yang
didampingi.
Pasal 30
LSM dan Pekerja Sosial peduli HIV dan AIDS dilarang :a. mempublikasikan status HIV dan AIDS seseorang kecuali
dengan persetujuan yang bersangkutan;b. memberikan informasi yang tidak benar tentang IMS, HIV
dan AIDS kepada masyarakat.
20
Bagian KetujuhHak dan Larangan Masyarakat
Pasal 31
Masyarakat berhak :a. berhak mendapatkan komunikasi, informasi dan edukasi
(KIE) mengenai penanggulangan HIV dan AIDS;b. memperoleh perlindungan dari penularan HIV dan AIDS;c. memperoleh kesempatan untuk berperan serta dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDSdalam koordinasi dan pembinaan KPA.
Pasal 32
Masyarakat dilarang :a. melakukan stigma dan diskriminasi dalam bentuk apapun
kepada orang yang diduga atau disangka atau telahterinfeksi HIV dan AIDS;
b. mempublikasikan status HIV dan AIDS seseorang kecualidengan persetujuan yang bersangkutan.
Pasal 33
(1) Khusus calon pengantin dan ibu hamil wajib mengikutiKTS HIV di tempat fasilitas layanan kesehatan yangditunjuk.
(2) Keterangan sudah mengikuti KTS HIV bagi calon pengantinsebagaimana dimaksud pada ayat (1), menjadi salah satupersyaratan pendaftaran pernikahan.
21
BAB IVPENYELENGGARA PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
Bagian KesatuKelembagaan
Pasal 34
(1) Penyelenggara penanggulangan HIV dan AIDS terdiri dari :a. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Cilacap;b. Pemberdayaan masyarakat di tingkat Kecamatan yang
selanjutnya disebut Satuan Tugas Penanggulangan HIVdan AIDS tingkat Kecamatan;
c. Pemberdayaan masyarakat di tingkat Desa/Kelurahanyang selanjutnya disebut Warga Peduli AIDS tingkatDesa / Kelurahan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengisiankeanggotaan organisasi dan tata kerja penyelenggarapenangulangan HIV dan AIDS sebagaimana dimaksud ayat(1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Bagian KeduaTugas Penyelenggara Penanggulangan HIV dan AIDS
Pasal 35
(1) Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Cilacapmempunyai tugas:a. mengkoordinasikan perumusan penyusunan kebijakan,
strategi, dan langkah-langkah yang diperlukan dalamrangka penanggulangan HIV dan AIDS sesuai kebijakan,strategi, dan pedoman yang ditetapkan oleh KomisiPenanggulangan AIDS Nasional;
b. memimpin, mengelola, mengendalikan, memantau, danmengevaluasi pelaksanaan penanggulangan HIV danAIDS di Kabupaten;
22
c. menghimpun, menggerakkan, menyediakan, danmemanfaatkan sumber daya yang berasal dari pusat,daerah, masyarakat, dan bantuan luar negeri secaraefektif dan efisien untuk kegiatan penanggulangan HIVdan AIDS;
d. mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsimasing-masing instansi yang tergabung dalamkeanggotaan Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten;
e. mengadakan kerjasama regional dalam rangkapenanggulangan HIV dan AIDS;
f. menyebarluaskan informasi mengenai upayapenanggulangan HIV dan AIDS kepada aparat danmasyarakat;
g. memfasilitasi pelaksanaan tugas-tugas Camat danPemerintahan Desa/Kelurahan dalam PenanggulanganHIV dan AIDS;
h. mendorong terbentuknya LSM/kelompok Peduli HIVdan AIDS; dan
i. melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaanpenanggulangan HIV dan AIDS serta menyampaikanlaporan secaraberkala dan berjenjang kepada KomisiPenanggulangan AIDS Nasional melalui KPA ProvinsiJawa Tengah.
(2) Satgas Penanggulangan HIV dan AIDS tingkat Kecamatanmemiliki tugas :a. menyelenggarakan, mengelola, mengendalikan,
memantau, dan mengevaluasi pelaksanaanpenanggulangan HIV dan AIDS di Kecamatan;
b. menghimpun, menggerakkan, menyediakan, danmemanfaatkan sumber daya yang berasal dari daerahdan masyarakat secara efektif dan efisien untukkegiatan penanggulangan HIV dan AIDS di Kecamatan;
c. mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsimasing-masing Unit Pelaksana Teknis yang tergabungdalam keanggotaan Satgas Penanggulangan HIV danAIDS di Kecamatan;
23
d. menyebarluaskan informasi mengenai upayapenanggulangan HIV dan AIDS kepada aparat danmasyarakat;
e. memfasilitasi pelaksanaan tugas-tugas PemerintahanDesa/Kelurahan dalam Penanggulangan HIV dan AIDS;
f. melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaanpenanggulangan HIV dan AIDS serta menyampaikanlaporan secara berkala dan berjenjang kepada KomisiPenanggulangan AIDS Kabupaten Cilacap.
(3) Kelompok Kerja Warga Peduli AIDS (Pokja WPA) tingkatDesa/Kelurahan :a. melaksanakan penanggulangan HIV dan AIDS di
Desa/Kelurahan;b. menghimpun, menggerakkan, menyediakan, dan
memanfaatkan sumber daya yang berasal dari daerahdan masyarakat secara efektif dan efisien untukkegiatan penanggulangan HIV dan AIDS diDesa/Kelurahan;
c. menyebarluaskan informasi mengenai upayapenanggulangan HIV dan AIDS kepada masyarakat;
d. melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaanpenanggulangan HIV dan AIDS serta menyampaikanlaporan secara berkala dan berjenjang kepada SatgasPenanggulangan HIV dan AIDS Kecamatan.
Bagian KetigaPelaporan
Pasal 36
Pelaporan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakatdalam rangka penanggulangan HIV dan AIDS dilakukan secaraberjenjang mulai dari Desa/Kelurahan, Kecamatan, sampaiKabupaten yang secara keseluruhan dilampirkan sebagailaporan kepada Gubernur selaku Ketua KPA Provinsi.
24
Bagian KeempatPembinaan
Pasal 37
(1) Pembinaan terhadap program pemberdayaan masyarakatdalam penanggulangan HIV dan AIDS dilakukan secaraberjenjang.
(2) Pembinaan terhadap program pemberdayaan masyarakatdalam penanggulangan HIV dan AIDS sebagaimanadimaksud pada ayat (1), meliputi:a. di Kecamatan dilakukan oleh Bupati, dan masalah
teknis dilakukan oleh Dinas/Instansi Teknis dan KPAKabupaten;
b. di desa/kelurahan dilakukan oleh Camat dan masalahteknis dilakukan oleh Satgas Penanggulangan HIV danAIDS tingkat Kecamatan.
BAB VPERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 38
(1) Penanggulangan HIV dan AIDS dilaksanakan secaraterpadu dengan Program Pemberdayaan Masyarakat yangada dengan prinsip transparansi, partisipatif danakuntabilitas, serta memperhatikan nilai agama danbudaya/norma masyarakat yang ada.
(2) Program Pemberdayaan Masyarakat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) adalah memberdayakanmasyarakat agar masyarakat tahu, mau, dan mampumenanggulangi HIV dan AIDS.
(3) Pemberdayaan Masyarakat sebagaimana dimaksud padaayat (2) melibatkan masyarakat, organisasi masyarakat,Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), swasta, tokoh agama,tokoh masyarakat, ODHA dan OHIDHA.
25
(4) Penanggulangan HIV dan AIDS sebagaimana dimaksudpada ayat (1) menitik beratkan pada semua aspekpenanggulangan HIV dan AIDS sesuai dengan peranmasing-masing, termasuk pencegahan diskriminasi danstigmatisasi terhadap ODHA maupun OHIDHA.
BAB VIPEMBIAYAAN
Pasal 39
(1) Belanja program dan kegiatan penanggulangulan HIV danAIDS bersumber dari APBN, APBD, APBDes dan sumberlain yang sah dan tidak mengikat.
(2) Belanja program dan kegiatan yang bersumber dari APBDdianggarkan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)yang terkait dengan penanggulangan HIV dan AIDS sesuaikebutuhan dan kemampuan keuangan daerah.
(3) Pemerintah desa mengalokasikan anggaran untukmenunjang pelaksanaan program dan kegiatanpenanggulangan HIV dan AIDS pada APBDes (Alokasi DanaDesa/ADD).
BAB VIIPEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian KesatuPembinaan
Pasal 40
(1) Bupati melakukan pembinaan terhadap semua kegiatanyang berkaitan dengan pencegahan dan penanggulanganHIV dan AIDS.
26
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diarahkan untuk:a. mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya sehingga mampu mencegah danmengurangi penularan HIV dan AIDS;
b. terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan informasidan pelayanan kesehatan yang cukup, aman, bermutu,dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakatsehingga mampu mencegah dan mengurangi penularanHIV dan AIDS;
c. melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinankejadian yang dapat menimbulkan penularan HIV danAIDS;
d. memberikan kemudahan dalam rangka menunjangpeningkatan upaya penanggulangan HIV dan AIDS; dan
e. meningkatkan mutu tenaga kesehatan dalam upayapenanggulangan HIV dan AIDS.
(3) Pembinaan dilakukan dengan cara:a. sosialisasi kepada individu, kelompok dan warga
masyarakat;b. memberikan materi tentang Penanggulangan HIV dan
AIDS kepada pendidikan formal, non formal daninformal;
Bagian KeduaPengawasan
Pasal 41
Pengawasan pelaksanaan penanggulangan HIV dan AIDSdilakukan oleh KPA dan Satuan Kerja Perangkat Daerah yangtugas pokok dan fungsinya berkaitan dengan penanggulanganHIV dan AIDS.
27
BAB VIIIPENYIDIKAN
Pasal 42
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkunganPemerintah Kabupaten diberi wewenang khusus sebagaipenyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidanapelanggaran Peraturan Daerah.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)adalah :a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti
keterangan atau laporan berkenaan dengan tindakpidana pelanggaran terhadap Peraturan Daerah danagar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkapdan jelas;
b. meneliti, mencari, mengumpulkan keteranganmengenai orang pribadi atau badan tentang perbuatanyang dilakukan sehubungan dengan tindak pidanapelanggaran terhadap Peraturan Daerah tersebut;
c. meminta keterangan dan barang bukti dari orangpribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidanapelanggaran terhadap Peraturan Daerah;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dandokumen-dokumen serta melakukan penyitaanterhadap barang bukti tersebut;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barangbukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumenlain, serta melakukan penyitaan terhadap barang buktitersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangkapelaksanaan tugas penyidikan tindak pidanapelanggaran terhadap Peraturan Daerah;
g. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkanruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedangberlangsung dan memeriksa identitas orang atau
28
dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud padahuruf e;
h. memotret seseorang atau yang berkaitan dengan tindakpidana pelanggaran terhadap Peraturan Daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dandiperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dank. melakukan tindakan lain yang dipandang perlu untuk
kelancaran penyidikan tindak dibidang pelanggaranPeraturan Daerah menurut hukum yang dapatdipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1),memberitahukan dimulainya penyidikan danmenyampaikan hasil penyidikannya melalui PenyidikPOLRI kepada penuntut umum sesuai dengan ketentuanyang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981tentang Hukum Acara Pidana.
BAB IXKETENTUAN PIDANA
Pasal 43
(1) Barang siapa yang melanggar ketentuan Pasal 21, Pasal 24,Pasal 27, Pasal 30 dan Pasal 32 dipidana kurungan palinglama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyakRp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalahpelanggaran.
29
BAB XKETENTUAN PENUTUP
Pasal 44
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannyadalam Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap.
Ditetapkan di Cilacappada tanggal 8 Juni 2015
BUPATI CILACAP,
ttd.
TATTO SUWARTO PAMUJI
Diundangkan di Cilacappada tanggal 8 Juni 2015
SEKRETARIS DAERAHKABUPATEN CILACAP,
ttd.
SUTARJO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN 2015NOMOR 2
NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP,PROVINSI JAWA TENGAH : ( 2 /TAHUN 2015)
30
PENJELASANATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAPNOMOR 2 TAHUN 2015
TENTANGPENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN CILACAP
I. UMUM
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatanmasyarakat, salah satu kebijakan yang ditempuhPemerintah Daerah adalah pencegahan dan penanggulanganHIV dan AIDS yang menjadi prioritas karena edemi HIV danAIDS akan menimbulkan dampak buruk terhadappembangunan secara keseluruhan, disamping itu jugamerusak sendi-sendi kehidupan generasi masa depan.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentangKesehatan, mengamanatkan bahwa pembangunankesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatanyang pada akhirnya bertujuan untuk mempercepatterwujudnya kesejahteraan masyarakat.
Kabupaten Cilacap merupakan salah satu Kabupatendi Provinsi Jawa Tengah yang mendapat perhatian khususatas perkembangan penderita HIV/AIDS yangmemperlihatkan peningkatan yang semakinmemprihatinkan, sehingga memerlukan penanggulangansecara sistimatis, komprehenship dan berkesinambungan,untuk itu diperlukan payung hukum sebagai dasarpelaksanaan penanggulangan HIV dan AIDS di KabupatenCilacap sebagai upaya mengurangai pesebaran HIV dan AIDSdi Kabupaten Cilacap.
31
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1Cukup jelas.
Pasal 2Cukup jelas.
Pasal 3Cukup jelas.
Pasal 4Cukup jelas.
Pasal 5Ayat (1)
Cukup jelas.Ayat (2)
Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkanpengetahuan dan wawasan akan bahayanya HIVdan AIDS yang dapat merusak nilai-nilai dansendi-sendi kehidupan.
Ayat (3)Cukup jelas.
Pasal 6Cukup jelas.
Pasal 7Cukup jelas.
Pasal 8Hal ini bertujuan untuk menghindari persebaranpenyakit HIV dan AIDS.
Pasal 9Cukup jelas.
32
Pasal 10Cukup jelas.
Pasal 11Cukup jelas.
Pasal 12Cukup jelas.
Pasal 13Cukup jelas.
Pasal 14Cukup jelas.
Pasal 15Ayat (1)
Cukup jelas.Ayat (2)
Cukup jelas.Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 16Cukup jelas.
Pasal 17Cukup jelas.
Pasal 18Cukup jelas.
Pasal 19Cukup jelas.
Pasal 20Cukup jelas.
33
Pasal 21Cukup jelas.
Pasal 22Cukup jelas.
Pasal 23Cukup jelas.
Pasal 24Cukup jelas.
Pasal 25Cukup jelas.
Pasal 26Ayat (1)
Cukup jelas.Ayat (2)
Cukup jelas.Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 27Cukup jelas.
Pasal 28Ayat (1)
Cukup jelas.Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 29Cukup jelas.
Pasal 30Cukup jelas.
34
Pasal 31Cukup jelas.
Pasal 32Cukup jelas.
Pasal 33Ayat (1)
Cukup jelas.Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 34Ayat (1)
Cukup jelas.Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 35Ayat (1)
Cukup jelas.Ayat (2)
Cukup jelas.Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 36Cukup jelas.
Pasal 37Ayat (1)
Cukup jelas.Ayat (2)
Cukup jelas.
35
Pasal 38Ayat (1)
Cukup jelas.Ayat (2)
Cukup jelas.Ayat (3)
Cukup jelas.Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 39Ayat (1)
Cukup jelas.Ayat (2)
Cukup jelas.Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 40Ayat (1)
Cukup jelas.Ayat (2)
Cukup jelas.Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 41Cukup jelas.
Pasal 42Ayat (1)
Cukup jelas.Ayat (2)
Cukup jelas.Ayat (3)
Cukup jelas.