s pph 002-15-00 kewajiban pemotongan pph pasal 21 bendahara
DESCRIPTION
PPhTRANSCRIPT
Kementerian Keuangan RIDirektorat Jenderal Pajak
1PJ.091/PPh/S/002/2015-00
GAMBARAN UMUM KEWAJIBAN PERPAJAKAN BENDAHARA
OBJEK PEMOTONGAN PPh PASAL 21/26
PEMOTONG PPh DAN PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPh
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh PASAL 21/26
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21/26
CONTOH PENGHITUNGAN
KEWAJIBAN PEMOTONG PPh PASAL 21/26
KEWAJIBAN PENERIMA PENGHASILAN
SANKSI ADMINISTRASI ATAS KETERLAMBATAN PEMBAYARAN/PEYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK
GAMBARAN UMUM
KEWAJIBAN PERPAJAKAN
BENDAHARA
APBN
MasyarakatFasilitas publik
Kas Negara melalui Bank
atau Kantor Pos
DJP (Administrasi)
ALUR PENERIMAAN DAN PENGGUNAAN
DANA APBN TERKAIT PAJAK
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah
KEWAJIBAN UMUM
PERPAJAKAN
Objek Penjelasan
PPh Pasal 21 Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan kepada orang pribadi sehubungan denganpekerjaan jabatan, jasa & kegiatan
PPh Pasal 4 ayat (2) Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan sehubungan jasa tertentu & sumber tertentu (jasa konstruksi, sewa tanah/bangunan,pengalihan hak atas tanah/bangunan, hadiah undian dan lainnya)
PPh Pasal 22 Pemungutan atas penghasilan yg dibayarkan sehubungan dengan pembelian barang
PPh Pasal 23 Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan berupa hadiah, bunga, deviden, sewa, royalty dan jasa-jasa lainnya selain Objek PPh Psl 21
PPh Pasal 26 Pembayaran atas penghasilan kepada Wajib Pajak Luar Negeri.
PPN dan PPnBM Pemungutan atas pajak konsumsi yg dibayar sendiri sehubungan penyerahan Barang Kena Pajak & Jasa Kena Pajak
Bea Materai Pembayaran atas pemanfaatan dokumen2 tertentu (kuitansi, kontrak)
BENDAHARA PEMERINTAH
MELAKSANAKAN KEWAJIBAN PEMOTONGAN & PEMOTONGAN PAJAK PUSAT ATAS
DANA YANG BERASAL DARI APBN/APBD
WAJIB
Outline
OBJEK PEMOTONGAN
PPh PASAL 21/26
SPDN SPLN
1. Pekerjaan;
2. Jasa;
3. Kegiatan
yang dilakukan orang pribadi
PPh Pasal 21 PPh Pasal 26
Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, danPembayaran lain dengan nama/bentuk apapun
8Outline
PEMOTONG PPh DAN
PENERIMA PENGHASILAN
YANG DIPOTONG PPh
Pemotong PPh Pasal 21/26
• pemberi kerja yang terdiri dari:
a. orang pribadi dan badan;
b. cabang, perwakilan atau unit, dalam hal yang
melakukan sebagian atau seluruh administrasi yang
terkait dengan pembayaran gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang,
perwakilan atau unit tersebut.
• bendahara atau pemegang kas pemerintah
• dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial
Tenaga Kerja dan badan-badan lain
• orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas serta badan yang melakukan
pembayaran sehubungan dengan penyerahan jasa
• Penyelenggara kegiatan
Pemberi kerja bukan pemotongPPh Pasal 21/26
• Kantor perwakilan negara asing
• Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan
Menteri Keuangan
• Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang semata-
mata memperkerjakan orang pribadi untuk melakukan
pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam
rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas
11
12
Penerima penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 21/26
• pegawai;
• penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaatpensiun, THT, JHT, termasuk ahli warisnya;
• bukan pegawai;
• anggota dewan komisaris/pengawas yang tidak
merangkap sebagai pegawai;
• mantan pegawai;
• peserta kegiatan:
– Peserta perlombaan
– Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, kunjungan kerja
– Peserta/anggota kepanitiaan
– Peserta pendidikan, pelatihan
– Peserta kegiatan lainnyaOutline
PENGHASILAN YANG
DIKENAKAN
PPh PASAL 21/26
Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 21/26
• penghasilan pegawai tetap baik teratur maupun tidak teratur• penghasilan penerima pensiun secara teratur
• uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka waktu 2 tahun;
• penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas• imbalan kepada bukan pegawai;• imbalan kepada peserta kegiatan;• imbalan kepada dewan komisaris/pengawas yang bukan
merupakan pegawai tetap pada perusahaan yang sama;• imbalan kepada mantan pegawai;• penarikan dana pensiun oleh pegawai.
14
• Wajib Pajak PPh Final• Wajib Pajak Norma Penghitungan Khusus
Termasuk:Natura/Kenikmatan dari:
Nilai Uang Sebagai Dasar
Penentuan besarnya penghasilan
Uang rupiah Uang asing Natura/kenikmatanan
sesuai dengan yang
diterima/diperoleh
Kurs Menteri
KeuanganHarga Pasar
Penghasilan yang tidak dikenakan PPh Pasal 21/26
• Pembayaran manfaat atau santunan asuransi
kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan bea siswa
• Natura/kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah
• Iuran pensiun kepada dana pensiun yang telah
disahkan Menkeu, iuran THT/JHT yang dibayar pemberi
kerja
• Zakat/sumbangan wajib keagamaan dari
badan/lembaga yang dibentuk/disahkan pemerintah
• Bea siswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(3) huruf l UU PPh
Outline
PENGHITUNGAN
PPh PASAL 21/26
Setiap Masa Pajak,
kecuali Masa Pajak terakhir
Penghitungan PPh Pasal 21:Pegawai tetap dan Penerima Pensiun Berkala
Masa Pajak terakhir
Perkiraan Penghasilan Neto
yang akan diterima selama
setahun,
Penghasilan teratur
sebulan dikali 12
Selisih antara PPh yang
terutang atas seluruh
penghasilan kena pajak
selama setahun dengan PPh
yang telah dipotong masa-
masa sebelumnya
Pasal 14 ayat (2) dan ayat (5) PER-31/PJ/2012
Disetahunkan Tidak Disetahunkan
1. WP OP DN meninggal
dunia atau meninggalkan
Indonesia selamanya;
2. Orang asing mulai bekerja
di Indonesia pada tahun
berjalan untuk jangka
waktu lebih dari 6 bulan;
3. Karyawan pindah cabang
1. WP OP DN mulai bekerja
pada tahun berjalan;
2. WP OP DN pindah kerja
ke pemberi kerja yang
lain
Masa Perolehan Penghasilan Kurang dari 12 Bulan
19
Pegawai tetap
Gaji, Tunjangan, Premi Asuransi
Dibayar Pemberi KerjaUang Pensiun Berkala
Dikurangi dengan
1. Biaya jabatan, 5% dari pengh.
Bruto maks. Rp6.000.000 per
tahun atau Rp500.000 per bulan
2. Iuran pensiun, THT/JHT yang
dibayar sendiri
Dikurangi dengan
Biaya Pensiun, 5% dari pengh.Bruto maks. Rp2.400.000 pertahun atau Rp200.000 perbulan
Penerima pensiun
Penghasilan Neto (setahun/disetahunkan)
Dikurangi PTKP
Penghasilan Kena Pajak
Dikenakan Tarif Pasal 17
Penghitungan PPh Pasal 21
20
Rp24.300.000,00 Untuk diri Wajib Pajak
Rp2.025.000,00
Rp2.025.000,00
Tambahan utk WP Kawin
Tambahan untuk setiap
anggota keluarga sedarah
semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak
angkat yg menjadi tanggungan
sepenuhnya maksimal 3 orang
penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun
kalender atau awal bulan dari bagian tahun kalender
PTKP: (PMK 162/PMK.011/2012)
21
Hanya untuk
diri sendiri
Kawin
1. Diri sendiri;
2. Tanggungan
maks 3.
Tidak
Kawin
1. Diri sendiri;
2. Status kawin;
3. Tanggungan
maks 3.
Kawin
Suami tidak
berpenghasilan
menunjukkan ket. tertulis dari pemerintah daerah setempat
serendah-rendahnya kecamatan bahwa suami tidak menerima/
memperoleh penghasilan
PTKP Karyawati
5%Sampai dengan Rp 50 juta
15%Diatas Rp 50 juta s.d. Rp 250 juta
25%Diatas Rp 250 juta s.d. Rp 500 juta
30%Di atas Rp 500 juta
Sesuai
Pasal 17 ayat
(1) huruf a
UU PPh
Tarif
Upah/Uang Saku Harian, Mingguan, Satuan, Borongan
Dibayarkan Bulanan Atau JumlahUpah Kumulatif satu bulan
melebihi Rp 7.000.000
Upah/Uang Saku Harian
≤ 200.000 > 200.000
Tidak Dipotong Dikurangi 200.000
Dipotong 5%
Upah kumulatif > Rp2,025 jt s.d. Rp7 jt sebulan
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
Tarif PPh 21 = 5%
Dikali 12
Dikurangi PTKP Setahun
Penghasilan Kena Pajak
Dikenakan Tarif Ps 17
PPh Ps 21 Setahun
Dibagi 12
PPh Pasal 21 Sebulan
PPh Pasal 21:Pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas
BerkesinambunganBerkesinambungan
Ex Pasal 13 ayat (1)
Tidak
berkesinambungan
(50 % x Ph Bruto)Dikurangi
PTKP sebulan,
Dihitung secara
kumulatif
(50 % x Ph Bruto)
Dihitung secara
kumulatif
(50 % x Ph Bruto)
Dalam hal Dokter Yang Praktik di RS/Klinik Jumlah Penghasilan Bruto adalahSebesar Jasa Dokter Yang Dibayarkan Pasien melalui RS/Klinik sebelum
Dipotong Biaya-Biaya atau Bagi Hasil RS/Klinik
PPh Pasal 21:Bukan Pegawai
Tarif Pasal 17 atas Penghasilan Bruto
PPh Pasal 21:Lainnya
Dewan Komisaris/
Pengawas non
Pegawai tetap
Mantan Pegawai
Peserta program
Pensiun yang masih
Berstatus pegawai
honorarium atau
imbalan yang
bersifat tidak teratur
jasa produksi,
tantiem, gratifikasi,
bonus atau imbalan
lain yang bersifat
tidak teratur
penarikan dana
pensiun
Tarif Pasal 17
UU PPh
Penghasilan Bruto
Penghasilan Bruto merupakan pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah
PPh Pasal 21:Peserta Kegiatan
PEGAWAI
BUKAN PEGAWAI
TIDAK BERKESINAMBUNGAN
BERKESINAMBUNGAN
PENSIUNAN
TETAP
TIDAK TETAP
Ph NETO - PTKP
BULANAN
HARIAN
Ph BRUTO - PTKP
(50% X Ph Bruto) Kumulatif
50 % x Ph Bruto
Ph NETO - PTKPBERKALA
Ph BRUTO – 200 RIBU
Ph BRUTO(>2,025jt s.d.7jt) –
PTKP Harian
Ph Bruto Kumulatif
BERKESINAMBUNGAN ex Psl 13 (1)
((50% X Ph Bruto) - PTKP bulanan) Kumulatif
PESERTA KEGIATAN
Ph BRUTO(>7jt) – PTKP
KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI,PENARIKAN DAPEN O/ PEGAWAI
Ph Bruto
Penerima penghasilan tidak ber-NPWP
PPh Pasal 21 sebesar 120%
lebih tinggi daripada PPh
Pasal 21 yang seharusnya
(20% lebih tinggi)
Tidak berlaku untuk PPh Pasal 21 yang bersifat final
Setelah pemotongan
PPh Pasal 21 bulan
Desember
sebelum pemotongan
PPh Pasal 21 bulan
DesemberBer-NPWP
Diperhitungkan oleh
pemotong dengan
PPh Pasal 21 bulan-
bulan selanjutnya
merupakan kredit
pajak dalam SPT
Tahunan PPh
Ketentuan Khusus
1. Uang Pesangon
2. Uang Manfaat Pensiun
3. THT/JHT
yang dibayarkan sekaligus
Penghasilan bersumber dari
APBN/D yang diterima oleh
Pejabat Negara, PNS,
Anggota, TNI/Polri, dan
Pensiunannya
PP No. 68 Tahun
2010PP No. 80 Tahun
2010
30
PPh Pasal 26
Tarif Pasal 26:20 %
Penghasilan Bruto
MemperhatikanKetentuan P3B
31
32
Saat terutangPPh Pasal 21/26
Penerima penghasilan
akhir bulan dilaku-
kannya pembayaran
atau
akhir bulan
terutangnya
penghasilan
Pemotong
Saat dilakukannya
pembayaran
atau
saat terutangnya
penghasilan
Outline
CONTOH PENGHITUNGAN
Contoh Penghitungan PPh Pasal 21
Yanto pada tahun 2014 bekerja sebagai PNS KementerianKeuangan dengan gaji sebulan Rp 8.000.000,00 danmembayar iuran pensiun sebesar Rp. 200.000,00. Yantomenikah tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan Juli 2014menerima kenaikan gaji, menjadi Rp 10.000.000,00 sebulandan berlaku surut sejak 1 Januari 2014. Dengan adanyakenaikan gaji yang berlaku surut tersebut, Yanto menerimarapel sejumlah Rp 12.000.000,00 (kekurangan gaji untuk masaJanuari s.d. Mei 2014).
A. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tetap - Gaji Bulanan
Gaji sebulan Rp 8.000.000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 8.000.000) Rp 400.000
Iuran Pensiun Rp 200.000 Rp 600.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 7.400.000
Penghasilan Neto setahun (12 x Rp 7.400.000,00 ) Rp 88.800.000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 24.300.000
- tambahan WP kawin Rp 2.025.000 Rp 26.325.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 62.475.000
PPh Pasal 21 terutang :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000
15% x Rp 12.475.000,00 = Rp 1.871.000
Rp 4.371.000
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 4.371.000,00 : 12 = Rp 364.250
35
B. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Uang Rapel
Gaji sebulan Rp 10.000.000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 10.000.000) = Rp 500.000
Iuran Pensiun = Rp 200.000 Rp 700.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 9.300.000
Penghasilan Neto setahun ( 12 x Rp 9.300.000,00 ) Rp 111.600.000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 24.300.000
- tambahan WP kawin Rp 2.025.000 Rp 26.325.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 85.275.000
PPh Pasal 21 setahun :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000
15% x Rp 35.275.000,00 = Rp 5.291.000
Rp 7.791.000
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 7.791.000,00 : 12 Rp 649.250
PPh Pasal 21 Januari s.d Juni 2014 seharusnya adalah :
6 x Rp 649.250,00 Rp 3.895.500
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Juni 2014
6 x Rp 364.250,00 (dari perhitungan contoh A) Rp 2.185.500
PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 1.710.000
Outline
KEWAJIBAN PEMOTONG
PPh PASAL 21/26
Kewajiban Pemotong
• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP
• Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan
PPh Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan
kalender.
• PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos atau
Bank paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir*).
• Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20 hari
setelah Masa Pajak berakhir*).
• Wajib membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh Ps.
21/26 untuk setiap Masa Pajak
• Wajib menyimpan Catatan atau Kertas Kerja sesuai ketentuan
• Wajib membuat Bukti Potong dan memberikannya kepada
penerima penghasilan
Pasal 22 PER-31/PJ/2012
*) Dalam hal jatuh tempo pada hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional,
penyetoran dan pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya
Bukti Pemotongan PPh Pasal 21
• Untuk pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
– dibuat sekali setahun (Form 1721 A2)
– diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun atau
pegawai berhenti
• Untuk selain pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
– Dibuat setiap kali ada pemotongan
– Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka
bukti potong dapat dibuat sekali dalam satu bulan
• Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib dilampirkan dalam
SPT Masa PPh Pasal 21
Pasal 23 PER-31/PJ/2012
40
Contoh Bukti Potong PPh
Pasal 21(Formulir 1721 – A2)
Contoh Bukti Potong PPh Pasal 21 Lainnya
(Tidak Final)
42
Contoh Bukti Potong PPh Pasal 21 Lainnya
(Final)
Outline
KEWAJIBAN PENERIMA
PENGHASILAN
Kewajiban Penerima Penghasilan
• Wajib mendaftarkan diri ke KPP
• Wajib menghitung, menyetor, dan melaporkan Pajak
Penghasilan yang terutang selama satu tahun pajak
• Pegawai, Penerima Pensiun Berkala, dan Bukan Pegawai
tertentu wajib membuat surat pernyataan yang berisi jumlah
tanggungan keluarga pada awal tahun kalender atau pada
saat menjadi Subjek Pajak dalam negeri
• Wajib menyerahkan surat pernyataan tanggungan keluarga
kpd Pemotong Pajak pada saat mulai bekerja atau mulai
pensiun
• Wajib membuat surat pernyataan baru dalam hal terjadi
perubahan tanggungan keluarga paling lambat sebelum mulai
tahun kalender berikutnya
44
Pasal 22 PER-31/PJ/2012
Kewajiban Penerima Penghasilan
• Penyetoran PPh Kurang Bayar dilakukan paling lama sebelum
SPT Tahunan disampaikan
– dapat dilakukan dengan sistem pembayaran pajak secara
elektronik (Billing System)
– Billing System: metode pembayaran elektronik (melalui Teller
Bank/Pos, ATM, atau internet banking) dengan menggunakan
Kode Billing
• Pelaporan SPT Tahunan PPh WP OP dilakukan paling lama 3
bulan setelah akhir tahun pajak
– dapat dilakukan secara e-Filing melalui internet pada website
DJP, www.pajak.go.id, (khusus Formulir 1770 S dan 1770 SS)
– bagi yang belum pernah melaporkan secara e-Filing, agar
terlebih dahulu mengajukan permohonan e-FIN dan membuat
akun e-Filing
45
46
TATA CARA e-FILING
e-FIN
Registrasi & Aktivasi
Bukti Penerimaan
Elektronik (BPE):
Nama, NPWP, tanggal, jam
dan
Nomor Tanda Terima
Elektronik
a.Mengajukan Permohonan
e-FIN1 harikerja
Diberikan langsunge-FIN
Kode Verifikasi
www.pajak.go.id
Outline
SANKSI ADMINISTRASI
ATAS KETERLAMBATAN
PEMBAYARAN/PEYETORAN
DAN PELAPORAN PAJAK
SANKSI ADMINISTRASI KETERLAMBATAN PEMBAYARAN PAJAKYANG TERUTANG UNTUK SUATU SAAT ATAU MASA PAJAK
PEMBAYARAN/ PENYETORAN PAJAKSETELAH TGL JATUH TEMPO PEMBAYARAN/
PENYETORAN PAJAK
BERUPA BUNGA 2% PER BULAN DIHITUNG DARI JATUHTEMPO PEMBAYARAN SAMPAI DENGAN TGLPEMBAYARAN (DAN BAGIAN DARI BULAN
DIHITUNG PENUH SATU BULAN)
DIKENAKAN SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 9 ayat (2a) UU KUP
48
SANKSI ADMINISTRASI KETERLAMBATAN PEMBAYARAN PAJAKYANG TERUTANG BERDASARKAN SPT TAHUNAN PPh
PEMBAYARAN/ PENYETORAN PAJAKSETELAH TGL JATUH TEMPO PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh
BERUPA BUNGA 2% PER BULAN DIHITUNG DARI BERAKHIRNYA BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN SAMPAI DENGAN TGL PEMBAYARAN
(DAN BAGIAN DARI BULANDIHITUNG PENUH SATU BULAN)
DIKENAKAN SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 9 ayat (2b) UU KUP
49
SANKSI ADMINISTRASI ATAS KETERLAMBATAN
atau TIDAK MENYAMPAIKAN SPTPasal 7 (1) UU KUP
SPT
TAHUNAN
BADAN
SPT
MASA
SELAIN
PPN
WP TERLAMBAT/
TIDAK MENYAMPAIKAN
DENDARp 1.000.000
DENDARp 100.000
SPT
MASA
PPN
DENDARp 500.000
SPT
TAHUNAN
OP
Outline
Kepada
Dirjen Pajak
Direktur KITSDA
Direktur P2Humas
Direktur Intelijen dan
Penyidikan
Pimpinan Unit Vertikal
surat tertulis
(021) 52970777
saluran [email protected]
surat elektronik
SIKKAmasing-masing
pegawai
help desk
Direktorat KITSDA
pengaduan langsung