makalah sejarah retorika

17
SEJARAH RETORIKA DAN RAGAM RETORIKA MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah “Retorika” Disusun Oleh : Kelompok 1 Nama : Madropik NIM : D08130060 Nama : Tarsih NIM : D08130087 PROGRAM STUDI DIKSATRASIADA FAKULTAS KEGURUAN DAN LIMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR 2014 / 2015

Upload: vick-cipoetra-mathan

Post on 20-Jul-2015

375 views

Category:

Data & Analytics


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah sejarah retorika

SEJARAH RETORIKA DAN RAGAM RETORIKA

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah “Retorika”

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Nama : Madropik

NIM : D08130060

Nama : Tarsih

NIM : D08130087

PROGRAM STUDI DIKSATRASIADA

FAKULTAS KEGURUAN DAN LIMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR

2014 / 2015

Page 2: Makalah sejarah retorika

i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT, atas karunianya

Sehingga makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah ini merupakan syarat untuk

melengkapi tugas Mata Kuliah “Retorika”

Keberhasilan makalah ini tidak lain juga disertai referensi-referensi serta

bantuan dari pihak-pihak yang bersangkutan. Makalah ini juga masih memiliki

kekurangan dan kesalahan, baik dalam penyampaian materi atau dalam penyusunan

makalah ini. Penyusunan makalah ini juga dimaksudkan untuk menambah wawasan

mahasiswa mengenai materi ini.

Sehingga kriitik dan saran yang membangun yang sangat saya harapkan demi

kesempurnaan makalah ini. Akhirnya saya menyampaikan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga

makalah ini dapat terselesaikan.

Cikaliung, Maret 2015

Penyusun

Page 3: Makalah sejarah retorika

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................I

DAFTAR ISI ....................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................1

1.2 Tujuan Penulis...................................................................................................................1

1.3 Perumusan Masalah ......................................................................................................1

1.4 Metode Penulisan............................................................................................................1

1.5 Sistematika Penulisan ..................................................................................................1

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Retorika .......................................................................................................3

2.2 Sejarah Retorika...............................................................................................................4

2.2.1 Retorika Pra-Yunani...............................................................................................4

2.2.2 Retorika Pada Zaman Yunani ...........................................................................5

2.2.3 Retorika Zaman Romawi .....................................................................................6

2.2.4 Retorika Abad Pertengahan dan Zaman Daulat Islamiah ...............7

2.2.5 Retorika Modern ......................................................................................................9

2.3 Perkembangan dan Prinsip Dasar Retorika....................................................10

2.3.1 Perkembangan Retorika ......................................................................................10

2.3.2 Prinsip-Prinsip Dasar Retorika .......................................................................11

2.4 Konsep Teori Retorika .................................................................................................12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................13

3.2 Saran .......................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Makalah sejarah retorika

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Retorika merupakan sebuah kajian menarik yang perlu mendapat perhatiam oleh

Mahasiswa yang tengah menimba ilmu engetahuan di bidang ilmu sosial dan ilmu

politik,maka dari itu pembahasan tentang Retorika memiliki ,daya tarik tersendiri bagi

penulis untuk coba mengkaji topik mengenai Retorika

Bahwa setiap bentuk-bentuk komunikasi adalah sebuah drama. Karenanya seorang

pembicara hendaknya mampu mendramatisir (membuat audiens merasa tertarik)

terhadap pembicara, sedangkan menurut Walter Fisher bahwa setiap komunikasi

adalah bentuk dari cerita (storytelling). Karenanya, jika seseorang mampu bercerita

sesungguhnya maka ia punya potensi untuk berceramah dan untuk menjadi

penceramah. Sebagaimana dalam berdakwah itu sendiri dibutuhkan retorika-retorika

yang dapat membuat dakwah seseorang lebih mengena, efisien dan efektif. Terutama

dalam menyosialisasikan ajaran-ajaran Islam. Maka retorika jitu harus bias dikuasai

oleh seseorang yang hendak berdakwah. Disamping itu kita juga harus harus tau

sejarah mulanya retorika dari zaman pra-yunani hingga saat ini,maka pada makalah

ini akan menggabungkan pengertian retorika dan sejarah perkembangannya.

1.2 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini ditujukan untuk memperluas cakrawala berpikir penulis dan

juga kepada khalayak umumnya yang akan menambah ilmu pengetahuan penulis dan

pembaca mengenai hal hal yang dianggap perlu di ketahui mengenai Retorika dalam

hal ini

1.3 Rumusan Masalah

1.3.1 Apa itu Retorika?

1.3.2 Bagaimana Perkembangan retorika?

1.4 Metode Penulisan

Pengamatan dan pencarian yang diambil dari berbagai sumber diantaranya :

Buku dan Internet

1.5 Sistematika penulisan

Dalam Makalah ini dapat tersusun beberapa sub yang penulis uraikan dibagian Daftar

Pustaka :

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Penulis

Page 5: Makalah sejarah retorika

2

1.3 Perumusan Masalah

1.4 Metode Penulisan

1.5 Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Retorika

2.2 Sejarah Retorika

2.2.1 Retorika Pra-Yunani

2.2.2 Retorika Pada Zaman Yunani

2.2.3 Retorika Zaman Romawi

2.2.4 Retorika Abad Pertengahan dan Zaman Daulat Islamiah

2.2.5 Retorika Modern

2.3 Perkembangan dan Prinsip Dasar Retorika

2.3.1 Perkembangan Retorika

2.3.2 Prinsip-Prinsip Dasar Retorika

2.4 Konsep Teori Retorika

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 6: Makalah sejarah retorika

3

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Retorika

Kata retorika merupakan konsep untuk menerangkan tiga seni penggunaan bahasa persuasi yaitu : etos, patos, dan logos. Dalam artian sempit, retorika dipahami sebgai konsep yang berkaitan dan seni berkomunikasi lisan berdasarkan tata bahasa, logika, dan dialektika yang baik dan benar untuk mempersuasi public dengan opini. Dalam artian luas, retorika berhubungan dengan diskursus komunikasi manusia.

Para pakar retorika lainnya adalah Isocrates dan Plato yang kedua-duanya dipengaruhi Georgias dan Socrates. Mereka ini berpendapat bahwa retorika berperan penting bagi persiapan seseorang untuk menjadi pemimpin. Plato yang merupakan murid utama dari Socrates menyatakan bahwa pentingnya retorika adalah sebagai metode pendidikan dalam rangka mencapai kedudukan dalam pemerintahan dan dalam rangka upaya mempengaruhi rakyat.

Puncak peranan retorika sebagai ilmu pernyataan antar manusia ditandai oleh munculnya Demosthenes dan Aristoteles dua orang pakar yang teorinya hingga kini masih dijadikan bahan kuliah di berbagai perguruan tinggi.

Menurut Plato, retorika adalah seni para retorikan untuk menenangkan jiwa pendengar. Menurut Aristoteles, retorika adalah kemampuan retorikan untuk mengemukakan suatu kasus tertentu secara menyeluruh melalui persuasi.

Dari simpulan diatas, retorika didefinisikan sebagai seni membangun argumentasi dan seni berbicara (the art of constructing arguments and speechmaking). Dalam perkembangannya retorika juga mencakup proses untuk “menyesuaikan ide dengan orang dan menyesuaikan orang dengan ide melalui berbagai macam pesan”.

Retorika berasal dari bahasa Yunani ῥήτωρ, rhêtôr, orator, teacher adalah sebuah

teknik pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui

karakter pembicara, emosional atau argumen (logo), awalnya Aristoteles mencetuskan

dalam sebuah dialog sebelum The Rhetoric dengan judul 'Grullos' atau Plato menulis

dalam Gorgias, secara umum ialah seni manipulatif atau teknik persuasi politik yang

bersifat transaksional dengan menggunakan lambang untuk mengidentifikasi

pembicara dengan pendengar melalui pidato, persuader dan yang dipersuasi saling

bekerja sama dalam merumuskan nilai, keprcayaan dan pengharapan mereka. Ini yang

dikatakan Kenneth Burke (1969) sebagai konsubstansialitas dengan penggunaan

media oral atau tertulis, bagaimanapun, definisi dari retorika telah berkembang jauh

sejak retorika naik sebagai bahan studi di universitas. Dengan ini, ada perbedaan

antara retorika klasik (dengan definisi yang sudah disebutkan di atas) dan praktik

kontemporer dari retorika yang termasuk analisa atas teks tertulis dan visual.

Dalam buku Theories of Human Communication karangan Little John, dikatakan

bahwa studi retorika sesungguhnya adalah bagian dari disiplin ilmu

komunikasi. Mengapa? karena di dalam retorika terdapat penggunaan simbol-simbol

yang dilakukan oleh manusia. Karena itu Retorika berhubungan erat dengan

komunikasi Persuasi. Sehingga dikatakan retorika adalah suatu seni dari

Page 7: Makalah sejarah retorika

4

mengkonstruksikan argumen dan pembuatan pidato. Little John mengatakan re torika

adalah ” adjusting ideas to people and people to ideas” (Little John, 2004,p.50) Selanjutnya dikatakan bahwa Retorika adalah seni untuk berbicara baik, yang

dipergunakan dalam pros s komunikasi antarmanusia (Hendrikus, 1991,p.14)

Sedangkan oleh sejarawan dan negarawan George Kennedy mendefinisikan re torika

sebagai …” the energy inherent in emotion and thought, transmitted through a system of

signs, including language to other to influence their decisions or actions” (dikutip dalam

Puspa, 2005:p.10) atau kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Retorika

adalah…”suatu energi yang inheren dengan emosi dan pemikiran, yang dipancarkan

melalui sebuah sistem dari tanda-tanda, termasuk didalamnya bahsa yang ditujukan

pada orang lain untuk mempengaruhi pendapat mereka atau aksi mereka”

2.2 Sejarah Retorika

2.2.1 Retorika Pra-Yunani

Bak rantai yang tidak terputus, peradaban-peradaban yang ada di muka bumi ini tidak

memulai keberadaannya, dengan segala aspek yang dibawa, tanpa pengaruh

peradaban sebelumnya. Begitu pun dalam aspek ilmu pengetahuan, kecanggihan

teknologi informasi dan transportasi Amerika Serikat saat ini, misalnya, adalah buah

pengembangan dasar-dasar teknologi dalam bingkai ilmu matematika pada zaman

Yunani Kuno. Ilmu matematika pun pada hakikatnya tidak mungkin dapat dikonsumsi,

apalagi dikembangkan, jika tidak dihidupkan kembali oleh peradaban selanjutnya di

Asia Barat. Disanalah matematika mulai bertransformasi menjadi pengetahuan

modern. Angka nol pertama kali diperkenalkan, rumus trigonometri ditemukan, bahkan matematika telah memiliki cabang tersendiri yakni al-jabar. Berpangkal dari pengembangan itu semua akhirnya membuahkan penemuan komputer, dan sekarang peneman itu berimbas pada zaman e-technology.

Dalam kaitannya dengan retorika. Ilmu pengetahuan yang major area-nya

kemampuan manusia dalam berkomunikasi ini tidak bersifat statis. Dinamisme ilmu

ini bisa kita melalui perkembangannya dari zaman ke zaman lainnya. Dari masa

dimana retorika hanya merupakan kebiasaan manusia hingga masa yang menjadikan

retorika disiplin ilmu dengan berbagai teori dan definisi.

Orang-orang Mesopotamia, yang konon peradabannya dijuluki the cradle of

civilization, sebagaimana masyarakat Mesir Kuno dan Assyria, yang datang setelahnya,

mengasah kemampuan retorika mereka dengan tujuan-tujuan ritual keagamaan .

Ritual keagamaan seperti upacara pengorbanan, permohonan surut Nil

berkepanjangan, memperingati yaumu-l-hashaad atau hari bersemi, dan sebagainya

memang membutuhkan kepiawaian tokoh atau pemimpin adat dalam menyampaikan

pesan dan harapan-harapan masyarakat adat pada Dewa di depan publik.

Page 8: Makalah sejarah retorika

5

2.2.2 Retorika Pada Zaman Yunani

Melalui bukunya, Retorika Modern, Jalaluddin Rahmat berpendapat bahwa uraian

sistematis retorika diletakan pertama kali oleh orang Syracuse, sebuah koloni Yunani

yang berada di bawah pimpinan para tiran. Keadaan di bawah tekanan para tiran

inilah yang mengharuskan rakyat Syracuse pandai beretorika demi mempertahankan

hak-hak mereka yang diabaikan penguasa.

Kemudian munculah seseorang di antara mereka yang bernama Corax. Konon,

Corax pernah menggubah sebuah makalah mengenai Retorika yang ia beri judul

Techne Logon. Para ahli berkeyakinan bahwa makalah Corax ini berisikan tentang

teori kemungkinan dalam bersilat lidah.

Di samping itu, Corax telah meletakan dasar-dasar organisasi pesan. Ia membagi

pidato pada lima bagian: pembukaan, uraian, argumen, penjelasan tambahan, dan

kesimpulan. Dari sini, para ahli retorika kelak mengembangkan organisasi pidato.

Di belahan lain kerajaan Yunani, masih pada abad yang sama, terlahir pula tokoh

yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan Retorika. Ia bernama Empedocles.

Ia pernah berguru pada filosof masyhur, Phytagoras, dan tulisannya The Nature of

Things kelas membawanya menjadi terkenal. Sebagai mistikus, filosof, politisi, dan

orator, Empedocles memiliki kepribadian yang lengkap. Distribusi akbar politisi anti

aristokrasi tersebut dalam pengembangan retorika adalah kepiawaiannya

mengajarkan prinsip-prinsip retorika yang kelak dijual Gorgias kepada penduduk Athena.

Selain Corax dan Empedocles, masih banyak tokoh-tokoh lain yang memerankan

peranan penting dalam pengembangan Retorika pada zaman Yunani Kuno. Jumlah

tokoh yang banyak itu tak bisa dilepaskan dari citra dan pandangan yang melekat pada

retorika itu sendiri. Konon, Retorika dipandang sebagai keahlian kaum ningrat saja.

Tidak semua mampu, atau bahkan boleh, mempelajari Retorika. Dan negara sendiri

memfasilitasi para jago orasi sebuah match even yang bergengsi laiknya perlombaan

olah raga tingkat dunia.

Diantara tokoh-tokoh yang banyak, yang penulis kategorikan sebagai the most

important setelah Corax dan Empedocles, itu adalah Protagoras, Demosthenes,

Isocrates, Plato, dan muridnya, Aristotles. Protagoras, yang juga anggota kelompok

sophistai –sejarawan menyebutnya sophis berjasa mengembangkan retorika dan

memopulerkannya. Retorika, bagi mereka bukan hanya ilmu pidato, tetapi meliputi

pengetahuan sastra, gramatika, dan logika. Mereka tahu bahwa rasio tidak cukup

untuk meyakinkan orang. Mereka juga mengajarkan teknik memanipulasi ekonomi yang dikenal dengan hypocrisis. Malalui teknik inilah orator menyapa para pendengar langsung ke lubuk hati mereka yang paing dalam. Berkat kegigihan protagoras dan kawan-kawannya yang tergolong dalam kaum sophislah bermunculan jago-jago pidato pada berbagai area seperti olipmiade, gedung perwakilan, dan pengadilan.

Page 9: Makalah sejarah retorika

6

Demosthenes dan Isocrates –di balik perbedaan keduanya yang cukup

fundamental- adalah produk kaum sophis yang bekerja all-out dalam

memasyarakatkan Retorika. Demosthenes dikenal sebagai orator yang memiliki gaya

bicara yang tidak berbunga-bunga, tetapi jelas dan keras. Ia pandai dalam

menggabungkan narasi dan argumentasi, ekspresionis ulung, lantang, dan memiliki

cara yang unik dalam berlatih. Yakni menyendiri di dalam gua buatannya secara

konsisten. Pada zamannya, tak satupun menyangsikan patriotisme Demosthenes

kecuali Aeschines. Perselisihan pun tak dapat dihindarkan pada acara pengannugrahan

demosthenes penghargaan. Perdebatan terjadi antara ia dengan Aeschines yang

akhirnya dimenangkan demosthenes.

Adapun Isocrates, ia dikenal sebagai tokoh yang mengangkat citra retorika sebagai

ilmu yang terbatas. Keterbatasan inilah yang akhirnya membuat Retorika menjadi

ilmunya kaum berada saja. Namun, dibalik langkahnya yang kulang populer itu, Ia

telah mendirikan sekolah retorika yang paling berhasil tahun 391 SM. Ia mendidik

muridnya menggunakan kata-kata dalam susunan yang jernih tetapi tidak berlebih-

lebihan, dalam rentetan anak kalimat yang seimbang dengan pergeseran suara dan

gagasan yang lancar. Karena ia tidak mempunyai suara yang baik dan keberanian

untuk tampil, ia hanya menuliskan pidatonya. Ia menulis risalah-risalah pendek dan

menyebarkannya. Sampai sekarang risalah-risalah ini dianggap warisan prosa Yunani

yang menakjubkan. Gaya bahasa Isocrates telah mengilhami tokoh-tokoh retorika

sepanjang zaman:

Cicero, Milton, Massillon, Jeremy Taylor, dan Edmund Burke.

Dua tokoh yang penulis sebutkan terakhir, Plato dan Aristotles, boleh jadi gambaran

air mata guru mereka Socrates. Socrates yang amat kecewa atas matrealisme kaum

sophis yang menjadikannya bagian dari kaum termarginalkan. Ia mengkritik kaum

sophis sebagai para prostitut. Prostitut dalam artian orang yang menjual

kebijaksanaan dengan uang. Plato, sebagai refleksi atas apa yang telah menimpa

gurunya, mengategorikan kebenaran menjadi kebenaran relatif yang didapat dalam

sophisme, dan kebenaran sejati yang manusia temukan dalam filsafat. Sedangkan langkah progresif Aristotles terhadap perkembangan retorika adalah kontribusi ilmiah beliau dalam De Arte Rhetorica yang daripadanya kita mengenal Lima Hukum Retorika : inventio, dispositio, elocutio, memoria, pronuntiatio.

2.2.3 Retorika Zaman Romawi

Pada zaman Romawi, Retorika sempat mengalami gejala statis. Tidak banyak

kemajuan yang berarti tercipta, pasca De Arte Rhetorica, dua ratus tahun sebelumnya,

digubah oleh Aristotles.

Rupanya hal ini mengindikasikan akan kuat dan komprehensifnya pembahasan yang

Page 10: Makalah sejarah retorika

7

tertuang di dalam masterpiece murid kesayangan Plato tersebut.

Adapun pustaka mengenai retorika yang muncul pada zaman romawi diantaranya Ad

Herrenium yang ditulis dalam bahasa Latin. Namun, cakupan buku ini terlalu

sederhana untuk kemudian bisa menjadikannya karya fenomenal. Ad Herrenium

hanya berbicara tentang warisan retorika gaya Yunani. Dan itupun lebih menekankan

aspek praktisnya saja.

Kendati demikian, pada zaman ini banyak terlahir orator-orator ulung seperti

Antonius, Crassus, Rufus, Hortensius, dan Cicero. Yang terakhir inilah yang sepertinya

merupakan best of the best dari sekian orator yang hidup pada zaman Romawi.

Sampai-sampai Kaisar Roma pun memuji Cicero, "Anda telah menemukan semua

khazanah retorika, dan Andalah orang pertama yang menggunakan semuanya. Anda

telah memperoleh kemenangan yang lebih disukai dari kemenangan para jenderal.

Karena sesungguhnya lebih agung memperluas batas-batas kecerdasan manusia

daripada memperluas batas-batas kerajaan Romawi".

Will Durant mendeskripsikan keunikan Cicero bahwa ia menyajikan orasinya secara

bergelora, ia juga menggunakan humor dan anekdot, selain itu ia lihai menyentuh

perasaan pendengar, terampil dalam mengalihkan perhatian, tak jarang

memberondong pertanyaan retoris yang sulit dijawab, dan pandai menyederhanakan

materi yang sulit.

Statisnya perkembangan retorika di zaman Romawi akhirnya dapat dirobohkan

setelah Quintillianus mendirikan sekolah retorika. Sebagaimana singa podium lainnya,

barang tentu Quintillianus memiliki perspektif sendiri tentang apa itu retorika? dan

apa-apa sajakah yang seyogyanya dimiliki oleh seorang orator? Secara singkat, berikut

adalah jawaban dari pertanyaan tersebut. Quintillianus mendefinisikan retorika

sebagai ilmu berbicara yang baik. Siapa-siapa yang ingin mendalami retorika haruslah

dari besar dalam keluarga yang terdidik dan pendidikan orator pun harus dimulai

sedini mugkin, kalau bukan sebelum ia terlahir. Dan calon orator harus dibekali musik,

gimnastik, sastra, sains, filosofi, dan gemar baca-tulis, yang kesemuanya itu akan

mengantarkannya menjadi manusia yang mendekati sempurna.

2.2.4 Retorika Abad Pertengahan dan Zaman Daulat Islamiah

Tak satupun manusia menyangsikan bahwa ilmu pengetahuan, termasuk di dalamnya

Retorika, mengalami pembungkaman umum pada medieval ages di Eropa yang selalu

diidentikan dengan doktrin sakral gereja. Hal ini menjadi amat masuk akal, jika kita

menilik pada syarat tumbuh kembangnya Retorika, yakni miliu demokratis yang

membebaskan setiap individu seluas-luasnya untuk berkarya. Maka, dengan hilangnya

miliu demokratis ini, mandul pulalah perkembangan Retorika yang pada saat

bersamaan dianggap kesenian jahiliyah.

Doktrin gereja yang membutakan manusia akan kebenaran alam raya ini akhirnya

Page 11: Makalah sejarah retorika

8

membawa manusia pada era kegelapan. Di mana banyak ilmuwan yang menjadi

korban inkuisisi gereja atas ketidakklopan teori mereka dengan isi bible yang sakral.

Vakumlah, jika tidak mati, ilmu pengetahuan untuk sementara.

Seperti yang telah penulis singgung sebelumnya bahwa peradaban bak rantai yang

saling bertautan yang saling menyambung satu dan lainnya. Pada saat-saat kegelapan

membutakan Eropa. Geliat kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan bergulir

kembali ke daerah Asia Barat dan Afrika Utara. Di mana ketiga Abrahamic Faiths

muncul. Bergulirnya kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan ke sana tentu bukan

tanpa alasan. Dan alasan yang paling prinsipil adalah adanya kepemimpinan –boleh

jadi imamah, riasah, khilafah, ataupun imarah- yang baik.

Ihya’ atau penghidupan kembali ilmu-ilmu yang sempat mati suri akibat doktrin sesat

gereja terjadi di Timur pada zaman Daulat Abbasiyah dan mencapai puncaknya pada

masa khilafah Harun Al-Rasyid.Konon, Pada masanya hidup ahli-ahli bahasa terkenal

yang memelopori penyusunan tata bahasa, seni bahasa, dan nada sajak. Diantaranya

Khalaf Al Ahmar, Al Ashmai, Al Khalil Bin Ahmad Al Farahidi, Akhfasyi Al Akbar,

Akhfasy Al Awsath, Sibawaihi dan Al Kisai .

Menurut Imam Subakir Ahmad, MA, pakar peradaban Islam, founding fathers Daulat

Islamiyah–As Safah, Al Mansur, dan Al Mahdi- adalah pakar pidato. Dan pidato pada

saat itu digunakan berbagai kesempatan seperti upacara kenegaraan, penerimaan

duta, pembagian harta rampasan perang, ritual keagamaan, bebagai peringatan dan

perkumpulan. Seiring dengan jumlah ilmuwan, pakar, ahli bahasa, dan ulama yang

sangat besar, banyak pula hasil temuan ilmiah maupun hasil terjemahan buku-buku

berbahasa Yunani ke dalam Bahasa Persia maupun Arab. Hal ini didukung oleh

apresiasi luar biasa yang diberikan oleh seorang khalifah terhadap ilmuwan yang

berhasil menulis maupun menerjemahkan buku. Konon, khalifah memberikan imbalan

mas sepadan dengan berat buku yang berhasil digubah .

Diantara kemajuan ilmu pengetahuan tersebut, Retorika memiliki posisi yang lebih

daripada ilmu pengetahuan lainnya. Hal ini karena khitobah atau retorika dalam

tradisi keilmuwan Islam didasari oleh banyak sekali disiplin ilmu seperti As Sharf, An

Nahwu, Al Ma’ani, Al Bayan, Al Balaghah, Qardul Syiri, dan sebagainya, yang

kesemuanya itu merujuk pada Al-Qur’anul Karim. Bahkan Islam sendiri dibawa oleh

Nabi yang sangat fasih dalam berbahasa Arab . Begitu pun dengan pengganti-

penggantinya –Abu Bakr, Umar Bin Khattab, Ustman Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib-

yang keseluruhannya piawai dalam berorasi. Tidak sedikit pidato-pidato mereka yang

terdokumentasikan dengan begitu apiknya, sehingga kita yang hidup pada abad ke -21

ini pun masih bisa menikmati keindahan kata, keagungan makna, dan kekuatan

semangat yang mereka miliki melalui arsip pidatonya itu. Pada kenyataannya, pidato

merupakan instrumen yang sangat menentukan perjalanan sejarah manusia. Tak

sedikit peperangan yang dimenangkan oleh pihak yang secara kuantitas tidak sepadan

dengan jumlah pasukan musuhnya hanya karena pemimpin yang berhasil memompa

Page 12: Makalah sejarah retorika

9

adrenalin sekaligus membakar semangat jiwa dan raga pasukannya itu. Kita tentu akan

diingatkan dengan aksi Thariq bin Jiyad yang membakar seluruh kapal dan perahu

pasukannya sesampainya mereka ke Andalus seraya berkata: “Kita ke sini bukan untuk

kembali.....” Dan kemenanganlah akhirnya yang mereka tuai .

Berikut adalah karakteristik pidato pada Era Abbasiah:

1. Pidato itu mengalir pada alur berbingkai agama

2. Adakalanya pidato sangat bernuansa politis seperti rayuan pada sultan dan

sebagainya

3. Memiliki kekuatan dalam menyentuh kalbu dan memancing tangis pendengar

4. Kata yang digunakan benar-benar apik, perumpamaan yang mudah dipahami, dan

kalimat yang penuh arti

5. Dimulai dengan hamdalah dan pujian untuk Allah

6. Keutamaan dalam penggunaan ushlub atau struktur kalimat Qurani

7. Adakalanya orator berbicara dengan ijaz (Arab. Penyederhanaan kalimat) atau

dengan Ishab (pemanjangan kalimat)

8. Sesuai dengan tradisi yang berlaku, orator biasanya menggunakan penutup

kepala,memakai sorban, dan memegang tongkat –sebagaimana yang kita lihat pada

khutbah jumat di beberapa masjid- sembari berdiri .

2.2.5 Retorika Modern

Seperti halnya filsafat, bahkan ajaran agama yang terbagi ke dalam beberapa school of

thought, retorika pun pada perkembangannya pada sekitar abad ke-19 sampai 20

terpecah ke dalam sejumlah aliran yang diusung oleh pakar retorika pada zamannya.

Berikut adalah beberapa aliran retorika, karakteristiknya, dan tokoh yang

memperkenalkannya. Yang pertama adalah aliran epistemologis, aliran ini

menekankan proses psikologi dalam retorika. Beberapa tokoh yang berhaluan aliran

ini adalah George Campbell dan Richard Whately. Baik Campbell maupun Whately

menekankan pentingnya menelaah proses berfikir khalayak.

Aliran kedua bernama belles lettres disingkat belletris (Prancis. tulisan yang indah).

Retorika belletris sangat mengutamakan keindahan bahasa, segi-segi estetis pesan,

kadang-kadang dengan mengabaikan segi informatifnya. Tokohnya yang paling

terkenal adalah Hugh Blair yang memperkenalkan fakultas citarasa (taste), yaitu

kemampuan untuk memperoleh kenikmatan dari pertemuan dengan apa pun yang

indah.

Sedangkan aliran ketiga –berbeda dengan kedua aliran sebelumnya yang lebih

menekankan aspek persiapan pidato- lebih mengetengahkan teknik penyampaian

pidato. Aliran ini bernama gerakan elokusionis. Diantara tokoh-tokohnya yang paling

Page 13: Makalah sejarah retorika

10

masyhur adalah Gilbert Austin dan James Burgh. Burgh, dalam hal ini, pernah

menjelaskan tentang 71 emosi dan cara menyampaikannya. Karena aliran yang

terakhir ini lebih berfokus pada aspek artifisial saja, dampaknya orator jadi terkesan

tidak bicara secara spontan namun dibuat-buat. Pada abad ke-20, retorika mengambil

manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan modern khususnya ilmu-ilmu perilaku

seperti psikologi dan sosiologi. Istilah retorika pun mulai digeser oleh speech, speech

communication, atau oral communication, atau public speaking. Pakar retorika yang

mencuat pada abad ini adalah James A. Winans, Charles Henry Woolbert, William

Noorwood Brigance, Alan H. Moonroe, dan Dr. Charles Hurst.

2.3 Perkembangan dan Prinsip Dasar Retorika

2.3.1 Perkembangan Retorika

Retorika mulai dikenal pada tahun 465 SM, ketika Corax menulis makalah bejudul

Techne Lagon (Seni kata-kata). Pada waktu itu seni berbicara atau llmu berbicara

hanya digunakan untuk membela diri dan mempengaruhi orang lain. Membela diri di

pengadilan ketika orang lain mengambil tanah atau mengakui tanahnya karena waktu

itu belum ada sertifikat tanah. Membela diri ketika seseorang, katakanlah orang kaya

raya dituduh mengorbankan kehormatannya dengan hanya mencari setandan pisang

di kebun dan sebagainya.

Singkat retorika atau ilmu komunikasi pada waktu itu hanya digunakan untuk

membela diri yang berhubungan dengan kepentingan sesaat dan praktis.

Sementara untuk mempengaruhi orang lain, menurut Aristoteles ada 3 cara yaitu :

1. Harus sanggup menunjukkan kepada khalayak bahwa kita memiliki

pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya dan status yang

terhormat yang disebut “ethos”

2. Harus dapat menyentuh hati khalayak, perasaan, emosi, harapan, kebencian

dan kasih sayang yang disebut “phatos”

3. Meyakinkan khalayak dengan bukti yang kelihatan, yang disebur “logos”

Dari sejarah singkat perkembangan retorika atau ilmu komunikasi klasik yang patut

kita catat yakni mengenai tahap penyusunan pidato karya Aristoteles yang sampai

sekarang masih terus dipakai, adalah penentuan tema, penyusunan, gaya, memori dan

penyampaian.

Page 14: Makalah sejarah retorika

11

2.3.2 Prinsip-Prinsip Dasar Retorika

Retorika atau ilmu komunikasi adalah cra pemakaian bahasa sebagai seni yang

didasarkan pada suatu pengetahuan atau metode y ang teratur atau baik. Berpidato,

ceramah, khutbah juga termasuk kajian retorika. Cara-cara mempergunakan bahasa

dalam bentuk retorika seperti pidato tidak hanya mencakup aspek-aspek kebahasaan

saja tetapi juga mencakup aspek-aspek lain yang berupa penyusunan masalah yang

digarap dalam suatu susunan yang teratur dan logis adanya fakta-fakta yang

meyakinkan mengenai kebenaran masalah itu untuk menunjang pendirian pembicara.

Oleh karena itu suatu bentuk komunikasi yang ingin disampaikan secara efektif dan

efisien akan lebih ditekankan pada kemampuan berbahasa secara lisan. Suatu

komunikasi akan tetap bertitik tolak dari beberapa macam prinsip.

Prinsip-prinsip dasar itu adalah sebagai berikut :

1. Penguasaan secara aktif sejumlah besar kosakata bahasa yang dikuasainya.

Semakin besar jumlah kosa kata yang dikuasai secara aktif semakin besar

kemampuan memilih kata-kata yang tepat dan sesuai untuk menyampaikan

pikiran

2. Penguasaan secara aktif kaidah-kaidah ketatabahasaan yang memungkinkan

pembicara menggunakan bermacam-macam bentuk kata dengan nuansa dan

konotasi yang berbeda-beda.

3. Mengenal dan menguasai bermacam-macam gaya bahasa dan mampu

menciptakan gaya yang hidup dan baru untuk lebih menarik perhtian pendengar

dan lebih memudahkan penyampaian pikiran pembicara.

4. Memiliki kemampuan penalaran yang baik sehingga pikiran pembicara dapat

disajikan dalam suatu urutan yang teratur dan logis.

Urgensi Ilmu Komunikasi atau Retorika Bagi Calon Pemimpin

Setiap calon selain ia harus berwawasan luas juga dituntut harus mempunyai

keterampilan berkomunikasi atau berbicara. Keterampilan tersebut dapat diperoleh

melalui latihan yang sistematis, terarah dan berkesinambungan. Tanpa latihan,

kepasihan berbicara atau pidato tidak dapat tercapai. Disamping itu, calon pemimpin

juga harus mengetahui ciri-ciri pembicara yang ideal.Pengetahuan tentang ciri-ciri

pembicara yang baik sangat bermangaat bagi mereka yang sudah tergolong pembicara

yang kurang baik dan bagi pembicara dalam tarap belajar. Bagi golongan pertama,

pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai landasan mempertahankan,

menyempurnakan atau mengembangkan keterampilan berbicara atau pidato yang

sudah dimilikinya. Bagi golongan kedua yakni calon pemimpin. Hal itu sangat baik

dipahami dan dipalikasikan sehingga dapat menghilangkan kebiasaan buruk yang

selama ini mungkin dilakukan secara tidak sadar.

Page 15: Makalah sejarah retorika

12

2.4 Konsep Teori Retorika

Teori retrorika adalah sebuah teknik pembujuk rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional atau argumen. Dalam kegiatan bertutur yang dilakukan orang dalam kehidupan bersama, bermasyarakat dan berbudaya, orang selalu terlibat dengan masalah-masalah retorika. Setiap orang memanfaatkan retorik ini menurut kemampuannya masing-masing. Ada yang memanfaatkannya secara spontan atau yang sudah ditata, ada yang mengikuti cara-cara pemanfaatan yang sudah menjadi tradisi dan ada pula yang memanfaatkannya dengan penuh perhitungan atau secara terencana.

Retorika memainkan peranan yang sangat penting dalam setiap kegiatan bertutur. Dikatakan demikian karena Retorik di satu pihak memberikan gambaran pemahaman yang lebih baik tentang manusia dalam hubungannya dengan kegiatan bertuturnya, sedangkan di pihak lain retorik membimbing orang membuat tuturnya lebih gamblang, lebih memikat dan lebih meyakinkan.

Page 16: Makalah sejarah retorika

13

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan memperhatikan pengertian retorika berdasarkan sejarah dan adanya keliru gagas tentang retorika di atas, konsep dasar retorika dapat dirumuskan sesuai dengan hakikatnya. Perumusan pengertian retorika harus memperhatikan hal-hal berikut:

3.1.1 Retorika adalah salah satu cabang ilmu,

Retorika dipandang sebagai ilmu karena telah memiliki syarat-syarat keilmuan (selanjutnya akan dibahas tersendiri)

3.1.2 Retorika memiliki tujuan yang luhur Tujuan luhur retorika adalah membina saling pengertian, kerja sama, dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat. Tujuan luhur tersebut akan tercapai apabila diawali dengan beberapa kegiatan pendahuluan yaitu : 1. meyakinkan mitra tutur dengan ragam bahasa terteentu, 2. menggunakan seperangkat ulasan, dan 3. menggunakan gaya penampilan tutur. Untuk melaksanakan kegiatan

tersebut.

3.1.3 Retorika berfungsi memberi bimbingan dalam mempersiapkan, menata, dan menampilkan tutur

Sebenarnya kegiatan bertutur adalah kegiatan yang rumit yang memrlukan usaha yang sungguh-sungguh agar mitra tutur dapat menerima gagasan yang disampaikan oleh penutur. Proses yang ditempuh untuk sampai pada tuturan yang baik adalah persiapan, penataan, dan penampilan.

Berdasarkan rangkaian uraian di atas, terumus pengertian dasar retorika,

retorika adalah ilmu yang mengajarkan cara bertutur yang efektif untuk

terwujudnya saling pengertian, kerja sama, dan kedamaian dalam kehidupan

bermasyarakat. Untuk mencapai keefektifan itu, retorika mengajarkan proses

bertutur mulai persiapan tutur, penataan tutur, dan penampilan tutur.

3.2 Saran

Setelah menguraikan berbagai macam penjelasan tentang Retorika yang telah diambil dari berbagai literature referensi, diharapkan makalah ini mampu menjadi acuan bagi mahasiswa agar mampu mengenal, memahami. Selain itu, diharapkan dengan makalah ini Mahasiswa mengetahui defenisi dari retorika, dan apakah retorika bisa dipelajari, pembagian retorika serta mampaat mempelajari retorika.

Dengan mempelajari retorika maka kita akan lebih mampu membina sifat saling pengertian serta menumbuhkan kedamaian bermasyarakat melalui keahlian bertutur kata.

Page 17: Makalah sejarah retorika

DAFTAR PUSTAKA

Rakhmat, Jalaluddin. 2006. Retorika Modern Pendekatan Praktis. (Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosda Karya)

Hendrikus, Dori Wuwur.1991, Retorika (Yogyakarta : Kansius)

Effendy, Onong Uchjara. 2005, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung Remaja Rosda karya)