potret retorika interpersonal pragmatik sang tokoh … fileyuyun arlindawati jurnal solusi, volume 2...
TRANSCRIPT
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 70
POTRET RETORIKA INTERPERSONAL PRAGMATIK
SANG TOKOH NOVEL MENGGENGGAM IMPIAN
KARYA ENDIK KOESWOYO
Yuyun Arlindawati
SMP Negeri 3 Bojonegoro
ABSTRAK
Secara linguistik telah seringkali dijelaskan, bahwa
bahasa merupakan sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk
oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat
dikaidahkan. Di sisi lain bahasa juga bersifat dinamis,
maksudnya, bahasa itu tidak terlepas dari berbagai kemungkinan
perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi.
Tujuan dari penelitian ini adalah memaparkan bentuk
retorika interpersonal pragmatik, mendiskripsikan fungsi
retorika interpersonal pragmatik dan mendiskripsikan strategi
penyampaian retorika interpersonal pragmatik (RIP) antara
tokoh dalam wacana percakapan novel Menggenggam Impian
karya Endik Koeswoyo.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian adalah fungsi
retorika secara retorik interpersonal pragmatic berupa tindak
tutur retorik yang berbentuk lokusi yang memiliki bentuk ilokusi
retorik, bentuk retorika interpersonal pragmatik didominasi oleh
ranah sensualitas karena fungsi retorikanya sangat didominasi
oleh retorika ekspresif dan strategi penyampaian retorika
interpersonal pragmatik meliputi tindak tutur lokusi langsung
dan tidak langsung.
Kata kunci: novel, retorika interpersonal pragmatik, tindak
tutur, strategi penyampaian
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 71
PENDAHULUAN
Percakapan interaksi yang dilakukan manusia bertujuan
untuk membangun suatu hubungan sosial dan untuk
mewujudkan peran dan eksistensinya merupakan suatu
kebutuhan hakiki yang tidak dapat dielakkan. Melalui
tuturannya, manusia menginginkan ide atau gagasannya dapat
diterima oleh orang lain, begitu pula sebaliknya terciptanya
hubungan saling pengertian satu sama lain, maka diperlukan
interaksi dan komunikasi verbal yang intensif ketika seorang
penutur menyampaikan pesan atau gagasannya kepada mitra
tutur, maka penutur tentu menginginkan agar mitra tutur dapat
sepenuhnya memahami pesan yang disampaikan penutur
melalui wacana yang dituturkan. Dengan demikian, tidak akan
terjadi salah paham dan penutur dengan mitra tutur dapat
memiliki konsep yang sama terhadap pesan dalam tuturan
tersebut sebagai proses tindak tutur yang dapat diterima satu
sama lain demi terwujudnya wacana retorika interaktif
komunikatif.
Tuturan antar tokoh yang berfungsi atau digunakan untuk
meminta secara wajar dan santun yang dinyatakan tokoh
terhadap tokoh dapat menunjukkan terciptanya hubungan
harmonis dan tidak menghambat pencapaian pemahaman
bersama selalu membutuhkan pola interaksi yang harmonis dan
secara pragmatik dan retorik dapat dipotret dalam bingkai proses
pengamatan tindak tutur timbal balik antara tokoh satu dan
tokoh lainya. Penggunaan tuturan tokoh satu terhadap tokoh
lainya yang demikian itu dapat dikatakan wajar dan alami
hubungan interaksi antara tokoh yang sedang berwacana.
Tuturan yang digunakan tokoh satu dan tokoh lain dalam
percakapan antara tokoh dapat berwujud direktif, deklaratif,
ekpresif, komisif dan asssertif. Penggunaan tindak tutur direktif
kepala tampak dalam upaya pimpinan dalam mengarahkan para
guru saat rapat berlangsung. Demikian pula sebalik percakapan
antar tokoh juga tampak menggunakan tindak tutur direktif
dalam percakapan dialogis antar tokoh. Artinya, para tokoh
dituntut untuk menggunakan tindak tutur atau menyatakan
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 72
maksud seperti menyampaikan pendapat, menanggapi atau
bertanya dengan tuturan dalam berbagai bentuk (tuturan
deklaratif, interogatif dan imperatif) yang bakal terjadi ketika
antar tokoh saling berwacana. Dalam hal ini, tokoh satu dan
tokoh lainnya dituntut menggunakan tindak tutur dengan
memperhatikan prinsip kesopanan atau kehalusan bahasa untuk
menjalin hubungan baik atau harmonis sehingga terhindar dari
konflik, terjalin kerja sama, terjalin saling pengertian sehingga
komunikasi antara penutur dan mitra tutur dapat tetap
berlangsung persuasif dan menyenangkan sehingga menjadi
wacana komunikasi intensif para pembuat wacana dalam
membangun alur wacana novel yang dikisahkan menjadi model
interaksi intensif antara sang novelis dan penikmat novel.
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kualitatif
dengan setting alami yang berarti studi yang mencakup
penggunaaan dan pengumpulan berbagai data empirik yang bisa
dilakukan melalui interview, observasi dan interaksi, dalam hal
ini secara alami pula, Denzin & Lincoln dalam Murray
ditegaskan bahwa pendekatan deskriptif kualitatif selalu
mendasarkan hal-halyang bersifat fenomena dianalisis dan
dideskripsikan dan akhirnya disimpulkan berdasarkan temuan
dan analisis yang telah dilakukan.
Peneliti melakukan pembacaan dan penelahan secara
langsung dan alami baik yang menyangkut berbagai data yang
ada dalam sumber data sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam fokus masalah. Selanjutnya dideskripsikan dan
diintreprestasikan, dan disimpulkan atas dasar trianggulasi yang
sudah dilakukan dari objek dan subjek penelitian ini,
sebagaimana pandangan yang dikemukakan oleh Bodgan dan
Taylor dalam Maleong yang menyarankan adanya proses
analisis ilmiah yang meliputi elaborasi, intepretasi, trianggulasi
dan konklusi data sarana retorika interpersonal pragmatik (RIP)
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 73
antara tokoh dalam wacana percakapan yang dituangkan dalam
wacana antar tokoh dalam novel Menggenggam Impian karya
Endik Koeswoyo yang diselidiki.
Instrumen Penelitian
Instrumen didalam pandangan pendekatan penelitian
deskriptif kualitatif naturalistik tidak dipahami sebagai alat dan
sarana atau perlatan yang digunakan untuk mendapat data secara
akurat, tetapi yang dimaksud dengan di sini yaitu, peneliti itu
sendiri yang merupakan subjek dan pelaku langsung yang akan
sangat menentukan kualitas rancangan, teori, analisis dan
kesimpulan yang tepat dalam suatu komunitas tertentu dalam hal
ini percakapan langsung seperti rapat dinas misalnya yang akan
diteliti dalam proposal ini.
Sumber Data dan Data Penelitian
Penelitian ini diterapkan pada transkrip wacana sarana
retorika interpersonal pragmatik antara tokoh dalam wacana
percakapan yang dituangkan dalam novel Menggenggam Impian
karya Endik Koeswoyo.
Sebagai sumber data dan sekaligus sebagai data,
maksudnya ketika sumber data sudah ditelaah secara seksama
dan selanjutnya dilakukan kegiatan fragmentasi teks sesuai
dengan fokus masalah yang akan dianalisis yang meliputi
sarana retorika, stilistika dan amanah yang hendak diusung
oleh sang pengarang dalam rangka memberikan pencerahan
bagi pembaca dari sarana retorika interpersonal pragmatik
antara tokoh dalam wacana percakapan yang dituangkan tokoh
dalam novel Menggenggam Impian karya Endik Koeswoyo
tersebut.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang kami lakukan dengan cara
pembacaan yang intensif wawancara dengan pakar, pencatatan
data, dihimpun dan selanjutnya dianalisa dan dideskripsikan
sesuai dengan fokus masalah yang sedang dianalisis dari
transkrip wacana percakapan sarana retorika interpersonal
pragmatik (RIP) antara tokoh dalam wacana percakapan yang
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 74
dituangkan dalam wacana antar tokoh dalam novel
Menggenggam Impian karya Endik Koeswoyo sebagai sumber
data.
Prosedur Analisa Data
Prosedur analisa data yaitu dengan cara mendeskripsikan
ketiga fokus permasalahan yang sudah ditetapkan, dan
selanjutnya di analisa dan di simpulkan, yang secara rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Kegiatan reduksi data meliputi, selesksi, simplikasi,
abstraksi dan pemindahandata yang masih mentah dari catatan
yang dilakukan. Selanjutnya data diverifikasi menurut kelompok
data sesuai dengan fokus yang diteliti yaitu, memilih transkrip
wacana percakapan sarana retorika interpersonal pragmatikyang
dituangkankedalam slot-slot fragmen yang terkait dengan fokus
masalah data yang ada.Kegiatan ini meliputi presentasi data
yang sudah diperoleh berdasarkan masing-masing kelompok
fokus, disajikan dan dianalisa, dan selanjutnya disimpulkan
sesuai dengan fokus yang sudah ditetapkan, dalam bentuk tabel,
matrik, ataupun dalam bentuk penjelasan lainya
b. Verifikasi
Verifikasi dilakukan dalam rangka melakukan pemikiran
induktif untuk mendapatkan kesimpulan terakhir, yaitu dengan
cara “cross check” data satu dengan data yang lainya. Cara yang
lazim dipakai yaitu dengan sistem “trianggulasi”, yang meliputi
tiga tahapan. Tahapan pertama dengan cara membanding antara
data satu dengan data yang lain. Kedua, peneliti melakukan
trianggulasi personal dengan melibatkan pakar dan promoter
atau pembimbing agar setiap temuan data valid dan akurat, dan
bila mana perlu diadakan konsultasi untuk mendapatkan temuan
yang berkualitas secara akademis dari sarana retorika
interpersonal pragmatik (RIP) antara tokoh dalam wacana
percakapan yang dituangkan dalam wacana antar tokoh dalam
novel Menggenggam Impian karya Endik Koeswoyo. Ketiga
tahapan trianggulasi data, yaitu untuk memperoleh data yang
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 75
akurat pada sumber datasarana retorika interpersonal pragmatik
dijelaskan dan disarankan oleh Miles dan Hubberman.
Teknik Analisa Data
Dilakukan dengan cara pembacaan intensif ditelaah
transkrip wacana percakapan sarana retorika interpersonal
pragmatik antara tokoh dalam wacana percakapan yang
dituangkan dalam wacana antar tokoh dalam novel
Menggenggam Impian karya Endik Koeswoyo yang
disempurnakan dengan fragmentasi, penyajian, diskusi dan
elaborasi dan pengintepretasian yang selanjutnya dideskripsikan
dan disimpulkan, jadi tidak melalui uji hipotesa terhadap teori
yang digunakan dan temuan yang diungkap.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Fungsi Retorika Antar Tokoh dalam Novel Menggenggam
Impian karya Endik Koeswoyo
a. Pembahasan
Fungsi retorika secara retorik interpersonal pragmatik
(RIP) antara tokoh dalam wacana tokoh yang dituangkan
dalam novel Menggenggam Impian karya Endik Koeswoyo
dengan pembahasan sebagai berikut:
F1 Han menarik nafas panjang. Ada senyum yang
mengembang dari bibirnya. Ada binary bahagia yang di
antarkan oleh seraut wajah ayu di hadapanya. Ada
keunikan yang membuat siapa saja akan betah duduk di
sana, apalagi dengan seorang yang begitu sempurna di
ciptakan sebagai wanita. Cerdas, pandai, camtik luar dan
dalam, keturunan keluarga terhormat, dan tentunya
seorang wanita karir. (M I, Koeswoyo Endik.Jogjakarta,
Maret 2011:14)
Berdasarkan fragmentasi F1 tersebut, sang tokoh
memfungsikan retorika interpersonal pragmatik kategori
retorika ekspresif karena sang tokoh Han mengekspresikan
suasana hati dan perasaannya berwujud menarik nafas
panjang dan senyum, ada binario bahagia. Tindakan tersebut
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 76
merupakan tindak retorik ekspresif. Sementara ungkapan
yang dikemukakan oleh Ayu menggambarkan fungsi retorika
interpersonal pragmatik kategori deklaratif karena si Ayu
diceritakan sebagai sosok yang memiliki wajah bahagia
wanita cerdas, pandai, cantik luar dan dalam, keturunan
keluarga terhormat, dan tentunya seorang wanita karir.
Tindak tutur retori deklaratif karena ekspresi yang
dikemukakan menyatakan suatu kondisi seseorang yang
bersifat deklaratif dan sekaligus bersifat asertif karena sang
tokoh mempertegas kondisi sosok si Ayu.
F2 Persuntingku detik ini, aku menyambutnya dengan
sejuta kasih Aku rela, aku ikhlas untuk menjadi
pendampingmu. Aku ikhlas untuk selalu bersamamu
dalam suka maupun duka. Karen aku milikmu. Dan
hanya Dia yang bias memisahkan kita.(M I, Koeswoyo
Endik.Jogjakarta, Maret 2011: 20)
Fragmentasi kedua ini merupakan ungkapan retorik yang
berfungsi deklaratif dan ekspresif secara akumulatif. Disebut
demikian karena snag tokoh dalam hal ini menyatakan
tentang persuntingan, menyambutnya dengan sejuta kasih,
rela dan ikhlas untuk menjadi pendamping muikhlas untuk
selalu bersamamu dalam suka maupun duka. Karen aku
milikmu. Dan hanya Dia yang bisa memisahkan kita. Pilihan
diksi dari fregmentasi tersbut mengambarkan fungsi retorika
gabungan antara fungsi ekspresif dan deklaratif karena sang
tokoh menyatakan sekaligus mengungkapkan suasana hati
yang menggambarkan tentang rasa cinta yang disampaikan
kepada si Ayu dengan benar-benar ikhlas dan rela. Ia juga
menyatakan bahwa sang tokoh akan berpisah dan bertemu
karena Allah. Oleh karena itu, fungsi ekspresi yang
dinyatakan oleh sang tokoh menggambarkan ungkapan
deklaratif sekaligus ekspresif.
F3 Hanny…, jika memang semua harus seperti ini,
tetaplah senyum.yakinlah bahwa Tuhan Maha Adil.
Diapunya rencana di balik semuanya. Sebagai
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 77
kekasihmu, aku meminta maaf atas keluargakuyang telah
begitu memusuhimu. Aku mohon sayangi mereka seperti
engkau menyayangiku. Sambutlah kemarahan mereka
dengan senyummu itu. Taklukan mereka dengan tatapan
matamu yang indah berbinar bening itu. (M I, Koeswoyo
Endik.Jogjakarta, Maret 2011: 20)
Pada fragmentasi 3 ini tergambar fungsi retorika yang
dimunculkan oleh sang tokoh berfungsi ekspresif dan
direktif, karena ditandaidengan adanya pilihan diksi yang
berfungsi mengungkap isi perasaan seperti memang semua
harus seperti ini, tetaplah senyum, yakinlah bahwa Tuhan
Maha Adil, mohon sayangi mereka seperti engkau
menyayangiku, Sambutlah kemarahan mereka dengan
senyummu itu. Taklukan mereka dengan tatapan matamu
yang indah berbinar bening itu. Fragmentasi klausa-klausa
tersebut di atas menggambarkan pernyataan ajakan yang
bersifat ajektif seperti ajakan tersebut bersifat ekspresif dari
sangtokoh oleh karenanya fungsi retorika yang digunakan
merupakan fungsi retorika ekspresif dan direktif yang datang
secara bersama-sama.
F4 Marilah kita melewatinya dengan pelan dan hati-hati.
Jika memang jalan kkita di tepi jurang, peganglah erat
tanganku, dan tataplah luruskedepan, jangan melihat ke
bawah sana yang penuh tebing terjal. (M I, Koeswoyo
Endik.Jogjakarta, Maret 2011: 20)
Fregmentasi keempat di atas secara verbal menunjukkan
berbagai diksi fungsi retorika direktif dalam bentuk kalimat
ajakan dan himbauan. Namun demikian, fungsi retorika
tersebut bisa dilihat dari fungsi ekspresif karena kalimat
tersebut bersifat ungkapan yang isinya menasihati sang
tokoh seperti pada klausa-klausa berikut:
Marilah kita melewatinya dengan pelan dan hati-hati. Jika
memang jalan kita di tepi jurang, peganglah erat tanganku,
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 78
dan tataplah lurus kedepan, jangan melihat ke bawah sana
yang penuh tebing terjal.
Pada pernyataan ini sekalipun bersifat ajakan, namun bila
diamati dari sisi psikis merupakan refleksi sekaligus
nasihatdari lubuk hati yang paling dalam agar sang tokoh
tetap bersemangat dalam mengahadapi aneka ragam onak
dan duri tentang kehidupannya.
F5 Keyakinan itu ada kunci kemenangan sebelum perang.
Sembilan puluh pesen keyakinan dan cukup10 %
kemampuan. Sebuah semboyan untuk menutupi ketidak
mampuanya dalam mempelajari bahasa jepang. (M I,
Koeswoyo Endik.Jogjakarta, Maret 2011: 24)
Fregmentasi 5 menggambarkan fungsi retorika kategori
deklaratif karena sang tokoh mengungkapkan bahwa
Keyakinan itu ada kunci kemenangan sebelum perang.
Sembilan puluh persen keyakinan dan cukup10%
kemampuan. Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa fungsi
retorika yang ditunjukkan sang tokoh mengungkapkan
tentang keyakinan sangat ditentukan oleh kesungguhan dan
kemauan. Jika fungsi retorika itu berkonotasi menyatakan
sekaligus mengekspresikan tentang kemauan yang ada dari
dalam hati sang tokoh maka dipastikan sang tokoh
melakukan fungsi tindak retorik ganda yaitu fungsi retorik
deklaratif dan ekspresif.
F6 Sepi, heningdan tak ada sedikitpun suara. Langit
malam yang tak lagi perawan menemani lamunannya.
Langit itu telah tak lagi suci, begitu banyak manusia yang
merenggut kesucianya, dan memperkosa langit dengan
beribu ulah serakah. (M I, Koeswoyo Endik.Jogjakarta,
Maret 2011: 25)
Fragmentasi keenam menggambarkan dominasi fungsi
retorik ekspresif dan deklaratif. Ekspresif karena sang tokoh
mengekspresikan kondisi malam yang hening dengan
ungkapan-ungkapan sensual berupa pilihan diksi sepi,
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 79
hening dan tak ada sedikitpun suara. Langit malam yang tak
lagi perawan menemani lamunannya. Langit itu telah tak lagi
suci, begitu banyak manusia yang merenggut kesucianya,
dan memperkosa langit dengan beribu ulah serakah. Fungsi
fragmentasi yang dikemukakan tokoh tersebut lebih
berfungsi ekspresif yang dideklarasikan secara tertulis
berupa pernyataan sebagaimana pekutipan tersebut. Oleh
karena itu, fungsi retorik yang disampaikan bernuansa ganda
pula., yaitu ekspresif dan deklaratif.
F7 Mas Supri sepertinya telah banyak meminum
minuman keras itu. Dia tampak sekali mengalami
perubahan perilaku. Perubahan fisiologis telah terjadi,
cara berjalan yang tidak mentap sempoyongan, mukanya
merah, dan cara menatapnya nanar, konsentrasinya juga
telah mulai hilang. (M I, Koeswoyo Endik.Jogjakarta,
Maret 2011: 26)
Fragmentasi ketujuh ini lebih didominasi fungsi retorik
ekspresif personal kategori deskriptif tentang tokoh
antagonis tentang keberadaan penyimpangan perilaku negatif
seperti Mas Supri sepertinya telah banyak meminum
minuman keras itu Dia tampak sekali mengalami perubahan
perilaku. Perubahan fisiologis telah terjadi, cara berjalan
yang tidak mentap sempoyongan, mukanya merah, dan cara
menatapnya nanar, konsentrasinya juga telah mulai hilang.
Fragmentasi tersebut menunjukkan pilihan diksi yang
menggambarkan tentang kondisi sang tokoh antagonis,
karena bersifat menggambarkan kondisi sang tokoh
antagonis, maka fungsi retorikanya lebih bernuansa
deskriptif.
F8 Siapa yang terkenaair bekas memandikan gong
tersebut bisa menjadi awet muda. Siraman Gong Kyai
Pradah mirip dengan ritual sekaten di Yogyakarta dan
Solo. Ritual siraman ini ternyata mempunyai aspek bisnis
yang cukup besar.Banyak pedagang yang memanfaatkan
acara ini untuk meraup keuntungan dari berbagai macam
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 80
dagangan yang di gelar selama kurang lebih satu bulan
sebelum acara puncak. (M I, Koeswoyo Endik.Jogjakarta,
Maret 2011: 28)
Fragmen kedelapan ini memiliki fungsi retorika kategori
deklaratif. Adappun penanda fungsi deklaratif dimunculkan
beberapa diksi pada masing-masing klausa berikut ini yang
menyatakan sebuah opini sepertF8 Siapa yang terkenaair
bekas memandikan gong tersebut bisa menjadi awet muda.
Siraman Gong Kyai Pradah mirip dengan ritual sekaten di
Yogyakarta dan Solo. Ritual siraman ini ternyata
mempunyai aspek bisnis yang cukup besar. Banyak
pedagang yang memanfaatkan acara ini untuk meraup
keuntungan dari berbagai macam dagangan yang di gelar
selama kurang lebih satu bulan sebelum acara puncak.
F9 seperti beribu jarum yang menghujam pori-pori,
menembus hingga kulit terdalam.menggetarkan seluruh
badan. Belum lagi bunyi yang meraunng dari mesin
motor itu membelah kesunyian malam, memekakkan
telinga. (M I, Koeswoyo Endik. Jogjakarta, Maret 2011:
29)
Fungsi retorika kesembilan ini merupakan wacana retorik
kategori ekspresif sekaligus deskriptif karena klausa yang
dibangun berupa pilihan diksiyang mengekspresikan dan
mendeskripsikan suasana malam itu seperti pada klausa-
klausa berikut ini:
Seperti beribu jarum yang menghujam pori-por,
menembus hingga kulit terdalam menggetarkan seluruh
badan. Belum lagi bunyi yang meraunng dari mesin motor
itu membelah kesunyian malam, memekakkan telinga.
Berdasarkan klausa–klausa di atas mengekspresikan dan
mendeskripsikan tentang kondisi malam pada saat itu, oleh
karena itu fungsi tindak tutur berfungsi sebagai ekspresif dan
sekaligus berfungsi sebagai deklaratif.
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 81
F10 Begini, Han. Pak Herman itu di suruh pak Djuari
untuk menakut-nakutimu! Dia di beri sejummlah uang
untuk memukulimu dan melarang kamu berhubungan
dengan indah. Untungnya, dia dating kesini dan ketemu
pak Yon sebelum ke rumahmu tadi. Kalau tidak ada pak
Yon, aku nggak tahu, Han. (M I, Koeswoyo
Endik.Jogjakarta, Maret 2011: 33)
Fragmentasi kesepuluh merupakan fungsi retorik kategori
direktif ekspresif dengan penanda diksi di suruh pak Djuari
untuk menakut-nakutimu! Dia di beri sejumlah uang untuk
memukulimu dan melarang kamu berhubungan dengan
indah. Sedangkan nuansa ekspresif diwakili oleh pilihan
diksi antara lain Untungnya, dia dating ke sini dan ketemu
pak Yon sebelum ke rumahmu tadi. Kalau tidak ada pak
Yon, aku nggak tahu, Han.
F11 “ Aduh, gimana ya,pak? Saya besok masih ujian!
Tiga hari baru selesai,” Jawab Han memberikan sebuah
penjelasan dalam gelisahnya yang semakin menjadi.
“Heh! Kamu ini di beri hati malah minta tahi! Mau
mampus sekarang?” hardik Herman sambil berdiri. (M I,
Koeswoyo Endik.Jogjakarta, Maret 2011: 35)
Fragmen kesebelas ini merupakn kategori fungsi kategori
retorik ekspresif persuasif. Disebut kategori demikian karena
sang tokoh mengekspresikan kata-kata berupa Aduh, gimana
ya, pak? Saya besok masih ujian! Tiga hari baru selesai,”
Jawab Han memberikan sebuah penjelasan dalam gelisahnya
yang semakin menjadi. Demikian juga sub fragmen berikut
ini :“Heh! Kamu ini di beri hati malah minta tahi! Mau
mampus sekarang?” hardik Herman sambil berdiri. Ekspresif
karena dia menyatakan ungkapan-ungkapan yang berupa
retorik yang mengekspresikan kejengkelannya terhadap Han
sebagai lawan bicara.
Untuk fragmen berikutnya dapat dilihat pada penelitian
ini.
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 82
b. Temuan
Hasil dari analisa fragmen diatas didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 1 Fungsi retorik sang tokoh
Sumber: Analisa fragmen
Fragmentasi Direktif Ekspresif Deklaratif Persuasif
F1 √ √
F2 √ √
F3 √ √
F4 √ √
F5 √ √
F6 √ √
F7 √ √
F8 √
F9 √ √
F10 √ √
F11 √ √
F12 √ √
F14 √ √
F15 √ √
F16 √ √
F17 √
F18 √
F19 √ √
F20 √ √
Jumlah 3 18 15 1
Fungsi Retorik Sang Tokoh
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 83
Gambar 1 Tabulasi temuan fungis retorika para tokoh. Sumber: Analisa fragmen
Berdasarkan temuan di atas, maka fungsi retorika tokoh
novel Mengenggam Impian karya Endik Koeswoyo bahwa
retorika sang tokoh terutama Han yang paling dominan adalah
fungsi retorika ekspresif yang bererti wacana retorika yang
dimunculkan lebih didominasi dengan ungkapan yang berasal
ari hati. Dengan demikian, retorika sang tokoh utama
didominasi oleh ranah sensualitas karena fungsi retorikanya
sangat didominasi oleh etorika ekspresif.
Demikian juga fungsi –fungsi retorika sang tokoh yang
paling dominan berikutnya yaitu deklaratif yang berarti fungsi
retorika sang tokoh bersifat pernyataan tentang seseorang
maupun tentang kondisi ligkungan. Sedangkan urutan
berikutnya adalah direktif yang berarti fungsi komando, ajakan,
dan perintah juga turut mendominasi dan yang paling terbatas
adalah fungsi retorik persuasif yang diawali hanya satu fragmen.
Dengan demikian, dapat diinterprentasikan bahwa fungsi
retorika dalam novel menggenggam Impian sangat didominasi
oleh fungsi retorika kategori ekspresif dan deklaratif, sehingga
retorika yang dimunculkan lebih menyentuh pada persoalan hati,
rasa, dan ekspresi. Dengan kata lain, isi teks dipastikan lebih
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 84
menyentuh sensualitas dan sikap sang tokoh dalam novel
Menggenggam Impian.
Bentuk Retorika
a. Pembahasan
Bentuk retorika yang digunakan oleh para tokoh tidak
terlepas dari terima tindak tutur yang dikemukakan oleh
Austin yaitu: lokusi, ilokusi dan perlokusi.
Lokusi merupakan wujud tindak tutur yang dikemukakan
oleh para tokoh dalam novel itu, sedangkan ilokusi
merupakan maksud dan makna dari tindak tutur yang
dikemukakan oleh tokoh dan perlokusi merupakan efek
tindak tutur yang harus diwujudkan dan ditindaklanjuti oleh
pendengar atau lawan tindak tutur. Dengan demikian aplikasi
bentuk tindak tutur dapat dielaborasikan sebagai berikut:
F1 Han menarik nafas panjang. Ada senyum yang
mengembang dari bibirnya. Ada binary bahagia
yang di antarkan oleh seraut wajah ayu di
hadapanya. Ada keunikan yang membuat siapa saja
akan betah duduk di sana, apalagi dengan seorang
yang begitu sempurna diciptakan sebagai wanita.
Cerdas, pandai, cantik luar dan dalam, keturunan
keluarga terhormat, dan tentunya seorang wanita
karir. (M I, Koeswoyo Endik.Jogjakarta, Maret 2011
14)
Berdasarkan kutipan fragmen 1 Sang tokoh Han menarik
nafas panjang. Ada senyum yang mengembang dari bibirnya.
Ada binar bahagia yang di antarkan oleh seraut wajah ayu di
hadapanya. Ada keunikan yang membuat siapa saja akan
betah duduk di sana, apalagi dengan seorang yang begitu
sempurna diciptakan sebagai wanita. Cerdas, pandai, cantik
luar dan dalam, keturunan keluarga terhormat, dan tentunya
seorang wanita karir. Merupakan tindak tutur retorik yang
berbentuk lokusi yang memiliki bentuk ilokusi retorik bahwa
sang tokoh Han merasa sangat senang dan kagum terhadap
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 85
kecantikan wanita yang dikaguminya, dengan kata lain
ilokusi dari tindak tutur Han menggambarkan perasaan Han
yang lagi jatuh cinta terhadap wanita cantik, cerdas, dan
pandai, dengan kata lain bentuk tindak tutur retorika yang
disampaikan sang tokoh meliputi tindak tutur lokusi dan
ilokusi.
F2 Persuntingku detik ini, aku menyambutnya dengan
sejuta kasih Aku rela, aku ikhlas untuk menjadi
pendampingmu. Aku ikhlas untuk selalu bersamamu
dalam suka maupun duka. Karen aku milikmu. Dan
hanya Dia yang bisa memisahkan kita.(M I, Koeswoyo
Endik.Jogjakarta, Maret 2011: 20)
Berdasarkan kutipan fragmen 2 menunjukkan bentuk
lokusi dan ilokusi serta perlokusi. Lokusi retorika yaitu apa
yang dikatakan oleh Han terhadap kekasihnya yang dapat
dikutip kembali sebagai berikut: “Persuntingku detik ini, aku
menyambutnya dengan sejuta kasih Aku rela, aku ikhlas
untuk menjadi pendampingmu. Aku ikhlas untuk selalu
bersamamu dalam suka maupun duka. Karena aku milikmu.
Dan hanya Dia yang bisa memisahkan kita. Adapun ilokusi
retorika merupakan makna dan maksud apa yang dikatakan
Han yaitu yang pada intinya seorang tokoh Han akan
membangun sejuta kasih dengan penuh keralaan dan
keihlasan yang siap mendampingi kasihnya dimana saja dan
kapan saja. Namun demikian kalau Tuhan mentakdirkan
lain, maka tidak menutup kemungkinan sang tokoh Han akan
menyusuri perubahan itu sesuai dengan irodah takdir-Nya.
Adapun perlokusi tindak tersebut menggambarkan makna
bahwa kekasihnya pun juga seharusnya dengan ikhlas
menerima cinta Han dan bagi pembacapun seharusnya dapat
memprediksi bahwa percintaan Han dan kekasihnya akan
berjalan lancar dan alami manakala didasari ketulusan dan
keikhlasan, dengan kata lain tindak retorik sang tokoh Han
dapat digolongkan menjadi 3 bentuk; tindak retorik lokusi,
ilokusi dan perlokusi.
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 86
F3 Hanny…, jika memang semua harus seperti ini,
tetaplah senyum.yakinlah bahwa Tuhan Maha Adil.
Diapunya punya rencana di balik semuanya. Sebagai
kekasihmu, aku meminta maaf atas keluargakuyang
telah begitu memusuhimu. Aku mohon sayangi mereka
seperti engkau menyayangiku. Sambutlah kemarahan
mereka dengan senyummu itu. Taklukan mereka
dengan tatapan matamu yang indah berbinar bening
itu. (M I, Koeswoyo Endik.Jogjakarta, Maret 2011:
20)
Berdasarkan kutipan fragmen 3 tersebut bentuk retorika
tindak tutur sang tokoh Han meliputi tindak tutur lokusi,
ilokusi dan perlokusi. Lokusi merupakan apa yang dikatakan
oleh Han terhadap Hanny yaitu, “Hanny…, jika memang
semua harus seperti ini, tetaplah senyum.yakinlah bahwa
Tuhan Maha Adil. Diapunya punya rencana di balik
semuanya. Sebagai kekasihmu, aku meminta maaf atas
keluargakuyang telah begitu memusuhimu. Aku mohon
sayangi mereka seperti engkau menyayangiku. Sambutlah
kemarahan mereka dengan senyummuitu. Taklukan mereka
dengan tatapan matamu yang indah berbinar bening itu.”.
Adapun maksud tindak sang tokoh Han terhadap Hanny
memiliki makna ilokusi bahwa Han menasehati sang
kekasihnya Hanny agar bisa memanajemeni makna cinta, di
satu sisi mencintai Han, dan sisi lain bisa mencintai
keluarganya meskipun mendapatkan berbagai cercaan iapun
harus percaya pada takdir dan ujian dari Tuhannya. Atas
dasar kepiawaian sang tokoh Hanny kekasih Han
meyakinkan bahwa suatu saat akan ada jalan keluar terkait
dengan lika-liku kehidpuan percintaan Han dengan si Hanny.
Sang tokoh Han memberikan penguatan kepada tokoh
Hanny yang merupakan kekasihnya bahwa apapun yang
terjadi pada dirinya harus dihadapi dengan tabah dan ikhlas
sekalipun pahit adanya. Adapun perlokusi menginginkan
adanya proses perubahan tingkah laku sang Hanny agar ia
mampu menghadapi himpitan dari keluarganya yang tidak
menyetujui pernikahannya dengan Han. Inti perlokusi retorik
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 87
sang tokoh menginginkan sang tokoh Hanny agar memiliki
keteguhan dan ketetapan pendirian sekalipun orang tuanya
tidak menyetujui atas pernikahannya inti dari permasalahan
percintaan antara Hanny dan Han merupakan perlokusi agar
Hanny tetap tegar dan ikhlas mencintai Han di satu sisi dan
mencintai keluarganya di sisi lain.
F4 Marilah kita melewatinya dengan pelan dan hati-
hati. Jika memang jalan kita di tepi jurang, peganglah
erat tanganku, dan tataplah luruskedepan, jangan
melihat ke bawah sana yang penuh tebing terjal. (M I,
Koeswoyo Endik.Jogjakarta, Maret 2011: 20)
Berdasarkan kutipan fragmen 4 tersebut bentuk retorika
tindak tutur sang tokoh Han meliputi tindak tutur lokusi,
ilokusi, dan perlokusi. Lokusi merupakan apa yang
dikatakan oleh Han terhadap Hanny yaitu, “Marilah kita
melewatinya dengan pelan dan hati-hati. Jika memang jalan
kita di tepi jurang, peganglah erat tanganku, dan tataplah
luruskedepan, jangan melihat ke bawah sana yang penuh
tebing terjal.”. Maksud dari metaforik sang tokoh Han yang
sampaikan pada Hanny kekasihnya terkandung maksud agar
Hanny lebih sabar, tabah, dan memandang kenyataan hidup
yang pahit ini dengan penuh harapan ke depan bahwa
kebahagiaan ini akan datang manakala onak dan duri di awal
percintaan dengan Han ini dilaluinya dengan berorientasi
masa depan sang Hannya harus mampu memaknai berakit-
rakit dahulu lalu berenang-renang ketepian, hidup ini
memang sakit di awal dan kebahagiaan akan hadir kemudian
kalau kita memang menghadapi dengan sabar dan ikhlas.
Kutipan fragmen 4 mengandung perlokusi agar si Hanny
tetap bersabar dalam menghadapi ujian di awal
pernikahannya semakin sabar ia menghadapinya dipastikan
semakin sukses dalam menjalin rumah tangganya,
sebaliknya semakin galau dan tidak sabar dipastikan akan
datang penderitaan dan pada akhirnya dipastikan akan terjadi
perceraian. Dengan demikian, dengan bentuk retorika tindak
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 88
tutur fragmatik para tokoh meliputi lokusi, ilokusi, dan
perlokusi.
F5 Keyakinan itu ada kunci kemenangan sebelum
perang. Sembilan puluh pesen keyakinan dan cukup10
% kemampuan. Sebuah semboyan untuk menutupi
ketidakmampuannya dalam mempelajari bahasa
jepang. (M I, Koeswoyo Endik.Jogjakarta, Maret
2011: 24)
Berdasarkan kutipan fragmen 5 tersebut bentuk retorika
tindak tutur sang tokoh Han meliputi tindak tutur lokusi,
ilokusi, dan perlokusi. Lokusi merupakan apa yang
dikatakan oleh Han terhadap Hanny. Adapun rincian
lokusinya yaitu, “Keyakinan itu ada kunci kemenangan
sebelum perang. Sembilan puluh pesen keyakinan dan
cukup10 % kemampuan. Sebuah semboyan untuk menutupi
ketidakmampuannya dalam mempelajari bahasa jepang.”.
Maksud ilokusi atau retorika tersebut yaitu sang han
memotivasi dirinya sendiri atau orang lain agar hidup itu
tidak perlu ragu dan harus yakin-seyakinnya bahwa usaha itu
sangat didominasi oleh keyakinan, semakin percaya semakin
pasti bahwa keyakinan akan menjamin keberhasilan setiap
usaha. Adapun perlokusi retorik tersebut sang tokoh
menginginkan pada siapa saja termasuk pembaca agar hidup
selalu penuh percaya diri dan keyakinan yang kuat untuk
menjadi seorang yang sukses dalam mempelajari atau
mewujudkan cita-cita, artinya dia tidak perlu minder, putus
asa, rendah diri, namun ia harus percaya diri, semangat, dan
tidak pantang menyerah.
F6 Sepi, heningdan tak ada sedikitpun suara. Langit
malam yang tak lagi perawan menemani lamunannya.
Langit itu telah tak lagi suci, begitu banyak manusia
yang merenggut kesucianya, dan memperkosa langit
dengan beribu ulah serakah. (M I, Koeswoyo
Endik.Jogjakarta, Maret 2011: 25)
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 89
Berdasarkan kutipan fragmen 6 tersebut bentuk retorika
tindak tutur sang tokoh Han meliputi tindak tutur lokusi,
ilokusi, dan perlokusi. Dengan uraian bahwa fargmen 6
tersebut memiliki lokusi yaitu, “Sepi, hening dan tak ada
sedikitpun suara. Langit malam yang tak lagi perawan
menemani lamunannya. Langit itu telah tak lagi suci, begitu
banyak manusia yang merenggut kesucianya, dan
memperkosa langit dengan beribu ulah serakah.”. Adapun
ilokusi sang tokoh Han menggambarkan bahwa kondisi
kehidupan yang dihadapinya sekarang ini sudah tidak alami,
status sosial sudah rusak, alampun juga rusak,
terkontaminasi oleh perilaku manusia yang serakah, artinya
kehidupan yang dialami sang Han memang tidak seperti
kehidupan pada zaman dulu dimana manusia masih
berperilaku sanak, menghormati orang, dan ringan untuk
membantu lainnya. Kehidupan sekarang sudah berubah
menjadi kehidupan patembayan dan kompetisi berat dalam
hidup ini. Sang tokoh menggambarkan suasa sosial saat
inidengan menggunakan bahasa metaforik, “Langit malam
yang tak lagi perawan menemani lamunannya. Langit itu
telah tak lagi suci, begitu banyak manusia yang merenggut
kesuciannya, dan memperkosa langit dengan beribu ulah
serakah.” Petikan tersebut secara hakiki menggambarkan
tentang kondisi sosial yang menghimpit Han dan tidak
bersahabat lagi untuk mewujudkan impiannya sebagaimana
judul novelnya menggenggam impian. Sedangkan perlokusi
dari kutipan tersebut nampaknya sang tokoh ingin
membangun kesadaran betapa pentingnya membangun
kesadaran sosial di tengah-tengah panatnya persaingan hidup
yang kian ketat. Dengan kata lain, dengan bentuk retorika
tindak tutur fragmatik para tokoh meliputi lokusi, ilokusi,
dan perlokusi.
Untuk bentuk retorika selanjutnya dapat dilihat pada
Penelitian ini.
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 90
b. Temuan
Tabel 2 Bentuk Retorik Sang Tokoh
Sumber: Analisa fragmen
Fragmentasi Lukosi Ilokusi Perlokusi
F1 √ √
F2 √ √ √
F3 √ √ √
F4 √ √ √
F5 √ √ √
F6 √ √ √
F7 √ √ √
F8 √ √ √
F9 √ √ √
F10 √ √ √
F11 √ √ √
F12 √ √ √
F14 √ √ √
F15 √ √ √
F16 √ √ √
F17 √ √ √
F18 √ √ √
F19 √ √ √
F20 √ √ √
Jumlah 18 18 18
Bentuk Retorik Sang Tokoh
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 91
Gambar 2 Bentuk retorik sang tokoh Sumber: Analisa fragmen
Semua fragmentasi satu sampai dua puluh
menunjukkan berbagai bentuk retorika yang digunakan oleh
paratokoh memenuhi bentuk rtorik yang disarankan oleh
Austin yang berupa tindak tutur retorika lukosi, ilokosi, dan
perlokosi. Lokosi adalah apa yang dikatakan oleh para
tokoh, sedangkan ilokosi adalah makna dan maksud yang
dikatakan oleh retorika para tokoh, sedangkan perlokosi
adalah bentuk retorika yang diinginkan oleh tpara tokoh
yang berupa proses perubahan tingkah laku dan dampak apa
yang dikatakan oleh sang tokoh terhadap tokoh lain ataupun
partisipan lain yaitu pembaca atau pendengar (jika ada).
Strategi Retorika Interpersonal Para Tokoh Novel
Menggenggam Impian
Secara garis besar strategi retoriksa yang digunakan para
tokoh menggambarkan dua model strategi yaitu strategi
langsung dan tidak langsung. Strategi retorika langsung apabila
sang tokoh menggunakan model retorika kelangsungan retorika
jelas, lugas, dan mudah dipahami secara kebahasaan sehingga
tidak perlu ditafsirkan dengan menggunakan strategi lapis sastra.
Sedangkan, strategi retorika tidak langsung merupakan wacana
retorika yang menggunakan gaya tuturan ketidaklangsungan
yang berupa pilihan diksi kusus atau berupa majas yang
merupakan figurative language ketidaklangsungan. Wacana
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 92
yahg demikian harus menggunakan strategi pemaknaan
kesastraan terkait dengan apa dan bagaimana maksud ujaran
yang diungkapkan oleh sang tokoh. Adapun pembahasan yang
terkait dengan strategi retorika sang tokoh sebagai berikut:
a. Pembahasan
F1 Han menarik nafas panjang. Ada senyum yang
mengembang dari bibirnya. Ada binary bahagia
yang di antarkan oleh seraut wajah ayu di
hadapanya. Ada keunikan yang membuat siapa saja
akan betah duduk di sana, apalagi dengan seorang
yang begitu sempurna di ciptakan senbagai wanita.
Cerdas, pandai, cantik luar dan dalam, keturunan
keluarga terhormat, dan tentunya seorang wanita
karir. (M I, Koeswoyo Endik.Jogjakarta, Maret 2011
14)
Berdasarkan kutipan fragmen 1 Sang tokoh Han menarik
nafas panjang. Ada senyum yang mengembang dari bibirnya.
Ada binary bahagia yang di antarkan oleh seraut wajah ayu di
hadapanya. Ada keunikan yang membuat siapa saja akan
betah duduk di sana, apalagi dengan seorang yang begitu
sempurna di ciptakan senbagai wanita. Cerdas, pandai,
camtik luar dan dalam, keturunan keluarga terhormat, dan
tentunya seorang wanita karir. Merupakan strategi tindak
tutur retorik yang berbentuk lokusi langsung dan tidak
langsung. Bentuk tidak langsung terdapat pada diksi di
antarkan oleh seraut wajah ayu, menarik nafas, ada binar
bahagia, dan mengembang dari bibirnya. Sedangkan bentuk
langsung terdapat pada diksi Ada keunikan yang membuat
siapa saja akan betah duduk di sana, seorang yang begitu
sempurna di ciptakan senbagai wanita, keturunan keluarga
terhormat, dan seorang wanita karir
F2 Persuntingku detik ini, aku menyambutnya dengan
sejuta kasih Aku rela, aku ikhlas untuk menjadi
pendampingmu. Aku ikhlas untuk selalu bersamamu
dalam suka maupun duka. Karena aku milikmu. Dan
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 93
hanya Dia yang bisa memisahkan kita.(M I, Koeswoyo
Endik.Jogjakarta, Maret 2011: 20)
Berdasarkan kutipan fragmen 2 menunjukkan bentuk
lokusi dan ilokusi serta perlokusi. Lokusi retorika yaitu apa
yang dikatakan oleh Han terhadap kekasihnya yang dapat
dikutip kembali sebagai berikut: “Persuntingku detik ini, aku
menyambutnya dengan sejuta kasih Aku rela, aku ikhlas
untuk menjadi pendampingmu. Aku ikhlas untuk selalu
bersamamu dalam suka maupun duka. Karen aku milikmu.
Dan hanya Dia yang bisa memisahkan kita.”. Adapun strategi
ilokusi retorika langsung yaitu terdapat pada diksi Aku ikhlas
untuk selalu bersamamu dalam suka maupun duka, dan hanya
Dia yang bisa memisahkan kita. Sedangkan strategi retorik
yang tidak langsung terdapat pada diksi aku menyambutnya
dengan sejuta kasih. Aku rela, menjadi pendampingmu.
Ketidaklangsungan ungkapan para tokoh menggunakan gaya
bahasa hiperbola pada pilihan kata sejuta kasih dan sekaligus
menggunakan gaya bahasa metAforik pada kata menjadi
pendamping.
Untuk Strategi retorika interpersonal selanjutnya dapat
dilihat pada Penelitian.
b. Temuan
Tabel 3 Strategi retorik sang tokoh
Sebagaimana ada dihalaman selanjutnya
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 94
Sumber: Analisa fragmen
Fragmentasi LangsungTidak
Langsung
F1 √ √
F2 √ √
F3 √ √
F4 √ √
F5 √ √
F6 √ √
F7 √ √
F8 √ √
F9 √ √
F10 √ √
F11 √ √
F12 √ √
F14 √ √
F15 √ √
F16 √ √
F17 √ √
F18 √ √
F19 √ √
F20 √ √
Jumlah 18 18
Strategi Retorik Sang Tokoh
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 95
Gambar 3 Strategi retorik sang tokoh Sumber: Analisa fragmen
KESIMPULAN
Atas dasar hasil analisis dan temuan Penelitian ini maka
dapat disimpulkan bahwa:
a. Fungsi retorika secara retorik interpersonal pragmatik (RIP)
antara tokoh dalam wacana percakapan yang dituangkan
dalam wacana antar tokoh dalam novel Menggenggam
Impian karya Endik Koeswoyo berupa tindak tutur retorik
yang berbentuk lokusi yang memiliki bentuk ilokusi retorik
bahwa sang tokoh Han merasa sangat senang dan kagum
terhadap kecantikan wanita yang dikaguminya, dengan kata
lain ilokusi dari tindak tutur Han menggambarkan perasaan
Han yang lagi jatuh cinta terhadap wanita cantik, cerdas dan
pandai, dengan kata lain bentuk tindak tutur retorika yang
disampaikan sang tokoh meliputi tindak tutur lokusi dan
ilokusi.
b. Bentuk retorika interpersonal pragmatik antar tokoh yang
digunakan dalam novel Menggenggam Impian karya Endik
Koeswoyo retorika sang tokoh utama didominasi oleh ranah
sensualitas karena fungsi retorikanya sangat didominasi oleh
retorika ekspresif. Demikian juga fungsi-fungsi retorika sang
tokoh yang paling dominan berikutnya yaitu deklaratif yang
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 96
berarti fungsi retorika sang tokoh bersifat pernyataan tentang
seseorang maupun tentang kondisi ligkungan. Sedangkan
urutan berikutnya adalah direktif yang berarti fungsi
komando, ajakan dan perintah juga turut mendominasi dan
yang paling terbatas adalah fungsi retorik persuasif yang
diawali hanya satu fragmen. Dengan demikian, dapat
diinterpresentasikan bahwa fungsi retorika dalamnovel
Menggenggam Impian sangat didominasi oleh fungsi
retorika kategori ekspresif dan deklaratif, sehingga retorika
yang dimunculkan lebih menyentuh pada persoalan hati, rasa
dan ekspresi. Dengan kata lain, isi teks dipastikan lebih
menyentuh sensualitas dan sikap sang tokoh dalam novel
Menggenggam Impian.
c. Strategi penyampaian retorika interpersonal pragmatik yang
diwacanakan antar tokoh dalam novel Menggenggam Impian
karya Endik Koeswoyo bentuk strategi retorika meliputi
tindak tutur lokusi langsung dan tidak langsung. Strategi
retorika langsung terdapat pada pilihan diksi. Dari sisi
jendela itu, Han mengintip dunia luar. Sedangkan bentuk
strategi tidak langsung terdapat pada pilihan kata yang
diungkap secara tidak langsung dengan memanfaatkan gaya
penuturan metaforis.
DAFTAR PUSTAKA
Austin, J.L, How to Do Things with Words (ed. J.O. Urmson),
New York: Oxford University Press, 1962.
Crystal, David, A Dictionary of Linguisticsand Phonetics.
Oxford: Basil Blackwell Ltd, 1991.
Fowler, R. Power. Dalam van Dijk, T.(Ed.), Handbook of
Discourse Analysis Proses Produksi, 1985.
Halliday, M.A.K. & Hasan, R, Bahasa, Konteks, dan Teks:
Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial
(Terjemahan oleh Barori Tou), Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 1992.
Yuyun Arlindawati
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 97
Kridalaksana, Harimurti, Kamus Linguistik, Jakarta: PT
Gramedia, 1984.
Hymes, Dell, Foundation in Sociolinguistics: An Ethnographic
Approach, Philadelphia: University of Pennsylvania
Press, 1976.
Leech, Geoffrey. (Terjemahan M.D.D. Oka), Prinsip-prinsip
Pragmatik, Jakarta: Universitas Indonesia, 1993.
M. (Eds.), Texts and Practices: Reading in Critical Discourse
Analysis, London: Routledge.
Makkai, V.B., & Heilmann, L. (Eds.), Linguistics at the
Crossroads, Padova: Tipografia-La Garangola.
Richards, Jack dkk., Longman Dictionary of Applied Linguistics,
Longman: Longman Group UK Limited, 1989.
Santoso, A., Paradigma Kritis dalam Kajian Kebahasaan
Bahasa dan Seni Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan
Pengajarannya, Jakarta: Penerbit Wedatama Widya
Sastra (WWS), 2000.
Santoso, Jejak Halliday Dalam Linguistik Kritis 15 Volume 4:
Discourse Analysis in Society, London: Academic Press.
Searle, John, Speech Acts, Cambridge: Cambridge University
Press, 1969.
Sutjaja, IG.M. 1990. Perkembangan TeoriM.A.K. Halliday.
Dalam Kaswanti Purwo,B. (Ed.), PELLBA 3: Pertemuan
LinguistikLembaga Bahasa Atma Jaya Ketiga(hlm. 59 89).
Yogyakarta: PENERBITKANISIUS.Theory. Dalam Makkai, A.