pp 202112

8
54 Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 20, Nomor 2, 2011 KAJIAN KEBUTUHAN INFORMASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI BEBERAPA KABUPATEN DI JAWA Etty Andriaty, Bambang S. Sankarto, dan Endang Setyorini Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Jalan Ir. H. Juanda No. 20 Bogor 16122 , Telp. (0251) 8321746, Faks. (0251) 8326561 E-mail: [email protected] Diajukan: 22 Agustus 2011; Diterima: 12 September 2011 ABSTRAK Penelitian dilakukan untuk menganalisis kebutuhan informasi teknologi pertanian dan mengungkap faktor-faktor yang me- mengaruhi kebutuhan dan aksesibilitas petani terhadap informasi teknologi pertanian. Penelitian dilaksanakan secara survei pada Juli-Agustus 2011 di Kabupaten Banjarnegara, Magelang, Malang, dan Pacitan pada 160 petani responden. Hasil penelitian me- nunjukkan informasi yang paling dibutuhkan adalah mengenai teknologi produksi, diikuti informasi pemasaran dan pascapanen. Namun, kebutuhan akan informasi tersebut belum terpenuhi. Media yang paling sering diakses untuk memperoleh informasi adalah pertemuan, diikuti media elektronis dan media cetak. Kemudahan akses ke media komunikasi secara umum berbanding lurus dengan tingkat akses. Umur berhubungan nyata dengan tingkat akses ke sumber informasi pertanian. Informasi yang bersumber dari pertemuan, media cetak, dan media elektronis sangat bermanfaat bagi petani dan yang memberikan manfaat paling tinggi adalah informasi teknologi produksi. Faktor yang memengaruhi akses terhadap informasi untuk daerah yang mudah mengakses informasi (Magelang dan Malang) dan yang sulit mengakses informasi (Banjarnegara dan Pacitan) adalah tingkat kekosmopolitan dan tingkat manfaat informasi. ABSTRACT Assessment on Users’ Need for Agricultural Technological Information at Several Districts in Java A study was conducted to analyze users’ need of information technology and evaluate factors affecting users’ need and access to technological information sources. The study was conducted using survey method in July-August 2011 at Banjarnegara, Magelang, Malang, and Pacitan Districts on 160 farmers as respondents. The results showed that information on production technology was mostly needed by farmers, followed by information on marketing and postharvest, but the need was still not being met. Farmers were often access the information through meeting, followed by electronic and printed media. Easy access to communication media was commonly positive correlated with access level. Age had significant correlation with the level of access to information sources. Information originated from the meeting, printed and electronic media were very useful for the farmers and the highest benefit was the information on production technology. Factors affecting farmers to access information for areas considered as easy access to information (Magelang and Malang) and for areas that difficult to access information (Banjarnegara and Pacitan) were cosmopolitan level and the level of information benefits. Keywords: Users’ need, agricultural technological informa- tion, information access, Java PENDAHULUAN Petani memerlukan beragam informasi untuk mendukung usaha taninya. Informasi yang dibutuhkan tidak hanya informasi praktis tentang teknologi produksi tanaman, tetapi juga informasi mengenai pascapanen (pengolahan, penyimpanan, dan penanganan) dan pemasaran. Menurut Van den Ban (1998), petani membutuhkan informasi teknologi tepat guna, manajemen teknologi, termasuk penggunaan input yang optimal, pilihan berusaha tani (usaha tani campuran dan diversifikasi, peternakan, perikanan), sumber pemasok input , tindakan kolektif dengan petani lain, permintaan konsumen dan pasar, spesifikasi kualitas produk, waktu membeli input dan menjual produk, pendapatan luar pertanian (off-farm), implikasi dari perubahan kebijakan (subsidi input, liberalisasi perdagangan), akses terhadap kredit dan bantuan, pengelolaan sumber daya alam yang berkelan- jutan, dan perubahan iklim. Sementara itu, Mulyandari dan Ananto (2005) menyatakan, untuk mengelola usaha taninya dengan baik, petani memerlukan pengetahuan dan informasi mengenai hasil penelitian, pengalaman petani lain, situasi mutakhir yang terjadi di pasar input dan produk pertanian, dan kebijakan pemerintah. Okwu dan Umoru (2009) yang meneliti kebutuhan informasi wanita tani menyatakan, pendidikan dan pendapatan berhubungan nyata dengan tingkat aksesi- bilitas terhadap informasi pertanian. Ketersediaan dan kredibilitas sumber informasi serta sarana akses in-

Upload: ruben-nggohele

Post on 24-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 54 Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 20, Nomor 2, 2011

    KAJIAN KEBUTUHAN INFORMASI TEKNOLOGI PERTANIANDI BEBERAPA KABUPATEN DI JAWA

    Etty Andriaty, Bambang S. Sankarto, dan Endang Setyorini

    Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi PertanianJalan Ir. H. Juanda No. 20 Bogor 16122 , Telp. (0251) 8321746, Faks. (0251) 8326561

    E-mail: [email protected]

    Diajukan: 22 Agustus 2011; Diterima: 12 September 2011

    ABSTRAK

    Penelitian dilakukan untuk menganalisis kebutuhan informasiteknologi pertanian dan mengungkap faktor-faktor yang me-mengaruhi kebutuhan dan aksesibilitas petani terhadap informasiteknologi pertanian. Penelitian dilaksanakan secara survei padaJuli-Agustus 2011 di Kabupaten Banjarnegara, Magelang, Malang,dan Pacitan pada 160 petani responden. Hasil penelitian me-nunjukkan informasi yang paling dibutuhkan adalah mengenaiteknologi produksi, diikuti informasi pemasaran dan pascapanen.Namun, kebutuhan akan informasi tersebut belum terpenuhi. Mediayang paling sering diakses untuk memperoleh informasi adalahpertemuan, diikuti media elektronis dan media cetak. Kemudahanakses ke media komunikasi secara umum berbanding lurus dengantingkat akses. Umur berhubungan nyata dengan tingkat akses kesumber informasi pertanian. Informasi yang bersumber daripertemuan, media cetak, dan media elektronis sangat bermanfaatbagi petani dan yang memberikan manfaat paling tinggi adalahinformasi teknologi produksi. Faktor yang memengaruhi aksesterhadap informasi untuk daerah yang mudah mengakses informasi(Magelang dan Malang) dan yang sulit mengakses informasi(Banjarnegara dan Pacitan) adalah tingkat kekosmopolitan dantingkat manfaat informasi.

    ABSTRACT

    Assessment on Users Need for Agricultural TechnologicalInformation at Several Districts in Java

    A study was conducted to analyze users need of informationtechnology and evaluate factors affecting users need and access totechnological information sources. The study was conducted usingsurvey method in July-August 2011 at Banjarnegara, Magelang,Malang, and Pacitan Districts on 160 farmers as respondents. Theresults showed that information on production technology was mostlyneeded by farmers, followed by information on marketing andpostharvest, but the need was still not being met. Farmers were oftenaccess the information through meeting, followed by electronic andprinted media. Easy access to communication media was commonlypositive correlated with access level. Age had significant correlationwith the level of access to information sources. Information originatedfrom the meeting, printed and electronic media were very useful forthe farmers and the highest benefit was the information on production

    technology. Factors affecting farmers to access information for areasconsidered as easy access to information (Magelang and Malang)and for areas that difficult to access information (Banjarnegara andPacitan) were cosmopolitan level and the level of information benefits.

    Keywords: Users need, agricultural technological informa-tion, information access, Java

    PENDAHULUAN

    Petani memerlukan beragam informasi untuk mendukungusaha taninya. Informasi yang dibutuhkan tidak hanyainformasi praktis tentang teknologi produksi tanaman,tetapi juga informasi mengenai pascapanen (pengolahan,penyimpanan, dan penanganan) dan pemasaran. MenurutVan den Ban (1998), petani membutuhkan informasiteknologi tepat guna, manajemen teknologi, termasukpenggunaan input yang optimal, pilihan berusaha tani(usaha tani campuran dan diversifikasi, peternakan,perikanan), sumber pemasok input, tindakan kolektifdengan petani lain, permintaan konsumen dan pasar,spesifikasi kualitas produk, waktu membeli input danmenjual produk, pendapatan luar pertanian (off-farm),implikasi dari perubahan kebijakan (subsidi input,liberalisasi perdagangan), akses terhadap kredit danbantuan, pengelolaan sumber daya alam yang berkelan-jutan, dan perubahan iklim. Sementara itu, Mulyandaridan Ananto (2005) menyatakan, untuk mengelola usahataninya dengan baik, petani memerlukan pengetahuan daninformasi mengenai hasil penelitian, pengalaman petanilain, situasi mutakhir yang terjadi di pasar input danproduk pertanian, dan kebijakan pemerintah.

    Okwu dan Umoru (2009) yang meneliti kebutuhaninformasi wanita tani menyatakan, pendidikan danpendapatan berhubungan nyata dengan tingkat aksesi-bilitas terhadap informasi pertanian. Ketersediaan dankredibilitas sumber informasi serta sarana akses in-

  • Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 20, Nomor 2, 2011 55

    formasi juga akan menentukan kebutuhan informasipengguna.

    Glendenning et al. (2010) menyatakan, penyediaaninformasi dan pemanfaatannya oleh petani dipengaruhioleh beberapa faktor, yaitu: (1) kemampuan penyu-luh dalam mencari dan memberikan informasi sertamendapatkan umpan balik dari petani; (2) keandalan(reliabilitas), relevansi, kegunaan, dan ketepatan waktudari informasi yang diberikan; (3) proses pemanfaataninformasi yang selanjutnya dapat menentukan efek-tivitas informasi dan pemanfaatannya; dan (4) kese-suaian teknologi dengan kebutuhan petani. Salah satuupaya untuk mendorong pemanfaatan inovasi tekno-logi oleh masyarakat adalah dengan mengidentifikasikebutuhan informasi teknologi pertanian melalui suatusurvei dan pengkajian secara partisipatif (Rifianto 2005).Teknologi pertanian yang dikembangkan melalui prosespartisipatif dengan memasukkan sumber pengetahuanlokal akan menjamin keberkelanjutan penerapannya olehpetani (Basuno dan Supriadi 2001). Penelitian bertujuanuntuk menganalisis kebutuhan informasi teknologipertanian dan mengungkap faktor-faktor yang me-mengaruhi kebutuhan dan aksesibilitas petani terhadapinformasi teknologi pertanian.

    METODE

    Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011 diempat kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pe-milihan kabupaten didasarkan atas kemudahan/kesulitanlokasi dalam mengakses informasi pertanian. Magelangdan Malang terpilih untuk mewakili kabupaten yang rela-tif mudah mengakses informasi teknologi pertanian,sedangkan Banjarnegara dan Pacitan untuk kabupatenyang relatif sulit mengakses informasi pertanian.

    Penelitian bersifat survei dengan unit analisis(responden) adalah petani. Jumlah responden darimasing-masing kabupaten adalah 40 orang sehinggatotal responden adalah 160 petani.

    Data yang dikumpulkan adalah data primer dansekunder. Data primer diperoleh melalui wawancaradengan menggunakan kuesioner kepada responden dansejumlah informan terpilih. Data sekunder yang terkaitdengan penelitian diperoleh dari instansi pemerintahdan lembaga terkait. Peubah yang diteliti meliputikarakteristik petani (umur, status sosial ekonomi, dantingkat kekosmopolitan), kebutuhan informasi teknologipertanian, dan tingkat akses informasi.

    Selain wawancara dengan menggunakan kuesio-ner, juga dilakukan diskusi kelompok (focus groupdiscussion) dengan berpedoman pada daftar pertanyaanyang telah disiapkan. Diskusi terutama bertujuan untukmenggali teknologi yang dibutuhkan, dan sumber infor-masi yang mudah diakses. Data yang diperoleh dianalisissecara deskriptif dan statistik, meliputi analisis korelasidan analisis uji beda (uji t).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Karakteristik Petani

    Hampir separuh dari petani responden (42%) berusiaantara 41-50 tahun dan hampir 30% usianya lebih dari 50tahun. Data ini menunjukkan bahwa responden sebagianbesar telah cukup tua. Sedikitnya jumlah responden yangberusia kurang dari 40 tahun (28%) sejalan dengankenyataan yang ada di lapangan, yaitu makin sedikitnyagenerasi muda yang tertarik pada usaha pertanian. Petaniyang tersisa umumnya telah berusia tua sehinggaproduktivitas mereka pun makin berkurang. Usia yang tuajuga akan membatasi kemampuan petani dalam meng-adopsi inovasi teknologi dalam mengembangkan usahatani sehingga memengaruhi pula kebutuhan terhadapinformasi pertanian (Okwu dan Umoru 2009).

    Hampir separuh dari responden (49%) menamatkanpendidikan setingkat SMA, 36% tamat setingkat SD atauSMP, dan 11% responden lulus perguruan tinggi. Ting-kat pendidikan akan menentukan kebutuhan petaniterhadap inovasi teknologi, seperti dinyatakan olehOkwu dan Umoru (2009). Berdasarkan hasil wawancaramendalam, responden yang lulus perguruan tinggi,selain berusaha tani juga beternak kambing secaraberkelompok serta memiliki usaha lain sebagai sumberpendapatan keluarga.

    Selain pendidikan formal, sebagian besar respondenpernah mengikuti kursus, pelatihan atau sejenisnya yangberkaitan dengan pertanian, terutama di bidang budidaya (70%), dan sebagian kecil pada manajemen usahatani (30%) dan pascapanen (33%). Namun, frekuensimereka dalam mengikuti pelatihan/kursus dalam tigatahun terakhir masih rendah, umumnya hanya satu kali.

    Meskipun pendidikan formal dan nonformal res-ponden umumnya SMA ke bawah, responden memilikipengalaman yang cukup lama dalam berusaha tani, yaitulebih dari 70% berpengalaman lebih dari 10 tahun.

  • 56 Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 20, Nomor 2, 2011

    Dengan pengalaman yang cukup lama, petani memilikikesempatan yang banyak untuk meningkatkan ke-mampuannya dalam berusaha tani sehingga dapatmengelola usaha tani dengan baik.

    Luas lahan yang dimiliki umumnya kurang dari 1 ha(79%), baik lahan sawah maupun lahan kering. Selainlahan milik sendiri, 16% responden juga berperan sebagaipetani penggarap.

    Selain mengusahakan tanaman pangan, respondenjuga memelihara ternak kambing/domba (46,26%) dansapi (30%). Pemeliharaan ternak umumnya dilakukansecara tradisional sebagai tabungan yang sewaktu-waktu dapat diuangkan, meskipun telah ada beberaparesponden yang memelihara kambing/domba secara ber-kelompok dengan tujuan komersial. Hal ini sejalandengan pendapat Soedjana (2002), bahwa umumnyapetani memelihara ternak bukan untuk tujuan komersial,namun sebagai tabungan tunai yang dapat dicairkanpada saat diperlukan.

    Sebagian besar responden memiliki pendapatanlebih dari Rp500.000/bulan. Tingkat pengeluaran rumahtangga petani umumnya sejalan dengan pendapatanyang diperoleh; makin besar pendapatan makin banyakpula pengeluaran. Hanya responden yang berpenda-patan lebih dari Rp1.000.000/bulan yang dapat menyi-sihkan sebagian pendapatannya untuk ditabung. Halini mengisyaratkan bahwa hampir semua pendapatandigunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif se-hingga petani menghadapi kesulitan untuk menyediakanmodal usaha tani. Hasil wawancara mendalam denganresponden menunjukkan bahwa modal merupakan salahsatu masalah yang dihadapi responden dalam berusahatani. Pendapatan keluarga petani juga akan memengaruhikebutuhan petani akan informasi teknologi pertanian,seperti dinyatakan Okwu dan Umoru (2009).

    Hampir semua responden (92%) pernah ke luar desauntuk melakukan kegiatan yang terkait dengan usaha tanidengan frekuensi 1-2 kali dalam satu bulan terakhir.Tujuan utama ke luar desa adalah mengunjungi BalaiPenyuluhan Pertanian (BPP), penyuluh atau gabungankelompok tani (gapoktan). Umumnya responden meng-gunakan sarana transportasi milik sendiri berupa motor(67,50%) dan sebagian lainnya memanfaatkan angkutanumum atau berjalan kaki. Selain keluar desa untukmencari informasi pertanian, semua responden pernahmenerima tamu, yaitu penyuluh atau sesama petani/kelompok tani. Materi yang dibicarakan terutama terkaitdengan usaha tani, selain topik lain seperti pemasaran

    dan permodalan. Data ini menunjukkan bahwa sebagianbesar responden memiliki tingkat kekosmopolitan yangtinggi dalam upaya memenuhi kebutuhan akan informasiteknologi pertanian.

    Kebutuhan Informasi Teknologi Pertanian

    Informasi yang dibutuhkan petani berbeda untuk setiapkategori petani atau kelompok, misalnya kategori petaniberdasarkan luas penguasaan lahan atau wilayahagroklimat (Rivera 1996). Mulyandari dan Ananto (2005)menyatakan, petani memerlukan pengetahuan dan infor-masi mengenai berbagai topik, seperti: pengelolaan usahatani dan teknologi produksi, pengalaman petani lain,perkembangan pasar dan input produksi, dan kebijakanpemerintah. Zhao (2004) menyatakan, kebutuhan informasipetani bergantung pada tingkat pendidikan, pendapat-an, perkembangan ekonomi di wilayahnya, kemampuanlayanan informasi, dan biaya akses informasi. Sementaraitu, Lesaoana-Tshabalala (2001) melaporkan, petanimembutuhkan informasi tentang pemasaran hasilpertanian, informasi hasil penelitian, dan informasi lainyang mendukung usaha tani untuk meningkatkan pen-dapatan. Selain membutuhkan berbagai jenis informasidan sumber informasi, petani memiliki perilaku pencarianinformasi yang berbeda. Faktor-faktor seperti literasiinformasi, ketersediaan informasi, dan kemudahan aksesterhadap informasi akan memengaruhi kebutuhan, perilakupencarian, akses, dan pemanfaatan informasi.

    Hasil penelitian menunjukkan, informasi mengenaiteknologi produksi adalah yang paling dibutuhkanresponden (80%), diikuti informasi tentang pemasaran(72,50%) dan teknologi pengolahan hasil (70%) (Tabel1). Hal ini dapat dipahami karena petani umumnya mem-butuhkan informasi tentang cara meningkatkan produk-tivitas usaha taninya yang selanjutnya diharapkan akanmeningkatkan pendapatan. Temuan ini hampir samadengan yang dilaporkan Tologbonse et al. (2008), bahwamayoritas petani (89,8%) membutuhkan informasi ten-tang teknologi produksi.

    Informasi teknologi pertanian memegang peranpenting dalam proses pembangunan pertanian. Terse-dianya berbagai informasi teknologi pertanian akanmempercepat kemajuan usaha pertanian (Suryantini2004). Ketersediaan informasi teknologi pertanian disuatu wilayah akan berdampak terhadap tingkat peme-nuhan kebutuhan informasi petani. Namun, hasil surveimenunjukkan, kurang dari separuh responden yang

  • Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 20, Nomor 2, 2011 57

    terpenuhi kebutuhannya akan informasi (Tabel 2). Halini antara lain karena lokasi responden yang jauh darisumber informasi. Oleh karena itu, peran penyuluhpertanian dalam menyebarkan informasi perlu lebihditingkatkan dengan mengemas ulang informasi yangtersedia agar lebih mudah dipahami petani. Hal ini karenamenurut Glendenning et al. (2010), dalam memanfaatkaninformasi, petani dipengaruhi oleh beberapa faktor,antara lain reliabilitas, relevansi, dan kemudahan in-formasi untuk dipahami, yang ketiganya dapat dicapaimelalui bantuan penyuluh pertanian.

    Informasi dapat diakses melalui berbagai cara danmedia, baik media pertemuan (tatap muka), media cetakmaupun media elektronis. Pertemuan merupakan salahsatu media komunikasi antara petani dengan penyuluh,

    petani dengan petani lain, serta petani dengan nara-sumber, baik dari instansi pemerintah maupun swasta.Selain itu, perkembangan iptek bidang pertanian yangsemakin pesat menyebabkan penyebaran informasimelalui media cetak dan elektronis juga makin meningkat.Bagi petani maupun penyuluh, kedua jenis media ter-sebut merupakan sumber untuk memperoleh informasiteknologi pertanian.

    Hasil penelitian menunjukkan, umumnya respondenmemanfaatkan ketiga media tersebut untuk mengaksesinformasi yang diperlukan dalam menunjang kegiatanusaha tani. Media yang sering hingga paling seringdiakses responden adalah pertemuan, diikuti mediaelektronis dan media cetak (Tabel 3). Hal ini dapat dipa-hami karena secara rutin petani mengikuti pertemuandengan penyuluh. Petani juga merupakan anggotakelompok tani atau gabungan kelompok tani yang secararutin melakukan pertemuan pada periode waktu tertentuuntuk menyampaikan informasi baru atau hal lain yangberkaitan dengan kegiatan usaha tani. Hal ini sejalandengan sumber informasi yang paling sering diaksespetani melalui media pertemuan, yaitu penyuluh danpetani lain, masing-masing 70% dan 70,63%.

    Kemudahan akses ke media komunikasi secaraumum berbanding lurus dengan tingkat akses, yaitusemakin mudah petani mengakses media komunikasi,semakin tinggi pula tingkat akses mereka ke mediatersebut. Hal ini dapat dipahami karena petani bertindakatau mengambil suatu keputusan umumnya didasarkanatas pengalaman yang diperoleh. Oleh karena itu,kemudahan akses terhadap media komunikasi tertentu

    Tabel 1. Kebutuhan petani terhadap informasi teknologi pertaniandi Kabupaten Banjarnegara, Magelang, Malang, dan Pacitan,Agustus 2011.

    Jenis informasiTingkat kebutuhan (%)

    Sb Cb Kb Tb

    Teknologi produksi 80,00 19,38 0,63 0,00Teknologi pengolahan 70,00 27,50 2,50 0,00 hasilPemasaran 72,50 26,25 1,25 0,00Cuaca/iklim 68,13 27,50 3,75 0,63Permintaan dan pena- 58,75 38,75 2,50 0,00 waran komoditasPermodalan 68,75 26,88 3,13 1,25

    Sb = sangat membutuhkan, Cb = cukup membutuhkan, Kb = kurangmembutuhkan, Tb = tidak membutuhkan.

    Tabel 3. Akses petani terhadap media komunikasi di KabupatenBanjarnegara, Magelang, Malang, dan Pacitan, Agustus2011.

    Akses informasi

    Media komunikasi (%)

    Pertemuan Media cetakMedia

    elektronis

    Tingkat aksesSangat sering 9,19 4,99 3,54Cukup sering 47,95 34,77 37,61Kurang 35,65 49,25 48,85Tidak pernah 7,21 10,99 10,00

    Kemudahan aksesSangat mudah 3,23 3,85 3,02Cukup mudah 54,58 45,93 51,03Sulit 35,32 42,82 37,61Tidak dapat 6,87 7,40 8,34

    Tabel 2. Pemenuhan kebutuhan informasi teknologi pertanianpetani di Kabupaten Banjarnegara, Magelang, Malang, danPacitan, Agustus 2011.

    Jenis informasiPemenuhuan kebutuhan informasi (%)

    St Ct Kt Tt

    Teknologi produksi 5,63 49,38 38,75 6,25Teknologi pengolahan 5,00 33,75 53,75 7,50 hasilPemasaran 4,38 33,75 52,50 9,38Cuaca/iklim 1,25 35,00 52,50 11,25Permintaan dan pena- 1,88 43,75 52,50 1,88 waran komoditasPermodalan 1,25 33,13 50,63 15,00

    St = sangat terpenuhi, Ct = cukup terpenuhi, Kt = kurang terpenuhi,Tt = tidak terpenuhi.

  • 58 Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 20, Nomor 2, 2011

    akan mendorong petani semakin sering mengaksesmedia tersebut. Kemudahan akses terhadap informasidiharapkan dapat mendorong petani untuk terus mencariinformasi dalam mendukung kegiatan usaha taninya.

    Sumber informasi tercetak terdiri atas berbagaibentuk, seperti buku, surat kabar, majalah, brosur, leaflet,dan poster. Tidak semua sumber informasi tercetaktersedia di sekitar lokasi usaha tani, bergantung padaletak geografis dan kedekatan lokasi dengan lembagapenyedia informasi. Ketersediaan sumber informasi didekat petani akan berpengaruh terhadap intensitasakses petani terhadap informasi yang dibutuhkan untukmendukung kegiatan usaha taninya.

    Intensitas akses terhadap media cetak menunjukkanlebih dari separuh responden (58,96%) jarang atau tidakpernah mengakses media cetak untuk semua jenisinformasi yang berkaitan dengan usaha tani, dan yangpaling jarang hingga tidak pernah diakses adalahinformasi tentang cuaca/iklim (69,38%). Kurang sering-nya petani mengakses informasi melalui media cetaksejalan dengan sulitnya petani mengakses mediatersebut karena kurangnya sarana akses informasi;separuh responden menyatakan sulit hingga tidak dapatmengakses informasi melalui media cetak dan 56,26%sulit atau tidak dapat mengakses informasi tentangcuaca/iklim. Hal ini akan berdampak pada pengambilankeputusan petani dalam menentukan awal musim tanamdan kegiatan lainnya. Informasi iklim sangat dibutuh-kan dalam mengidentifikasi potensi dan daya dukungwilayah untuk menetapkan strategi dan arah kebijakanpengembangan wilayah, seperti pola tanam, cara peng-airan, serta pewilayahan agroekologi dan komoditaspertanian. Pewilayahan komoditas pertanian dapat di-susun berdasarkan tipe agroklimat karena tiap jenistanaman mempunyai persyaratan tumbuh tertentu untukberproduksi secara optimal.

    Media elektronis yang paling sering digunakanresponden untuk mengakses informasi pertanian adalahtelevisi dan radio. Kedua jenis media elektronis inimempunyai kekuatan untuk memengaruhi pemirsa ataupendengarnya. Lubis (2001) menyatakan, televisi tidaksaja berpotensi untuk menyampaikan informasi, tetapijuga dapat membentuk perilaku seseorang, baik ke arahpositif maupun negatif.

    Media elektronis lain yang dapat diakses respondenuntuk memperoleh informasi pertanian yaitu VCD/DVDyang berisi informasi teknologi pertanian tepat guna,internet, dan media lainnya. Sama halnya dengan

    intensitas akses informasi tercetak, 58,86% responden diempat kabupaten yang disurvei menyatakan kurangsering atau tidak pernah mengakses informasi pertanianmelalui media elektronis. Hal ini tidak sejalan dengankemudahan akses terhadap sumber informasi elektronis,yaitu 54,07% petani cukup mudah hingga sangat mudahmengakses media elektronis. Kondisi ini dikarenakanintensitas akses ditentukan oleh kebutuhan informasi;petani akan jarang mengakses sumber informasi tertentujika informasi yang tersedia kurang sesuai dengan ke-butuhannya, meskipun sumber tersebut mudah diakses.Oleh karena itu, penyediaan informasi yang sesuaidengan kebutuhan petani serta penyediaan sarana ak-ses yang memadai akan mendorong petani mengaksesinformasi tersebut.

    Dilihat dari jenis sumber informasi elektronis yangdapat diakses untuk memperoleh informasi pertanian,65,63% responden menyatakan televisi cukup seringhingga sangat sering diakses, diikuti oleh radio (51,25%).Di Kabupaten Malang, televisi cukup sering diakseskarena Kabupaten Malang merupakan wilayah yangrelatif terbuka dan tidak berbukit sehingga siaran televisidapat diterima masyarakat di wilayah ini dengan baik.Lain halnya dengan hasil penelitian Meitei dan Devi(2009) di Desa Manipur, India yang menemukan bahwaresponden lebih sering mengakses informasi melaluiradio karena wilayah tersebut berada di lembah yangdikelilingi perbukitan. Sementara hasil penelitian He danZou (2006) dalam Zhao et al. (2009) di wilayah pedesaanProvinsi Jiangsu, Jiangxi, Inner Mongolia dan Yunanmenemukan bahwa saluran informasi utama untuk petaniadalah televisi.

    Geng (2001) menyatakan, selain televisi, radio, dansurat kabar, petani juga memperoleh informasi melaluijaringan komputer atau internet. Hal ini sangat dimung-kinkan seiring dengan pesatnya perkembangan tek-nologi informasi dan komunikasi dewasa ini. Komputerberinternet merupakan salah satu sarana bagi petaniuntuk mengakses informasi yang dibutuhkan untukmendukung kegiatan usaha taninya (Mulyandari danAnanto 2005). Dengan memanfaatkan komputer ber-internet, petani dapat mengakses berbagai informasi dariberbagai sumber, seperti karakteristik berbagai varietastanaman, teknologi budi daya, pengendalian hama danpenyakit, pascapanen, serta informasi harga pasar inputmaupun produk pertanian. Namun, hasil penelitianmenunjukkan, intensitas akses responden terhadapkomputer/internet masih rendah; 83,76% respondenjarang atau tidak menggunakan sarana komunikasi ter-

  • Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 20, Nomor 2, 2011 59

    sebut karena tidak cukup tersedia di lingkungan mereka.Selain itu, pemanfaatan komputer/internet memerlukanketerampilan/pengetahuan khusus selain biaya.

    Manfaat Informasi yang Diakses

    Rata-rata lebih dari 90% responden setuju bahwainformasi yang bersumber dari pertemuan, media cetakmaupun media elektronis sangat bermanfaat untukmendorong minat terhadap inovasi, meningkatkanpemahaman, mendorong untuk mencoba inovasi, danmemotivasi untuk menerapkan teknologi (Tabel 4). Jenisinformasi yang memberikan manfaat paling tinggi adalahinformasi teknologi produksi. Hal ini sejalan dengantingkat kebutuhan petani akan informasi teknologiproduksi yang juga menduduki peringkat pertama.Manfaat informasi yang diakses dari media pertemuan,media cetak maupun media elektronis hampir sama.

    Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan danAkses terhadap Informasi

    Hasil analisis statistik hubungan antara karakteristikindividu, lingkungan, dan persepsi terhadap prosesdiseminasi dengan tingkat kebutuhan dan aksesibilitasterhadap informasi pertanian menunjukkan bahwa umurmemiliki hubungan negatif yang nyata (p < 0,01) dengantingkat akses ke sumber informasi. Hal ini menunjuk-kan bahwa semakin tua usia responden, kecenderungantingkat akses ke sumber informasi semakin rendah.Kondisi ini dapat dipahami karena dengan usia yangmakin tua, responden cenderung kurang memiliki motivasi

    untuk mencari atau mengakses berbagai sumber informasiyang mendukung kegiatan usaha taninya. Sebagian besarresponden usia tua menyatakan, kelembagaan lokal danpetani lain merupakan sumber informasi yang palingsering digunakan, yaitu melalui tatap muka. Sebaliknya,semakin muda usia responden, semakin tinggi aksesnyaterhadap berbagai sumber informasi, baik melalui tatapmuka, media cetak maupun media elektronis, termasuksarana teknologi informasi. Sarana teknologi informasi,khususnya telepon genggam dan komputer, baik ber-internet maupun tidak merupakan salah satu saranayang cenderung banyak digunakan dan dimanfaatkanresponden berusia muda untuk mengakses berbagaisumber informasi. Faktor tersebut diduga mendorongterjadinya hubungan negatif antara umur dan tingkatakses ke sumber informasi.

    Tingkat kebutuhan akan informasi pertanian me-miliki hubungan positif yang nyata dengan tingkatmanfaat yang dirasakan responden terhadap informasiyang diakses. Hal ini merupakan hubungan yang logisbahwa semakin tinggi tingkat kebutuhan informasiresponden, semakin tinggi pula tingkat manfaat yangdirasakan responden terhadap informasi yang diperolehdari berbagai sumber informasi, baik melalui pertemuan(tatap muka), media cetak maupun elektronis.

    Hasil analisis terhadap peubah-peubah yang me-mengaruhi akses terhadap informasi untuk daerah yangdinilai mudah mengakses informasi (Magelang danMalang) dan daerah yang sulit mengakses informasi(Banjarnegara dan Pacitan) disajikan pada Tabel 5.Berdasarkan tabel tersebut, peubah yang menunjukkanperbedaan nyata untuk dua daerah tersebut adalah

    Tabel 4. Manfaat informasi yang bersumber dari pertemuan/tatap muka, media elektronis, dan media cetakbagi petani di Kabupaten Banjarnegara, Magelang, Malang, dan Pacitan, Agustus 2011.

    Jenis informasiManfaat (%)

    Mendorong Meningkatkan Mendorong Memotivasiminat pemahaman mencoba menerapkan

    Teknologi produksi 96,88 95,63 98,13 99,38Teknologi pengolahan hasil 90,63 92,50 92,50 91,88Pemasaran 93,75 92,50 93,75 91,25Cuaca/iklim 92,50 91,25 89,38 91,25Permintaan dan penawaran 91,88 93,75 91,25 91,25 komoditasPermodalan 93,75 95,63 93,75 95,00

    Rata-rata 93,23 93,54 93,13 93,34

  • 60 Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 20, Nomor 2, 2011

    tingkat kekosmopolitan dan tingkat manfaat informasi.Hasil ini cukup logis karena kemudahan akses informasiperlu didukung dengan ketersediaan kelembagaan dansarana akses informasi. Kondisi tersebut selanjutnyaakan mendorong petani menjadi semakin kosmopolituntuk mencari informasi untuk mendukung kegiatanusaha taninya. Ketersediaan kelembagaan dan saranaakses informasi yang makin baik juga memungkinkanpetani mencari dan memperoleh informasi yang ber-manfaat bagi usaha taninya. Dengan demikian dapatdisimpulkan bahwa keempat peubah tersebut salingberkaitan erat. Semakin tinggi tingkat ketersediaankelembagaan komunikasi dan ketersediaan sarana aksesinformasi akan mendorong tingkat kekosmopolitan yangmakin tinggi dan selanjutnya akan meningkatkan tingkatmanfaat informasi yang diakses karena semakin beragamdan komprehensifnya informasi yang diperoleh dansumber informasi yang diakses.

    Kemudahan akses terhadap sumber informasi antaralain didukung oleh infrastruktur dan kedekatan daerahdengan pusat kegiatan ekonomi dan pusat pemerin-tahan, seperti ibukota provinsi. Berdasarkan kondisiinfrastruktur, misalnya, Kabupaten Banjarnegara danPacitan memiliki infrastruktur yang lebih rendah di-banding Magelang dan Malang, seperti sarana trans-portasi, sarana komunikasi, dan kelembagaan infor-masi. Dilihat dari kedekatan ke pusat kegiatan ekonomiataupun pemerintahan, Kabupaten Banjarnegara danPacitan memiliki jarak yang lebih jauh dibandingMagelang dan Malang. Kondisi wilayah yang bergu-nung dan berbukit semakin mempersulit akses petanike sumber informasi.

    KESIMPULAN

    Informasi yang paling dibutuhkan petani adalah yangberkaitan dengan teknologi produksi, diikuti informasipemasaran dan pascapanen. Kebutuhan akan informasitersebut masih belum terpenuhi. Petani menggunakanpertemuan, media cetak, dan media elektronis untukmengakses informasi. Media yang paling sering diaksesadalah pertemuan, diikuti media elektronis dan mediacetak. Kemudahan akses ke media komunikasi secaraumum berbanding lurus dengan tingkat akses. Informasiyang diakses sangat bermanfaat untuk mendorong minatterhadap inovasi, meningkatkan pemahaman, mendoronguntuk mencoba inovasi, dan memotivasi mereka untukmenerapkannya.

    Umur berhubungan nyata dengan tingkat akses kesumber informasi pertanian. Faktor yang memengaruhiakses terhadap informasi untuk daerah yang mudahmengakses informasi (Magelang dan Malang) dan yangsulit mengakses informasi (Banjarnegara dan Pacitan)adalah tingkat kekosmopolitan dan tingkat manfaatinformasi.

    DAFTAR PUSTAKA

    Basuno, E. dan H. Supriadi. 2001. Pengembangan teknologipertanian secara partisipatif di tingkat regional. ProsidingSeminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian.Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial EkonomiPertanian.

    Geng, J. 2001. Analysis of information needs by households. (inChinese.). Agric. Libr. Inform. Sci. J. 5: 52-58.

    Tabel 5. Hasil uji t terhadap peubah kebutuhan informasi dan akses informasi petani di kabupaten yang mudah mengakses informasi (Magelangdan Malang) dan yang sulit mengakses informasi (Banjarnegara dan Pacitan), Agustus 2011.

    PeubahHasil uji t Rata-rata

    KeteranganSig. t Mudah akses Sulit akses

    Umur 0,069 -1,669 46,71 44,05 Tidak berbeda nyataPengalaman berusaha tani 0,058 -5,753 15,66 6,71 Tidak berbeda nyataStatus sosial ekonomi 0,926 -1,690 16,30 16,30 Tidak berbeda nyataTingkat kekosmopolitan 0,029 -1,096 14,47 11,97 Berbeda nyataTingkat kebutuhan informasi 0,764 0,057 90,31 90,20 Tidak berbeda nyata pertanianTingkat pemenuhan kebutuhan 0,486 4,640 53,54 62,18 Tidak berbeda nyata informasiTingkat akses ke sumber informasi 0,550 3,804 56,42 62,46 Tidak berbeda nyataTingkat manfaat informasi yang 0,005 1,855 91,51 95,31 Berbeda nyata diakses

  • Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 20, Nomor 2, 2011 61

    Glendenning, C.J., S. Babu, and K. Asenso-Okyere. 2010. Reviewof agricultural extension in India: Are farmers informationneeds being met? IFPRI Discussion Paper (01048).

    Lesaoana-Tshabalala, B.V. 2001. Agricultural Information Needsand Resources Available to Agriculturists and Farmers in aDeveloping Country with Special Reference to Lesotho.Disertation. Dept. of Information Studies, Faculty of Arts,Rand Afrikaans University. 99 pp.

    Lubis, D. 2001. Sosiologi Umum. Bogor: Institut Pertanian Bogor.Meitei, L.S. and T.P. Devi. 2009. Farmers information needs in

    rural Manipur: An assessment. Ann. Libr. Inform. Stud.56(1): 35-40.

    Mulyandari, R.S. dan E.E. Ananto. 2005. Teknik implementasipengembangan sumber informasi pertanian nasional dan lokalP4MI. Informatika Pertanian 14: 802-817.

    Okwu, O.J. and B.I. Umoru. 2009. A study of women farmersagricultural information needs and accessibility: A case studyof Apa Local Government Area of Benue State, Nigeria. Afr.J. Agric. Res. 4(12): 1404-1409.

    Rifianto, I. 2005. Mobilisasi Kelompok Tani dan PerencanaanDesa Partisipatif. Petunjuk Teknis Program PeningkatanPendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI). Jakarta: BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian.

    Rivera, W. M. 1996. Agricultural extension in transition worldwide:Structural, financial and managerial strategies for improvingagricultural extension. Public Admin. Dev. 16(2):151161.

    Soedjana, T.D. 2002. Prevalensi Usaha Ternak Tradisional dalamPerspektif Pembangunan Peternakan Menghadapi PasarGlobal. Orasi Profesor Riset. Jakarta: Badan Penelitian danPengembangan Pertanian.

    Suryantini, H. 2004. Pemanfaatan informasi teknologi pertanianoleh penyuluh pertanian: Kasus di Kabupaten Bogor, JawaBarat. Jurnal Perpustakaan Pertanian. 13(1): 17-23.

    Tologbonse, D., O. Fashola, and M. Obadiah. 2008. Policy issuesin meeting rice farmers agricultural information needs in NigerState. J. Agric. Ext. 12(2): 84-94.

    Van den Ban, A.W. 1998. Supporting farmers' decision-makingprocess by agricultural extention. J. Ext. Syst. 14(1): 55-64.

    Zhao, Y. 2004. Analysis of Farmers Information Needs in HebeiProvince. Baoding, China: Economics and ManagementDepartment, Hebei Agriculture University.

    Zhao, Y., R. Zhang, and K.K. Klein. 2009. Perceived informationneeds and availability: Results of a survey of small dairyfarmers in Inner Mongolia. Inform. Res. 14(3): 411. http://InformationR.net/ir/14-3/paper411.html. [5 July 2011].