pp anal hayati

23
PENGUJIAN LETHAL DOSIS (LD50) EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH DUKU ( LANSIUM DOMESTICUM CORR) PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) Skripsi supriyono ( IPB ) Oleh kelompok 1

Upload: elda-ernawati

Post on 22-Oct-2015

36 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

pp anal

TRANSCRIPT

PENGUJIAN LETHAL DOSIS (LD50) EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH DUKU( LANSIUM DOMESTICUM CORR) PADA MENCIT (MUS MUSCULUS)

Skripsi supriyono ( IPB )

Oleh kelompok 1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki

keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati tersebut berupa tanaman dan hewan. Salah satu keanekaragaman tanaman adalah Lansium domesticum Corr yang sering dikenal masyarakat sebagai tanaman buah duku. Pengalaman empiris penduduk Kalimantan menggunakan biji buah duku sebagai penurun demam. Pengembangan biji buah duku harus didukung oleh penelitian. Salah satu pengujian yang dilakukan adalah pengujian toksisitas.

1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai

Letal Dosis 50 ekstrak etanol biji buah duku pada mencit.

1.3 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi tentang LD50 ekstrak etanol biji buah duku pada mencit sebagai dasar pertimbangan dalam penggunaan tanaman tersebut sebagai bahan berkhasiat obat. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan informasi khasiat lain serta nilai tambah secara ekonomis dari tanaman buah duku.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Tanaman Buah Duku Kerajaan : Plantae Divisi : Magnioliophyta Kelas : Magnioliopsida Ordo : Sapindales Familia : Meliaceae Genus : Lansium Spesies : Domesticum

 2.2 KANDUNGAN SENYAWA KIMIA BIJI BUAH DUKU

Berdasarkan hasil pengujian fitokimia yang dilakukan oleh Andriyanto (2006) biji buah duku mengandung senyawa terpenoid, steroid, glikosida, flavanoid, dan alkaloid.

2.3 PEMBUATAN EKSTRAK

Ekstraksi adalah pemisahan kandungan aktif dari simplisia menggunakan cairan penyari yang cocok. Simplisia adalah sediaan bahan alami yang siap digunakan untuk bahan obat dan belum mengalami perubahan proses apapun. Simplisia umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan.

2.4 PENGUJIAN LETHAL DOSIS (LD50)

Toksisitas suatu bahan dapat didefinisikan sebagai kapasitas bahan untuk menciderai suatu organisme hidup. Timbulnya keracunan dapat disebabkan oleh dosis atau pemberian yang salah.

Menurut Environmental Protection Agency (EPA 2002), LD50 digunakan untuk mengetahui kematian 50% hewan percobaan dalam 24-96 jam. Pengaruh LD50 secara umum diukur menggunakan dosis bertingkat.

Letal Dosis (LD50) dapat dihubungkan dengan Efektif Dosis (ED50) yaitu dosis yang secara terapeutik efektif terhadap 50% dari sekelompok hewan percobaan. klasifikasi toksisitas menurut Lu (1995) dapat disajikan pada Tabel 1.

Kategori Dosis

Supertoksik 5 mg/kgBB atau kurang

Amat sangat toksik 5-50 mg/kgBB

Sangat toksik 50-500 mg/kgBB

Toksik sedang 0.5-5 g/kgBB

Toksik ringan 5-15 g/kgBB

Praktis tidak toksik > 15 g/kgBB

2.5 METODE PENENTUAN LETAL DOSIS

Metode Thomson dan Weil Metode Thomson dan Weil mulai digunakan

pada tahun 1952. Metode ini merupakan metode yang sering digunakan karena tidak memerlukan hewan percobaan yang cukup banyak. Perhitungan LD50 tidak menggunakan kertas probit logaritma.(Anonimous 2006).

KISARAN NILAI LD50 DIHITUNG DENGAN RUMUSLOG KISARAN = LOG LD50 ± 2 D ΔFDIMANA ΔF = SUATU NILAI PADA TABEL YANG TERGANTUNG PADA NILAI N DAN K

Bentuk rumus dari metode Thomson dan Weil adalah sebagai berikut

Log LD50 = Log D + d (f + 1) Keterangan. D = dosis terkecil yang digunakan d = logaritma kelipatan f = suatu faktor pada daftar perhitungan LD50 Weil (1952),

dimana r adalah jumlah kematian hewan dalam satu kelompok uji

n adalah jumlah hewan percobaan per kelompok k adalah jumlah hewan percobaan -1

BAB IIIBAHAN DAN METODE

 

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi dan Toksikologi,

Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2006.

  3.2 Bahan dan Alat Bahan penelitian adalah biji buah duku yang diperoleh dari

Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Bahan lainnya adalah etanol, aquadest, dan bahan pakan mencit. Hewan percobaan yang digunakan adalah 25 ekor mencit jantan yang berumur dua bulan dan kisaran berat badan 18-30 g yang diperoleh dari Bagian Farmakologi Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca, alat penyaring, kandang pemeliharaan dari bak plastik, bak penampung, dan sonde lambung.

3.3 METODE

Simplisia biji buah duku dibuat dengan cara menjemur biji buah duku di bawah terik matahari sampai kering. Biji buah duku yang sudah kering dimasukkan ke dalam oven pada suhu 40°C selama 24 jam kemudian digiling sehingga berbentuk tepung halus.

Pembuatan ekstrak biji buah duku dilakukan dengan metode maserasi. Simplisia biji buah duku yang sudah kering dilarutkan kedalam pelarut. Pelarut yang digunakan adalah etanol-air dengan perbandingan 1:4. Perbandingan simplisia dengan pelarut adalah 1:10 kemudian larutan tersebut disaring dan dievaporasi untuk mendapatkan ekstrak

3.3.1 Pembuatan Simplisia 3.3.2 Pembuatan Ekstrak

3.3.3 RANCANGAN PENELITIAN

A. Pengujian Pendahuluan Pengujian pendahuluan perlu dilakukan untuk

memperoleh informasi awal toksisitas ekstrak etanol biji buah duku. Pengujian pendahuluan menggunakan sebanyak 5 ekor mencit jantan. Ekstrak etanol biji buah duku yang diberikan adalah 15 gr/kgBB secara oral menggunakan sonde lambung. Hewan diamati selama 24 jam.

B. PENGUJIAN LD50 DENGAN METODE THOMSON DAN WEIL

Sebanyak 25 ekor mencit dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yang digunakan dalam pengujian ini.

Kelompok I : Mencit percobaan dicekok ekstrak etanol biji buah duku dengan dosis 50000 mg/kgBB.

Kelompok II : Mencit percobaan dicekok ekstrak etanol biji buah duku dengan dosis 75000 mg/kgBB.

Kelompok III : Mencit percobaan dicekok dengan ekstrak etanol biji buah duku dengan dosis 112500 mg/kg BB.

Kelompok IV : Mencit percobaan dicekok dengan ekstrak etanol biji buah duku dengan dosis 168750 mg/kg BB.

3.4 Parameter yang Diamati Parameter yang diamati dalam perlakuan ini adalah

nilai LD50 ekstrak etanol biji buah duku dan kisaran LD50.

3.5 Analisa Data Perhitungan nilai LD50 menggunakan metode

Thomson dan Weil (1952). Log LD50 = Log D + d (f + 1)

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Nilai Lethal Dosis (LD50) Pengujian LD50 ekstrak etanol biji buah duku

dengan dosis 15 g/kgBB per oral tidak menyebabkan kematian pada hewan percobaan. Penelitian LD50 ini kemudian dilanjutkan dengan dosis yang lebih tinggi. Dosis yang digunakan adalah dosis 50000, 75000, 112500, dan 168750 mg/kgBB. Hasil pengamatan terhadap kematian mencit pada berbagai tingkat dosis disajikan pada Tabel 2.

TABEL 2. HASIL PENGUJIAN LD50 EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH DUKU PADA MENCIT.

Keterangan : r = jumlah kematian mencit dalam satu kelompok uji

Berdasarkan jumlah kematian hewan percobaan dari empat tingkat dosis ekstrak etanol biji buah duku menghasilkan empat nilai r, yaitu 0, 1, 4, dan 4 dengan asumsi bahwa semua hewan coba mengalami kematian pada dosis lebih besar dari 168750mg/kgBB.

Berdasarkan tabel perhitungan LD50 Thomson dan Weil, nilai r tersebut memiliki nilai f sebesar 0,25000 dan δf sebesar 0,25000 yang kemudian digunakan untuk menghitung nilai LD50. Berdasarkan metode Thomson dan Weil diperoleh nilai LD50 ekstrak etanol biji buah duku sebesar 82985.0767 mg/kgBB dengan uraian perhitungan sebagai berikut :

Log LD50 = log D + d (f + 1) = log 50.000 + log 3/2 (0,25000 + 1)= 4, 6989 + 0,2201

= 4,9190 LD50 = 82.985,0767 mg/kgBB

Menurut klasifikasi toksisitas relatif Lu (1995), senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol biji buah duku diklasifikasikan sebagai bahan yang bersifat praktis tidak toksik sebab nilai LD50 diatas 15000 mg/kgBB.

4.2 SELANG LETHAL DOSIS (LD50)

Selang LD50 ekstrak etanol biji buah duku dapat dihitung dengan metode Thomson dan Weil. Perhitungan selang LD50 dilakukan untuk mengetahui kisaran nilai LD50. Perhitungan tersebut dapat disajikan sebagai berikut.

Log kisaran = log LD50 ± 2 d δf = 4,9190 ± 2 log 3/2 (0,25000) = 4,9190 ± 0,0880 = 4,8310 - 5,0070

Kisaran LD50 = 67.764,1507 - 101.624,8693 mg/kgBB.

Sifat toksik yang terkandung dalam biji buah duku kemungkinan merupakan salah satu penyebab kematian dari hewan percobaan. Menurut Ijang (2007), terpenoid dalam tumbuhan bekerja sebagai insektisida atau berdaya racun terhadap hewan tinggi. Alkaloid mempunyai rasa pahit dan sebagai antiserangga. Semua keracunan terjadi akibat reaksi antara zat beracun dengan reseptor dalam tubuh (Katzung 2002).

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian adalah

nilai LD50 ekstrak etanolbiji buah duku pada mencit secara oral dengan metode Thomson dan Weil adalah sebesar 82985.0767 mg/kgBB. Nilai kisaran LD50 sebesar 67764.1507 – 101624.8693 mg/kgBB. Berdasarkan klasifikasi toksisitas menurut Lu (1995), ekstrak etanol biji buah duku (Lansium domesticum Corr) termasuk kategori praktis tidak toksik.

  5.2 Saran Perlu dilakukan pengujian toksisitas subkronik dan kronik

untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat pemberian ekstrak etanol biji buah duku.

SEKIAN & TERIMA KASIH