potensi zakat pertanian di desa bissoloro …
TRANSCRIPT
POTENSI ZAKAT PERTANIAN DI DESA BISSOLORO
KECAMATAN BUNGAYA KABUPATEN GOWA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Hukum Jurusan Hukum Ekonomi Syariah
Pada Fakultas Syariah Dan Hukum
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
KURNIATI
NIM: 11000117008
Fakultas Syariah Dan Hukum
UIN Alauddin Makassar
2021
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Kurniati
Nim : 11000117008
Tempat/Tgl Lahir : Bissoloro, 10 Februari 1998
Jurusan/Prodi/Konsentrasi : Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas : Syariah dan Hukum
Alamat : Bissoloro
Judul : Potensi Zakat Pertanian di Desa Bissoloro
Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran, bahwa skripsi
ini benar merupakan hasil karya sendiri. Ketika di kemudian hari terbukti bahwa
skripsi itu adalah duplikat, tiruan, plagiat, dan dibuat oleh orang lain, sebagian
atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi
hukum.
Bissoloro, 2 maret 2021
Penyusun
KURNIATI
NIM: 11000117008
ii
i
ii
KATA PENGANTAR
Tiada ucapan yang patut dan pantas diucapkan kecuali ucapan tahmid dan
tasyakir atas kehadirat Allah Swt. Atas terealisasinya skripsi yang berjudul
“(Potensi Zakat Pertanian Di Desa Bissoloro Kecamatan Bungaya
Kabupaten Gowa)”, karena dia-lah sumber kenikmatan dan sumber kebahagiaan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammag
Saw yang telah menyebarkan permadani-permadani Islam, serta mampu kita
jadikan tauladan, beliaulah yang telah menunjukkan kebenaran kepada umat
manusia.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana strata satu (S1) pada jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Alauddin Makassar. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis
menyadari bahwa berhasilnya penulis dalam perkuliahan dan juga dalam
menyelesaikan skripsi ini adalah berkat ketekunan dan bimbingan serta bantuan
dari berbagai pihak.
Maka dari itu dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof Drs. Hamdan Juhanis, M.A., Ph.D Sebagai Rektor, Prof. Dr. mardan,
M.Ag Sebagai wakil Rektor I ( Bidang Akademik Pengembangan Lembaga),
Dr. Wahyudin, M.Ag Sebagai Wakil Rektor II (Bidang Adm. Umum dan
Perencanaan Keuangan), Prof. Dr. Darussalam, M.Ag Sebagai Wakil Rektor
III (Bidang Kemahasiswaan), serta seluruh staf Alauddin Makassar beserta
jajarannya yang telah berusaha mengembangkan dan menjadikan kampus
iii
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar menjadi kampus yang
bernuansa Islam, mulia, berbudi pekerti luhur, dan beriptek.
2. Bapak Dr. H. Muammar Muhammad Bakry, Lc., M. Ag, selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
3. Bapak Ashar Sinilelel, SH., MH dan Bapak Muhammad Anis S.Ag. M.H
masing-masing selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Hukum Ekonomi Syariah
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
4. Bapak Dr. Alimuddin M. Ag dan Bapak Dr. H. Muammar Muhammad Bakry,
Lc., M. Ag, masing-masing selaku pembimbing I dan II yang senantiasa
memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam penyelesaian penulisan
skripsi ini.
5. Bapak Dr. Nur Taufiq Sanusi. M.Ag dan Bapak Muhammad Anis S.Ag. M.H
masing-masing selaku penguji I dan II yang memberikan kritik, saran serta
motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan staf Akademik Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Alauddin Makassar.
7. Ayahanda Raja dan Ibunda Sanniati sebagai salah satu wujud cinta dan terima
kasih penulis atas segala pengorbann dalam mengasuh, mendidik dan
membiayai penulis dengan penuh rasa kasih sayang serta senantiasa
mendoakan kesehatan dan keberhasilan penulis.
8. Seluruh keluarga besarku yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan
demi kelancaran studi.
9. Terim kasih kepada sepupu dan keponakan yang selalu mendukung penulis
Hendra, Nursani, Risnawati, Desi Ratna Sari, Nurfadillah, Muh. Akmal,
Nurantika Awaliyah, Muh Aidil, dan Muh Rifal.
iv
10. Terima kasih kepada masyarakat Desa Bissoloro Kecamatan Bungaya
Kabupaten Gowa yang telah membantu penyusun dalam memperoleh data
penelitian.
11. Sahabat-sahabatku terkasih dan tersayang Nurfadillah, Nur Indah Pertiwi,
Putri Ayu Lestari, Ramliana, Sitti Ainun, Nur azmid, Aviva R Scholten,
winda dan Karmila yang telah memberikan semangat dan dukungan serta
motivasi kepada penyusun.
12. Teman-teman seperjuangan Hes A 2017 dan Hes B Nurfadillah, Nur Indah
Pertiwi, Naura Aatifah, Nurlina, Dia maya sari, Siti Aminah, Nur Hasyrah,
Firna Ummi Kalsum, Yuni Nurdia Kurniati, Nurul Aulia Nasir, A. Tenri
Waru, Rosmiyati, Julianti, Megawati, Hesti, Fitra Maulidiyah, Mutmainna, A,
Amalia Nizham, Nurul Annisa, nurul Islamia, Nurrahma Alawiyah, Sri
Wulandari, Mardianto, Ambo Sagena, Muh Ghaly Nugraha, Baharuddin,
Yulis Maulana, Bayu Saputra, Feri Abdan, Alif Muhaimin, Ikhlasul Amal
Rais, Arqam Azikin, Arsyi Afdali, Muh Ahmad NurFauzan, Kadaruddin,
Muh solihin, Aldiansyah Amar, Ashari Manda, dan teman yang lain yang
tidak sempat disebutkan namanya, terima kasih telah memberikan saran dan
semangat kepada penyusun selama ini.
13. Teman-teman KKN Angkatan 65 wilayah Gowa 3 Desa Bissoloro yang
pernah menjadi teman suka duka selama 45 Hari.
14. Terima kasih kepada segenap orang-orang yang telah mengambil bagian
dalam penyelesaian skrispsi ini namun tidak sempat dituliskan namanya.
Terima kasih sebesar-besarnya, jerih payah kalian sangat berarti bagi penulis.
Demikian yang dapat penyusun sampaikan, besar harapan penulis skripsi ini
dapat bermanfaat. Mohon maaf apabila dalam penulisan ini terdapat banyak
v
ketidak sempurnaan. Olehnya, penyusun menerima kritik dan saran pembaca
sebagai acuan penulis agar lebih baik lagi di penulisan selanjutnya.
Wassalamu Alaikum Wr.Wb.
Samata, 18 Juni 2021
Penyusun
KURNIATI
vi
DAFTAR ISI
Judul ................................................................................................................. i
Pernyataan Keaslian Skripsi ............................................................................ ii
Kata Pengantar ................................................................................................iii
Baftar Isi ......................................................................................................... vii
Pedoman Transliterasi ..................................................................................... ix
Abstrak ........................................................................................................... xiv
Bab I Pendahuluan .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus .................................................... 7
C. Rumusan Masalah .................................................................................... 7
D. Kajian Pustaka Terdahulu ........................................................................ 8
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 12
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 12
Bab II Tinjauan Teoritis ................................................................................. 13
A. Pengertian Zakat Pertanian ..................................................................... 13
B. Landasan Hukum Zakat Perrtanian ......................................................... 16
C. Pandangan Ulama Tentang Zakat Pertanian ........................................... 17
D. Syarat-Syarat Harta Kekayaan Yang Wajib Terkena Zakat ................... 19
E. Syarat Zakat Pertanian ............................................................................ 20
F. Kriteria Yang Boleh Dan Tidak Boleh Menerima Zakat ........................ 22
G. Hasil-Hasil Pertanian Yang Wajib Zakat ................................................ 25
H. Nizab Dan Kadar Zakat Pertanian .......................................................... 26
I. Hikmah Dan Manfaat Zakat Pertanian.................................................... 27
Bab III Metodologi Penelitian ........................................................................ 30
A. Jenis Dan Lokasi Penelitian .................................................................... 30
vii
B. Pedoman Penelitian ................................................................................. 30
C. Sumber Data ............................................................................................ 31
D. Metode Pengumpalan Data ..................................................................... 31
E. Instrumen Penelitian ............................................................................... 32
F. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data ................................................... 32
Bab IV Pembahasan Dan Hasil Penelitian ..................................................... 34
A. Deskripsi Desa Bissoloro Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa ......... 34
B. Potensi Zakat Pertanian Di Desa Bissoloro Kecamatan Bungaya
Kabupaten Gowa ..................................................................................... 44
C. Pengelolaan Zakat Pertanian Di Desa Bissoloro .................................... 55
Bab V Penutup ............................................................................................... 60
A. Kesimpulan ............................................................................................. 60
B. Implikasi Penelitian ................................................................................ 61
Komposisi Bab ............................................................................................... 62
Daftar Pustaka ................................................................................................ 64
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Konsonan
Daftar huruf bahasa arab dan transliterasinya ke dalam huruf latin dapat
dilihat pada table berikut:
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا
Ba B Be ب
Ta T Te ت
Ṡa ث
Ṡ es (dengan titik
di atas)
Jim J Je ج
Ḥa ح
ḥ ha (dengan titik
di bawah)
Kha Kh ka dan ha خ
Dal د
D
De
Żal Ż ذzet (dengan titik
ix
di atas)
Ra R Er ر
Zai Z Zet ز
Sin S Es ش
Syin Sy es dan ye ش
Ṣad ص
ṣ es (dengan titik
di bawah)
Ḍad ض
ḍ de (dengan titik
di bawah)
ṭa ط
ṭ te (dengan titik
di bawah)
Ẓa ظ
Ẓ zet (dengan titik
di bawah)
ain„ ع
„ apostrof
terbalik
Gain G Ge غ
x
Fa F Ef ف
Qaf Q Qi ق
Kf K Ka ك
Lm L El ه
Mim M Em
Nun N En
Wau W We و
Ha H Ha ـ
Hamzah ' Apostrof ء
Ya Y Ye ى
Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi
tanda apapun jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka di tulis dengan tanda
(‟).
xi
B. Vocal
Vokal bahasa arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Vokal tunggal bahasa arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin Nama
fathah a a ا
ا kasrah i i
dammah u u ا
Vokal rangkap bahasa arab yang lambangnya berupa gabungan anatara
harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yatitu:
Tanda Nama Huruf latin Nama
ى
fathah dan ya ai a dan i
وfathah dan wau au a dan u
Contoh:
kaifa : ـل ـي ف
haula : ـ و ه
xii
C. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Harkat Dan
Huruf
Nama Huruf Dan
Harkat
Nama
ا....ى .....ا Fathah dan alif ā
a dan garis di
atas
Kasrah dn ya ى
ī
i dan garis di
atas
Dammah dan و
wau
ū
u dan garis
diatas
Contoh:
ي //<rama : ر
qi>la : ف ي و
ت و yamu>tu : ي
D.Ta’marbutah
Transliterasi untuk tā‟ marbutah ada dua, yaitu: tā‟ marbutah yang hidup atau
mendapat harkat fathah, kasrah, dan dammah, transliterasinya adalah (t).
Sedangkan tā‟ marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya
adalah (h).
Kalau pada kata yang beakhir dengan tā‟ marbutah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka tā‟
marbutah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
xiii
Contoh:
ل ة ا لف اض ين ة د al- hikmah :ا لم
raudah al-atfāl :ر و لأا ةـض ا فط ل
ة كم al-madinah al-fadilah :ا لح
xiii
ABSTRAK
Nama : Kurniati
Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah
Nim : 11000117008
Judul : Potensi Zakat Pertanian di Desa Bissoloro
Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa
Pokok masalah dalam skripsi adalah potensi zakat pertanian di Desa
Bissoloro Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa. Dengan dilatar belakangi
kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengeluarkan zakat mereka. pokok
masalah dalam penelitian, yaitu: (1) bagaiman potensi zakat pertanian di Desa
Bissoloro Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa?, (2) bagaimana pengelolaan
zakat pertanian di Desa Bissoloro Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa?
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif atau lapangan. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan yuridis
normatif dan sosiologis, selanjutnya sumber data primer yaitu: wawancara yang
dilakukan di Desa Bissoloro, dan sumber data sekunder yaitu bersumber dari
buku, skripsi, jurnal dan yang berkaitan dengan skripsi ini. Adapun metode
pengumpulan data yang dilakukan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Potensi zakat pertanian di Desa
Bissoloro sangat besar, terkhusus dalam pertanian padi dan jagung. Setiap panen
rata-rata masyarakat paling di bawah 30 karung atau 1.500 kg dan paling banyak
80 karung gabaha (padi). Sedangkan jagung berkisar antara 3 ton sampai 8 ton
dalam satu kali panen. Pengelolaan zakat di Desa Bissoloro Kecamatan Bungaya
Kabupaten Gowa, belum berjalan dengan baik. Masih ada masyarakat yang belum
mengeluarkan zakat, sebab kurangnya pemahaman tentang hukum zakat. Dalam
hal pengeluaran zakat di Desa Bissoloro, ada yang sudah sesuai syariat Islam dan
ada yang belum sesuai serta takaran zakat pertanian yang dikeluarkan, sesuai
dengan yang mereka inginkan atau dirasa cukup tanpa memikirkan bahwa ini
sudah sesuai dengan yang ditentukan dalam Islam. Berdasarkan Undang-undang
tentang pengelolaan zakat pada pasal 38, dijelaskan bahwa zakat harus dikelola
oleh lembaga yang resmiagar tidak terjadi kesinambungan sosial. Walaupun pihak
Kecamatan mengatakan akan membentuk kembali amil zakat yang lebh baik, akan
tetapi itu hanya di kecamatan. Namun hingga saat ini, di Desa Bissoloro sendiri,
belum ada lembaga khusus yang mengelola zakat seperti baznas/laz, akan tetapi
jal ini dapat dimulai dengan yang sederhana seperti pengoptimalan peran amil
zakat di masjid atau Imam Desa sebagai pengelola atau amil zakat yang sah
dikalangan masyarakat.
Kata kunci: Potensi Zakat, Zakat pertanian, Hasil Pertanian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penanganan kemiskinan dan pemerataan kekayaan melalui pengumpulan
dan pendayagunaan zakat, infak serta shadaqah secara maksimal perlu mendapat
perhatian yang serius. Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yang ketiga
adalah kewajiban setiap muslim yang berhak mengeluarkan sebagian dari
pendapatan atau hartanya sesuai dengan ketentuan agama Islam untuk diberikan
untuk berbagai kalangan masyarakat yang berhak menerimanya1. Banyak ayat
dalam al-qur‟an menerangkan zakat beriringan dengan ibadah wajib seperti shalat,
puasa, syahadat serta haji bagi orang yang mampu.2
Berbicara tentang zakat, dalam Islam zakat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu
zakat mal dan zakat fitrah. Zakat mal merupakan zakat yang dikeluarkan oleh
muzakki dalam bentuk barang atau benda sesuai kadar serta nishabnya.
Sedangkan zakat fitrah merupakan zakat yang dikeluarkan oleh muzakki dalam
bentuk bahan makanan pokok sesuai kadarnya.
Zakat sendiri telah diatur dengan jelas dan rinci di dalam al-qur‟an dan
sunnah yang membawa pada kemaslahatan serta kemanusian sesuai dengan
perkembangan umat manusia. Adapaun firman Allah swt dalam surah Al-Baqarah
ayat 43:
( ي م ع اىر ع ا و ع م ا ر و موة اج وا ا ىس ء و ة و وا ا ىصي ق ي أ (٣٢و
1 Abdul Syatar, “Transformatin Of Fiqh In The Forms Of Haji Dan Zakat Legislation”,
Jurnal Perbandingan Mazhab 1, No. 2 (2019): h. 121. 2 Ahmad Hudaifah, dkk., sinergi pengelolaan zakat di Indonesia, (Surabaya: scopindo
media pustaka, 2020), h. 2
2
Terjemahnya:
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku‟lah beserta
orang-orang yang rukuk”3
Ayat ini menunjukkan bahwa menunaikan zakat merupakan sebuah
perintah Allah yang wajib untuk dilaksanakan, dengan menunaikan zakat berarti
telah memenuhi salah satu rukun Islam. Adapun hadis yang berkaitan dengan
zakat, seperti sabda Rasulullah Saw, yaitu:
“Abu Hurairah berkata bahwa seorang dusun dating kepada Nabi Saw
lalu berkata, “tunjukkan kepadaku amal yang apabila saya amalkan, maka saya
akan masuk surga.” Beliau menjawab, “kamu menyembah Allah, tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, menunaikan zakat yang diwajibkan,
mendirikan shalat, dan berpuasa pada bulan suci ramadhan”. Ia berkata, “demi zat
yang diriku berada dalam genggamannya (kekuasaannya), saya tidak menambah
atas ini”. Ketika orang itu berpaling, Nabi Saw bersabda, “barangsiapa yang ingin
melihat seseorang dari penghuni surga, maka lihatlah orang ini”. (HR. Bukhari).
Hadis tersebut di atas memperjelas, zakat merupakan suatu hal yang
diwajibkan dan dalam hubungannya dengan diri sendiri adalah salah satu cara
memberantas pandangan hidup matrealistis, suatu paham yang menjadikan harta
bukan sebagai alat untuk mencapai tujuan hidup.4
Zakat merupakan salah satu bentuk ibadah individual bagi setiap muslim
yang telah memenuhi syarat berdasarkan syariah yang berlaku.5 Zakat suatu
kewajiban bagi umat Islam yang digunakan dalam membantu masyarakat,
menstabilkan perekonomian masyarakat mulai dari kalangan bawah (miskin)
3 Department Agama RI, Al-Qur‟an dan terjemahannya, h. 194.
4 Sitti Aisyah, dkk, “Peranan Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak di
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa”, Laa Masyir 5, no. 1 (2018): h. 150. 5 Hamzah Hasan, dkk, “Manajemen Zakat Maal di Kota Makassar: telaah atas upaya
produktivitas zakat”, Al-Ulum 20, no.1 (2020): h. 94.
3
sampai kalangan atas (kaya). Diharapkan dengan adanya zakat, maka tidak ada
umat muslim yang tertindas. 6
Zakat merupakan ibadah maaliyah ijtima’iyyah (ibadah yang berkaitan
dengan ekonomi keuangan masyarakat) yang memiliki posisi sangat penting,
strategis, dan menentukan, baik dilihat dari sisi ajaran Islam serta dari sisi
pembangunan kesejahteraan umat. Setiap muslim yang memiliki harta dan
memenuhi syarat-syarat tertentu diwajibkan mengeluarkan zakat untuk diberikan
kepada fakir miskin serta mereka yang berhak, sesuai dengan syarat-syarat yang
telah ditentukan dalam ajaran agama Islam.
Dalam perjalanan masyarakat Islam, ajaran Islam sudah mulai di
sempitkan dan dilupakan artinya, bahwa zakat seolah-olah hanya kewajiban
individu dan dilaksanakan dalam menggugurkan kewajiban individu terhadap
perintah Allah, sehingga lupa bahwa zakat bertujuan untuk membantu hamba
Allah yang masih membutuhkan pertolongan.
Salah satu faktor kurangnya kesadaran umat muslim tentang zakat, dapat
dilihat dengan tingginya angka dan grafik kemiskinan di dalam Islam, khusunya
umat Islam di Indonesia. Hal ini disebabkan karena belum akuratnya pemahaman
seabgian umat Islam tentang zakat.7
Menilik hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu
Umar, berkata “bahwa Rasulullah Saw telah mewajibkan zakat fitrah sesudah
Ramadhan sebanyak satu sha’ kurma atau gandum, atas budak, orang yang
merdeka, laki-laki atau wanita baik yang masih kecil atau sudah besar, dari
golongan Islam.
6 Joni Zulhendra, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Zakat Fitrah Dalam Bentuk Uang”,
Jurnal Normative 5, no. 2 (2017): h. 94. 7 A. Intan Cahyani, “Zakat Profesi Dalam Era Kontemporer”, El-Iqtishady 2, no. 2
(2020): h. 163.
4
Dan menilik hadis dari Abu Sa‟id Khudri, berkata “adalah kita
mengeluarkan zakat fitrah satu sha’ daripada gandum ataupun satu sha’ dari
kurma atau satu sha’ keju atau satu sha’ kismis” (Diriwayatkan oleh Bukhari).
Menilik hadis yang diriwayatkan Muslim dari Abu Sa‟id Khudri, bahw
Nabi saw bersabda: “tidaklah dikenakan zakat atas biji kurma, sehingga sampai 5
wasaq….seterusnya hadis.8
Sebagai salah satu rukun Islam, zakat menjadi salah satu unsur pokok
untuk tegaknya syariat Islam. Oleh karena itu, hukum zakat wajib merupakan
wajib (fardhu) untuk setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu
dan zakat telah diatur secara rinci berdasarkan Al-qur‟an dan As-Sunnah, zakat
adalah ibadah sekaligus adalah amal sosial pemasyaratan serta kemanusian yang
dapat berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia.9
Di dalam undang-undang No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat
dijelaskan bahwa pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
pengkordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat.10
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, zakat adalah jumlah tertentu yang
wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan Diberikan kepada
golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya) menurut
ketentuan yang telah ditetapkan oleh syarak, salah satu rukun Islam yang
mengatur harta yang wajib dikeluarkan kepada mustahik. Zakat fitrah merupakan
zakat yang wajib diberikan oleh setiap orang Islam setahun sekali yakni pada idul
8 Pp Muhammadiyah, Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah, (Cet. 30; Yogyakarta:
Suara Muhammadiyah, 2015), h. 159-160. 9 Sony Santoso dan Rinto Agustino, Zakat Sebagai Ketahanan Nasional (Yogyakarta: Cv
Budi Utama, 2018), h. 4. 10
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
5
fitri berupa makanan pokok sehari-hari seperti beras, jagung, dan lain
sebagainya.11
Perkembangan sejarah bagi kehidupan manusia yang sangat pesat dapat
menyebabkan terjadinya perubahan12
, salah satu perubahan yang semestinya
seseorang sadari adalah tentang harta yang dimilikinya ada sebagian hak fakir dan
miskin. OLeh karena itu, di dalam Al-Qur‟an telah diingatkan bahwa harta
kekayaan yang dimiliki oleh kelompok orang kaya tidak boleh berputar-putar
hanya pada mereka saja. Orang-orang yang memiliki harta yang lebih atau
berkuasa semestinya menyadari, jika dalam harta mereka ada hak bagi orang fakir
dan miskin, hal yang harus kita perhatikan dan memberikan kepada masyarakat
yang belum hidup wajar.
Oleh karena itu, agar harta dapat dikelola sebagaimana mestinya.
Diperlukan adanya pengelolaan zakat yang optimal, pengelolaan zakat bukan
hanya dari muzakki yang langsung diserahkan untuk muztahiq,13
namun akan lebih
baik jika zakat dikelola oleh lembaga yang berwenang, seperti Baznas dan amil
zakat. Amil zakat dituntut pro aktif dalam mengelola zakat dan memberdayakan
potensi zakat14
.
Dalam hal zakat petanian, para ulama sepakat bahwa zakat pertanian
yang di keluarkan zakat-nya yaitu gandum, barli (padi-padian), kismis, serta
kurma. Adapun kadar zakat yang dikeluarkan yaitu 10% atau 5% dari hasil panen
yang sesuai dengan cara pengairannya. Tanaman yang wajib dikeluarkan zakat-
11
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Onine), tersedia di https://kbbi.web.id/zakat.html,
diakses pada 16 Januari 2021. 12
Ashar Sinilele, “Tinjauan Hukum Terhadap Itiqad Baik Dalam Perjanjian Jual Beli
Tanah”, jurisprudentie4, no. 2 (2017): h. 76. 13
Fitria, “Pengelolaan Zakat Pada Masjid Di Kota Palembang Di Tinjau Dari Ekonomi
Islam”, skripsi (Palembang: fak. Ekonomi Bisnis Islam UIN Raden Fatah, 2016), h. 3.
14
Musyfikah Ilyas, “Pengelolaan Zakat Dalam Lontaraq Suqkuna Wajo Perspektif
Hukum Islam”, diakses dari http://repositori.uin-alauddin.ac.id/7646/, pada tanggal 4 Februari
2020.
6
nya adalah semua jenis tanaman yang dapat dikembangkan. Setiap Negara
mempunyai makanan pokok masing-masing, sama halnya dengan Indonesia yang
makanan pokoknya adalah beras (padi).
Jika hasil pertanian yang dikeluarkan merupakan makanan pokok selain
padi, oleh sebab itu nisabnya setara dengan harga nisab padi tersebut. Nisab zakat
pertanian atau zakat tanaman yaitu lima wasaq, jika di Indonesia 5 wasaq sama
dengan 750 kg beras. Namun di dalam zakat pertanian, pembayarannya tidak
harus menunggu masa haul, sebab zakat pertanian akan dibayar ketika panen tiba.
Oleh sebab itu, jika seseorang panen dalam setahun hanya 1 kali, maka orang
tersebut pun hanya 1 kali membayarkan zakatnya, akan tetapi jika seseorang
panen 3 kali maka orang tersebut dalam setahun membayar zakatnya 3 kali.15
Walaupun ada pendapat yang membolehkan bayar zakat al-fitrah dengan
uang, namun fenomena yang muncul menunjukkan cukup banyak orang yang
mulai mengerti bahwa afdalnya zakat fitrah itu dibayarkan dalam bentuk beras
(padi). Jumhur ulama sepakat bahwa zakat fitrah memang lebih utama dengan
beras (padi) atau makanan pokok, dasarnya karena yang dicontohkan oleh
Rasulullah Saw. 16
Potensi zakat pertanian di Desa Bissoloro sangatlah baik, yang mana
rata-rata masyarakat setempat bekerja di sektor pertanian. Semua sawah dimiliki
kemudian di tanami padi atau jagung, dari hasil padi serta jagung inilah mereka
menjual sebagian dari hasil tanaman tersebut, sebab dari hasil tanaman itulah
masyarakat setempat menggantungkan hidupnya.
15
Susi Nur Ajiati, “Potensi Zakat Pertanian Di Desa Tunggulsari Kecamatan Brangsong
Kabupaten Kendal”, Skripsi (Semarang: Fak. Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN Walisongo, 2017),
h. 5. 16
Ahmad Sarawat, Ensiklopedia Fikih Indonesia 4: zakat, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2019), h. 257-258.
7
Wilayah Desa Bissoloro terbagi 6 dusun, yaitu Dusun Bontotangnga,
Dusun Bissoloro, Dusun Masago, Dusun Pannyambeang, Dusun Parangkantisang,
dan Dusun Tokka, dengan jumlah penduduk 2.717 jiwa, laki-laki 1.296 jiwa,
perempuan 1.421 jiwa, dan jumlah kk atau kepala keluarga 664.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Potensi Zakat Pertanian di Bissoloro Desa
Bissoloro Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa”.
B. Fokus penelitian dan Deskripsi fokus
Fokus penelitian dalam karya tulis ilmiah ini adalah “Potensi Zakat
Pertanian di Desa Bissoloro Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa”.
Adapun deskripsi fokus dalam penelitian ini, yaitu:
1. Pengertian zakat
Zakat adalah suatu ibadah yang dipergunakan untuk kemaslahatan umat
sehingga dengan adanya zakat kita dapat mempererat silaturahmi antar sesama
dan zakat itu kewajiban umat Islam, zakat hukumnya wajib disisihkan oleh umat
Islam atau Muslim dengan ketentuan agama yang akan dibagikan kepada yang
berhak menerima.17
2. Pengertian pertanian
Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang
dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, baku industri serta untuk
mengelola lingkungan hidupnya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengemukakan
rumusan masalah sebagai berikut:
17
Risnawati T, “Manajemen Pengelolaan Zakat Di Masjid Amin Taqwa Kelurahan Wua-
Wua Kota Kendari”, Skripsi (Kendari: fak. Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Kendari, 2018), h.
4.
8
1. Bagaimana potensi zakat pertanian di Desa Bissoloro Kecamatan Bungaya
Kabupaten Gowa?
2. Bagaimana pengelolaan zakat pertanian di Desa Bissoloro Kecamatan
Bungaya Kabupaten Gowa?
D. Kajian Pustaka Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Mufidah Kurniasari yang berjudul pelaksanaan
zakat hasil pertanian di kalangan petani Muslim studi di Desa Kampungbaru
kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk, hasil penelitian ini menunjukkan
praktik pelaksanaan zakat pertanian di kampung tersebut masih kurang sesuai
dengan hukum Islam karena masyarakat belum paham tentang nisab, haul serta
pendistribusian zakattnya. Sebab mereka masih memberikan zakat kepada orang
yang ingin diberikan. Dan juga untuk melaksanakan zakat hasil pertanian
masyarakat setempat masih berpedoman padaa kebiasaan mereka sejak dahulu
dengaan menyisihkan hasil panennya sesuai yang mereka rasa cukup untuk
dikeluarkan zakatnya. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis,
yang menfokuskan penelitian pada “potensi zakat pertanian di Desa Bissoloro
Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa”, oleh karena itu kedua karya ilmiah
tersebut berbeda.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Heri Sutrisno yang berjudul pelaksanaan zakat
hasil pertanian perspektif fiqih zakat yusuf al-qardawi (studi kasus di Desa
Kalisari kecamatan Losari Kabupaten Cirebon), hasil penelitian ini
menunjukkan para petani di desa tersebut dalam melaksanakan zakat hasil
pertaniannya hanya pada hasil pertanian padi saja, akan tetapi pada tanaman yang
lain seperti bawah merah mereka tidak mengeluarkan zakatnya. Sebab mereka
berpendapat jika hasil pertanian yang wajib dikeluarkan zakatnya yang berupa
makanan pokok saja. Terkait dengan nisab yang dikeluarkan dari hasil pertanian
9
yang mereka gunakan sebagai patokan dalam melaksanakan zakat yaitu 1 ton
atau setara dengan 1.000 kg, dan untuk kadar zakatnya yaitu sebesar 10%.
Penyaluran zakat hasil pertanian sebagian masyarakat setempat menyalurkan
dengan memberikan kepada fakir miskin, anak yatim, jompo, serta tetangga
rumah mereka tanpa melihat orang tersebut berhak menerima zakat atau tidak.
Berbeda dengan peneltian yang dilakukan penulis, yang menfokuskan penelitian
pada “potensi zakat pertanian di Desa Bissoloro Kecamatan Bungaya Kabupaten
Gowa”, oleh karena itu kedua karya ilmiah tersebut berbeda.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Yasin yang berjudul pelaksanaan zakat
hasil pertanian dan perubahan ekonomi masyarakat (studi kasus di Desa
Cintaratu Kec. Lakbok Kab. Ciamis, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pelakasanaan zakat hasil pertanian di desa tersebut, sebenarnya sudah berjalan
cukup baik, karena dengan adanya kesadaran oleh para petani kaya untuk
melakasanakan perintah agama, seperti menunaikan kewajiban zakat. Cara
pelaksanaan zakat yang mereka lakukan masih tradisonal dengan menyalurkan
sendiri zakat ke fakir miskin tanpa melalui perantara berupa badan amil zakat,
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, yang menfokuskan
penelitian pada “potensi zakat pertanian di Desa Bissoloro Kecamatan Bungaya
Kabupaten Gowa”, oleh karena itu kedua karya ilmiah tersebut berbeda.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Ulfiyah yang berjudul tinjauan hukum
Islam terhadap pelaksanaan zakat hasil pertanian di Desa Mantingan
Kecamatan Jaken Kabupaten Pati, hasil penlitian ini menunjukkan bahwa
pelaksanaan zakat hasil pertanian di desa tersebut, pertama, masih menggunakan
aturan sendiri sebab mereka mengeluarkan zakatnya dengan untuk shadaqah.
Kedua, ketika mengeluarkan zakat menggunakan ketentuan sendiri. Ketiga, ada
yang mengeluarkan zakatnya pada waktu yang berbeda, yakni ketika saat panen
10
dan setahun sekali menjelang lebaran, sebab mereka belum mengetahui hukum
zakat hasil pertanian. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis,
yang menfokuskan penelitian pada “potensi zakat pertanian di Desa Bissoloro
Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa”, oleh karena itu kedua karya ilmiah
tersebut berbeda.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Nilul Muna yang berjudul analisis praktik
zakat pertanian Desa Mesjid Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie, hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa mereka sudah menjalankan kewjiban
mengeluarkan zakat hasil pertanian walaupun hanya satu kali dalam setahun
padahal kenyataannnya mereka panen dua kali setahun. Dan hanya zakat padi
yang mereka keluarkan, adapun besaran nisab yang dikeluarkan yaitu 7 gunca
atau sama dengan 1.050 kg. Dalam pengeluaran zakat pertanian, presentase yang
digunakan adalah 10% dan pendistribusian atau penyaluran zakat di berikan
kepada saudara-saudara terdekat dan meunasah di desa tersebut. Melihat
kenyataan di desa tersebut, jika dibandingkan dengan ketentuan ekonomi Islam
masih memiliki ketidaksesuaian dalam praktik yang dijalankan oleh petani.
Sebagaiman nisab yang telah ditentukan yaitu 5 wasaq atau sama dengan 653 kg.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis yang menfokuskan pada
“Potensi zakat pertanian di Desa Bissoloro Kecamatan Bungaya Kabupaten
Gowa”, oleh karena itu kedua karya ilmiah tersebut berbeda.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni yang berjudul konsep keadilan zakat
pertanian dan zakat profesi, hasil penelitian ini yang dilakukan melalui
penelitian pustaka menunjukkan, bahwa sistem penarikan zakat pertanian
aktivitas pertanian yang diperoleh dari hasil panen dan telah menjadi kewajiban
atas hasil yang didapat sebagai berikut: tanaman itu tersebut merupakan hasil
pertanian seperti: biji-bijian, sayur-sayuran, padi, cengkeh, coklat, dan kopi.
11
Ketika disimpan lama dan mencapai nishab 5% itu untuk tanaman yang diari
dengan alat bantu perairan seperti menggunakan alat bantu perairan seperti
pompa air dan untuk tanaman yang diari dengan air hujan maka zakatnya 10%,
ketika telah panen dan tidak mencapai nishab-nya maka tidak wajib
mengeluarkan zakat-nya.Berlandaskan dua prinsip keadilan yaitu: pertama,
keadilan komulatif adalah keadilan yang memberikan kepada masing-masing
orang apa yang menjadi bagiannya, dimana yang paling utama ialah objek
tertentu. Kedua, keadilan distributif yaitu: keadilan yang memberikan kepada
masing-masing kepada orang apa yang sudah menjadi hak orang tersebut, dan
yang menjadi subjek haknya ialah individu, subjek kewajibannya adalah
masyarakat. Sedangkan zakat hasil profesi adalah hasil yang didapat dari
pemikiran dan keahlian seseorang melalui jenjang pendidikan atau pengetahuan
yang tinggi, seperti guru, dkter, advokat, dan lain sebagainya. Dimana zakat yang
dikeluarkan 2,5%. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, yang
menfokuskan penelitian kualitatif (lapangan) dengan judul “potensi zakat
pertanian di Desa Bissoloro Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa”, oleh karena
itu kedua karya ilmiah tersebut berbeda.
7. Penelitian yang dilakukaan oleh Ana Khumairoh, yang berjudul impelementasi
zakat hasil pertanian dalam peningkatan kesejahteraan ekonomi masyaraakat di
Desa Balekencono Kecamaran Batanghari. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pelaksanaan zakat hasil pertanian di desa tersebut sudah berjalan akan
tetapi belum sempurna, dilihat dari cara pelaksanaannya yang masih manual atau
tradisional. Para penerima zakat merasa sangat terbantu karena mendapatkan
zakat hasil pertanian walaupun hanya satu atau dua kali dalam satu tahun.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, yang menfokuskan pada
12
“potensi zakat pertanian di Desa Bissoloro Kecamatan Bungaya Kabupaten
Gowa”, oleh karena itu kedua karya ilmiah tersebut berbeda.
E. Tujuan Penelitian
1.Untuk mengetahui potensi zakat pertanian di Desa Bissoloro Kecamatan
Bungaya Kabupaten Gowa.
2.Untuk mengetahui pengelolaan zakat pertanian di Desa Bissoloro Kecamatan
Bungaya Kabupaten Gowa.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi akademik, diharapkan dapat memberikan konstribusi yang positif, baik
sebagai tambahan ilmu pengetahuan atau sebagai referensi untuk penelitian
selanjutnya.
2. Bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa memberikan
informasi yang bermanfaat untuk lembaga zakat daerah Gowa sebagai acuan
untuk pengelolaan zakat yang lebih menyeluruh.
13
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Zakat Pertanian
Kata zakat berasal dari kata zaka yang merupakan isim mashdar, yang
secara etimologis mempunyai beberapa arti, yaitu suci, tumbuh, berkah, terpuji
dan berkembang. Sedangkan secara terminologis, zakat adalah sejumlah harta
tertentu yang diwajibkan Allah serta diserahkan kepada orang-orang yang berhak.
Menurut Undang-Undang No.38 Tahun 1998 tentang pengelolaan zakat,
pengertian zakat yaitu harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau
badan yang dimiliki oleh seorang muslim sesuai ketentuan agama untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya18
.
Zakat terdiri atas dua, yaitu zakat mal dan zakat fitrah. Zakat mal zakat
yang terdiri atas zakat ternak, zakat tanaman, zakat profesi, zakat rikaz/barang
temuan, zakat mata uang, dan zakat perniagaan. Sedangkan zakat fitrah yaitu
zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim, baik yang masih kecil atau telah
dewasa, laki-laki ataupun perempuan serta orang merdeka atau hamba sahaya
dikeluarkan pada akhir bulan ramadhan sampai menjelang shalat idul fitri19
.
Adapun makna zakat oleh para ulama , yaitu:
1. Zakat berarti at-thahuru ( membersihkan atau menyucikan) demikian juga
menurut Abu Hasan dan Imam Nawawi, artinya orang yang selalu
menunaikan zakat karena Allah bukan dipuji manusia, Allah akan
membersihkan dan menyucikan baik hartanya maupun jiwanya.
18
Amiruddin K, Dasar-Dasar Ekonomi Islam (Cet. 1; Makassar: Alauddin press, 2014) h.
27. 19
Nur zalim, “Pengelolaan Zakat Fitrah Berdasarkan Konsep Maslahat Lil Ummat”,
skripsi (Salatiga: Fak. Syari‟ah IAIN Salatiga, 2015), h. 20.
14
2. Zakat bermakna al-barakatu (berkah), artinya orang yang selalu membayar
zakat, hartanya akan selalu dilimpahkan keberkahan Allah Swt. Keberkahan
ini akan berdampak pada keberkahan hidup karena harta yang digunakan
yaitu harta yang bersih, sebab sudah dibersihkan dari kotoran dengan
membayar zakat.
3. Zakat bermakna an-numuw, artinya tumbuh dan berkembang. Makna ini
menunjukkan bahwa orang yang selalu menunaikan zakat, hartanya akan
selalu terus tumbuh dan berkembang karena kesucian dan keberkahan yang
telah ditunaikan kewajiban zakatnya. Sabda Nabi Muhammad Saw,
“sesungguhnya harta yang dikeluarkan zakatnya tidaklah berkurang,
melainkan bertambah dan bertambah”.
4. Zakat bermakna as-shalalhu (beres atau bagus), artinya orang yang selalu
menunaikan zakat, hartanya akan selalu bagus , yang berarti tidak bermasalah
dan terhindar dari masalah. Oleh karena itu, orang yang terbiasa menunaikan
zakat, akan merasakan kepuasan atau qana‟ah terhadap harta yang
dimilikinya tanpa ada rasa mengeluh akan kekurangan yang ada20
.
Hubungan pengertian zakat secara etimologi dan terminologi memiliki
keterkaitan yang erat, yaitu harta yang dieluarkan zakatnya menjadi suci, berkah,
tumbuh, berkembang dan terpuji. Sebagai salah satu kewajiban pokok, zakat
memeliki kedudukan yang penting dalam Islam di dalam Al-Qur‟an zakat selalu
disebut bersamaan dengan shalat. 21
Adapun rukun zakat adalah unsur-unsur yang terdapat dalam zakat,
seperti orang yang berzakat, harta yang dizakatkan dan juga orang yang menerima
zakat. Terkait dengan syarat-syarat yang melekat dalam setiap rukun zakat
20
Hasbiyallah, buku pelajaran fikih untuk kelas VIII madrasah tsanawiyah, (Cet. 1;
Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008), h. 4. 21
Muhammad Anis, “Zakat Solusi Pemberdayaan Masyarakat”, El-Iqtisday: Jurnal
Hukum Ekonomi Syariah 2, n o.1 (2020): h. 44.
15
tersebut yaitu ketentuan yang mesti terpenuhi untuk setiap unsur tersebut digali
dari penjelasan dari penjelasan yang diberikan Nabi dalam hadis-nya.22
Harta yang wajib dikeluarkan zakatnya Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, dalam
pasal 4 ayat 2 yaitu: (a) emas, perak, dan logam mulia lainnya; (b) uang dan surat
berharga lainnya; (c) perniagaan; (d) pertanian, perkebunan, dan kehutanan; (e)
peternakan dan perikanan; (F) pertambangan; (g) perindustrian; (h) pendapatan
dan jasa; dan (i) rikaz.23
Dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 23 tersebut juga ditegaskan
bahwa asas pengelolaan zakat, yaitu:
a) Syariat Islam
b) Amanah
c) Kemanfaatan
d) Keadilan
e) Kepastian hukum
f) Terintegrasi
g) Akuntabilitas24
Dan dilanjutkan dengan pasal 3 tentang tujuan pengelolaan zakat, yaitu:
Meningkatkan efektifitas dan efesiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat, dan
meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
penanggulangan kemiskinan.25
22
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Cet.1; Boogor: Kencana, 2003), h. 40. 23
Undang-Undang Republik Indoneia Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 4 Ayat 2 24
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 pasal 2 25
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 pasal 3
16
Perkembangan perekonomian telah menghasilkan berbagai variasi
barang dan jasa yang dapat dikonsumsi26
, salah satunya yaitu beberapa hasil
pertanian. Pada umumnya Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau
tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur,
buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan, dan lain-lainnya. Imam
Malik dan Syafi‟i berpendapat bahwa zakat wajib atas segala makanan yang
dimakan dan disimpan, bijian dan buahan kering.
B. Landasan hukum zakat pertanian
Adapun ayat al-qur‟an yang menjadi sumber hukum kewajiban
menunaikan zakat, yaitu:
1. Al-quran
Allah swt menurunkan al-qur‟an dan mensyariatkan hukum pada
dasarnya untuk mengatur kehidupan manusia.27
Di dalam zakat Allah telah
memerintahkan umat muslim untuk menunaikan kewajibannya membayar
zakat. Hal ini dijelaskan dalam ayat berikut:
ي وااىص ق ي ا د و ع و د ي رج ج خ ن ف س ال و اج ق د و موة اج وااىس وة و
ي ر ب ص ي و اج ع ب الله الله ا
Terjemahnya:
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan apa-apa yang kamu
usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya
pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah maha melihat apa-apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 110)28
26
Musyfikah Ilyas, “Sertifikasi dan Labelisasi Produk Halal Prespektif Maslahat”,
Jurnal Peradilan dan Hukum Keluarga Islam 4, no. 2 (2017): h. 358. 27
Darsul s. puyu, “Konsep Pidana Hudud Menurut Al-Qur’an suatu kajian tafsir
tematik”, Al-Daulah 1, no.1 (2012): h. 132. 28
Department Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 17.
17
Adapun firman Allah Swt, “Dialah yang menjadikan taman-taman yang
berkisi-kisi, pohon-pohon kurma, tanam-tanaman yang beraneka macam
buahnya, zaitun, dan buah delima yang serupa dan tiada serupa. Makanlah
buahnya bila berbuah, dan berikanlah haknya waktu memetik hasilnya,” para
ulama terdahulu mengingatkan jika yang dimaksud “hak” nya di dalam ayat
tersebut ialah “zakat wajib” 5% atau 10%.
2. Hadis
Dari Jabir “Nabi Saw bersabda:
ر و ع ش اى ف اق ي ة ص ب اىس ق ي اس ف ي ،و ر اى ع ش و ي اى غ و ار ق ث ا لأ اس ف ي و
“Yang diari dengan sungai atau hujan zakatnya 10%, sedangkan yang dari
dengan pengairan 5%.”
3. Ijma
Para ulama sepakat (ijma)tentang wajibnya zakat 10% atau 5% untuk
keseluruhan hasil dari tani, meskipun mereka memiliki pendapat yang berbeda
tentang ketentuan-ketentuan lain.29
C. Pandangan Ulama Tentang Zakat
Kewajiban mengeluarkan zakat memiliki landasan yang tegas, yaitu al-
Qur‟an dan hadis, akan tetapi dalam substansinya masih ada beberapa pandangan
para ulama yang timbul tentang zakat terutama agar kewajiban seseorang
membayar zakat benar-benar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Dalam khasanah fiqh, ada 4 mazhab yang dikenal dan populer. Ke-4
mazhab tersebut lahir dari mujtahid-mujtahid besar peride ini, mereka ialah Imam
Abu Hanifah (Mazhab Hanafiah), Imam Malik (Mazhab Malikiyah), Imam Syafi‟I
(Syafi‟iyah), dan Imam bin Hambal (Hambaliyah).30
Keempat mazhab tersebut
29
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat (Cet. XII; Jakarta: Litera Antarnusa, 2011), h. 331. 30
Hadi daeng Mapuna, “Pembentukan dan Perkembangan Hukum Islam Pada Masa
Kodifikasi dan Imam-Imam Mujtahid”, Al-Daulah 7, no. 1 (2018): h. 183.
18
memiliki pandangan atau pendapat terhadap zakat, salah satunya pendapat mereka
tentang orang yang tidak mau mengeluarkan zakat.
Ada beberapa permasalahan yang dikemukakan oleh para ulama, yaitu
dari aspek dan penjabaran dalam penentun hukuman serta tindakan terhadap
orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakat, diantaranya dikemukakan oleh:
a. Golongan Hanafiyah, berpendapat bahwa seseoorang yang tidak ingin
mengeluarkan zakatnya harus diperiksa dan disumpah untuk membuktikan
keterangannya. Akan tetapi jika rang tersebut berdusta maka zakatnya harus
dipungut, walaupun sudah berlalu beberapa tahun dan diperhitungkan
sebagaimana mestinya.
b. Golongan Malikiyah, berpendapat bahwa seseorang dari kalangan yang kaya
harus dipungut secara paksa, dan dikenakan ta‟zir, jika perlu dikenakan hukum
tahanan, ketika mereka menentang.
c. Golongan Syafi‟iyah, berpendapat jika orang-orang yang tidak mau
mengeluarkan zakat itu menunjukkan sikap menentang kewajiban zakat, maka
dia jelas tergolong kafir dan boleh diperangi sama seperti memerangi orang
murtad.
d. Golongan Hanabilah, seperti pendapat dia atas, dia juga mempunyai sikap yang
keras terhadap orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakat, sebab zakat
merupakan hak fakir miskin dan delapan ashnaf lainnya yang harus ditunaikan
oleh muzakki secara jujur. Sikap dari golongan Hanabilah tersebut ditujukan
untuk orang yang sengaja menghindar dari kewajibannya, sedangkan untuk orang
yang belum memahami betapa pentingnya zakat maka dapat diambil sikap
bijaksana. 31
31
Abdurrachman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Mahdhah Dan Sosial (Cet. II; Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2001), h. 57-59.
19
Perbedaan ulama yang menghasilkan banyak pandangan atau pendapat
sebagai alternatif untuk memilih sebuah pendapat yang sesuai dengan kondisi
suatu kelompok atau seseorang.32
Seperti zakat yang juga menghasilkan beberapa
pandangan ataupun pendapat dari kalangan para ulama, seperti yang telah
dijelaskan di atas.
D. Syarat-Syarat Zakat Harta Kekayaan Yang Wajib Terkena Zakat
Menurut para ahli hukum Islam yang diperjelas oleh Yusuf Qardawi, ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi agar kewajiban zakat dapat dibebankan pada
harta kekayaan yang dimiliki oleh seorang muslim, yaitu pemilikan yang pasti
atau milik penuh, berkembang, melebihi kebutuhan pokok, bebas dari hutang/sisa
hutang, mencapai nishab, berlaku satu tahun.
Keenam syarat harta yang disebutkan di atas yang wajib dikeluarkan
zakatnya tersebut adalah satu kesatuan yang bersifat kumulatif dan mutlak, artinya
apabila hilang atau tidak terpenuhi salah satu syarat maka zakat tidaklah wajib
atas harta kekayaan tersebut.33
Adapun syarat benda zakat, antara lain:
1. Syarat benda yang wajib dikeluarkan zakatnya
a. Makanan pokok, ialah yang menguatkan di suatu Negara (menurut para
jumhur ulama,pedapat ini yang dianggap paling shaih).
b. Menguatkan dirinya.
c. Boleh memilih diantara jenis-jenis tersebut, dalam hal ini seperti beras,
gandum, kacang kedelai, kurma kering, sagu, biji-bijian, dan lain-lain
(Qardhawi, 1991:952).
32
Muammar Bakry, “Pengembangan Karakter Toleran Dalam Problematika Ikhtilaf
Mazhab Fikih”, Al-Ulum 14, no. 1 (2014): h. 186. 33
Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta: PT Grasindo, 2007), h.
15-18.
20
2. Syarat benda yang dikeluarkan untuk zakat
a. Hendaklah berlebih dari kebutuhan-kebutuhan penting/vital untuk seseorang,
seperti: pakaian, tempat kediaman, makan, kendaraan serta sarana untuk
mencari nafkah.
b. Berlangsung selama satu tahun masa/tahun hijrah, awal mulanya dihitung saat
memiliki nishab, dan harus cukup satu tahun penuh. Namun jika terjadi
kekurangan ditengah tahun, lalu kembali cukup maka awal mulanya tahun
dihitung dari saat cukupnya itu (sabiq, 1982: 22)
E. Syarat Zakat Pertanian
Berikut ini, beberapa syarat zakat yang umum:
a. Islam
b. Baligh dan berakal
c. Harta tersebut milik penuh, bukan termasuk piutang, akan tetapi harta yang
diutangkan digabung dengan harta yang ada di rumah mencapai nisab.
d. Sudah mencapai satu Tahun, selain zakat tanaman.34
Selain syarat-syarat umum di atas, berikut ini syarat yang bersifat
khusus, sebagai berikut:
Menurut Hanafiyah ada 3 syarat khusus dalam kewajiban zakat
pertanian
- Hasil panen tersebut bukan dari tanah yang terkena pajak
- Harus ada hasil panen yang dihasilkan, jika tidak maka tidak wajib zakat,
baik tanah yang terkena pajak ataupun kewajiban zakat saja.
- Hasil panen yang dipanen merupakan suatu tanaman yang sengaja ditanam,
tidak dari tanaman yang tumbuh sendiri ataupun tumbuh dengan liar.
34
Heri Sugianto, “Analisi Pendapat Empat Mazhab Tentang Zakat Fitrah Dengan Uang
Tunai”, Sksipsi (Lampung: Fak. Syariah dan Hukum UIN Raden Intan Lampung, 2017), h. 31
21
Mereka berpendapat, bahwa tidak wajib sampai nisab, akan tetapi wajib
dikeluarkan 10% atau 5% dari hasil panen yang banyak ataupun sedikit.
Dikalangan Malikiyah, mereka menentukan 2 syarat khusus, sebagai berikut:
- Hasil panen itu, harus berupa biji-bijian, antara lain makanan pokok dan buah-
buahan menurut mereka yaitu kurma, zaitun, dan anggur.
- Hasil panen tersebut harus sampai satu nishab ialah 5 wasaq atau setara dengan
653 kg. Satu wasaq yaitu 60 sha‟dengan hitungan sha‟ Rasulullah saw, ialah 12
kwintal anadalusia.35
Menurut ulama-ulama syafi‟iyah, mereka menambahkan 3 syarat
khusus, sebagai berikut:
- Hasil dari panen harus berupa makanan pokok dan bisa disimpan dalam
jangka waktu yang relatif lama untuk cadangan makanan pokok.
- Hasil panen harus sampai nishab dengan sempurna.
- Untuk tanah yang menghasilkan panen harus memiliki pemilik yang jelas.
Menurut ulama-ulama hanbali, mereka menambahkan 3 syarat khusus,
sebagai berikut:
- Hasil panen bisa disimpan lama serta awet.
- Harus sampai dengan nishab.
- Dimiliki oleh seseorang yang merdeka sampai jatuh tempo.36
35
Abd Wahed, Aplikasi zakat Sira’ah (pertanian): pada masyarakat daerah aliran
saluran kiri cekdam samiran proppo pamekasan, (Pamekasan: Duta Media Publishing, 2017). H.
12. 36
Abd Wahed, Aplikasi zakat Sira’ah (pertanian): pada masyarakat daerah aliran
saluran kiri cekdam samiran proppo pamekasan, h. 13
22
F. Kriteria yang boleh dan tidak boleh menerima zakat
1. Orang-orang yang berhak menerima zakat
Yang berhak menerima zakat fitrah adalah sama seperti mereka yang
berhak menerima zakat wajib yang disebutkan dalm al-qur‟an. Namun, kaum
fakir miskin lebih berhak didahulukan daripada yang lainnya.37
Penyaluran zakat harus benar-benar diperhatikan kepada siapa zakat
tersebut diberikan. Berikut ini merupakan golongan orang-orang yang memiliki
hak menerima zakat yang tertuang di dalam surah At-Taubah: 60, yaitu:
Artinya: “Sesungguhnya zakat itu hanya untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (muallaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajibab dari Allah. Allah itu maha mengetahui, maha bijaksana.
a) Fakir (Fuqaraa‟) dan Miskin (masakiin)
Seorang fakir miskin keduanya merupakan golongan orang yang berhak
menerima zakat karena keduanya dibawah standar dalam memenuhi kebutuhan
hidup mereka.
37
Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Al-jami’ fil fiqhi An-Nisa, (Cet.11; Jakarta Timur:
Pustaka Al-kautsar, 2016), h. 317.
23
b) Amil (pengelola zakat)
Amil adalah orang yang diberi kepercayaan untuk mengelola zakat,
mengumpulkan zakat dan menyalurkan zakat tersebut kepada orang-orang yang
berhak menerima zakat. Seorang amil harus memiliki syarat-syarat tertentu
untuk dapat menjadibamil yang dipercaya, yaitu:
- Harus Islam
- Balihg dan berakal
- Jujur
- Ikhlas
- Paham tentang hukum zakat.
c) Mu‟allaf
Mu‟allaf yaitu orang yang menyatakan dirinya masuk ke dalam Islam
setelah bersyahadat. 38
d) Al-Riqab
Riqab merupakan bentuk jamak dari taqabah, di dalam al-qur‟an yang
dimaksud yaitu budak. Mayoritas ulama berpendapat bahwa riqab merupakan
mukatibun (jamak dari mukatib), adalah budak yang membeli dirinya sendiri
dari tuannya pada waktu yang sudah ditentukan dengan harta sehingga ia
menjadi orang yang merdeka.
Sebagian ulama mengatakan: “fii al-riqab” merupakan seseorang membeli
seorang budak dengan dana zakat hartanya, dan ia memerdekakan budak
tersebut. Atau pemerintah membeli budak dari dana zakat lalu
memerdekakannya. Demikian pendapat Ibn Abbas, dan ini merupakan pendapat
38
Rini Andriawati, “Penyaluran Zakat Fitrah ,Menurut Posisi Fiqih Di Desa Simpang
Babeko Kabupaten Bungo”, Skripsi (Jambi: Fak. Syari‟ah UIN Sultan Thaha Saifuddin, 2018), h.
16.
24
yang masyhur dari Imam Malik, Imam Ahmad, dan Ishhaq. (Fiqh Al-Zakat
2/616-617).
e) Gharim (orang yang memiliki utang)
Gharim adalah orang-orang yang memiliki utang dan tidak bisa melunasi
utang-utangnya tersebut. Gharim termasuk ke dalam orang yang berhak
menerima zakat dengan maksud zakat yang dia terima dapat digunakan untuk
membayar utang-utangnya dengan syarat dia berutang bukan untuk
kemaksiatan. Akan tetapi jika utang mereka hanya digunakan untuk berbuat
maksiat, maka boleh ditunda diberikan sebelum dia benar-benar bertaubat. 39
f) Sabilillah (orang yang berjuan dijalan Allah)
Adalah orang-orang yang melakukan jihad untuk membela agama Allah
dengan cara perang, orang-orang tersebut berhak menerima zakat dengan
maksud untuk dapat digunakan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam
perang mulai dari bekal sampai alat-alat untuk perang. Selain itu, zakat yang
diberikan juga dapat dijadikan nafkah bagi keluarga yang ditinggal ke Medan
perang.
g) Ibnu Sabil
Yaitu seseorang yang sedang melakukan perjalan jauh dan
kehabisan bekal atau ongkos dalam perjalanan. Termasuk orang yang berhak
menerima zakat dengan maksud untuk dapat digunakan sebagai bekal kembali
ke rumahnya. 40
39
Noor Aflah, Arsitektur Zkat Indonesia: dilengkapi kode etik amil zakat Indonesia,
(Cet.1; Jakarta: UI-Press, 2009), h. 188-189 40
Rina Ulfatul Hasanah, Buku Pintar Muslim Dan Mulimah Diakses Dari
https://books.google.co.id/books?id=8WbSDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=buku+pintar+
muslimah&hl=ban&sa=X&ved=2ahUKEwjp-
tmq8vPsAhXSAnlKHZqBBIMQ6AEwAHoECAAQAg#v=onepage&q=buku%20pintar%20musli
mah&f=false, Pada Tanggal 2 November 2020.
25
Dan apabila seseorang tidak ingin mengeluarkan zakat-nya, maka
orang tersebut akan merasakan panasnya api neraka. Seperti terdapat dalam
surah At-Taubah ayat 35:
Terjemahannya: “ingatlah pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam
neraka jahannam, lalu denga itu disetrika dahi, lambung, dan punggung mereka
(seraya dikatakan) kepada mereka,” inilah harta benda mu yang kamu simpan
untuk diriu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari ) apa yang kamu simpan itu.”
2. Yang tidak berhak menerima zakat
Sebagaimana telah dijelaskan, orang-orang yang berhak menerima zakat di
atas, dan orang-orang yang tidak berhak menerima zakat, yaitu:
a. Orang kaya dengan harta, atau kaya dengan usaha dan penghasilan.
b. Keturunan Rasulullah Saw.
c. Orang dalam tanggungan yang berzakat, artinya orang yang berzakat tidak
boleh memberikan zakatnya kepada orang yang dalam tanggungannya
dengan nama fakir atau miskin, sedangkan mereka mendapatkan nafkah yang
mencukupi.
d. Orang yang tidak beragama Islam, karena pesan Rasulullah Saw. Kepada
mu‟az sewaktu ia diutus ke negeri yaman. Beliau kepada mu‟az,
“Beritahukanlah kepada mereka (umat Islam),” diwajibkan atas mereka zakat.
26
Zakat itu diambil dari orang kaya dan diberikan kepada orang fakir di antara
mereka” (Mughniyah, 2008: 197).41
G. Hasil – hasil Pertanian Yang Wajib Zakat
Apabila zakat tanaman serta buah-buahan yang diwajibkan berdasarkan
al-qur‟an, hadis, dan logika. Seperti yang dikatakan oleh para ulama, oleh karena
itu timbul sebuah pertanyaan tentang hasil pertanian yang mana saja terkena wajib
zakat sebesar 10% atau 5% tersebut, apakah semua atau hanya sebagian saja.
Berikut ini diskusi para ulama:
1. Ibnu Umar dan Segolongan ulama salaf: zakat wajib atas empat jenis
makanan
Ibnu umar dan sebagian tabi‟indan juga sebagian ulama setelah
berpendapat bahwa zakat hanya wajib untuk dua jenis biji-bijian, ialah gandum
(hintah) dan juga sejenis gandum lain. Serta dua jenis buah-buahan, yaitu kurma
dan anggur.42
Hal ini berdasarkan riwayat dari sumber Ahmad, Musa bin
Thalhah, Hasan, Ibnu Sirin, Sya‟bi, Hasan bin Salih, Ibnu Abi Laila, Ibnu
Mubarak, Abu Ubaid, dan disahkan oleh Ibrahim serta Zad Zara.
2. Malik dan Syafi‟i: zakat atas seluruh makanan dan yang dapat disimpan
Menurut Malik dan Syafi‟I, zakat wajib untuk segala makanan yang
dikonsumsi dan disimpan, bijian dan buahan yang kering seperti gandum,
jagung, padi, dan sebagainya. Maksud dari makanan yaitu sesuatu yang
dijadikan makanan pokok oleh manusia ketika normal bukan dalam masa luar
biasa. Oleh sebab itu, menurut pendapat mazhab Maliki dan Syafi‟i, pala, kemiri,
badam dan sebagainya tidak wajib dikeluarkan zakatnya, meskipun dapat
disimpan sebab tidak menjadi makanan pokok masusia. Begitu pun dengan
41
Qodariah Barkah, dkk., Fikih Zakat, Sedekah, Dan Wakaf, (Cet. 1; Jakarta:
Prenadamedia Group, 2020), h. 56. 42
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, h. 332.
27
jambu, delima, buah kayu, dan sebagainya tidak wajib dikeluarkan zakatnya,
sebab tidaklah kering dan disimpan.43
3. Pendapat Ahmad tentang semua yang kering, tetap, dan ditimbang.
Pendapat Ahmad yang beragam, yang terpenting dan terkenal merupakan
yang terdapat di dalam al-mughni “zakat wajib atas bijian dan buahan yang
mempunyai sifat ditimbang, tetap, dan kering yang menjadikan perhatian
manusia apabila tumbuh ditanahnya, seperti makanan pokok yaitu, gandum,
padi, jagung, sorgoum; kacang-kacangan seperti kacang tanah, kacang polong,
kedelai, dan hindi; berupa bumbu-bumbuan sepertijintah putih dan jemuju;
berupa biji-bijian, yaitu rami, mentimun, dan juga kundur. Termasuk juga buah-
buahan yang memiliki sifat yang disebutkan di atas, tetapi semua buah-buahan,
yaitu buah persik, jambu, per, apricot, tidak wajib dikeluarkan zakatnya. Sama
halnya dengan sayuran, yaitu mentimun, lobak, wprtel, dan sepedas. Oleh karena
itu Ahmad tidak mempersyaratkan harus mempunyai unsur “ditanam dengan
sengaja”, seperti mazhab sebelumnya.
4. Abu Hanifah: semua hasil tanaman
Menurut Abu Hanifah bahwa semuaa hasil tanaman, seperti yang telah
dimaksudkan untuk mengeksploitasi dan memperoleh penghasilan atas
penanamannya, wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 10% atau 5%. Oleh sebab
itu dikecualikannya ganja, bambu.44
H. Pembagian zakat secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi
Pembagian zakat ataupun shadaqah akan lebih baik secara terang-
terangan agar kiranya dapat menjadi contoh yang menarik, sehingga banyak orang
yang mengikuti mengeluarkan zakat-nya. Tetapi jika pembagian itu dirahasiakan
43
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, h. 332-333 44
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, h. 333-336
28
atau disembunyikan yang tidak terlihat oleh masyarakat ramai maka akan lebih
baik juga agar muzakki (orang yang mengeluarkan zakat) akan ikhlas dalam
amalnya.
Dalam pelaksanaannya diserahkan kepada pembaginya, namun
pembagian zakat secara ramai-ramai dengan jalan para fakir miskin dikumpulkan
dalam suatu tempat bahkan dengan antrian panjang dianggap memberatkan dan
menyukarkan serta merendahkan mereka, jalan lain harus dicari yang dianggap
lebih baik.45
I. Nisab dan kadar zakat pertanian
Kadar wajib zakat adalah satu sha’ (setara dengan empat mud,
sedangkan satu mud setara dengan dua tapaktangan seorang laki-laki sedang),
berupa gandum, kurma, anggur, keju, kismis, beras, jagung, dan makanan pokok
lainnya46
. Akan tetapi Abu Hanifah membolehkan membayar zakat fitrah dengan
harta lain yang nilainya sesuai. Ia berkata, “jika seseorang mengeluarkan zakat
fitrah dari gandum, ia cukup mengeluarkan setengah sha’.”
Abu Aaid al-khudri berkata, “ketika kami semasa dengan Rasulullah,
kami mengeluarkan zakat fitrah untuk anak kecil, orang besar, orang merdeka,
dan budak sebesar ssatu sha’ makanan, satu sha’ keju, satu sha’ gandum, satu
sha’ kurma, dan satu sha’ anggur kering. Kami selalu mengeluarkan zakat fitrah
seperti itu hingga Muawiyah datang ketika ia melaksanakan ibadah haji atau
umrah. Ia berkata dihadapan banyak manusia dari atas mimbar. Di antara
perkataannya adalah “sesungguhnya aku memandang setengah sha’ gandum sama
dengan satu sha’ kurma.‟ Kemudian orang-orang mengikuti pandangan Muawiyah
ini. Adapun aku masih selalu mengeluarkan zakat fitrah sebesar satu sha’”.
45
Syukri Ghozali, dkk., Pedoman Zakat 9 Seri, (Jakarta: Proyek Pembinaan Zakat dan
Wakaf, 1989), h. 159. 46
Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Fikih Sunnah Sayyd Sabiq, (Cet. 1; Jakarta
Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2013), h. 225.
29
Tirmidzi berkata “Demikian para ulama telah mengamalkan. Mereka
berpendapat bahwa zakat fitrah dari segala jneis makanan adalah satu sha’. Hal itu
juga merupakan pendapat Syafi‟I dan Ishaq”. Sebagian ulama berkata, “zakat
fitrah dari segala jenis makanan adalah satu sha’, kecuali gandum burr karena
gandum burr cukup setengah sha’ untuk zakat fitrah. Hal itu merupakan pendapat
Sufyan, Ibnu Mubarak, dan para ulama kufah.”47
Zakat pertanian tidaklah diwajibkan apabila belum mencapai nisab,
berikut ini nisabnya, yaitu: 5 wasaq atau setara dengan 653 kg gabah, apabila hasil
pertanian tersebut merupakan makanan pokok yaitu beras, gandum serta kurma.
Akan tetapi, jika selain dari makanan pokok seperti buah-buahan, daun, sayur-
sayuran ataupun bunga, oleh karena itu nisabnya setara dengan makanan pokok
pada umumnyadi daerah tersebut. Sesuai dengan hadis Rasulullah saw.
“Tidak wajib zakat pada kurma yang kurang dari 5 wasaq”.
(HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Daud).
Apabila di hitung dalam kg didapatkan rumusan, yaitu:
1 wasaq = 60 sha‟
1 sha‟ = 2.176 kg
Maka 5 wasaq = 5 x 60 x 2,176 = 652, 8 kg.
Adapun menurut perhitungan yang telah ditetapkan oleh Departemen
Agama, ialah 5 wasaq = 750 kg beras atau 1.350 kg gandum kering.48
F. Hikmah dan Manfaat Zakat
1. Membersihkan jiwa dari penyakit kikir bakhil bila penyakit ini menguasai
jiwa seseorang, ia tidak mampu melepakan diri darinya.
47
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah (Cet. 1; Jakarta: PT Pustaka Abadi Bangsa, 2017), h. 184-
185. 48
Mufidah Kurniasari, “Pelaksanaan Zakat Hasil Pertanian di Kalangan Petani Muslim:
studi kasus kampung Baru kecamatan Tanjunganom kabupaten Nganjuk”, Skripsi (Malang: Fak.
Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim, 2017), h. 29.
30
2. Bahagia dunia akhir yaitu berupa hartanya bertambah dan berkah, karena orang
yang menginfakkan sebagian hartanya akan dilipat gandakan oleh Allah SWT.49
3. Sebagai pilar amal bersama (jama‟i) antara orang-orang kaya yang bercukupan
hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan untuk berjihad
dijalan Allah.
4. Untuk memasyaratkatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukanlah
membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang
lain dari harta kita yang kita usahakan dengan baik dan benar sesuai dengan
ketentuan Allah Swt.
5. Untuk sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu
instrumen pemerataan pendapatan.50
49
Basyirah Mustarin, “Urgensi Pengelolaan Zakat Terhadap Peningkatan Perekonomian
Masyarakat”, jurisprudentie 4, no. 2 (2017): h. 90. 50
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern (Cet. 1; Jakarta: Gema Insani,
2002), h. 10-15.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam ini yaitu penelitian kualitatif atau
lapangan. Penelitian kualitatif merupakan pengumpulan data pada suatu latar
alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dimana peneliti
adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan
secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi51
.
2. Lokasi penelitian
Berdasarkan jenis penelitian kualitatif, tentunya penelitian ini yaitu
penelitian lapangan yang dilakukan di Desa Bissoloro Kecamatan Bungaya
Kabupaten Gowa.
B. Metode pendekatan
Dalam penelitian ini, ada dua pendekatan yang digunakan, yaitu:
1. Pendekatan Yuridis Normatif
Pendekatan yuridis normatif, adalah pendekatan yang dilakukan dengan
cara menelah kaidah-kaidah atau norma-norma, aturan-aturan yang berhubungan
dengan masalah yang akan dibahas52
.
51
Albi Anggito dan Johan Setiawan, metodologi penelitian kualitatif, (Cet. 1; Jawa Barat:
CV Jejak, 2018), h. 8. 52
Ika Dewi Sartika Saimima, Rekonstruksi Pidana Restitusi Dan Pidana Kurungan
Pengganti Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang, (Cet.1; Yogyakarta: CV Budi Utama,
2020), h. 7.
31
2. Pendekatan sosiologis
Pendekatan sosiologis adalah pendekatan yang menggunakan berbagai
metode pengumpulan data, seperti pengamatan, wawancara, metode analisi life
history, dan metode-metode lainnya.
C. Sumber Data
Dalam penelitian ada dua sumber data yang digunakan, yaitu:
1. Sumber Data Primer
Data primer adalah yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di
lokasi penelitian atau objek penelitian. Data penelitian ini diambil dengan teknik
wawancara atau interview pada masyarakat guna memperoleh informasi tentang
potensi zakat pertanian di desa Bissoloro Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa.
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
sekunder dari data yang kita butuhkan53
, dari beberapa kajian pustaka seperti
buku-buku, jurnal, dan referensi yang lainnya.
D. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu:
1. Observasi
Teknik pengumpulan data dengan cara menggunakan beberapa indra
perasa yang ada pada diri peneliti. Oleh karena itu dalam menggunakan teknik
dipelukan kecermatan dan ketelitian, agar data yang diperoleh akurat atau
valid.54
53
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan
Public Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Cet. 9; Jakarta: Kencana, 2017), h. 132. 54 Radita Gora, Riset Kualitatif Public Relations, (Surabaya: CV. Jakad publishing, 2019), h.
255.
32
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan yang langsung direncanakan antara
pewawancara dan yang diwawancarai untuk memberikan atau menerima
informasi tertentu.
3. Dokumentasi
Dokumentsi adalah salah satu metode yang penting dalam penelitian
kualitatif. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
memperoleh informasi dari berbagai macam sumber tertulis atau dokumen yang
ada pada subjek/responden atau tempat, dimana subjek atau responden bertempat
tinggal atau melakukan kegiatan sehari-harinya.55
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah pedoman wawancara,
yaitu untuk mendapat informasi dan memperoleh data secara sistematis, peneliti
sendiri serta kamera yang dijadikan sebagai alat untuk merekam dan menyimpan
bahan penelitian.
F. Teknik Pengelolaan Data dan Analisis Data
1. Teknik Pengelolaan
Editing merupakan kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai
menghimpun data di lapangan. Proses editing yang paling baik yaitu dengan
teknik silang, artinya seorang peneliti atau field worker memeriksa hasil
pengumpulan data penelitian lain dan sebaliknyaa pada suatu kegiatan penelitian
tertentu.
55
Mardawani, Praktis Penelitian Kualitatif: teori dasar dan analisis data dalam
prespektif kualitatif, (Cet. 1; Yogyakarta: CV Budi Utama, 2020), h. 59.
33
2. Analisis Data
Dalam analisi data, peneliti mengunakan cara yang dikemukakan oleh S.
Nasution, yaitu:
- Reduksi data, adalah menyederhanakan data ke dalam konsep, klasifikasi dan
ciri-ciri yang melekat pada dirinya.
- Sajian data, adalah proses uraian data dalam bentuk penjelasan verbal.
- Pengambilan kesimpulan, adalah penyimpulan temuan lapangan yang
selanjutnya dikonfirmasikan dengan teori yang relevan yang nantinya akan
menghasilkan temuan teoritis.56
G. Pengujian Keabsahan Data
1. Display
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi, merencanakan kerja. Disajikan dalam bentuk display grafik,
bagan, dan uraian singkat sesuai pokok penelitian.
2. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau pembanding terhadap data itu.
56
Abd Wahed, Aplikasi Zakat Zira’ah (Pertanian) Pada Masyarakat Daerah Aliran
Saluran Kiri Cekdam Samiran Proppo Pamekasan, (Pamekasan: Duta Media Publishing, 2017), h.
39.
34
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Desa Bissoloro Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa
1. Deskripsi wiliyah Penelitian
Desa Bissoloro adalah salah satu desa yang berada dalam wilayah
Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa. Dengan posisi kordinator
bujur119.613014 dan kordinator lintang -5.358165. Berikut adalah batas-batas
wilayah pemerintahan Desa Bissoloro, yaitu:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pattalikang dan Desa Tanah
Karaeng kecamatan Manuju
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Batumalonro kecamatan Biring
Bulu
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Rannaloe dan Desa Buakkang
d.Sebelah Barat berbatasan Dengan Kabupaten Takalar57
Adapun jarak Desa Bissoloro dengan ibu kota kabupaten, dapat ditempuh
melalui perjalanan darat kurang lebih 40 km. kondisi jalan poros Bissoloro yang
masih berupa jalan konstruksi lapen dengan kondisi rusak parah mengakibatkan
butuh waktu yang cukup lama, jika ditempuh dengan kendaraan bermotor kurang
lebih 60 menit. Sedangkan jarak pusat desa Bissoloro dengan ibu kota kecamatan
yang di tempuh melalui perjalanan darat kurang lebih 28 km, kondisi ruas jalan
poros desa yang dilalui berupa jalan konstruksi lapen dengan kondisi yang rusak
parah mengakibatkan waktu yang ditempuh kurang lebih 50 menit.
Luas wilayah di Desa Bissoloro yaitu 2539,32 Ha(27,2km, terdiri atas
20% berupa pemukiman dan 80% berupa daratan yang digunakan oleh warga
setempat sebagai lahan pertanian,perkebunan dan perhutanan. Di Desa Bissoloro
57
Profil Desa Bissoloro
35
mengalami pergantian 2 musim setiap tahunnya, yaitu musim hujan dan musim
kemarau. 58
Desa Bissoloro adalah wilayah yang berpotensial untuk pertanian
seperti, bercocok tanam padi dan jagung, serta baik untuk peternakan sapi,
unggas, dan lain sebagainya. Hal ini didukung dengan luas area persawahan,
hutan dan kondisi geografis. Selain itu, dukungan dari pemerintah setempat
untuk mengembangkan pertanian dan peternakan diwujudkan dalam bentuk
memberikan bantuan kepada masyarakat dengan memberikan pupuk dan bibit
jagung melalui kelompok tani yang dikordinir oleh Gapoktan, walaupun masih
minim dan belum merata kepada seluruh masayrakat Desa Bissoloro.
Desa Bissoloro terdiri dari 6 Dusun, yaitu Dusun Bontotangnga, Dusun
Bissoloro, Dusun Masago, Dusun Pannyambeang, Dusun Prangkantisang, dan
Dusun Tokka. Jumlah penduduk di Desa Bissoloro pada tahun 2020 sebanyak
2.717 jiwa dari 664 kk (kartu keluarga). Berikut rincian data setiap Dusun:
Tabel 1
Jumlah penduduk berdasarkan setiap Dusun di Desa Bissoloro tahun
2020.
No. Nama Dusun Laki-laki Perempuan Jumlah Kk (kartu
keluarga)
1. Dusun
Bontotangnga
158 170 328 93
2. Dusun Bissoloro 278 299 577 145
3. Dusun Masago 167 191 358 86
4. Dusun
Pannyambeang
277 290 568 136
58
Profil Desa Bissoloro
36
5.
Dusun
Prangkantisang
147
167
314
75
6. Dusun Tokka 268 304 572 129
Jumlah 1.296 1.421 2.727 664
Sumber: profil Desa Bissoloro
Tabel 2
Jumlah penduduk berdasarkan umur
Klp.Umur
(Tahun)
Dusun
Bontotang
nga
Dusun
Bissolor
o
Dusun
Masago
Dusun
Pannyambe
ang
Dusun
Parangka
ntisang
Dusun Tokka
LK PR LK PR LK PR LK PR LK PR LK PR
0-1
Tahun 2 3 6 8 1 2 3 4 3 5 4 4
2-4
Tahun 4 6 13 15 3 5 6 9 7 8 15 15
5-7
Tahun 13 14 15 17 12 13 7 8 10 11 20 21
8-12
Tahun 17 18 32 35 14 17 18 20 10 10 25 26
13-15
Tahun 17 17 26 29 14 16 15 17 15 16 25 20
16-20
Tahun 14 14 20 20 11 12 16 16 11 14 16 16
21-25
Tahun 25 23 38 40 19 17 21 22 11 12 13 14
26-35
Tahun 32 33 41 48 25 27 30 32 13 14 26 27
36-50
Tahun 29 30 49 53 20 23 36 42 12 14 29 29
51-65
Tahun 23 23 36 40 16 20 20 24 8 10 21 21
65 keatas 6 6 10 11 6 8 23 15 9 8 18 20
Jumlah 182 18
7
28
6 314 141 160 195 219
10
9
12
2 212 213
37
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk setiap dusun
berbeda-beda. Di dusun Bissoloro memiliki penduduk paling banyak dan Dusun
Parangkantisang memiliki penduduk paling sedikit.
2. Sejarah Desa Bissoloro
Kare kanja putra dari Dampang Bulo-bulo diperintahkan untuk menjadi
kare di Bissoloro dalam menjalankan pemerintahan pada suatu ketika sombaya ri
Gowa yang ke-5 datang mengunjungi kampoeng tersebut, setiba di kampung
tersebut Sombaya bertanya “apa namanya kampong ini?” pada saat itu kampung
ini belum mempunyai nama, maka diberikanlah nama Bissoloro oleh Sombaya
yang berarti Nisolori.
Bissoloro adalah sebuah kampung pejuang dan ini bisa dilihat dari
sejarahnya bahwa ada tiga orang asal Bissoloro yang peranah diasingkan ke pulau
Jawa karena melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda dan tidak mau
diperintah oleh penjajah sehingga dijatuhi hukuman lebih dari 10 tahun penjara,
namun baru menjalani empat tahun tahun masa tahanan, bangsa Indonesia telah
merdeka yang ditandai dengan pembacaan teks proklamasi kemerdekaan RI dan
Ir. Soekarno pada tanggal 17 agustus 1945, sehingga pada itu semua tawanan
dibebaskan tanpa syarat termasuk ketiga orang asal Bissoloro yang kemudian
dipulangkan ke Sulawesi.
Setelah Indonesia merdeka, Bissoloro merupakan sebuah Dusun dari
sebuah Desa yang bernama Batumalonro yang singkatan dari Baturappe, Malonjo,
dan Bissoloro. 31 oktober 1989 Bissoloro yang sebelumnya menjadi salah satu di
Desa Batumalonro Kecamatan Bungaya sudah menajdi Desa persiapan dibawah
pimpinan Kepala Desa dari anggota TNI yang bernama La Jusman.59
59
Profil Desa Bissoloro
38
September 1994 Desa persiapan Bissoloro berubah menjadi Desa
Bissoloro yang defenitif, sehingga dilakukanlah pemilihan kepala Desa pertama
sepanjang sejarah secara langsung dipilih oleh masyarakat. Adapun calon pada
saat itu adalah Lajusman dan Drs. Abd Rahman, dan yang terpilih sebagai kepala
Desa adalah Drs. Abd Rahman yang merupakan putra asli desa Bissoloro. Sejak
terbentuk Desa Bissoloro secara resmi, telah banyak pembangunan yang
dilaksanakan dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
3. Pemerintahan Desa Bissoloro
Pembagian wilayah Desa
Wilayah Desa Bissoloro terdiri dari 6 (enam) dusun seperti yang dijelaskan
di deskripsi wilayah Desa Bissoloro. Setiap dusun dipimpin oleh Kepala dusun
sebagai delegasi dari kepala Desa di Dusun tersebut. Pusat Desa Bissoloro terletak
di Dusun Bissoloro.60
Pembagian wilayah Desa Bissoloro tersaji dalam table
berikut:
Tabel 3
No. Pembagian wilayah Jumlah Keterangan
1. Dusun Bontotangnga
Jumlah RW 2
Jumlah RT 4
2. Dusun Bissoloro
Jumlah RW 3
Jumlah RT 6
3. Dusun Masago
Jumlah RW 2
Jumlah RT 4
60
Profil Desa Bissoloro
39
4. Dusun Pannyambeang
Jumlah RW 3
Jumlah RT 6
5. Dusun Parangkantisang
Jumlah RW 2
Jumlah RT 4
6. Dusun Tokka
Jumlah RW 2
Jumlah RT 4
Sumber: profil Desa
4.Kondisi ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan keagamaan di Desa
Bissoloro
a. Aspek Ekonomi
Desa Bissoloro mempunyai potensi yang baik di bidang industri
pertanian, kehutanan dan peternakan, sehingga bisa meningkatkan taraf
perekonomian dan pendapatan masyarakat. Pada umumnya, penduduk atau
masyarakat Desa Bissoloro bermata pencaharian sebagai petani seperti pertanian
sawah dan kebun yang mana dihasilkan adalah padi dan jagung.61
Tabel. 4
Mata pencaharian penduduk Desa Bissoloro
No. Jenis Mata
Pencaharian
Jumlah
1. Petani 1.045 jiwa
2. Pedagang 28 jiwa
61
Profil Desa Bissoloro
40
3. TNI 4 jiwa
4. Sopir 12 jiwa
5. Tenaga Honorer/Kontrak 31 jiwa
6. PNS 17 jiwa
7. Pensiunan TNI/PNS 2 jiwa
8. Belum bekerja/tidak bekerja 1.016 jiwa
9. Lain-lain 562Jiwa
Sumber: Profil Desa Bissoloro
b. Aspek Agama
Dalam segi aspek agama, seluruh masyarakat Desa Bissoloro beragama
Islam. Hal ini dapat di lihat dari profil Desa Bissoloro yang merupakan data
jumlah penduduk pemeluk agama, yaitu:
Tabel. 5
Agama di Desa Bissoloro
No. Agama Jumlah
1. Islam 2.717 jiwa
2. Hindu 0
3. Kristen Protestan 0
4. Budha 0
5. Katolik 0
Sumber: Profil Desa Bissoloro
Adapun dalam menjalankan ibadah di desa Bissoloro, tidak terlepas
dari sarana prasarana ibadah yang disediakan oleh pemerintah, yaitu:
41
Tabel. 6
Sarana ibadah di Desa Bissoloro
No. Sarana Ibadah Jumlah
1. Masjid 8
2. Mushollah 1
3. Gereja 0
4. Pura 0
5. Wihara 0
6. Klenteng 0
Jumlah 9
Sumber: Profil Desa Bissoloro
c. Aspek Pendidikan
Adanya fasilitas pendidikan yang memadai dan pemahaman masyarakat
akan pentingnya pendidikan formal ataupun non formal dapat mempengaruhi
tingkat pendidikan. Berikut adalah data pendidikan yang ada di Desa Bissoloro,
sebagai berikut:
Tabel.7
Tingkat Pendidikan
No. Tingkat pendidikan Jumlah
1. Belum sekolah 199 jiwa
2. Tamat SD/sederajat 452 jiwa
3. Tamat SMP/sederajat 171 jiwa
4. Tamat SMA/sederajat 51 jiwa
5. Sarjana/ Diploma 29 jiwa
6. Tidak Sekolah 153 jiwa
Sumber: Profil Desa Bissoloro
42
d. Aspek sosial budaya
Masyarakat Desa Bissoloro memiliki kehidupan sosial budaya yang
masih kental di masyarakat, walaupun Desa Bissoloro sudah berkembang
menjadi desa yang lebh maju. Nilai-nilai budaya di kalangan masyarakat masih
kental dengan nilai budaya dari leluhur atau nenek moyang mereka. Dengan
adanya rasa mengahargai dan mengutamakan persaudaraan dibandingkan
kepentingan pribadi masing-masing menjadi bukti yang nyata, bahwa nilai-
nilai sosial masih terjaga sampai sekarang.62
Tabel. 8
Sarana prasarana Desa
NO SARANA JUMLAH SATUAN KETERANGAN
1 Kantor Desa
1 Unit Jiwa
2 Pustu / Posyandu
1 Unit Jiwa
3
Tempat Pemakaman
Umum
8 Unit Jiwa
4 POS Kamling
6 Unit Jiwa
5 TK / PAUD
1 Unit Jiwa
6 SD / Sederajat
2 Unit Jiwa
7 SMP / Sederajat
1 Unit Jiwa
8 SMA / Sederajat
1 Unit Jiwa
9 Jalan aspal penetrasi
19000 Meter Jiwa
10 Jalan rabat beton
300 Meter Jiwa
11 Jalan tani
8000 Meter Jiwa
12 Jalan sertu 100 Meter Jiwa
62
Profil Desa Bissoloro
43
13 Jalan tanah
7000 Meter Jiwa
44
Struktur Organisasi Pemerintah Desa
ABDUL GANI SIRIWA
KAUR
UMUM
KAUR
ADMINISTRAS
I
KAUR KEUANGAN
KASI
KESEJAHTERA
AN
KASI
PEMBANGUNA
N
KASI
PEMERINTAHAN
M. KASIM
SEKRETARIS
HASBULLAH
STAF KAUR
KEUANGAN
SRIDIANTI BURHANUDDI
N
ABD. RAHIM
KEPALA DESA BPD
BABINSA
BHABINKAMTIB
MAS
ABD. RAHMAN -
BAKRI
KEPALA DUSUN
MASAGO
KEPALA DUSUN
PANNYAMBEANG
KEPALA DUSUN PARANGKANTISANG
KEPALA
DUSUN TOKKA
KEPALA DUSUN
BONTO
KEPALA DUSUN
BISSOLORO
P DG.
NOMPO
T DG. NYAMPO H. MAROLLAH HAMZAH
ROLA
LION TALLI NASIR DG.
RAU‟
45
B. Potensi Zakat Pertanian di Desa Bissoloro Kecamatan Bungaya
Kabupaten Gowa
Zakat adalah ibadah yang wajib dilakukan oleh setiap umat muslim.
sebagaimana perintah Allah untuk mengeluarkan zakat dari harta benda yang
dimiliki oleh seseorang. Dengan mengeluarkan zakat, maka akan membersihkan
diri seseorang, sehingga tidak ada lagi sifat kikir dan rakus. Seperti di Desa
Bissoloro yang setiap panen akan mengeluarkan zakat pertanian mereka, baik
dalam bentuk beras ataupun gabah (padi).
Zakat pertanian di Desa Bissoloro memiliki potensi yang besar terutama
dalam hal pertanian padi dan jagung. Berbagai jenis padi di tanam di desa ini,
mulai dari padi putih selebes, padi merah, padi putih jahera dan yang lainnya.
Sama halnya dengan jagung yang berbagai jenis di tanam sperti jagung bisi 2,
jagung bisi 18, jagung pertiwi, dan sebagainya. Padi yang didapatkan sekitar 30
sampai 80 karung. Untuk jagung sendiri, masyarakat panen minimal 3 ton sampai
8 ton jagung.
Selain tanaman padi dan jagung, mereka juga menanam berbagai jenis
sayuran, seperti kacang hijau, kacang panjang, labu, daun kacang dan lain-lain.
Tanaman buah-buahan seperti, durian, rambutan, pepaya, dan lain sebagainya.
1. Pengelompokkan Petani Desa Bissoloro
Jumlah petani yang ada di Desa Bissoloro sebanyak 1.045 jiwa, dengan
luas lahan yang berbeda-beda dan hasil panen pun berbeda dari setiap petani.
Berikut ini pengelompokkan petani di Desa Bisssoloro, berdasarkan dengan luas
lahan yang mereka miliki, yaitu:
46
Tabel. 8
Pengelompokkan petani padi
Luas Sawah (Ha) Jumlah Petani Hasil (karung padi)
<0,50 20 orang <20 karung
0,50 95 orang 30 karung
0,75 150 orang 40 karung
1,0 300 orang 60 karung
>1,0 50 orang >80 karung
Tabel.9
Pengelompokkan petani jagung
Luas kebun (Ha) Jumlah Petani Hasil (kg jagung)
0,50 5 orang 2.000 kg
0,75 10 orang 3.000 kg
1,0 175 orang 5.000 kg
>1,0 230 orang >7.000 kg
Berdasarkan data pengelompokkan petani padi dan jagung di atas, dapat
disimpulkan bahwa masyarakat di Desa Bissoloro mayoritas petani walaupun
hasil yang didapatkan berbeda-beda. Dimana mereka mengandalkan hasil panen
padi mereka untuk dikelolah menjadi beras yang kemudian di konsumsi sehingga
tidak membeli beras lagi. Sedangkan untuk petani jagung, hasil dari panen jagung
47
yang di dapatkan kemudian dijualkepada pedagang ataupun langsung ke gudang
jagung. Masyarakat setempat mengandalkan uang dari hasil penjualan jagung
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk membiayai sekolah anak
mereka.
2.Karakteristik Petani dan Hasil Tanaman pertanian di Desa Bissoloro
a. Daeng Nai
Daeng Nai adalah seorang PNS yang juga bertani, beliau berusia 45
Tahun. saat ini ia mengelolah kebun dan sawah yang berbeda lokasi, kebun Daeng
Nai memiliki luas lahan 2 Ha yang ditanam jagung, yang terletak di daerah
Mammeso Dusun Bontotangnga. Sedangkan sawah yang luasnya 1 Ha yang
ditanam padi, terletak di Dusun Masago yang mana kedua lahan tersebut adalah
miliknya sendiri. Sawah Daeng Nai di aliran dengan air hujan maka besar yang
dikeluarkan zakatnya adalah 10%.
Menurut Daeng Nai:
“Untuk di daerah Bissoloro sendiri panen satu kali dalam setiap
tahunnya, ada sekitar 3 ton gabah (padi) yang saya dapatkan dalam satu
tahun. Untuk zakat yang saya keluarkan sendiri sekitar 3 karung gabah
(padi), saya mengumpulkan zakat gabah di Imam dusun atau tokoh
Masyarakat kemudian nanti Imam Dusun yang memberikan kepada
Imam Desa yang akan menyalurkannya kepada Masyarakat yang
membutuhkan”.63
Dari pemaparan bapak Daeng Nai di atas, dapat disimpulkan bahwa
beliau panen hanya satu kali satu tahun saja dan ada sekitar 3 ton yang didapatkan.
63
Daeng Nai, Petani, wawancara, Desa Bissoloro, Kecamatan Bungaya, 18 Februari
2021.
48
Masyarakat di Desa Bissoloro mengandalkan air hujan untuk tanaman padi
mereka, sebab daerah tersebut adalah daerah pegunungan.
Bapak Daeng Nai yang menanam padi merah dan jagung bisi 18 di
sawah serta kebunnya. Setelah panen beliau akan mengeluarkan zakat pada
tanaman padi-nya yang akan diberikan kepada tokoh masyarakat yang telah
ditunjuk oleh Imam Desa Bissoloro.
Daeng Nai setiap panen akan mendapatkan 3.000 kg atau sekitar 60
karung dengan harga jual Rp. 5000 /kg untuk beras merah. Dilihat dari hasil padi
yang didapatkan Daeng Nai, maka telah mencapai nisab zakat pertanian. Sehingga
jika dihitung rincian zakatnya, maka zakat pertaniannya sebagai berikut:
Nisab : 1.350 kg
Hasil Panen : 3.000 kg atau 60 karung
Harga Jual : Rp.12.000.000,-
Harga per kg padi : Rp. 12 000.000,-/ 3.000 kg
= Rp. 4.000,- per kg (padi merah)
Jadi zakat yang harus dikeluarkan Deang Nai sebesar Rp. 1.200.000,-
atau 300 kg gabah(padi).
Terkait dengan tanaman jagung, nisabnya di setarakan atau disamakan
dengan nisab padi, yaitu 1.350 kg gandum kering.
b. Daeng Taugi
Daeng Taugi adalah seorang petani, saat ini beliau berusia 55 Tahun.
beliau memiliki suami dan 2 anak dan tante. Setiap musim hujan tiba, maka ia
akan menggarap sawah miliknya setelah itu baru ia tanam padi. Karena Daeng
Taugi mengngandalkan air hujan, maka besar zakat yang ia keluarkan adalah 10%
dari hasil panen padinya.
49
Menurut Daeng Taugi:
“saya dalam satu tahun panen satu kali, sekitar 70 karung yang
saya dapatkan untuk tahun ini. Saya hanya menanam beras putih saja,
ketika selesai panen padi saya langsung menanam jagung di sawah.
Jagung yang saya tanam adalah jagung bisi 18 karena kualitasnya bagus
dan sesuai untuk di desa ini. Saya biasa membayar zakat Imam Dusun,
kalau lagi banyak yang saya dapat, zakat yang dikeluarkan sekitar 2
karung namun jika sedikit maka zakatnya 1 karung saja”.64
Dari hasil wawancara dengan Daeng Taugi, dapat disimpulkan bahwa
sama halnya dengan bapak Daeng Nai sebelumnya jika hanya satu kali dalam
satu tahun saja mereka panen padi ataupun jagung. Setelah panen padi Daeng
taugi akan membayar zakat di Imam Dusun, karena ada 70 karung atau 3,5 ton
yang di dapatkan maka ia mengeluarkan zakatnya 2 karung.
Daeng Taugi menanam padi putih di sawah milikinya, setelah panen
beliau akan menanam jagung kembali di sawah dan kebunnya. Untuk zakat
jagung sendiri ia tidak mengeluarkan karena belum tau jika jagung juga
dikeluarkan zakatnya.
Daeng Taugi memiliki luas lahan sawah 2 Ha, setiap panen beliau akan
mendapatkan sekitar 70 karung padi putih dengan harga jual Rp. 3.500/kg.
dilihat dari padi yang didapatkan Daeng Taugi, maka sudah mencapai nisab
zakat pertanian. Sehingga jika dihitung rincian zakatnya, maka zakat
pertaniannya sebagai berikut:
Nisab : 1.350 kg
Hasil panen : 3.500 kg atau 70 karung
Harga jual : Rp. 12.250.000,-
Harga per kg padi : Rp. 12.250.000,-/3.500 kg
64
Daeng Taugi, Petani, Wawancara, Desa Bissoloro, Kecamatan Bungaya, 21 Februari
2021.
50
= Rp. 3.500,-/kg (padi putih)
Jadi zakat yang harus dikeluarkan Deang Taugi sebanyak Rp.
1.225.000,- atau 350 kg gabah (padi).
Terkait dengan tanaman jagung, nisabnya disamakan dengan nisab padi,
yaitu: 1.350 kg gandum kering.
c. Daeng Pa‟ja
Daeng Pa‟ja adalah seorang petani yang sudah dari kecil mulai menanam
padi. Beliau mempunyai suami dan 1 orang anak yang sekarang kuliah di salah
satu kampus di makassar. Daeng Pa‟ja berusia 47 tahun, tidak hanya padi yang
beliau tanam tetapi beberapa tahun terakhir beliau juga menanam jagung bisi 18.
Jika sudah musim hujan tiba, maka Daeng Pa‟ja akan mulai menanam padi di
sawah miliknya bersama saudaranya. Karena mengandalkan air hujan, maka besar
zakat yang dikeluarkan adalah 10% .
Menurut Daeng Pa‟ja:
“saya dari kecil sudah menanam padi bersama orang tua, sebab jika
kami tidak menanam padi maka sulit untuk makan. Dari hasil panen padi
ini saya mendapatkan padi yang kemudian dikelolah menjadi beras.
Setelah panen baru saya mengeluarkan zakat di tokoh masyarakat yang
telah ditunjuk oleh Imam Desa. Besar zakat yang saya keluarkan
terkadang 1 bakul jika yang di dapatkan kurang banyak dan apabila
banyak maka saya mengeluarkan zakatnya sekitar setengah karung
sampai satu karung. Kalau zakat jagung jagung belum pernah saya
keluarkan karena saya belum tau soal itu”.65
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Daeng Pa‟ja, sudah dari kecil
menanam padi bersama orang tuanya. Terkait dengan zakat yang dikeluarkan,
65
Daeng Pa‟ja, Petani, Wawancara, Desa Bissoloro, Kecamatan Bungaya, 23 Februari
2021.
51
tergantung dari seberapa banyak yang beliau dapatkan. Jika hasil yang di dapatkan
banyak tentu yang dikeluarkan zakatnya pun banyak dan sebaliknya jika hasil
yang didapatkan sedikit maka zakatnya pun sedikit seperti yang dipaparkan dalam
wawancara saya (penulis) dengan Daeng Pa‟ja (narasumber).
Daeng Pa‟ja memiliki luas lahan sawah kurang dari 1 Ha, beliau
menanam padi merah. Dalam satu tahun hanya satu kali panen, hasil yang
didapatkan pun tidak menentu. Jika pupuk yang tersedia banyak atau lancar yang
masuk di Desa Bissoloro tentu membuat kualitas padi pun bagus sehingga hasil
yang didapatkan banyak. Rata-rata hasil panen padi Daeng Pa‟ja sebanyak 30
karung . Dari hasil panen padi merah 30 karung atau 1.500 kg, maka sudah
mencapai nisab zakat pertanian. Sehingga rincian data zakatnya sebagai berikut:
Nisab : 1.350 kg
Hasil panen : 1.500 kg atau 30 karung
Harga jual : Rp.6.000.000,-
Harga per kg padi : Rp. 6.000.000/1.500 kg
= Rp. 4.000,- /kg (beras merah)
Jadi zakat yang harus dikeluarkan oleh Daeng Pa‟ja sebanyak Rp.
600.000,- atau 150 kg gabah(padi).
d. Daeng Tanning
Daeng Tanning berusia 40 Tahun, ia memiliki suami dan 2 orang anak.
Daeng Tanning adalah seorang petani, yang menanam jagung dan padi dikebun
dan sawah miliknya yang berada di Dusun Tokka. Tidak hanya memiliki sawah
di Dusun Tokka akan tetapi ia juga memiliki sawah di Dusun Masago
52
Menurut Daeng Tanning:
“saya bersama suami menanam padi di sawah milik kami dan
menanam jagung di kebun, hasil yang kami dapat itu tidak selalu sama
setiap tahunnya, biasa 40 karung atau 50 karung. Jika lagi bagus padi
yang kita tanam maka yang di dapat pun akan banyak dan begitupun
sebaliknya. Kalau selesai panen di jemur di bawa sinar matahari dulu
sampai benar-benar kering baru setelah itu dikeluarkan zakatnya, yang
diberikan kepada tokoh masyarakat yang telah ditunjuk oleh Imam Desa.
Zakat yang biasa saya keluarkan tekadang 1-2 bakul”.66
Dari hasil wawancara dengan ibu Daeng Tanning, saya dapat menarik
kesimpulan, bahwa hasil yang beliau dapatkan tidak selalu sama setiap tahunnya.
Selain terkendala kualiats padi yang biasa kurang bagus, terkadang pupuk juga
menjadi sumber kendalanya.
Daeng Tanning memiliki luas lahan sawah 1 Ha yang ditanam padi putih
dan kebun dengan luas lahan 1 Ha yang ditanam jagung. Di 2 loaksi sawah
miliknya, sesuai dengan wawancara saya, ia mendapatkan sekitar 40-50 karung dn
untuk tahun ini ia mendapatkan 50 karung. Sedangkan di kebun jagungnya, ia
mendapatkan 1 ton jagung. Dari hasil yang didapatkan, maka sudah mencapai
nisab zakat pertanian, sebab menggunakan air hujan, oleh karena itu besar zakat
yang dikenakan 10%. Berikut adalah rincian zakat yang harus dikeluarkan Daeng
Tanning:
Nisab : 1.350 kg
Hasil panen : 2.500 kg atau 50 karung
Harga jual : Rp. 8.750.000,-
Harga per kg padi : Rp. 8.750.000,-/2.5000
66
Daeng Tanning, Petani, Wawancara, Desa Bissoloro, Kecamatan Bungaya, 23 Februari
2021.
53
= Rp. 3.500,-/kg (padi putih).
Jadi banyak zakat yang dikeluarkan oleh Daeng Tanning adalah Rp.
875.000,- atau 250 kg gabah (padi putih).
e. Daeng Sangka‟
Daeng Sangka‟ merupakan seorang petani, dari kecil beliau tidak pernah
sekolah tetapi hanya ikut orang tuanya bertani dikebun miliknya karena tidak
memiliki sawah. Daeng Sangka‟ sekarang sudah berusia 60 Tahun dengan
menghidupi istri dan 2 orang anak serta 1 cucuk yang ikut tinggal bersamanya.
Menurut Daeng Sangka‟:
“punna nakke ia ria attungkuja ca‟di na ku mange attugala ka tena
tanah ku. Biasa 50 karong ku rasa punna baji ja asea, mingka punna tena
lakbiji 40. Mingka anne taunnga anrasa ja 60 ka liba ji ku pupu‟. Lekba
pa anjo angngalle ase nampa a‟lamunga biralle, biasa ku lamunga biralle
1 dos ji. Punna jakka ase, biasa na 1 (se‟re) baku.67
Maksud dari wawancara saya dengan bapak Daeng Sangka‟, beliau
sudah dari kecil menanam padi. Hasil yang didapatkan tidak menentu, terkadang
50 jika kualitas padinya bagus. Paling sedikit yang beliau dapat sekitar 40 karung
lebih, terkait jagung yang ditanam sekitar 1 dos.
Daeng Sangka‟ mempunya lahan kebun 1 Ha, sesuai dengan wawancara
di atas bahwa beliau mendapatkan hasil untuk tahun ini ada 60 karung atau 3.000
kg gabah (padi). Dari hasil yang didapatkan Daeng Sangka‟ sudah mencapai nisab
67
Deang Sangka‟, Petani, Wawancara, Desa Bissoloro, Kecamatan Bungaya, 22 Februari
2021.
54
zakat pertanian, berikut adalah rincian zakat pertanian yang harus dikeluarkan
Daeng Sangka‟, yaitu:
Nisab : 1.350 kg
Hasil panen : 3.000 kg atau 60 karung
Harga jual : Rp.10.000.000,-
Harga per kg padi : Rp. 10.000.000,-/3.000
= Rp. 3500,-/kg (padi putih)
Jadi zakat yang harus dikeluarkan oleh Daeng Sangka‟ adalah
Rp.525.000,- (uang) atau 300 kg gabah (padi). Terkait dengan tanaman jagung
disamakan dengan nisab zakat gabah (padi).
f. Daeng Jarre (Imam Dusun)
Daeng Jarre adalah salah satu imam dusun Masago di Desa Bissoloro
yang juga bertani dengan menyewa lahan kebun milik orang lain yang diemudian
ditanam padi. Daeng Jarre berusia 70 tahun, memiliki ssatu istri dan 3 orang anak
yang sudah menikah serta beliau tinggal bersama anak ke-2,menantu dan juga 2
orang cucu. Beliau tidak setiap tahun tanam padi karena mengingat usai-nya yang
sudah tua, setiap panen beliau mendapatkan 30 karung.
Selain bertani beliau merupakan Imam dusun setiap musim panen atau
bulan suci ramadhan Daeng Jarre akan menerima zakat dari masyarakat. Zakat
yang dikumpulkan pun berbeda-beda tergantung dari seberapa banyak mereka
dapatkan.
Menurut Daeng Jarre:
"Banyak masyarakat yang belum sadar akan pentingnya
mengeluarkan zakat, dan mereka juga belum paha akan hukum zakat.
Untuk yang mengeluarkan zakat gabah (padi), biasanya ada yang 1
55
bakul, setengah karung, sampai ada juga yang mengeluarkan 3 karung.
Sedangkan untuk jagung sendiri masih sangat kurang, hanya beberapa
yang mengeluarkan zakatnya mulai dibawah 50 ribu sampai 100 ribu
paling banyak. Bagi yang tidak mau mengeluarkan zakat, maka kami
akan menanyakan alasan orang tersebut. Alasan tidak mau mengeluarkan
zakat sebab kurang yang didapat dan yang seharusnya dimakan malah
untuk di keluarkan zakatnya”.68
Dari hasil pemaparan Daeng Ja‟re di atas, hal ini menunjukkan jika
masih banyak masyarakat yang belum paham akan pentingnya mengeluarkan
zakat. Bagi yang sudah paham mengeluarkan zakat sudah sesuai syariat Islam, dan
untuk tanaman jagung sendiri ini masih perlu ada perhatian dari pemerntah
setempat.
Daeng Ja‟re mnyewa lahan dengan catatan jika selesai panen, beliau
membayar sewa lahan tersebut dengan memberikan bagian gabah yang sudah
disepakati sebelumnya. Lahan yang disewa Daeng Ja‟re seluas 0,50 Ha, dengan
hasil 30 karung. Dari hasil yang didapatkan maka sudah mencapai nisab pertanian,
sehingga wajib dikeluarkan zakatnya. Berikut zakat yang harus dikeluarkan:
Nizab : 1.350 kg
Hasil panen : 1.500 kg atau 30 karung
Harga jual : Rp.6.000.000,-
Harga per kg padi : Rp. 6.000.000,-/1.500
= Rp. 4.000,-/kg (padi merah)
68
Deang Jarre, Petani, Wawancara, Desa Bissoloro, Kecamatan Bungaya, 20 Februari
2021.
56
Jadi zakat yang harus dikeluarkan oleh daeng Jarre adalah 600.000,- atau
150 kg gabah (padi merah)
C. Pengelolaan zakat pertanian di Desa Bissoloro Kecamatan Bungaya
Kabupaten Gowa
Setiap orang yang mempunyai harta lebih wajib mengeluarkan zakat dari
harta yang dimilikinya dengan tujuan membersihkan diri dan menjauhkan dari
sifat kikir, sedangak untuk kaum yang lemah mendapatkan hak dari zakat
tersebut, hal ini dijelaskan dalam sabda Rasulullah yaitu:
Artinya:
“Sampaikanlah bahwa Allah Swt telah mewajibkan zakat pada
harta benda mereka, yang dipungut dari orang-orang kaya dan diberikan
kepada orang-orang miskin di antara mereka.” (HR. Al-Bukhari).
Undang-undang No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, dalam
pasal 1 dijelaskan bahwa, pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,
pelakasanaan, dan pengkoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat. 69
Pengelolaan zakat dilakukan oleh badan yang berwenang, seperti Baznas
(badan amil zakat nasional), ataupun lembaga amil zakat yang lainnya.
Pengelolaan zakat perlu diperhatikan, khususnya zakat di daerah pedesaan. Hal ini
dimaksudkan agar pengelolaan zakat di desa-desa lebih baik, dan pembagian zakat
dapat merata serta tepat sasaran kepada orang yang berhak menerima.
Pengelolaan zakat pertanian di Desa Bissoloro belum berjalan dengan
baik, karena masih ada masyarakat yang belum paham tentang pentingnya
mengeluarkan zakat, ini yang menjadi tantangan bagi pihak pengelola. Zakat
69
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 1
57
pertanian dikumpulkan oleh warga di imam RK masing-masing, setelah semua
zakat warga terkumpul maka selanjutnya imam RK melaporkan hasil
pengumpulan zakat kepada imam Desa Bissoloro.
Belum berjalannya zakat pertanian jagung juga masih menajdi kendala
bagi amil zakat di Desa ini, seperti dalam wawancara saya dengan imam desa
Bissoloro beikut ini:
“Pengelolaan zakat pertanian di desa kita ini masih belum
berjalan baik, karena masiha ada yang harus diperbaiki pengelolaannya
dan banyak laporan dari setiap imam dusun bahwa masih kurang yang
mengumpulkan zakatnya khsusunya di pertanian jagung, hal ini
dikarenakan masih banyak masyarakat yang belum paham jika jagung
juga dikeluarkan zakatnya. Untuk zakat gabah (padi) sendiri, itu juga
masih rendah kesadaran masyarakat. Mereka biasa mengumpulkan zakat
itu paling banyak 3 karung dan paling sedikit 1 bakul, hal ini tidak sesuai
dari hasil yang didapatkan. Rata-rata masyarakat di Desa ini paling
kurang 30 karung dan paling banyak 70 hingga 80 karung. Untuk
masyarakat yang tidak mau mengeluarkan zakatnya, mereka berpikir
bahwa zakat itu hanya akan di ambil oleh pemerintah bukan dibagikan
kepada yang berhak menerima, serta juga kurangnya pemahaman
mereka tentang zakat”. 70
Dari pemaparan Daeng Ngitung atau Imam Desa Bissoloro, dapat di
simupulkan bahwa pengelolaan zakat pertanian di Desa ini belum berjalan dengan
baik karena masih ada yang perlu diperbaiki dalam hal pengelolaannya. Zakat
yang dikumpulkan oleh masyarakat belum sesuai dengan hasil padi yang di
dapatkan dengan yang dikumpulkan di imam RK. Warga mengumpulkan zakat
sesuai dengan keinginannaya saja.
70
Daeng Ngitung, Imam Desa, Wawancara, Desa Bissoloro, Kecamatan Bungaya, 19
Februari 2021.
58
1. Kriteria Yang berhak menerima zakat
Seperti yang dijelaskan pada pembahasan di bab tinjauan teoritis, tentang
yang berhak menerima zakat ada 8 golongan, yaitu fakir, miskin, amil (pengelola
zakat), mu‟allaf, Al-riqab, gharim, sabilillah, dan ibnu sabil wajib menerima
zakat dari pihak pengelola.
Menurut Imam Desa Bissoloro, pembagiaannya sudah dilakukan sesuai
dengan syariat Islam, ketika ada lebih dari zakat yang telah dibagikan kepada 8
golongan tersebut. Delapan kriteria yang berhak menerima zakat, yaitu:
a. Fakir (fuqaraa‟)
b. Fakir miskin ( masakiin)
c. Amil (pengelola zakat)
d. Mu‟allaf
e. Al-Riqab
f. Gharim (orang yang memiliki utang)
g. Sabilillah (orang yang berjualan di jalan Allah)
h. Ibnu Sabil
Dan mereka juga membagikan kepada guru-guru dan anak-anak di
pesantren Darul Fallah yang merantau ke Desa Bissoloro.
2. Proses penghimpunan, penyaluran, dan pemberdayaankendala dan solusi
zakat pertanian di Desa Bissoloro
zakat pertanian di Desa Bisssoloro di himpun dan dibagikan melalui
Imam RT setiap Dusun. Setelah itu Imam RT akan melaporkan data pengumpulan
zakat kepada Imam Desa Bissoloro, setiap amil atau pengelola zakat masing-
masing mendapatkan 10% dari zakat yang telah dikumpulkan oleh masyarakat.
Untuk KUA Bungaya, menurut Daeng Ngitung (Imam Desa) zakat yang diberikan
59
terhadap KUA Bungaya tergantung dari seberapa banyak zakat pertanian yang
dikumpulkan oleh masyarakat, berkisar antara 10%-20% di infakkan. Mereka juga
mengatakan bahwa, yang dikumpulkan oleh masyarakat lebih sering di sebut
dengan infak.
Dalam pasal 38 Undang-undang No. 23 Tahun 2011, “setiap orang
dilarang dengan sengaja bertindak selaku amil zakat melakukan pengumpulan,
pendistribusian atau pendayagunaan zakat tanpa izin pejabat yang berwenang”.71
Sesuai dalam pasal 38 di atas, amil zakat dalam pengumpulan,
pendistribusian atau pendayagunaan zakat harus memiliki izin untuk mengelolah
zakat. Tentu di Desa Bissoloro memiliki izin untuk mengumpulkan zakat
masyarakat dari lembaga yang berwenang. Hal ini diungkapkan oleh pihak KUA
Bugaya, walaupun mereka lebih sering menyebut zakat sebagai Infak.
Penyaluran atau pemberdayaan zakat sepenuhnya belum mengarah ke
sektor yang produktif, karena ada pengelolaanya yang belum optimal. Setelah
zakat di kumpulkan di imam RT masing-masing, dan semua zakat sudah
terkumpulkan. Selanjutnya pihak amil akan menyalurkan zakat kepada orang yang
berhak menerima zakat. Menurut salah satu warga, terkait penyaluran perlu
diperhatikan dan perbaiki oleh amil zakat.
Di dalam zakat pertanian tentu memiliki kendala yang menyebabkan
pengumpulan dan penyaluran zakat menjadi tidak efektif. Di Desa Bissoloro
sendiri mempunyai kendala yaitu kurang nya pemahaman masyarakat tentang
zakat pertanian khsusnya pertanian jagung, sehingga hanya sebagian yang
mengumpulkan zakat jagung. Dan zakat pertanian padi yang beberapa masyarakat
71
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011
60
sudah memahami hal tersebut, namun mereka tetap mengeluarkan sesuai yang di
inginkan walaupun sudah ada beberapa masyarakat yang mengeluarkan zakatnya
sudah sesuai dengan syariat Islam. Kendala tersebut dapat juga menyebabkan
penyaluran zakat menjadi terlmbat atau bahkan hanya beberapa yang dibagikan
zakat.
Solusi yang dapat dilakukan oleh amil dalam mengatasi hal tersebut,
memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang zakat baik itu zakat
pertanian, zakat mal, ataupun zakat profesi. Dengan adanya penyuluhan dapat
membuat masyarakat paham dan mau membayar zakat sesuai yang ditetapkan
dalam Islam.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Potensi zakat pertanian di Desa Bissoloro sangat besar, terutama dalam
pertanian padi dan jagung. Setiap panen rata-rata masyarakat paling di bawah 30
karung atau 1.500 kg dan paling banyak 80 karung gabah (padi). Sedangkan
jagung berkisar antara 3 ton sampai 8 ton dalam satu kali panen. Terkait dengan
zakat jagung, menurut Imam Desa Bissoloro belum berjalan degan baik, sebab
masih ada masyarakat yang belum paham, bahwa zakat pertanian jagung juga
dikeuarkan zakatnya. Hal tersebut dapat menjadi solusi untuk perkembangan
ekonomi di Desa Bissoloro agar lebih maju dan berkembang.
2. Pengelolaan zakat di Desa Bissoloro Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa,
belum berjalan dengan baik. Masih ada masyarakat yang belum mengeluarkan
zakat, sebab kurangnya pemahaman tentang hukum zakat. Dalam hal pengeluaran
zakat di Desa Bissoloro, ada yang sudah sesuai syariat Islam dan ada yang belum
sesuai serta takaran zakat pertanian yang dikeluarkan, sesuai dengan yang mereka
inginkan atau dirasa cukup tanpa memikirkan bahwa ini sudah sesuai dengan yang
ditentukan dalam Islam. Sebelum zakat pertanian dibagikan kepada masyarakat
terlebih dahulu dijual, setelah itu pihak pengelola atau amil, membagikan
zakatnya dalam bentuk uang. Pengelola zakat lebih sering menyebut zakat
pertanian sebagai infak dari masyarakat, begitupun dengan pihak KUA Bungaya
yang menyebut bahwa yang masuk kedalam kantor bukanlah zakat melainkan
infak.
61
B. Implikasi Penelitian
Dengan adanya uraian di atas, penulis dapat memberikan saran atau
masukan sebagai bahan pertimbangan, sebagai berikut:
1. Dengan besarnya zakat pertanian yang didapatkan di Desa Bissoloro, menjadi
peluang untuk kemajuan Desa Bissoloro. Untuk para pengelola zakat atau amil,
hendaknya memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang penting
mengeluarkan zakat. Memberikan penyuluhan tentang zakat pertanian khsusnya
zakat pertanian jagung adalah salah satu langkah yang baik serta meberitahukan
tentang nisab yang seharusnya dikeluarkan dalam satu kali panen.
2. Berdasarkan Undang-undang tentang pengelolaan zakat pada pasal 38,
dijelaskan bahwa zakat harus dikelola oleh lembaga yang resmi agar tidak terjadi
kesinambungan sosial. Walaupun pihak Kecamatan mengatakan akan
membentuk kembali amil zakat yang lebih baik, akan tetapi itu hanya di
kecamatan. Namun hingga saat ini, di Desa Bissoloro sendiri, belum ada
lembaga khusus yang mengelola zakat seperti baznas/laz, akan tetapi hal ini
dapat dimulai dengan yang sederhana seperti pengoptimalan peran amil zakat di
masjid atau Imam Desa sebagai pengelola atau amil zakat yang sah dikalangan
masyarakat.
62
KOMPOSISI BAB
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
C. Rumusan Masalah
D. Kajian Pustaka Terdahulu
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Zakat Pertanian
B. Landasan Hukum Zakat Pertanian
C. Pandangan Ulama Tentang Zakat Pertanian
D. Syarat-Syarat Zakat Harta Kekayaan Yang Wajib Terkena Zakat
E. Syarat Zakat Pertanian
F. Kriteria Yang Boleh dan Tidak Boleh Menerima Zakat
G. Hasil-Hasil Pertanian Yang Wajib Zakat
H. Nisab dan Kadar Zakat Pertanian
I. Hikmah dan Manfaat Zakat Pertanian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
B. Pendekatan Penelitian
C. Sumber Data
D. Metode Pengumpulan Data
63
E. Instrumen Peneltian
F. Teknik pengolahan dan Analisis Data
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Desa Bissoloro Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa
B. Potensi Zakat Pertanian di Desa Bissoloro Kecamatan Bungaya
Kabupaten Gowa
C. Pengelolaan Zakat Pertanian di Desa Bissoloro
1. Penghimpunan zakat pertanian di Desa Bissoloro
2. Penyaluran zakat pertanian di Desa Bissoloro
3. Pemberdayaan zakat pertanian di Desa Bissoloro
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Implikasi Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
64
DAFTAR PUSTAKA
-----------. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Online). Tersedia di
https://kbbi.web.id/zakat.html. Di akses 16 Januari 2021.
Allah, Noor. Arsitektur Zakat Indonesia: dilengkapi kode etik amil zakat
Indonesia. Jakarta: UI-Press, 2009.
Al-faifi, Sulaiman, Ahmad, Yahya, Syaikh. Fikih Sunnah Sayyad Sabiq.
JakartaTimur: Pustaka Al-kautsar, 2013.
Anggito, Albi dan Johan Setiawan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jawa Barat:
CV Jejak, 2018.
Andriawati, Rini. “Penyaluran Zakat Fitrah Menurut Posisi Fiqih di Desa
Simpang Babeko Kabupaten Bungo”. Skripsi. Jambi: Fak. Syari‟ah UIN
Sultan Thaha Saifuddin, 2018.
Ajiati, Nur, Susi. “Potensi Zakat Pertanian di Desa Tunggulsari Kecamatan
Brangsong Kabupaten Kendal”. Skripsi. Semarang: Fak. Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Walisongo, 2017.
Anis, Muhammad. “Zakat Solusi Pemberdayaan Masyarakat”. El-Iqtisday:
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah 2, No.1 (2020).
Aisyah, Sitti, dkk. “Peranan Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak
Di Kantor Kementrian Agama Kabupaten Gowa” Laa Masyir 5, no 1,
2018.
Barkah, Qodariah, dkk. Fikih Zakat, sedekah, dan Wakaf. Jakarta: Prenadamedia
Group, 2020.
Bakry, Muammar. “Pengembangan Karakter Toleran Dalam Problematika Ikhtilaf
Mazhab Fikih”. Ul-Ulum 14. No. 1 (2014).
Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Public serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2017.
Cahyani, Intan, A. “ Zakat Profesi Dalam Era Kontempore” , El-Iqtishady 2, no 2
(2020).
Fitria. “Pengelolaan Zakat Pada Masjid di Kota Palembang di Tinjauan dari
Ekonomi Islam”. Skripsi. Palembang: Fak. Ekonomi Bisnis Islam UIN
Raden Fatah, 2016.
65
Gora, Radita. Riset Kualitatif Public Relations. Surabaya: CV Jakad Publishing,
2019.
Ghozali, Syukri, dkk. Pedoman Zakat 9 Seri. Jakarta: Proyek Pembinaan Zakat
dan Wakaf, 1989.
Hasan, Hamzah, dkk. “Manajemen Zakat Maal di Kota Makassar: telaah atas
upayaproduktivitas zakat”. Al-Ulum 20, no.1 (2020).
Hafidhuddin, Didin. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani,
2002.
Hudaifah, Ahmad, dkk. Sinergi Pengelolaan Zakat di Indonesia. Surabaya:
Scopindo, 2020.
Hasbiyallah. Buku Pelajaran Fikih Untuk Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah.
Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008.
Hasanah, Ulfatul, Rina. Buku Pintar Muslim dan Muslimah. Diakses dari https://books.google.co.id/books?id=8WbSDwAAQBAJ&printsec=frontcover&d
q=buku+pintar+muslimah&hl=ban&sa=X&ved=2ahUKEwjp-
tmq8vPsAhXSAnlKHZqBBIMQ6AEwAHoECAAQAg#v=onepage&q=buku%2
0pintar%20muslimah&f=false. Pada Tanggal 2 November 2020.
Ilyas, Musyfikah. “Pengelolaan Zakat Dalam Lontaraq Suqkuna Wajo Perspektif
Hukum Islam”. Diakses dari http://repositori.uin-alauddin.ac.id/7646/.
Pada Tanggal 4 Februari 2020.
Ilyas, Musyfikah. “Sertifikasi dan Labelisasi Produk Halal Prespektif Maslahat”.
Jurnal Peradilan dan Hukum Keluarga Islam 4. No. 2 (2017).
K, Amiruddin. Dasar-dasar Ekonomi Islam. Makassar: Alauddin Press, 2014.
Kurniasari, Mufidah. “Pelaksanaan Zakat Hasil Petanian di Kalangan Petani
Muslim: studi kasus kampung Baru kecamatan Tanjunganom kabupaten
Nganjuk”. Skripsi. Malang: Fak. Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim,
2017.
Mardawani. Praktis Penelitian Kualitatif: teori dan analisis data dalam prespektif
kualitatif. CV Budi Utama, 2020.
Mustarin, Basyirah. “Urgensi Pengelolaan Zakat Terhadap Peningkatan
Perekonomian Masyarakt”. Jursiprudentie 4, no. 2 (2017).
Mapuna, Hadi Daeng. “Pembentukan dan Perkembangan Hukum Islam Pada
Masa Kodifikasi dan Imam-Imam Mujtahid”, Al-Daulah 7. No. 1 (2018).
66
Muhammadiyah, Pp. Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah. Yogyakarta:
Suara Muhammadiyah, 2015.
Puyu, s. Darsul. “Konsep Pidana Hudud Menurut Al-Qur’an: suatu kajian tafsir
tematik”. Al-Daulah 1. No. 1 (2012).
Prayoga, Akris. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Distribusi Zakat Fitrah Untuk
Pembangunan Masjid At-Taqwa”. Skripsi. Semarang: Fak. Syariah dan
Hukum UIN Walisongo, 2015.
Qardawi, Yusuf. Hukum Zakat Litera. Jakarta: Antarnusa, 2011.
Qadir, Abdurrachman. Zakat Dalam Dimensi Mahdhah Dan Sosial. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2001.
Sarawat, Ahmad. Ensiklopedia Fikih Indonesia 4: Zakat. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2019.
Sugianto, Heri. “Analisi Pendapat Empat Mazhab Tentang Zakat Fitrah Dengan
Uang Tunai”. Skripsi. Lampung: Fak.Syariah dan Hukum UIN Raden
Intan Lampung, 2017.
Syatar, Abdul. “Transfrmatin Of Fiqh In The Forms Of Haji Haji Dan Zakat
Legislatin”. Jurnal Perbandingan Mazhab 1. No. 2 (2019).
Sinilele, Ashar. “Tinjauan Hukum Terhadap Itiqad Baik Dalam Perjanjian Jual
Beli Tanah”. Jurisprudentie 4. No. 2 (2017).
Syarifuddin, Amir. Garis-Garis Besar Fiqh. Bogor: Kencana, 2003.
Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah. Jakarta: PT Pustaka Abadi Bangsa, 2017.
Saimima, Sartika, Dewi, Ika. Rekonstruksi Pidana Restitusi dan Pidana
Kurungan Pengganti Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Yogyakarta: CV Budi Utama, 2020.
Santoso, Sony dan Rinto Agustino. Zakat Sebagai Ketahanan Nasional.
Yogyakarta: CV Budi Utamaa, 2018.
Sari, Kartika, Elsi. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf. Jakarta: PT Grasindo,
2007.
T, Risnawati. “Manajemen Pengelolaaan Zakat di Masjid Amin Taqwa Kelurahan
Wua-wua Kota Kendari”. Skripsi. Kendari: Fak. Ushuluddin Adab dan
Dakwah IAIN Kendari, 2018.
67
Uwaidah, Muhammad, Kamil, Syaikh. Al-Jami’ Fil Fiqhi An-nisa. Jakarta Timur:
Pustaka Al-kautsar, 2016.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 4 Ayat 2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 38
Wahed, Abd. Aplikasi Zakat Zira’ah (pertanian) Pada Masyaraakat Daerah
Aliran Saluran Kiri Cekdam Samiran Proppo Pamekasan. Pamekasan:
Duta Media Publishing, 2017.
Zalim, Nur. “Pengelolaan Zakat Fitrah Berdasarkan Konsep Maslahat Lil
Ummat”. Skripsi. Salatiga: Fak. Syari‟ah IAIN Salatiga, 2015.
Zulhendra, Joni. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Zakat Fitrah Dalam Bentuk
Uang”. Jurnal Normative 5. No. 2 (2017).
Wawancara:
Wawancara dengan Bapak Daeng Nai, Warga Desa Bissoloro, pada tanggal 18
Februari 2021.
Wawancara dengan Bapak Lassa Daeng Ngitung, Imam Desa Bissoloro, pada
tanggal 19 2021.
Wawancara dengan Bapak Daeng Ja‟re, Imam Dusun Masago, pada tanggal 20
Februari 2021.
Wawancara dengan Ibu Daeng Taugi, Warga Desa Bisssoloro, pada tanggal 21
Februari 2021.
Wawancara dengan Bapak Daeng Sangka‟, Warga Desa Bissoloro, pada tanggal
22 Februari 2021.
Wawancara dengan Ibu Daeng Pa‟ja, Warga Desa Bissoloro, pada tanggal 23
Februari 2021.
Wawancara dengan Ibu Daeng Tanning, Warga Desa Bissoloro, pada tanggal 23
Februari 2021.
68
PEDOMAN WAWANCARA
1. Tokoh agama dan tokoh masyarakat
a. Apa saja kegiatan keagamaan yang ada di Desa Bissoloro?
b. Apakah pengeluaran zakat di Desa ini sudah memenuhi syariat Islam?
c. Bagaimana pengelolaan tanah di Desa Bissoloro?
d. Bagaimana pandangan anda tentang nisab Zakat Pertanian?
e. Ketika orang lain yang mengelola tanah atau sawah, siapa yang mengeluarkan
zakatnya? Apakah pemilik tanah atau penyewa tanah?.
f. Bagaimana petani membayar atau mengeluarkan zakatnya?
g. Apa penyebab, sehingga petani tidak mau mengeluarkan zakatnya?
h. Bagaimana pengelolaan zakat di Desa Bissoloro?
i. Bagaimana sistem pembagian atau penyalurannya kepada masyarakat?
2. Petani
a. Jenis padi dan jagung apa saja yang anda tanam?
b. Dalam satu tahun, anda panen berapa kali?
c. Berapa karung/ton yang anda dapatkan dalam satu kali panen?
d. Berapa yang anda keluarkan untuk zakatpadi dan jagung?
e. Bagaimana cara anda mengeluarkan zakat padi dan jagung ini?
f. Apakah anda sudah yakin, bahwa zakat yang dikeluarkan sudah sesuai dengan
syariat Islam?
g. Apa alasan anda, jka tidak mengeluarkan zakat?
69
BUKTI WAWANCARA
1. Bakri Daeng Nai
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Bakri Daeng Nai
Pekerjaan : Staf Desa Bissoloro
Alamat/Dusun : Bissoloro
Menyatakan bahwa mahasiswa yang bernama Kurniati telah melakukan
wawancara dengan bapak Bakrie Daeng Nai
Bissoloro 18 Februari 2021
Bakri Daeng Nai
70
2. Lassa Daeng Ngitung
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Lassa Daeng Ngitung
Pekerjaan : Imam Desa Bissoloro
Alamat/Dusun : Pannyambeang
Menyatakan bahwa mahasiswa yang bernama Kurniati telah melakukan
wawancara dengan bapak Lassa Daeng Ngitung
Bissoloro 19 Februari 2021
Lassa Daeng Ngitung
71
3. Daeng Ja’re
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Daeng Jarre
Pekerjaan : Imam Dusun Masago
Alamat/Dusun : Masago
Menyatakan bahwa mahasiswa yang bernama Kurniati telah melakukan
wawancara dengan bapak Daeng Jarre
Bissoloro 20 Februari 2021
Daeng Jarre
72
4. Daeng Taugi
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Daeng Taugi
Pekerjaan : Petani
Alamat/Dusun : Masago
Menyatakan bahwa mahasiswa yang bernama Kurniati telah melakukan
wawancara dengan ibu Daeng Taugi
Bissoloro 21 Februari 2021
Daeng Taugi
73
5. Daeng Sangka’
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Daeng Sangka‟
Pekerjaan : Petani
Alamat/Dusun : Bissoloro
Menyatakan bahwa mahasiswa yang bernama Kurniati telah melakukan
wawancara dengan bapak Daeng Sangka‟
Bissoloro 22 Februari 2021
Daeng Sangka‟
74
6. Daeng Pa’ja
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Daeng Pa‟ja
Pekerjaan : Petani
Alamat/Dusun : Bissoloro
Menyatakan bahwa mahasiswa yang bernama Kurniati telah melakukan
wawancara dengan ibu Daeng Pa‟ja
Bissoloro 23 Februari 2021
Daeng Pa‟ja
75
7. Daeng Tanning
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Daen g Tanning
Pekerjaan : Petani
Alamat/Dusun : Bissoloro
Menyatakan bahwa mahasiswa yang bernama Kurniati telah melakukan
wawancara dengan ibu Daeng Tanning
Bissoloro 23 Februari 2021
Daeng Tanning
76
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Gambar 1: wawancara dengan bapak Bakri Daeng Nai (Staf Desa Bissoloro)
Gambar 2: wawancara dengan bapak Lassa Daeng Ngitung (Imam Desa
Bissoloro)
77
Gambar 3: wawancara dengan Daeng Ja’re (Imam Dusun Masago)
Gambar 4: wawancara dengan ibu Daeng Taugi
78
Gambar 5: wawancara dengan bapak Daeng Sangka’
Gambar 6: wawancara dengan ibu Daeng Pa’ja
79
Gambar 7: wawancara dengan ibu Daeng Tanning
80
81
82
83
84
85
RIWAYAT HIDUP
Kurniati lahir di Bissoloro, 10 Februari 1998 dari pasangan
Raja dan Sanniati merupakan anak satu-satunya yang
tinggal di Dusun Bissoloro Desa Bissoloro Kecamatan
Bungaya Kabupaten Gowa. Penulis pertama kali
melangkahkan kaki ke dunia pendidikan pada tahun 2005di
SD Negeri Bissoloro kemudian melanjutkan pendidikan
tingkat SMP N 1 Sungguminasa tamat pada tahun 2014 dan SMA Negeri 1 Gowa
tamat pada tahun 2017. Kemudian setelah tamat penulis memilih Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar sebagai tempat menuntut ilmu melalui jalur
SPAN-PTKIN pada tahun 2017 dengan mengambil jurusan Hukum Ekonomi
Syariah pada Fakultas Syariah dan Hukum.