pph

Upload: reisya-tiara-kandita

Post on 10-Oct-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/20/2018 PPH

    1/20

    1

    PERDARAHAN POST PARTUM

    Refrat

    Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Umum

    Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyh Surakarta

    Pembimbing : dr. Ali Samhur Sp.OG

    Disusun Oleh :

    Rista Maya Erawati S.Ked

    Teguh Sunartejo S.Ked

    Muhammad hidayatullah S.Ked

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2013

  • 5/20/2018 PPH

    2/20

    2

    LEMBAR PENGESAHAN

    PERDARAHAN POST PARTUM

    Oleh :

    Rista Maya Erawati S.Ked

    Teguh Sunartejo S.Ked

    Muhammad hidayatullah S.Ked

    Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas

    Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pada tanggal 2013

    Pembimbing :

    dr. . Ali Samhur, Sp.OG (.)

    Dipersentasikan dihadapan :

    dr. . Ali Samhur, Sp.OG (.)

    Disahkan Ketua Program Profesi :

    dr. Dewi Dona Nirmalawati (.)

  • 5/20/2018 PPH

    3/20

    3

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A.Latar Belakang Masalah

    Perdarahan postpartum atau perdarahan pasca persalinan adalah salah satu

    penyebab kematian ibu melahirkan. Tiga faktor utama penyebab kematian ibu

    melahirkan adalah perdarahan post partum atau perdarahan pasca

    persalinan,hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi. Perdarahan

    menempati prosentase tertinggi penyebab kematian ibu. Di berbagai negara

    paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh

    perdarahan, proporsinya berkisar antara kurang dari 10-60 %. Walaupun

    seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca

    persalinan, namun selanjutnya akan mengalami kekurangan darah yang berat

    (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan

    (WHO).3

    Perdarahan setelah melahirkan atau perdrahan postpartum (PPH) adalahkonsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma

    ditraktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya. Diperkirakan ada 14

    juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000

    wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian

    tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Inggris (2000),

    separuh kematian ibu hamil akibat perdarahan disebabkan oleh perdarahan

    postpartum. Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah

    sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan

    postpartum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan

    umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi.

    Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap

    100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh

    perdarahan postpartum. Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca

    persalinan harus dicari etiologi yang spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta

  • 5/20/2018 PPH

    4/20

    4

    (termasuk plasenta akretadan variannya), sisa plasenta, dan laserasi traktus

    genitalia merupakan penyebab sebagian besar perdarahan post partum.2

    Dalam 20 tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan atonia uteri sebagai

    penyebab tersering perdarahan post partum yang keparahannya mengharuskan

    dilakukan tindakan histerektomi. Laserasi traktus genitalia yang dapat terjadi

    sebagai penyebab perdarahan post partum antara lain laserasi perineum,

    laserasi vagina, cedera levator ani da cedera pada serviks uteri. Suatu

    perdarahan dikatakan fisiologis apabila hilangnya darah tidak melebihi 500 cc

    pada persalinan pervaginam dan tidak lebih dari 1000 cc pada sectio cesarea.

    Perlu diingat bahwa perdarahan yang terlihat pada waktu persalinan sebenarnya

    hanyalah setengah dari perdarahan yang sebenarnya. Seringkali sectio cesarea

    menyebabkan perdarahan yang lebih banyak, harus diingat kalau narkotik akan

    mengurangi efek vasokonstriksi dari pembuluh darah.3

    B.Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan bahwa

    perdarahan post partum merupakan salah satu penyebab kematian ibu hamil.

    C.Tujuan Penulisan

    Untuk mencengah terjadinya perdarahan post partum.

    Untuk mengetahui penatalaksanaan perdarahan post partum

    D.Manfaat Penulisan

    Memberikan tambahan pengetahuan tentang pencegahan dan

    penatalaksanaan perdarahan post partum.

  • 5/20/2018 PPH

    5/20

    5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. DEFINISI

    Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih

    setelah kala III selesai (setelah plasenta lahir).3

    Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan

    menakutkan sehingga dalam waktu singkat wanita jatuh ke dalam syok, ataupun

    merupakan perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus menerus dan ini

    juga berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan menjadi banyak yang

    mengakibatkan wanita menjadi lemas dan juga jatuh dalam syok.6

    B. KLASIFIKASI

    Berdasarkan waktu kejadiannya perdarahan pasca persalinan dibagi dua

    bagian, yaitu:

    1. Perdarahan pasca persalinan dini (Early Post Partum haemorrhage, atau

    Perdarahan Pasca persalinan Primer, atau perdarahan pasca persalinan segera).

    Perdarahan pasca persalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab

    utama perdarahan pasca persalinan primer adalah atonia uteri, retensio

    plasenta, robekan jalan lahir.2

    2. Perdarahan masa nifas (PPH kasep atau Perdarahan Persalinan Sekunder

    atau perdarahan pasca persalinan lambat, atau Late PPH). Perdarahan pasca

    persalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama. Perdarahan pasca

    persalinan sekunder sering diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang

    tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal.2

  • 5/20/2018 PPH

    6/20

    6

    C. ETIOLOGI

    Penyebab perdarahan postpartum antara lain :

    1. Atonia uteri 50% - 60%

    2. Retensio plasenta 16% - 17%

    3. Sisa plasenta 23% - 24%

    4. Laserasi jalan lahir 4% - 5%

    5. Kelainan darah 0,5% - 0,8%.6

    D. PATOFISIOLOGI

    Bila dikaji dari sudut mekanisme perdarahan, maka perdarahan pada

    sesuatu tempat di tubuh baru terjadi jika keutuhan pembuluh darah terganggu

    dan mekanisme pembekuan tidak mampu membendungnya.

    a. Atonia Uteri

    Uterus yang kuat atau berkontraksi dalam kondisi normal tidak mengalami

    perdarahan setelah melahirkan. Perdaharan post partum bisa dikendalikan

    melalui kontraksi dan serat-serat miometrium. Kontraksi dan retraksi ini

    menyebabkan terlibatnya pembuluh-pembuluh darah sehingga aliran darah

    ketempat plasenta terhenti. Atonia uteri adalah gagalnya uterus untuk

    mempertahankan kontraksi dan retraksi normalnya. Kegagalan kontraksi otot

    rahim menyebabkan pembuluhnya darah pada bekas implantasi planseta

    terbuka sehingga menimbulkan perdarahan.5

    Pada atonia uteri, uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik, terjadi

    karena proses persalinan yang lama sehingga menyebabkan kelelahan,

    peregangan rahim yang berlebihan karena kehamilan ganda, janin besar,

    kelainan uterus karena mioma uteri, faktor social ekonomi yaitu malnutrisi

    dan sering dijumpai pada multipara dan granemultipara, anemia berat,

    penggunaan oksitosin yang berlebihan dalam persalinan. Atonia uteri juga

    dapat timbul karena salah penganan kala III persalinan.1

  • 5/20/2018 PPH

    7/20

    7

    b. Retensio Plasenta

    Retensio plasenta adalah terlambat kelahiran plasenta selama setengah jam

    setelah persalinan bayi. Retensio sebagian atau seluruh plasenta dalam rahim

    akan menyebabkan sinus-sinus darah tetap terbuka dan menimbulkan

    perdarahan post partum. 1 Sebab-sebab retensio plasenta :

    Plasenta belum lepas dari dinding uterus, jika uterus belum lepas sama

    sekali tidak terjadi perdarahan, jika lepas sebagian, terjadi perdarahan yang

    merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum keluar dari

    dinding uterus karena a) kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan

  • 5/20/2018 PPH

    8/20

    8

    plasenta. b) plasenta melekat erat pada dinding uterus vili korialis desidua

    sampai miometrium sampai bawah peritoniem (plasenta akreta-

    perkareta).1

    Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atoni uteri dan akan

    menyebabkan perdarahan yang banyak, atau dapat juga diakibatkan

    kesalahan penangan kala III, yang akan menghalangi plasenta keluar

    (plasenta inkarserata).6

  • 5/20/2018 PPH

    9/20

    9

    c.Sisa Plasenta

    Sewaktu suatu bagian dari plasenta tertinggal, maka uterus tidak dapat

    berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan.

    Perdarahan postpartum yang terjadi segera jarang disebabkan oleh retensi

    potongan-potongan kecil plasenta. Inspeksi plasenta segera setelah persalinan

    bayi harus menjadi tindakan rutin. Jika ada bagian plasenta yang hilang, uterus

    harus dieksplorasi dan potongan plasenta dikeluarkan.4

    d. Laserasi Jalan Lahir

    Laserasi atau robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua perdarahan

    post partum. Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah

    yang bervariasi banyaknya. Laserasi jalan lahir dapat meliputi cedera pada

    labia, perineum, vagina dan serviks. Untuk dapat menetapkan sumber

    perdarahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan

    speculum. Setelah sumber perdarahan diketahui dengan pasti, perdarahan

    dihentikan dengan melakukan ligasi

  • 5/20/2018 PPH

    10/20

    10

    e. Inversio Uteri

    Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbaik sebagian atau

    seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. Pada inversio uteri bagian atas

    uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol

    ke dalam kavum uteri. Peristiwa ini jarang sekali ditemukan, terjadi tiba-tiba

    dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar. Sebab inversio uteri yang

    tersering adalah kesalahan dalam memimpin kala III, yaitu menekan fundus

    uteri terlalu kuat dan menarik tali pusat pada plasenta yang belum terlepas dari

    insersinya.1

    Inversio uteri dibagi menjadi :

    a) Inversio uteri ringan yaitu keadaan dimana fundus uteri terbalik menonjol

    dalam kavum uteri, namun belum keluar dari rongga rahim.

    b) Inversio uteri sedang yaitu keadaan fundus uteri terbalik dan sudah masuk

    ritonium.

    c) Inversio uteri berat yaitu kedaan uterus dan vagina semuanya terbalik dan

    sebagian sudah keluar vagina.1

  • 5/20/2018 PPH

    11/20

    11

    f. Ruptur Uterus

    Ruptur uterus adalah robekan pada rahim dimana telah terjadi hubungan

    langsung antara rongga amnion dengan rongga peritoneum. Biasanya ruptur

    uteri didahului oleh gejala-gejala his yang kuat dan terus-menerus, rasan yeri

    yang hebat diperut bagian bawah, nyeri waktu ditekan, gelisah atau seperti

    ketakutan, nadi dan pernapasan cepat. Secara anatomic ruptur dapat dibagi

    atas ruptur uteri komplit (dinding uterus robek, peritoneum juga robek

    sehingga janin dapat berada dalam rongga perut) dan ruptur uteri inkomplit

    (hanya dinding uterus yang robek tetapi peritoneum tetap utuh).7

  • 5/20/2018 PPH

    12/20

    12

    g. Gangguan pembekuan darah

    Penyebab pendarahan pasca persalinan karena gangguan pembekuan darah

    baru dicurigai bila penyebab yang lain dapat disingkirkan apalagi disertai ada

    riwayat pernah mengalami hal yang sama pada persalinan sebelumnya. Akan

    ada tendensi mudah terjadi perdarahan setiap dilakukan penjahitan dan

    perdarahan akan merembes atau timbul hematoma pada bekas jahitan,

    suntikan, perdarahan dari gusi, rongga hidung, dan lain-lain. Pada

    pemeriksaan penunjang ditemukan hasil pemeriksaan faal hemostasis yang

    abnormal. Waktu perdarahan dan waktu pembekuan memanjang,

    trombositopenia, terjadi hipofibrinogenemia, dan terdeteksi adanya FDP

    (fibrin degradation product) serta perpanjangan tes protombin dan PTT

    (partial thromboplastin time). Predisposisi untuk terjadinya hal ini adalah

    solusio plasenta, kematian janin dalam kandungan, eklampsia, emboli cairan

    ketuban, dan sepsis. Terapi yang dilakukan adalah dengan transfusi darah dan

    produknya seperti plasma beku segar, trombosit, fibrinogen dan heparinisasi

    atau EACA (epsilon amino caproic acid).6

    E. MANIFESTASI KLINIS

    Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10%

    dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala baru

    tampak pada kehilangan darah sebanyak 20%. Gejala klinik berupa

    perdarahan pervaginam yang terus-menerus setelah bayi lahir. Kehilangan

    banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat,

    tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan

    lain-lain.7

  • 5/20/2018 PPH

    13/20

    13

    F. DIAGNOSIS

    Diagnosis perdarahan postpartum dapat digolongkan berdasarkan tabel

    berikut ini :

    Tabel 2.1 Diagnosis Perdarahan Postpartum5

    No. Gejala dan tanda yang selalu

    ada

    Gejala dan tanda yang

    kadang-kadang ada

    Diagnosis

    kemungkinan

    1. - Uterus tidak berkontraksi dan

    lembek- Perdarahan segera setelah

    anak lahir (Perdarahan

    Pascapersalinan Primer atau

    P3)

    - Syok - Atonia Uteri

    2. - Perdarahan segera (P3)

    - Darah segar yang mengalir

    segera setelah bayi lahir (P3)

    - Uterus kontraksi baik

    - Plasenta lengkap

    - Pucat

    - Lemah

    - Menggigil

    - Robekan jalan

    lahir

    3. - Plasenta belum lahir setelah

    30 menit

    - Perdarahan segera (P3)

    - Uterus kontraksi baik

    - Tali pusat putus akibat

    traksi berlebihan

    - Inversio uteri akibat

    tarikan- Perdarahan lanjutan

    - Retensio

    Plasenta

    4. - Plasenta atau sebagian selaput

    (mengandung pembuluh darah)

    tidak lengkap

    - Perdarahan segera (P3)

    - Uterus berkontraksi tetapi

    tinggi fundus tidak

    berkurang

    - Tertinggalnya

    sebagian plasenta

  • 5/20/2018 PPH

    14/20

    14

    5. - Uterus tidak teraba

    - Lumen vagina terisi massa- Tampak tali pusat (jika

    plasenta belum lahir)

    - Perdarahan segera (P3)

    - Nyeri sedikit atau berat

    - Syok neurogenik

    - Pucat dan limbung - Inversio uteri

    6. - Sub-involusi uterus

    - Nyeri tekan perut bawah

    - Perdarahan lebih dari 24 jam

    setelah persalinan. Perdarahan

    sekunder atau P2S.

    - Perdarahan bervariasi

    (ringan atau berat, terus

    menerus atau tidak teratur)

    dan berbau (jika disertai

    infeksi)

    - Anemia

    - Demam

    - Perdarahan

    terlambat

    - Endometritis

    atau sisa plasenta

    (terinfeksi atau

    tidak)

    7. - Perdarahan segera (P3)

    (Perdarahan intraabdominal

    dan atau vaginum)

    - Nyeri perut berat

    - Syok

    - Nyeri tekan perut

    - Denyut nadi ibu cepat

    - Robekan

    dinding uterus

    (ruptura uteri)

  • 5/20/2018 PPH

    15/20

    15

    G. PENATALAKSANAAN

    Tujuan utama pertolongan pada pasien dengan perdarahan postpartum

    adalah menemukan dan menghentikan penyebab dari perdarahan secepat

    mungkin. Terapi pada pasien dengan perdarahan postpartum mempunyai 2

    bagian pokok :

    1. Resusitasi dan manajemen yang baik terhadap perdarahan

    Pasien dengan perdarahan postpartum memerlukan penggantian cairan dan

    pemeliharaan volume sirkulasi darah ke organorgan penting.

    Pantau terus perdarahan, kesadaran dan tanda-tanda vital pasien.

    Pastikan dua kateler intravena ukuran besar (16) untuk memudahkan

    pemberian cairan dan darah secara bersamaan apabila diperlukan resusitasi

    cairan cepat.

    Pemberian cairan : berikan normal saline atau ringer lactate

    Transfusi darah : bisa berupa whole blood ataupun packed red cell

    Evaluasi pemberian cairan dengan memantau produksi urine.1

    2. Manajemen penyebab hemorraghe postpartum

    Tentukan penyebab hemorraghe postpartum :

    Atonia uteri

    Periksa ukuran dan tonus uterus dengan meletakkan satu tangan di fundus

    uteri dan lakukan massase untuk mengeluarkan bekuan darah di uterus dan

    vagina. Apabila terus teraba lembek dan tidak berkontraksi dengan baik perlu

    dilakukan massase yang lebih keras dan pemberian oxytocin. Pengosongankandung kemih bisa mempermudah kontraksi uterus dan memudahkan

    tindakan selanjutnya.1

    Lakukan kompres bimanual apabila perdarahan masih berlanjut, letakkan

    satu tangan di belakang fundus uteri dan tangan yang satunya dimasukkan

    lewat jalan lahir dan ditekankan pada fornix anterior. Pemberian uterotonica

    jenis lain dianjurkan apabila setelah pemberian oxytocin dan kompresi

  • 5/20/2018 PPH

    16/20

    16

    bimanual gagal menghentikan perdarahan, pilihan berikutnya adalah

    ergotamine.1

    Sisa plasenta

    Apabila kontraksi uterus jelek atau kembali lembek setelah kompresi

    bimanual ataupun massase dihentikan, bersamaan pemberian uterotonica

    lakukan eksplorasi. Beberapa ahli menganjurkan eksplorasi secepatnya, akan

    tetapi hal ini sulit dilakukan tanpa general anestesi kecuali pasien jatuh dalam

    syok. Jangan hentikan pemberian uterotonica selama dilakukan eksplorasi.

    Setelah eksplorasi lakukan massase dan kompresi bimanual ulang tanpa

    menghentikan pemberian uterotonica. Pemberian antibiotic spectrum luas

    setelah tindakan ekslorasi dan manual removal. Apabila perdarahan masih

    berlanjut dan kontraksi uterus tidak baik bisa dipertimbangkan untuk

    dilakukan laparatomi. Pemasangan tamponade uterrovaginal juga cukup

    berguna untuk menghentikan perdarahan selama persiapan operasi.4

    Gangguan pembekuan darah

    Jika manual eksplorasi telah menyingkirkan adanya rupture uteri, sisa

    plasenta dan perlukaan jalan lahir disertai kontraksi uterus yang baik maka

    kecurigaan penyebab perdarahan adalah gangguan pembekuan darah.

    Lanjutkan dengan pemberian product darah pengganti (

    trombosit,fibrinogen).1

    Terapi pembedahan

    a.Laparatomi

    Pemilihan jenis irisan vertical ataupun horizontal (Pfannenstiel) adalah

    tergantung operator. Begitu masuk bersihkan darah bebas untuk memudahkan

    mengeksplorasi uterus dan jaringan sekitarnya untuk mencari tempat rupture

    uteri ataupun hematom. Reparasi tergantung tebal tipisnya rupture. Pastikan

    reparasi benar-benar menghentikan perdarahan dan tidak ada perdarahan

    dalam karena hanya akan menyebabkan perdarahan keluar lewat vagina.

    Pemasangan drainase apabila perlu. Apabila setelah pembedahan ditemukan

    uterus intact dan tidak ada perlukaan ataupun rupture lakukan kompresi

    bimanual disertai pemberian uterotonica.4

  • 5/20/2018 PPH

    17/20

    17

    b. Histerektomi

    Merupakan tindakan curative dalam menghentikan perdarahan yang

    berasal dari uterus. Total histerektomi dianggap lebih baik dalam kasus ini

    walaupun subtotal histerektomi lebih mudah dilakukan, hal ini disebabkan

    subtotal histerektomi tidak begitu efektif menghentikan perdarahan apabila

    berasal dari segmen bawah rahim, servix,fornix vagina.4

    H .PENCEGAHAN

    Perawatan masa kehamilan

    Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-kasus yang

    disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak

    saja dilakukan sewaktu bersalin tetapi sudah dimulai sejak ibu hamil dengan

    melakukan antenatal care yang baik. Menangani anemia dalam kehamilan

    adalah penting, ibu-ibu yang mempunyai predisposisi atau riwayat perdarahan

    postpartum sangat dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit.3

    Persiapan persalinanDi rumah sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb,

    golongan darah, dan bila memungkinkan sediakan donor darah dan dititipkan

    di bank darah. Pemasangan cateter intravena dengan lobang yang besar untuk

    persiapan apabila diperlukan transfusi. Untuk pasien dengan anemia berat

    sebaiknya langsung dilakukan transfusi. Sangat dianjurkan pada pasien

    dengan resiko perdarahan postpartum untuk menabung darahnya sendiri dan

    digunakan saat persalinan.3

    Persalinan

    Setelah bayi lahir, lakukan massae uterus dengan arah gerakan circular

    atau maju mundur sampai uterus menjadi keras dan berkontraksi dengan baik.

    Massae yang berlebihan atau terlalu keras terhadap uterus sebelum, selama

    ataupun sesudah lahirnya plasenta bisa mengganggu kontraksi normal

    myometrium dan bahkan mempercepat kontraksi akan menyebabkan

  • 5/20/2018 PPH

    18/20

    18

    kehilangan darah yang berlebihan dan memicu terjadinya perdarahan

    postpartum.6

    Kala tiga dan Kala empat

    Uterotonica dapat diberikan segera sesudah bahu depan dilahirkan. Study

    memperlihatkan penurunan insiden perdarahan postpartum pada pasien yang

    mendapat oxytocin setelah bahu depan dilahirkan, tidak didapatkan

    peningkatan insiden terjadinya retensio plasenta. Hanya saja lebih baik

    berhati-hati pada pasien dengan kecurigaan hamil kembar apabila tidak ada

    USG untuk memastikan. Pemberian oxytocin selama kala tiga terbukti

    mengurangi volume darah yang hilang dan kejadian perdarahan postpartum

    sebesar 40%.6

    Pada umumnya plasenta akan lepas dengan sendirinya dalam 5 menit

    setelah bayi lahir. Usaha untuk mempercepat pelepasan tidak ada untungnya

    justru dapat menyebabkan kerugian. Pelepasan plasenta akan terjadi ketika

    uterus mulai mengecil dan mengeras, tampak aliran darah yang keluar

    mendadak dari vagina, uterus terlihat menonjol ke abdomen, dan tali plasenta

    terlihat bergerak keluar dari vagina. Selanjutnya plasenta dapat dikeluarkan

    dengan cara menarik tali pusat secra hati-hati. Segera sesudah lahir plasenta

    diperiksa apakah lengkap atau tidak. Untuk manual plasenta ada perbedaan

    pendapat waktu dilakukannya manual plasenta. Apabila sekarang didapatkan

    perdarahan adalah tidak ada alas an untuk menunggu pelepasan plasenta

    secara spontan dan manual plasenta harus dilakukan tanpa ditunda lagi. Jika

    tidak didapatkan perdarahan, banyak yang menganjurkan dilakukan manual

    plasenta 30 menit setelah bayi lahir. Apabila dalam pemeriksaan plasenta

    kesan tidak lengkap, uterus terus di eksplorasi untuk mencari bagian-bagian

    kecil dari sisa plasenta.6

    Lakukan pemeriksaan secara teliti untuk mencari adanya perlukaan jalan

    lahir yang dapat menyebabkan perdarahan dengan penerangan yang cukup.

    Luka trauma ataupun episiotomy segera dijahit sesudah didapatkan uterus

    yang mengeras dan berkontraksi dengan baik.

  • 5/20/2018 PPH

    19/20

    19

    BAB III

    PENUTUP

    Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih

    setelah kala III selesai (setelah plasenta lahir).

    Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan

    menakutkan sehingga dalam waktu singkat wanita jatuh ke dalam syok,

    ataupun merupakan perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus

    menerus dan ini juga berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan menjadi

    banyak yang mengakibatkan wanita menjadi lemas dan juga jatuh dalamsyok.

    Berdasarkan waktu kejadiannya perdarahan pasca persalinan dibagi dua

    bagian, yaitu: 1. Perdarahan pasca persalinan dini (Early Post Partum

    haemorrhage, atau Perdarahan Pasca persalinan Primer, atau perdarahan

    pasca persalinan segera). 2. Perdarahan masa nifas (PPH kasep atau

    Perdarahan Persalinan Sekunder atau perdarahan pasca persalinan lambat,

    atau Late PPH).

    Penyebab perdarahan postpartum antara lain : Atonia uteri, Retensio

    plasenta, Sisa plasenta, Laserasi jalan lahir, Kelainan darah.

    Tujuan utama pertolongan pada pasien dengan perdarahan postpartum

    adalah menemukan dan menghentikan penyebab dari perdarahan secepat

    mungkin. Terapi pada pasien dengan perdarahan postpartum mempunyai 2

    bagian pokok yaitu Resusitasi dan manajemen yang baik terhadap

    perdarahan dan Manajemen penyebab hemorraghe postpartum

  • 5/20/2018 PPH

    20/20

    20

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LC,

    Wenstrom KD. Uterine Leiomyomas. In : Williams Obstetrics. 22nd

    edition. Mc Graw-Hill. New York : 2005.

    2. Manuaba.I.B.G.dr.Prof,Sp.OG(K). 1999. Ilmu Kebidanan,

    PenyakitKandungan&Keluarga Berencana untuk Pendidikan

    Bidan.Jakarta : EGC

    3. Prawirohardjo S. Perdarahan Paca Persalinan. Dalam : Buku Acuan

    Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-

    SP. 2002.

    4. Prof.Dr.Rustam Mochtar, MPH, Sinopsis Obstretis, edisi 2 jilid 1, Editor

    Dr. Delfi Lutan, SpOG

    5. Saifudin AB. Issues in training for essential maternal healthcare in

    Indonesia. Medical Journal of Indonesia Vol 6 No. 3, 1997: 140 148.

    6. Sheris j. Out Look : Kesehatan ibu dan Bayi Baru Lahir. Edisi Khusus.

    PATH. Seattle : 2002.7. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Perdarahan Post Partum.

    Dalam : Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : YBP-SP. 2002.